Anda di halaman 1dari 45

1

LAPORAN
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI KLINIK
FAUZIAH PULUNG
Tanggal 8 Maret S/D 4 April 2021
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Satuan Pendidikan
(USP) dan Uji Sertifikasi Kompetensi (USK)

Disusun oleh :

Dyah Ayu Rismawati 0035590213

Hany Vadila Lisrahmana Putri 0037356110

Neska Febri Ahyani 0042795286

SMK KESEHATAN BINA KARYA MEDIKA


PONOROGO
KOMPETENSI KEAHLIAN : ASISTEN KEPERAWATAN
Jl. DI. Panjaitan 100 E, Desa Purbosuman, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo
Kode Pos 63417, Telp.(0352)461576

i
2

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

DIRUANG UGD KLINIK FAUZIAH PULUNG

Dengan kasus PPOK Tn. S

Disetujui untuk mengikuti seminar laporan praktik kerja lapangan

Menyetujui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Sekolah

Vicky Rahayu Amd.Keb Marsaid, S.Kep., Ns.

Mengetahui,

Penanggung jawab DU/DI Ketua Kompetensi Keahlian Asisten


Keperawatan

Ny. Katini, S.ST. Firdy Afry Liesyanto, S.Kep., Ns.


SIP. 197/05022006042026

ii
3

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
DI KLINIK FAUZIAH PULUNG
Dengan kasus bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sesak napas pada Tn .S

Dinyatakan telah LULUS sebagai syarat mengikuti Ujian Satuan Pendidikan dan Uji
Setifikasi Kompetensi Keperawatan pada hari Kamis 15 April 2021

Menyetujui,

Pembimbing : Marsaid, S.Kep., Ns ...........................................

Penguji : 1. Firdy Afry Liesyanto, S.Kep., Ns ...........................................

2. Fahriza Eranita Sandiati, S.Kep., Ns ...........................................

3. Ika Filana Saidatun Nisa’, S.Kep., Ns ...........................................

4. Devy Atika Sari, S.ST …………………………..

Mengesahkan,

Kepala Sekolah Ketua Kompetensi Keahlian


Asisten Keperawatan

Moh. Muntaha, S.Pd.I Firdy Afry Liesyanto, S.Kep., Ns.


4

NIK : 2013.10.1002

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniya-Nya kepada penulis, sehingga penulisan LAPORAN
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI Klinik Fauziah Pulung dapat
terselesaikan dengan baik.

Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak . Untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam
penyelesaian laporan ini , terutama kepada :

1. Bpk Moh.Muntaha S.Pd.I, selaku kepala SMK Kesehatan Bina Karya Medika
Ponorogo
2. Ibu Katini S.ST. selaku pimpinan Klinik Fauziah Pulung
3. Bapak Firdy Afry Liesyanto, S.Kep., Ns, selaku ketua kompetensi keahlian
4. Bapak Marsaid, S.Kep., Ns, selaku pembimbing sekolah
5. Ibu Vicky Rahayu, A.Md.Keb, selaku pembimbing DU/DI
6. Bapak / Ibu Guru SMK Kesehatan Bina Karya Medika Ponorogo
7. Karyawan Klinik Fauziah Pulung
8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyusunan laporan ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna . Untuk
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Ponorogo, 4 April 2021

Tim Penyusun

iii
5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………... i

LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………………………... ii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………………….. iii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… iv

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………v

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………

1.1.1. Gambaran Umum DU/DI ………………………………………………….

1.1.2. Gambaran Umum Ruangan ……………………………………………….. 6

1.2 Tujuan ……………………………………………………………………………. 7

1.2.1. Tujuan Umum …………………………………………………………….. 7

1.2.2. Tujuan Khusus ……………………………………………………………. 7

1.3 Manfaat ………………………………………………………………………….. 7

1.3.1. Manfaat untuk peserta PKL ………………………………………………. 7

1.3.2. Manfaat untuk DU/DI ……………………………………………………..

1.3.3. Manfaat bagi Sekolah …………………………………………………….. 8

BAB II PROSES PELAKSANAAN ……………………………………………………….. 9

iv
6

2.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ………………………………………………………. 9

2.1.1. Pelaksanaan Praktek dan Kerja Lapangan ………………………………………9

2.1.2. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan …………………………………………….. 9

2.2. Pengkajian Keperawatan …………………………………………………………........ 9

2.2.1. Kasus Klien Binaan ……………………………………………………………. 9

2.2.2. Analisa Data Masalah Keperawatan …………………………………………...10

2.3. Rencana Intervensi ………………………………………………………………….... 11

2.4. Implementasi Tindakan Keperawatan …………………………………………………14

2.5. Evaluasi Tindakan Keperawatan ………………………………………………………15

BAB III TEMUAN ………………………………………………………………………... 17

3.1. Keterlaksanaan ……………………………………………………………………….. 17

3.2. Implementasi Keselamatan Kerja ……………………………………………………. 17

3.3. Pembahasan ……………………………………………………………………………

17

BAB IV PENUTUP ………………………………………………………………………...

20

4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………….. 20

4.2 Saran …………………………………………………………………………………… 20

4.2.1. Saran bagi Peserta PKL Selanjutnya …………………………………………..... 20

4.2.2. Saran bagi DU/DI yang ditempati ……………………………………………..... 20

4.2.3. Saran bagi Sekolah ……………………………………………………………… 20

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………... 21

LAMPIRAN ……………………………………………………………………………….. 22

v
7

1.1 Laporan pendahuluan sesuai penyakit klien …………………………………………

22

1.2 LP KDM yang berhubungan dengan masalah klien …………………………………

27

1.3 SOP tindakan …………………… …………………………………………………..

31

1.4 Jurnal siswa dengan kasus terpilih …………………………………………………..

32

1.5 Absensi ruangan kasus ………………………………………………………………

37

1.6 Lembar konsultasi pembimbing ……………………………………………………. 38

1.7 Dokumentasi ………………………………………………………………………... 40

vi
8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1. Gambaran Umum DU/DI

Gambar 1.1 Klinik Fauziah Pulung tampak depan

Klinik Fauziah menempati lokasi di Jalan Raya Pulung Sooko km 0,5 Pulung. Klinik
Fauziah merupakan suatu badan usaha yang khusus bergerak dalam bidang pelayanan
kesehatan. Tidak hanya berperan aktif dalam memberikan dan memelihara kesehatan
masyarakat umum, lokasi klinik yang terletak di lingkungan desa, maka klinik juga peduli
serta berkomitmen untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan sosial di lingkungan
masyarakat tersebut.
         Klinik Fauziah selalu berupaya untuk memberikan jasa pelayanan kesehatan yang
optimal, profesional dan komprehensif kepada masyarakat umum. Klinik menawarkan jasa
untuk menjamin kesejahteraan secara efisien dan efektif.

1
2

Klinik Fauziah Pulung terdiri dari beberapa ruang, diantaranya sebagai berikut:

9 5

10 8 7 6 4

11 1 2 3

12
15
13 14

Gambar 1.2 Denah Klinik Fauziah Pulung

1. Pendaftaran pasien 10. Ruang Bersalin


2. Kamar Jaga Bidan 11. Ruang Sterilisasi
3. Ruang Direktur 12. Ruang KIA & USG
4. Ruang Laboratorium 13. Apotek
5. Dapur 14. Ruang UGD
6. Ruang Baby SPA 15. Kamar Mandi Karyawan
7. Ruang Poli Gigi

8. Ruang Rawat Inap

9. Kamar Mandi Pasien


3

Dalam rangka meng-update perkembangan dibidang pelayanan kesehatan, tentu,


landasan utamanya adalah evaluasi serta untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan
melengkapi fasilitas pelayanan yang disediakan agar tercipta pelayanan kesehatan yang
holistic dan berkesinambungan selama 24 jam/hari. Klinik Fauziah sangat berkeinginan
berperan aktif dalam mendukung pemerintah maupun pihak swasta lain untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat.
Untuk mendapat sebuah pencapaian yang maksimal dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik maka sudah selayaknya kami memiliki visi dan misi yang jelas agar
semua tujuan dapat mudah dicapai. Adapun visi dan misi Klinik Fauziah adalah sebagai
berikut:
A. Visi   : Menyehatkan masyarakat dan memasyarakatkan kesehatan
B. Misi   :   
1. Sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat dengan ikut serta dalam usaha
untuk meningkatkan derajat kesejahteraan melalui peningkatan kesehatan.
2. Sebagai mitra pemerintah maupun swasta dalam memberikan pelayanan prefentif,
kuratif dan rehabilitative yang komprehensif dan berkesinambungan.
3. Memberikan pelayanan medis dasar yang berbasis hemat dan terjangkau.
4. Menjadi fasilitas pelayanan primer yang profesional dan berkualitas.
5. Mendorong kemandirian hidup sehat.

C. Motto : Ramah dan profesional sifat kami, kesehatan anda adalah tujuan kami.
D. Tujuan
a. Menjadi klinik yang mampu memberikan pelayanan secara tepat guna, inovatif
dan efisien dengan didukung sumber daya manusia yang profesional.
b. Mengupayakan peningkatan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan masyarakat.
E. Ciri Pelayanan
Komprehensif, kontinyu, koordinatif, promotif, preventif, family consideration,
community consideration
4

F. Jenis Pelayanan
a. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum
b. Pertolongan pertama emergensi / kegawat daruratan ( UGD )
c. Rawat Jalan
d. Pemeriksaan Kehamilan
e. Kelas Hamil
f. Keluarga Berencana (KB)
g. USG
h. Persalinan
i. Imunisasi
j. Pemeriksaan Gigi
k. Medical check up dengan dukungan dari laboratorium Klinik Fauziah
l. SPA baby / pijat bayi

G. Fasilitas
a. Peralatan kedokteran sesuai standar klinik Dinas Kesehatan
b. Ruang periksa yang nyaman dan representatif
c. Ruang tunggu pasien yang dilengkapi dengan fasilitas tv
d. Lahan parkir yang luas
e. Lokasi yang mudah diakses dari arah manapun

H. Waktu Pelayanan
a. Poli Umum : Pagi jam 08.00 s/d 12.00 WIB dan sore jam
15.00 S/D 18.00 WIB (Minggu dan Hari Besar
Libur)
b. Poli Gigi : Sore jam 17.00 s/d 20.00 WIB (Minggu dan
Hari Besar Libur) atau sesuai perjanjian
c. Persalinan : Setiap waktu (24 jam)
d. Laboratorium Klinik Fauziah : Senin s/d sabtu jam 08.00-15.00 WIB (Hari
Minggu dan Hari Besar Libur)
5

I. Stuktur Organisasi Klinik Fauziah Pulung

KEPALA KLINIK FAUZIAH

PULUNG

Ny. Katini S.ST.

POLI UMUM POLI KIA POLI GIGI


dr. Nurul Atika Vicky Rahayu, dr. Rina
Amd.Keb

Tabel 1.1 Struktur Organisasi Klinik Fauziah

J. Daftar Karyawan Klinik Fauziah Pulung

NO. NAMA BIDAN DAN KARYAWAN KLINIK

1. dr. Nurul Atika

2. Vicky Rahayu, Amd.Keb

3. Nur Laily Margareta, Amd.Keb

4. Shely Putri Pratiwi, Amd.Keb

Tabel 1.2 Daftar Karyawan


6

1.1.2. Gambaran Umum Ruangan

Ruang UGD adalah salah satu ruang gawat darurat yang menyediakan
penanganan awal tindakan terhadap pasien dalam keadaan darurat. Banyak alat
medis yang terdapat diruang UGD, antara lain :

N NAMA ALAT JUMLAH


O
1. BAD PASIEN 1 BUAH
2. ALMARI OBAT ORAL 1 BUAH
3. TENSIMETER 1 BUAH
4. STETOSKOP 3 BUAH
5. TABUNG OKSIGEN 1 BUAH
6. NEBULIZER 1 BUAH
7. ALMARI INFUS SET 1 BUAH
8. ALMARI OBAT INJEKSI 1 BUAH
9. TEMPAT SAMPAH MEDIS 1 BUAH
10. TEMPAT SAMPAH NON MEDIS 1 BUAH
11. TERMOMETER 3 BUAH

Tabel 1.3 Rekapitulasi Alat


7

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum


Melalui pendekatan pembelajaran ini peserta PKL diharapkan :
1. Mampu menyesuaikan diri dengan dunia lingkungan kerja dan industri yang
sesungguhnya
2. Memiliki tingkat kompetensi standart sesuai yang dipersyaratkan oleh dunia
kerja dan di industri
3. Menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu, ekonomi, bisnis,
kewirausahaan dan produktif
4. Dapat menyerap perkembangan teknologi dan budaya kerja untuk
kepentingan pengembangan diri
5. Mampu menyesuaikan diri dengan dunia luar
6. Mampu mendapatkan keterampilan untuk melaksanan program kerja pada
klinik
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Sebagai salah satu bentuk latihan dalam menghadapi Uji Kompotensi pada
akhir proses pembelajaran
2. Sebagai salah satu tugas yang diisyaratkan untuk menempuh Ujian Satuan
Pendidikan (USP) dan Ujian Sertifikasi Kompetensi (USK)
3. Menambah wawasan tentang penulisan karya ilmiah

1.3. Manfaat

1.3.1 Manfaat Untuk Peserta PKL

Hasil belajar peserta Praktik Industri akan lebih bermakna, karena setelah
tamat akan betul-betul mempunyai keahlian prefesional sebagai bakal untuk
meningkatkan taraf hidupnya dan sebagai bekal untuk pengembangan dirinya
secara berkelanjutan.
Keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga diri dan rasa
percaya diri tamatan, yang selanjutnya akan mendorong mereka untuk
meningkatkan keahlian profesionalnya pada tingkat yang lebih tinggi.
8

1.3.2 Manfaat Untuk DU/DI

Penyelenggaraan PKL memberi keuntungan nyata bagi industri antara lain:

a. Perusahaan dapat mengenal kualitas peserta PKL yang belajar dan bekerja di
industri.
b. Umumnya peserta PKL telah ikut dalam proses produksi secara aktif sebagai
pada pengertian tertentu peserta PKL adalah tenaga kerja yang memberi
keuntuinga.
c. Perusahaan dapat memberi tugas peserta PKL untuk kepentingan perusahaan
sesuai kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.
d. Selama proses pendidikan melalui kerja industri, peserta PKL lebih mudah
diatur dalam hal disiplin berupa kepatuhan terhadap peraturan perusahaan.
Karena itu, sikap peserta PKL dapat dibentuk sesuai ciri khas tertentu industri.
e. Memberi kepuasan bagi dunia usaha/ dunia industri karena diakui ikut serta
menentukan hari depan bangsa melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL)

1.3.3 Manfaat Bagi Sekolah

Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi peserta didik


lebih terjamin pencapaiannya. Terdapat kesesuaian yang lebih pas antara program
pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja (sesuai dengan prinsip Link and
Match). Memberi kepuasan bagi penyelenggaraan pendidikan sekolah karena
tamatanya lebih terjamin memperoleh bekal yang bermanfaat, baik untuk
kepentingan tamatan, kepentingan dunia kerja, dan kepentingan bangsa.
BAB II
PROSES PELAKSANAAN

2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

2.1.1 Pelaksanaan Praktek dan Kerja Lapangan

Pelaksanaan PKL dilaksanakan pada tanggal 8 Maret sampai 4 April 2021.


Tepatnya di Klinik Fauziah Pulung.

2.1.2 Pelaksanaan Asuhan Keperawatan

Pelaksanaan asuhan keperawatan dilaksanakan di ruang UGD pada hari Rabu


24 Maret 2021 di Klinik fauziah Pulung pukul 10.40 WIB.

2.2 Pengkajian Keperawatan

2.2.1 Kasus Klien Binaan

Nama : Tn. S

Tanggal lahir : 9 Juli 1963

Jenis kelamin : Laki-Laki

Alamat : Dukuh : Segropyak

RT/RW : 01 / 02

Desa : Pulung Merdika

Kecamatan : Pulung

Kepala Keluarga : Tn . Y

No. KK : 000 6xx xxx

No. RM : 03xxx

Tanggal Pengkajian : 24 Maret 2021

Diagnosa Medis : PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)

9
10

Kasus:

Tn S. datang ke UGD Klinik Fauziah Pulung dengan keluhan sesak napas,


batuk dan dahak sulit untuk keluar, pasien juga mengatakan ingin terapi nebulizer
karena pasien sering melakukan terapi nebulizer di klinik untuk mengurangi sesaknya.
Saat TTV didapatkan hasil TD : 130/90 mmHg, S: 36,20C, Nadi: 90 ×/menit, RR :
30×/menit. Keadaan umum: Pasien tampak sesak dan lemah, terdapat suara tambahan
(ronchi)

2.2.2 Analisa Data Masalah Keperawatan

Data Subjektif :

Pasien mengatakan sesak napas, sulit mengeluarkan dahak.

Data Objektif :

 TD : 130/90 mmHg
 S : 36,20C
 N : 90 × / menit
 RR : 30× / menit
 Pasien terlihat batuk
 Pasien tampak lemah
 Pasien tampak sesak terlihat dari pola nafas

Masalah Keperawatan : bersihan jalan napas tidak efektif


11

2.3 Rencana Intervensi

Tabel. 2.1. Rencana Intervensi

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV


keperawatan kurang lebih 1× 1 jam, Rasional: Karena untuk mengetahui langkah tindakan
diharapkan masalah pasien dapat selanjutnya
teratasi dengan kriteria hasil
2. Kaji keadaan umum
● Mendemontrasikan batuk
Rasional: Menetapkan data dasar pasien untuk
efektif dan suara nafas yang
mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya.
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspnea (mampu 3. Latih batuk efektif

mengeluarkan sputum, Rasional: membantu meningkatkan gerakan secret ke


bernapas dengan mudah, jalan nafas, sehingga mudah untuk dikeluarkan.
tidak ada pursed lips)
Observasi
● Menunjukkan jalan nafas
 Identifikasi kemampuan batuk
yang paten (klien tidak
Terapeutik
merasa tercekik, irama nafas,
 Atur posisi fowler
frekuensi pernapasan dalam
Rasional: Memungkinkan upaya nafas
rentang normal, tidak ada
lebih dalam dan lebih kuat serta
suara nafas abnormal)
menurunkan ketidaknyamanan dada
● Mampu mengidentifikasikan Edukasi
dan mencegah faktor yang  Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
penyebab sesak  Anjurkan Tarik napas dalam melalui

● Saturasi 02 dalam batas hidung selama 4 detik, ditahan selama 2

normal (95-100%) detik, kemudian keluarkan dari mulut


dengan bibir mecucu (dibulatkan) selama
● Foto thorak dalam batas
8 detik, ulangi hingga 3 kali
normal
Rasional: Meningkatkan ventilasi
● TTV dalam rentang normal maksimal dan oksigenasi serta
mempermudah pengeluaran secret yang
 TD: 120/80mmHg melekat di jalan nafas. 12
 RR: 16-24x/menit
 S: 36,50C-37,50C Kalaborasi
 N: 60-100x/menit  Kolaborasi pemberian mukolitik
Rasional: Menurunkan kekentalan ecret
● K / U baik
4. Manajemen jalan nafas :
Rasional: Mampu melebarkan jalan nafas
Observasi
 Monitor bunyi napas
Rasional: Mengetahui adanya suara nafas
tambahan
Terapeutik
 Posiskan fowler
Rasional: Memungkinkan upaya nafas
lebih dalam dan lebih kuat serta
menurunkan ketidaknyamanan dada
 Berikan minum hangat
Rasional: Air hangat dapat memobilisasi
dan mengeluarkan secret.
 Lakukan fisoterapi dada
Rasional: Meningkatkan drainase, dan
eliminasi secret agar lebih mudah
dikeluarkan.
 Berikan oksigen
Rasional: Karena membantu
mempertahankan nafas
Edukasi
 Ajarkan batuk efektif
Rasional: Karena membantu
meningkatkan gerakan secret ke jalan
nafas, sehingga mudah untuk dikeluarkan.
13
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektora, mukolitik
Rasional: Mengeluarkan
sputum/melebarkan jalan nafas dengan
terapi farmakologis
5. Pemantauaan respirasi :
Rasional: untuk mengetahui pola nafas pasien
Observasi
 Monitor frekuensi irama, kedalaman dan
upaya napas
Rasional: Berguna dalam derajat distress
pernafasan atau kronisnya penyakit.
 Monitor pola napas
Rasional: Karena mengetahui adanya
sumbatan pada jalan nafas.
 Auskultasi bunyi napas
Rasional: Karena mengetahui adanya
suara nafas di paru seperti ronchi
Terapeutik :
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Rasional:Menetukan kecepatan aliran
pemberian O2
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
6. Berkaloborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
nebulizer
Rasional: Nebulizer dapat mengencerkan dahak sehingga
dahak mudah dikeluarkan
14

14

7. Beri KIE :
 Ajarkan pasien untuk tidak banyak
melakukan aktivitas yang berat atau yang
mudah membuat lelah
 Anjurkan pasien untuk minum obat secara
teratur

Tabel 2.1 Rencana Intervensi

2.3. Implementasi Tindakan Keperawatan


Tabel 2.2 Implementasi Tindakan Keperawatan

Waktu Implementasi

23 Maret 2021 1. Mengkaji keadaan umum

10.45 Respon:

Keadaan umum: lemah, sesak

10.55 2. Mengkaji TTV


Respon:
 TD : 130/90 mmHg
 RR : 30x/menit
 S : 36,20C
 N : 90x/menit

3. Memposisikan pasien fowler


Respon: sesak berkurang
4. Berkaloborasi dengan dokter dalam pemberian
11.00
terapi nebulizer:
 Pemberian nebulizer (bronkodilator)
 Obat ventolin 1 ampul
Respon:Sesak berkurang
5. Melatih batuk efektif
15
Respon: Pasien bisa melakukan batuk efektif
setelah dilakukan latihan (dahak belum keluar)
11.05 15
6. Memberikan KIE :
 Mengajarkan pasien untuk tidak
11.10 melakukan aktivitas yang berat atau
yang mudah membuat lelah
 Menganjurkan untuk minum obat secara
teratur
Respon: pasien mengerti

Tabel 2.2 Implementasi Tindakan Keperawatan

2.4. Evaluasi Tindakan Keperawatan


Tabel 2.3 Evaluasi Tindakan Keperawatan

EVALUASI
WAKTU
S : Pasien mengatakan rasa sesak sudah
berkurang, dahak belum keluar dan batuk
23 Maret 2021
masih ada
11.30
O:

● Pasien tidak lemah

● Masih terdapat suara nafas tambahan


(ronchi)

● TTV :

TD : 120/80 mmHg

N : 80X / menit

S : 36°C

RR : 23X / menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : Pasien bisa pulang

 Discharge palining
 Pasien dianjurkan
untuk minum obat
secara teratur
 Makan secara teratur
 Tidak merokok
 Tidak melakukan
aktivitas yang
membuat badan lelah,
lemah
 Minum air hangat
 Istirahat cukup
Tabel 2.3 Implementasi Tindakan Keperawatan
BAB III

TEMUAN

3.1. Keterlaksanaan (Faktor Pendukung dan Penghambat)

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung yang ada di Ruang UGD, dalam pelaksanaan prakerin antara
lain:
a. Peralatan dan bahan yang mendukung keberhasilan tindakan yang diberikan.
b. Kemauan pasien untuk menjalani anjuran yang diberikan.
c. Kesediaan perawat memberikan yang dibutuhkan pasien.
d. Fasilitas yang memadai
2. Faktor Penghambat

a. Kurangnya komunikasi yang efektif antara tenaga medis dengan pasien.


b. Keterbatasan ilmu pengetahuan pasien tentang informasi yang diberikan.

3.2. Implementasi Keselamatan Kerja

a. Adanya alat pelindungan diri yang berupa handscoon, masker, faceshield, scort
b. Adanya tempat mencuci tangan atau wastafel.
c. Adanya handsanitizer di setiap ruangan
d. Adanya tempat sampah yang terdiri dari 3 jenis antara lain : tempat sampah
non medis, tempat sampah medis, tempat sampah untuk membuang jarum dan
ampul (safety box).

3.3. Pembahasan:

Kebutuhan Dasar Manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh


manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Hidayat, A.A.
2009). Teori hirarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow
mengembangkan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu
kebutuhan fisiologis (oksigen, cairan, nutrisi, keseimbangan tubuh, eliminasi, tempat
tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual. Salah satunya kebutuhan dasar
yang terganggu pada Tn.S adalah oksigenasi. Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan

17
dasar manusia dalam pemenuhan oksigenasi yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel
(Potter dan Perry, 2009). Oksigenasi (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam
kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses
metabolism tubuh secara terus-menerus. PPOK atau penyakit paru obstruktif kronis
adalah suatu kelompok penyakit paru-paru yang menghalangi aliran udara dan
membuat sulit bernapas. Kebutuhan oksigenasi merupakan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktifitas berbagai organ atau sel (Hidayat, 2009). Pada kasus Tn.S, pasien mengalami
masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif akibat adanya secret yang
menghambat saluran pernafasan, sehingga menyebabkan klien mengalami kesulitan
untuk bernafas. Pada kasus Tn.S perawat melakukan tindakan nebulizer yang
bertujuan, membersihkan jalan nafas, membantu mengeluarkan dahak, mengobati
penyumbatan saluran pernafasan, untuk melegakan saluran nafas, obat bisa langsung
tersalurkan ke paru-paru, cara pakainya mudah.

Nebulizer merupakan alat yang digunakan untuk merubah obat cair menjadi
uap untuk dihirup kedalam paru-paru (WHO, 2007). Tindakan yang dilakukan
perawat untuk menangani pasien Tn.S adalah menggunakan nebulizer. Tindakan yang
pertama, menggunakan handsanitaizer, kedua yaitu mengatur posisi dengan posisi
fowler, mendekatkan peralatan yang berisi peralatan nebulizer ke bed pasien,
selanjutnya mengisi nebulizer dengan ventolin 1 ampul, dan diberikan cairan
aquadess dengan bandingan aquadess 2,5cc dengan ventolin 2.5ml, lalu
menghidupkan nebulizer, pastikan alat berfungsi dengan baik, selanjutnya pasang
masker nebulizer pada pasien, dan meminta pasien untuk nafas dalam, jika sudah
tidak ada uap dan cairan sudah habis matikan nebulizer, kemudian bereskan alat,
menggunakan handsanitaizer. Pada kasus pasien Tn.S masalah yang dihadapi adalah
bersihan jalan nafas tidak efektif sehingga pasien membutuhkan nebulizer dengan
resep ventolin 1 ampul yang mengandung zat aktif salbutamol yaitu obat golongan
bronkodilator (agonis selektif beta-2 adrenergik) yang bekerja dengan cara
melemaskan otot-otot di sekitar saluran pernafasan yang menyempit sehingga oksigen
dapat mengalis lebih lancer menuju paru-paru. Ventolin adalah obat yang digunakan
untuk mengatasi penyakit saluran pernafasan, seperti PPOK atau asma. Tujuan dari
pemberian Nebulizer dengan ventolin adalah untuk membuka saluran udara ke paru-
paru serta melakukan relaksasi atau mengendorkan otot-otot pada saluran nafas.
Ventolin bekerja dengan merangsang secara selektif reseptor beta-2 adrenergik
terutama pada otot bronkus. Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk merubah
obat cair menjadi uap untuk dihirup kedalam paru-paru.

Berdasarkan evaluasi, setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah pada


pasien Tn.S masih teratasi sebagian. Karena pasien setelah dilakukan tindakan
nebulizer pasien langsung pulang. Dengan dibuktikan pasien mengatakan rasa sesak
sudah berkurang, dahak belum bisa keluar, dan batuk masih ada. Pasien sudah tidak
terlihat lemah, tetapi masih terdapat suara nafas tambahan (ronchii), dengan RR:
23x/menit.

Salah satu perbedaan tindakan dan SOP teori pemberian nebulizer di


Klinik Fauziah Pulung adalah jika di Klinik saat tindakan perawat tidak menggunakan
handscoon waktu melakukan pemberian nebulizer. Sedangkan di sekolahan kita
diajarkan juga menggunakan handscoon pada saat pemberian nebulizer pada pasien.
Handscoon adalah sebual alat pelindung diri berbentuk sarung tangan yang umumnya
digunakan oleh tenaga medis yang berfungsi untuk terhindar dari droplet pasien yang
memiliki penyakit yang bisa menular. Fungsi handscoon dalam tindakan nebulizer
yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi silang serta mencegah terjadinya penularan
kuman. Adapun risiko jika tidak menggunakan handscoon yaitu dapat tertular
penyakit ataupun kuman apa lagi dalam situasi pandemi ini akan lebih
membahayakan. Alasan perawat tidak memakai handscoon saat tindakan nebulizer
karena lupa dan pada waktu itu pasien banyak. Seharusnya perawat harus memakai
handscoon saat melakukan nebulizer agar lebih terjaga dari berbagai masalah apalagi
dalam kondisi pandemi ini.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada kasus Tn.S masalah yang dihadapi adalah bersihan jalan nafas tidak efektif
sehingga pasien membutuhkan nebulizer dengan resep ventolin 1 ampul yang
mengandung salbutamol. Ventolin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit
saluran pernafasan, seperti PPOK atau asma. Tujuan dari pemberian nebulizer dengan
ventolin adalah untuk membuka saluran udara ke paru-paru serta melakukan relaksasi
atau mengendorkan otot-otot pada saluran nafas.

Berdasarkan Evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan antara lain : Pasien
mengatakan rasa sesak sudah berkurang, dahak masih belum bisa keluar dan batuk masih
ada. Pasien sudah tidak terlihat lemah, tetapi masih terdapat suara nafas tambahan
(ronchi). TTV = TD : 120/8mmHg, N : 80 X / menit, S : 360, RR : 23 X / menit.

4.2. Saran

4.2.1. Saran Bagi Peserta PKL Selanjutnya

a. Sebaiknya peserta lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi PKL


b. Mematuhi peraturan yang ada di Klinik
c. Sebaiknya peserta PKL selanjutnya lebih rajin dari peserta sebelumnya
d. Peserta PKL selalu datang tepat waktu
4.2.2. Saran Bagi DU/DI yang ditempati

a. Sebaiknya lebih memperhatikan lagi kebersihan alat medis


b. Sebaiknya lebih memperhatikan kerapian alat-alat medis
c. Sebaiknya mengganti peralatan yang sudah tidak berfungsi
4.2.3. Saran bagi Sekolah

a. Sebaiknya pihak sekolah lebih mempersiapkan peserta PKL


b. Sebaiknya pihak sekolah lebih membimbing dalam hal yang berkaitan dengan
peserta PKL
20
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing diagnosis handbook, an
evidence based guide to planning care (11thed) ST. Louis: Elsevier

Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol:1. Jakarta: EGC

Carpenito, L. J (2013). Nursing Diagnosis: Application to Clinical Practice. 14th Ed.

Hidayat, A.A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta :
Salemba Medika

Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam
praktek. Jakarta: EGC.

NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika


Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

PDPI, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di
Indonesia Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2003

WHO, 2007, The Top Ten Causes of Death 2002. http://www.who.int/whr (Diakses tanggal
12 Oktober 2011)

Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


Kozier

21
22

Lampiran

Laporan Pendahuluan sesuai penyakit klien:


A. DEFINISI

Penyakit paru-paru obstrutif kronis/PPOK (COPD) merupakan suatu istilah


yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama
dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya (Irman, 2008).
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan
dengan kondisi sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian
akut dalam perjalanan alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan basal
sesak napas, batuk, dan/ atau sputum yang diluar batas normal dalam variasi hari ke
hari (GOLD, 2009).
Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan sejumlah gangguan yang
mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar paru. Gangguan yang penting adalah
bronkhitis obstruktif, emfisema,dan asma bronkhial. ( Arif Muttaqin, 2008: 156 )

B. ETIOLOGI

Menurut Arif Muttaqin, (2008: 156 ) penyebab dari Penyakit Paru Obstruksi
Kronik adalah :
a. Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis kronik dan
emfisema.
b. Adanya infeksi : Haemophilus influenzae dan streptococcus pneumonia.
c. Polusi oleh zat- zat pereduksi.
d. Faktor keturunan.
e. Faktor sosial- ekonomi : keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk. 23

C. MANIFESTASI KLINIK

Menurut Putra (2013) manifetasi klinis pasien Penyakit Paru Obstruktif


Kronik (PPOK) adalah : Gejala dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah
seperti susah bernapas, kelemahan badan, batuk kronik, nafas berbunyi, mengi atau
wheezing dan terbentuknya sputum dalam saluran nafas dalam waktu yang lama.
Salah satu gejala yang paling umum dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
adalah sesak nafas atau dyosnea. Pada tahap lanjutan dari Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), dypsnea dapat memburuk bahkan dapat dirasakan ketika penderita
sedang istirahat atau tidur. Kesulitan bernafas juga terjadi pada pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) yaitu bernafas dengan menggunakan otot bantu pernafasan
dalam jangka waktu yang lama, maka akan terjadi hipertropi otot dan pelebaran di
sela-sela iga atau daerah intercostalis. Bila telah mengalami gagal jantung kanan,
tekanan vena jugularis meninggi dan akan terjadi edema pada ekstremitas bagian
bawah. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi penumpukan cairan pada tubuh akibat
dari gagalnya jantung memompa darah dan sirkulasi cairan ke seluruh tubuh.
D. PATOFISIOLOGI

Karakteristik utama PPOK adalah keterbatasan aliran udara sehingga


membutuhkan waktu lebih lama untuk pengosongan paru. Peningkatan tahanan jalan
napas pada saluran napas kecil dan peningkatan compliance paru akibat kerusakan
emfisematus menyebabkan perpanjangan waktu pengosongan paru. Hal tersebut dapat
dinilai dari pengukuran Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (FEV1) dan rasio
FEV1 dengan Kapasitas Vital Paksa (FEV1/FVC) (Masna dan Fachri, 2014).
Patofisiologi pada pasien PPOK menurut The Global Initiative for Chronic
Obstructive Pulmonary Disease 2017 sebagai berikut :
1. Keterbatasan aliran udara dan air trapping
2. Ketidaknormalan pertukaran udara
3. Hipersekresi mukus
4. Hipertensi pulmoner
5. Eksaserbasi
6. Gangguan sistemik

E. KOMPLIKASI

Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Irman Soemantri


(2009):
a. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg,
dengan nilai saturasi okesigen <85%. Pada awalnya klien akan
mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi
pelupa. Pada tahap lanjut akan timbul sianosis.
b. Asidosis Respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda
yang muncul antara lain nyeri kepala, fatgue, letargi, dizzines, dan
takipnea.
c. Infeksi Respiratori
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi
mukus dan rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa.
Terbatasnya aliran akan menyebabkan peningkatan kerja otot napas
dan timbulnya dispnea.Terbatasnya aliran akan menyebabkan
peningkatan kerja otot napas dan timbulnya dispnea.
d. Gagal jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru),
harus diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat.
Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi
klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
24

e. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratori.
f. Status Asmatikus
Merupakan komplkasi mayor yang berhubungan dengan asma
bronkial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan,
dan sering kali tidak berespon terhadap terapi yang biasa diberikan.
Penggunaan otot bentu pernapasan dan distensi vena leher sering kali
terlihat pada klien dengan asma.

F. PEMERIKSAAN

a. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada PPOK fase awal umumnya normal atau hanya
menunjukkan ekspirasi yang memanjang. Pemeriksaan fisik akan semakin
bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan PPOK dan semakin bermakna pada
PPOK berat.

Pada inspeksi apat ditemukan:

a. Penampilan pink puffer (kurus, kulit kemerahan) atau blue bloater (gemuk,
sianosi, edema tungkai)
b. Bila telah terjadi gagal jantung kanan dapat terlihat denyut vena jugularis
dan edema tungkai
c. Penggunaan dan hipertrofi otot bantu nafas
d. Pursed-lips breathing
e. Barrel chest (diameter antero-posterior dan transveesal sebanding

1. Palpasi
Pada tipe emfisema, fremitus paru dirasakan melemah dengan sela iga melebar
2. Perkusi
Pada perkusi toraks akan ditemukan suara paru hipersonor, batas jantung
megecil, dan diafragma rendah
3. Auskultasi
Pada auskultasi toraks akan ditemukam ekspirasi memanjang, wheezing pada
waktu bernafas biasa atau ekspirasi paksa, penurunan suara nafas vasikuler, dan
suara jantung terdengan menjauh
25

b. Pemeriksaan diasnotik

1. Chest X-Ray: dapat menunjukkan hiperinflation paru, flattened


diafragma, peningkatan ruangan udara retrosternal, penurunan tanda
vaskuler/bullae (emfisema), peningkatan suara bronkovaskuler
(bronkitis), normal ditemukan saat periode remisi (asma).

2. Pemeriksaan Fungsi Paru: dilakukan untuk menentukan penyebab


dispnea, menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat
obstruksi atau restriksi, memperkirakan tingkat disfungsi, dan
mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator.

3. Total Lung Capacity (TLC): meningkat pada bronkitis berat dan


biasanya pada asma, namun menurun pada emfisema.

4. Kapasitas Inspirasi: menurun pada emfisema

5. FEV1/FVC: rasio tekanan volume eksperasi (FEV) terhadap tekanan


kapasitas vital (FVC) menurun pada beonkitis dan asma

6. Arterial Blood Gasses (ABGs): menunjukkan proses penyakit kronis


sering kali PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau meningat (bronkitis
kronis dan emfisema) tetepi sering kali menurun pada asma, pH
normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap
hiperventilasi (emfisema sedang atau asma)

7. Bronkogram: dapat menunjukkan dilatasi dari bronki saat inspirasi,


kolaps bronkial pada tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran
kelenjar mukus (bronkitis)

8. Darah Lengkap: terjadi peningkatan hemoglobin (emfisema berat) dan


eosinofil (asma)

9. Kimia Darah: alpha 1-antitripsin kemungkinan kurang pada emfisema


primer

10. Sputum Kultur: untuk menentukan adanya infeksi dan


mengidentifikasi patogen, sedangkan pemeriksaan sitologi digunakan
untuk menemukan penyakit kaganasan atau alergi
11. Electrokardiogram (ECG): deviasi aksis kanan, gelombang P tinggi
(asma berat), artial disritmia (bronkitis), gelombang P pada leads II,
III, dan AVF panjang, tinggi (pada bronkitis dan emfisema) dan aksis
QRS ventrikal (emfisema)

12. Exercise ECG, Stress Test: membantu dalam mengkaji tingkat


disfungsi

13. Pernapasan, mengevaluasi keefektifan obat bronkodilator, dan


merencanakan/evaluasi program.
26

G. PENATALAKSANAAN

 Penatalaksanaan medis
a. Berhenti merokok harus menjadi prioritas
b. Bronkodilatori (β-agonis dan antiklolinergik) bermanfaat pada 20-40%
kasus
c. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam
memperpanjang usia pasien dengan gagal nafas kronis (yaitu pasien
dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan FEV 1 sebesar 1,5 L)
d. Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat
simtomatik yang singnifikan pada pasien dengan penyakit sedang –
berat.
e. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan
dengan meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan
potensijalan nafas
 Penatalaksanaan keperawatan
a. Mempertahankan potensi jalan nafas
b. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
c. Meningkatkan masukan nutrisi
d. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi
e. Memberikan informasi tentang
27

LP KDM yang berhubungan dengan masalah klien:


A. DEFINISI

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau


fisika).Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon
dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal
pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.
(Wahit Iqbal Mubarak, 2007).

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.
(Wartonah Tarwanto, 2006)

B. ETIOLOGI

a. Faktor Fisiologis
1. Menurunnya kemampuan mengikatO 2 seperti pada anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada Obstruksi saluran
pernafasan bagian atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen(O2)
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit kronis
seperti TBC paru.
b. Faktor perilaku
1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang.
2. Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner
4. Kecemasan ; menyebabkan metabolisme meningkat.

C. FISIOLOGI PERUBAHAN FUNGSI PERNAFASAN

1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru
agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena 28
kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan asam basa seperti
osidosis metabolik Tanda-tanda hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek,
nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan
O2 tubuh atauuntuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada
keadaaan atelektasis (KolapsParu). Tanda-tanda dan gejalanya pada keadaan
hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, ketidak
seimbangan elektrolit
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhuan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang
didinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia
dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan
ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok, berkurannya
konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda Hipoksia adalah
kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi
meningkat,pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

a. Patologi
1. Penyakit pernafasan menahun (TBC, Asma, Bronkhitis)
2. Infeksi, Fibrosis kritik, Influensa
3. Penyakit sistem syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis, multipel
miastania gravis)
4. Depresi SSP / Trauma kepala
5. Cedera serebrovaskuler (stroke)
b. Maturasional
1. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan taddler, adanya resiko infeksi saluran pernafasa dan merokok
3. Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan
merokok
4. Dewasa muda dan pertengahan. Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arterios klerosis, elastisitasi menurun, ekspansi pann menurun.
c. Situasional (Personal, Lingkungan)
1. Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat : pembedahan atau
trauma nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan.
2. Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau kelembaban
rendah
3. Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar,
respons inflamasi, danpeningkatan pembentukan lendir sekunder
akibat rokok, pernafasan mulut.

E. MANIFESTASI KLINIS

a. suara napas tidak normal.


b. perubahan jumlah pernapasan.
c. batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin. 29
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea
i. Penurunan ekspansi paru
j. Takhipnea

F. FOKUS PENGKAJIAN

d. Riwayat Keperawatan
 Masalah keperawatan yang pernah dialami
- Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
- Pernah mengalami batuk dengan sputum.
- Pernah mengalami nyeri dada.
- Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas
 Riwayat penyakit pernapasan
- Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-
lain
- Bagaimana frekuensi setiap kejadian?
 Riwayat kardiovaskuler
- pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel
kanan,dll) atau peredaran darah
 Gaya hidup
- Merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.

e. Pemeriksaan Fisik
 Mata
- Konjungtiva pucat (karena anemia)
- Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
- Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau
endokarditis)
 Kulit
- Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
- Penurunan turgor (dehidrasi)
- Edema.
- Edema periorbital
 Jari dan Kuku
- Sianosis
- Clubbing finger
 Mulut dan Bibir
- Membrane mukosa sianosis
- Bernapas dengan mengerutkan mulut
 Hidung
- Pernapasan dengan cuping hidung
 Vena leher
- Adanya distensi / bendungan
 Dada
- Retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas
pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
- Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
- Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan)
- Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial) 30
- Sara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction
rub/pleural friction)
- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
 Pola Nafas
- Pernapasan normal(eupnea)
- Pernapasan cepat (tacypnea)
- Pernapasan lambat (bradypnea)
f. Pemeriksaan Penunjang
 EKG
 Echocardiography
 Kateterisasi jantung
 Angiografi
31

SOP Tindakan: PEMBERIAN NEBULIZER

Uraian
a. Persiapan Alat
1. Set nebulizer
2. Obat bronkodilator
3. Bengkok 1 buah
4. Tissue
5. Spuit 5 cc
6. Aquades

f. Persiapan Pasien
1. Pasien dipisahkan dengan pasien lain
2. Menyiapkan lingkungan
g. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan dan memakai handscoon
2. Mengatur pasien dalam posisi duduk atau semifowler
3. Mendekatkan peralatan yang berisi set nebulizer ke bed pasien
4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
5. Memasukkan obat sesuai dosis
6. Memasang masker pada pasien
7. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis
8. Matikan nebulizer
9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
10. Bereskan alat
11. Buka handscoon dan mencuci tangan
1. Pelayanan Pendaftaran

2. Ruang Pemeriksaan Umum


3. Ruang KIA

4. Ruang Laboratorium

5. Ruang Persalinan
6. Ruang Baby SPA

7. Ruangan Poli Gigi

8. Ruangan Rawat Inap


9. Apotek

Anda mungkin juga menyukai