Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REPORT

KULINER DAN INDUSTRI PARIWISATA

Dosen Pengampu :Dra. Lelly Fridiaty, M.Pd.

Yuzia Eka Putri,S.ST,M.Pd,M.Par

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

Fitria Muniroh Br Lubis 5203342004

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


PRODI PENDIDIKAN TATA BOGA VI B
FAKULTAS TEKNIK – UNIMED 2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah-SWT yang Maha-Pengasih lagi Maha-Panyayang,
segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Dengan segala rahmatnya, saya dapat
menyelesaikan Critical Book Report ini dengan baik. Segala halangan dapat saya lalui
sehingga tulisan ini bisa selesai tepat waktu. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih pada
dosen yang telah membimbing saya.
Critical Book Report ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kuliner dan Industri
Pariwisata di program studi Pendidikan Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri
Medan. Saya sangat berharap semoga Critical Book Report ini dapat menambah pengetahuan
bagi pembaca dan mendapat manfaat.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan Critical Book Report ini karena keterbatasan pengetahuan saya. Untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
Critical Book Report ini.

Medan,18 Maret 2023

Fitria Muniroh Lubis

i|CBR KULINER DAN INDUSTRI PARIWISATA


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Tujuan Critical Book....................................................................................................1
1.3 Manfaat Critical Book..................................................................................................1
1.4 Identitas Buku...............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
INTISARI BUKU......................................................................................................................2
2.1 Ringkasan Buku Utama................................................................................................2
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
3.1 Kritik Buku Utama......................................................................................................13
3.1.1 Kelebihan.....................................................................................................................13
3.1.2 Kekurangan..................................................................................................................13
3.1.3 Kesimpulan..................................................................................................................13
3.2 Kritik Buku Pendamping............................................................................................13
3.2.1 Kelebihan.....................................................................................................................13
3.2.2 Kekurangan..................................................................................................................13
3.2.3 Kesimpulan..................................................................................................................14

ii | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan referensi buku bukan laporan yang bertujuan untuk mengetahui isi buku
tetapi lebih menitik beratkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi, dan analisis) kita
mengenai keunggulan dan kelemahan buku apa yang menarik dari buku tersebut dan
bagaimana isi buku tersebut bisa mempengaruhi cara berpikir kita dan menambah
pemahaman kita terhadap suatu bidang kajian tertentu.
1.2 Tujuan Critical Book
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kuliner dan Industri Pariwisata.
2. Untuk mengulas isi sebuah buku yang di kritikalisasi
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang di berikan oleh setiap
buku.
1.3 Manfaat Critical Book
1. Mempermudah pembaca dengan adanya referensi dalam memilih buku.
2. Menambah wawasan tentang Kuliner dan Industri Pariwisata.

1.4 Identitas Buku

BUKU UTAMA

Judul Buku : Dasar-Dasar Kepariwisataan dan

Pengolahan Destinasi Pariwisata

Penulis : ISDARMANTO. SE, MM, M.Par

Penerbit : Katalog dalam Terbitan

Tahun Terbit : 2017

ISBN : 978-602-72332-5-6

BUKU UTAMA

Judul Buku : Pedoman Pengembangan Wisata

Kuliner

Penulis : Santi Palupi, Fitri Abdillah

Penerbit : Kementerian Pariwisata Republik

Indonesia

Tahun Terbit : 2019

ISBN :-

3|CBR KULINER DAN INDUSTRI PARIWISATA


BAB II
INTISARI BUKU
2.1 Ringkasan Buku Utama
Pengertian Pariwisata
Pemahaman akan pengertian dari makna pariwisata memiliki banyak definisi, ini
salah satu pengertian pariwisata menurut para ahli. Menurut Hunziger dan krapf dari Swiss
dalam Grundriss Der Allgemeinen Femderverkehrslehre, menyatakan pariwisata adalah
keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing disuatu
tempat dengan syarat orang tersebut tidak melakukan suatu pekerjaan yang penting (Major
Activity) yang memberi keuntungan yang bersifat permanent maupun sementara. (Hunziger,
2008).
Jadi dapat di katakan pada dasarnya pariwisata itu motif kegiatannya adalah untuk
mengisi waktu luang, untuk bersenang-senang, bersantai, studi, kegiatan Agama, dan
mungkin untuk kegiatan olahraga. Selain itu semua kegiatan tersebut dapat memberi
keuntungan bagi pelakunya baik secara fisik maupun psikis baik sementara maupun dalam
jangka waktu lama,serta untuk prospek jangka panjangnya (sustainable tourism). Jutaan
orang telah mengenal tentang pariwisata, bahkan sering melakukan dan mampu menikmati
pariwisata setiap saat, namun kenyataannya masih belum mampu mendalami arti dan makna
pariwisata secara utuh. Kegiatan pariwisata adalah kegiatan yang bersifat multi sektoral yaitu
dilakukan oleh banyak pihak (minimun 18 organisasi) yang mereka semua mempunyai
kepentingan yang sama dan saling mendapatkan manfaatnya. Disebut juga multi dimensional
yakni pariwisata itu membutuhkan support atau dukungan dari segala aspek pandangan,
pemahaman, idea pendapat yang berbeda-beda dari berbagai lintas sektoral. baik non
pemerintah ikut serta menangani dan melibatkan banyak: sektor, instansi, disiplin. Sehingga
kebutuhan pokok dari pariwisata adalah koordinasi.
Koordinasi yang paling tepat adalah koordinasi sapu lidi, yaitu : diatas ketat dan
bagian bawah ambyar. Sehingga dalam memaknai pariwisata harus mampu mendalami secara
utuh sebagai kesatuan dari berbagaimulti disiplin ilmu dan organisasi juga berbagai pendapat
dan pandangan dan idea kreatif , inovatif yang harus mampu dikoordinasikan oleh para
pelaku-pelaku pariwisatanya (Stakeholder Pariwisata) secara efektif sehingga semua
mendapatkan manfaatnya. Kepariwisataan dipandang sebagai sesuatu yang abstrak , misalnya
saja sebagai suatu gejala yang melukiskan kepergian orang-orang didalam negaranya sendiri
(pariwisata domestik) atu penyeberangan orang-orang pada tapal batas suatu negara
(pariwisata internasional). Secara khusus kepariwisataan dapat dipergunakan sebagai suatu
alat untuk memperkecil kesenjangan saling pengertian diantara negaranegara sumber
wisatawan dengan negara penerima wisatawan, memupuk hubungan yang baik dalam bidang
politik, ekonomi, sosial, dan teknologi dan berfungsi dapat membantu meningkatkan dan
memupuk hubungan 5 tersebut sehingga dengan demikian akan memperluas wawasan saling
pengertian diantara bangsa-bangsa. Pada hampir kebanyakan Negaranegara berkembang ada
kecenderungan menjadikan cahaya matahari (sun), pantai (shore); pasir (Sand); dan bahkan
seks yang dikemas dengan daya tarik seni budaya serta keramahtamahan untuk menarik
wisatawan datang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata (DTW). (Yoeti, 2005).
Pembangunan pariwisata daerah secara regional akan lebih mudah dilakukan melalui
pengembangan pariwisatanya, terutama dalam menghadapi terjadinya gejala urbanisasi
sebagai akibat semakin padatnya penduduk pada suatu kota yang sering menimbulkan
masalah sosial dan ekonomi. Yang diharapkan dengan perkembangan pariwisata memberikan

4|CBR KULINER DAN INDUSTRI PARIWISATA


kenikmatan dan kepuasan pada wisatawan dan kemakmuran serta kesejahteraan bagi
masyarakat lingkungannya.
Sejarah Pariwista
Pengertian tentang Pariwisata dan wisatawan timbul di Perancis pada akhir abad ke
17. Tahun 1972 Maurice Menerbitkan buku petunjuk “The True Quide For Foreigners
Travelling in France to Appreciate its Benevialities, Learn the language and take exercise.”
Dalam buku ini disebutkan ada dua perjalanan yaitu perjalanan besar dan kecil (Grand Tour
dan Petit Tour). (Maurice, 1972) Menurut sejarah Grand Tour di Inggris mendapat arti yang
berbeda 6 yaitu dijadikan unsur pendidikan diplomasi dan politik. Pertengahan abad ke-19
Jumlah orang yang berwisata masih terbatas karena butuh waktu lama dan biaya besar,
keamanan kurang terjamin, dan sarananya masih sederhana, tetapi sesudah Revolusi Industri
Keadaan itu berbuah, tidak hanya golongan elite saja yang bisa berpariwisata tapi kelas
menengah juga. Hal ini ditunjang juga oleh adanya kereta api. Pada abad Ke-20 terutama
setelah perang dunia II kemajuan teknik produksi dan teknik penerbangan menimbulkan
peledakan pariwisata. Perkembangan terkahir dalam pariwisata adalah munculnya perjalanan
paket (Package tour).
Pariwisata adalah kegiatan bersifat dinamis yang melibatkan banyak manusia baik
secara individu maupun kelompok serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Beberapa
istilah kepariwisataan dijabarkan supaya orang menjadi terbiasa. Tujuan perjalanan juga akan
dikupas sehingga perbedaan wisatawan vakansi dan wisatawan bisnis perlu dijelaskan berikut
dengan ciri-ciri yang membedakannya.Masing-masing wisatawan memiliki tujuan dan
kepentingan yang berbeda sehingga penanganan pelayanan serta fasilitas serta sarana
prasarananyapun perlu pendekatan yang khusus. Sedangkan Konsep dan definisi tentang
pariwisata, wisatawan serta klasifikasinya perlu ditetapkan dikarenakan sifatnya yang
dinamis. Dalam kepariwisataan, menurut Leiper dalam Cooper et.al (1998:5) terdapat tiga
elemen utama yang menjadikan kegiatan tersebut bisa terjadi. Kegiatan wisata terdiri atas
beberapa komponen utama yaitu :
1. Wisatawan (Tourist)
Wisatawan adalah aktor pelaku dalam kegiatan wisata. Berwisata menjadi sebuah
pengalaman manusia untuk menikmati, mengantisipasi dan mengingatkan masa-masa di
dalam proses menikmati kehidupan dalam perjalanan mereka. Wisatawan adalah seseorang
yang melakukan perjalanan baik secara individu maupun kelompok sejauh minimal 80 km
dalam waktu lebih dari 24 jam dengan tujuan untuk mencari kesenangan/rekreasi di objek/
destinasi wisata.
2. Elemen geografi Pergerakan wisatawan yang berlangsung pada tiga area geografi, seperti
berikut ini.
a. Daerah Asal Wisatawan (DAW) Daerah tempat asal wisatawan berada, tempat ketika
melakukan aktivitias keseharian, seperti bekerja, belajar, tidur dan kebutuhan dasar lain.
Rutinitas itu sebagai pendorong untuk memotivasi seseorang berwisata. Dari DAW,
seseorang dapat mencari informasi tentang obyek dan days tarik wisata yang diminati,
membuat pemesanan dan berangkat menuju daerah tujuan.
b. Daerah Transit (DT) Tidak seluruh wisatawan harus berhenti di daerah itu. Namun, seluruh
wisatawan pasti akan melalui daerah tersebut sehingga peranan DT pun penting. Seringkali
terjadi, perjalanan wisata berakhir di daerah transit, bukan di daerah tujuan. Hal inilah yang

5|CBR KULINER DAN INDUSTRI PARIWISATA


membuat negara-negara seperti Singapura dan Hong Kong berupaya menjadikan daerahnya
multifungsi, yakni sebagai Daerah Transit dan Daerah Tujuan Wisata.
c. Daerah Tujuan Wisata Daerah ini sering dikatakan sebagai sharp end (ujung tombak) nya
pariwisata. Di DTW ini dampak pariwisata sangat dirasakan sehingga dibutuhkan
perencanaan dan strategi manajemen yang tepat. Untuk menarik wisatawan, DTW merupakan
pemacu keseluruhan sistem pariwisata dan menciptakan permintaan untuk perjalanan dari
DAW. DTW juga merupakan raison d’etre atau alasan utama (DTW) yakni perkembangan
pariwisata yang menawarkan hal-hal yang berbeda dengan rutinitas wisatawan.
3. Industri pariwisata
Elemen ketiga dalam sistem pariwisata adalah industri pariwisata. Industri yang
menyediakan jasa, daya tarik, dan sarana wisata. Industri yang merupakan unit-unit usaha
atau bisnis di dalam kepariwisataan dan tersebar di ketiga area geografi tersebut. Sebagai
contoh, biro perjalanan wisata bisa ditemukan di daerah asal wisatawan, Penerbangan bisa
ditemukan baik di daerah asal wisatawan maupun di daerah transit, dan akomodasi bisa
ditemukan di daerah tujuan wisata. Pariwisata merupakan gejala dari pergerakan manusia
secara temporer dan spontan di dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu.
Gejalagejala tersebut mendorong dan menumbuhkan kegiatan-kegiatan dalam bidang
konsumsi dan produksi barang dan jasa-jasa yang diperlukan oleh wisatawan. Menurut WTO
(1999:5) yang dimaksud dengan pariwisata :
a. Tourism – activities of persons traveling to and staying in places outside their usual
environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes.
Pariwisata dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan
tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung
dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan bersenang-
senang, bisnis dan lainnya.
b. Visitor – any person traveling to a place other than that of his/her usual environ-ment for
less than 12 consecutive months and whose main purpose of travel is not to work for pay in
the place visited. Dapat diartikan pengunjung adalah siapa pun yang melakukan perjalanan ke
daerah lain di luar dari lingkungan kesehariannya dalam jangka waktu tidak lebih dari 12
bulan berturut-turut dan tujuan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di daerah tersebut.
c. Tourist – overnight visitor, visitor staying at least one night In a collective or private
accommodation in the place visited. Wisatawan merupakan pengunjung yang menginap atau
pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam di akomodasi umum
ataupun pribadi.
d. Same day visitor – excursionists, visitor who does not spend the night in a collective or
private accommodation in the place visited; Pengunjung harian adalah ekskursionis,
pengunjung yang tidak bermalam di akomodasi umum atau pribadi di daerah tujuan.
Industri Pariwisata
Ada beberapa pengertian tentang industri pariwisata, antara lainnya sebagai kumpulan
dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-
jasa (goods and services) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada
umumnya, selama dalam perjalanannya. (Yoeti, 1985).
Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang
mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

6|CBR KULINER DAN INDUSTRI PARIWISATA


Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur
(manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua
kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Disebabkan
kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara
atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara
atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat
kegiatan dan usaha tersebut. Kegiatan industri sebenarnya sudah lama ada, yaitu sejak
manusia berada di muka bumi ribuan tahun yang lalu dalam tingkat yang sangat sederhana.
Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki
manusia, kegiatan industri pun tumbuh dan berkembang semakin kompleks. (Riza
Amelia.2014).
Pengertian tentang industri pariwisata yang lainnya adalah suatu susunan organisasi,
baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran
produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian.
(Kusudianto, 1996) Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
dalam penyelenggaraan pariwisata ( UndangUndang Pariwisata no 10 tahun 2009). Menurut
Damarji (Yoeti, 1996), pengertian industri Pariwisata adalah rangkuman dari berbagai bidang
usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk dan service yang nantinya
secara langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan.
Aspek Kepariwisataan
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata (Yoeti, 1997). Wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan
wisata. “Tourism is an integrated system and can be viewed in terms of demand and supply.
The demand is made up of domestic and international tourist market. The supply is
comprised of transportations, tourist attractions and activities, tourist facilities, services and
related infrastructure, and information and promotion. Visitors are defined as tourist and the
remainder as same-day visitors”
Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki
arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan.
Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara.
Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya,
fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta informasi dan promosi. Perencanaan
pariwisata pada dasarnya ditujukan untuk memberikan manfaat sebesar besarnya bagi daerah
tujuan wisata sekaligus meminimalisir dampak negatif dari proses dan hasil pengembangan
13 pariwisata di daerah tersebut. Disisi lain pengembangan pariwisata yang harus
berkesinambungan dan terus memberikan sumbangan bagi kesejahteraan dan kemaslahatan
penduduk,serta seterusnya meningkatkan kualitas lingkungan serta melestarikan budaya
setempat. (Djoko Soedibyo, 2005)
Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme
pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara
asalnya, di daerah tujuan wisata hingga kembali ke negara asalnya yang melibatkan berbagai
hal seperti; transportasi, penginapan, restoran, pemandu wisata, dan lain-lain. Oleh karena itu,
industri pariwisata memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata.
Dalam menjalankan perannya, industri pariwisata harus menerapkan konsep dan peraturan

7|CBR KULINER DAN INDUSTRI PARIWISATA


serta panduan yang berlaku dalam pengembangan pariwisata agar mampu mempertahankan
dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya bermuara pada pemberian
manfaat ekonomi bagi industri pariwisata dan masyarakat lokal. Industri-industri pariwisata
yang sangat berperan dalam pengembangan pariwisata adalah: biro perjalanan wisata, hotel
dan restoran. Selain itu juga didukung oleh industri-industri pendukung pariwisata lainnya.
Unsur-unsur Pariwisata
Pada dasarnya bagian-bagian dari gejala pariwisata terdiri dari tiga unsur :
1. Manusia (unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata)
2. Tempat (unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri)
3. Waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri selama berdiam
ditempat tujuan).
Faktor khas pada umumnya berkaitan dengan maksud bepergian, sifat sementara
bepergian tersebut, penggunaan fasilitas wisata, dan yang dianggap paling penting yaitu
faktor kenikmatan dan perasaan yang rileks berekreasi. Kita akui kedua faktor terakhir ini
bukanlah faktor kepariwisataan yang mutlak (sinequa non) karena orang yang berpariwisata
bisnis (misalnya pelajar) haruslah pula mereka itu tetap dianggap sebagai wisatawan,
meskipun dalam beberapa hal kaidah kenikmatan dan rekreasi bukanlah tujuan utama
kepergian mereka.
Sisi lain pariwisata hendaknya dilihat dari sudut pandangan negara penerima
wisatawan. Didalam konteks ini pariwisata hendaknya dipandang sebagai suatu industri yang
turut memberi andil dalam pembangunan sosial ekonomi, baik negara itu sudah maju atau
sedang berkembang. Istilah industri pariwisata mungkin terasa sebagai sebutan yang agak
aneh bagi mereka yang selama ini menganut batasan pengertian industri klasik , yang
senantiasa berarti suatu proses dengan maksud untuk meningkatkan kekayaan. Struktur
industri dapat berbeda menurut hakikat hasil produksinya dan pasaran tempat hasil produksi
itu dijual. Juga struktur industri yang dibedakan berdasarkan bahan baku yang dipergunakan
dan kondisi tempat bahan itu diolah.
Unsur-unsur Pariwisata yang mutlak sangat menentukan dalam pengembangan pariwisata
berkelanjutan adalah unsur pengelolaan dari :
1. Daya Tarik Wisata (Attractions) Dalam kegiatan wisata, ada pergerakan manusia dari
tempat tinggalnya menuju ke destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata, merupakan
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat
yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Dengan demikian, faktor
daya tarik wisata merupakan salah satu unsur yang membentuk dan menentukan suatu daerah
menjadi destinasi pariwisata.
2. Fasilitas dan Jasa Pelayanan Wisata (Amenities) Amenity atau amenitas adalah segala
fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada
di destinasi. Amenitas berkaitan dengan ketersediaan sarana akomodasi untuk menginap serta
restoran atau warung untuk makan dan minum. Kebutuhan lain yang mungkin juga
diinginkan dan diperlukan oleh wisatawan, seperti toilet umum, rest area, tempat parkir,
klinik kesehatan, dan sarana ibadah sebaiknya juga tersedia di sebuah destinasi. Tentu saja
fasilitas-fasilitas tersebut juga perlu melihat dan mengkaji situasi dan kondisi dari destinasi
sendiri dan kebutuhan wisatawan. Tidak semua amenitas harus berdekatan dan berada di

8|CBR KULINER DAN INDUSTRI PARIWISATA


daerah utama destinasi. Destinasi alam dan peninggalan bersejarah sebaiknya agak berjauhan
dari amenitas yang bersifat komersial, seperti hotel, restoran dan rest area.
3. Kemudahan untuk mencapai destinasi wisata (Accesibility) Dalam suatu perjalanan wisata,
terdapat pula faktor yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi kepuasan wisatawan,
yaitu faktor aksesibilitas, yang berarti kemudahan yang tersedia untuk mencapai destinasi
wisata, yang terkadang diabaikan oleh wisatawan dalam merencanakan perjalanan wisata,
sehingga secara umum dapat mempengaruhi budget perjalanan mereka tersebut. Accessibility
atau aksesibilitas adalah sarana dan infrastruktur untuk menuju destinasi. Akses jalan raya,
ketersediaan sarana transportasi dan rambu-rambu 19 penunjuk jalan merupakan aspek
penting bagi sebuah destinasi. Banyak sekali wilayah di Indonesia yang mempunyai
keindahan alam dan budaya yang layak untuk dijual kepada wisatawan, tetapi tidak
mempunyai aksesibilitas yang baik, sehingga ketika diperkenalkan dan dijual, tak banyak
wisatawan yang tertarik untuk mengunjunginya. Perlu juga diperhatikan bahwa akses jalan
yang baik saja tidak cukup tanpa diiringi dengan ketersediaan sarana transportasi. Bagi
individual tourist, transportasi umum sangat penting karena kebanyakan mereka mengatur
perjalanannya sendiri tanpa bantuan travel agent, sehingga sangat bergantung kepada sarana
dan fasilitas publik.
4. Keramah tamahan (ancilliary=Hospitality) Keramahtamahan berkaitan dengan
ketersediaan sebuah organisasi atau orang-orang yang mengurus destinasi tersebut. Ini
menjadi penting karena walaupun destinasi sudah mempunyai atraksi, aksesibilitas dan
amenitas yang baik, tapi jika tidak ada yang mengatur dan mengurus maka ke depannya pasti
akan terbengkalai. Organisasi sebuah destinasi akan melakukan tugasnya seperti sebuah
perusahaan. Mengelola destinasi sehingga bisa memberikan keuntungan kepada pihak terkait
seperti pemerintah, masyarakat sekitar, wisatawan, lingkungan dan para stakeholder lainnya.
Destinasi wisata dapat menyebabkan munculnya perasaan wisatawan terhadap kebutuhan
yang berkaitan dengan keramahtamahan melalui seseorang atau sesuatu, seperti yang ditulis
oleh Robert Christie Mill: “The hospitality of an area is the general feeling of welcome that
tourists receive while visiting the area. People do not want to go where the do not feel
welcome” (Mill, 1990). Dengan demikian aspek hospitality keramah tamahan ini adalah
sangat penting yang memberikan kesan dan kenangan kepuasan bagi wisatawan dan dapat
menciptakan citra positif sebagai pengembangan pemasaran “words of mouth” (gethok tular
= Jawa) yang merupakan aspek pemasaran yang paling unggul saat ini.
Dampak Pariwisata terhadap
Pariwisata menjadi suatu kegiatan yang cukup mendapat perhatian dari pemerintah
karena dampaknya terhadap perekonomian nasional. Dengan kedatangan wisatawan ke suatu
Daerah Tujuan Wisata, terutama wisatawan mancanegara, maka diharapkan akan
mendatangkan devisa bagi DTW tersebut. Seperti kita ketahui, penerimaan devisa negara dari
sektor minyak bumi dan gas akhir-akhir ini terus menurun, bahkan diperkirakan tahun 2012,
karena keterbatasan teknologi, komoditi migas secara ekonomis dianggap tidak akan efisien
lagi sebagai penghasil devisa negara. Di 21 sisi lain, ketahanan daya saing ekspor non-migas
juga tidak dapat diandalkan karena cara berproduksi masih didominasi oleh teknologi rendah,
sehingga kualitas produk yang dihasilkan tidak mampu bersaing di pasar global. Investor
asing tidak berminat menanamkan modalnya di Indonesia, selain karena keamanan yang
labil, terlalu banyak pungli (pungutan liar) untuk memulai suatu bisnis di Indonesia.
Kenaikan upah buruh yang terus meningkat mengakibatkan harga produk tidak kuat bersaing
di pasar internasional.

9|CBR KULINER DAN INDUSTRI PARIWISATA


Berdasarkan hal di atas, maka pemerintah harus mencari alternatif sektor ekonomi
yang dianggap tepat untuk mengatasi persoalan tersebut. Salah satu sektor ekonomi yang
dianggap cukup perspektif adalah sektor pariwisata. sektor ini diyakini tidak hanya sekadar
mampu menjadi sektor andalan dalam usaha meningkatkan perolehan devisa untuk
pembangunan, tetapi juga mampu mengentaskan kemiskinan. Dilihat dari kacamata ekonomi
makro, jelas pariwisata memberikan dampak positif, antara lain :
1. Dapat menciptakan kesempatan berusaha. Dengan datangnya wisatawan, perlu pelayanan
untuk menyediakan kebutuhan (need), keinginan (want), dan harapan (expectation)
wisatawan.
2. Dapat meningkatkan kesempatan kerja. Dengan dibangunnya hotel atau restoran, akan
diperlukan tenaga kerja/ karyawan yang cukup banyak.
3. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus memercepat pemerataan pendapatan
masyarakat. Sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan yang
relatif cukup besar.
4. Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah. Setiap wisatawan
berbelanja selalu dikenakan pajak sebesar 10% sesuai Peraturan pemerintah yang berlaku.
5. Dapat meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto (GDB).
6. Dapat mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor ekonomi
lainnya.
2.2 Ringkasan Buku Pendamping
Pendahuluan
United Nations–World Tourism Organization (UNWTO, 2016) menyatakan bahwa
sepanjang 6 (enam) dekade terakhir ini pariwisata global mengalami ekspansi dan
diversifikasi yang terus-menerus hingga menjadi sektor perekonomian yang terbesar dan
paling cepat berkembang. Perkembangan perekonomian tersebut diakselerasi oleh
meningkatnya jumlah wisatawan secara signifikan. Sebagai bagian dari komunitas global,
pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia sebesar 22% lebih tinggi dari
pertumbuhan negaranegara ASEAN. Indonesia merupakan salah satu negara potensial di
sektor pariwisata dan tercatat dalam top 20 sebagai destinasi wisata yang mengalami
pertumbuhan paling cepat di tahun 2017. Capaian perkembangan di atas secara umum dipicu
oleh tiga jenis andalan pariwisata Indonesia yaitu pariwisata budaya, pariwisata alam, dan
pariwisata buatan. Pengembangan ketiga jenis wisata tersebut didukung dan bersinergi
dengan empat pilar pembangunan pariwisata meliputi destinasi, pemasaran, industri, dan
kelembagaan. Keempat pilar tak dapat berdiri sendiri karena satu dan lainnya saling
berpengaruh.
Secara umum pariwisata budaya diartikan sebagai jenis kegiatan pariwisata yang
dikembangkan dengan mengandalkan atraksi wisata budaya dengan tujuan untuk menambah
pengalaman hidup bagi wisatawan. Termasuk dalam atraksi dimaksud adalah pola perilaku
sosial masyarakat lokal, adat istiadat, kebiasaan, dan warisan budaya lainnya. Dalam
implementasinya, Kementerian Pariwisata mengkategorisasi jenis produk wisata budaya
dalam tiga kelompok yaitu wisata warisan budaya dan sejarah, wisata kuliner dan belanja,
serta wisata desa dan kota. Keterkaitan makanan dan pariwisata saat ini telah berkembang
tidak hanya sebagai produk kebutuhan dasar oleh wisatawan, akan tetapi juga sudah
digunakan sebagai pembeda destinasi dengan menciptakan suasana yang mengesankan. Hal

10 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
ini kemudian menjadi identitas destinasi. (UNWTO, Global Report on Food Tourism, 2017)
memaparkan bahwa banyak hal yang menarik wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi
wisata budaya berbasis kuliner.
Produk Wisata
Produk Wisata merupakan suatu susunan aktivitas terpadu, yang terdiri dari daya tarik dan
atraksi wisata, transportasi, dan akomodasi di mana tiap unsur dipersiapkan oleh penyedia
produk dan ditawarkan secara terpisah kepada wisatawan. Keseluruhan komponen tersebut
akan membentuk pengalaman wisata/nilai bagi wisatawan. Nilai ini merupakan nilai
pengalaman berwisata baik berupa edukasi, budaya, maupun pengalaman lainnya. Ujian dari
suatu produk wisata adalah diminati wisatawan sehingga setiap produk wisata harus diuji
dengan melakukan uji coba terhadap wisatawan. Evaluasi perlu dilakukan berdasar tingkat
penerimaan wisatawan terhadap produk tersebut. Produk wisata memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Intangible Produk layanan tidak berbentuk (intangible) namun dapat dirasakan sebagai
suatu pengalaman atau kesan. Karena merupakan peristiwa dalam jiwa maka produk wisata
disebut juga sebagai produk psikologis (psychological product).
2. Highly Perishable Produk wisata harus dinikmati pada saat itu, tidak bisa disimpan, dan
sekali dinikmati harus seluruhnya. Produk wisata juga tidak bisa di berhentikan, diinterupsi,
atau dimodifikasi. Dalam pelaksanaannya, kepuasan yang diperoleh dari penikmatan produk
wisata merupakan satu rangkaian. Kesalahan kecil yang terjadi mampu memberi kesan buruk
pada seluruh rangkaian produk yang disusun.
3. Composite Product Produk wisata tidak mungkin disediakan oleh hanya satu usaha/entitas
seperti perusahaan, dan mencakup pengalaman lengkap berkunjung ke tempat tertentu pada
waktu tertentu. Setiap provider berkontribusi tertentu terhadap pengalaman berwisata.
4. Absence of ownership Produk wisata merupakan layanan maka tidak terjadi perubahan
kepemilikan property. Layanan ini dapat dibeli untuk konsumsi tetapi kepemilikan tetap
dengan penyedia layanan.
5. Heterogeneous Pariwisata bukanlah produk yang homogen karena cenderung bervariasi
dalam standar dan kualitas dari waktu ke waktu. Produk wisata tidak dapat selalu konsisten
dalam layanannya sebab produk wisata merupakan layanan berbasis orang. Setiap individu
berbeda dan bahkan individu yang sama tidak dapat diperlakukan dengan hal yang sama
setiap waktu. Dengan demikian produk wisata terutama dalam layanannya tidak dapat
distandarisasi dengan kaku.
6. Berbasis Produk Lokal Produk wisata kuliner harus berbasis pada keunggulan lokal pada
masingmasing destinasi. Produk yang disusun dilakukan dengan memadukan berbagai atraksi
di destinasi tertentu maupun kombinasi dengan destinasi lainnya. Berbasis lokal juga
diartikan sebagai penciri pada daerah/wilayah setempat tersebut.
7. Dapat Dirangkai Produk wisata pada prinsipnya merupakan rangkaian berbagai atraksi
wisata yang dipadukan dengan fasilitas-fasilitas pendukungnya seperti akomodasi dan
transportasi. Karena disusun dari berbagai atraksi-atraksi wisata maka rangkaian kegiatan
tersebut dapat diurutkan berdasar pertimbangan polapola tertentu yang disebut sebaga tema
wisata. Menjadi Tema-tema and Fragmented Supply
Produk Wisata Kuliner

11 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
Wisata kuliner adalah istilah yang paling populer digunakan untuk menggambarkan
bentuk pariwisata yang secara signifikan menekankan hubungan antara host and guest
melalui makanan sebagai budaya. Secara definitif (Horng & Tsai, 2010) mengklaim bahwa
pariwisata kuliner adalah pengalaman berwisata dengan aktivitas yang terkait makanan, di
mana pembelajaran budaya dan transfer pengetahuan dari destinasi dan masyarakatnya
difasilitasi. Dalam pemahaman pariwisata kuliner, makanan dipandang sebagai media dalam
memperoleh pengalaman budaya. Oleh sebab itu (Horng & Tsai, 2010) selanjutnya
mendefinisikan pariwisata kuliner sebagai pengalaman menikmati aktivitas wisata berbasis
makanan dan budaya secara konsekuen, di samping juga minat pribadi untuk terlibat di
dalamnya. Dengan demikian wisata dapat didefinisikan sebagai 'pariwisata yang
memungkinkan wisatawan untuk membayar dan menikmati makanan, melakukan observasi
terhadap proses produksi makanan/belanja (dari hulu ke hilir), serta menjadikan hal ini
sebagai aktivitas perjalanan wisata yang paling penting dalam rangka menghasilkan
pengalaman berwisata'.
Hierarki Produk
Dalam bahasan di atas disebut bahwa produk pariwisata disusun oleh rangkaian atraksiatraksi
wisata. Oleh sebab di dalam destinasi seringkali ditemukan objek atau kejadian yang belum
merupakan atraksi namun berpotensi menjadi atraksi maka produk pariwisata disusun secara
bertingkat. Penyusunan produk wisata dilakukan secara bertahap mengikuti hierarki produk
wisata. Setidaknya terdapat 3 hierarki produk yang diperkenalkan sebagai berikut:
1. POTENSI WISATA
Potensi wisata adalah hasil karya (kuliner) dan aktivitas yang dikenal masih terbatas
di lingkungan yang relatif sempit (desa/kecamatan), memiliki kualitas (rasa/model) yang
diminati oleh lingkungan sekitarnya, dikenal hanya dengan informasi dari mulut ke mulut dan
berkembang dengan sendirinya.
2. DAYA TARIK WISATA/ATRAKSI WISATA
Daya tarik wisata adalah produk kuliner dan belanja yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan. Atraksi wisata adalah
aktivitas kuliner dan segala sesuatu yang mendukungnya (tempat/area, fasilitas wisata,
aktivitas wisata atau ciri-ciri/ fenomena yang spesifik) yang memiliki suatu karakteristik
tertentu yang dapat menarik para pengunjung/wisatawan untuk dikunjungi, disaksikan,
dilakukan atau dinikmati di suatu daerah tujuan wisata.
3. PAKET WISATA TEMATIK/UMUM Paket wisata adalah suatu kumpulan aktivitas
wisata yang dilakukan dengan mengunjungi atraksi-atraksi wisata sehingga membentuk pola
perjalanan wisata dengan tema-tema tertentu. Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan yang
dikemas dalam satu paket harga dan dipasarkan untuk menarik kunjungan wisatawan. Wisata
tematik adalah paket perjalanan wisata yang dikemas dengan tema perjalanan wisata tertentu.
Pengembangan Potensi Wisata
Potensi wisata adalah hasil karya (kuliner) dan aktivitas yang dikenal masih terbatas di
lingkungan yang relatif sempit (desa/kecamatan), memiliki kualitas (rasa/model) yang
diminati oleh lingkungan sekitarnya, dikenal hanya dengan informasi word of mouth, dan
berkembang dengan sendirinya. Produk yang dihasilkan biasanya belum secara optimal
diketahui oleh khalayak kecuali oleh back packer yang memang menyukai informasi yang
unik dan belum diekspos oleh media, dan biasanya masih dilakukan pada skala rumah tangga,

12 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
dikelola mandiri dan tidak secara professional. Langkah-langkah pengembangan potensi
produk wisata kuliner adalah sebagai berikut:
LANGKAH 1 Identifikasi profil awal potensi wisata kuliner dari logbook penyaringan lokasi
(form 3).
LANGKAH 2 Lakukan pendalaman informasi potensi yang diperoleh dari logbook
penyaringan. Pendalaman dilakukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari form 3.
Hasil dari desk study adalah profil potensi detail yang diperoleh dari berbagai sumber
terutama internet dan pustaka lainnya. Hasil desk study adalah informasi yang lebih akurat
dibanding logbook potensi yang diperoleh dari screening.
LANGKAH 3 Verifikasi Potensi. Gunakan form verifikasi data untuk menilai lokasi dengan
dilakukan dengan mengisi checklist. Verifikasi dilakukan sebagai cek awal lokasi dengan
mengisi form yang disediakan. Nilai verifikasi adalah 4 level mulai dari kurang, sedang, dan
baik (form 4). Nilai kurang pada checklist merupakan masukan untuk perbaikan dan
pengembangan lokasi. Nilai bagus menunjukkan kesiapan potensi untuk dikembangkan
menjadi daya tarik atau atraksi. Verifikasi ini dapat dilanjutkan dengan wawancara dengan
pengelola, pelayan, atau masyarakat sekitar (form 5).
LANGKAH 4 Penilaian. Hasil dari penyebaran kuesioner dan wawancara dirumuskan
dengan hasil penilaian. Langkah ini merupakan penilaian terhadap potensi dikaitkan dengan
kesiapannya dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Penilaian menggunakan data yang
ada. Jika jumlah jawaban lebih banyak baik maka potensi dianggap baik, demikian juga kalau
lebih banyak yang kurang. Jika diperoleh nilai semua baik, maka dianggap sangat siap
dikembangkan menjadi daya tarik, sedangkan jika diperoleh semua kurang diperlukan
pendampingan khusus. Hasil yang diperoleh adalah rekomendasi pengembangan potensi
menjadi daya tarik wisata.
LANGKAH 5 Implementasi dan pendampingan pengembangan potensi sesuai dengan
rekomendasi kesiapan potensi. Implementasi adalah perbaikan fisik terhadap objek observasi
sesuai dengan rekomendasi yang dikemukakan pada tahap penilaian lokasi. Implementasi
dilakukan oleh pelaku/industri sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pendampingan
adalah bimbingan yang dilakukan oleh instansi terkait dalam hal ini Kementerian Pariwisata
dan Dinas Pariwisata Daerah untuk melatih dan mendampingi pelaku industri dalam
mengembangkan usahanya. Pelatihan dan pendampingan difokuskan pada peningkatan
layanan kepada wisatawan dan pemasaran produk.
LANGKAH 6 Evaluasi Hasil. Evaluasi hasil dilakukan dengan mengecek perbaikan yang
telah dilakukan baik secara fisik maupun peningkatan layanan (form 6). Output evaluasi
adalah temuan kendala implementasi baik pelatihan maupun pendampingan yang sudah
dilakukan. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai masukan perbaikan untuk program
berikutnya.
LANGKAH 7 Pendokumentasian hasil pengembangan potensi wisata dalam logbook
pengembangan potensi wisata (form 7).
Pengembangan Daya Tarik Wisata
Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (UU No. 10 tahun 2009). Daya tarik wisata
juga diartikan dengan upaya atau kegiatan yang mempergunakan sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan dari alam, budaya, maupun buatan yang dimiliki oleh masyarakat untuk

13 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
menarik kunjungan wisatawan. Komponen penting dari daya tarik wisata adalah memiliki
keunikan, keaslian, kelangkaan, dan keutuhan yang bernilai tinggi sehingga menjadi tujuan
wisatawan datang ke suatu daerah tertentu. Disamping itu komponen lain juga penting
diperhatikan adalah menyangkut kebutuhan wisatawan, mengingat daya tarik wisata telah
bersentuhan dengan wisatawan yang datang.
Atraksi wisata adalah segala sesuatu (tempat/area, fasilitas wisata, aktivitas wisata
atau ciri-ciri/fenomena yang spesifik) yang memiliki suatu karakteristik tertentu yang dapat
menarik atau ditujukan untuk menarik orang sebagai para pengunjung/wisatawan untuk
dikunjungi, disaksikan, dilakukan atau dinikmati di suatu daerah tujuan wisata (Suryadana,
2010). Atraksi wisata cenderung mengekspresikan area yang: C. PENGEMBANGAN DAYA
TARIK WISATA/ATRAKSI (1) secara geografis relatif kecil; (2) skalanya mudah dan dapat
dikunjungi; (3) mampu memberikan motivasi waktu singkat dan terbatas. Pariwisata
berkembang lebih optimal bila memiliki lebih dari satu jenis Atraksi wisata. Secara umum
atraksi wisata terdiri dari tiga jenis yaitu atraksi alam, budaya, dan buatan.

14 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
BAB III
PENUTUP
3.1 Kritik Buku Utama
3.1.1 Kelebihan
Buku ini sudah baik karena menjelaskan apa itu dokumen perjalanan dan apa saja dokumen
perjalanan yang digunakan.Dalam buku dasar-dasar kepariwisataan ini mengenai kelebihan
buku ini pembaca ingin berterima kasih sebelumnya tentang buku ini karena dengan buku ini
pembaca merasa menambah wawasan dan pengetahuan. Kelebihan dalam buku ini yaitu
dalam pembahasan mampu membuat pembaca merasa paham dari subab yang telah
dipaparkan selain itu dalam bahasa buku ini sangat sederhana sehingga membuat pembaca
merasa paham dalam isi buku evaluasi pembelajaran dan bahasa buku ini tidak baku sekali
dalam pemaparan isi buku sehingga pembaca tidak merasa kesulitan dalm membaca.
3.1.2 Kekurangan
Buku ini memang masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunannya namun dari segi isi
buku ini sudah bagus karena menyampaikan semua materinya secara rinci sehingga
memudahkan para pembaca dalam memahami semua materi yang ada dalam buku hingga
penggunaan konsep, teori, dan rumus yang terdapat dalam buku. Buku ini layak untuk
digunakan oleh mahasiswa sebagai referensi pembelajaran dan perjalanan.
3.1.3 Kesimpulan
kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor
permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar
wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh
transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait
serta informasi dan promosi. dapat disimpulkan bahwa industri dengan industri pariwisata
sangat berbeda sekali, industri merupkan pengolahan barang yang belum jadi menjadi barang
yang sudah jadi dan siap untuk digunakan. Sedangkan, industri pariwisata sangat berbeda
sekali pengertiannya dengan industri. Industri Pariwisata merupakan suatu industri dari
serangkaian perusahan yang menghasilkan barang dan jasa yang diperuntukkan pada para
wisatawan agar terpenuhi kesenangannya dalam berwisata.Dampak positif pariwisata dapat
memperkuat neraca pembayaran. Bila neraca perdagangan dari Pariwisata mengalami
surplus, dengan sendirinya akan memperkuat neraca pembayarannya.
3.2 Kritik Buku Pendamping
3.2.1 Kelebihan
Penulis menjelaskan penjelasan dengan sangat lengkap. Penjelasan dijelaskan secara umum
dan juga secara khusus. Penjelasan mengenai kuliner dibahas dengan mendetail dan
terstruktur. Isi dari buku ini juga mengambil banyak kutipan mengenai hal yang dibahas.
Penulisan juga mudah dipahami oleh pemula yang ingin mengenal kuliner.. Di setiap babnya
dilengkapi dengan Resume hasil materi.Cover yang simpel dan jenis kertas baik.
3.2.2 Kekurangan
Buku terakhir dicetak pada tahun 2019, sehingga data yang tercantum dalam buku mengutip
data lama belum yang terkini. Akan lebih baik jika buku direvisi dan menambahkan data
terbaru terkait kemajuan pariwisata saat ini. Karena selang 4 tahun lalu dari tercetaknya buku,
pasti sudah banyak mengalami perubahan pada bidang pariwisata sekarang ini. Sehingga hal
15 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
tersebut perlu kita ketahui bersama-sama agar industry pariwisata negera kita bisa lebih
berkembang dengan tambahan inovasi-inovasi anak muda zaman sekarang. Buku belum
memiliki status ISBN, tetapi hanya ada keterangan nomor kode penerbit.
3.2.3 Kesimpulan
Secara umum pariwisata budaya diartikan sebagai jenis kegiatan pariwisata yang
dikembangkan dengan mengandalkan atraksi wisata budaya dengan tujuan untuk menambah
pengalaman hidup bagi wisatawan. Termasuk dalam atraksi dimaksud adalah pola perilaku
sosial masyarakat lokal, adat istiadat, kebiasaan, dan warisan budaya lainnya. Dalam
implementasinya, Kementerian Pariwisata mengkategorisasi jenis produk wisata budaya
dalam tiga kelompok yaitu wisata warisan budaya dan sejarah, wisata kuliner dan belanja,
serta wisata desa dan kota.
Keterkaitan makanan dan pariwisata saat ini telah berkembang tidak hanya sebagai
produk kebutuhan dasar oleh wisatawan, akan tetapi juga sudah digunakan sebagai pembeda
destinasi dengan menciptakan suasana yang mengesankan. Hal ini kemudian menjadi identitas
destinasi. (UNWTO, Global Report on Food Tourism, 2017) memaparkan bahwa banyak hal yang
menarik wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi wisata budaya berbasis kuliner

16 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A

Anda mungkin juga menyukai