Anda di halaman 1dari 28

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT PADA

REMAJA DI WILAYAH PUSKESMAS KRAMAT JATI

Untuk Memenuhi Tugas Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu : Titi Indriyati, SKM.,MEpid

Disusun Oleh :
Anggi Maudy A 1032201004
Diana Dwi Lestari 1032201048
Fitri Yani 1032201049
Nadhira Nur Alifiana 1032201050
Novi Indriyani 1032201030

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH TAHMRIN
JAKARTA 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


WHO (Word Health Organization) menjelaskan bahwa Diabetes merupakan
penyakit metabolisme kronis ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah (atau gula
darah), yang berdampak pada penyakit serius seperti jantung, pembuluh darah, mata,
ginjal dan syaraf. Diabetes merupakan penyakit kronis yang paling tinggi kenaikan
angka prevalensinya saat ini dan merupakan 10 besar penyebab kematian di dunia
(WHO 2016).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) melaporkan bahwa data yang


didapat 463 juta orang dewasa di dunia menyandang diabetes dengan prevalensi global
mencapai 9,3 persen. Namun, kondisi yang membahayakan adalah 50,1 persen
penyandang diabetes (diabetesi) tidak terdiagnosis. Ini menjadikan status diabetes
sebagai silent killer masih menghantui dunia. Jumlah diabetesi ini diperkirakan
meningkat 45 persen atau setara dengan 629 juta pasien per tahun 2045. Bahkan,
sebanyak 75 persen pasien diabetes pada tahun 2020 berusia 20-64 tahun. Diabetes
Melitus dapat dilansir dari data Riskesdas tahun 2013 dan tahun 2018 menunjukkan
bahwa tren prevalensi penyakit Diabetes Melitus di Indonesia meningkat dari 6,9%
menjadi 8,5 %, prevalensi penyakit DM menurut diagnosa dokter meningkat dari 1,2%
menjadi 2% (Kemenkes R1, 2021).

Secara umum Diabetes melitus dibagi menjadi tiga, yaitu tipe 1, 2 dan
gestasional (terjadi saat kehamilan). DM tipe 1 diabetes yang bergantung pada insulin.
Faktor penyebabnya adalah virus atau reaksi auto-imun (rusaknnya sistem kekebalan
tubuh) yang merusak sel-sel penghasil insulin, yaitu sel beta penghasil insulin pada
pulau-pulau langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin. Diabetes tipe ini
biasanya mengenai anak-anak dan remaja. Sedangkan, DM tipe 2 disebut diabetes life
style karena selain faktor keturunan, disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Diabetes tipe 2 tidak bergantung insulin karena pankreas masih menghasilkan insulin
tetapi insulin yang diproduksi, jumlahnya tidak mencukupi dan kerja insulin tidak efektif
karena adanya hambatan pada insulin yang disebut resistensi insulin (Nurrahmani,
2015).
Adapun beberapa upaya untuk mengurangi faktor pemicu terjadinya Diabetes
Melitus yaitu denga mengubah gaya hidup yang meliputi olah raga, penurunan berat
badan, dan pengaturan pola makan ( Kemenkes RI, 2013)

Kepatuhan adalah menjalankan aturan diet sesuai apa yang telah di berikan.
Ketidakpatuhan penderita terhadap diet DM dapat disebabkan berbagai faktor, salah
satunya adalah kurangnya informasi atau pengetahuan tentang diet terhadap penyakit
DM serta motivasi yang kurang tinggi terhadap dirinya sendiri. Maka dari itu pentingnya
dukungan keluarga untuk berpartisipasi dalam menjaga makanan atau diet yang
dianjurkan terhadap anggota keluarga yang menderita diabetes melitus. Salah satu wujud
kepatuhan pasien adalah dengan cara mengikuti anjuran diet yang disarankan oleh ahli
gizi (Ilmah dan Rochmah, 2015). Ketidakpatuhan pasien pada terapi penyakit Diabetes
Melitus dapat memberikan efek negatif yang sangat besar karena presentase kasus
penyakit tidak menular tersebut diseluruh dunia mencapai 54% dari seluruh penyakit
pada tahun 2001 (Bertalina dan Purnama, 2016). Pentingnya dukungan keluarga untuk
berpartisipasi dalam menjaga makanan atau diet yang dianjurkan terhadap anggota
keluarga yang menderita Diabetes Melitus. Salah satu wujud kepatuhan pasien adalah
dengan cara mengikuti anjuran diet yang disarankan oleh ahli gizi (Ilmah dan Rochmah,
2015).

Penderita Diabetes Melitus perlu melakukan diet yang sudah ditentukan dan
rutin melakukan pengecekan gula darah dipelayanan kesehatan terdekat, serta
menghindari beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kenaikan gula darah. Salah
satunya mengurangi makanan yang mengandung tinggi gula, karena dengan melakukan
kepatuhan diet yang sudah ditentukan dapat mengontrol gula darah pada tubuh, serta
faktor dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat mempengaruhi kepatuhan diet
tersebut.

Prevalensi diabetes di Jakarta berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas 2018)
meningkat dari 2,5% menjadi 3,4% dari total 10,5 juta jiwa atau sekitar 250 ribu
penduduk di DKI menderita diabetes. Prevalensi diabetes secara nasional 10,9%. DKI
Jakarta menjadi provinsi tertinggi karena banyaknya jumlah penduduk dan sudah banyak
tersedia sarana pemeriksaan gula darah.
Penelitian ini dilakukan untuk menambah informasi dan pengetahuan para
pembaca khususnya usia remaja yang menderita penyakit Diabetes Melitus, agar lebih
menerapkan gaya hidup yang sehat dan mengontrol kadar gula agar tidak menimbulkan
komplikasi resiko pada Diabetes Melitus. Namun apabila peneilitian ini tidak dilakukan
maka para penderita Diabetes Melitus khususnya usia remaja tidak akan mengetahui
pentingnya gaya hidup yang sehat dan pentingnya keluarga untuk medukung diet yang
sudah ditentukan, karena dukungan keluarga sangat berdampak positif pada
kelangsungan diet yang sedang dilakukan oleh penderita Diabetes Melitus. Dan
penelitian ini dilakukan akan memberikan dampak yang sangat besar bagi pembaca
karena didalam penelitian ini terdapat beberapa informasi yang bisa menambah
pengetahuan pada penderita, salah satunya pentingngya dukungan keluarga terhadap
kepatuhan diet.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah ”Bagaimana Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Diabetes Militus
Pada Penderita Diabetes Militus Di Puskesmas Kramat Jati.”

1.3 Tujuan Penelitian


1) Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan
keluarga terhadap kepatuhan diit pada remaja penderita diabetes di Wilayah
Puskesmas Kramat Jati.

2) Tujuan Khusus
a. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada remaja
Diabetes Melitus di wilayah puskesmas kramat jati.
b. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada Remaja dengan DM terkait dengan
kepatuhan responden terhadap diit Diabetes Militus.
c. Mengidentifikasi kepatuhan diit Diabetes Militus pada Remaja Di Wilayah
Pusksesmas Kramat Jati.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil ini dapat digunakan sebagai informadi ilmiah dalam pengembangan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan keluarga dalam hal hubungan antara
dukungan keluarga terhadap kepatuhan melakukan diit pada remaja penderita
DM.

b. Manfaat Praktis
1. Bagi dinas Kesehatan
Dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi institusi terkait untuk
mengoptimalkan pelayanan kesehatan di bidang keperawatan keluarga
2. Bagi perawat
Dapat melakukan intervensi keperawatan dengan melibatkan keluarga untuk
meningkatkan kepatuhan melakukan diit pada penderita diabetes melitus
3. Bagi Pendidikan
Manfaat bagi pendidikan yaitu dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi
pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang asuhan keperawatan diabetes
melitus.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan judul yang digunakan dalam penelitian ini. Maka fokus penelitian ini
adalah Hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada remaja
penderita diabetes militus. Dimana penelitian ini akan dilakukan pada saat penelitian
dilakukan,tanpa periode waktu tertentu yang dijelaskan dalam judul.Metode penelitian
ini yaitu studi kuantitatif dengan menggunakan instrumen kuesioner untuk
mengumpulkan data tentang dukungan keluarga dan kepatuhan diit remaja penderita
diabetes militus. Penelitian ini terdiri dari 1 variabel dependen yaitu kepatuhan diit
remaja penderita diabetes militus,variabel independennya yaitu dukungan keluarga
yang diterima oleh remaja penderita diabetes militus. Dalam penelitian ini,peneliti
akan mengidentifikasi faktor dukungan keluarga yang berhubungan dengan kepatuhan
diit pada remaja penderita diabetes militus di wilayah puskesmas Kramat jati. Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan dukungan keluarga
dan kepatuhan diit pada remaja penderita diabetes militus.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi

Diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang diakibatkan karena adanya


gangguan metabolisme yang terjadi di pancreas dan biasanya ditandai dengan
Hiperglikemia yang disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin
yang cuckup didalam tubuh (Karamoy and Dharmadi 2019).

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik dengan insiden yang


semakin meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang
dewasa, tetapi juga pada anak. Diabetes mellitus ditandai dengan peningkatan kadar
gula darah akibat gangguan produksi insulin, gangguan kerja insulin, atau
keduanya (Aman B, Pulungan, 2019).

Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang sering
terjadi diberbagai usia, khususnya pada usia remaja. Diabetes Melitus adalah
penyakit yang biasanya ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi dan toleransi
glukosa terganggu, serta kekurangan insulin.( Awaliyah N, F.2020).

2.1.2 Klasifikasi

1. Diabetes Tipe 1 (Insulin Dependent Melitus atau IDDM)

Diabetes Tipe 1 terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi insulin, sehingga
insulin di dalam tubuh berkurang. Glukosa di dalam darah terjadi penumpukan
karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Biasanya penderita diabetes tipe 1 ini
banyak ditemukan pada usia dibawah 35 tahun (Bustan 2015).

2. Diabetes Tipe 2 ( Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus atau NIDDM)

Diabetes tipe 2 merupakan penyakit terbanyak di Indonesia. Biasanya penderita


DM tipe 2 ini ditemukan pada usia diatas 40 tahun dan salah satu faktor terjadinya
DM ini karena penderita mengalami obesitas. Selain obesitas, DM tipe 2 juga
dosebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor genetk, keluarga, diet
tinggi lemak dan kurang nya berolahraga (Bustan 2015).

3. Diabetes Gestasional

Diabetes Gestasional merupakan penyakit gangguan metabolik yang terjadi apada


ibu hamil karena adanya kenaikan gula darah, ibu hamil menderita diabetes
gestasional biasanya terjadi pada usia 24 minggu, akan tetapi gula darah akan
normal kembali setelah melahirkan (Ginanti 2022).

2.1.3 Manifestasi Klinis

1) Meningkatnya frekuensi buang air kecil (Poliuri)

Sel-sel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa, sehingga ginjal berusaha
mengeluarkan glukosa sebanyak mungkin. Akibatnya, pasien buang air kecil lebih
sering daripada orang normal, buang air kecil lebih dari 5 liter setiap hari dan dapat
terus buang air kecil di malam hari.

2) Rasa haus berlebihan (Polidipsi)

Ketika tubuh kehilangan air karena sering buang air kecil, pasien haus dan
membutuhkan banyak air. Rasa haus yang berlebihan berarti bahwa tubuh sedang
mencoba untuk mengisi kembali hidrasi yang hilang. Sering buang air kecil dan
rasa haus yang berlebihan adalah bagian dari cara tubuh mengalami hiperglikemia.

3) Sering merasa lapar (Polifagi)

Rasa lapar yang berlebihan adalah tanda lain dari diabetes. Ketika kadar gula darah
turun, tubuh berpikir bahwaa kadar gula darah tidak tersuplai dan lebih memilih
glukosa yang dibutuhkan sel.
4) Penurunan berat badan

Kadar gula darah yang tinggi juga dapat menyebabkan penurunan berat badan yang
cepat. Hormon insulin tidak menyediakan glukosa untuk digunakan sel sebagai
energi, sehingga tubuh memecah protein dari otot sebagai sumber energi alternatif.

5) Terdapat keton dalam urine

Keton adalah produk sampingan dari kehilangan otot dan lemak karena tubuh tidak
dapat menggunakan gula untuk energi.

6) Kulit menjadi bermasalah

Kulit gatal, mungkin dari kulit kering, sering menjadi tanda peringatan diabetes,
serta kondisi kulit lainya, seperti bercak hitam di sekitar leher dan ketiak.

7) Penyembuhan lambat

Infeksi, luka dan memar yang tidak cepat sembuh adalah tanda lain dari diabetes.
Ini biasanya terjadi karena pembuluh darah rusak oleh glukosa dalam jumlah
berlebihan yang mengelilingi pembuluh darah dan arteri.

8) Keletihan dan mudah tersinggung

Kadar gula darah yang tinggi seringkali membuat tidak nyaman, tergantung
lamanya kadar gula darah tersebut. Jika lelah ketika bangun beberapa kali di tengah
malam dan pergi ke kamar mandi, mereka cenderung mudah tersinggung.

9) Pandangan kabur

Penglihatan kabur atau kilatan cahaya sesekali adalah akibat langsung dari kadar
hiperglikemik. Membiarkan kadar gula darah tidak terkontrol untuk waktu yang
lama dapat menyebabkan kerusakan permanen dan dalam beberapa kasus
menyebabkan kebutaan.
10) Kesemutan atau mati rasa

Sakit atau mati rasa pada anggota badan, nyeri terbakar dan bengkak adalah tanda-
tanda bahwa diabetes merusak saraf.

Pada diabetes, hiperglikemik bertindak seperti racun. Diabetes sering disebut


sebagai “Sillent Killer” ketika gejala diabaikan dan komplikasi diidentifikasi (RI
2019).

2.1.4 Patoflowdiagram
2.1.5 Faktor Resiko

A. faktor seperti faktor keturunan, berat badan berlebih atau obesitas, gaya hidup
serta pola makan yang tidak baik, aktivitas fisik kurang dilakukan, mengonsumsi
obat- obatan yang berpengaruh pada kadar glukosa darah, adanya proses penuaan,
serta stres (Imelda, 2019; Tandra, 2013).

Faktor Risiko terjadinya Diabetes Mellitus Tipe I terdiri dari beberapa faktor yaitu
terdiri dari Faktor usia, jenis kelamin, riwayat diabetes gestasional, faktor genetik,
penyakit autoimun dan ras. Sedangkan untuk faktor perilaku meliputi kebiasaan
mengonsumsi obat. Faktor sosial ekonomi terdiri dari status pekerjaan dan status
pendidikan. Faktor interemdietnya meliputi IMT dan kondisi psikologis. Faktor
lingkungan terdiri dari virus dan cuaca dingin (Awaliyah, N, F. 2020).

B. Faktor Yang Dapat Diubah

1. Obesitas

Beberapa penelitian longitudinal telah menunjukkan bahwa obesitas adalah


prediktor kuat perkembangan DM longitudinal juga menunjukkan bahwa lingkar
pinggang atau pinggang-pinggul, yang mencerminkan status lemak, merupakan
indikator indeks massa tubuh yang lebih baik sebagai faktor risiko (Persedia &
Perkeni 2019).

2. Aktivitas Fisik

Pengurangan intensitas aktivitas fisik pada kelompok populasi yang berbeda telah
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan obesitas di seluruh
dunia. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kurang olahraga merupakan
salah satu perkembangan DM pada pria ataupun wanita (Persedia & Perkeni 2019).

3. Nutrisi

Total kalori yang tinggi, diet rendah serat, beban glukosa darah tinggi, dan rasio
poly unsaturated fatty acid (PUFA) rendah terhadap lemak jenuh merupakan faktor
risiko DM (Persedia & Perkeni 2019).
5. Alkohol dan Merokok

Alkohol merupakan jenis minuman yang menyebabkan metabolisme gula darah


terganggu, terutama pada penderita diabetes, sehingga sulit untuk mengatur kadar
gula darah dan meningkatkan tekanan darah (Fatimah 2015). Studi menunjukkan
bahwa nikotin dan bahan kimia berbahaya lainnya dalam tembakau dapar
mengurangi sensitivitas insulin (Nuraisyah 2018).

6. Faktor lainnya

Meskipun faktor genetik dan gaya hidup merupakan faktor risiko terbesar
terjadinya DM. Namun ada beberapa faktor yang dapat diubah yaitu: berat badan
lahir rendah, paparan lingkungan diabetes di dalam rahim dan beberapa komponen
inflamasi (Persedia & Perkeni 2019).

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi dari diabetes dapat diklasifikasikan sebagai mikrovaskuler dan makrovaskuler.


Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan sistem saraf (neuropati), kerusakan sistem
ginjal (nefropati) dan kerusakan mata (retinopati). Sedangkan, komplikasi makrovaskular
termasuk penyakit jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer (Rosyada, 2013).

2.1.7 Penatalaksanaan

Lima pilar tata laksana DM tipe-1 diantaranya yaitu :

1. Injeksi insulin

Insulin diklasifikasikan berdasarkan lama kerjanya yaitu cepat, pendek atau reguler,
menengah, dan panjang. Penyesuaian dosis insulin selanjutnya ditentukan
berdasarkan pola kadar gula darah sewaktu harian. Pada pemberian insulin kerja
cepat disarankan untuk dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu 1-2 jam setelah
makan untuk menentukan efikasi insulin. Peningkatan gula darah sebelum sarapan
memerlukanpenyesuaian dosis insulin kerja menengah sebelum makan malam atau
sebelum tidur atau insulin kerja panjang. Peningkatan gula darah setelah makan
memerlukan peningkatan dosis insulin kerja cepat atau reguler. Jika peningkatan
gula darah terjadi sebelum makan siang atau makan malam, perlu
dilakukanpenyesuaian dosis insulin basal atau insulin kerja cepat/ pendek sebelum
makan. Dosis insulin sebaiknya ditentukan berdasarkan konsumsi makanan atau
karbohidrat dan hasil pemeriksaan GDS.

2. Pemantauan gula darah

Pemantauan pada pasien DM tipe-1 mencakup pemantauan gula darah mandiri


(PGDM), HbA1C, keton, dan glukosa darah berkelanjutan. Ikatan Dokter Anak
Indonesia menyarankan PGDM paling tidak 4-6 kali per hari, yaitu (1) pagi hari
saat bangun tidur, (2) sebelum makan, (3) 1,5-2 jam setelah makan, dan (4) malam
hari. Pemantauan gula darah mandiri dapat lebih sering dilakukan dan bervariasi
pada setiap individu.

3. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik penting untuk meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan


kebutuhan insulin. Selain itu, aktivitas fisik dapat meningkatkan kepercayaan diri
anak, mempertahankan berat badan ideal, meningkatkan kapasitas kerja jantung,
meminimalisasi komplikasi jangka panjang, dan meningkatkan metabolisme
tubuh.10 Rekomendasi aktivitas fisik pada anak dengan DM tipe-1 sama dengan
populasi umum, yaitu aktivitas ≥60 menit setiap hari yang mencakup aktivitas
aerobik, menguatkan otot, dan menguatkan tulang. Aktivitas aerobik sebaiknya
tersering dilakukan, sementara aktvitas untuk menguatkan otot dan tulang
dilakukan paling tidak 3 kali per minggu.

4. Edukasi

Edukasi memiliki peran penting dalam penangan DM tipe-1 karena didapatkan


bukti kuat berpengaruh baik pada kontrol glikemik dan keluaran psikososial.
Edukasi dilakukan oleh tim multidisiplin yang terdiri atas paling tidak dokter anak
endokrinologi atau dokter umum terlatih, perawat atau edukator DM, dan ahli
nutrisi. Edukasi tahap pertama dilakukan saat pertama terdiagnosis atau selama
perawatan di rumah sakit yang meliputi pengetahuan dasar mengenai DM tipe-1.
5. Nutrisi

Nutrisi yang baik dibutuhkan agar tumbuh kembang anak dengan DM tipe-1
optimal, serta mencegah komplikasi akut dan kronik. Prinsip dari terapi nutrisi
adalah makan sehat. Pasien disarankan untuk mengonsumsi buah, sayur, produk
susu, gandum utuh, dan daging rendah lemak dengan jumlah sesuai usia dan
kebutuhan energi. Kebutuhan kalori per hari dapat dihitung berdasarkan berat
badan ideal dan dan kecukupan kalori yang dianjurkan. (Aman B, Pulungan, 2019).

2.2 Dukungan Keluarga


2.2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang tinggal dalam satu rumah yang
memiliki hubungan darah, hubungan perkawinan, adopsi yang mampu memenuhi
kebutuhan hidup baik spiritual, material yang layak, dan memilki hubungan yang
selaras antar anggota keluarga dengan lingkungan masyarakat. Menurut friedman
(2014) keluarga adalah sekumpulan orang yang bersama-sama bersatu dengan
melakukan pendekatan emosional dan mengidentifikasi dirinya sebagian dari
keluarga.
Dukungan keluarga adalah suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan, sifat
dan jenis dukungan keluarga berbeda dalam tahap siklus kehidupan. Dukungan
keluarga dapat berupa dukungan sosial internal mauapun dukungan sosial eksternal.
Dukungan keluarga berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal (Friedman,
2014).

2.2.2 Tipe Keluarga


Friedman (2014) mengatakan setiap keluarga memerlukan layanan kesehatan
yang mana pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan perkembangan sosial
masyarakat sehingga keluarga memiliki tipe-tipe agar dapat mengembangkan
derajat kesehatannya antara lain :
a. Keluarga inti
Keluarga inti merupakan transformasi demografi dan sosial yang paling
signifikan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah bekerja untuk mencari
nafkah dan ibu yang sebagai pengurus rumah tangga.
b. Keluarga adopsi
Keluarga adopsi adalah suatu cara untuk membentuk keluarga dengan cara
menyerahkan tanggung jawab orang tua kandung kepada orang tua adopsi
secara sah dan saling menguntungkan satu sama lain. Keluarga adopsi ini
dilakukan karena berbagai alasan seperti pasangan yang tidak dapat memiliki
keturunan tapi ingin menjadi orang tua sehingga mereka mengadopsi anak dari
pasangan lain.
c. Keluarga asuh
Keluarga asuh adalah suatu layanan yang diberikan untuk mengasuh anaknya
ketika keluarga kandung sedang sibuk dan keluarga asuh akan memberikan
keamanan dan kenyamanan pada anak. Anak yang diasuh oleh keluarga asuh
umumnya memiliki hubungan kekerabatan seperti kakek atau neneknya.
d. Keluarga orang tua tiri
Keluarga orang tua tiri terjadi bila pasangan yang mengalami perceraian dan
menikah lagi. Anggota keluarga termasuk anak harus melakukan penyesuaian
diri ladi dengan keluarga barunya. Kekuatan positif dari keluarga tiri adalah
menikah lagi merupakan bentuk yang positif dan suportif karena
meningkatkan kesejahteraan anak-anak, memberikan anak-anak perhatian dan
kasih sayang, serta sebagai jalan keluar dari perbaikan kondisi keuangan.

2.2.3 Jenis Dukungan Keluarga


Sumber dukungan keluarga terdapat berbagai macam bentuk seperti (Friedman,
2013):
a. Dukungan informasional
Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi,
dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi
yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.
b. Dukungan penilaian atau penghargaan
Dukungan penilaian adalah keluarga yang bertindak membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas
anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.
c. Dukungan instrumental
Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber kebutuhan
keuangan, makan, minum dan istirahat.
d. Dukungan emosional
Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan damai
untuk istirahat serta pemulihan dan membantu penguasaan terhadap emosi.
Dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk
adanya kepercayaan dan perhatian.

2.2.4 Cara Mengukur Dukungan Keluarga


Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dukungan
keluarga.kuesioner ini terdiri 12 pertanyaan. caranya responden memilih salah satu
jawaban Tidak Pernah (0), Kadang-kadang (1), Sering (2), Selalu (3) dengan
kondisi yang dialami responden. Dengan menggunakan skala likert bersifat positif.
Pada kuesioner dukungan keluarga responden dikatakan kurang jika skor 0-12,
cukup jika skor 13-24 dan baik jika skor 25-36.
2.3 Kepatuhan Diit
2.3.1 Definisi kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi atau
petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet,
latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter. Kepatuhan diet
penderita diabetes militus mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu
mempertahank an berat badan normal, menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolic, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid,
meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki system koagulasi
darah (Supriyadi, 2017)

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus

Ada beberapa factor yang mempengarhui kepatuhan diet pada pasien diabetes
melitus yaitu:

a. Pengetahuan

Pada pasien diabetes melitus yang memiliki pengetahuan yang baik


memungkinkan pasien dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang
dihadapi dan mematuhi segala apa yang telah dianjurkan oleh petugas kesehatan
seperti diet yang telah ditentukan untuk pasien diabetes melitus tersebut.

b. Sikap

Sikap merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kepatuhan. Pasien dengan
sikap positif cenderung mematuhi program diet yang dianjurkan. Mereka yakin
dengan patuh terhadap diet dapat mencegah dan menghambat terjadinya
komplikasi.

c. Motivasi

Motivasi dilator belakangi oleh adanya kesadaran dari individu tentang pentingnya
menjalankan program diet. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki responden maka
semakin tinggi pula kesadaran untuk patuh dalam menjalankan diet DM
d. Dukungan keluarga

Dukungan yang diberikan oleh keluarga, akan membuat responden merasa


diperdulikan dan dicintai, hal ini akan membuat responden memiliki keinginan
yang kuat untuk menjalankan program diet yang sudah dianjurkan (Sugandi dkk.,
2018)

2.3.3 Faktor utama kepatuhan

Terdapat tiga bentuk perilaku di dalam kepatuhan yaitu (Isdari, et.al, 2021):

a. Konformitas

Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap
dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma social yang ada.

b. Penerimaan

Penerimaan adalah kecenderungan orang mau dipengaruhi oleh komunikasi


persuasive dari orang yang berpengetahuan luas atau orang yang disukai. Dan
merupakan juga tindakan yang dilakukan dengan senang hati karena percaya
terhadap tekanan atau norma sosial dalam kelompok atau masyarakat.

c. Ketaatan

Ketaatan merupakan suatu bentuk perilaku menyerahkan diri sepenuhnya pada


pihak yang memiliki wewenang, bukan terletak pada kemarahan atau agresi yang
meningkat, tetapi lebih pada bentuk hubungan mereka dengan pihak
berwewenang.

2.3.4 Mengukur Tingkat Kepatuhan

Kuisioner merupakan salah satu metode pengukuran tidak langsung


kepatuhan. Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) adalah instrumen
untuk mendeteksi ketidakpatuhan. Awal mulanya Morisky membuat pertanyaan
untuk mengukur kepatuhan pengobatan pasien diabetes mellitus sejumlah 4 buah.
Kemudian telah dimodifikasi lebih lengkap dengan jumlah 8 butir pertanyaan.
Kuesioner dijawab dengan jawaban iya atau tidak pada nomor 1 hingga 7, pada
nomor 8 jawaban berupa spektrum sering hingga tidak pernah. Kuisioner ini terdiri
atas 8 pertanyaan terkait perilaku pasien terhadap pengobatannya (Morisky et al,
2018).

Perhitungan skor pada kuesioner MMAS-8 dihitung berdasarkan poin yang


diperoleh. Untuk jawaban “Ya” diberi poin “0” dan jawaban “Tidak” diberi poin
“1”, kecuali pada soal nomer 2 untuk jawaban “Ya” diberi poin “1” dan untuk
jawaban “Tidak” diberi poin “0”. Kemudian poin yang diperoleh dijumlahkan,
apabila didapatkan poin sebesar 8 maka menunjukkan kepatuhan tinggi, apabila
mendapatkan poin sebesar 6-7 maka menunjukkan kepatuhan yang sedang, dan
apabila mendapatkan poin sebesar <6 maka menunjukkan kepatuhan yang rendah.

2.4 Teori Keperawatan


2.4.1 Teori Dorothea Orem
Menurut Dorothea E.Orem, keperawatan mandiri adalah kegiatan yang
dilakukan oleh individu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan
kehidupan,kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan keadaan,baik sehat maupun
sakit. Teori Orem juga dikenal dengan teori self-care deficit theory mempunyai
keyakinan dan nilai-nilai yang ada dalam keperawatan, termasuk penerapan
perilaku berbasis keterampilan.
Menurut Orem, kebutuhan manusia berfokus untuk mengurus dirinya sendiri,
menanganinya secara terus-menerus,menjaga kesehatan dan kehidupan, sembuh dari
sakit dan kecelakaan serta penanganan akibatnya adalah fokus kesejahteraan. Orem
mengemukakan bahwa teorinya sebagai teori umum yang terdiri dari tiga teori meliputi
: teori self-care, teori self-care deficit, dan teori nursing system.
1. Teori Self-Care
Self-Care ( Perawatan diri ) adalah kontribusi yang terus menerus dari individu
terhadap kelanjutan eksistensi kesehatan dan kesejahteraan orang dewasa. Self-Care
juga menjelaskan manfaat dari perwatan diri untuk merawat dirinya sendiri dan
berhak untuk memenuhi kebutuhan sendiri kecuali yang tidak memungkinkan untuk
dirinya. Menurut Orem, kebutuhan pada perawatan diri meliputi udara, makanan,
air/kelembaban, proses ekskresi normal, keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat, keseimbangan kesepian dan interaksi sosial.
Kemampuan perawatan diri ( self-care agency) adalah suatu kemampuan individu
dalam melakukan perawatan diri sendiri. Kemampuan ini berkaitan dengan faktor
usia, jenis kelamin, status kesehatan, kebiasaan keluarga, pola hidup, faktor
lingkungan dan keadaan ekonomi.
Teori self-care juga menetapkan pada therapeutic self-care demand, yaitu seluruh
perawatan diri sendiri yang merupakan suatu tindakan mandiri yang dilakukan
selama periode waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan
menggunakan metode yang efektif.
Ada beberapa prinsip perawatan diri :
1) Perawatan diri dilakukan dengan menyeluruh, dan juga termasuk delapan unsur
kebutuhan perawatan diri di atas.
2) Perawatan diri dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan manusia.
3) Kemandirian karena masalah kesehatan dan penyakit yang ditunjukan untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan.
2. Teori Self-Care Deficit
Teori self-care deficit merupakan inti dari General Theory of Nursing dan
mengidentifikasi mengapa ilmu keperawatan dapat membantu orang dan kapan
perawatan dibutuhkan. Dimana kurangnya kemampuan seseorang terhadap dirinya
sendiri ketidak mampu merawat dirinya sendiri.
3. Teori Nursing System
Nursing system merupakan keahlian khusus yang dimiliki oleh perawat pada saat
merawat pasien. Dimana sistem perawatan dapat terbentuk ketika perawat
menggunakan kemampuan mereka untuk mendefinisikan, membentuk, dan merawat
pasien baik secara individu maupun kelompok.
Teori nursing system (sistem keperawatan) juga membahas mengenai kebutuhan
perawatan diri pasien dipenuhi oleh perawat pasien, atau keduanya. Dimana sistem
ini ditentukan berdasarkan kebutuhan perawatan diri dan kemampuan pasien untuk
merawat dirinya sendiri.
Ada tiga kategori sistem perawatan mandiri :
1) Wholly compensatory nursing system : perawat mendukung klien karena
ketergantungan mereka yang tinggi pada klien.
2) Party compensatory nursing system : perawat dan klien bekerjasama dalam
melaksanakan tindakan pengobatan.
3) Supportive-educative nursing system : klien dapat merawat diri sendiri jika
memungkinkan dengan bantuan perawat.
(Alligood, 2018)
2.4.2. Hubungan Antara Teori Model Keperawatan Dorothea Orem Dengan
Penelitian ini
Dalam teori orem dibahas mengenai self care, self care adalah suatu tindakan
aktivitas individu dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi dan
mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan. Teori self care orem mempunyai
beberapa eleman yang saling berhubungan. Singkatnya, self care agecy, self care
demand, atau nursing agency yaitu kemampuan seseorang untul melakukan
perawatan diri, tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu yang telah
ditentukan untuk perawatan diri. Penelitian ini menggambarkan bagaimana
kepatuhan diet ketika pasien harus mengatur kepatuhan dietnya sendiri, seperti :
ketika seseoran tidak dapat merawat atau memenuhi kebutuhan dirinya sendiri,
maka dia dapat membutuhkan nursing agency untuk memenuhi semua kebutuhan
mereka yang tidak dapat merawat dirinya sendiri.

2.5 Kerangka Teori


Gambar 2.4 Kerangka Teori Dorothea Orem Berhubungan Dengan
Penelitian

Agen
perawatan diri Perawatan Diri

1. Usia
2. Jenis
kelamin
3. Pengeta
huan
Masyarakat Kebutuhan
4. Pendidi
kan Perawatan Diri :
5. Sikap Defisit Dukungan
Kepatuhan Keluarga
Diet DM

Agens Perawatan Diri :


Petugas Kesehatan
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL, DEFINISI OPERASIONAL & HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Tabel 3.1 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Usia

2. Jenis kelamin
3. Pengetahuan Kepatuhan Diet DM

4. Pendidikan
5. Dukungan keluarga
6. Sikap

3.2 Definisi Operasional

Variable Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Usia Usia subjek Angket Mengisi Remaja : 10-19 Ordinal
berdasarkan koesioner Tahun
ulang tahun (WHO,2014)
terakhir
Jenis Karakterikstik Angket Mengisi 1 = Laki-laki Ordinal
Kelamin fisik yang koesioner
0 = Perempuan
dibedakan
antara laki-
laki &
perempuan
Pengetahuan Semua Pertanyaan : Mengisi 1= Ordinal
responden koesioner pengetahuan
1) benar : 1
pengetahuan baik, jika
semua hal nilainya 56% -
2) salah : 0
yang terkait 100%
dengan
0=
pemahaman
pengetahuan
tentang DM
kurang , jika
nilainya 0%-
55%
(Cahyani,2021)
Pendidikan Pendidikan Angket Mengisi Ordinal
formal yang koesioner
pernah
diperoleh
responden
Dukungan Dukungan Pertanyaan : Mengisi Kategori : Ordinal
keluarga untuk
Positif : Koesioner 1) kurang :
membangun
<60%
nilai – nilai
1) Selalu : 4
penguatan dari
2) baik : 60%
keluarga 2) Sering : 3
dalam bentuk
3) Jarang : 2
support,
arahan,
4) Tidak
finansial,
pernah : 1
terhadap
responden
Sikap Reaksi atau Pertanyaan : Mengisi 1) kurang, jika Ordinal
respon koesioner total skor <60%
1) sangat
seseorang
setuju : 4 2) baik, jika
terhadap suatu
stimulus atau total skor 60%
2) setuju : 3
objek &
( Arikunto S,
tanggapan 3) tidak
terhadap
setuju : 2 2013)
rangsangan
penyakit DM
4) sangat
dari
tidak
pengalaman
setuju : 1
Kepatuhan Kepatuhan Pertanyaan : Mengisi Kategori ordinal
Diet responden koesioner
1) sangat 1) tidak patuh
dalam
setuju : 4 (negatif) skor
mengkonsumsi
15-25
makanan dan
2) setuju : 3
minuman
2) patuh
rendah gula 3) tidak
(positif) skor
sesuai standar setuju : 2
26-35
diet DM
4) sangat
dianjurkan
tidak
oleh tenaga
setuju : 1
kesehatan
dalam satu
hari

3.3 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah pernyataan sementara yang akan diuji kebenaranya. Hipotesis ini
merupakan jawaban sementara berdasarkan teori yang belum bisa dibuktikan dengan data.
Pembuktian tersebut dilakukan dengan menguji hipotesis melalui uji statsistik. Dalam hal
ini hipotesis menjadi pedoman dalam menganalisis hasil penelitian, hasil penelitian
tersebut harus dapat menjawab tujuan penelitian yaitu tujuan khusus, sehingga sebelum
merumuskan hipotesis harus dilihat tujuan penelitian nya. Hasil pengujian yang diperoleh
dapat disimpulkan benar atau salahnya, terikat atau tidak. Hasil akhir dari penelitian
adalah sebuah kesimpulan penelitian sebagai generalis dan representasi dari populasi
secara keseluruhan (Masturoh, et.al.,2018).

H0 : Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan diet pada
remaja penderita DM
H1 : Adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan diet pada
remaja penderita DM
BAB IV

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif untuk memberi gambaran


secara statistic hubungan antara dua variabel. Desain penelitian yang di gunakan adalah
cross sectional. Cross sectional merupakan desain penelitian yang menekankan pada waktu
pengukuran/observasi variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat) hanya
satu kali dilakukan pada waktu yang bersamaan. Desain cross sectional bertujuan untuk
mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit pada Remaja di
Wilayah Kecamatan Cipayung.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang memiliki
jumlah data dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipeajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Jumlah populasi penderita diabetes di kecamatan
cipayung yang berusia (remaja )
Sebanyak …. Orang

4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari keseluruhan penelitian dan dianggap mewakili populasi atau
dapat menyebut mereka bagian dari populasi yang mengetahui karakteristik spesifik yang
peneliti putuskan untuk dipelajari dan menarik kesimpulan darinya (Notoatmodjo 2018).
Dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling berjumlah 120 responden dengan
kriteria sebagai berikut :
Besar Sampel

n= {Z1-Po (1-Po)  Z1-Pa (1-Pa)}

(Pa-Po)2

keterangan :
n : Besar Sampel
Z1- : Tingkat Kemaknaan = 1,64 = 5%

Z1-b : Tingkat Kekuatan Uji = 1,64 = 95%

Po :
P :

n= {1,96 0,10(1-0,10 + 1,28 0,11(1-0,11)}

n= {1,96 0,10(0,90 + 1,28 0,11(0,89)}

n= {1,96 0,09 + 1,28 0,09} 2

n= {1,96 . 0,03 + 1,28 .(0,03)} 2

n= {0,58 + 0,38} 2
(0,01)2

n= {0,58 + 0,38} 2
(0,01)2
2
n= {0,92} 2
(0,01) 2
n= 0,92
0,01
n= 92 responden

4.2.4 Kriteria Sampel

Kriteria Inklusi
a. Pasien yang di diagnosis Diabetes Melitus yang tercatat di Puskesmas Kramat Jati.
b. pasien dengan usia remaja (…… tahun)
c. Bersedia menjadi responden

Kriteria Eksklusi
a. Orang yang menolak menjadi responden
b. Responden tidak memiliki penyakit DM

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur

4.4 Etika Penelitian


Karena subek penelitian (orang) memiliki hak asasi manusia, maka perlu
mempertimbangkan aspek etika dalam survei kesehatan yang dilakukan. Kita tidak boleh
melanggar hak asasi manusia dan harus menghormatinya. Penerapan etika dalam
penelitian dapat dilakukan dalam bentuk :
1) Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)
Berisi tentang persetujuan untuk menjadi responden penelitian. Untuk itu peneliti terlebih
dahulu harus menjelaskan tujuan survei agar responden dapat memahami dan
mempertimbangkan untuk menjadi responden penelitian. Peneliti tidak boleh dipaksa
untuk menjadi responden penelitian.
2) Anonimity
Peneliti tidak mencantumkan nama responden, hanya inisial atau kode berupa angka atau
huruf.
3) Confidentiality
Menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan. Informasi tersebut digunakan untuk tujuan
penelitian saja, tidak untuk di publikasi atau harus izin dari lokasi penelitian/pihak yang
berkepentingan
4.5 Alat Pengumpulan Data Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi dari
responden, peneliti menggunakan kuesioner berupa data demografi, kuesioner tentang
dukungan keluarga dan kuesioner tentang kepatuhan Diit. Peneliti mengumpulkan data
kemudian peneliti menggunakan angket. Adapun sistematika kuesioner terdiri dari :

1. Data Demografi

Data demografi anak meliputi inisial nama pasien, misal : hanya ditulis (B.A), jenis
kelamin, usia (26 - > 65 tahun), Pendidikan terakhir, pekerjaan, dan lama hemodialisis
yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari responden tersebut.

2. Kuesioner Dukungan Keluarga

Kuesioner dukungan keluarga bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan dari keluarga.


Lembar observasi B yang terdiri dari 24 pertanyaan. Lembar observasi B diisi dengan
menggunakan skala Likert yaitu : selalu 1 ; sering

Anda mungkin juga menyukai