CBR Par
CBR Par
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
ii | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan referensi buku bukan laporan yang bertujuan untuk mengetahui isi buku
tetapi lebih menitik beratkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi, dan analisis) kita
mengenai keunggulan dan kelemahan buku apa yang menarik dari buku tersebut dan
bagaimana isi buku tersebut bisa mempengaruhi cara berpikir kita dan menambah
pemahaman kita terhadap suatu bidang kajian tertentu.
1.2 Tujuan Critical Book
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kuliner dan Industri Pariwisata.
2. Untuk mengulas isi sebuah buku yang di kritikalisasi
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang di berikan oleh setiap
buku.
1.3 Manfaat Critical Book
1. Mempermudah pembaca dengan adanya referensi dalam memilih buku.
2. Menambah wawasan tentang Kuliner dan Industri Pariwisata.
BUKU UTAMA
ISBN : 978-602-72332-5-6
BUKU UTAMA
Kuliner
Indonesia
ISBN :-
10 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
ini kemudian menjadi identitas destinasi. (UNWTO, Global Report on Food Tourism, 2017)
memaparkan bahwa banyak hal yang menarik wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi
wisata budaya berbasis kuliner.
Produk Wisata
Produk Wisata merupakan suatu susunan aktivitas terpadu, yang terdiri dari daya tarik dan
atraksi wisata, transportasi, dan akomodasi di mana tiap unsur dipersiapkan oleh penyedia
produk dan ditawarkan secara terpisah kepada wisatawan. Keseluruhan komponen tersebut
akan membentuk pengalaman wisata/nilai bagi wisatawan. Nilai ini merupakan nilai
pengalaman berwisata baik berupa edukasi, budaya, maupun pengalaman lainnya. Ujian dari
suatu produk wisata adalah diminati wisatawan sehingga setiap produk wisata harus diuji
dengan melakukan uji coba terhadap wisatawan. Evaluasi perlu dilakukan berdasar tingkat
penerimaan wisatawan terhadap produk tersebut. Produk wisata memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Intangible Produk layanan tidak berbentuk (intangible) namun dapat dirasakan sebagai
suatu pengalaman atau kesan. Karena merupakan peristiwa dalam jiwa maka produk wisata
disebut juga sebagai produk psikologis (psychological product).
2. Highly Perishable Produk wisata harus dinikmati pada saat itu, tidak bisa disimpan, dan
sekali dinikmati harus seluruhnya. Produk wisata juga tidak bisa di berhentikan, diinterupsi,
atau dimodifikasi. Dalam pelaksanaannya, kepuasan yang diperoleh dari penikmatan produk
wisata merupakan satu rangkaian. Kesalahan kecil yang terjadi mampu memberi kesan buruk
pada seluruh rangkaian produk yang disusun.
3. Composite Product Produk wisata tidak mungkin disediakan oleh hanya satu usaha/entitas
seperti perusahaan, dan mencakup pengalaman lengkap berkunjung ke tempat tertentu pada
waktu tertentu. Setiap provider berkontribusi tertentu terhadap pengalaman berwisata.
4. Absence of ownership Produk wisata merupakan layanan maka tidak terjadi perubahan
kepemilikan property. Layanan ini dapat dibeli untuk konsumsi tetapi kepemilikan tetap
dengan penyedia layanan.
5. Heterogeneous Pariwisata bukanlah produk yang homogen karena cenderung bervariasi
dalam standar dan kualitas dari waktu ke waktu. Produk wisata tidak dapat selalu konsisten
dalam layanannya sebab produk wisata merupakan layanan berbasis orang. Setiap individu
berbeda dan bahkan individu yang sama tidak dapat diperlakukan dengan hal yang sama
setiap waktu. Dengan demikian produk wisata terutama dalam layanannya tidak dapat
distandarisasi dengan kaku.
6. Berbasis Produk Lokal Produk wisata kuliner harus berbasis pada keunggulan lokal pada
masingmasing destinasi. Produk yang disusun dilakukan dengan memadukan berbagai atraksi
di destinasi tertentu maupun kombinasi dengan destinasi lainnya. Berbasis lokal juga
diartikan sebagai penciri pada daerah/wilayah setempat tersebut.
7. Dapat Dirangkai Produk wisata pada prinsipnya merupakan rangkaian berbagai atraksi
wisata yang dipadukan dengan fasilitas-fasilitas pendukungnya seperti akomodasi dan
transportasi. Karena disusun dari berbagai atraksi-atraksi wisata maka rangkaian kegiatan
tersebut dapat diurutkan berdasar pertimbangan polapola tertentu yang disebut sebaga tema
wisata. Menjadi Tema-tema and Fragmented Supply
Produk Wisata Kuliner
11 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
Wisata kuliner adalah istilah yang paling populer digunakan untuk menggambarkan
bentuk pariwisata yang secara signifikan menekankan hubungan antara host and guest
melalui makanan sebagai budaya. Secara definitif (Horng & Tsai, 2010) mengklaim bahwa
pariwisata kuliner adalah pengalaman berwisata dengan aktivitas yang terkait makanan, di
mana pembelajaran budaya dan transfer pengetahuan dari destinasi dan masyarakatnya
difasilitasi. Dalam pemahaman pariwisata kuliner, makanan dipandang sebagai media dalam
memperoleh pengalaman budaya. Oleh sebab itu (Horng & Tsai, 2010) selanjutnya
mendefinisikan pariwisata kuliner sebagai pengalaman menikmati aktivitas wisata berbasis
makanan dan budaya secara konsekuen, di samping juga minat pribadi untuk terlibat di
dalamnya. Dengan demikian wisata dapat didefinisikan sebagai 'pariwisata yang
memungkinkan wisatawan untuk membayar dan menikmati makanan, melakukan observasi
terhadap proses produksi makanan/belanja (dari hulu ke hilir), serta menjadikan hal ini
sebagai aktivitas perjalanan wisata yang paling penting dalam rangka menghasilkan
pengalaman berwisata'.
Hierarki Produk
Dalam bahasan di atas disebut bahwa produk pariwisata disusun oleh rangkaian atraksiatraksi
wisata. Oleh sebab di dalam destinasi seringkali ditemukan objek atau kejadian yang belum
merupakan atraksi namun berpotensi menjadi atraksi maka produk pariwisata disusun secara
bertingkat. Penyusunan produk wisata dilakukan secara bertahap mengikuti hierarki produk
wisata. Setidaknya terdapat 3 hierarki produk yang diperkenalkan sebagai berikut:
1. POTENSI WISATA
Potensi wisata adalah hasil karya (kuliner) dan aktivitas yang dikenal masih terbatas
di lingkungan yang relatif sempit (desa/kecamatan), memiliki kualitas (rasa/model) yang
diminati oleh lingkungan sekitarnya, dikenal hanya dengan informasi dari mulut ke mulut dan
berkembang dengan sendirinya.
2. DAYA TARIK WISATA/ATRAKSI WISATA
Daya tarik wisata adalah produk kuliner dan belanja yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan. Atraksi wisata adalah
aktivitas kuliner dan segala sesuatu yang mendukungnya (tempat/area, fasilitas wisata,
aktivitas wisata atau ciri-ciri/ fenomena yang spesifik) yang memiliki suatu karakteristik
tertentu yang dapat menarik para pengunjung/wisatawan untuk dikunjungi, disaksikan,
dilakukan atau dinikmati di suatu daerah tujuan wisata.
3. PAKET WISATA TEMATIK/UMUM Paket wisata adalah suatu kumpulan aktivitas
wisata yang dilakukan dengan mengunjungi atraksi-atraksi wisata sehingga membentuk pola
perjalanan wisata dengan tema-tema tertentu. Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan yang
dikemas dalam satu paket harga dan dipasarkan untuk menarik kunjungan wisatawan. Wisata
tematik adalah paket perjalanan wisata yang dikemas dengan tema perjalanan wisata tertentu.
Pengembangan Potensi Wisata
Potensi wisata adalah hasil karya (kuliner) dan aktivitas yang dikenal masih terbatas di
lingkungan yang relatif sempit (desa/kecamatan), memiliki kualitas (rasa/model) yang
diminati oleh lingkungan sekitarnya, dikenal hanya dengan informasi word of mouth, dan
berkembang dengan sendirinya. Produk yang dihasilkan biasanya belum secara optimal
diketahui oleh khalayak kecuali oleh back packer yang memang menyukai informasi yang
unik dan belum diekspos oleh media, dan biasanya masih dilakukan pada skala rumah tangga,
12 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
dikelola mandiri dan tidak secara professional. Langkah-langkah pengembangan potensi
produk wisata kuliner adalah sebagai berikut:
LANGKAH 1 Identifikasi profil awal potensi wisata kuliner dari logbook penyaringan lokasi
(form 3).
LANGKAH 2 Lakukan pendalaman informasi potensi yang diperoleh dari logbook
penyaringan. Pendalaman dilakukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari form 3.
Hasil dari desk study adalah profil potensi detail yang diperoleh dari berbagai sumber
terutama internet dan pustaka lainnya. Hasil desk study adalah informasi yang lebih akurat
dibanding logbook potensi yang diperoleh dari screening.
LANGKAH 3 Verifikasi Potensi. Gunakan form verifikasi data untuk menilai lokasi dengan
dilakukan dengan mengisi checklist. Verifikasi dilakukan sebagai cek awal lokasi dengan
mengisi form yang disediakan. Nilai verifikasi adalah 4 level mulai dari kurang, sedang, dan
baik (form 4). Nilai kurang pada checklist merupakan masukan untuk perbaikan dan
pengembangan lokasi. Nilai bagus menunjukkan kesiapan potensi untuk dikembangkan
menjadi daya tarik atau atraksi. Verifikasi ini dapat dilanjutkan dengan wawancara dengan
pengelola, pelayan, atau masyarakat sekitar (form 5).
LANGKAH 4 Penilaian. Hasil dari penyebaran kuesioner dan wawancara dirumuskan
dengan hasil penilaian. Langkah ini merupakan penilaian terhadap potensi dikaitkan dengan
kesiapannya dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Penilaian menggunakan data yang
ada. Jika jumlah jawaban lebih banyak baik maka potensi dianggap baik, demikian juga kalau
lebih banyak yang kurang. Jika diperoleh nilai semua baik, maka dianggap sangat siap
dikembangkan menjadi daya tarik, sedangkan jika diperoleh semua kurang diperlukan
pendampingan khusus. Hasil yang diperoleh adalah rekomendasi pengembangan potensi
menjadi daya tarik wisata.
LANGKAH 5 Implementasi dan pendampingan pengembangan potensi sesuai dengan
rekomendasi kesiapan potensi. Implementasi adalah perbaikan fisik terhadap objek observasi
sesuai dengan rekomendasi yang dikemukakan pada tahap penilaian lokasi. Implementasi
dilakukan oleh pelaku/industri sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pendampingan
adalah bimbingan yang dilakukan oleh instansi terkait dalam hal ini Kementerian Pariwisata
dan Dinas Pariwisata Daerah untuk melatih dan mendampingi pelaku industri dalam
mengembangkan usahanya. Pelatihan dan pendampingan difokuskan pada peningkatan
layanan kepada wisatawan dan pemasaran produk.
LANGKAH 6 Evaluasi Hasil. Evaluasi hasil dilakukan dengan mengecek perbaikan yang
telah dilakukan baik secara fisik maupun peningkatan layanan (form 6). Output evaluasi
adalah temuan kendala implementasi baik pelatihan maupun pendampingan yang sudah
dilakukan. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai masukan perbaikan untuk program
berikutnya.
LANGKAH 7 Pendokumentasian hasil pengembangan potensi wisata dalam logbook
pengembangan potensi wisata (form 7).
Pengembangan Daya Tarik Wisata
Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (UU No. 10 tahun 2009). Daya tarik wisata
juga diartikan dengan upaya atau kegiatan yang mempergunakan sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan dari alam, budaya, maupun buatan yang dimiliki oleh masyarakat untuk
13 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
menarik kunjungan wisatawan. Komponen penting dari daya tarik wisata adalah memiliki
keunikan, keaslian, kelangkaan, dan keutuhan yang bernilai tinggi sehingga menjadi tujuan
wisatawan datang ke suatu daerah tertentu. Disamping itu komponen lain juga penting
diperhatikan adalah menyangkut kebutuhan wisatawan, mengingat daya tarik wisata telah
bersentuhan dengan wisatawan yang datang.
Atraksi wisata adalah segala sesuatu (tempat/area, fasilitas wisata, aktivitas wisata
atau ciri-ciri/fenomena yang spesifik) yang memiliki suatu karakteristik tertentu yang dapat
menarik atau ditujukan untuk menarik orang sebagai para pengunjung/wisatawan untuk
dikunjungi, disaksikan, dilakukan atau dinikmati di suatu daerah tujuan wisata (Suryadana,
2010). Atraksi wisata cenderung mengekspresikan area yang: C. PENGEMBANGAN DAYA
TARIK WISATA/ATRAKSI (1) secara geografis relatif kecil; (2) skalanya mudah dan dapat
dikunjungi; (3) mampu memberikan motivasi waktu singkat dan terbatas. Pariwisata
berkembang lebih optimal bila memiliki lebih dari satu jenis Atraksi wisata. Secara umum
atraksi wisata terdiri dari tiga jenis yaitu atraksi alam, budaya, dan buatan.
14 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
BAB III
PENUTUP
3.1 Kritik Buku Utama
3.1.1 Kelebihan
Buku ini sudah baik karena menjelaskan apa itu dokumen perjalanan dan apa saja dokumen
perjalanan yang digunakan.Dalam buku dasar-dasar kepariwisataan ini mengenai kelebihan
buku ini pembaca ingin berterima kasih sebelumnya tentang buku ini karena dengan buku ini
pembaca merasa menambah wawasan dan pengetahuan. Kelebihan dalam buku ini yaitu
dalam pembahasan mampu membuat pembaca merasa paham dari subab yang telah
dipaparkan selain itu dalam bahasa buku ini sangat sederhana sehingga membuat pembaca
merasa paham dalam isi buku evaluasi pembelajaran dan bahasa buku ini tidak baku sekali
dalam pemaparan isi buku sehingga pembaca tidak merasa kesulitan dalm membaca.
3.1.2 Kekurangan
Buku ini memang masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunannya namun dari segi isi
buku ini sudah bagus karena menyampaikan semua materinya secara rinci sehingga
memudahkan para pembaca dalam memahami semua materi yang ada dalam buku hingga
penggunaan konsep, teori, dan rumus yang terdapat dalam buku. Buku ini layak untuk
digunakan oleh mahasiswa sebagai referensi pembelajaran dan perjalanan.
3.1.3 Kesimpulan
kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor
permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar
wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh
transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait
serta informasi dan promosi. dapat disimpulkan bahwa industri dengan industri pariwisata
sangat berbeda sekali, industri merupkan pengolahan barang yang belum jadi menjadi barang
yang sudah jadi dan siap untuk digunakan. Sedangkan, industri pariwisata sangat berbeda
sekali pengertiannya dengan industri. Industri Pariwisata merupakan suatu industri dari
serangkaian perusahan yang menghasilkan barang dan jasa yang diperuntukkan pada para
wisatawan agar terpenuhi kesenangannya dalam berwisata.Dampak positif pariwisata dapat
memperkuat neraca pembayaran. Bila neraca perdagangan dari Pariwisata mengalami
surplus, dengan sendirinya akan memperkuat neraca pembayarannya.
3.2 Kritik Buku Pendamping
3.2.1 Kelebihan
Penulis menjelaskan penjelasan dengan sangat lengkap. Penjelasan dijelaskan secara umum
dan juga secara khusus. Penjelasan mengenai kuliner dibahas dengan mendetail dan
terstruktur. Isi dari buku ini juga mengambil banyak kutipan mengenai hal yang dibahas.
Penulisan juga mudah dipahami oleh pemula yang ingin mengenal kuliner.. Di setiap babnya
dilengkapi dengan Resume hasil materi.Cover yang simpel dan jenis kertas baik.
3.2.2 Kekurangan
Buku terakhir dicetak pada tahun 2019, sehingga data yang tercantum dalam buku mengutip
data lama belum yang terkini. Akan lebih baik jika buku direvisi dan menambahkan data
terbaru terkait kemajuan pariwisata saat ini. Karena selang 4 tahun lalu dari tercetaknya buku,
pasti sudah banyak mengalami perubahan pada bidang pariwisata sekarang ini. Sehingga hal
15 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A
tersebut perlu kita ketahui bersama-sama agar industry pariwisata negera kita bisa lebih
berkembang dengan tambahan inovasi-inovasi anak muda zaman sekarang. Buku belum
memiliki status ISBN, tetapi hanya ada keterangan nomor kode penerbit.
3.2.3 Kesimpulan
Secara umum pariwisata budaya diartikan sebagai jenis kegiatan pariwisata yang
dikembangkan dengan mengandalkan atraksi wisata budaya dengan tujuan untuk menambah
pengalaman hidup bagi wisatawan. Termasuk dalam atraksi dimaksud adalah pola perilaku
sosial masyarakat lokal, adat istiadat, kebiasaan, dan warisan budaya lainnya. Dalam
implementasinya, Kementerian Pariwisata mengkategorisasi jenis produk wisata budaya
dalam tiga kelompok yaitu wisata warisan budaya dan sejarah, wisata kuliner dan belanja,
serta wisata desa dan kota.
Keterkaitan makanan dan pariwisata saat ini telah berkembang tidak hanya sebagai
produk kebutuhan dasar oleh wisatawan, akan tetapi juga sudah digunakan sebagai pembeda
destinasi dengan menciptakan suasana yang mengesankan. Hal ini kemudian menjadi identitas
destinasi. (UNWTO, Global Report on Food Tourism, 2017) memaparkan bahwa banyak hal yang
menarik wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi wisata budaya berbasis kuliner
16 | C B R K U L I N E R D A N I N D U S T R I P A R I W I S A T A