Anda di halaman 1dari 39

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

TUMOR WILMS

DISUSUN OLEH :
1. Alfakingah
2. Evi Junaevi
3. Fiska Nurmala
4. Ipah Tasripah
5. Yul Adrianis

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN
JL. Raya Rawa Buntu No. 10 BSD CITY
Serpong –Tangerang

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini sebagai salah satu tugas kelompok Mata Kuliah “KEPERAWATAN
ANAK”.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, halitu di karenakan
kemampuan kami yang terbatas. Namun, berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dan kami tak lupa
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu.
Kami berharap dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami
sendiri dan para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.

Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Tangerang, 01 Juni 2023

i
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... ii
BAB 1 PEMBAHASAN .................................................................................................................... 1
1.1 Definisi Tumor Wilms ...................................................................................................... 1
1.2 Etiologi.............................................................................................................................. 1
1.3 Klasifikasi ......................................................................................................................... 2
1.4 Patofisiologi ...................................................................................................................... 2
1.5 Manifestasi Klinis ............................................................................................................. 3
1.6 Pemeriksaan Penunjang................................................................................................... 3
1.7 Penatalaksanaan .............................................................................................................. 4
1.8 Pencegahan ....................................................................................................................... 7
1.9 WOC ................................................................................................................................. 9
1.10 Epidemologi .................................................................................................................... 11
1.11 Dampak Tumor Wilms Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak .............. 11
1.12 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................ 14
BAB II CONTOH KASUS TUMOR WILMS.................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 38

ii
BAB 1
PEMBAHASAN
1.1 Definisi Tumor Wilms
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang tumbuh dari sel embrional primitive
di ginjal. Tumor wilms merupakan tumor ganas ginjal yang terbanyak pada bayi dan anak. Tumor Wilms
ditemukan pada 1 diantara 200.000-250.000 anak-anak. Sekitar 80% tumor ini terjadi pada anak di bawah 6
tahun, dengan puncak insidens pada umur 2-4 tahun. Tumor Wilms dapat juga dijumpai pada neonatus.
Tumor Wilms terhitung 6% dari seluruh penyakit keganasan pada anak(Amalia, 2014).
Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat, terbentuk dari unsur
embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima tahun (Kamus Kedokteran Dorland)
Tumor wilms adalah tumTY66666or padat intraabdomen yang paling sering dijumpai pada anak.
Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal, biasanya muncul sebagai massa asimtomatik di
abdomen atasatau pinggang. Tumor sering ditemukan saat orang tua memandikan atau mengenakan baju
anaknya atau saat dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap anak yang tampak sehat. (Basuki,2011)

1.2 Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor wilms berhubungan dengan
kelainan bawaan tertentu, seperti :
1. WAGR syndrome :
 Genitourinary malformation
 Retardasi mental
 Aniridia – bayi lahir tanpa iris
2. Deny-Drash Syndrome
Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum umur 3 tahun dan sangat langka. Didapati
perkembangan genital yang abnormal. Anak dengan sindrom ini berada dalam resiko tinggi terkena tipe
kanker lain, selain Tumor Wilms.
Bayi lahir dengan berat badan yang lebih tinggi dari bayi normal, lidah yang besar, pembesaran
organ – organ. Tumor wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron akibat tidak adanya
stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan tubuli dan glomeruli yang
berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur
kehamilan 8-34 minggu. Beberapa kasus disebabkan karena defek genetik yang diwariskan dari orang
tua. Ada dua gen yang ditemukan mengalami defek yaitu Wilms Tumor 1 atau Wilms Tumor 2, dan
juga ditemukan kelainan mutasi di kromosom lain
Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang juga menderita

1
Tumor wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat keturunan yang berbeda dengan kasus
Tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus Tumor wilms diturunkan secara autosomal dominan

1.3 Klasifikasi
3. Penyebaran tumor wilms menurut TNM sebagai berikut :
T : Tumor primer
 T1 : Unilateral permukaan ( termasuk ginjal ) < 80 cm
 T2 : Unilateral permukaan > 80 cm
 T3 : Unilateral ruptur sebelum penanganan
 T4 : Bilateral N: Metastasis limfa
 No : Tidak ditemukan metastasis
 N1 : Ada metastasis limfaM : Metastasis jauh
 Mo : Tidak ditemukan
 M+ : Ada metastasis jauh
4. The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi lima stadium tumor Wilms, yaitu :
 Stadium I : tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul. Tumor ini dapat direseksi
dengan lengkap.
 Stadium II : Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal dan sekitar ginjal
yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan kelenjar limfe para-aortal. Tumor masih dapat
di reseksi dengan lengkap.
 Stadium III : Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke hepar,
peritoneum, dll.
 Stadium IV : Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru, otak, tulang.

1.4 Patofisiologi
Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh dengan cepat di lokasi yang
dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal.
Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan
bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi,tetapi kemudian di invasi oleh sel tumor. Tumor
ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau keabu-abuan homogen,lunak dan encepaloid
(menyerupai jaringan ikat). Tumor tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakan
sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.

Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh 2 trauma mutasi pada gen supresor tumor.
Mutasi pertama adalah inaktivasi alel pertama dari gen suppressor tumor yang menyangkut aspek prozigot
2
dan postzigot. Mutasi kedua adalah inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor spesifik.
Gen WT1 pada kromosom 11p13 adalah gen jaringan spesifik untuk sel blastema ginjal dan epitel
glomerolus dengan dugaan bahwa sel precursor kedua ginjal merupakan lokasi asal terjadinya Wilms Tumor.
Ekspresi WT1 meningkat pada saat lahir dan menurun ketika ginjal telah makin matur. WT1 merupakan
onkogen yang dominan sehingga bila ada mutasi yang terjadi hanya pada 1 atau 2 alel telah dapat
menimbulkan Wilms Tumor. Gen WT2 pada kromosom 11p15 tetap terisolasi tidak terganggu.
Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel, blastema dan stroma. Berdasarkan
korelasi histologis dan klinis, gambaran histopatologik tumor Wilms dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok, yaitu tumor risiko rendah (favourable), dan tumor risiko tinggi (unfavourable).
Munculnya tumor Wilm’s sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh dengan cepat setelah
lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain

1.5 Manifestasi Klinis


Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri perut dan hematuria, nyeri
perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi
tumor yang menembus sistim pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat
protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul adalah :
5. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-pembuluh darah yang
mensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi jaringan yang akan merangsang pelepasan reninatau
tumor sendiri mengeluarkan renin
6. Anemia
7. Penurunan berat badan
8. Infeksi saluran kencing
9. Malaise
10. Anoreksia
11. Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital lainnya, seperti aniridia,
hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau genitalia dan retardasi mental.

1.6 Pemeriksaan Penunjang


Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di abdomen. Pada 10-25% kasus,
hematuria mikroskopik atau makroskopik memberi kesan tumor ginjal.
1. IVP → Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises (perubahan bentuk sistem
pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui fungsi ginjal.

2. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis ke paru-paru.
Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan tumor Wilms bilateral
3
3. Ultrasonografi → USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor solid
dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor
padat di daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan sagital
USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak mengalami pembesaran, lebih predominan
digambarkan sebagai massa hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus.
4. CT-Scan → memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor wilms. Ini meliputi konfirmasi
mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel;
penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal yang
lain. Pada gambar CT-Scan Tumor Wilms pada anak laki-laki usia 4 tahun dengan massa di abdomen.
 CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri dan metastasis hepar multiple.
 CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasis hepar multipel dengan
thrombus tumor di dalam vena porta.
5. Magnetic resonance imaging (MRI) → MRI dapat menunjukkan informasi penting untuk menentukan
perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke daerah intarkardial. Pada MRI tumor
Wilms akan memperlihatkan hipointensitas (low density intensity) dan hiperintensitas (high density
intensity)
6. Laboratorium → Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang menunjang untuk tumor Wilms
adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH) meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas
normal. Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga
terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat
menunjukkan abnormalitas pada analisa serum.

1.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan tumor wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan komplikasi dan morbiditas
serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Dengan terapi
kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium
dini dan ginjal di sebelah kontra lateral normal, dilakukan nefrektomi radikal.
Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan. masing-masing jenis ditangani secara
berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan tumor dan memberikan kemoterapi atau terapi radiasi yang
sesuai. Apabila tumor besar maka pembedahan definitive mungkin harus di tunda sampai kemoterapiatau
radiasi selesai. Kemoterapi dapat memperkecil tumor dan memungkinkan reaksi yang lebih akurat dan
aman.

4
a. Penatalaksanaan Medis :
1) Farmakologi yaitu dengan kemoterapi
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi. Prinsip dasar
kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap
sel ganas dan mempunyai efek samping yang rendah terhadap sel yang normal.

Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan penelitian sekitar 16- 32%
dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi tujuan
pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko ruptur intraoperatif dan mengecilkan massa tumor
sehingga lebih midah direseksi total.

Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor Wilms, yaitu
Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan siklofosfamid. Mekanisme kerja obat tersebut
adalah menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak
terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.
a) Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan lima hari berturut-turut
dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis total tidak melebihi 500 mikrogram.
Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu digunakan sebagai terapi prabedah.
b) Vinkristin
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan dalam satu dosis 1,5 mg/m2
setiap minggu secara intravena (tidak lebih dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat menimbulkan
neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi pada waktu pemberian
secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat lain karena jarang

menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila digunakan sebagai obat tunggal dapat
menyebab relaps.
c) Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius, diberikan secara intravena
dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga hari berturut-turut. Dosis maksimal 250 mg/m2. obat ini
tidak dapat melewati sawar otak dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila melebihi dosis.
Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.
d) Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20 mg/m2/hari selama lima hari
berturut-turut.

5
e) Siklofosfamid
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800 mg/m2/hari secara intravena dengan
interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-300 mg/m2/hari.

2) Non Farmakologi
a) Pembedahan
Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin mendapat obat kemoterapi kardiotoksik,
maka mereka harus diperiksa oleh ahli onkologi dan di izinkan untuk menjalani operasi. Mereka
perlu menjalani pemeriksaan jantung yang menyeluruh untuk menentukan status fungsi jantung.
Tumor wilms jangan di palpasi untuk menghindari rupture dan pecahnya sel-sel tumor. Pasien di
letakkan dalam posisi telentang dengan sebuah gulungan di bawah sisi yang terkena. Seluruh
abdomen dan dada di bersihkan.
Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi yang sesuai dengan lesi.
Gambaran histologik lesi merupakan suatu indicator penting untuk prognosis, karena gambaran
tersebut menentukan derajat anaplasia. Anak yan histologiknya relative baik. Maka memiliki
prognosis baik. Sedangkan anak yang gambaran histologiknya buruk, maka memilii prognosis
buruk. Terapi dibuat sespesifik mungkin untuk masing-masing anak, karena terapi yang lebih
sedikit menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik dengan lebih sedikit efek sampingnya.
Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan belum
menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneal total tidak perlu
dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada
pembedahan perlu diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut harus diangkat.

b) Radioterapi
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi dapat
mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, hati dan paru. Karena itu
radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi
prognosis buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga diberikan
radioterapi. Radioterapi dapat juga digunakan untuk metastase ke paru, otak, hepar serta tulang.

6
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Meredakan kecemasan yang dihadapi pasien dan keluarga
2) Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
3) Mengalihkan rasa nyeri yang dihadapi pasien
4) Melakukan kompres untuk menurunkan suhu pasien
5) Membantu aktivitas pasien karena sebagian besar terganggu dengan adanya tumor diperut
6) Melakukan pemasangan infus untuk menjaga keseimbangan cairan pasien

1.8 Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ini merupakan upaya untuk mempertahankn orang yang sehat agar tetap sehat atau
mencegah agar tidak sakit. Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor resiko terhadap
kejadian tumor wilms. Upaya yang dilakukan adalah:
1) Rutin melakukan imunisasi seperti : BCG satu kali (pada usia 0-11 bulan), campak satu kali (usia 9-
11 bulan), DPT (Dhipteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali (Usia 2-11 bulan), dan Hepatitis B
sebanyak 3 kali (0-9 bulan). Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu
2) Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara pemberian ASI pada bayi neonatal sampai berumur 2
tahun dan makanan yang bergizi pada anak.
3) Hindari dari paparan merokok. Selalu coba untuk tidak merokok di rumah atau di sekitar bayi,
terutama jika bayi memiliki kelainan saluran napas atau jantung, sistem kekebalan yang rendah, atau
lahir prematur.

b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah pada mereka yang baru
terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit (tertentu melalui diagnosis dini
(patogenesis awal). Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung namun
belum timbul tanda/gejala sakit.

Tujuan Pencegahan sekunder: menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi.
Bentuknya berupa deteksi dini dan pemberian pengobatan (yang tepat). Pengobatan yang cukup untuk
menghentikan proses penyakit. Pemberian obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor
Wilms, yaitu Aktinomisin D, vinkristin, adriamisin, cisplatin dan siklofosfamid.

7
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk menguragi resiko keparahan kecacatan dan rehabilitasi. Upaya
yang dapat dilakukan adalah:
1) Pengobatan secara intensif sampai tuntas
2) Mematuhi setiap advis dari dokter
3) Rutin melakukan medical chek-up.

8
1.9 WOC

Kelainan genetik

Poliferasi patologi blastoma

Invasi tumor mengenai ginjal

Massa tumor membesar reaksi anafilaksis tubuh invasi menembus


terhadap protein tumor sis.palveokalisies
menginvasi ke volume abdomen
organ lain bertambah peningkatan suhu tubuh perdarahan
(abdomen)
mendesak gaster MK : Hipertermi hematuria
mendesak diafragma
volume gaster menurun
anemia
ekspansi paru menurun
nafsu makan menurun O² ke jaringan
kompensasi (mual, muntah) menurun
RR meningkat
MK : Gangguan
MK : Ketidakseimbangan nutrisi perfusi jaringan
MK : kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan
metabolisme anaerob
pola nafas
gangguan tumbuh kembang
kerusakan pada glomerollus asam laktat meningkat
mendesak organ lain dan tubullus ginjal kelelahan
dan syaraf
iskemia MK : Intoleransi aktivitas

MK : Nyeri
penurunan fungsi ginjal pembentukan hb terhambat

9
proteinuria angiotensin dalam fungsi sekresi produksi eritopuitin
tubuh dilepaskan menurun menurun
hipoalbumin uremia, amoniak tinggi
angiotensin I (hati) oliguri, anuri
tekanan onkotik ACE inhibitor gelisah dan mual, muntah
menurun angiotensin II (ginjal) penurunan kesadaran

MK : Kekurangan
retensi cairan sekresi aldosterone MK : Resti volume cairan
cidera

oedem retensi cairan dan garam

MK : Kerusakan volume air meningkat,


integritas kulit
CO meningkat
MK : Intoleransi

Hipertensi
MK : Kelebihan
volume cairan

Penatalaksanaan

radioterapi kemoterapi pembedahan

hiperpigmentasi ESO post operasi pre operasi

insisi jaringan kurang informasi


MK : Kerusakan
integritas kulit
kulit rambut terputusnya kontinuitas
jaringan
MK : Ansietas

MK : Nyeri

10
1.10 Epidemologi
Insidensi Wilms Tumor adalah 0,8 kasus per 100.000 orang. Terdapat 500 kasus baru
tiap tahun di Amerika Serikat dan sebanyak 6% darinya melibatkan kedua ginjal. Resiko
acak untuk terkena Wilms Tumor adalah 1 diantara 10.000 kelahiran. Wilms Tumor
terutama terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Insidensi tertinggi terjadi antara usia
1-3 tahun. Diperkirakan tumor ini terjadi pada 7 diantara sejuta anak di Amerika Serikat
dan lebih banyak mengenai ras Afro-Amerika. Ratio penderita perempuan dan laki –
laki hampir seimbang.
Di Indonesia, di RSUD Dr. Soetomo, jumlah pasien tumor Wilms yang didiagnosis
dari tahun 1989 sampai dengan 2003 sebanyak 70 kasus.

1.11 Dampak Tumor Wilms Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak


Anak dapat mengalami berbagai macam masalah terkait dengan penyakit dan
pengobatan. Terutama degan metode kemoterapi dapat memberikan efek pada fisik,
psikologis anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas
hidup anak (Hockenberry & Wilson, 2007)
1) Dampak Fisik
Pada umumnya efek samping agen kemoterapi antara lain infeksi,
perdarahan, anemia, mual dan muntah, gangguan nutrisi, ulserasi mukosa serta
alopesia. Efek samping lain misalnya diare, konstipasi, nyeri, kerusakan integritas
kulit, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, toksik ginjal, neurotoksik, kelemahan
kardiotoksik dan ototoksik terutama pada karboplastin dan cisplatin (Muscari, 2005).
Efek samping dari Cisplatin terdiri atas mual dan muntah, penurunan nafsu
makan dan kebotakan. Selain itu cisplatin juga dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit pada anak yang terdiri atas hipomagnesemia,
hipokalemi dan hiperkalsemi. Efek samping serius dari cisplatin adalah
nefrotoksik, neuropati perifer, penekanan sumsum tulang dan ototoksik (Cameron &
Allen, 2009).
Kemoterapi yang signifikan dapat diprediksi menyebabkan terjadinya
toksisitas, dimana hal ini menjadi lebih serius apabila gejala toksisitas berkembang
pada waktu pasien berada dirumah diantara siklus pengobatan. Kemoterapi dapat
menyebabkan terjadinya sepsis neutropeni yang berakibat fatal apabila
pengobatannya terlambat dan tidak tepat (Lennan, et al. 2010).

11
2) Dampak Psikologis
Anak dengan tumor wilms dapat mengalami kecemasan dan depresi akibat
penyakit yang diderita. Hal ini merupakan keadaan yang normal, namun sebagian
anak membutuhkan intervensi psikologis dalam menjalani pengobatan tumor wilms
(Shell & Kirsch dalam Otto, 2001). Kecemasan dan depresi

merupakan respon yang paling umum terjadi pada anak dengan tumor wilms dan
menjalani pengobatan.
Secara normal, kecemasan dapat terjadi sebagai bagian dari penyakit dan
pengobatan pada penderita kanker. Kecemasan dapat reaktif dan situasional
berhubungan dengan ketakutan setelah terdiagnosa penyakit dan selama menjalani
pengobatan. Tanda-tanda kecemasan seperti menangis , stress, gangguan perasaan
dan gangguan tidur. Nyeri, perasaan mual dan muntah yang tidak terkendali, hipoksia,
dan menolak pengobatan juga merupakan tanda-tanda kecemasan (Shell & Kirsch
dalam Otto, 2001).
Kecemasan kronik yang timbul sebelum diagnosis dapat berkembang menjadi
gangguan kecemasan, fobia dan gangguan panik. Peranan perawat yang terpenting
terhadap anak adalah berespon terhadap gejala psikologis pada anak dengan rasa
empati, peduli dan tidak menyalahkan serta mendukung kekuatan keluarga dalam
menghadapi krisis (Shell & Kirsch dalam Otto, 2001).
Depresi (depression) merupakan respon psikologis pada anak. Walaupun
perasaan kesedihan dan perasaan yang hampa merupakan reaksi yang normal pada
anak, namun hal ini dapat berkembang menjadi depresi. Depresi biasanya terjadi
pada anak selama proses penyakit dan pengobatan. Penyebabtimbulnya depresi sulit
untuk ditentukan. Umumnya depresi terjadi karena stres terhadap penyakit,
perubahan biologis, dan karena pengobatan. Kejadian depresi meningkat pada anak
yang mendapatkan pengobatan dan yang mengalami efek samping dari pengobatan
(Shell & Kirsch dalam Otto, 2001).
Kegagalan anak dalam beradaptasi dengan kondisi fisik dan pengobatan dapat
mempengaruhi fungsi psikososial anak. Penelitian yang dilakukan oleh Enskar dan
Von Essen (2008) menunjukkan bahwa pada umumnya anak yang sedang menjalani
kemoterapi menunjukkan distress psikososial yang mempengaruhi kepuasan anak
dalam berpartisipasi terhadap kehidupan sosialnya.
Selain masalah psikososial, anak yang lebih besar akan memperlihatkan gejala

12
depresi dan berbagai perubahan perilaku akibat dari penyakit dan regimen terapi.
Fatique, mual dan muntah serta gangguan tidur yang apabila terjadi bersama-sama
berupa suatu kumpulan gejala yang dapat menimbulkan gejala depresi dan perubahan
perilaku pada remaja, namun pada anak gejala fatigue saja dapat mengakibatkan
timbulnya gejala depresi dan perubahan perilaku. Kluster gejala ini secara signifikan
mempengaruhi kualitas hidup anak (Hockenbery et al.2010).

13
1.12 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar
perut. Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan panas hanya 1 hari
pertama sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau gejala-
gejala tumor wilms.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor
sebelumnya.
d. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan secara head to toe
yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen yang cermat dan pengukuran
tekanan darah pada klien. Tumor dapat memproduksi rennin atau menyebabkan
kompresi vaskuler sehingga mengakibatkan hipertensi pada anak.
e. Pemeriksaan kebutuhan Fisik dan Psikososial
1) Pola Nutrisi dan Metabolik.
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan
air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi
karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual,muntah,dan anoreksia
menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya
edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2) Pola Eliminasi.
Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa metabolisme
tidak dapat di ekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguri,
anuria, proteinuria, dan hematuria.
3) Pola Aktivitas dan latihan.
Pada klien dengan kelemahan malaise,kelemahan otot dan kehilangan tonus
karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan,klien perlu istirahat karena

14
adanya kelainan jantung dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan
mobilisasi duduk di mulai bila tekanan darah udah normal selama satu minggu.
Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,penggunaan otot
bantu napas, teraba massa, auskultasi terdengar rales, dispnea, ortopnea, dan
pasien terlihat lemah ( kelebihan beban sirkulasi sehingga menyebabkan
pembesaran jantung ), anemia, dan hipertensi yang di sebabkan oleh spasme
pembuluh darah.

4) Pola Tidur dan Istirahat.


Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremi,
keletihan, kelemahan malaise, keemahan otot dan kehilangan tonus.
5) Pola Kognitif dan Perseptual.
Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik kasar dan gatal-gatal karena
adanya uremia. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi.
6) Persepsi Diri
Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya warna urine yang
berwarna merah, adanya edema, serta perawatan yang lama.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto thoraks (Rontgen)
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis ke paru-
paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan tumor Wilms
bilateral atau termasuk horseshoe kidney.
2) Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor solid dengan
tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG, tumor Wilms
nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai
pemandu pada biopsi. Pada potongan sagital USG bagian ginjal yang terdapat
tumor akan tampak mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan
sebagai massa hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus.
3) CT-Scan
4) Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms. Ini meliputi
konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya menyingkirkan
neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan tumor, termasuk

15
keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. CT scan
memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri danmetastasis hepar multiple.
CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasishepar
multipel dengan thrombus tumor di dalam vena porta.
5) Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang untuk tumor
Wilms adalah kadar lactic dehydro genase (LDH) meninggi dan Vinyl mandelic
acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti
hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga terjadi, terlebih pada pasien
dengan perdarahan subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat
menunjukkan abnormalitas pada analisa serum.
6) Biopsi
Di lakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan
mikroskopik.Biopsi tumor ini untuk mengevaluasi sel dan diagnosis
.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri akut
2) Perubahan Nutrisi
3) Intoleransi aktivitas
4) Pola nafas tidak efektif
b. Pasca operasi
1) Nyeri
2) Resiko tinggi infeksi

16
BAB II
CONTOH KASUS TUMOR WILMS

Nama : An. UFC


Usia : 4 Tahun
Nama panggilan : An. U
Alamat : Madiun
Tanggal lahir : 09 Agustus 2013
Agama : Islam
Tanggal interview : 23 Oktober 2017/09.00 WIB
Tanggal dirawat : 15 September 2017/13.00 WIB
Diagnosa Medis : Tumor Wilm’s dan Efusi Pleura
Informan Orang Tua & Rekam Medis
Orang tua / ibu : Ny. N Pendidikan : SMA
Usia : 27 tahun
Pekerjaan : RT
Ayah : Tn. A
Pendidikan : SMK
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : Swasta

KELUHAN UTAMA :
Ibu Pasien mengatakan sesak nafas

RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI :


1. Onset terjadinya
Pada bulan Juni 2017 anak permah terjatuh kesandung kaki sendiri dirumahnya dengan posisi
tengkurap, anak U menangis dan pucat, anak mengeluh sakit kemudian orang tua membawa
anak U ke bidan terdekat dan dikasih obat paracetamol. Kesokan harinya anak mengeluh sakit
perutnya, anak U mengeluh tidak bisa BAK dan BAB, ibu membawanya kedukun pijat setelah
itu anak U bisa BAK 1x, sore harinya perut anak U semakin membesar dan orang tua langsung
membawanya ke Rumah Sakit Panti Waluyo Madiun dan dilakukan USG diperoleh hasil limfa
bocor dan di RS tersebut dilakukan operasi kemudian rawat inap selama 4 hari hingga akhirnya
sembuh dan pulang kerumah. 2 bulan kemudian ibu mengatakan anak U mengeluh sesak dan
perutnya membesar, kemudian orang tua membawanya ke Rumah Sakit Caruban Madiun untuk
diperiksa hasil rontgen thoraks diperoleh efusi pleura masif kiri, anak dilakukan operasi karena

17
adanya efusi pleura pada tanggal 4 september. Setelah 2 minggu operasi anak mengalami sakit
dibagian pinggangnya, dan disertai perut anak membesar akhirnya dokter RS Caruban meminta
keluarga untuk merujuk anak U ke RSUD dr. Moewardi.
2. Karakteristik
Pasien terlihat lemas, badan anak kurus dan tulang terlihat, mata anak sayup dan dan perut
membengkak. Anak terpasang infus D5 ¼ NS, canul O 2 3liter per menit, terpasang NGT dan
terpasang WSD produktif cairan 300ml berwarna merah keruh pada dada sinistra indikasi efusi
pleura.
3. Perkembangan Penyakit :
Pada tanggal 15 sepetember pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit dr. Moewardi, kemudian
mendapat perawatan di bangsal Melati. Pada saat pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya
sakit pada perutnya, dan dada sesak jika telentang, sakit seperti tertusuk-tusuk, terdengar suara
meringis kesakitan, anak U tidak nafsu makan, mual setelah makan. Anak U sudah menjalani
program terapi kemoterapi Doxorubicin 20mg yang pertama pada tanggal 28 September 2017.
Program kemoterapi dilakukan 2 minggu sekali.

RIWAYAT KESEHATAN LALU:


1. Kehamilan
Pada saat hamil, ibu mengatakan tidak ada gejala apapun, hanya mual seperti kehamilan
normal. Ibu rutin memeriksakan kandungan ke bidan dan tidak ada masalah dengan janinnya.
Pasien merupakan anak pertama.
2. Kelahiran
Pada saat melahirkan ibu dapat melahirkan secara normal dengan usia kandungan 39 minggu.
Proses melahirkan dibantu oleh bidan di rumah sakit dan tidak ada penyulit pada saat
melahirkan.
3. Post natal
Ibu mengatakan An.U tidak ada masalah kesehatan. An.U lahir tidak langsung menangis karena
didalam mulutnya terdapat air ketuban setelah 1 jam dan dilakukan suction anak baru bisa
menangis. Anak lahir dengan BB 3,4 kg dan TB 48 dan tidak ada kelainan pada anggota
tubuhnya.
4. Penyakit sebelumnya, Operasi, atau Cedera 1. Perawatan Kesehatan
Ibu mengatakan pernah melakukan OP di rumah sakit panti waluyo karena limfa anak U bocor.

18
STATUS KESEHATAN SAAT INI :
Perawatan kesehatan yang dilakukan keluarga pada An. U ketika anak sakit keluarga membawanya
kebidan agar mendapat pemeriksaan lebih lanjut.
1. Obat-Obatan
Ibu mengatakan tidak pernah membeli obat-obatan di warung. Keluarga tidak pernah membeli
obat jika tidak menggunakan resep dokter.
2. Alergi
Ibu mengatakan An.U tidak memiliki alergi obat maupun makanan
3. Imunisasi
No Jenis Imunisasi Diberikan Tidak diberikan
1. BCG

2. DPT (I,II,III)

3. Polio (I,II,III,IV)

4. Campak

5. Hepatitis

4. Nutrisi
Pemberian ASI : Ya/tidak Lama : 1 tahun
Susu Formula : Ya Jumlah intake : 200cc
Makanan padat : Ya Dimulai dari : 1,5
Kebiasaan makan : 3x sehari tidak habis Snack : biskuit
Jenis makanan : Nasi, Sayu, Lauk Diit susu : habis ½ gelas

5. Tidur
Ibu pasien mengatakan anak U tudak bisa tidur, sering bangun karena mengeluh sesak nafas dan
sakit pada perutnya.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA :


1. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit seperti anak U

19
REVIEW SYSTEM
No Sistem Hasil
1. Umum Keadaan umum sakit sedang, CM
2. Kulit Warna coklat kehitaman (hiperpigmentasi), kulit tampak
kering, akral hangat dan kulit tipis, turgor kulit kering, tidak
terdapat tanda lahir.
3. Rambut dan Kuku Rambut hitam, menipis, kuku nampak panjang dan kotor
4. Kepala Leher Bentuk kepala mesochepal, teraba massa kulit 4x4 cm.
Wajah old man face (+)
5. Mata Penglihatan Konjungtiva pucat -/-, Sklera ikterik -/-, hematom
palpebra +/-
6. Telinga & Simetris kanan kiri, fungsi pendengaran baik, tidak
Pendengaran terdapat serumen pada telinga.
7. Hidung Terdapat sekret, tidak mengalami epitaksis, tidak ada
tanda-tanda sinusitis.
8. Mulut & Gigi Menggunakan pernafasan mulut dan hidung, tidak terjadi
perdarahan pada gigi, bibir tidak sumbing, pertumbuhan gigi
tidak merata, Mukosa kering dan pucat, tidak
terdapat stomatitis.
9. Tenggorokan Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
10. Pernafasan & dada Suara paru dasar vesikuler +/menurun

11. Kardiovaskuler & Bunyi jantu I/II reguler, tidak mengalami sianosis,
Hematologi
12. Gastrointestinal Distended, bising usus (+) normal, hepar dan lien sulit
dikaji

20
INFORMASI PSIKOSOSIAL
1. Komposisi keluarga :
Didalam keluarga terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang anak
2. Sumber Keuangan :
Ibu mengatakan sumber keuangan dari ayah dan ibu yang bekerja.
3. Lingkungan Rumah :
Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih, terdapat ventilasi, serta pembuangan limbah.
4. Lingkungan Masyarakat
Ibu mengatakan lingkungan masyarakat sekitar bersih.
5. Perubahan Keluarga/Gaya hidup
Ibu mengatakan gaya hidup keluarga kurang baik, ayah perokok akif
6. Pendidikan Anak dan Penggunaan obat-obatan
Ibu anak mengatakan anak U belum masuk sekolah, anak U tidak mengkonsumsi obat-
obatan.
STATUS PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Usia Usia
Tengkurap : 4 bulan Mengoceh : 7
bulan
Duduk tanpa :- 1-2 kata : 1
suport tahun
Berdiri : 10 bulan Kombinasi 2 kata :-
Merangkak : 9 bulan Kalimat 3 kata :-
Berjalan : 12 bulan Kalimat 4 kata :-
sendiri
Berjalan : 13 bulan Bercerita :-
Mundur
Naik Kursi : 14 bulan Tumbuh gigi :-
Naik Tangga :- Gigi Tanggal :-
Bersepeda :- Tinggi badan 2 tahun :-
roda tiga
Berat Badan : 3300 gram Berat Badan 6 bulan : -
Lahir
Berat Badan Berat Badan 2 tahun :-
1 tahun

21
PEMERIKSAAN FISIK, 24 Oktober 2017
Penampilan
A Umum Keadaan umum sedang, sakit
Kesadaran : Composmentis.
Tanda
B Vital S : 36,2 ºC,
HR : 89 x/menit,
RR : 28x/ menit
Nyeri skala 4 (wong baker)
Antropometri
C
Berat badan 10 Kg
Panjang/Tinggi Badan 94 cm
IMT 11,31
Percentile
10/11,31x 100% = 88,41%
Interpretasi
Gizi Sedang
Kulit
D Sawo matang , kering
Turgor kulit : < 2 detik
Suhu : 36,2ºC Tekstur : kering
Lesi/Benjolan : tidak ada benjolan dan lesi Capilary
refill : kembali dalam 3 detik
Rambut
E dan kuku
4. Rambut Warna : hitam, Distribusi : merata
Kebersihan : tidak kotor, Kualitas : tidak rontok
Tidak berminyak, plak tidak bersisik
5. Kulit Kepala
Warna merah muda, CRT kembali dalam 3 detik
6. Kuku
Kepala
F
Inspeksi Bentuk kepala ; mesochepal
Kesimetrisan wajah (Simetris), mata tampak sayu
Palpasi Terasa massa solid ukuran 4x4cm, nyeri tekan (-)
Hidung
G dan Sinus Simetris kanan dan kiri, tidak terdapat secret, tidak
ada tanda-tanda sinusitis, tidak ada nyeri tekan.
Mulut
H

22
Bibir Warna kehitaman, simetris
Gigi Bibir kering
Membran Mukosa Tidak ada caries gigi, tidak ada perdarahan gusi,
Lidah pertumbuhan gigi tidak merata.
Membran mukosa kering
Warna merah muda, lidah bersih.
Leher
I
Bentuk Simetris,

23
Trakea/tiroid Pembesaran KGB (-) terasa masa diregio colli sinistra
5cm, konsistensi keras, immobile
Rom aktif, tidak ada hambatan gerak
ROM
Dada
J
Inspeksi Tampak regio hemithorak sinistra, terpasang selang
WSD pada dada sinistra
Fermitus sulit dinilai
Palpasi
Sonor pada lapang paru kanan
Perkusi
Vesikuler
Auskultasi
Jantung
K
Inspeksi Dada depan dan samping simetris, letak apeks pada ICS 5
Apikel impuls teraba
Batas jantung kesan tidak melebar, Redup
Palpasi
Perkusi S1/S2 sama, reguler, lup/dup tidak ada bunyi jantung

Auskultasi tambahan

Denyut nadi Radialis simetris ( √ ), Brakhialis simetris (√ ),

Femoralis simetris (x)

Abdomen
L
Inspeksi Umbilikus Distended
Auskultasi Bising usus 13 x/menit
Perkusi Hepar dan lien sulit dikaji
Palpasi Tidak terkaji

Genitalia
M

Perempuan
Distribusi rambut -
Pubis
Vagina Tidak ada lesi
Meatus -

24
Skrotum -
Testis -
Anus
N & Rektum
Tidak ada kemerahan , tidak ada hemoroid , tidak
ada lesi, terdapat lubang anus, tidak ada pembengkakan

Ekstremitas
O
Ekstremitas Atas Kedua lengan lurus dan simetris
Jumlah jari 10

PROGRAM TERAPI
Nama Obat/Therapy Dosis Rute
- Infus D5 ¼ NS 4ml/jam IV
- Cefoperazone 700mg/12jam IV
Sulbactam 100 P.O
- Vit C mg/24jam P.O
- Asam Folat 1mg/24jam P.O
- Zinc 20mg/24jam P.O
- Vit B Complex 1tab/24jam P.O
- Vit E 100g/24jam P.O
- Paracetamol 150mg/ klp

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Thoraks PA ( 13 Oktober 2017)
Klinis : Efusi Pleura
Foto thoraks AP (Asimetris, Kurang Inspirasi)
- Cor : besar dan bentuk normal
- Paru : tampak opasitas di hemitoraks kiri mendorong mediastimun Kekanan
- Sinus costopherinicus kanan tajam kiri tertutup opasitas
- Hemidiaphragma kanan normal kiri tertutup opasitas
- Trakhea terdorong kekanan
- Sistema tulang baik
- Kesimpulan : efusi pleura masif kiri

25
2. Pemeriksaan Aspirasi Jarum Halus (FNAB) (20 Oktober 2017)
- Makroskopis : -
- Mikroskopis : Sel-sel bulat berukuran kecil yang tersusun berkelompok sebagian
tersebar. Sel-sel dengan sitoplasma sedikit. Inti dengan kroma granulasi sebagian
dengan nukleoli prominen, didapatkan bagian kelompokan sel-sel yang membentuk
struktur tubular. Latar belakang : eritrosit merat, limfosit, leukosit PMN.
- Kesimpulan : FNAB massa renal : didapatkan sel ganas.
- Pendapat : wilm’s tumor, kami sarankan pengecatan ICC Cytokeratin untuk konfirmasi
diagnosis.
3. Pemeriksaan Marker Biopsi USG (20 Oktober)
- Klinis : Wilm’s Tumor USG Guilding :
- Flank area sinistra :
- Tampak massa tumor, solid, lobulated, dengan komponen jaringan nekrotik, jarak dari
subkutan +/-2 cm. Dilakukan guiding, jarum masuk di masa tumor padat.
- Kesimpulan : Tumor di flank area sinistra.

26
4. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan hematologi pada tanggal 23 Oktober 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Harga Normal Interpretasi

HEMATOLOGI
RUTIN

Hemoglobin 6.3 g/dL 10.8-12.8 Low

Hematokrit 18 % 35 – 43 Low

Leukosit 5.7 ribu/ul 5.5 – 17.0 Normal

Trombosit 80 ribu/ul 150 – 450 Low

Eritrosit 1.85 juta/ul 3.90-5.30 Low

INDEX
ERITROSIT
MCV 97.2 /um 80.0 – 96.0 High

MCH 33.9 Pg 28.0 – 33.0 High

MCHC 34.9 g/dl 33.0 – 36.0 Normal

RDW 19.9 % 11.6 – 14.6 High

HDW 4.0 g/dl 2.2 – 3.2 High

MPV 10.1 Fl 7.2 – 11.1 Normal

PDW 62 % 25 – 65 Normal

27
DATA PENUNJANG

DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF


1. Pasien mengatakan sakit, sakit bertambah 1. Pasien terlihat meringis menahan sakit
saat posisi terlentang sakit seperti di tusuk
2. Pasien tampak memagang perut menahan
tusuk pada perut skala 4 datang hilang
sakit
timbul
3. Pasien terlihat tidur miring kiri
2. Pasien mengatakan perutnya sakit
4. Tanda- tanda vital
3. Ibu pasien mengatakan tidak nafsu makan,
mual setelah makan S : 36,2 ºC,
4. Pasien mengatakan sesak HR : 89 x/menit,
RR : 28x/ menit
Nyeri skala 4 (wong baker)
5. Hasil FNAB massa renal : didapatkan sel
ganas
6. Pasien tampak lemas
7. Pasien makn habis ½ porsi
8. Antropometri
BB : 10 KG
TB : 94 CM
IMT : 11,31
PERCENTILE : 10/11,31 X 100% =
88,41 %, gizi sedang
HB : 10 mg/dl
9. Pasien tampak pucat
10. Pasien terpasang oksigen nasal kanul 3
lpm
11. RR : 35X/ Menit
12. Hasl pemeriksaan thorax : efusi pleura
masif kiri

28
Analisa data

NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS : Kelainan genetik Nyeri
1. Pasien mengatakan sakit, sakit
bertambah saat posisi terlentang
sakit seperti di tusuk tusuk pada
perut skala 4 datang hilang timbul Poliferasi patologi
blastoma invasi
tumor mengenai
DO : ginjal
1. Pasien terlihat meringis menahan
sakit
2. Pasien tampak memagang perut Massa tumor
menahan sakit membesar
3. Pasien terlihat tidur miring kiri
4. Tanda- tanda vital
Mendesak organ
S : 36,2 ºC, lain dan saraf
HR : 89 x/menit,
RR : 28x/ menit
Nyeri skala 4 (wong baker) MK : Nyeri

5. Hasil FNAB massa renal :


didapatkan sel ganas
DS : Massa tumor Defisit Nutrisi
1. Ibu pasien mengatakan tidak nafsu membesar
makan, mual setelah makan
2. Pasien mengatakan perutnya sakit Volume abdomen
bertambah
DO :
1. Pasien tampak lemas Mendesak gaster
2. Pasien makn habis ½ porsi
3. Antropometri Volume gaster
menurun
BB : 10 KG
TB : 94 CM
Nafsu makan
IMT : 11,31 menurun (mual,
muntah)
PERCENTILE : 10/11,31 X 100%
= 88,41 %, gizi sedang
HB : 10 mg/dl Nutrisi

4. Pasien tampak pucat

29
DS : Metastase Pola Nafas Tidak
1. Pasien mengatakan sesak Efektif
Hematogen
DO : Paru
1. Pasien terpasang oksigen nasal
kanul 3 lpm Massa di paru
2. RR : 28 X/ Menit
3. Hasl pemeriksaan thorax : efusi Ekspansi paru
pleura masif kiri menurun

Rr meningkat

Ketidakefektifan
pola nafas

30
4. Rencana Asuhan Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN RENCANA


TINDAKAN
1. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukanAsuhan Manajemen Nyeri
KeperawatanSelama 1x24 jam  Observasi
diharapkan tingkatnyeri menurun 1. Identifikasi lokasi
dengankriteria hasil: nyeri,karakteristik,durasi,
1. Keluhan nyerimenurun frekuensi, kualitas,
(5) intensitasnyeri
2. Meringis menurun(5) 2. Identifikasi skalanyeri
3. Mual menurun (5) 3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
 Terapeutik
4. Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

5. Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri

6. Fasilitasi istirahat Tidur


 Edukasi
7. Jelaskan
penyebab dan pemicu nyeri

8. Jelaskan strategi meredakan


nyeri

31
2. Nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan tindakan
Manajemen nutrisi(1.03119)
Dibuktikandengan : keperawatan 2X24jam
 Observasi
- Kurangnyasupan diharapkan Status nutrisi
makanan membaik 1. Identifikasi statusnutrisi
- Ketidakma mpuan Kriteria Hasil :
2. Identifikasi alergi danintoleransi
menelan makanan
1. Porsi makanan yang
makanan
- Ketidakma mpuan dihabiskanmeningkat
mencerna 3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Kekuatan otot mengunyah
makanan
meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
- Ketidakmampuan jenis nutrient
3. Kekuatan ototmenelan
mengabsorbsi
meningkat 5. Identifikasi perlunya Penggunaan
nutrient
4. Serum albuminmeningkat selang nasogastrik
- Peningkatan
5. Verbalisasi keinginan
kebutuhan metab 6. Monitor asupan makanan
untukmeningkatkan nutrisi
olisme
7. Monitor berat badan
meningkat
- Faktor ekonomi
6. Pengetahuan tentang 8. Monitor hasil pemeriksaan
(Finansial
pilihanmakanan yangsehat laboratorium
tidak
meningkat  Terapeutik
mencukupi)
7. Pengetahuan tentang
- Faktor 9. Lakukan oral hygiene sebelum
pilihanminumanyang sehat
Psikologis makan, jika perlu
meningkat
(mis stress,
10. Fasilitasi menentukan pedoman
8. Pengetahuan tentang
keengganan
diet (missalpiramida makanan)
standard asupan nutrisi
untuk makan)
Yang tepat meningkat
Gejala dantanda
9. Penyiapan dan
mayor
penyimpanan makanan
DS :
yang aman meningkat
- Tidak tersedia

32
10. Penyiapan dan Perasaan
DO : 11. Sajikan makanan secara menarik
- Berat badan cepa
dan suhu yang sesuai
menurun 11. Nyeri abdomen menurun
12. Berikan makanan tinggi sera
minimal 1 12. Sariawan menurun
untuk mencegah konstipasi
- V5dibawah 13. Rambut rontokmenurun
13. Berikan makanan tinggi
rentang ideal 14. Diare menurun
kaloridan tinggi protein
Gejala dan 15. Berat badan membaik
14. Berikan suplemen makanan jika
tandaminor 16. Indek masa tubuh( IMT)
perlu
DS : membaik
15. Hentikan pemberian makan
- Cepet kenyang 17. Frekuensi makan membaik
melalui selang nasogastrik jika
setelah makan 18. Nafsu makan membaik
asupan oral dapat ditoleransi
- Krm nyeri 19. Bising usus membaik
 Edukasi
abdomen
- Nafsu makan 16. Anjurkan posisi duduk jika
menurun mampu
DO
17. Ajarkan diet yang diprogramkan
- Bising
 Kolaborasi
- Otot pengunyah
lemah 18. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis Pereda
- Otot menelan
nyeri, antiemetik), jika perlu
lemah
19. Kolaborasi dengan ahli giziuntuk
- Membran
menentukan jumlah kalori dan
mukosa pucat
jenis
- Sariawan
- Serum albumin
turun
- Rambut rontok
berlebihan
- Diare

33
3. Setelah Dilakukan Asuhan Pemantauan Respirasi
Pola Nafas Tidak
Efektif Keperawatan Selama 1 x 24  Observasi
1. Monitor Frekuensi, Irama,
Jam, Diharapkan Pola Nafas
KembaliEfektif Dengan Kriteria Kedalaman, Dan Upaya Napas

Hasil : 2. Monitor Pola Napas (Seperti

1. Tidak Menggunakan Bradipnea, Takipnea,

OtotBantu Pernapasan Hiperventilasi, Kussmaul, C

2. Kecepatan DanIrama Nafas heyne- Stokes, Biot, Ataksik

Dalam Batas Normal 3. Monitor Kemampuan Batuk

3. Fungsi Paru Dalam Batas Efektif

Normal 4. Monitor Adanya


Produksi Sputum
5. Monitor Adanya
Sumbatan Jalan Napas
6. Palpasi Kesimetrisan Ekspansi
Paru
7. Auskultasi Bunyi Napas
8. Monitor Saturasi
Oksigen
9. Monitor Nilai AGD
10. Monitor Hasil X-Ray Toraks

 Terapeutik
11. Atur Interval Waktu
Pemantauan Respirasi Sesuai
Kondisi Pasien
12. Dokumentasikan Hasil
Pemantauan
 Edukasi
13. Jelaskan Tujuan Dan Prosedur
Pemantauan
14. Informasikan
15. Hasil Pemantauan, Jika Perlu

34
DAFTAR PUSTAKA

Nelson, Behrman, Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak (Textbook of Pediatrics).


Edisi 15. Jakarta : EGC

J.Crowin, elizabeth . 2000 . Buku Saku patofisiologi . Jakarta : Penerbit Buku


kedokteran EGC

Tongaonkar HB, Qureshi SS, Kurkure PA, Muckaden MA, Arora B, Yuvaraja TB.
Wilms’ tumor: An update. Indian Journal of Urology. October 2007.

Hardjowijoto S, Djuwantoro D, Rahardjo EO, Djatisoesanto W. Management of


Wilms’ Tumor in Department of Urology Soetomo Hospital : report of 70 cases. Jurnal
Ilmu Bedah Indonesia vol. 33 no. 1 Januari-Maret 2005.1-5

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia(SDKI),Edisi1, Jakarta, apersatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2016), Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI),Edisi1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2016), Standar Luaran Keperawatan


Indonesia(SLKI),Edisi1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

35
36

Anda mungkin juga menyukai