Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN PROGRAM PONED

PPK BLUD PUSKESMAS KALIBUNDER


KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) adalah Puskesmas Rawat Inap yang memiliki kemampuan
serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan
terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir dengan
komplikasi, baik yang datang sendiri atau atas rujukan
kader/masyarakat, bidan di desa, puskesmas non PONED (Kemenkes,
2015). PONED merupakan program yang dalam melakukan akselerasi
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB
adalah dengan diselenggarakannya pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal dasar berkualitas yaitu Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Kabupaten/Kota. Puskesmas
PONED diharapkan mampu menjadi pelayanan rujukan sebelum rumah
sakit untuk mengatasi kegawatdaruratan yang terjadi pada ibu hamil,
melahirkan dan nifas. Pelayanan puskesmas PONED meliputi
kemampuan untuk menangani ibu dengan hipertensi dalam kehamilan,
tindakan pertolongan distosia bahu dan ekstraksi vakum pada
pertolongan persalinan, perdarahan post partum, infeksi nifas,
gangguan nafas dan kejang pada bayi baru lahir. (Kismoyo, 2012).
Diperkirakan 15% kehamilan dan persalinan akan mengalami
komplikasi. Sebagian komplikasi inidapat diprediksi dan dipersiapkan,
sehingga tidak sampai mengakibatkan kematian. Ada beberapa upaya
yang dapat dilakukan untuk meminimalisis kematian ibu dan bayi,
antaralain: pemeriksaan kehamilan dan persalinan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terlatih, tenaga kesehatan melakukan penanganan
sesuai dengan prosedur yang ada, tenaga kesehatan mampu

2
mengidentifikasi dini komplikasi, proses rujukan efektif, pelayanan di
rumah sakit yang cepat dan tepat guna. Dari uraian ini, dapat dilihat
peranan Puskesmas PONED sangat besar untuk keberhasilan program.
B. TUJUAN PEDOMAN
Buku pedoman ini diterbitkan sebagai acuan dalam pemberian
pelayanan kepada pasien khususnya obstetri dan neonatal emergensi
sehingga pada akhirnya dapat menekan angka kematian ibu dan bayi.

C. SASARAN PEDOMAN
1. Puskesmas mampu PONED dengan jejaring sistem rujukannya
2. Puskesmas NON-PONED di sekitarnya dengan jejaring
rujukannya
3. Rumah sakit rujukan spesialisasi obstetri neonatal
4. Lintas sektor terkait (RS PONEK), RS sayang ibu dan bayi
5. Organisasi profesi, LSM, masyarakat peduli, media massa.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Pedoman ruang lingkup pelayanan PONED di fokuskan pada:
1. Aspek manajemen puskesmas mampu PONED
2. Proses membangun regional sistem rujukan dan pembinaan
pelayanan obstetri dan neonatal emergency atau komplikasi
3. Upaya menggerakkan masyarakat melalui peran serta aktif mitra-
mitra ksehatan

E. BATASAN OPERASIONAL
1. Puskesmas mampu PONED
Adalah puskesmas dengan rawat inap yang mampu
menyelenggarakan pelayanan obstertri dan neonatal

3
emergensi/komplikasi tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari
dalam seminggu
2. Rumahsakit mampu PONEK
Rumah sakit PONEK 24 jam memiliki tenaga dengan
kemampuan serta sarana dan prasarana penunjang yang
memadai untuk memberikan pelayanan pertolongan
kegawatdarurataan obstetrik dan neonatal dasar maupun
komprehensif untuk secara langsung terhadap ibu hamil/ ibu
bersalin serta ibu nifas baik yang datang sendiri maupun yang
dirujuk oleh kader/masyarakat, bidan di desa, puskesmas maupun
puskesmas mampu PONED.
3. Sistem Rujukan
Adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.

F. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(lembaran negara Republik Indonesia tahun 2009 no. 144)
2. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
(lembarn negara Republik Indonesia tahun 2004 no. 116)
3. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 1999)
4. Undanga-undang no. 24 tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) (lembar negara Republik
Indonesia tahun 2011 no. 116)
5. Peraturan Presiden no. 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional (SKN)

4
6. Peraturan Menteri Kesehatan no 01 tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Perseorangan (lembaran negara Republik Indonesia
tahun 2012 no. 122)

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Puskesmas mampu PONED
adalah:
No Struktur Kualifikasi
1 Tim Inti
Dokter umum (minimal 1 orang) Pelatihan PONED
Bidan, minimal D3 (minimal 1 orang) Pelatihan PONED
Perawat, minimal D3 (minimal 1 orang) Pelatihan PONED
2 Tim Pendukung
Dokter umum (1-2 orang) OJT di Puskesmas
Bidan D3 (minimal 5 orang) OJT di Puskesmas
Perawat D3(minimal 5 orang) OJT di Puskesmas
Analis laboratorium (minimal 1 orang)
Administrasi (minimal 1 orang)
3 Tim Promkes
Kasubag TU
Koordinator Pelayanan Masyarakat
Programmer Promkes
Sanitarian
Nutrisionist
4 Tenaga Penunjang
Petugas dapur
Petugas kebersihan
Petugas keamanan
Pengemudi Ambulans

6
Adapun kompetensi dan atau keahlian yang harus dimiliki oleh
Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu kemampuan berfikir kritis dan
pemecahan masalah, kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama
dengan berbagai pihak, kemampuan mengembangkan kreatifitas yang
dimiliki untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif, mampu
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi kinerja dan aktivitas
sehari-hari serta mampu belajarkontekstual.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pengaturan dan penjadwalan Penanggungjawab pelayanan
Obstetri dan Ginekologi di Puskesmas mampu PONED dan karyawan
Puskesmas yang terlibat dalam kegiatan upaya dikoordiniroleh
penanggung jawab PONED. Sumber daya manusia yang wajib
berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan di PONED adalah:
a. Dokter (Sarjana kedokteran)
b. Bidan (D3 kebidanan, D4 kebidanan dan Profesi bidan)
c. Perawat (D3 keperawatan, D4/S1 keperawatan dan Profesi Ners)

C. JADWAL KEGIATAN
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat
bersama-sama dan di pertanggung jawabkan oleh Kordinator
Klinis, Kordinator Bidan dan Kordinator Perawat.
2. Jadwal jaga dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan
didistribusikan pada akhir bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Untuk tenaga doter, bidan maupun perawat yang memiliki
keperluan penting pada hari tertentu, maka petugas perawat
tersebut dapat bertukar jadwal dengan sejawatnya dan
mencatatakan perubahan jaga tersebut di lembar jadwal jaga.

7
4. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam,
lepas malam, libur dan cuti

8
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
B. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas dan Sarana
Ruangan VK berlokasi di gedung lantai 1 dan rawat inap
puskesmas untuk mempermudah pemindahan ibu pasca bersalin
ke ruang rawat inap persalinan untuk monitoring selanjutnya.
Ruang rawat inap di puskesmas I Wangon ada sebanyak 5 kamar
rawat inap umum 1 kamar diperuntukkan untuk ibu bersalin 1
kamar untuk ruang nifas.
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di puskesmas dengan PONED
adalah sebagai berikut:
Alat maternal:
1. Meja instrumen 2 rak 1 buah
2. Bak Instrumen tertutup besar (Obsgin) 1 buah
3. Tromol kasa 2 buah
4. Nierbekken/ Kidney disk 2 buah
5. Timbangan injak dewasa 1 buah
6. Pengukur tinggi badan (microtoise) 1 buah
7. Standar infus 1 buah
8. Lampu periksa Halogen 1 unit
9. Tensimeter/ sphygmomanometer dewasa 1 buah
10. Stetoskop dewasa 1 buah
11. Termometer 1 buah
12. Tabung oksigen + Regulator 1 unit
13. Masker oksigen + Kanula nasal 2 unit
14. Tempat tidur periksa (examination bed) 2 unit

9
15. Lemari Obat 1 buah
16. Meteran/ metline 1 buah
17. Pita pengukur lengan atas (LILA) 1 buah
18. Pocket Fetal Hearth Rate Monitor (Doppler) 1 unit
19. Tempat tidur untuk persalinan (Partus bed) 2 unit
20. Plastik alas tidur 1 buah
21. Klem kasa (korentang) 1 buah
22. Tempat klem kasa (korentang) 1 buah
23. Spekulum Sims kecil 1 buah
24. Spekulum Sims medium 1 buah
25. Spekulum Sims besar 1 buah
26. Spekulum cocor bebek Grave kecil 1 buah
27. Spekulum cocor bebek Grave medium 1 buah
28. Spekulum cocor bebek Grave besar 1 buah
29. Kit resusitasi dewasa 1 unit
30. Nasogastric tube dewasa 1 buah
31. Kacamata/ goggle 2 buah
32. Masker 1 kotak
33. Apron 2 buah
34. Sepatu boot 2 pasang
35. Sterilisator kering 1 buah
36. Tempat sampah tertutup 3 buah
37. Setengah Kocher 4 buah
38. Gunting episiotomy 4 buah
39. Gunting talipusat 4 buah
40. Gunting benang 4 buah
41. Pinset anatomis 4 buah
42. Pinset sirurgis 4 buah
43. Needle holder 4 buah

10
44. Nelaton kateter 4 buah
45. Jarum jahit tajam (cutting) G9 1 amplop
46. Jarum jahit tajam (cutting) G11 1 amplop
47. Klem Kelly/ Klem Kocher lurus 1 buah
48. Klem Fenster/ Klem Ovum 4 buah
49. Needle holder 2 buah
50. Pinset anatomis 1 buah
51. Pinset sirurgis 1 buah
52. Mangkok iodin 1 buah
53. Tenakulum Schroeder 1 buah
54. Gunting Mayo CVD 1 buah
55. Aligator ekstraktor AKDR 1 buah
56. Klem penarik benang AKDR 1 buah
57. Sonde uterus Sims 1 buah
58. Tes celup Urinalisis Glukose & Protein 1 kit
59. Tes celup hCG (tes kehamilan) 200 buah
60. Benang chromic 3/0 1 kotak
61. Spuit disposable (steril) 1 ml 100 buah
62. Spuit disposable (steril) 3 ml 200 buah
63. Spuit disposable (steril) 5 ml 200 buah
64. Spuit disposable (steril) 10 ml 50 buah
65. Spuit disposable (steril) 20 ml 50 buah
66. Infus Set Dewasa 50 buah
67. Kateter intravena 18 G 50 buah
68. Kateter intravena 20 G 50 buah
69. Kateter Folley dewasa 16 G 5 buah
70. Kateter Folley dewasa 18 G 5 buah
71. Kantong urin 10 buah
72. Sarung tangan steril 7 50 pasang

11
73. Sarung tangan steril 7,5 50 pasang
74. Sarung tangan steril 8 50 pasang
75. Sarung tangan panjang (manual plasenta) 10 pasang
76. Plester non woven 1 buah
77. Sabun cair untuk cuci tangan 1 buah
78. Povidon Iodin 10 % 1 buah
79. Alkohol 75 % 1 buah
Alat Neonatal/bayi:
1. Timbangan neonatus + bayi 1 buah
2. Lampu emergensi 2 buah
3. Kit resusitasi neonates 1 unit
4. Sungkup resusitasi 1 set
5. Pompa penghisap lendir elektrik 1 set
6. Handuk pembungkus neonatus 6 buah
7. Klem arteri Kocher mosquito lurus 1 buah
8. Klem arteri Kocher mosquito lengkung 1 buah
9. Klem arteri Pean mosquito 1 buah
10. Pinset sirurgis 1 buah
11. Pinset jaringan kecil 1 buah
12. Pinset bengkok kecil 1 buah
13. Needle holder 2 buah
14. Gunting jaringan Mayo ujung tajam 1 buah
15. Gunting jaringan Mayo ujung tumpul 1 buah
16. Gunting jaringan Iris lengkung 1 buah
17. Skalpel 1 buah
18. Bisturi 5 buah
19. Baskom kecil 1 buah
20. Pinset jaringan (sirurgis) 1 buah
21. Kantong Metode Kanguru 10 buah

12
22. Inkubator Ruangan dengan termostat sederhana 1 buah
23. Infus Set Pediatrik 1 kotak
24. Kanula penghisap lendir neonatus 2 buah
25. Klem tali pusat 100 buah
3. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien puskesmas
memiliki 2 (dua) unit ambulance yang siap jaga 24 jam beserta
pengemudi:
Fasilitas dan sarana untuk ambulance
1. AC
2. Sirine
3. Lampu rotater
4. Sabuk pengaman
5. Sumber listrik/stop kontak
6. Lemari untuk alat medis
7. Lampu ruangan
8. Wastafel

13
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP KEGIATAN
1. Injeksi antibiotik
2. Injeksi uterotonika
3. Injeksi sedativa
4. Placenta manual
5. Pelayanan KIA/KB
6. Pelayanan ANC dan PNC
7. Asuhan persalinan normal
8. Pendeteksian risiko tinggi ibu hamil
9. Penatalaksanaan ibu hamil sakit
10. Persalinan sungsang
11. Partus lama
12. KPD
13. Gemelli
14. Pre-eklamsi
15. Eklamsi
16. Perdarahan post-partum
17. Abortus inkomplit
18. Distosia bahu
19. Asfiksia
20. BBLR
21. Hipotermi

B. METODE
A) Tata Laksana Pelayanan PONED
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter

14
b. Bidan
c. Perawat
d. Petugas laboratorium
e. Petugas administrasi
2. Perangkat Kerja
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. ATK
3. Tata Laksana
a. Petugas menerima kunjungan ibu hamil yang akan
melahirkan baik yang datang sendiri maupun yang dirujuk
oleh masyarakat/kader atau bidan
b. Petugas akan melakukan pemeriksaan kondisi ibu, dan
mengidentifikasi terhadap adanya kemungkinan komplikasi
c. Apabila kondisi ibu memungkinkan untuk ditangani di
puskesmas maka ibu akan dipersiapkan untuk melahirkan di
puskesmas
d. Apabila kondisi ibu tidak memungkinkan ditangani di
puskesmas, maka petugas mempersiapkan atau memberikan
penanganan awal untuk menstabilkan kondisi ibu sambil
menghubungi rumah sakit yang akan menerima rujukan.
e. Ibu dirujuk ke rumah sakit dengan pengawalan tenaga
kesehatan yang terlatih hingga diterima di rumah sakit yang
dituju.
Kasus-kasus yang membutuhkan rujukan
a. Perdarahan dalam persalinan
b. Eklamsi
c. Retensio plasenta
d. Penyulit pada persalinan

15
e. Infeksi
f. Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu bersalin
g. Persalinan pre-term
h. Grafik patograf menunjukan persalinan sudah masuk ke fase
bertindak
B) TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter
b. Bidan
c. Perawat
d. Driver Ambulance
2. Perangkat Kerja
a. Ambulans
b. Alat Tulis
3. Tata Laksana Transportasi Pasien
a. Pengemudi ambulan mempersiapkan ambulan dan
menempatkannya di depan pintu keluar dengan posisi
sedemikian sehingga memudahkan pasien masuk.
b. Petugas bersama dengan pengemudi menaikkan
pasien dan menempatkannya di bed pasien di ambulan
dengan posisi senyaman mungkin bagi pasien
c. Pengemudi mengendarai ambulan sambil petugas
pendamping pasien memastikan kondisi pasien tetap
stabil
d. Setelah sampai di rumah sakit yang dituju, petugas
menyerahkan surat rujukan dan pasien kepada petugas
di rumah sakit

16
BAB V
LOGISTIK
A. Obat yang Diperlukan Dalam Pelayanan PONED
1. Perdarahan
 Ringer Laktat (500 ml)
 NaCl 0,9% (500 ml)
 Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
 Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)
 Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
 Transfusi set dewasa
 Kateter intravena no. 18 G
 Kateter Folley no.18
 Kantong urin dewasa
 Disposible syringe 3 ml
 Disposible syringe 5 ml
2. Hipertensi dalam kehamilan
 Ringer Laktat (500 ml)
 MgSO4 20% (25 ml)
 MgSO4 40% (25 ml)
 Glukonas kalsikus 10% injeksi (20 ml)
 Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
 Nifedipin 10 mg (tablet)
 Transfusi set dewasa
 Kateter intravena no. 18 G
 Kateter Folley no.18
 Kantong urin dewasa
 Disposible syringe 3 ml

17
 Disposible syringe 5 ml
 Disposible syringe 10 ml
3. Infeksi
 Ringer Laktat (500 ml)
 NaCl 0,9% (500 ml)
 Ampisilin 1 g injeksi
 Metronidazol 500 mg injeksi
 Amoksilin 500 mg (tablet)
 Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
 Aquadest pro injeksi (25 ml)
 Parasetamol 500 mg (tablet)
 Infus set dewasa
 Kateter intravena no. 18 G
 Kateter Folley no.18
 Kantong urin dewasa
 Disposible syringe 3 ml
 Disposible syringe 5 ml
4. Abortus
 Ringer Laktat (500 ml)
 NaCl 0,9% (500 ml)
 Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
 Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
 Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)
 Amoksilin 500 mg (tablet)
 Asam Mefenamat 500 mg (tablet)
 Infus set dewasa
 Kateter intravena no. 18 G

18
 Disposible syringe 3 ml
 Disposible syringe 5 ml
5. Robekan jalan lahir
 Ringer Laktat (500 ml)
 NaCl 0,9% (500 ml)
 Lidokain HCl 2% injeksi (2 ml)
 Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
 Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
 Amoksilin 500 mg (tablet)
 Asam Mefenamat 500 mg (tablet)
 Chromic catgut no.1, atraumatik (sachet)
 Chromic catgut no.2/0 atau 3/0, atraumatik (sachet)
 Transfusi set dewasa
 Kateter intravena no. 18 G
 Kateter Folley no.18
 Kantong urin dewasa
 Disposible syringe 3 ml
 Disposible syringe 5 ml
6. Syok anafilatik
 Ringer Laktat (500 ml)
 NaCl 0,9% (500 ml)
 Adrenalin 0,1% injeksi (1 ml)
 Difenhidramin HCl 10 mg injeksi (1 ml)
 Dexametason 5 mg injeksi (1 ml)
 Transfusi set dewasa
 Kateter intravena no. 18 G
 Kateter Folley no.18

19
 Kantong urin dewasa
 Disposible syringe 3 ml
 Disposible syringe 5 ml
B. Kebutuhan Obat Pelayanan Neonatal Emergensi Dasar
 Vit.K1/Pithomenadion inject
 Spuit 1 ml (utk vit.K)
 Salep mata tetrasiklin 1%
 Cairan infus RL Botol infus 500 ml
 Cairan infus NaCl 0,9% Botol infus 500 ml
 Cairan infus Dextrose 10% Botol infus 500 ml
 Aquadest untuk pelarut Botol
 Alkohol 70%
 Povidone Iodine
 Penicillin procain
 Ampicillin injeksi
 Gentamisin injeksi Vial 2 ml isi 20 mg
 Gentamisin injeksi Vial 2 ml isi 80 mg
 Fenobarbital injeksi
 Diazepam injeksi Ampul 1 ml dan 2 ml
 Abbocath/wing needle
 Vaksin Hepatitis Uniject

20
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN PROGRAM/KEGIATAN

A. PENGERTIAN
Konsep keselamatan pasien (patient safety) secara mendasar
diartikan sebagai “freedom from accidental injury” oleh Institute of
Medicine (IOM). Sejalan dengan batasan tersebut, Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) mendefinisikan keselamatan pasien
sebagai bebas dari cedera (harm) yang seharusnya tidak terjadi atau
potensial cedera akibat dari pelayanan kesehatan yang disebabkan
error yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai
rencana yang salah dalam mencapai tujuan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien, keselamatanpasien adalah suatu sistem yang
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Menurut Vincent (2008) dalam Tutiany, dkk (2017:2) menyatakan
bahwa keselamatan pasien didefinisikan sebagai penghindaran,
pencegahan dan perbaikan dai hasil yang buruk atau injury yang
berasal dari proses perawatan kesehatan. Definisi ini membawa
beberapa cara untuk membedakan keselamatan pasien dari
kekhawatiran yang lebih umum mengenai kualitas layanan kesehatan.
Berdasarkan beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk melakukan

21
pencegahan serta perbaikan yang diakibatkan dari kesalahan
pelayanan kesehatan terhadap pasien.
B. TUJUAN
Tujuan Umum:
Memberikan informasi dan acuan bagi pemberi layanan di PONED
Puskesmas Kalibunder termasuk masyarakat/sasaran dalam
melaksanakan sistem keselamatan pasien di Puskesmas sehingga
tercipta bucaya keselamatan pasien dan peningkatan mutu pelayanan
keseatan

Tujuan Khusus:
1. Telaksananya program keselamatan pasien PONED Puskesmas
Kalibunder secara sistematis dan terarah
2. Terlaksananya sistem pelaporan insiden keselamatan pasien di
PONED Puskesmas Kalibunder
3. Menurunkan kejadian yang tidak diharapkan di PONED
Puskesmas Kalibunder
4. Meningkatkanya akuntabilitas PONED Puskesmas Kalibunder
5. Terlaksananya program-program keselamatan pasien di PONED
Puskesmas Kalibunder
6. Terbangunnya kesadaran tenaga kesehatan dan masyarakat
tentang budaya keselamatan pasien.

C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN


Keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani
segera di fasilitas pelayanan kesehatan Indonesia, sehingga diperlukan
standar keselamatan pasien fasilitas pelayanan kesehatan yang
merupakan acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia
melaksanakan kegiatannya.

22
Berikut standar keselamatan pasien:
1. Hak Pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadinya insiden.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Petugas pemberi layanan di PONED Puskesmas Kalibunder
harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antara tenaga dan antar unit pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
PONED Puskesmas Kalibunder harus mendesain proses
baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif kejadian tidak diharapkan dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
a. Pemimpin mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi
melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien”
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan
atau mengurangi kejadian tidak diharapkan

23
c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu uberkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja PONED
Puskesmas Kalibunder serta meningkatkan keselamatan
pasien
e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektivitas kontribusinya
dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan
pasien
6. Mendidik staff tentang keselamatan pasien
a. PONED Puskesmas Kalibunder memiliki proses pendidikan,
pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas
b. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara
kompetensi staff serta mendukung pendekatan interdisiplin
dalam pelayanan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai
keselamatan pasien
a. Merencakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat

D. SASARAN KESELAMATAN PASIEN


1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
Kesalahan karena keliru pasien dapat terjadi di semua aspek
diagnosis dan pengobatan.Keadaan yang dapat mengarahkan

24
terjadinya error/kesalahan dalam mengidentifikasi pasien adalah
saat pasien dalam keadaan tersedasi, mengalami disorientasi atau
tidak sadar sepenuhnya.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif
dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya
proses yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien ketika
pemberian obat, darah atau produk darah; pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau memberikan
pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur
memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang
pasien; nama pasien (dengan nama dua pasien), nomor
identifikasi menggunakan nomor rekam media, tanggal lahir,
gelang (dengan identitas atau bar-code atau cara lain). Nomor
kamar atau lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi.
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas
dan yang dipahami oleh resepien/penerima, akan mengurangi
kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat secara elektronik, lisan atau tertulis. Komunikasi
yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telepon, bila
diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang
mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinik menelepon unit
pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan
segera/cito. Fasilitas pelayanan kesehatan secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk
perintah lisan dan melalui telepon termasuk menuliskan (atau
memasukkan ke komputer) perintah secara lengkap atau hasil

25
pemeriksaan, mengonfirmasi ulang bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibacakan ulang dengan akuran, sementara untuk
obat-obat yang termasuk obat NORUM/LASA dilakukan eja ulang.
3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan
pasien, maka penerapan manajemen yang benar penting/krusial
untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu
diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang
presentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/error
dan/atau kejadian sentinel (sentinel event). Sehingga cara yang
paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian
tersebut adalah dengan mengembangkan proses pengelolaan
obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit
konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Fasilitas
pelayanan kesehatan secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur untuk menyusun daftar obat-obat
yang perlu diwaspadai berdasarkan datanya sendiri.
4.
E.

26

Anda mungkin juga menyukai