20 'Senam Nifas Terhadap Potensi Percepatan Involusi Uteri
20 'Senam Nifas Terhadap Potensi Percepatan Involusi Uteri
TETTI HASIBUAN
NIM : 433131490119099
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Ns. Rima Novianti, M. Kep ( )
NIDN ..0422118701
Mengetahui
Ka. Prodi Pendidikan Profesi Ners STIKes Kharisma Karawang
ii
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKes KHARISMA
KARAWANG
Karya ILMIAH Akhir, Juli
2020 Tetti Hasibuan
Abst
rak
Angka kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang sangat penting
dalam derajat kesehatan masyarakat.. Diperkirakan di seluruh dunia setiap
tahunnya lebih dari 585.000 ibu hamil meninggal saat hamil dan bersalin .
Sedangkan penyebab angka kematian ibu (AKI) di Indonesia yaitu perdarahan
menjadi angka tertinggi dibandingkan penyebab kematian maternal lainnya seperti
keracunan dalam kehamilan, aborsi dan infeksi. Penyebab Perdarahan antara lain
lain : atonia uteri 50-60%, retensio plasenta 23-24%, laserasi jalan lahir 4 - 5%,
kelainan darah 0,5- 0,8%. Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan
secepat mungkin setelah melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami
peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat kembali kepada kondisi
normal seperti semula..Dimana salah satu tujuan senam nifas adalah membantu
mempercepat pemulihan keadaan ibu. dan mempercepat proses involusi uterus dan
pemulihan fungsi organ kandungan. Metoda yang dipakai dengan Pre eksperimen
dengan pretest dan post test, dengan menggunakan 1 responden ibu post partum
normal hari pertama. yang dilakukan intervensi senam nifas nifas 1 kali /hari yang
dilakukan 5- 10 siklus/hari selama 3 hari berturut-turut.Hasil yang didapatkan
pada hari pertama (pretest) TFU 1 cm dibawah pusat, hari kedua 2 cm dibawah
pusat dan pada hari ketiga (post-test) didapatkan 3 cm dibawah pusat. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan penurunan TFU sesuai dengan teori involusi
uteri.Dapat ditarik kesimpulan ada pengaruh senam nifas terhadap potensi
percepatan involusi uteri. Bagi Rumah Sakit dan Klinik bersalin sangat disarankan
untuk mengaplikasikan latihan senam nifas pada ibu post partum 24 jam pertama
guna meningkatkan pelayanan post partum care.
iii
STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2019/2020
KATA PENGHANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya, saya dapat tmenyelesaikan Karya Ilmiah Akhir dengan
judul Pengaruh senam nifas terhadap potensi percepatan involusi uteri pada Ny. I
2019.
Banyak pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga Karya
Ilmiah Akhir dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Pada
4. Ibu Ns. Astrid Berlian M.Kep selaku penguji yang telah memberikan
5. Staf dosen STIKes Kharisma yang telah membantu kelancaran dalam proses
6. Keluarga terlebih ibunda tercinta, suami dan anak tersayang yang telah
memberikan dukungan doa dan semangat serta bantuan moril selama kuliah
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 5
C. Metode Telaah 5
D. Sistematika Penulisan 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halama
n 1. Tabel 2.1 Perubahan Uterus Selama Postpartum 14
2. Tabel 2.2 Studi pendahuluan sebelumnya 33
3. Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan 44
4. Tabel 3.1 Terapi obat 60
5. Tabel 3.2 Hasil labooratorium 60
6. Tabel 3.3 Analisa data 61
7. Tabel 3.4 Intervensi keperawatan 64
8. Tabel 3.5 Implementasi Keperawatan 76
9. Tabel 3.6 Evaluasi Keperawatan 86
10. Tabel 3.7 Pembahasan kasus dan jurnal 99
DAFTAR GAMBAR
Halaman
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi
(Kemenkes, 2017). Angka kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
yang sangat penting dalam derajat kesehatan masyarakat. Penyebab kematian
terkait dengan gangguan kehamilan atau cara penanganan selama kehamilan,
melahirkan dan masa nifas.
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Pada masa
nifas, mayoritas ibu merasa takut untuk melakukan pergerakan, mereka
khawatir gerakan yang dilakukkan dapat menimbulkan dampak seperti nyeri
dan perdarahan, sehingga masih banyak ibu takut untuk bergerak dan
menggunakan sebagian waktunya untuk tidur (Nugroho 2014).Kondisi ibu
pasca melahirkan 2 jam pertama sangat penting untuk dipantau pada masa
nifas.. Gangguan masa nifas salah satunya yaitu proses pemulihan kondisi
fisik ibu yaitu proses involusi uteri. Gangguan proses involusi yang tidak
sempurna diantaranya adalah Subinvolusi yang dapat mengakibatkan
perdarahan dan kematian ibu.
Perdarahan pada ibu post partum dapat terjadi akibat kegagalan miometrium
untuk berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi
penuh, kurang baik dan lembek. Salah satu cara agar kontraksi otot-otot uterus
tetap baik sampai akhir nifas yaitu dengan mobilisasi dini dan gerakan
sederhana seperti senam nifas. Karena senam nifas merupakan latihan
peregangan otot-otot yang dilakukan setelah persalinan (Indriarti, 2009).
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah
melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan
dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula.(Sukaryati
dan Maryunani, 2011). Yang mana salah satu tujuan senam nifas
mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi organ
kandungan.Senam nifas memiliki manfaat untuk membantu penyembuhan
rahim, perut, dan otot panggul yang mengalami trauma serta mempercepat
kembalinya bagian-bagian tersebut kebentuk normal, membantu menormalkan
sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan kehamilan dan persalinan, serta
mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut.menghasilkan mamfaat
psikologis yaitu menambah kemampuan menghadapi stres dan bersantai
sehingga mengurangi stres pasca persalinan, menumbuhkan atau
memperbaiki nafsu makan sehingga asupan makanan bisa mencukupi
kebutuhannya. (Sujiyanti,Nurjannah, Kurniati, 2010).
Indikasi dilakukan senam nifas pada saat sang ibu benar-benar pulih dan tidak
ada komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas (misalnya hipertensi, pasca
kejang, demam). Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam
setelah melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari. Dengan
melakukan senam sesegera mungkin, diharapkan dapat menghasilkan hasil
yang lebih optimal dengan melakukan secara bertahap. Senam dapat
dilakukan pada waktu pagi atau sore hari. Sebaiknya dilakukan setelah
memberikan ASI kepada bayi dan 1-2 jam setelah makan. Hal tersebut
bertujuan agar senam nifas dapat dilakukan dengan nyaman tanpa adanya
nyeri karena pembengkakan payudara. Selain itu senam nifas yang dilakukan
1-2 jam setelah makan memberi tenaga tetapi tidak membuat perut sakit.
Gerakan senam nifas dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga
yang tersulit (Marmi, 2012).
Masalah yang dapat timbul bila ibu post partum tidak melakukan senam nifas
diantaranya adalah Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga
sisa darah tidak dapat dikeluarkan, terjadi perdarahan yang abnormal karena
kontraksi uterus yang tidak baik., trombosis vena (sumbatan vena oleh
bekuan darah), timbul varises. Masalah tersebut dapat dicegah salah satu
caranya dengan melakukan senam nifas hal ini diperkuat oleh hasil penelitian
Labamondo, tahun 2019 yang berjudul Pengaruh senam nifas terhadap
penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum di Klinik Kartika Jaya
tahun 20019. Dimana sampel terdiri dari 2 kelompok dengan 20 responden,
menunjukkan perbedaan yang signifikan dari penurunan tinggi fundus uteri
pada ibu post partum antara kelompok yang melakukan senam nifas dan tidak
senam nifas di Klinik Kartika Jaya dibuktikan dengan P Value = 0,002. Maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam nifas terhadap penurunan
tinggi fundus uteri.
Penulis berasumsi, selain senam nifas, involusi uteri bisa dilakukan dengan
post natal massage, hanya berdasarkan hasil penelitian Kusbandiyah yang
menyimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Post natal massage
dengan proses involusi uteri berbanding terbalik dengan penelitian
Labamondo, tahun 2019 yang menyimpulkan ada hubungan bermakna antara
senam nifas dengan involusi uteri, sehingga berdasarkan latar belakang diatas
dan fenomena yang terjadi penulis tertarik untuk melakukan aplikasi jurnal
dalam asuhan keperawatan yang dituangkan dalam karya ilmiah akhir yang
berjudul Pengaruh Senam Nifas Terhadap Potensi Percepatan Involusi uteri
pada Ny I P1 A0 NH1 dengan perineuraphi di Ruang Rawat Gabung RSUD
Karawang.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan dan implementasi
Pengaruh Senam Nifas terhadap Potensi Percepatan involusi uteri pada
Ny. I P1 A0 NH1 dengan Perineuraphi di Ruang Rawat Gabung
RSUD Karawang.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny I P1 A0 NH1 dengan
Perineuraphi.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.I P1 A0 NH1
dengan Perineuraphi.
c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada Ny.I P1 A0 NH1
dengan Perineuraphi.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada Ny.I P1 A0 NH1
dengan Perineuraphi.
e. Mengevaluasi sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan
f. Melakukan dokumentasi terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan
g. Penulis mampu mengaplikasikan senam nifas pada Ny.I P1 A0
NH1 dengan Perineuraphi.
h. Penulis mampu membandingkan kesenjangan antara teori dan
hasil implementasi keperawatan.
C. METODE TELAAH
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan metode deskriptif
dalam studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang meliputi : pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Adapun pengumpulan datanya meliputi :
1. Observasi partisipasif
Suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menegakkan
pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien
selama di Rumah Sakit dan lebih bersifat objektif yaitu dengan
mengukur tinggi fundus uteri setiap harinya.
2. Wawancara
Di peroleh dengan cara mengadakan tanya jawab kepada klien dan
keluarga serta tenaga kesehatan lainnya untuk mendapatkan
keterangan.
3. Studi dokumenter
Memperoleh dengan cara mempelajari buku laporan, catatan medis,
serta hasil pemeriksaan yang ada.
4. Studi kepustakaan
Dengan mempelajari buku-buku dan penelitian yang ada untuk
membantu, menegakan diagnosa keperawatan serta intervensi
keperawatan.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Karya Ilmiah Akhir ini,
penulis menggunakan sitematika penulisan yang terdiri dari 4 bab yaitu :
Bab I Pendahuluan: Membahas latar belakang yang mendasari pembuatan
karya ilmiah, tujuan umum dan tujuan khusus, metode telaah dan sistematika
penulisan yang digunakan.
Bab III Tinjauan Kasus: Bab ini membahas kasus kelolaan utama yang berisi
ringkasan kasus dan asuhan keperawatani yang sudah dilakukan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan Evidence Based Practice.
Bab IV Penutup: Pada bab ini membahas kesimpulan dan beberapa saran dari
karya tulis ilmiah yang diberikan terkait dengan asuhan keperawatan pada
pasien dengan ibu nifas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktorhormonal, struktur rahim, pengaruh
8
tekanan pada syaraf dan nutrisi ( Cashion, Perry, et.al, 2013 ). Dimana
teori-teori tersebut adalah : Teori penurunan hormone Teori placenta
menjadi tua, Teori distensi rahim, Teori iritasi mekanik dan induksi
partus.
Gambar 2..1
Perubahan Fundus uteri
Pemeriksaan Tinggi fundus uteri meliputi :
1. Penentuan lokasi/letak uterus.
Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau
dibawah umbilikus dan apakah fundus berada digaris tengah
abdomen/bergeser ke salah satu sisi.
2. Penentuan ukuran/tinggi uterus
Pengukuran tinggi fundus uteri dapat dilakukan dengan
menggunakan meteran atau pelvimeter. Untuk meningkatkan
ketepatan pengukuran sebaikanya dilakukan oleh orang yang
sama. Dalam pengukuran tinggi uterus ini perlu diperhatikan
apakah kandung kemih dalam keadaan kosong atau penuh
dan juga bagaimana keadaan uterus apakah dalam keadaan
kontraksi atau rileks.
3. Penentuan konsistensi uterus
Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba sekeras
batu dan uterus lunak dapat dilakukan, terasa mengeras
dibawah jari-jari ketika tangan melakukan masasse pada
uterus. Dalam mengkaji konsistensi perhatikan juga apa ada
rasa nyeri. Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan
dalam involusi tersebut disebut subinvolusi. Subinvolusi
sering disebabkan infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta
dalam uteus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan
dengan normal atau terlambat, bila sub involusi uterus tidak
ditangani dengan baik, akan mengakibatkan perdarahan
yang berlanjut atau perdarahan post partum.
Ciri – ciri subinvolusi atau proses involusi yang abnormal
diantaranya: tidak secara progresif dalam pengembalian
ukuran uterus. Uterus teraba lunak dan kontraksi buruk, sakit
pada punggung atau nyeri pada pelvik yang konsisten,
perdarahan pervaginam abnormal seperti perdarahan segar,
lokia rubra banyak, persisten dan berbau busuk.
2) Lochea
Yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas.
Lochia dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
(a) Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua,
sisa-sisa chorion, liquor amni, rambut lanugo, verniks
caseosa sel darah merah.
(b) Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7, warnah merah kecoklatan
bercampur lendir, banyak serum selaput lendir, leukosit,
dan kuman penyakit yang mati.
(c) Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna
agak kuning cair dan tidak berdarah lagi.
(d) Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput
lendir, mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks
dan kuman penyakit yang sudah mati
.
3) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak,
kadang-kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir
tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat
dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
b) Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan
dalam proses tersebut.
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi
ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus
kembali ke bentuk normal.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan
prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui
bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita
yang tidak menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin
menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga
merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol
ovarium ke arah permulaan pola produksi estrogen dan
progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan
menstruasi.
3) Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan
bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon
antidiuretik yang mengikatkan volume darah. Di samping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
c) Sistem kardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah
sama sekali. Tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik
20 mmHg. Jika ada perubahan posisi, ini disebut dengan hipotensi
orthostatik yang merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap
penurunan resistensi di daerah panggul.
d) Sistem Urinaria
Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang
dapat mengakibatkan udema dan menurunnya sensitifitas terhadap
tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan, tekanan yang
berlebihan dan kekosongan kandung kemih yang tidak tuntas, hal ini
bisa mengakibatkan terjadinya infeksi. Biasanya ibu mengalami
kesulitan buang air kecil sampai 2 hari post partum.
e) Sistem Gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran
cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan,
haemoroid, dan laserasi jalan lahir
.
f) Sistem Muskuloskeletal
Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini untuk
mempercepat involusio rahim.
Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa
post partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kendor. Selama
kehamilan otot abdomen terpisah disebut distensi recti abdominalis,
mudah di palpasi melalui dinding abdomen bila ibu telentang.
Latihan yang ringan seperti senam nifas akan membantu
penyembuhan alamiah dan kembalinya otot pada kondisi normal.
h) Sistem Integumen
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit. Hiperpigmentasi pada aerola mammae dan
linea nigra mungkin menghilang sempurna sesudah melahirkan.
3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan
b. Secara umum fasi ini trjadi ketika ibu kembali ke rumah.
c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
d. Keinginan untuk merawat bayinya meningkat.
e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues.
Involusi uterus Vagina dan perineum Lactasi Pencapaian peran menjadi orang tua
After Pain Trauma jalan lahir Hormon oksitosin Prolaktin Pembentuk ASI
Ketidaknyamanan pasca
Menyusui efektif
Risiko infeksi
Skema 2.1
Gambar 2.2
Gerakan senam hari
pertama
Rasional :
Latihan pernafasan ini ditujukan untuk memperlancar peredaran
darah dan pernafasan. Seluruh organ-organ tubuh akan
teroksigenasi dengan baik sehingga hal ini juga akan membantu
proses pemulihan tubuh.
b. Hari kedua
Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak
terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan
lengan kanan. Pada waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri
dan regangkan kaki kanan. sehingga ada regangan penuh pada
seluruh bagian kanan tubuh. Lakukan 15 kali gerakan pada pagi
dan sore
Gambar 2.3
Gerakan senam hari kedua
Rasional :
Latihan ini di tujukan untuk memulihakan dan menguatkan
kembali otot-otot lengan
c. Hari ketiga
Kontraksi vagina. Berbaring terlentang. Kedua kaki
diregangkan.Tarik dasar panggul, tahan selama 3 detik dan
kemudian rileks. Lakukan 5-6 kali dalam latihan pagi dan sore.
Gambar 2.4
Gerakan senam hari ketiga
Rasional :
Latihan ini di tujukan untuk menguatkan kembali otot - otot daar
panggul yang sebelumnya otot-otot ini bekerja dengan keras
selama kehamilan dan persalinan.
d. Hari keempat
Memiringkan panggul. Berbaring lutut ditekuk. Kontraksikan/
kencangkan otot – otot perut sampai tulang punggung mendatar
dan kencangkan otot – otot bokong tahan 3 detik kemudian rileks.
Lakukan dalam 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.
Gambar 2.5
Gerakan senam nifas hari keempat
Rasional :
Latihan ini di tujukan untuk memulihakan dan menguatkan
kembali otot-otot punggung.
e. Hari kelima
Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut.
Angkat kepala dan bahu kira – kira 45°, tahan 3 detik dan rileks
dengan perlahan. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan pada pagi
dan sore
Gambar 2.6
Gerakan senam hari ketiga
Rasional :
Latihan ini bertujuan untuk melatih sekaligus otot-otot tubuh
diantaranya otot-otot punggung, otot-otot bagian perut, dan otot-
otot paha.
f. Hari keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping
badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90° secara bergantian
antara kaki kiri dan kaki kanan. Jangan menghentak ketika
menurunkan kaki, lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi
gerakan sebanyak 8 kali pada pagi dan sore hari.
Gambar 2.7
Gerakan senam nifas hari keenam
Rasional :
Latihan ini ditujukan untuk menguatkan otot-otot di kaki yang
selama kehamilan menyangga beban yang berat. Selain itu
untuk memperlancar sirkulasi di daerah kaki sehingga
mengurangi resiko edema kaki.
g. Hari ketujuh
Tidur telentang dengan kaki terangkat keatas, badan agak
melengkung dengan letak pada kaki bawah lebih atas. Lakukan
gerakan pada jari – jari kaki seperti mencakar dan meregangkan,
selanjutnya diikuti dengan gerakan ujung kaki secara teratur
seperti lingkaran dari luar ke dalam, kemudian gerakkan telapak
kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti menggergaji.
Lakukan gerakan ini masing – masing selama setengah menit
dengan 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.
Gambar 2.6
Gerakan senam nifas hari ketujuh
Rasional :
Menguatkan otot-otot di kaki dan memperlancar sirkulasi sehingga
mengurangi resiko edema kaki.
3. Intervensi pembanding
Senam nifas besar pengaruhnya terhadap penurunan tinggi Fundus
uteri, penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Maruroh (2012) pada 25 orang responden ibu post partum spontan
dan didapatkan hasil ada pengaruh senam nifas dengan penurunan
tinggi fundus uteri pada ibu post partum. Pada penelitian
LabondoIntan (2019) dengan jumlah responden 20 orang,
dilakukan senam nifas selama 6 hari untuk kelompok intervensi.
Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
Jiarti Kusbandiyah yang mengatakan Proses involusi berjalan
fisiologis baik dari kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol.
Jadi dapat disimplkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
Post natal massage dengan proses involusi uteri.
5 Out Come
Ibu post partum yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
intervensi (kelompok melakukan senam nifas ) hasil pengukuran
TFU pretest adalah 12,9 cm dan kelompok kontrol ( kelompok
yang tidak melakukan senam nifas) hasil pengukuran TFU pretest
12.8 cm. Setelah kelompok intervensi melakukan senam selama 6
hari kemudian dilakukan pengukuran TFU kembali (post test
didapatkan hasil 5,20 cm sementara kelompok kontrol ( yang tidak
melakukan senam ) dilakukan pengukuran TFU post test
didapatkan hasil 6.60 cm. Berdasarkan hasil uji beda rerata,
terdapat perbedaan penurunan tinggi fundus uteri yan bermakna
Antara pre dan post pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol dengan P Value 0,002 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
terdapat pengaruh senam nifas terhadap penurunan tinggi fundus
uteri pada ibu post partum di klinik kartika jaya Kota Samarinda.
6. T : Batas Waktu
Jenispenelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
experimental dengan desain pre-test post-test control group. Latihan
senam nifas dilakukan sekali dalam sehari sebanyak 5 – 10 siklus
selama 6 hari. Tinggi fundus uteri pada hari I ( pre test) pada
kelompok intervensi 12,9 cm dan post-test hari ke enam 5,20 cm.
Judul
Nama Jenis
No Artikel&Nam Variabel Hasil
Peneliti penelitian
a jurnal
1 Pengaruh Senam Intan Independe Pre Hasil
nifas terhadap Labamondo, n experimen penelitian
penurunan Tinggi Supriadi, Pengaruh dengan menunjukkan
fundus Uteri Pada Rahmawati senam Pretest- perbedaan
Ibu Post Partum Wahyuni nifas Posttest yang
Di Klinik Kartika Dependen control signifikan dari
Jaya Tahun 2019 Penurunan grup design penurunan TFU
tinggi pada ibu Post
fundus Partum antara ibu
yang melakukan
senam dan yang
Judul
Nama Jenis
No Artikel&Nam Variabel Hasil
Peneliti penelitian
a
jurnal
uteri tidak senam nifas di
Klinik Kartika Jaya
dibuktikan dengan
P = 0.002
2 Pengaruh Senam Ika Nur Independe Desain Berdasarkan
Nifas Terhadap Saputri, n Quasi hasil penelitian
Proses Involusi Rahmad Pengaruh experiment dan
Uteri Pada Ibu Gurusinga, senam al pembahasan
Post Partum di Nurmailaini nifas menunjukkan
Klinik friska. Dependen hasil P = 0,000,
Bidan Terhadap maka dapat
nining Pelawati proses disimpulkan
Lubuk Pakam Involusi ada pengaruh senam
tahun 2019 uteri pada nifas
ibu post terhadap penurunan
partum fundus uteri
3 Pengaruh Senam Yulita Elvira Independe Rancangan Hasil
Nifas Terhadap Silviani, Isti n pra penelitian
Kecepatan Maryana Pengaruh eksperimen menunjukkan dari
Involusi Uteri Senam dengan 32 responden
Pada Ibu Nifas Di Nifas desain the involusiuteri
PBM Wilayah Dependen static group sebelum senam nifas
Kerja Kecepatan comparison rata-rata 12,50,
Puskesmas Basuki involusi setelah
Rahmad uteri pada setelah dilakukan
Kota ibu nipas kontrol ternyata
Bengkulu Tahun kecepatan involusi
2019 uterusnya 6,75.
Dapat
disimpulkan ada
pengaruh senam
nifas
terhadap kecepatan
involusi uteri pada
ibu nifas di wilayah
kerja Puskesmas
Basuki Rahmad
Kota
Bengkulu tahun
2019
4 Pengaruh Nuryani, Independe Penelitian Dari hasil penelitian
Mobilisasi Yuni Purwati n eksperimen dan pembahasan
Dini Dan Senam Pengaruh dengan dapat disimpulkan
Nifas Terhadap mobilisasi rancangan senam nifas sangat
Proses dini dan Posttest berpengaruh besar
Involusi Uteri Ibu senam only Design terhadap involusi
Nifas Di Bangsal nifas uteri pada ibu nifas
An-Nisa
RSU
Judul
Nama Jenis
No Artikel&Nam Variabel Hasil
Peneliti penelitian
a
jurnal
PKU Dependen ditunjukan dengan
Muhammadiyah Proses hasil uji Mann-
Bantul tahun 2017 involusi Whitney diperoleh P
uteri ibu Value sebesar 0,000
nifas < 0,05 di RSU PKU
Muhammadiyah
Bantul.
5 Perbandingan Ineke Independe Desain Berdasarkan
Efektifitas Malahayati n Quasi – hasil penelitian
Mobilisasi Perbandin eksperiment dan
Dini Dan Senam gan al dengan pembahasan,tinggi
Nifas Terhadap efektifitas kelompok fundus uteri
Involusi Uterus mobilisasi pretest- postpartum pada
Pada Ibu dini dan posttest hari pertama pada
Post senam kedua kelompok
Partum Normal Di nifas tidak terdapat
Bidan Praktek Dependen perbedaan (P>0,05).
Mandiri (BPM) Terhadap Pada hari
Kota Involusi ketiga, tinggi fundus
Pematang Siantar uterus uteri pada
pada post kelompok
partum senam nifas lebih
normal rendah (6,44 ± 2,11
cm) daripada
kelompok
mobilisasi dini (8,35
± 3,12 cm), terdapat
perbedaan rerata
1,91 cm (P<0,05).
Hal yang sama juga
ditemukan pada
hari ketujuh
postpartum, tinggi
fundus uteri pada
kelompok senam
nifas lebih rendah
(1,97 ± 2,19 cm)
dibandingkan
dengan
kelompok
mobilisasi dini (4.19
± 2.98 cm), secara
statistik
terdapat
perbedaan antara
kedua kelompok
(P<0,05). Sehingga
dapat disimpulkan
Judul
Nama Jenis
No Artikel&Nam Variabel Hasil
Peneliti penelitian
a
jurnal
Senam nifas lebih
efektif menurunkan
tinggi fundus uteri
dibandingkan
mobilisasi dini.
c. Kategori : Relasional
Subkategori : Interaksi sosial
Diagnosa keperawatan : Pencapaian peran menjadi orang tua
dibuktikan dengan perkembangan bayi yang optimal (D.0126)
Data yang dapat ditemukan
1) Tanda Mayor
a) Subjektif : ( tidak tersedia )
b) Objektif :
Bounding attachmen optimal, perilakuu positif
menjadinorang tua, saling berinteraksi dalam merawat bayi.
2) Tanda Minor
a) Subjektif : Menggungkapkan kepuasan dengan bayi
b) Objektif :
Melakukan stimulasi visual, taktil atau
pendengaran terhadap bayi.
d. Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Diagnosa Keperawatan : Risiko Infeksi dibuktikan dengan efek
prosedur invasif (D.0142)
Data yang ditemukan :
a) Data Subjektif L: Tidak tersedia
b) Data Objektif :
Penyakit kronis (mis, DM ), efek prosedur invasif, malnutrisi,
peningkatan paparan organisma patogen lingkungan, ketidak
adekuatan pertahanan tubuh primer : gangguan peristaltik,
kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi PH, penurunan
kerja silaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum
waktunya, merokok, statis cairan, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder : penurunan Hemoglobin,
immunosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi,
vaksinasi tidak adekuat.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
No Keperawatan Intervensi Keperawatan
kriteria hasil
1 Ketidaknyamanan pasca Setelah 1. Perawatan pasca persalinan
partum dilakukan tindakan ( I.07225)
berhubungan dengan keperawatan 3x24 Observasi :
proses involusi uterus jam 1. Monitor tanda-tanda vital
(D.0075) di status 2. Monitor keadaan lochea
tandai dengan : kenyamanan pasca (jumlah, warna, bau dan
DS : partum bekuan).
1. Keluhan tidak
ekspektasi 3. Periksa perineum atau
nyaman meningkat robekan (REEDA)
(L.07061) 4. Monitor nyeri
DO : dengan KH : 5. Monitor tanda Homan
1. Tampak meringis 1. Keluhan tidak 6. Identifikasi ibu merawat bayi
2. Kontraksi uterus nyaman 7. Identifikasi adanya masalah
3. Luka episiotomi menurun adaptasi psikologis post
4. Payudara bengkak 2. Meringi partum.
5. Tekanan darah s Terapeutik :
meningkat menurun 1. Kosongkan kandung kemih
6. Frekuensi nadi 3. Luka sebelum pemeriksaan
meningkat. episiotom 2. Massage fundus
7. Berkeringat i menurun sampai kontraksi kuat, jika
berlebihan. 4. Kontraksi perlu.
8. Menangis/merintih uterus menurun 3. Dukung ibu untuk melakukan
9. Haemoroid 5. Berkeringa ambulasi dini.
t menurun 4. Berikan kenyamanan pada ibu
6. Menangi 5. Fasilitasi ikatan tali kasih ibu
s dan bayi secara obtimal.
menurun 6. Diskusikan kebutuhan
7. Merintih aktifitas dan istirahat selama
menurun masa post partum
8. Haemoroid 7. Diskusikan tentang perubahan
menurun fisik dan psikologis ibu post
9. Payudar partum
a 8. Diskusikan seksualitas masa
bengkak post partum
menurun 9. Diskusikan penggunaan alat
10. Tekanan kontrasepsi.
darah menurun. Edukasi :
11. Frekuensi 1. Jelaskan tanda dan bahaya
nadi menurun nifas pada ibu dan keluarga.
2. Ajarkan ibu mengatasi nyeri
secara
nonfarmakologi (teknik
distraksi, relaksasi,
Diagnosa
Tujuan dan
No Keperawatan Intervensi Keperawatan
kriteria hasil
imajinasi).
3. Ajarkan cara
perawatan perineum yang
tepat.
2. Perawatan Kenyamanan
(I.08245)
Observasi :
1. Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan (misal nyeri
trauma jalan lahir, payudara
bengkak, involusi uterus,
motivasi keluarga kurang,
ketidak tepatan posisi duduk).
2. Identifikasi
pemahaman tentang kondisi,
situasi dan perasaannya.
3. Identifikasi
masalah emosional dan
spiritual.
Terapeutik
1. Berikan posisi yang nyaman
2. Berikan kompres dingin atau
hangat.
3. Ciptakan lingkungan
yang nyaman.
4. Berikan pemijatan
5. Berikan terapi akupresur
6. Berikan terapi hipnotis
7. Dukung keluarga dan
pengasuh terlibat dalam
terapi/pengobatan
yang diinginkan.
Edukasi
1. Jelaskan mengenai
kondisi dan pilihan
terapi/pengobatan
2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan latihan pernafasan
4. Ajarkan teknik distraksi dan
imajinasi terbimbing
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgesik,
jika perlu.
2 Risiko infeksi d/d efek Setelah 1. Pencegahan Infeksi (I.14539)
prosedur invasif dilakukan tindakan Observasi
(D.0142) ditandai keperawatan 3x24 1. Monitor tanda dan gejala
Diagnosa
Tujuan dan
No Keperawatan Intervensi Keperawatan
kriteria hasil
dengan : Tingkat infeksi infeksi lokal dan sistemik
DS : ekspektasi menurun Terapeutik
DO : (L.14137) dengan 1. Batasi jumlah pengunjung
1. Demam KH : 2. Berikan perawatan kulit pada
2. Kemerahan 1. Dema daerah edema
3. Nyeri m 3. Cuci tangan sebelum dan
4. Bengkak menurun sesudah kontak dengan pasien
5. Kadar sel darah 2. Kemeraha dan lingkungan pasien
putih meningkat n menurun 4. Pertahankan teknik aseptik
6. Cairan berbau 3. Nyeri menurun pada pasien beresiko tinggi
busuk 4. Bengka Edukasi
7. Kebersihan tangan k 1. Jelaskan tanda dan
menuru gejala infeksi
n 2. Ajarkan cara mencuci tangan
5. Kadar sel darah yang benar
putih menurun 3. Ajarkan cara
6. Cairan memeriksa kondisi luka atau
berbau busuk luka operasi
menurun. 4. Anjurkan untuk
meningkatkan asupan nutrisi
5. Anjurkan untuk
meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian immunisasi kalau
perlu
2. Perawatan
perineum (I.07226)
Observasi :
1. Inspeksi insisi atau robekan
perineum (misal episiotomi)
Terapeutik ;
1. Fasilitasi
dalam membersihkan
perineum
2. Pertahankan perineum tetap
kering
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Berikan kompres es jika
perlu.
5. Bersihkan area
perineum secara teratur.
6. Berikan pembalut
yang menyerap cairan.
Edukasi :
Ajarkan klien dan keluarga
mengobservasi tanda
abnormal
Diagnosa
Tujuan dan
No Keperawatan Intervensi Keperawatan
kriteria hasil
pada perineum (mis,infeksi,
kemerahan pengeluaran cairan
yang abnormal
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian anti
inflamasi jika perlu.
2. Kolaborasi pemberian obat
analgesik jika perlu.
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas klien : Nama Ny. I , usia 28 tahun, agama Islam, suku Sunda,
pendidikan terakhir SMA, pekerjaan Ibu rumah tangga, alamat Pulo
Harapan RT/RW 04/02 Kelurahan Kampung Sawah Kec. Jayakerta
Kabupaten Karawang, Tanggal Masuk RS 16 September 2019, Tanggal
Pengkajian 17 September 2019 DX Medis P1 A0 NH1 dengan
perineuraphi, No Medrek : 00.78.35.75, penanggung jawab Tn Suryana
( Suami klien )
b. Keluhan Utama
Klien mengatakan tidak nyaman pada area jalan lahir apalagi kalau
dipakai pada posisi duduk yang lama, perut bagian bawah kadang-
kadang terasa mules dan terasa tidak nyaman. , klien tampak keringat
berlebihan, klien tampak memegang perut bagian bawahnya
Gambar 2.1
Genogram Keluarga
Perempuan
Laki-laki
Pasien
Meninggal x
Riwayat HT
g. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda Vital
Keadaan umum klien sedang, kesadaran : compos mentis, BB
sebelum hamil : 60 kg, BB hamil : 80 kg, TB :160 cm, Tanda Vital
: TD : 130/80 mmhg, N :88 x/Menit, S : 37,30 C, R : 22 x/Menit.
2) Kepala-Leher
a) Kulit
Warna sawo matang, lembab, turgor kulit baik, tidak lesi,
tidak ada alergi.terhadap makanan dan obat
b) Kepala
Bentuk simetris, rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak ada
ketombe, tidak rontok, tidak ada lesi atau masa, ;pergerakan
baik
c) Wajah
Terdapat chloasma gravidarum pada daerah hidung
d) Mata
Bentuk simetris, sklera tida ikteris, pupil isokor, palbera tidak
edema, konjungtiva tidak anemis, reaksi terhadap cahaya +/+,
fungsi penglihatan baik, tidak menggunakan alat bantu
e) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada cairan, tidak nyeri tekan, fungsi
penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung
f) Mulut
Mukosa bibir merah muda, bibir lembab, tidak ada sariawan,
tidak ada gigi yang tanggal, lidah bersih, tidak ada carries,
gusi tidak ada lesi, tidak ada pembesaran tonsil, fungsi
pengecapan baik.
g) Telinga
Bentuk simetris, tidak ada serumen, tidak ada masa, tidak
menggunakan alat bantu dengar, fungsi pendengaran baik.
h) Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran bentuk kelenjar
bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugalaris, tidak ada masa, tidak nyeri
menelan.
3) Dada
a) Jantung
Inspeksi : tidak ada ictus cordis, palpasi tidak teraba ictus
cordis
Palpasi: tidak teraba adanya massa.
Perkusi : timpani
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, irama reguler. TD
130/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, CRT < 2 detik
b) Paru
Inspeksi : simetris dada kanan dan kiri, bentuk dada normal,
pergerakan dinding dada normal. Saat bernafas tidak
menngunakan otot bantu pernapasan, kedalaman dangkal dan
irama reguler
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, premitus
taktil sama
Perkusi: bunyi sonor
Auskultasi : suara paru vesikuler, tidak terdengar bunyi nafas
tambahan, RR : 22 x/menit
c) Payudara
Bentuk simetris, puting susu bersih dan menonjol,terdapat
hiperpigmentasi pada kedua aerola mammae dan axila, tidak
teraba massa, saat puting susu ditekan keluar kolostrum
berwarna kekuningan, kolostrum masih sedikit keluar , tidak
menetes/memancar. Kolosrum keluar .pertama kali pada usia
kehamilan 36 minggu.
4) Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tampak perut membesar, tidak ada lesi,
terdapat linea nigra dan striae.
Palpasi : TFU 1 jari dibawah pusat atau 12-13 cm di atas
simphisis kontraksi uterus kuat (uterus keras), saat di palpasi
posisi uterus berada ditengah-tengah, .abdomen tidak distensi,
tidak teraba massa, tidak ada pembesaran hepar dan limpa, DRA
kurang dari 2 cm.
Perkusi: suara redup,
Auskultasi : bising usus (+), peristaltik usus 12 x/menit. Kadang –
kadang timbul perasaan tidaknyaman pada daerah perut bagian
bawah, perut terasa mules dan klien tampak memegangang perut
bagian bawah klien.
5) Perineum dan Genital
a) Vagina
Tidak ada varises, tidak ada hematom, tidak ada edema,
vagina bersih terdapat selang kateter pada uretra, tidak ada
pengeluaran cairan.
b) Perineum
Ruptur perineum grade 2, terdapat hecting, tanda REEDA :
kemerahan, edema, tidak ada kebiruan pada kulit perineum,
tidak ada pengeluaran cairan, jaringan yang di jahit
berdekatan, timbul rasa tidak nyaman area jalan jika dipakai
posisi deduk agak lama
c) Lochea
Terdapat lochea rubra kurang lebih 10 cc berwarna merah
terang, tidak ada stosel bau khas amis darah.
d) Hemoroid
Tidak terdapat hemoroid.
6) Extremitas
a) Extremitas atas
Bentuk simetris, tidak ada kesemutan, tidak ada lesi,
pergerakan baik, reflek bisep ++/++, terpasang infus 20
tts/menit tanggal pemasangan 16 September 2020 di sebelah
kiri, kekuatan otot baik.
b) Extremitas bawah
Bentuk simetris, edema pada kedua kaki grade 2, tidak ada
kesemutan, tidak ada varises, reflek patela ++/++, homan
sign(-), pergerakan otot baik, kekuatan otot baik
h. Status nutrisi
Antropometri : TB 160 cm, LLA : 30 cm, BBI : 31,25, BB sebelum
hamil 60 Kg, BB saat hamil 80 Kg, BB saat pengkajian 75 Kg, Nafsu
makan baik, makan sehari 3 kali, habis dalam satu porsi, komposisi
makanan : nasi, sayur, lauk pauk dan buah. Proses digestif : tidak ada
keluhan mual dan muntah, tidak ada nyeri saat menelan dan tidak ada
nyeri pada lambung
i. Eliminasi
BAB 1 x/hari, konsitensi lembek berwarna kekuningan. BAK
terpasang dower kateter warna urin kuning jernih, dari jam 16 – 19
sebanyak 400 cc.
j. Kegiatan sehari-hari
1) Mobilisasi-aktifitas
Tingkat mobilisasi mandiri, tidak memerlukan bantuan dan alat
bantu, kekuatan otot baik, dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tapi sering dibantu oleh suaminya.
2) Pola tidur
Sebelum hamil klien mengatakan tidur kurang lebih 8 jam, setelah
hamil trimester II dan III kurang lebih tidur 6 jam sering
terbangun karena sering BAK pada malam hari, saat ini klien
sering terbangun karena menyusui bayinya, masih bisa tidur tanpa
gangguan.
3) Kebersihan diri
Mandi 2x/hari pagi dan sore, menggosok gigi 2 x sehari pagi dan
sore, keramas seminggu 2 kali, mengganti pakaian 2 x/harii sekali.
k. Seksual
Klien tidak mengalami gangguan dalam hubungan seksualnya, pada
saat trimester I klien merasa takut janinnya terganggu, tetapi pada
trimester II hubungan seksual kembali normal seperti sebelum hamil.
Namun pada trimester III hubungan seksualnya dikurangi karena
merasakan kontraksi tetapi klien tidak merasa terganggu.
l. Data Psikososial dan Spritual
1) Status Perkawinan
Klien menikah, perkawinan pertama, klien menikah pada usia 24
tahun, suami 26 tahun lama perkawinan 4 tahun
2) Respon klien terhadap kehamilan
Klien dan suami sangat bahagia dengan kehamilan pertama yang
telah ditunggu-tunggu selama 4 tahun. Klien merasa kuatir
dalam menghadapi persalinannya karena pada saat kontrol usia
kehamilan 8 bulan Tekanan darahnya agak tinggi yaitu 130/80
mmHg.
3) Hubungan sosial dengan suami dan peran
Klien dan suami menerima kehamilannya, tidak
mempermasalahkan jenis kelamin, klien mengharapkan
persalinanya lancar dan selamat, klien dan suami sangat bahagia
menanti kehadiran keluarga baru dan bersama-sama ingin
merawat bayinya di rumah
4) Persepsi dan pola pikir
Klien mengatakan belum begitu mengerti cara memberikan ASI
yang benar pada bayinya dan ingin merawat bayinya sendiri
bersama suami ketika di rumah.
5) Spritual
Klien adalah seorang muslim, klien selau berdoa agar keluarganya
diberi kesehatan
6) Konsep diri
a) Body image
Klien mengatakan tidak ada masalah pada penampilannya.
Klien menerima dengan penampilannya sekarang.
b) Ideal diri
Klien berharap bisa segera memberikan ASI dengan benar
kepada bayinya, karena saat ini klien masih merasa canggung
dan kurang percaya diri saat memberikan ASI kepada
bayinya.
c) Identitas diri
Klien seorang ibu rumah tangga, yang berperan sebagai istri
bagi suaminya dan ibu untuk bayinya.
d) Harga diri
Klien merasa bangga karena bisa memberikan keturunan
untuk suaminya dan perannya sebagai ibu rumah tangga.
o. Hasil Laboratorium T
abel.3.
2 Hasil
Labora
torium
Prosedur invasif
Masuknya kuman
mikroorganisme
Resiko
infeksi
3 DS : Post partum spontan Menyusui tidak
1. Klien mengatakan belum efektif
percaya diri saat Perubahan laktasi
menyusui bayinya
2. Klien mengatakan Struktur dan karakter
ASInya masih sedikit payudara
keluar.
3. Klien mengatakan masih Hormon estrogen dan
merasa canggung untuk oksitosin
menyusui.bayinya.
DO : Prolaktin meningkat
1. Puting susu menonjol
tampak bersih dan tidak
lecet Pembentuk
2. Tampak bayi tidak an ASI
melekat pada payudara
klien. Tampak ASI tidak
menetes/memancar
4. Bayi menangis saat Suplai ASI tidak adekuat
3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan proses involusi
uteri dibuktikan dengan adanya kontraksi uterus, perut terasa mules,.
(D.0126)
b. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif (D.0142)
c. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan suplai
ASI dibuktikan dengan ASI tidak menetes atau memancar, bayi
menangis saat disusui,bayi menolak untuk menghisap .(D.0029)
d. Pencapain peran menjadi orang tua dibuktikan dengan perkembangan
bayi yang optimal. (D.0126)
4. Intervensi Keperawatan
Tabel.3.4
Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
1 1. Ketidaknyamanan Setelah 1. Perawatan pasca partum
pasca partum dilakukan tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan 3 x24 1. Monitor tanda-tanda vital
dengan proses jam 2. Monitor keadaan lochea
involusi uteri status (jumlah, warna, bau dan
ditandai dengan kenyamanan pasca bekuan).
partum
adanya kontraksi 3. Periksa perineum atau
ekspektasi
meningkat
dengan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
uterus, perut KH : robekan (REEDA)
terasa mules,. 1. Keluhan tidak 4. Monitor nyeri
nyaman menurun 5. Monitor tanda Homan
DS : 2. Kontraksi uterus 6. Identifikasi ibu merawat bayi
1. Klien meningkat. 7. Identifikasi adanya masalah
mengatakan perut 3. Tekanan adaptasi psikologis post
bagian bawah Darah menurun partum.
kadang-kadang 4. Frekuensi Terapeutik :
terasa mules dan nadi menurun. 1. Massage fundus
terasa tidak 5. Berkeringa sampai kontraksi kuat, jika
nyaman. t menurun. perlu.
2. Klien 6. Merintih 2. Dukung ibu untuk melakukan
mengatakan tidak menurun ambulasi dini.
nyaman pada area 3. Berikan kenyamanan pada ibu
jalan lahir, 4. Fasilitasi ikatan tali kasih ibu
apalagi saat dan bayi secara optimal.
dipakai pada 5. Diskusikan kebutuhan
posisi duduk aktifitas dan istirahat selama
yang lama masa post partum
DO : 6. Diskusikan tentang perubahan
1. Klien tampak fisik dan psikologis ibu post
memegang partum
daerah perut 7. Diskusikan penggunaan alat
bagian bawahnya. kontrasepsi.
2. Saat dilakukan Edukasi :
palpasi pada 1. Jelaskan tanda dan bahaya
daerah abdomen nifas pada ibu dan keluarga.
bawah : 2. Ajarkan ibu mengatasi nyeri
kontraksi uterus secara
kuat (uterus nonfarmakologi (teknik
distraksi, relaksasi,
imajinasi)
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
keras)
3. Saat 2. Kenyamanan pasca partum
dilakukan Observasi :
pengukuran tinggi 1. Identifikasi gejala yang tidak
fundus menyenangkan (misal nyeri
uteri dengan trauma jalan lahir, payudara
metlin 1 cm bengkak, involusi uterus,
dibawah pusat motivasi keluarga kurang,
atau Sekitar 12 – ketidak tepatan posisi duduk).
13 cm dari atas 2. Identifikasi
symphisis pemahaman tentang kondisi,
4. Klien situasi dan perasaannya.
tampak keringat 3. Identifikasi
berlebih masalah emosional dan
5. TD : 130/80 spiritual.
mmHg Terapeutik
6. Nadi : 88 x/menit 1. Berikan posisi yang nyaman
7. Suhu : 37,30 C. 2. Ciptakan lingkungan yang
8. RR : 22 x/menit nyaman.
3. Dukung keluarga dan
pengasuh terlibat dalam
terapi/pengobatan
yang diinginkan.
Edukasi
1. Jelaskan mengenai
kondisi dan pilihan
terapi/pengobatan
2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan latihan pernafasan
4. Ajarkan tentang
latihan senam nifas
Kolaborasi :
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
Kolaborasi pemberian analgesik
jika perlu.
2. Perawatan perineum
Observasi :
1. Inspeksi insisi atau robekan
perineum (misal episiotomi)
Terapeutik ;
1. Fasilitasi dalam
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
membersihkan perineum
2. Pertahankan perineum tetap
kering
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Berikan kompres es jika
perlu.
5. Bersihkan area
perineum secara teratur.
6. Berikan pembalut
yang menyerap cairan.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian anti
inflamasi jika perlu.
2. Kolaborasi pemberian obat
antibiotik Ceftriaxone 1 gr iv
selang satu kali selanjutnya
Cefadroxil 3 x.500 mg oral
sesuai intruksi dokter.
Terapeutik
1. Dampingi ibu selama
kegiatan
menyusui berlangsung
2. Dukung ibu meningkatkan
kepercayaan diri untuk
menyusui
dengan menggunakan boneka
saat membantu ibu
memposisikan bayinya
3. Dampingi ibu memposisikan
bayi untuk menyusu pertama
kalinya
Edukasi :
1. Ajarkan ibu mengenali tanda-
tanda bayi siap menyusu (mis,
bayi mencari puting, keluar
saliva, memasukkan jari
kedalam mulutnya dan bayi
menangis)
2. Ajarkan ibu mengeluarkan
ASI untuk diolesi pada puting
sebelum dan sesudah
menyusui agar kelenturan
puting tetap terjaga
3. Ajarkan ibu mengarahkan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
mulut bayi dari arah bawah ke
arah puting ibu.
4. Ajarkan posisi menyusui
(mis. Cross cradle, cradle,
foot ball dan psosisi berbaring
yang diikuti dengan
perlengkapan yang benar)
5. Ajarkan perlekatan yang
benar: perut ibu dan bayi
berhadapan, tangan-kaki bayi
satu garis lurus, mulut bayi
terbuka lebar dan menempel
pada payudara ibu untuk
menghindari lecet pada puting
payudara
6. Ajarkan memerah ASI
dengan posisi jari jam 12-6
dan 9-3
7. Informasikan ibu untuk
menyusui pada satu payudara
sampai bayi melepas sendiri
puting ibu
8. Informasikan ibu untuk selalu
mengosongkan payudara pada
payudara yang belum di susui
dengan memerah ASI
1. Edukasi :
Ajarkan orang tua
untuk menanggapi isyarat
bayi
2. Promosi perilaku
upaya kesehatan
Observasi :
1. Identifikasi upaya kesehatan
yang dapat ditingkatkan
Terapeutik :
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
1. Berikan lingkungan yang
mendukung kesehatan
2. Orientasi peelayanan
kesehatan yang dapat
dimanfaatkan
Edukasi :
1. Anjurkan memberi bayi ASI
eksklusif
2. Anjurkan menimbang balita
setiap bulan
3. Anjurkan menggunakan air
bersih
4. Anjurkan mencuci
tangan dengan air bersih dan
sabun
5. Anjurkan menggunakan
jamban sehat
6. Anjurkan memberantas jentik
di rumah sekali seminggu
7. Anjurkan makan sayur dan
buah setiap hari
8. Anjurkan untukl melakukan
aktifitas fisik setiap hari
9. Anjurkan tidak merokok di
dalam rumah
5. Implementasi Keperawatan
Tabel. 3.5
Implementasi keperawatan
Tgl dan No Implementasi Paraf
jam DX
17-09-2020
J. 14.00 1 1. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan
(misal nyeri trauma jalan lahir, payudara bengkak,
involusi uterus, motivasi keluarga kurang, ketidak
tepatan posisi duduk )
R./H : Klien mengatakan rasa tidak nyaman pada
daerah perut: terasa mules dan tidak nyaman pada
daerah jalan lahir apalagi dipakai pada posisi
duduk yang agak lama
18-07-2020
J : 13.30 1 1. Mengajarkan relaksasi latihan tarik nafas dalam
untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca partum
R/H : Klien melakukan latihan tarik nafas dalam 3
kali secara mandiri, klien tampak lebih tenang.
19-07-2020
17-07-2020 1 S:
1. Klien mengatakan keluhan tidak nyaman
pada daerah perut : mules berkurang dan
daerah jalan lahir apalagi dipakai pada
J : 17.00
posisi duduk yang lama
2. Klien mengatakan rasa tidak nyaman pada
daerah jalan lahir berkurang saat diberikan
posisi duduk yang tepat
3. Klien tampak bersemangat saat
mendengarkan pejelasan tentang senam
nifas
O:
1. Tampak Posisi duduk klien tepat
2. Keringat berkurang
3. Hasil pengukuran TFU 1 cm dibawah
pusat,atau 12-13 cm di atas simphisis, saat
dipalpasi uterus berkontraksi (uterus
keras))posisi uterus ditengah
4. Klien melakukan gerakan senam nifas hari I
pada sore hari sebanyak 5 siklus.secara
Mandiri
5. Tanda-tanda vital : TD 30/80 mmHg, N: 88
x/menit, suhu 37,2 C, RR 20 x/menit.
6. Klien tampak melakukan latihan nafas
dalam sebanyak 3 kali.
Tanggal No Evaluasi Paraf
DX
A
Ketidaknyamanan pasca partum
teratasi sebagian
P :
Implementasi ,meningkatkan rasa nyaman
dengan distraksi dan relaksasi,
Implementasi latihan senam nifas dilanjutkan
J :17.30 2 S:
O:
1. Tanda REEDA NH1
Luka perineum, tampak kemerahan, masih
ada oedem , tidak ada kebiruan, tidak ada
cairan yang keluar, jahitan berdekatan,
klien mengatakan perih bila luka perineum
diraba dengan telunjuk
2. Suhu 37 2 C
3. Klien tampak mendengarkan penjelasan
petugas
A
Risiko infeksi tidak terjadi
P:
Implementasi pencegahan infeksi
dan perawatan luka perineum dilanjutkan
J : 18.00 3 S:
Klien mengatakan saat ini ASInya masih
keluar sedikit/tidak lancar
Tanggal No Evaluasi Paraf
DX
O:
1. Klien tampak bersemangat menyusui
ibayinya saat menangis.
2. Klien belum melakukan dengan benar cara
perlekatan bayi.
3. Klien mengerti penjelasan petugas dan
merasa senang mendapat pengetahuan
tambahan dari petugas.
2. Klien tampak senang dan termotivasi
4. Puting susu menonjol dan bersih
5. Tampak bayi menangis saat disusui.
A:
Menyusui tidak efektif teratasi sebagian
P:
1. Lanjutkan intervensi edukasi menyusui dan
pendampingan proses menyusui..
J : 19.30 4 S:
Klien mengatakan senang merawat bayinya di
eumah bersama suaminya :
1. Klien dan suami terlihat merawat bayinya
bersama
2. Klien dan suami terlihat merawat bayi
dengan penuh kasih sayang
3. Suami tampak membantu klien
saat mengganti popok
4. Klien tampak bersemangat saat mengganti
popok.
A:
Tanggal No Evaluasi Paraf
DX
Pencapaian peran menjadi orang tua teratasi
sebagian
P
Intervensi promosi pengasuhan dan promosi
perilaku upaya kesehatan dilanjutkan.
.
18-07-2020 1 S:
1. Klien mengatakan rasa mules pada perut
sudah mulai hilang. Tapi kadang-kadang
J : 16.30 timbul rasa tidak nyaman pada daerah jalan
lahir
O:
1. Klien terlihat nyaman dan tenang
2. TD 130/80 mmHg, N : 84 x/menit, S : 37 0
C, RR : 20 x/menit.
7. Hasil pengukuran TFU 2 cm dibawah
pusat sekitaar 10-11 cm diatas simpisis ,
dipalpasi berkontraksi uterus kuat
(mengeras) , posisi uterus ditengah
8. Klien melakukan senam nifas hari II pada
sore hari sebanyak 5 siklus.
J ; 17.00 2 S:
O:
Tanggal No Evaluasi Paraf
DX
Tanda REEDA NH2
1. Luka perineum : tampak sedikit kemerahan,
udem berkurang, tidak kebiruan, tidak ada
cairan yang keluar, jahitan berdekatan
2. Suhu
37 C A :
Risiko infeksi tidak terjadi
P :
Implementasi perawatan luka
perineum dilanjutkan
J : 18.00 3 S:
1. Klien mengatakan ASI sudah keluar
menetes
O:
1. Klien tampak sering menyusui bayinya saat
menangis
2. Klien melakukan dengan benar
posisi menyusui bayinya
3. Puting susu menonjol dan bersih
4. Tampak bayinya tertidur setelah menyusui
5. Miksi lebih dari 8 kali/hari
J : 19.30 4 S:
Klien dan suami mengatakan siap bertambah
peran dalam merawat anak pertamanya
Tanggal No Evaluasi Paraf
DX
O:
1. Klien dan suami terlihat merawat bayinya
bersama
2. Klien dan suami menggendong bayinya
dengan penuh kasih sayang
A:
Pencapaian peran menjadi orang tua teratasi
P:
Stop intervensi, di lanjutkan di rumah tentang
perawatan bayi.
19-07-2020
J : 15.00 1 S:
1. Klien mengatakan akan melanjutkan latihan
senam nifas dirumah
O:
1. Klien melakukan latihan senam nifas hari
ke 3 secara mandiri sebanyak Hasil
pengukuran TFU 3 cm dibawah pusat, atau
sekitar 9-10 cm diatas simphisis, saat
dipalpasi kontraksi uterus mulai berkurang,,
posisi uterus ditengah
A:
Ketidaknyamanan pasca partum teratasi
P
Implementasi latihan senam nifas
tetap dilanjutkan di rumah
J : 17.00 2 S:
Tanggal No Evaluasi Paraf
DX
O:
Tanda REEDA NH3
Luka perineum : tidak tampak kemerah , udem
tidakada , tidak ada kebiruan, tidak\ ada cairan
yang keluar, jahitan berdekatan,
A
Risiko infeksi tidak terjadi
P:
Implementasi distop di Rs, perawatan luka
perineum dilanjutkan rumah
B. PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Ny I usia 28 tahun
dengan primipara pada diagnosa keperawatan 1, data subjektif : klien
mengatakan perut bagian bawah terasa mules dan terasa tidak nyaman,
klien mengatakan tidak nyaman pada area jalan lahir apalagi kalau
dipakai posisi duduk agak lama, data objektif : Klien tampak
memegang daerah perut bagian bawah, saat dilakukan palpasi pada
daerah abdomen bawah : kontraksi uterus teraba (mengeras), saat
dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri dengan metlin sekitar Sekitar
12 – 13 cm dari atas symphisis atau 1 cm di bawah pusat, klien tampak
keringat berlebih, TD : 130/80 mmHg, Nadi : 88 x/menit, Suhu : 37,30
RR : 22 x/menit. Menurut teori involusi uteri merupakan proses kembalinya
alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan sehingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Intensitas kontraksi uterus
meningkat setelah melahirkan berguna untuk mengurangi volume cairan intra
uteri. setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi menurun
stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri
sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti. Setelah
plasenta lahir, uterus merupakan organ yang keras, karena kontraksi ini
menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang disebut after pain post
partum terjadi pada hari ke 2-3 hari. Penulis berasumsi rasa tidak
nyaman berupa mules pada daerah perut bawah yang dirasakan oeh Ny
I adalah merupakan adaptasi fisiologis alat-alat reproduksi yaitu pada
organ uterus yang berkontraksi dan sering ditemukan pada ibu post
partum dan akan hilang setelah hari ke 3 melahirkan.
2. Diagnosa Keperawatan
Penulis menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny.I. sebagai berikut:
a. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan proses
involusi uteri dibuktikan dengan adanya kontraksi uterus, perut
terasa mules;
b. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif;
c. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan
suplai ASI dibuktikan dengan ASI tidak menetes atau memancar,
bayi menangis saat disusui,bayi menolak untuk menghisap;
d. Pencapain peran menjadi orang tua dibuktikan dengan
perkembangan bayi yang optimal
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang telah dilakukan untuk kasus Ny I diagnosa
keperawatan Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan
proses involusi uteri dibuktikan dengan adanya kontraksi uteri, perut
terasa mules ((D.0075) dengan luaran keperawatan status kenyamanan
pasca partum (07061) dilakukan implementasi: Perawatan pasca
persalinan (I.07255) danPerawatan Kenyamanan (I.08245), intervensi
Perawatan pasca persalinan dan perawatan kenyamanan telah penulis
lakukan kecuali memberikan kompres dingin atau hangat serta
memberikan terapi akupresur serta terapi hipnotis tidak diberikan.
Karena dengan mengatur posisi yang tepat dan teknik relaksasi
ketidaknyaman pasca partum sdh berkurang. Dalam implementasi
penulis meambahkan latihan senam nifas.
4. Evaluasi Keperawatan
Hasil pada kasus Ny.I diagnosa keperawatan klien mengatakan
ketidaknyamanan pasca partum sudah berkurang, rasa mules di perut
hilang, dan hasil pemeriksaan tekanan darah sebelum pemberian obat
130/80 mmHg, nadi 88x/menit, sesudah pemberian obat 130/80 mmHg
nadi 84 x/menit, TFU 3 jari dibawah pusat atau 9 – 10 cm dari atas
simphisis, kontraksi uterus kuat, letaknya ditengah, berdasarkan hasil
tersebut penulis berasumsi masalah teratasi
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil aplikasi keperawatan dan pembahasan tentang pengaruh
senam nifas terhadap potensi percepatan involusi uteri pada ibu post partum
di ruang Rawat Gabung RSUD Karawang tahun 2019 dapat disimpulkan
bahwa senam nifas efektif mempercepat involusi uteri pada ibu post partum.
B. Saran
1. Pelayanan kesehatan
Senam nifas sudah sering kita dengar melalui edukasi yang diberikan
tapi masih jarang dilakukan diruang Rawat Gabung RSUD Karawang,
perlu bahan kajian lanjutan dengan uji coba sampel yang lebih besar lagi.
Agar penerapan senam nifas lebih disosialisasikan bagi ibu post partum
sebagai alternatif asuhan keperawatan mandiri dalam upaya meingkatkan
mutu pelayanan post partum care.
2. Institusi pendidikan
Tulisan ini meningkatkan pengetahuan baru serta mengembangkan
kualitas pembelajaran yang didapat menjadi landasan dalam
meningkatkan praktik mandiri keperawatan yang berkaitan dengan
potensi percepatan involusi uteri dengan menggunakan latihan senam
nifas.
103
104
Bobak, Lowdermilk, & Jhonson, 200,5. Maternal Nursing 4th edition. Mosby,
Philadelphia, Chasion, Perry, Lowdemiik (2013) Keperawatan Maternitas
Edisi 8 Singapore : Elsevier Morby.
Golmakani, N., Zare, Z., Khadem, N., Shareh, H., & Shakeri, M. T. (2015). The
effect of pelvicfloor muscle exercises program on sexual self-efficacy in
primiparous women afterdelivery. Iranian journal of nursing andmidwifery
research, 20(3), 347-53
Ineke (2016) Pengaruh Senam Nifas Terhadap Tinggi Fundus Uteri dan Jenis
Lochea pada Primipara
Maryunani, A dan Sukaryati (2011). Senam Hamil, Senam Nifas dan terapi Musik
Nuryani, (2017) Pengaruh Mobilisasi Dini Dan Senam Nifas Terhadap Proses
Involusi Uteri Ibu Nifas Di Bangsal An-Nisa RSU PKU Muhammadiyah
Bantul tahun 2017
Purwoastuti dan Walyani (2015) Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui
Yogyakarta : Pustaka Baru Pres
Saleha Siti, 2019, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas . Jakarta : Salemba
Medika
Sapitri Nur Ika (2019) Pengaruh Senam Nifas Terhadap Proses Involusi Uteri
Pada Ibu Post Partum..
Ulfah M. (2016). Effektivitas Kombinasi Latihan Otot Dasar panggul dan Perut
terhadap Involusio Uteri pada Ibu Nifas. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Volume
7, Nomor 2, Desember2016, Halaman 127-135.
Yulita Elvira (2019 ) Pengaruh Senam Nifas Terhadap Kecepatan Involusi Uteri
Pada Ibu Nifas Di PBM Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmad Kota
Bengkulu Tahun 2019
LAMPIR
AN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Diri
Nama : TettiHasibuan
Telepon : 081296100455
Email : tettihasibuan74@gmail.com
Riwayat Pendidikan
PROGRAM
STUDI
PENDIDIKAN
NERS STIKes TANGGAL TERBIT
KHARISMA
15/07/2020 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STANDAR STIKes KHARISMA
PROSEDUR
OPERASIONAL
1. Pengertian Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin
setelah melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan
selama kehamilan dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal
seperti semula.
5. Peralatan 1. Leaflet
2. Lembar balik
6. Prosedur 1. Tahap pra interaksi
a. Melakukan verifikasi data
b. Indentifikasi pasien.
c. Mencuci tangan
2. Tahap orientasi :
1. Memberikan salam kepada klien
dan keluarga
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
yang akan dilakukan
3. Menanyakan persetujuan dan
kesiapan klien
3. Tahap Kerja
a. Mengajarkan kepada klien tentang
gerakan senam nifas
b. Langkah-langkah senam nifas
1. Hari pertama
Berbaring dengan lutut
ditekuk. Tempatkan
tangan di atas perut di
bawah area iga – iga.
Napas dalam dan lambat
melalui hidung tahan
hingga hitungan ke-5 atau
ke-8 dan kemudian
keluarkan melalui mulut,
kencangkan dinding
abdomen untuk
membantu mengosongkan
paru – paru.
Lakukan dalam waktu 5
– 10 kali hitungan pada
pagi dan sore hari .
2. Hari kedua
Berbaring terlentang, lengan
dikeataskan diatas kepala,
telapak terbuka keatas.
Kendurkan lengan kiri sedikit
dan regangkan lengan kanan.
Pada waktu yang bersamaaan
rilekskan kaki kiri dan
regangkan kaki kanan.
sehingga ada regangan penuh
pada seluruh bagian kanan
tubuh. Lakukan 15 kali
gerakan pada pagi dan sore
3. Hari ketiga
Kontraksi vagina. Berbaring
terlentang. Kedua kaki
diregangkan.Tarik dasar
panggul, tahan selama 3 detik
dan kemudian rileks. Lakukan
5-6 kali dalam latihan pagi
dan
sore.
4. Hari keempat
Memiringkan panggul. Berbaring lutut ditekuk.
Kontraksikan/ kencangkan otot – otot perut sampai tulang
punggung mendatar dan kencangkan otot – otot bokong tahan
3 detik kemudian rileks. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan
pada pagi dan sore.
5. Hari kelima
Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke
lutut. Angkat kepala dan bahu kira – kira 45°, tahan 3 detik
dan rileks dengan perlahan. Lakukan dalam 10-15 kali
gerakan pada pagi dan sore
6. Hari keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di
samping badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90°
secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Jangan
menghentak ketika menurunkan kaki, lakukan perlahan
namun bertenaga. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali pada pagi
dan sore hari.
7. Hari ketujuh
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit klien mampu
melakukan gerakan senam nifas
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, klien dapat menyebutkan :
a. Pengertian senam nifas
b. Tujuan senam nifas
c. Cara latihan senam nifas
d. Waktu latihan senam nifas
3 Penutup 7 menjawab
menit pertanyaan.
● Mendengarkan
● Menyimpulkan ● Mendengarkan
● Kontrak waktu ● Menjawab
salam
● Menutup dengan
salam
Metode :
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Peraga
Materi
A. Pengertian
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah
melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan
dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula.
B. Tujuan
1. Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi organ
kandungan
2. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul,
perut dan perineum terutama otot yang berkaitan selama kehamilan dan
persalinan.
3. Memperlancar pengeluaran lochea.
4. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan.
5. Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan.
6. Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli,
trombosis dan lain-lain.
7. Memperlancar ASI (Air Susu Ibu) dalam hal ini membantu fungsi
payudara dan memulihkan ketegangan karena lelah merawat bayi.
Mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil
C. Waktu
Lakukan senanm 1-2 x/hari sebanyak 5- 10 siklus
D. Cara
1. Hari pertama
Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas perut di bawah
area iga – iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung tahan hingga
hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan melalui mulut,
kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan paru –
paru. Lakukan dalam waktu 5 – 10 kali hitungan pada pagi dan sore hari .
2. Hari kedua
Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka
keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan. Pada
waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki kanan.
sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh. Lakukan
15 kali gerakan pada pagi dan sore
3. Hari ketiga
Kontraksi vagina. Berbaring terlentang. Kedua kaki diregangkan.Tarik
dasar panggul, tahan selama 3 detik dan kemudian rileks. Lakukan 5-6
kali dalam latihan pagi dan sore.
4. Hari keempat
Memiringkan panggul. Berbaring lutut ditekuk. Kontraksikan/
kencangkan otot – otot perut sampai tulang punggung mendatar dan
kencangkan otot – otot bokong tahan 3 detik kemudian rileks. Lakukan
dalam 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.
5. Hari kelima
Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat
kepala dan bahu kira – kira 45°, tahan 3 detik dan rileks dengan
perlahan. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore
6. Hari keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan,
kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90° secara bergantian antara
kaki kiri dan kaki kanan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki,
lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali
pada pagi dan sore hari.
7. Hari ketujuh
Tidur telentang dengan kaki terangkat keatas, badan agak
melengkung dengan letak pada kaki bawah lebih atas. Lakukan
gerakan pada jari – jari kaki seperti mencakar dan meregangkan,
selanjutnya diikuti dengan gerakan ujung kaki secara teratur seperti
lingkaran dari luar ke dalam, kemudian gerakkan telapak kaki kiri
dan kanan ke atas dan ke bawah seperti menggergaji. Lakukan
gerakan ini masing – masing selama setengah menit dengan 10-15
kali gerakan pada pagi dan sore.
E. Metode Evalusi :
Jenis lisan yaitu Ny I memahami apa yang disampaikan dan
menjawab dengan benar pertanyaan yang diajukan diantaranya :
1. Ny I mampu menjelaskan pengertian senam nifas
2. Ny I mampu menjelaskan tujuan senam nifas
3. Ny I Mampu memperagakan senam nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermik dan jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4:
Alih Bahasa. Maria A, Wijayarini, peter I, Anugerah : editor Renata Komalasari,
Jakarta
SE
NA
M
NI
FA
S
O
l
e
h
:
T
E
T
T
I
H
A
S
I
B
U
A
N
NIM :
4331314
9011909
9
P
E
N
G
E
R
T
I
A
N
S
E
N
A
M
N
I
F
A
S
Se
na
m
nif
as
ad
ala
h
lati
ha
n
ge
rak
ya
ng
dil
ak
uk
an
se
ce
pa
t
mu
ng
kin
set
ela
h
me
lah
irk
an,
su
pa
ya
oto
t-o
tot
ya
ng
me
ng
ala
mi
pe
re
ga
ng
an
sel
am
a
ke
ha
mil
an
da
n
pe
rsa
lin
an
da
pa
t
ke
mb
ali
ke
pa
da
ko
ndi
si
no
rm
al
se
pe
rti
se
mu
la
TUJUAN SENAM
NIFAS
1.Membantu mempercepat pemulihan
keadaan ibu.
2.Me
mp
erc
ep
at
pro
ses
inv
olu
si
ute
rus
da
n
pe
mu
lih
an
fun
gsi
org
an
ka
nd
un
ga
n
3.Membantu memulihkan kekuatan
dan
kekencan
gan
otot-otot
panggul,
perut dan
perineum
terutama
otot yang
berkaitan
selama
kehamila
n dan
persalina
n.
4.Memperlancar pengeluaran lochea.
5.Membantu
mengurang
i rasa sakit
pada
otot-otot
setelah
melahirkan
.
6.Merelaksasi otot-otot yang
menunjang proses
7.Meminima
lisir
timbulnya
kelainan
dan
komplikasi
nifas,
misalnya
emboli,
trombosis
dan
lain-lain.
8.Memperlancar ASI (Air Susu Ibu)
memba
ntu
fungsi
payuda
ra dan
memuli
hkan
ketega
ngan
karena
lelah
meraw
at bayi.
9.Mencegah kesulitan buang air besar
dan buang
air kecil
MANFAAT SENAM NIFAS
1.Mem
bantu
penye
mbuh
an
rahim,
perut,
dan
otot
pangg
ul
yang
meng
alami
traum
a
serta
memp
ercep
at
kemb
alinya
bagia
n-bagi
an
terseb
ut
keben
tuk
norma
l.
2.Memb
antu
menor
malka
n
sendi-
sendi
yang
menja
di
longg
ar
diakib
atkan
keha
milan
dan
persal
inan,
serta
menc
egah
pelem
ahan
dan
pereg
angan
lebih
lanjut.
3.Meng
hasilk
an
mamf
aat
psikol
ogis
yaitu
mena
mbah
kema
mpua
n
meng
hadap
i stres
dan
bersa
ntai
sehin
gga
meng
urangi
stres
pasca
persal
inan.
4.Menumbuhkan atau memperbaiki nafsu
maka
n
sehing
ga
asupa
n
maka
nan
bisa
menc
ukupi
kebut
uhann
ya.
Ibu
tak
terliha
t lesu
ataup
un
emosi
onal
W
A
K
T
U
P
E
L
A
K
S
A
N
A
A
N
S
E
N
A
M
N
I
F
A
S
Latih
an
ini
dilak
ukan
1-2
kali
/hari
dala
m
wakt
u
5-10
kali
hitu
ngan
setia
p
hari
nya
dan
dilak
ukan
sela
ma
6-7
hari
lama
nya.
akan
meni
ngka
t
seca
ra
berla
han-
laha
n.
TAHA
PAN
SENA
M
NIFAS
HARI
PERTAMA
Be
rb
ari
ng
de
ng
an
lut
ut
dit
ek
uk
.
Te
m
pa
tk
an
ta
ng
an
di
at
as
pe
rut
di
ba
wa
h
ar
ea
ig
a
–
ig
a.
Na
pa
s
da
la
m
da
n
la
m
ba
t
m
el
al
ui
hi
du
ng
ta
ha
n
hi
ng
ga
hit
un
ga
n
ke
-5
at
au
ke
-8
da
n
ke
m
ud
ia
n
kel
ua
rk
an
m
el
al
ui
m
ul
ut,
ke
nc
an
gk
an
di
nd
in
g
ab
do
m
en
un
tu
k
m
e
m
ba
nt
u
m
en
go
so
ng
ka
n
pa
ru
–
pa
ru.
La
ku
ka
n
da
la
m
wa
kt
u
5
–
10
ka
li
hit
un
ga
n
pa
da
pa
gi
da
n
so
re
ha
ri
TAH
APA
N
SEN
AM
NIFA
S
HARI
KEDUA
Be
rb
ar
in
g
te
rl
en
ta
ng
,
le
ng
an
di
ke
at
as
ka
n
di
at
as
ke
pa
la,
tel
ap
ak
te
rb
uk
a
ke
at
as
.
Ke
nd
ur
ka
n
le
ng
an
ki
ri
se
di
kit
da
n
re
ga
ng
ka
n
le
ng
an
ka
na
n.
Pa
da
w
ak
tu
ya
ng
be
rs
a
m
aa
an
ril
ek
sk
an
ka
ki
ki
ri
da
n
re
ga
ng
ka
n
ka
ki
ka
na
n,
se
hi
ng
ga
ad
a
re
ga
ng
an
pe
nu
h
pa
da
se
lu
ru
h
ba
gi
an
ka
na
n
tu
bu
h.
L
a
k
u
k
a
n
5
-
6
k
a
l
i
d
a
l
a
m
l
a
t
i
h
a
n
p
a
g
i
d
a
n
s
o
r
e
TAHA
PAN
SENA
M
NIFAS
HARI
KEEMPAT
M
e
mi
rin
gk
an
pa
ng
gu
l.
Be
rb
ari
ng
lut
ut
dit
ek
uk
.
Ko
nt
ra
ks
ik
an
/
ke
nc
an
gk
an
ot
ot
–
ot
ot
pe
ru
t
sa
m
pa
i
tul
an
g
pu
ng
gu
ng
m
en
da
ta
r
da
n
ke
nc
an
gk
an
ot
ot
–
ot
ot
bo
ko
ng
ta
ha
n
3
de
tik
ke
m
ud
ia
n
ril
ek
s.
L
a
k
u
k
a
n
d
a
l
a
m
1
0
-
1
5
k
a
l
i
g
e
r
a
k
a
n
p
a
d
a
p
a
g
i
d
a
n
s
o
r
e
.
TAHAPAN SENAM
NIFAS
HARI KELIMA
Be
rb
ar
in
g
te
rl
en
ta
ng
,
lu
tu
t
di
te
ku
k,
le
ng
an
dij
ul
ur
ka
n
ke
lu
tu
t.
A
ng
ka
t
ke
pa
la
da
n
ba
hu
ki
ra
–
ki
ra
45
°,
ta
ha
n
3
de
tik
da
n
ril
ek
s
de
ng
an
pe
rl
ah
an
.
La
ku
ka
n
da
la
m
10
-1
5
ka
li
ge
ra
ka
n
pa
da
pa
gi
da
n
so
re
TAHAPAN SENAM NIFAS
HARI KEENAM
Po
si
si
tid
ur
te
rle
nt
an
g,
ka
ki
lu
ru
s,
da
n
ke
du
a
ta
ng
an
di
sa
m
pi
ng
ba
da
n,
ke
m
ud
ia
n
lut
ut
dit
ek
uk
ke
ar
ah
pe
ru
t
90
°
se
ca
ra
be
rg
an
tia
n
an
ta
ra
ka
ki
kir
i
da
n
ka
ki
ka
na
n.
Ja
ng
an
m
en
gh
en
ta
k
ke
tik
a
m
en
ur
un
ka
n
ka
ki,
la
ku
ka
n
pe
rla
ha
n
na
m
un
be
rt
en
ag
a.
Ul
an
gi
ge
ra
ka
n
se
ba
ny
ak
8
ka
li
pa
da
pa
gi
da
n
so
re
ha
ri.
TAH
APA
N
SEN
AM
NIFA
S
HARI
KETUJU
H
T
i
d
u
r
t
e
l
e
n
t
a
n
g
d
e
n
g
a
n
k
a
k
i
t
e
r
a
n
g
k
a
t
k
e
a
t
a
s
,
b
a
d
a
n
a
g
a
k
m
e
l
e
n
g
k
u
n
g
d
e
n
g
a
n
l
e
t
a
k
p
a
d
a
k
a
k
i
b
a
w
a
h
l
e
b
i
h
a
t
a
s
.
L
a
k
u
k
a
n
g
e
r
a
k
a
n
p
a
d
a
j
a
r
i
–
j
a
r
i
k
a
k
i
s
e
p
e
r
t
i
m
e
n
c
a
k
a
r
d
a
n
m
e
r
e
g
a
n
g
k
a
n
,
s
e
l
a
n
j
u
t
n
y
a
d
i
i
k
u
t
i
d
e
n
g
a
n
g
e
r
a
k
a
n
u
j
u
n
g
k
a
k
i
s
e
c
a
r
a
t
e
r
a
t
u
r
s
e
p
e
r
t
i
l
i
n
g
k
a
r
a
n
d
a
r
i
l
u
a
r
k
e
d
a
l
a
m
,
k
e
m
u
d
i
a
n
g
e
r
a
k
k
a
n
t
e
l
a
p
a
k
k
a
k
i
k
i
r
i
d
a
n
k
a
n
a
n
k
e
a
t
a
s
d
a
n
k
e
b
a
w
a
h
s
e
p
e
r
t
i
m
e
n
g
g
e
r
g
a
j
i
.
L
a
k
u
k
a
n
g
e
r
a
k
a
n
i
n
i
m
a
s
i
n
g
–
m
a
s
i
n
g
s
e
l
a
m
a
s
e
t
e
n
g
a
h
m
e
n
i
t
d
e
n
g
a
n
1
0
-
1
5
k
a
l
i
g
e
r
a
k
a
n
p
a
d
a
p
a
g
i
d
a
n
s
o
r
e
.
Kerugian TIDAK
Melakukan Senam
SENAM
Nifas NIFAS
1.Infeksi karena involusi uterus oleh:
TETTI HASIBUAN NIM :
yang tidak baik sehingga sisa
433131490119099
darah
tidak dapat
dikeluarkan.
2. Terjadi perdarahan
Pengertian Senam Nifas 3 detik kemudian rileks. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan
pada pagi dan sore.
Latihan gerak yang dilakukan secepat Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut.
Angkat kepala dan bahu kira – kira 45°, tahan 3 detik dan
mungkin setelah melahirkan, supaya rileks dengan perlahan. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan
otot-otot yang mengalami peregangan pada pagi dan sore
selama kehamilan dan persalinan dapat Berbaring dengan lutut ditekuk. Tangan di atas perut di bawah. Napas
dalam dan lambat melalui hidung tahan hingga hitungan ke-5/ke-8 dan
kembali kepada kondisi normal seperti kemudian keluarkan melalui mulut. Lakukan dalam waktu 5 – 10 kali
Hari Kedua
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di
samping badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90°
secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Jangan
menghentak ketika menurunkan kaki, lakukan perlahan
Manfaat Senam Nifas namun bertenaga. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali pada pagi
dan sore hari.
1. Membantu penyembuhan rahim, Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka
keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan.
perut, dan otot panggul yang Pada waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki
kanan. sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh.
mengalami trauma. Lakukan 15 kali gerakan pada pagi dan sore.
2. Membantu menormalkan Hari Ketiga
sendi-sendi yang menjadi
Tidur telentang dengan kaki terangkat keatas, badan agak melengkung
longgar dengan letak pada kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan pada jari –
3. Mengurangi stres pasca jari kaki seperti mencakar dan meregangkan, selanjutnya diikuti dengan
gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam,
Kontraksi vagina. Berbaring terlentang. Kedua kaki diregangkan.Tarik
persalinan. dasar panggul, tahan selama 3 detik dan kemudian rileks. Lakukan 5-6
kemudian gerakkan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah
seperti menggergaji.
4. Menumbuhkan atau memperbaiki kali dalam latihan pagi dan sore
Lakukan gerakan ini masing – masing selama setengah menit
Hari Keempat
nafsu makan sehingga asupan dengan 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.
Intisari
Latar belakang: Perdarahan post partum dapat disebabkan oleh atonia uteri, robekan
jalan lahir, retensio plasenta, inversion uteri dan pembekuan darah. Pada umumnya
dengan melakukan senam nifas maka dapat mempercepat proses pemulihan kondisi
ibu setelah melahirkan dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi selama masa
nifas. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh senam nifas terhadap penurunan
tinggi fundus uteri pada ibu post partum di Klinik Kartika Jaya Samarinda.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian pre experimental dengan pre
test-post test control group design. Subjek penelitian yang diambil adalah semua ibu
post partum yang melahirkan di Klinik Kartika Jaya pada bulan April- Mei 2019.
Sampel terdiri dar 2 kelompok dengan 20 responden, yang dipilih menggunakan
teknik consecutive sampling. Analisis statistik uji t independen dengan tingkat
signifikansi 0,05.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan perbedaan yang signifikan dari penurunan TFU
pada ibu post partum antara kelompok yang melakukan senam nifas dan tidak senam
nifas di Klinik Kartika Jaya dibuktikan dengan p-value = 0,002.
Kesimpulan dan saran: Pada penelitian ini Ho ditolak yang menunjukan bahwa ada
pengaruh senam nifas terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum di
Klinik Kartika Jaya. Diharapkan senam nifas di terapkan oleh Klinik Kartika Jaya
karena bermanfaat dalam proses pemulihan kondisi ibu pasca partus.
Abstract
seluruh persendian tubuh secara perlahan. Bila ibu ini adalah quasi experimental dengan desain
hanya berdiam diri, pembuluh darah dan otot-otot pre-test post-test control group, untuk
tubuh, terutama di daerah kaki dan panggul akan menganalisis pengaruh dan perbedaan
terganggu dan berisiko memunculkan tersumbat penurunan tinggi fundus antara kelompok
Salah satu bentuk mobilisasi setelah Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
bersalin adalah senam nifas. Senam ini bermanfaat 28 April 2019 yang berlokasi di Klinik Kartika
untuk memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki Jaya Samarinda. Populasi dalam penelitian ini
sikap tubuh, memperbaiki kekuatan otot panggul, adalah seluruh ibu post partum yang melahirkan
otot perut, dan otot tungkai bawah. Tentu saja, di Klinik Kartika Jaya Samarinda. Sampel yang
senam nifas ini harus dilakukan secara bertahap akan diambil dari penelitian ini adalah ibu post
Senam nifas ini dapat dilakukan pada bebas pada penelitian ini adalah senam nifas dan
semua ibu nifas bahkan pada ibu yang tidak variable terikat yaitu penurunan tinggi fundus
terbiasa berolahraga karena gerakannya cukup uteri pada post partum di Klinik Kartika Jaya
1. AnalisisUnivariat
Buton 1 10%
Banjar 2 20%
Kutai 2 20%
Toraja - -
Total 10 100
Suku
Kelompok Kontrol
Jawa 4 40%
Bugis 2 20%
Buton 2 20%
Banjar 1 10%
Kutai - -
Toraja 1 10%
Total 10 100
Pendidikan
Kelompok Intervensi
1 10%
SD
SMP 1 10%
SMA 6 60%
SMK - -
DIPLOMA 2 20
Total 10 100
Kelompok Kontrol -
SD -
SMP 1 10%
SMA 5 50%
SMK 3 30%
DIPLOMA 1 10%
Total 10 100
Pekerjaan
Kelompok Intervensi
Ibu Rumah Tangga 9 90%
Honorer 1 10
Total 10 100
Kelompok Kontrol Ibu
Rumah Tangga 9 90%
partisipan dalam skripsi ini adalah ibu post
partum di Klinik Kartika Jaya Samarinda, yang
terdiri dari umur, suku, pendidikan, dan pekerjaan
dalam bentuk tabel frekuensi dan presentase. Hal
ini dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini :
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa usia tindakan yang bertentangan dengan kesehatan
adalah 20-25 tahun. Pada kelompok intervensi Berdasarkan pendidikan responden pada kedua
presentasinya 4 orang (40%) sedangkan kelompok sebagian besar adalah SMA, yaitu
kelompok kontrol presentasinya 5 orang (50%). pada kelompok intervensi 6 orang (60%), dan
Menurut Prawirohardjo pada tahun 2009 usia kelompok kontrol 5 orang (50%).
uteri, elastisitas otot uterus pada usia lebih 35 merupakan jenjang dalam penyelesaian proses
tahun ke atas berkurang, dengan adanya penurunan pembelajaran secara formal. Makin tinggi
regangan otot akan mempengaruhi pengecilan otot tingkat pendidikan seseorang diharapkan
rahim setelah melahirkan, serta membutuhkan pengetahuan dan perilakunya juga semakin baik.
waktu yang lama dibandingkan dengan ibu yang karena dengan pendidikan yang makin tinggi,
mempunyai kekuatan dan regangan otot yang lebih maka informasi dan pengetahuan yang diperoleh
Berdasarkan suku responden pada kedua kelompok perilaku ke arah yang lebih baik diharapkan
menunjukan bahwa sebagian besar bersuku jawa. dapat terjadi. Dalam penelitian ini karakteristik
dengan presentasi kelompok intervensi 3 orang pendidikan responden sebagian besar merupakan
Tabel 2
Perubahan Tinggi Fundus Uteri Pre test – Post test pada kelompok Intervensi dan Kontrol
Pre-test 12,90 13,00 13,00 0,994 11,0014,00 12,80 13,00 13,00 0,918 11,00-
14,00
Post-test 5,20 5,00 5,00 0,918 4,00-7,00 6,70 7,00 7,00 0,948 5,00-8,00
Berdasarkan tabel 2 di atas, rata-rata tinggi fundus uteri pre test pada kelompok intervensi
12,90 cm
dan rata-rata penurunan tinggi fundus uteri post test hari ke-6 adalah 5,20 cm. Sedangkan rata- rata
tinggi fundus uteri pre test pada kelompok kontrol adalah 12,80cm dan rata-rata penurunan tinggi
fundus uteri post test hari ke-6 adalah 7,00 cm. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kedua kelompok
sama-sama terjadi penurunan tinggi fundus uteri, hal ini sesuai dengan teori yaitu adanya perubahan
retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi
pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan
puerperium (Varney, 2004) .
2. Analisis Bivariat Sumber: Data Primer,2019
a. Uji Persyaratan Aalisis
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa
Uji normalitas yang digunakan adalah
nilai mean pre-test dan post-test variabel
Shapiro Wilk karena jumlah kurang dari 50
penurunan tinggi fundus uteri masing-masing
responden. Adapun hasil uji normalitas dapat
adalah 12,90 dan 5,20 dengan penurunan nilai
dilihat pada tabel 3 dibawah ini :
mean sebesar 7,70. Sementara itu, hasil uji
statistic dengan Uji Wilcoxon menghasilkan p-
Tabel 3
value 0,005 (<0,005), hal ini berarti bahwa ada
Uji Normalitas Penurunan TFU pada perbedaan yang signifikan terhadap penurunan
Responden yang Senam Nifas dan Tidak
Senam Nifas tinggi fundus uteri pre-test dan post-test setelah
pada
kelompok
Tabel 4
Post test 6,70 tinggi fundus uteri masing-masing adalah 12,80
Sumber: Data Primer,2019
dan 6,70 dengan penurunan nilai mean sebesar
6,10. Sementara itu, hasil uji statistic dengan Uji
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa nilai
Wilcoxon menghasilkan p-value 0,005 (<0,005),
mean pre-test dan post-test variabel penurunan
hal ini berarti bahwa ada perbedaan yang
Penururan Mean Skor Perbed aan P- Keter anga n signifikan
Tinggi Mean valu e
Fundus Uteri terhadap
(TFU)
penurunan
tinggi fundus
uteri pre-test
dan post-test
pada
kelompok
tidak
Skor
7,70 0,00 Ada Beda senam nifas.
Pre Test 12,90 5
7
Post test 5,20
Dengan demikian berdasarkan uji Wilcoxon, Tabel 7
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam Uji Beda Rerata Selisih Penurunan TFU Pre-
Test pada Kelompok Senam Nifas dan Tidak
nifas terhadap tinggi fundus uteri dari hari Senam Nifas
pertama sampai dengan hari ke-6 Penurunan TFU Mea P- Keteranga
post partum. Hal ini sesuai dengan penelitian n Value n
Sk
yang dilakukan Fadlina
or
pada tahun 2015 tentang Kelompok
Senam Nifas Tidak ada Perbedaan
pengaruh senam nifas Pre-Test 0,818
terhadap penurunan 12,9
yaitu > 0,05 dengan uji Wilk Test sehingga berdistribusi normal. TFU pre-test pada
normalitas dapat disimpulkan Menganalisis kelompok senam nifas
menggunakan Saphiro bahwa semua data perbedaan penurunan dan kelompok tidak
senam nifas, secara Penurunan TFU Mean Skor P Keterangan
Kelompok Senam Nifas
ringkas dapat dilihat
Post-Test
pada Tabel 7 dibawah
Kelompok Tidak Senam 5,20
ini : Nifas
Post-Test
0,002 Ada
Perbedaan
6,60
test penurunan tinggi fundus uteri didapatkan nilai menyebutkan senam nifas yang dilakukan pada
mean pada Kelompok senam nifas adalah 5,20 dan ibu post partum berpengaruh terhadap pemulihan
pada kelompok tidak senam nifas adalah 6,60 fisik sembilan kali lebih baik pada ibu yang
sedangkan nilai p 0,002 <0,05 yang artinya Ho diberi intervensi senam nifas dibandingkan
ditolak dan Ha diterima dengan demikian terdapat dengan ibu yang tidak diberikan intervensi senam
perbedaan yang cukup bermakna pada post test nifas. Latihan fisik berupa senam nifas pada masa
Kelompok senam nifas dan Kelompok tidak post partum berpengaruh terhadap pemulihan
senam nifas. Jika dilihat dari rata-rata penurunan fisik ibu post partum lebih cepat. Keterangan ini
menandakan bahwa pemulihan fisik termasuk
tinggi fundus uteri pada kedua kelompok dapat
involusi uterus yang dilihat dari penurunan tinggi
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
fundus uteri.
bermakna antara Kelompok senam nifas dan
Kelompok tidak senam nifas. Penelitian ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Maryunani dan Sukaryati
Hal ini sejalan dengan penelitian yang (2011) bahwa dengan melakukan senam nifas
dilakukan oleh Maruroh (2012) pada 25 orang dapat memulihkan kembali elastisitas dan
hasil bahwa ada pengaruh antara senam nifas Hasil penelitian ini sejalan dengan
dengan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih (2006),
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian kecepatan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu
sebelumnya yaitu, Hammer (2000) menyatakan post partum primipara hari pertama
bahwa dengan adanya program latihan selama post sampai hari kelima. Dengan mengikuti
partum dapat memperkuat pemulihan otot yang senam nifas, gerakan-gerakan yang
terbebani selama hamil dan persalinan, serta ada dapat melatih dan mengencangkan otot-otot
meningkatkan kesehatan dan kebugaran ibu post perut sehingga secara tidak langsung dapat
partum. Kesimpulan dari analisis ini merangsang otot-otot rahim agar berfungsi secara
menggambarkan bahwa program latihan yang optimal dan tidak terjadi perdarahan post partum.
dilaksanakan masa nifas akan memulihkan hampir Dengan demikian tujuan dilakukannya senam
seluruh organ tubuh dan proses involusi ini sangat nifas bagi ibu hamil yaitu memperbaiki elastisitas
jelas terlihat pada alat-alat kandungan. otot-otot yang telah mengalami peregangan,
meningkatkan ketenangan dan
memperlancarkan sirkulasi darah, dan DAFTAR PUSTAKA
mengembalikan rahim pada posisi semula Ambarwati Retna, E, Wulandari. D.( 2008).
(involusi). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Mitra Cendikia.
Ambarwati, E, & Wulandari, D. (2008). Asuhan
Dengan melakukan senam nifas akan Kebidanan Nifas. Yogyakarta. Cendekia
merangsang kontraksi uterus sehingga Press
Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan
mempercepat penurunan tinggi fundus uteri. Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Terdapat pengaruh pemberian senam nifas Medika.
Ambarwati. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
terhadap kecepatan penurunan tinggi fundus uteri Yogyakarta : Nusa Medika
pada ibu post partum. Sehingga pada ibu yang Andriyani (2013). Pengaruh Senam Nifas
Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri
senam nifas penurunan Tinggi Fundus Uteri (TFU) Pada Ibu Post Partum’, IX. Available at:
berlangsung lebih cepat dari pada yang tidak https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/34
senam. 9.
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan kebidanan Masa
KESIMPULAN DAN SARAN Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Dhrma (2011) Metodologi Penelitian
Berdasarkan hasil uji beda rerata, terdapat keperawatan. Jakarta :CV. Trans Info
Media
perbedaan penurunan tinggi fundus uteri yang
Fitriahadi, E. (2019) ‘Pengaruh Penguatan Otot
bermakna antara pre dan post pada kelompok Rectus Abdominis Terhadap Penurunan
Tfu Pada Ibu Postpartum Pervaginam Di
senam nifas dan tidak senam nifas dengan p- value
Pmb Kabupaten Sleman’, 8. Available At:
<0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat Https://Www.Researchgate.Net/Publicat
ion/331072837_Pengaruh_Penguatan_O
pengaruh senam nifas terhadap penurunan tinggi
tot_Rectus_Abdominis_Terhadap_Penur
fundus uteri pada ibu post partum di Klinik unan_Tfu_Pada_Ibu_Postpartum_Perva
ginam_Di_Bpm_Kabupaten_Sleman.
Kartika Jaya.
Gunawan, I. (2015) ‘Tinggi Fundus Uteri Pada
Diharapkan untuk Klinik Kartika Jaya Kota Ibu Post Partum Yang Melaksanakan
Senam Nifas’, XI. Available
Samarinda dapat menerapkan dan memberikan
at: https://ejurnal.poltekkes-
motivasi kepada ibu post partum untuk melakukan tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/56
9.
latihan senam nifas yang bermanfaat bagi proses
Ineke (2016) ‘Pengaruh Senam Nifas Terhadap
pemulihan ibu selama masa nifas. Tinggi Fundus Uteri Dan JenisLochea
Pada Primipara’, Pengaruh Senam Nifas
Terhadap Tinggi Fundus Uteri, 1.
Available at: file:///C:/Users/CNT-
1102/Downloads/17-Article Text-53-1-
10-20180306 (4).pdf.
Kementerian Kesehatan RI (2015) Pusat Data dan Suherni. 2008. Perawatan Masa Nifas.
Informasi Kementerian Kesehatan RI Yogyakarta: Fitramaya.
Jakarta : Infodatin. Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kebidanan pada Ibu Nifas:
Nifas “ Peurperium Care”. Yogyakarta: Yogyakarta: C. V Andi Offset.
pustaka pelajar. Sulistyawati. A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada
Maryunani, A dan Sukaryati, Y. 2011. Senam Masa Kehamilan. Jakarta:Salemba
Hamil, Senam Nifas, dan Terapi Musik. Medika.
Jakarta: Trans Info Media Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan
Masrikhah. (2009). Komplikasi Masa Nifas. Kebidanan. Volume 2. Jakarta: EGC
USU, 8–39. WHO (2015) Pusat Data dan Informasi
Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Selatan: Infodatin.
Profile Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2016 Widianti, Anggriyana Tri dan Atikah
dan 2017. Proverawati. 2010. Senam Kesehatan,
Purwoastuti dan Walyani. (2015). Asuhan Yogyakarta: Nuha Medika.
kebidanan masa nifas dan menyusui Wiknjosastro H. ( 2009) Ilmu Kebidanan. Edisi
Yogyakarta : Pustaka Baru Pres ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayaan Bina
Rullynil, N. T. (2014) ‘Pengaruh Senam Nifas Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Yanti, RD dan Ayu, N. (2016). Hubungan Antara
pada Ibu Post Partum di RSUP DR. M. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda
Djamil Padang’. Available at: Bahaya Dan Komplikasi Kehamilan
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jk Dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal
a/article/view/111. Dan Pemilihan Tempat Bersalin Di
Saifuddin B, Rachimhadhi T, Winkjosastro HG. Wilayah Tanah Sareal Bogor. Jurnal
2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Ilmiah Kesehatan Diagnosis.
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yuliawati, Y.,& Anggraini, Y. (2016).
Jakarta: PT Bina Putaka Sarwono Hubungan Riwayat Pre Eklamsia,
Prawirohardjo Retensio Plasenta, Atonia Uteri Dan Laserasi
Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan pada Jalan Lahir Dengan Kejadian Perdarahan Post
Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Partum Pada Ibu Nifas Hasrani. (2015).
Sari, E. (2015). Hubungan Pengetahuan Dengan Pengaruh Senam Nifas Modifikasi
Sikap Ibu Hamil Terhadap Senam Hamil Terhadap ASI dan Pengeluaran Lokia
Di Rumah Sakit Elisabet Medan Tahun Ibu Nifas di Puskesmas
2014. Jurnal Ilmiah Kebidanan Mar’rang Kabupaten
Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Pangkep. Tessis. Makassar. Program
Kesehatan, Penuntun Praktis bagi Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin
Pemula. Yogyakarta : Mitia Medika. Makassar.
Sastroasmoro,
Sinsin, I., 2008. Seri Kesehatan Ibu & Anak.
Masa Kehamilan dan Persalinan.
Sudigdo (2014). Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Suherni, S. dkk. (2008). Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta: Fitramaya.
Suherni, dkk, (2009). Perawatan masa nifas,
cetakan ketiga. Yogyakarta: Fitramaya.