Anda di halaman 1dari 305

STIKes KHARISMA KARAWANG

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP POTENSI PERCEPATAN INVOLUSI


UTERI PADA NY. I P1 A0 NH1 DENGAN PERINEURAPHI DI
RUANG RAWAT GABUNG RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH KARAWANG

KARYA ILMIAH AKHIR

TETTI HASIBUAN
NIM : 433131490119099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS NON REGULAR


Jln. Pangkal Perjuangan Km. 1 By Pass Karawang 41316
STIKes KHARISMA KARAWANG
KARAWANG 2020
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir ini diajukan oleh :


Nama : Tetti Hasibuan
NIM : 43313490119099
Program Studi : Profesi Ners
Judul KIA : Pengaruh Senam Nifas Terhadap Potensi Percepatan
involusi Uteri Pada Ny. I P1A0 NH1 Dengan
Perineuraphi Di Ruang Rawat Gabung Rumah Sakit
Umum Daerah Karawang
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar NERS
pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKes Kharisma
Karawang.Sarjana Keperawatan STIKes Kharisma Karawang.

DEWAN PENGUJI
Penguji I : Ns. Rima Novianti, M. Kep ( )
NIDN ..0422118701

Penguji II : Ns. Astrid Berlian Utami, M. Kep (


) NIDN. 0422127702
Ditetapkan Di : Karawang
Tanggal : 22 Juli 2020

Mengetahui
Ka. Prodi Pendidikan Profesi Ners STIKes Kharisma Karawang

Ns. Abdul Gowi, M.Kep,


Sp.Kep.J NIK. 00219774.

ii
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKes KHARISMA
KARAWANG
Karya ILMIAH Akhir, Juli
2020 Tetti Hasibuan

Pengaruh Senam Nifas Terhadap Potensi Percepatan Involusi Uteri Pada Ny I P1


A0 NH1 Dengan Perneuraphi Di Ruang Rawat Gabung Rumah Sakit Umum
Daerah Karawang tahun 2020.
v + 113 hal + 10 tabel + 10 gambar + 8 lampiran

Abst
rak
Angka kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang sangat penting
dalam derajat kesehatan masyarakat.. Diperkirakan di seluruh dunia setiap
tahunnya lebih dari 585.000 ibu hamil meninggal saat hamil dan bersalin .
Sedangkan penyebab angka kematian ibu (AKI) di Indonesia yaitu perdarahan
menjadi angka tertinggi dibandingkan penyebab kematian maternal lainnya seperti
keracunan dalam kehamilan, aborsi dan infeksi. Penyebab Perdarahan antara lain
lain : atonia uteri 50-60%, retensio plasenta 23-24%, laserasi jalan lahir 4 - 5%,
kelainan darah 0,5- 0,8%. Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan
secepat mungkin setelah melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami
peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat kembali kepada kondisi
normal seperti semula..Dimana salah satu tujuan senam nifas adalah membantu
mempercepat pemulihan keadaan ibu. dan mempercepat proses involusi uterus dan
pemulihan fungsi organ kandungan. Metoda yang dipakai dengan Pre eksperimen
dengan pretest dan post test, dengan menggunakan 1 responden ibu post partum
normal hari pertama. yang dilakukan intervensi senam nifas nifas 1 kali /hari yang
dilakukan 5- 10 siklus/hari selama 3 hari berturut-turut.Hasil yang didapatkan
pada hari pertama (pretest) TFU 1 cm dibawah pusat, hari kedua 2 cm dibawah
pusat dan pada hari ketiga (post-test) didapatkan 3 cm dibawah pusat. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan penurunan TFU sesuai dengan teori involusi
uteri.Dapat ditarik kesimpulan ada pengaruh senam nifas terhadap potensi
percepatan involusi uteri. Bagi Rumah Sakit dan Klinik bersalin sangat disarankan
untuk mengaplikasikan latihan senam nifas pada ibu post partum 24 jam pertama
guna meningkatkan pelayanan post partum care.

Kata Kunci : Senam Nifas, Percepatan Involusi uteri, Ibu Post


Partum Daftar Pustaka : 34 (2003 – 2019)

iii
STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2019/2020
KATA PENGHANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmatNya, saya dapat tmenyelesaikan Karya Ilmiah Akhir dengan

judul Pengaruh senam nifas terhadap potensi percepatan involusi uteri pada Ny. I

P1 A0 NH1 dengan perineuraphi di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Tahun

2019.

Banyak pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga Karya

Ilmiah Akhir dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Pada

kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih pada

semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan:

1. Ibu Hj Uun Nurjanah,..M.Kep selaku Ketua STIKes Kharisma Karawang

2. Bapak Ns .Abdul Gowi,M.Kep.Sp.Kep.J selaku Ka Prodi S1 Keperawatan

3. Ibu Ns Rima Novianti, M. Kep selaku pembimbing yang selalu memberikan

bimbingan dan motivasi penuh selama proses penyusunan Karya Ilmiah

Akhir ini sekaligus sebagai penguji

4. Ibu Ns. Astrid Berlian M.Kep selaku penguji yang telah memberikan

masukan untuk perbaikan Karya Ilmiah Akhir ini

5. Staf dosen STIKes Kharisma yang telah membantu kelancaran dalam proses

penyusunan Karya ilmiah Akhir ini.

6. Keluarga terlebih ibunda tercinta, suami dan anak tersayang yang telah

memberikan dukungan doa dan semangat serta bantuan moril selama kuliah

sampai proses penyusunan Karya ilmiah Akhir ini selesai.


7. Rekan mahasiswa Profesi Ners Non Reguler STIKes Kharisma Karawang

yang sudah membantu dan memberikan dorongan semangat untuk kelancaran

penyusunan. Karya ilmiah Akhir ini

Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan mohon maaf apabila dalam

penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini masih terdapat kekurangan.Semoga Karya

Ilmiah Akhir ini dapat diterima dan bermanfaat.

Karawang, Juli 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 5
C. Metode Telaah 5
D. Sistematika Penulisan 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8


A. Konsep Dasar Post Partum 8
B. Konsep Dasar Senam Nifas 23
C. Evidence practice Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan
Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum 31
D. Studi Pendahuluan Sebelumnya 33
E. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 36

BAB III TINJAUAN KASUS 52


A. Laporan Kasus 52
B. Pembahasan 92
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 103
A. Kesimpulan 103
B. Saran 103

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halama
n 1. Tabel 2.1 Perubahan Uterus Selama Postpartum 14
2. Tabel 2.2 Studi pendahuluan sebelumnya 33
3. Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan 44
4. Tabel 3.1 Terapi obat 60
5. Tabel 3.2 Hasil labooratorium 60
6. Tabel 3.3 Analisa data 61
7. Tabel 3.4 Intervensi keperawatan 64
8. Tabel 3.5 Implementasi Keperawatan 76
9. Tabel 3.6 Evaluasi Keperawatan 86
10. Tabel 3.7 Pembahasan kasus dan jurnal 99
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1 Penurunan Tinggi Fundus Uteri 14


2. Gambar 2.2 Pathway Post Partum Spontan (Price, 2006) 22
3. Gambar 2.3 Gerakan senam nifas hari ke 1 26
4. Gambar 2.4 Gerakan senam nifas hari ke2 27
5. Gambar 2.5 Gerakan senam nifas hari ke 3 27
6. Gambar 2.6 Gerakan senam nifas hari ke 4 28
7. Gambar 2.7 Gerakan senam nifas hari ke 5 29
8. Gambar 2.8 Gerakan senam nifas hari ke 6 29
9. Gambar 2.9 Gerakan senam nifas hari ke 7 30
10. Gambar 3.1 Genogram 53
DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup


2. Gambar Dokumentasi
3. SOP Senam Nifas
4. SAP Senam nifas
5. Lembar Bimbingan KIA
6. Lembar Balik Senam Nifas
7. Leaflet Senam Nifas
8. Jurnal Pengaruh Senam nifas terhadap penurunan tunggi fundus uteri
x
BAB I
PENDAHULUA
N

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi
(Kemenkes, 2017). Angka kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
yang sangat penting dalam derajat kesehatan masyarakat. Penyebab kematian
terkait dengan gangguan kehamilan atau cara penanganan selama kehamilan,
melahirkan dan masa nifas.

Sustainable development goals (SDG,s) memiliki beberapa tujuan diantaranya


menjamin kehidupan yang sehat mendorong kesejaterahan bagi semua orang
di segala usia dengan salah satu outputnya mengurangi angka kematian ibu
(AKI) hingga 70 per 100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2030. World
Health Organization (WHO) memperkirakan 830 wanita meninggal setiap
harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran dan pada tahun
2015 sekitar 303.000 wanita meninggal selama kehamilan, persalinan dan
setelah persalinan. Menurut WHO tahun 2018 menyatakan bahwa penyebab
kejadian angka kematian ibu di dunia adalah akibat perdarahan 27%, infeksi
11%, hipertensi dalam kehamilan sebesar 14%, komplikasi abortus sebesar
8%, partus lama dan lainnya sebesar 9%.. Diperkirakan di seluruh dunia setiap
tahunnya lebih dari 585.000 ibu hamil meninggal saat hamil dan bersalin
(Kemenkes RI,2015)

Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia menempati peringkat tertinggi se


Asia Tenggara pada tahun 2014, dimana ada 214 angka kematian ibu /100.000
kelahiran hidup diikuti oleh Philipina 170 angka kematian ibu/100.000
kelahiran hidup dan Vietnam 160 anka kematian ibu/100.000 kelahiran hidup.
1
Sementara angka kematian ibu (AKI) di provinsi Jawa Barat pada tahun 2014
sebesar 73 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Sedangkan
penyebab angka kematian ibu di Indonesia yaitu perdarahan menjadi angka
tertinggi dibandingkan penyebab kematian maternal lainnya seperti keracunan
dalam kehamilan, aborsi dan infeksi (Kemenkes RI, 2015). Penyebab
Perdarahan antara lain lain : atonia uteri 50-60%, retensio plasenta 23-24%,
laserasi jalan lahir 4 - 5%, kelainan darah 0,5-0,8% (Wuryanti,2010).

Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Pada masa
nifas, mayoritas ibu merasa takut untuk melakukan pergerakan, mereka
khawatir gerakan yang dilakukkan dapat menimbulkan dampak seperti nyeri
dan perdarahan, sehingga masih banyak ibu takut untuk bergerak dan
menggunakan sebagian waktunya untuk tidur (Nugroho 2014).Kondisi ibu
pasca melahirkan 2 jam pertama sangat penting untuk dipantau pada masa
nifas.. Gangguan masa nifas salah satunya yaitu proses pemulihan kondisi
fisik ibu yaitu proses involusi uteri. Gangguan proses involusi yang tidak
sempurna diantaranya adalah Subinvolusi yang dapat mengakibatkan
perdarahan dan kematian ibu.

Perdarahan pada ibu post partum dapat terjadi akibat kegagalan miometrium
untuk berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi
penuh, kurang baik dan lembek. Salah satu cara agar kontraksi otot-otot uterus
tetap baik sampai akhir nifas yaitu dengan mobilisasi dini dan gerakan
sederhana seperti senam nifas. Karena senam nifas merupakan latihan
peregangan otot-otot yang dilakukan setelah persalinan (Indriarti, 2009).

Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah
melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan
dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula.(Sukaryati
dan Maryunani, 2011). Yang mana salah satu tujuan senam nifas
mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi organ
kandungan.Senam nifas memiliki manfaat untuk membantu penyembuhan
rahim, perut, dan otot panggul yang mengalami trauma serta mempercepat
kembalinya bagian-bagian tersebut kebentuk normal, membantu menormalkan
sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan kehamilan dan persalinan, serta
mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut.menghasilkan mamfaat
psikologis yaitu menambah kemampuan menghadapi stres dan bersantai
sehingga mengurangi stres pasca persalinan, menumbuhkan atau
memperbaiki nafsu makan sehingga asupan makanan bisa mencukupi
kebutuhannya. (Sujiyanti,Nurjannah, Kurniati, 2010).

Indikasi dilakukan senam nifas pada saat sang ibu benar-benar pulih dan tidak
ada komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas (misalnya hipertensi, pasca
kejang, demam). Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam
setelah melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari. Dengan
melakukan senam sesegera mungkin, diharapkan dapat menghasilkan hasil
yang lebih optimal dengan melakukan secara bertahap. Senam dapat
dilakukan pada waktu pagi atau sore hari. Sebaiknya dilakukan setelah
memberikan ASI kepada bayi dan 1-2 jam setelah makan. Hal tersebut
bertujuan agar senam nifas dapat dilakukan dengan nyaman tanpa adanya
nyeri karena pembengkakan payudara. Selain itu senam nifas yang dilakukan
1-2 jam setelah makan memberi tenaga tetapi tidak membuat perut sakit.
Gerakan senam nifas dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga
yang tersulit (Marmi, 2012).

Masalah yang dapat timbul bila ibu post partum tidak melakukan senam nifas
diantaranya adalah Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga
sisa darah tidak dapat dikeluarkan, terjadi perdarahan yang abnormal karena
kontraksi uterus yang tidak baik., trombosis vena (sumbatan vena oleh
bekuan darah), timbul varises. Masalah tersebut dapat dicegah salah satu
caranya dengan melakukan senam nifas hal ini diperkuat oleh hasil penelitian
Labamondo, tahun 2019 yang berjudul Pengaruh senam nifas terhadap
penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum di Klinik Kartika Jaya
tahun 20019. Dimana sampel terdiri dari 2 kelompok dengan 20 responden,
menunjukkan perbedaan yang signifikan dari penurunan tinggi fundus uteri
pada ibu post partum antara kelompok yang melakukan senam nifas dan tidak
senam nifas di Klinik Kartika Jaya dibuktikan dengan P Value = 0,002. Maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam nifas terhadap penurunan
tinggi fundus uteri.

Berdasarkan studi pendahuluan dari Rekam Medis kebidanan RSUD


Karawang pada tahun 2018 jumlah kasus persalinan sebanyak 1731, dengan
kasus partus spontan dengan perineuraphi di Ruang Rawat Gabung RSUD
Karawang sebanyak 860. Dari hasil pengamatan selama 3 hari di Ruang
Rawat Gabung dari 12 orang ibu post partum di dapatkan ada 3 orang yang
mengalami perdarahan post partum karena kontraksi uterus yang kurang
maksimal (Suninvolusi uteri), dan saat dilakukan pengukuran tinggi fundus
uteri 6 orang ibu post partum hari kedua tinggi fundus uteri antara 2-3 cm
dibawah pusat dan 3 orang ibu post partum hari ketiga tinggi fundus uteri
antara 3-4 cm. Hasil wawancara pada 3 orang ibu yang mengalami
perdarahan 2 orang ibu mengatakan enggan untuk melakukan mobilisasi dini
karena takut nyeri dan mengganggu jahitan pada jalan lahir sementara 1
orang lagi karena partus lama. Hal ini diperkuat hasil wawancara dengan
klien dan petugas bidan di ruang Rawat Gabung RSUD Karawang masih
jarang diajarkan tentang senam nifas pada ibu post partum dalam 24 jam
setelah melahirkan.

Penulis berasumsi, selain senam nifas, involusi uteri bisa dilakukan dengan
post natal massage, hanya berdasarkan hasil penelitian Kusbandiyah yang
menyimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Post natal massage
dengan proses involusi uteri berbanding terbalik dengan penelitian
Labamondo, tahun 2019 yang menyimpulkan ada hubungan bermakna antara
senam nifas dengan involusi uteri, sehingga berdasarkan latar belakang diatas
dan fenomena yang terjadi penulis tertarik untuk melakukan aplikasi jurnal
dalam asuhan keperawatan yang dituangkan dalam karya ilmiah akhir yang
berjudul Pengaruh Senam Nifas Terhadap Potensi Percepatan Involusi uteri
pada Ny I P1 A0 NH1 dengan perineuraphi di Ruang Rawat Gabung RSUD
Karawang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan dan implementasi
Pengaruh Senam Nifas terhadap Potensi Percepatan involusi uteri pada
Ny. I P1 A0 NH1 dengan Perineuraphi di Ruang Rawat Gabung
RSUD Karawang.

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny I P1 A0 NH1 dengan
Perineuraphi.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.I P1 A0 NH1
dengan Perineuraphi.
c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada Ny.I P1 A0 NH1
dengan Perineuraphi.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada Ny.I P1 A0 NH1
dengan Perineuraphi.
e. Mengevaluasi sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan
f. Melakukan dokumentasi terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan
g. Penulis mampu mengaplikasikan senam nifas pada Ny.I P1 A0
NH1 dengan Perineuraphi.
h. Penulis mampu membandingkan kesenjangan antara teori dan
hasil implementasi keperawatan.

C. METODE TELAAH
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan metode deskriptif
dalam studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang meliputi : pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Adapun pengumpulan datanya meliputi :
1. Observasi partisipasif
Suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menegakkan
pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien
selama di Rumah Sakit dan lebih bersifat objektif yaitu dengan
mengukur tinggi fundus uteri setiap harinya.
2. Wawancara
Di peroleh dengan cara mengadakan tanya jawab kepada klien dan
keluarga serta tenaga kesehatan lainnya untuk mendapatkan
keterangan.
3. Studi dokumenter
Memperoleh dengan cara mempelajari buku laporan, catatan medis,
serta hasil pemeriksaan yang ada.
4. Studi kepustakaan
Dengan mempelajari buku-buku dan penelitian yang ada untuk
membantu, menegakan diagnosa keperawatan serta intervensi
keperawatan.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Karya Ilmiah Akhir ini,
penulis menggunakan sitematika penulisan yang terdiri dari 4 bab yaitu :
Bab I Pendahuluan: Membahas latar belakang yang mendasari pembuatan
karya ilmiah, tujuan umum dan tujuan khusus, metode telaah dan sistematika
penulisan yang digunakan.

Bab II Tinjauan teoritis dan Asuhan keperawatan: Membahas mengenai


teori-teori tentang post partum normal, involusi uterus dan senam nifas.

Bab III Tinjauan Kasus: Bab ini membahas kasus kelolaan utama yang berisi
ringkasan kasus dan asuhan keperawatani yang sudah dilakukan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan Evidence Based Practice.

Bab IV Penutup: Pada bab ini membahas kesimpulan dan beberapa saran dari
karya tulis ilmiah yang diberikan terkait dengan asuhan keperawatan pada
pasien dengan ibu nifas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR POST PARTUM


1. Pengertian
Post partum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai
minggu keenam setelah melahirkan (Marmi, 2012). Menurut Departemen
kesehatan RI dalam Padila (2014), post partum atau masa post partum
adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat selesai persalinan
sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil dan
lamanya post partum kurang lebih 6 minggu.

2. Periode masa nifas


Periode nifas adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ -organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode masa
nifas di bagi atas :
a. Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan
jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6–8
minggu.
c. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu – minggu,
bulanan atau tahunan.

3. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktorhormonal, struktur rahim, pengaruh

8
tekanan pada syaraf dan nutrisi ( Cashion, Perry, et.al, 2013 ). Dimana
teori-teori tersebut adalah : Teori penurunan hormone Teori placenta
menjadi tua, Teori distensi rahim, Teori iritasi mekanik dan induksi
partus.

4. Adaptasi fisiologis post partum


Pada masa nifas, organ reproduksi interna dan eksterna akan mengalami
perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Selain organ reproduksi,
beberapa perubahan fisiologi yang terjadi selama masa nifas adalah
sebagai berikut :
a) Sistem Reproduksi
1) Involusio Uteri
(a) Pengertia
n
Involusi uterus adalah perubahan keseluruhan kebentuk
sebelum hamil, dimana terjadi pengorganisasian dan
pengguguran desidua serta penngelupasan sistus plasenta
sebagaimanan diperhatikan dengan pengurangan dalam
bentukukuran dan berat uterus.
Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke bentuk sebelum hamil dengan berat sekitar 60
gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir
akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Involusi uterus
meliputi reorganisasi dan pengeluaran
desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan
plasenta yang ditandai dengan dengan penurunan ukuran
dan berat serta perubahan pada lokasi uterus, warna dan
jumlah lochea.

Involusi uterus di mulai setelah proses persalinan yaitu


setealh plasenta sdi lahirkan. Proses involusi berlangsung
kira-kira selama 6 minggu. Setelah plasenta terlepas dari
uterus, fundus uteri dapat di palpasi dan berada pada
pertengahan pusat dan symphisis pubis atau sedikit lebih
tinggi. Tinggi fundus uterik setelah persalinan di
perkirakan sepusat atau 1cm di bawah pusat. proses
involusi uterus yang terjadi pada nifas melalui tahapan
berikut :
(1) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik
akakn memendekan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan
5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Diketahui
adanya penghancuran protoplasma dan jaringan yang
di serap okeh darah kemuidian di keluarkan oleh
ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah
melahirkan ibu sering buang air besar. Pengrusakan
secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan
ini di sebabkan karena penurunan hormon esterogen
dan progesteron.
(2) Atrofi Jaringan
Atrofi jaringan yaitu jaringan yang berpoliferasi
dengan adanya penghentian produksi esterogen dalalm
jumlah besar yang menyertai pelepasan plasenta.
Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan
desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan
meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi
menjadi endometrium yang baru.
Setelah kelahiran bayi dan plasenta, otot uterus
berkontraksi sehingga sirkulasi darah ke uterus
terhenti yang menyebabkann uerus kekurangan darah
(lokal ikshemia). Kekurangan darah ini bukan hanya
karena kontraksi dan redaksi yang cukup lama seperti
tersebut di atas tetapi di sebabkan oleh pengurangan
aliran darah ke uterus, karena pada masa hamil uterus
harus membesar menyesuaikan diri dengan
pertumbuhan janin. Untuk memenuhui kebutuhannya,
darah banyak di alirkan ke uterus mengadakan
hipertropi dan hiperplasi setelah bayi di lahirkan tidak
di perlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang,
kembali seperti biasa.
(3) Efek Oksitosin
Efek ksitosin merupakan zat yang dapat merangsang
myometrium uterus sehingga dapat berkontraksi.
Kontraksi uterus merupakan satu proses yang
kompleks dan terjadi karena adanya pertemuan aktin
dan myocin denagn demikian aktin dan myosin
merupakan koomponmen kontraksi. Pertemuan aktin
dan myocin disebabkan karena adanya Myocin light
chine kinase (MLCK) dan dependent myocin ATP ase,
proses ini dapat di percepat oleh banyaknya ion
kalsium yang masuk dalam sel, sedangkan oksitosin
merupakan suatu hormon yang memperbanyak
masuknya ion kalsium ke dalam intra sel. Sehingga
dengan adanya oksitosin dapat memperkuat kontraksi
uterus.
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, di duga terjadi sebagai
respon terhadap penurunan volume intrauterin yang
sangat besar. Hormon oksitosin yang terlepas dari
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontaksi
uterus, mengkompresi pembuluh darah dan membantu
proses hemeostatis. Kontraksi dan reaksi otot uterin
akan mengurangi pendarahan selama 1 sampai 2 jam
pertama masa nifas intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi teratur, karena itu penting
sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus
pada masa ini.

(b) Mekanisme terjadinya kontraksi pada uterus melalui 2 cara


yaitu
(1) Kontraksi oleh ion kalsium
Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos
mengandung sejumlah besar di awali dengan ion
kalsium berkaitan dengan calmodulinh. Kombinasi
calmodulin. Kombinasi calmodulin ion kalsium
bergabung dengan sekaligus mengaktifkan myosin
kinase yaitu enzim yang melakukan fosforilase
sebagai respon terhadap myosin kinase.
Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi, siklus
perlekatan-perlepasan kepala myosin dengan filament
aktin tidak akan terjadi. Tetapi bila rantai pengaturan
mengalami fosforilasi, kepala memiliki kemampuan
untuk berikatan secara berulang dangern filamen
aktindan bekerja melalui seluruh proses siklus tsriksn
berkala sehingga menghasilkan kontraksi otot uterus.
(2) Kontraksi yang di sebabkan oleh hormon
Ada beberapa hormon yang mempengaruhi adalah
epinefrin, norepinefrin, angiotensin, endhothelin,
vasoperin, oksitonin, dan histamine. Beberapa reseptor
hormon pada membran otot polos akan membuka
kanal ion kalsium dan natrium serta menimbulkan
depolarisasi membran. Kadang timbul potensial aksi
yang telah terjadi. Pada keadaan lain, terjadi
depolarisasi tanpa di sertai dengan potensial aksi dan
depolarisasi ini membuat ion kalsium masuk ke dalam
sel sehingga terjadi kontaksi pada otot uterus dengan
demikian proses involusi terjadi sehingga uterus
kembali pada ukuran dan tempat semula.Adapun
kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual
artinya, tidak sekaligus tetapi setingkat. Sehari atau 24
jam setelah persalinan. Fundus uteri agak tinggi
sedikit di sebabkan oleh adanya pelemasan uterus
segmen atas dan uterus bagian bawah terlalu lemah
dalam meningkatkan tonusnya kembali. Tetapi setelah
tonus otot-otot kembali fundus uterus akan turun
sedikit demi sedikit.

(c) Pengukuran Involusi Uterus


Pengukuran involusi uterus dapat di lakukan dengan
mengukur tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan juga
dengan pengeluaran lokia.
(1) Tinggi Fundus Uterus (TFU)
Setelah bayi di lahirkan, uterus yang selama
persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan
menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh
darah besar yang bermuara pada bekas implantasi
plasenta. Pada hari pertama ibu nifas tinggi fundus
uteri kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm). Pada hari
kelima nifas uterus menjadi 1/3 jarak antara symphisis
ke pusat. Dan hari ke 10 fundus sukar di raba di atas
symphisi. Tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap hari.
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas dapat di
lihat pada gambar dan tabel di bawah ini
Tabel 2.1 : Perubahan Uterus Selama Postpartum
Waktu TFU Bobot Diameter Servik
Pada akhir Setinggi pusat 900 – 1000 12,5 cm Lembut
persalinan gram /lunak
12 jam Sekitar 12 – 13 cm - - -
dari atas symphisis
atau 1 cm di bawah
pusat/sepusat
3 hari 3 cm dibawah - - -
pusat selanjutnya
turun 1cm/hari
Hari ke-7 5-6 cm dari pinggir 450 – 500 7,5 cm 2 cm
atas gram
symphisis atau
½ pusat
symphisis
Hari ke-14 Tidak teraba 200 gram 5,0 cm 1 cm

Hari ke-40 Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit

Gambar 2..1
Perubahan Fundus uteri
Pemeriksaan Tinggi fundus uteri meliputi :
1. Penentuan lokasi/letak uterus.
Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau
dibawah umbilikus dan apakah fundus berada digaris tengah
abdomen/bergeser ke salah satu sisi.
2. Penentuan ukuran/tinggi uterus
Pengukuran tinggi fundus uteri dapat dilakukan dengan
menggunakan meteran atau pelvimeter. Untuk meningkatkan
ketepatan pengukuran sebaikanya dilakukan oleh orang yang
sama. Dalam pengukuran tinggi uterus ini perlu diperhatikan
apakah kandung kemih dalam keadaan kosong atau penuh
dan juga bagaimana keadaan uterus apakah dalam keadaan
kontraksi atau rileks.
3. Penentuan konsistensi uterus
Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba sekeras
batu dan uterus lunak dapat dilakukan, terasa mengeras
dibawah jari-jari ketika tangan melakukan masasse pada
uterus. Dalam mengkaji konsistensi perhatikan juga apa ada
rasa nyeri. Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan
dalam involusi tersebut disebut subinvolusi. Subinvolusi
sering disebabkan infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta
dalam uteus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan
dengan normal atau terlambat, bila sub involusi uterus tidak
ditangani dengan baik, akan mengakibatkan perdarahan
yang berlanjut atau perdarahan post partum.
Ciri – ciri subinvolusi atau proses involusi yang abnormal
diantaranya: tidak secara progresif dalam pengembalian
ukuran uterus. Uterus teraba lunak dan kontraksi buruk, sakit
pada punggung atau nyeri pada pelvik yang konsisten,
perdarahan pervaginam abnormal seperti perdarahan segar,
lokia rubra banyak, persisten dan berbau busuk.
2) Lochea
Yaitu sekret dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas.
Lochia dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
(a) Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua,
sisa-sisa chorion, liquor amni, rambut lanugo, verniks
caseosa sel darah merah.
(b) Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7, warnah merah kecoklatan
bercampur lendir, banyak serum selaput lendir, leukosit,
dan kuman penyakit yang mati.
(c) Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna
agak kuning cair dan tidak berdarah lagi.
(d) Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput
lendir, mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks
dan kuman penyakit yang sudah mati
.
3) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak,
kadang-kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir
tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat
dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

4) Vagina dan perineum


Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara
berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae ( lipatan-
lipatan atau kerutan-kerutan ) timbul kembali pada minggu
ketiga. Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka
perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah
persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat
ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus
diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat
dengan pemeriksaan spekulum. Pada perineum terjadi robekan
pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya
terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala
janin terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran
yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito
bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas
episiotomi lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik.

b) Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan
dalam proses tersebut.
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi
ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus
kembali ke bentuk normal.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan
prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui
bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita
yang tidak menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin
menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga
merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol
ovarium ke arah permulaan pola produksi estrogen dan
progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan
menstruasi.
3) Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan
bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon
antidiuretik yang mengikatkan volume darah. Di samping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva, serta vagina.

c) Sistem kardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah
sama sekali. Tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik
20 mmHg. Jika ada perubahan posisi, ini disebut dengan hipotensi
orthostatik yang merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap
penurunan resistensi di daerah panggul.

d) Sistem Urinaria
Selama proses persalinan, kandung kemih mengalami trauma yang
dapat mengakibatkan udema dan menurunnya sensitifitas terhadap
tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan, tekanan yang
berlebihan dan kekosongan kandung kemih yang tidak tuntas, hal ini
bisa mengakibatkan terjadinya infeksi. Biasanya ibu mengalami
kesulitan buang air kecil sampai 2 hari post partum.
e) Sistem Gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran
cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan,
haemoroid, dan laserasi jalan lahir
.
f) Sistem Muskuloskeletal
Ambulasi pada umumnya mulai 1-8 jam setelah ambulasi dini untuk
mempercepat involusio rahim.
Otot abdomen terus-menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnya tonus otot, yang tampak pada masa
post partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kendor. Selama
kehamilan otot abdomen terpisah disebut distensi recti abdominalis,
mudah di palpasi melalui dinding abdomen bila ibu telentang.
Latihan yang ringan seperti senam nifas akan membantu
penyembuhan alamiah dan kembalinya otot pada kondisi normal.

g) Sistem kelenjar mamae


1) Laktasi
Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang
disekresi payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran
bayi, dapat diperas dari putting susu.
2) Kolostrum
Dibanding dengan susu matur yang akhirnya disekresi oleh
payudara, kolostrum mengandung lebih banyak protein, yang
sebagian besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetapi
gula dan lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum
mengandung globul lemak agak besar di dalam yang disebut
korpustel kolostrum, yang oleh beberapa ahli dianggap
merupakan sel-sel epitel yang telah mengalami degenerasi
lemak dan oleh ahli lain dianggap sebagai fagosit mononuclear
yang mengandung cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum
bertahan selama sekitar lima hari, dengan perubahan bertahap
menjadi susu matur. Antibodi mudah ditemukan dalam
kolostrum. Kandungan immunoglobulin A mungkin
memberikan perlindungan pada neonatus melawan infeksi
enterik. Faktor-faktor kekebalan hospes lainnya, juga
immunoglobulin - immunoglobulin, terdapat di dalam
kolostrum manusia dan air susu. Faktor ini meliputi komponen
komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin,
laktoperoksidase, dan lisozim.
3) Air susu
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama
dengan kehamilan. Buah dada belum mengandung susu
melainkan yaiu cairan colostrum yang dapat dikeluarkan
dengan memijat aerola mammae. Colostrum yaitu cairan kuning
dengan berat 1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan mengandung
protein dan garam, juga euglobin yang mengandung antibodi,
bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra
indikasi.

h) Sistem Integumen
Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hiperpigmentasi kulit. Hiperpigmentasi pada aerola mammae dan
linea nigra mungkin menghilang sempurna sesudah melahirkan.

2. Adaptasi Psikologi Ibu Post Partum


Menurut Rubin dalam Varney (2007) Adaptasi psikologis post parfum di bagi
dalam 3 periode yaitu sebagai berikut :
1. Periode Taking In
a. Berlangsun g 1-2 hari setelah melahirkan
b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain. Mengharapkan segala
sesuatu kebutuhan dapat di penuhi orang lain.
d. Perhatiannya tertuju pada kekhwatiran akan perubahan tubuhnya
e. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan
secara berulang-ulang.
f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya secara sediakala.
g. Nafsu makan makin bertambah sehingga di butuhkan peningkatan
nutrisi, dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan
proses pemulihan.

2. Periode Taking Hold


a. Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
b. Pada fase ini ibu khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi.
c. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung.oleh
karena itu,ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat.
d. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan
begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.
e. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan b uang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya.

3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan
b. Secara umum fasi ini trjadi ketika ibu kembali ke rumah.
c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
d. Keinginan untuk merawat bayinya meningkat.
e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues.

4. Patofisiologi Post Partum

Post partum spontan

Perubahan Fisiologis Perubahan Psikologis

Taking In (tergantung orang Lain)

Involusi uterus Vagina dan perineum Lactasi Pencapaian peran menjadi orang tua

Kontraksi uterus Ruptur Jaringan Struktur Payudara

After Pain Trauma jalan lahir Hormon oksitosin Prolaktin Pembentuk ASI

ASI tidak keluar

Ketidaknyamanan pasca

Partum Prosedur invasif

Menyusui efektif

Masuknya kuman mikroorganisme

Risiko infeksi

Skema 2.1

Parthway Post Partus Spontan ( Price, 2006)


B. KONSEP DASAR SENAM NIFAS
1 . Pengertian
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin
setelah melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama
kehamilan dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti
semula.(Sukaryati dan Maryunani, 2011).

Menurut Widianti dan Proverawati (2010), senam nifas adalah latihan


jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan, dimana
fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk
mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi,
memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah
kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul dan
perut.

2. Tujuan Senam Nifas


Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), tujuan dilakukannya senam
nifas pada ibu setelah melahirkan adalah :
a. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu.
b. Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi organ
kandungan
c. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot
panggul, perut dan perineum terutama otot yang berkaitan selama
kehamilan dan persalinan.
d. Memperlancar pengeluaran lochea.
e. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan.
f. Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan
persalinan.
g. Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya
emboli, trombosis dan lain-lain.
h. Memperlancar ASI (Air Susu Ibu) dalam hal ini membantu fungsi
payudara dan memulihkan ketegangan karena lelah merawat bayi.
i. Mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil
( Maryunani & Sukaryati, 2011).

3. Kerugian Tidak Melakukan Senam Nifas.


a. Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah
tidak dapat dikeluarkan.
b. Terjadi perdarahan yang abnormal, karena kontraksi uterus yang
tidak baik.
c. Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah).
d. Timbul varises.

4. Kontra indikasi senam nifas


Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak
diperbolehkan untuk melakukan senam nifas dan ibu yang keadaan
umumnya tidak baik misalnya : hipertensi, pasca kejang dan demam
(Wulandari dan Handayani, 2011). Demikian juga ibu yang menderita
anemia dan ibu yang mempunyai riwayat jantung dan paru-paru
sebaiknya tidak melakukan senam nifas (Widianti dan Proverawati,
2010).

5. Waktu dilakukan senam nifas


Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari. Dengan
melakukan senam sesegera mungkin, diharapkan dapat menghasilkan
hasil yang lebih optimal dengan melakukan secara bertahap. Senam
nifas dapat dilakukan pada waktu pagi atau sore hari.Sebaiknya
dilakukan setelah memberikan ASI kepada bayi dan 1-2 setelah makan.
Hal tersebut bertujuan agar senam nifas dapat dilakukan dengan
nyaman tanpa adanya nyeri karena pembengkakan payudara. Selain
itu senam nifas yang dilakukan 1-2 jam setelah makan memberi
tenaga tetapi tidak membuat perut sakit.
6. Pelaksanaan Senam Nifas.
Sebelum melakukan senam nifas, sebaiknya kita mengajarkan
kepada ibu untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan
dapat dilakukan dengan melakukan latihan pernapasan dengan cara
menggerak - gerakkan kaki dan tangan secara santai. Hal ini
bertujuan untuk menghindari kejang otot selama melakukan gerakan
senam nifas.

7. Tata Cara Melakukan Senam Nifas.


Senam nifas ini merupakan latiahan yang tepat untuk memulihkan
tubuh ibu dan untuk memulihkan keadaan ibu baik psikologis maupun
fisiologis. Latihan ini dilakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan
setiap harinya dan akan meningkat secara berlahan-lahan.
Sebelum melakukan senam nifas ada hal-hal yang perlu dipersiapkan
yaitu sebagai berikut:
a. Memakai baju yang nyaman untuk berolahraga.
b. Persiapkan minum, sebaiknya air putih.
c. Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur.
d. Ibu yang melakukan senam nifas di rumah sebaiknya mengecek
denyut nadinya dengan memegang pergelangan tangan dan
merasakan adanya denyut nadi kemudian hitung selama satu
menit penuh. Frekuensi nadi yang normal adalah 60 - 90 kali per
menit.
e. Boleh diiringi dengan musik yang menyenangkan jika ibu
menginginkan.
f. Petunjuk untuk tenaga kesehatan yang mendampingi ibu untuk
melakukan senam nifas: perhatikan keadaan umum ibu dan
keluhan – keluhan yang dirasakan, pastikan tidak ada kontra
indikasi dan periksa tanda vital secara lengkap untuk memastikan
pulihnya kondisi ibu yaitu tekanan darah, suhu pernafasan, dan
nadi. Perhatikan pula kondisi ibu selama senam. Tidak perlu
memaksakan ibu, jika tampak berat dan kelelahan. Anjurkan
untuk minum air putih jika diperlukan.

8. Tahapan senam nifas.


a. Hari pertama
Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas perut di
bawah area iga – iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung
tahan hingga hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan
melalui mulut, kencangkan dinding abdomen untuk membantu
mengosongkan paru – paru. Lakukan dalam waktu 5 – 10 kali
hitungan pada pagi dan sore hari

Gambar 2.2
Gerakan senam hari
pertama
Rasional :
Latihan pernafasan ini ditujukan untuk memperlancar peredaran
darah dan pernafasan. Seluruh organ-organ tubuh akan
teroksigenasi dengan baik sehingga hal ini juga akan membantu
proses pemulihan tubuh.

b. Hari kedua
Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak
terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan
lengan kanan. Pada waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri
dan regangkan kaki kanan. sehingga ada regangan penuh pada
seluruh bagian kanan tubuh. Lakukan 15 kali gerakan pada pagi
dan sore

Gambar 2.3
Gerakan senam hari kedua
Rasional :
Latihan ini di tujukan untuk memulihakan dan menguatkan
kembali otot-otot lengan

c. Hari ketiga
Kontraksi vagina. Berbaring terlentang. Kedua kaki
diregangkan.Tarik dasar panggul, tahan selama 3 detik dan
kemudian rileks. Lakukan 5-6 kali dalam latihan pagi dan sore.

Gambar 2.4
Gerakan senam hari ketiga
Rasional :
Latihan ini di tujukan untuk menguatkan kembali otot - otot daar
panggul yang sebelumnya otot-otot ini bekerja dengan keras
selama kehamilan dan persalinan.
d. Hari keempat
Memiringkan panggul. Berbaring lutut ditekuk. Kontraksikan/
kencangkan otot – otot perut sampai tulang punggung mendatar
dan kencangkan otot – otot bokong tahan 3 detik kemudian rileks.
Lakukan dalam 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.

Gambar 2.5
Gerakan senam nifas hari keempat

Rasional :
Latihan ini di tujukan untuk memulihakan dan menguatkan
kembali otot-otot punggung.

e. Hari kelima
Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut.
Angkat kepala dan bahu kira – kira 45°, tahan 3 detik dan rileks
dengan perlahan. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan pada pagi
dan sore
Gambar 2.6
Gerakan senam hari ketiga

Rasional :
Latihan ini bertujuan untuk melatih sekaligus otot-otot tubuh
diantaranya otot-otot punggung, otot-otot bagian perut, dan otot-
otot paha.

f. Hari keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping
badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90° secara bergantian
antara kaki kiri dan kaki kanan. Jangan menghentak ketika
menurunkan kaki, lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi
gerakan sebanyak 8 kali pada pagi dan sore hari.

Gambar 2.7
Gerakan senam nifas hari keenam
Rasional :
Latihan ini ditujukan untuk menguatkan otot-otot di kaki yang
selama kehamilan menyangga beban yang berat. Selain itu
untuk memperlancar sirkulasi di daerah kaki sehingga
mengurangi resiko edema kaki.

g. Hari ketujuh
Tidur telentang dengan kaki terangkat keatas, badan agak
melengkung dengan letak pada kaki bawah lebih atas. Lakukan
gerakan pada jari – jari kaki seperti mencakar dan meregangkan,
selanjutnya diikuti dengan gerakan ujung kaki secara teratur
seperti lingkaran dari luar ke dalam, kemudian gerakkan telapak
kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti menggergaji.
Lakukan gerakan ini masing – masing selama setengah menit
dengan 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.
Gambar 2.6
Gerakan senam nifas hari ketujuh

NB : Ingat kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan


kedua tangan yang ditekuk ke belakang kepala untuk mendorong
tubuh untuk duduk karena akan berpotensi menimbulkan nyeri
leher. Lakukan perlahan, tidak menghentak dan memaksa.

Rasional :
Menguatkan otot-otot di kaki dan memperlancar sirkulasi sehingga
mengurangi resiko edema kaki.

C . Evidence Base Practice Pengaruh Senam Nifas Terhadap proses


involusi uteri
1. Populasi
Penelitian dilaksanakan di di Klinik Kartika Jaya Samarinda pada
bulan April – Mei 2019. Sampel terdiri dari 20 responden. Ibu
post partum yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
intervensi (kelompok melakukan senam nifas ) dan kelompok
kontrol ( kelompok yang tidak melakukan senanm nifas). Kedua
kelompok tersebut dilakukan pengukuran Tinggi fundus uteri
tahap I (Pretest), selanjutnya hari ke 6 dilakukan pengukuran TFU
yang kedua (post test) pada kedua Kelompok.
2. Issue-issue
. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti angka kematian ibu
di Kota Samarinda tahun 2016 mencapai 40 per 100.000 kelahiran
dan pada tahun 2017 terjadi peningkatan yang signifikan yakni 91
per 100.000 kelahiran. Dimana penyebab utama kematian ibu yaitu
perdarahan sebesar 30,13%, Hipertensi 27,1 % dan infeksi sebesar
7,3 %. Perdarahan post partum yang paling sering disebabkan oleh
atoni uteri sebanyak 50-60%. Perdarahan yang disebabkan karena
kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan
sehingga uterus dalam keadaaan relaksasi penuh dan lembek.Salah
satu cara agar kontraksi otot-otot uterus tetap baik sampai akhir nifas
yaitu melakukan mobilisasi dini dan gerakan sederhana seperti
senam nifas.

3. Intervensi pembanding
Senam nifas besar pengaruhnya terhadap penurunan tinggi Fundus
uteri, penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Maruroh (2012) pada 25 orang responden ibu post partum spontan
dan didapatkan hasil ada pengaruh senam nifas dengan penurunan
tinggi fundus uteri pada ibu post partum. Pada penelitian
LabondoIntan (2019) dengan jumlah responden 20 orang,
dilakukan senam nifas selama 6 hari untuk kelompok intervensi.
Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
Jiarti Kusbandiyah yang mengatakan Proses involusi berjalan
fisiologis baik dari kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol.
Jadi dapat disimplkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
Post natal massage dengan proses involusi uteri.

5 Out Come
Ibu post partum yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
intervensi (kelompok melakukan senam nifas ) hasil pengukuran
TFU pretest adalah 12,9 cm dan kelompok kontrol ( kelompok
yang tidak melakukan senam nifas) hasil pengukuran TFU pretest
12.8 cm. Setelah kelompok intervensi melakukan senam selama 6
hari kemudian dilakukan pengukuran TFU kembali (post test
didapatkan hasil 5,20 cm sementara kelompok kontrol ( yang tidak
melakukan senam ) dilakukan pengukuran TFU post test
didapatkan hasil 6.60 cm. Berdasarkan hasil uji beda rerata,
terdapat perbedaan penurunan tinggi fundus uteri yan bermakna
Antara pre dan post pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol dengan P Value 0,002 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
terdapat pengaruh senam nifas terhadap penurunan tinggi fundus
uteri pada ibu post partum di klinik kartika jaya Kota Samarinda.

6. T : Batas Waktu
Jenispenelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
experimental dengan desain pre-test post-test control group. Latihan
senam nifas dilakukan sekali dalam sehari sebanyak 5 – 10 siklus
selama 6 hari. Tinggi fundus uteri pada hari I ( pre test) pada
kelompok intervensi 12,9 cm dan post-test hari ke enam 5,20 cm.

D. STUDI PENDAHULUAN SEBELUMNYA


Tabel 2.1
Studi Pendahuluan Sebelumnya

Judul
Nama Jenis
No Artikel&Nam Variabel Hasil
Peneliti penelitian
a jurnal
1 Pengaruh Senam Intan Independe Pre Hasil
nifas terhadap Labamondo, n experimen penelitian
penurunan Tinggi Supriadi, Pengaruh dengan menunjukkan
fundus Uteri Pada Rahmawati senam Pretest- perbedaan
Ibu Post Partum Wahyuni nifas Posttest yang
Di Klinik Kartika Dependen control signifikan dari
Jaya Tahun 2019 Penurunan grup design penurunan TFU
tinggi pada ibu Post
fundus Partum antara ibu
yang melakukan
senam dan yang
Judul
Nama Jenis
No Artikel&Nam Variabel Hasil
Peneliti penelitian
a
jurnal
uteri tidak senam nifas di
Klinik Kartika Jaya
dibuktikan dengan
P = 0.002
2 Pengaruh Senam Ika Nur Independe Desain Berdasarkan
Nifas Terhadap Saputri, n Quasi hasil penelitian
Proses Involusi Rahmad Pengaruh experiment dan
Uteri Pada Ibu Gurusinga, senam al pembahasan
Post Partum di Nurmailaini nifas menunjukkan
Klinik friska. Dependen hasil P = 0,000,
Bidan Terhadap maka dapat
nining Pelawati proses disimpulkan
Lubuk Pakam Involusi ada pengaruh senam
tahun 2019 uteri pada nifas
ibu post terhadap penurunan
partum fundus uteri
3 Pengaruh Senam Yulita Elvira Independe Rancangan Hasil
Nifas Terhadap Silviani, Isti n pra penelitian
Kecepatan Maryana Pengaruh eksperimen menunjukkan dari
Involusi Uteri Senam dengan 32 responden
Pada Ibu Nifas Di Nifas desain the involusiuteri
PBM Wilayah Dependen static group sebelum senam nifas
Kerja Kecepatan comparison rata-rata 12,50,
Puskesmas Basuki involusi setelah
Rahmad uteri pada setelah dilakukan
Kota ibu nipas kontrol ternyata
Bengkulu Tahun kecepatan involusi
2019 uterusnya 6,75.
Dapat
disimpulkan ada
pengaruh senam
nifas
terhadap kecepatan
involusi uteri pada
ibu nifas di wilayah
kerja Puskesmas
Basuki Rahmad
Kota
Bengkulu tahun
2019
4 Pengaruh Nuryani, Independe Penelitian Dari hasil penelitian
Mobilisasi Yuni Purwati n eksperimen dan pembahasan
Dini Dan Senam Pengaruh dengan dapat disimpulkan
Nifas Terhadap mobilisasi rancangan senam nifas sangat
Proses dini dan Posttest berpengaruh besar
Involusi Uteri Ibu senam only Design terhadap involusi
Nifas Di Bangsal nifas uteri pada ibu nifas
An-Nisa
RSU
Judul
Nama Jenis
No Artikel&Nam Variabel Hasil
Peneliti penelitian
a
jurnal
PKU Dependen ditunjukan dengan
Muhammadiyah Proses hasil uji Mann-
Bantul tahun 2017 involusi Whitney diperoleh P
uteri ibu Value sebesar 0,000
nifas < 0,05 di RSU PKU
Muhammadiyah
Bantul.
5 Perbandingan Ineke Independe Desain Berdasarkan
Efektifitas Malahayati n Quasi – hasil penelitian
Mobilisasi Perbandin eksperiment dan
Dini Dan Senam gan al dengan pembahasan,tinggi
Nifas Terhadap efektifitas kelompok fundus uteri
Involusi Uterus mobilisasi pretest- postpartum pada
Pada Ibu dini dan posttest hari pertama pada
Post senam kedua kelompok
Partum Normal Di nifas tidak terdapat
Bidan Praktek Dependen perbedaan (P>0,05).
Mandiri (BPM) Terhadap Pada hari
Kota Involusi ketiga, tinggi fundus
Pematang Siantar uterus uteri pada
pada post kelompok
partum senam nifas lebih
normal rendah (6,44 ± 2,11
cm) daripada
kelompok
mobilisasi dini (8,35
± 3,12 cm), terdapat
perbedaan rerata
1,91 cm (P<0,05).
Hal yang sama juga
ditemukan pada
hari ketujuh
postpartum, tinggi
fundus uteri pada
kelompok senam
nifas lebih rendah
(1,97 ± 2,19 cm)
dibandingkan
dengan
kelompok
mobilisasi dini (4.19
± 2.98 cm), secara
statistik
terdapat
perbedaan antara
kedua kelompok
(P<0,05). Sehingga
dapat disimpulkan
Judul
Nama Jenis
No Artikel&Nam Variabel Hasil
Peneliti penelitian
a
jurnal
Senam nifas lebih
efektif menurunkan
tinggi fundus uteri
dibandingkan
mobilisasi dini.

6 Pengaruh Senam Ineke,SH, Independe Quasy Berdasarkan hasil


Nifas Terhadap Murti Ani, n eksperimen penelitian
Tinggi Sri Sumarni. Pengaruh dan
Fundus Uteri dan senam pembahasan ada
jenis nifas pengaruh ada
Lochea Dependen pengaruh senam
Pada Primipara Terhadap nifas terhadap tinggi
di tinggi fundus uteri dan
Wilayah fundus jenis lochea di dapat
Puskesmas Kaliori uteri nilai P=0,001< a =
Kabupaten dan jenis 0.05
Rembang tahun lochea
2016 pada
Primipara

E. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a Identitas klien
Meliputi nama, umur, prndidikan ,suku bangsa, pekerjaan, agama,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, MR, diagnosa medis, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, tanggal operasi, serta penanggung jawab.
b. Keluhan utama
Keluhan utama di kumpulkan untuk menentukan prioritas intervensi
keperawatan dan untuk mengakji tingakt pemahaman klien tentang
kondisi kesehatannya saat ini, keluhan utama pada post partum adalah
ketidaknyamanan pasca melahiurkan seperti nyeri pada jalan lahir,
sering berkeringat, ketidaktepan pada saat posisi duduk, involusi
uterus, pembengkakan payudara, kurang dukungan dari keluarga dan
petugas kesehatan.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri atau tuidak nyaman dari berbagai
sumber misalnya trauma jalan lahir, nyeri distensi kantung kemih
meliputi keluhan atau berhubungan dengan gangguan atau penyakit
derasakan saat ini dan keluhan yang di rasakan setelah post partum.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Didapatkan data klien kita pernah riwayat melahirkan sebelumnya,
letak bayi sungsang, meliputi penyakit yang lain dapat
mempengaruhi penyakit sekarang, apakah pasien pernah
mengalami penyakit yang sama.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ada yang mengalami riwayat hipertensi, riwayat
genikologi dan menstruasi
a) Riwayat menstruasi
Usia pertama kali haid, siklus haid, banyaknya darah, keluhan
sifat darah dan haid terakhir,HPHT dan tafsiran kehamilan.
b) Riwayat keluarga berencana
Jenis kontrasepsi yang di gunakan sebel;um hamil, waktu dan
lamanya. Apakah ada masalah jenis kontrsepsi yang akan di
gunakan.
4) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang post partum
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya menjaga kebersihan tubuhnya akan
menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Ibu biasanya setelah melahirkan di perbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan ringan dan setelah benar-benar
pulih dari efek analgesia, dan keletihan, kebanyakan ibu
merasa sangat lapar. Permintaan untuk memproleh makanan
dua kali dari jumlah yang bisa di konsumsi disertai
konsumsi camilan yang sering-sering di temukan.
c) Pola aktivitas
Selama kehamilan otot abdomen teregang secara bertahap,
hal ini menyebabkan hilangnya kekenyalan otot pada bmasa
post opartum, terutama menurunnya tonus otot dinding dan
adanya diastasis rektus abdominimalis selainitu sensasi
ekstremitas bawah dapaty berkurang selama 24 jam pertama
setelah persalinan, pada klien post partum dengan
penurunan kekuatan otot yang di sebabkan oleh peregangan
otot.
d) Pola eleminasi
Pada klien post partum spontan terutama pada kandung
kemih dapat terjadi karena letak bloass berdempetan dengan
uterus, dengan demikian kemungkinan dapat terjadi
gangguan piola eliminasi BAK. Kaji urine yang keluar,
jumlahnya dan baunya.
e) Pola Istirahat dan tidur
Pada klien nifas karena terjadi perubahan pada pola
istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan
ketidaknyamanan pasca melahirkan.
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien
dengan keluarga dan orang lain. Dan juga biasanya pola
hubungan komunikasi, dan peran ibu dalam
merawatbayinya seperti memandikan, ,menggendong dan
menyusui, perawatan payudara.
g) Pola penanggulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
Biasanya stress pada ibu setelah post partum adalah gelisah
dan tidak bisa tidur lelap di karenkan bayi menangis di
tengah malam dan nyeri di bagian trauma jalan lahir.
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan tidak nyaman dapa trauma
jalan lahir, dan nyeriu perut akibat involusi, pada pola
kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya
pengetahuan merawat bayinya.
i) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan
kehamilannya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak
psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain
body image dan ideal diri.
j) Pola persepsi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya
proses persalinan dan nifas
5) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum/kesadaran, tanda-tanda vital dan head to toe :
a) Kepala
(1) Rambut : Rambut klien tampak bersih atau kotor,rambut
rontok atau tidak,warna bervariasi
(2) Mata: Mata simetris kiri dan kanan, penglihatan baik
atau tidak, sclera ikhterik/tidak
(3) Telinga : simetris kiri dan kanan,telinga tampak
bersih/tidak
(4) Hidung : simetris kiri dan kanan,bersih/tidak,tidak ada
kelainan.
(5) Mulut dan gigi : Mulut terlihat bersih/kotor, tidak
terdapat sariawan, lembab/kering
b) Leher
Saat di palpasi apakah ada teraba pembengakakan kelenjar
tiroid, warna kulit sekitar sama/tidak.
c) Thorak
(1) Payudara simetris kiri dan kanan, warna sekitar areola
hitam kecoklatan, colostrum ada, tidak ada kelainan pada
payudara, puting susu menonjol.
(2) Paru
I: simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada
normal,ada/tidak terlihat adanya pembengkakan
P: Ada/tidak nyeri tekan, premitus taktil
sama/tidak,ada/tidak teraba massa
P: Redup/sonor
A : Suara nafas vesikuler/ronkhi/wheezing
(3) Jantung
I : ictus cordis terlihat/tidak
P : ictus cordis teraba/tidak
P : Redup/timpani
A : Bunyi jantung lup dup
d) Abdomen
I :Abdomen mungkin masih menonjol/membesar, terdapat
strie gravidarum, linea nigra.
P : TFU turun 1-2 jari tiap 24 jam, abdominalis kembali
normal 6-8 minggu post partum 7-12 cm, konsistensi uterus
keras/lunak/lembek.
P : Redup/timpani
A : Bising usus/peristaltik usus terdengar atau tidak
e) Genitalia
Biasanya pada ibu post partum mengalami tanda-tanda
berikut ini :
(1) Pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlahnya
(2) Hematom vulva ( gumpalan darah )
(3) Gejala yang paling jelas dan dapat di identifikasi dengan
inspeksi vagina dan serviks dengan ceemat
(4) Lihat kebersihan pada daerah ginetalia ibun
(5) Tanda-tanda infeksi luka jalan lahir
(6) Tanda-tanda REEDA
f) Ektremitas
(1) Atas : Pada pasien post partum dapat terjadi kelemahan
sebagai dampak peregangan pada musculoskeletal
sehingga menurunkan tonus otot.
(2) Bawah : Biasanya pada ibu post partum melakukan
pemeriksaan ektremitas bawah yaitu pada pemeriksaan
kaki apakah ada oedema, reflek patella nyeri tekan dan
panas pada betis. Adanya tanda Homan caranya dengan
meletakkan satu tangan pada lutut ibu dilakukan tekanan
ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri
pada betis maka tanda Homan (+).

2. Diagnosa Keperawatan menurut SDKI


a. Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan
Diagnosa Keperawatan : Menyusui efektif dibuktikan dengan
hormon oksitosin dan prolaktin adekuat (D.0028)
Data yang ditemukan :
1) Tanda Mayor
a) Subjektif : Ibu merasa percaya diri selama proses menyusui.
b) Objektif : Bayi melekat pada payudara ibu dengan benar,
ibu mampu memposisikan bayi dengan benar, miksi bayi
lebih dari 8 kali dalam 24 jam, berat badan bayi meningkat,
ASI menetes/memancar, Suplai ASI adekuat, puting tidak
lecet setelah minggu kedua.
2) Tanda Minor :
a) Subjektif : Tidak tersedia
b) Objektif :
Bayi tidur setelah menyusui, payudara ibu kosong setelah
menyusui, bayi tidak rewel dan menangis
b. Kategori : Psikologis
Sub kategori : Nyeri dan kenyamanan
Diagnosa keperawatan : Ketidaknyamanan pasca partum
berhubungan dengan proses involusi uterus ( D.0075 )
Data yang ditemukan :
1) Tanda Mayor
a) Subjektif : Mengeluh tidak nyaman
b) Objektif
Tampak meringis, terdapat kontraksi uterus,
luka episiotomi, payudara bengkak.
2) Tanda Minor
a) Subjektif : Tidak tersedia
b) Objektif :
Tekanan darah meningkat, Frekuensi nadi meningkat,
berkeringat berlebihan, menangis atau merintih,
Haemoroid

c. Kategori : Relasional
Subkategori : Interaksi sosial
Diagnosa keperawatan : Pencapaian peran menjadi orang tua
dibuktikan dengan perkembangan bayi yang optimal (D.0126)
Data yang dapat ditemukan
1) Tanda Mayor
a) Subjektif : ( tidak tersedia )
b) Objektif :
Bounding attachmen optimal, perilakuu positif
menjadinorang tua, saling berinteraksi dalam merawat bayi.
2) Tanda Minor
a) Subjektif : Menggungkapkan kepuasan dengan bayi
b) Objektif :
Melakukan stimulasi visual, taktil atau
pendengaran terhadap bayi.

d. Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Diagnosa Keperawatan : Risiko Infeksi dibuktikan dengan efek
prosedur invasif (D.0142)
Data yang ditemukan :
a) Data Subjektif L: Tidak tersedia
b) Data Objektif :
Penyakit kronis (mis, DM ), efek prosedur invasif, malnutrisi,
peningkatan paparan organisma patogen lingkungan, ketidak
adekuatan pertahanan tubuh primer : gangguan peristaltik,
kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi PH, penurunan
kerja silaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum
waktunya, merokok, statis cairan, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder : penurunan Hemoglobin,
immunosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi,
vaksinasi tidak adekuat.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
No Keperawatan Intervensi Keperawatan
kriteria hasil
1 Ketidaknyamanan pasca Setelah 1. Perawatan pasca persalinan
partum dilakukan tindakan ( I.07225)
berhubungan dengan keperawatan 3x24 Observasi :
proses involusi uterus jam 1. Monitor tanda-tanda vital
(D.0075) di status 2. Monitor keadaan lochea
tandai dengan : kenyamanan pasca (jumlah, warna, bau dan
DS : partum bekuan).
1. Keluhan tidak
ekspektasi 3. Periksa perineum atau
nyaman meningkat robekan (REEDA)
(L.07061) 4. Monitor nyeri
DO : dengan KH : 5. Monitor tanda Homan
1. Tampak meringis 1. Keluhan tidak 6. Identifikasi ibu merawat bayi
2. Kontraksi uterus nyaman 7. Identifikasi adanya masalah
3. Luka episiotomi menurun adaptasi psikologis post
4. Payudara bengkak 2. Meringi partum.
5. Tekanan darah s Terapeutik :
meningkat menurun 1. Kosongkan kandung kemih
6. Frekuensi nadi 3. Luka sebelum pemeriksaan
meningkat. episiotom 2. Massage fundus
7. Berkeringat i menurun sampai kontraksi kuat, jika
berlebihan. 4. Kontraksi perlu.
8. Menangis/merintih uterus menurun 3. Dukung ibu untuk melakukan
9. Haemoroid 5. Berkeringa ambulasi dini.
t menurun 4. Berikan kenyamanan pada ibu
6. Menangi 5. Fasilitasi ikatan tali kasih ibu
s dan bayi secara obtimal.
menurun 6. Diskusikan kebutuhan
7. Merintih aktifitas dan istirahat selama
menurun masa post partum
8. Haemoroid 7. Diskusikan tentang perubahan
menurun fisik dan psikologis ibu post
9. Payudar partum
a 8. Diskusikan seksualitas masa
bengkak post partum
menurun 9. Diskusikan penggunaan alat
10. Tekanan kontrasepsi.
darah menurun. Edukasi :
11. Frekuensi 1. Jelaskan tanda dan bahaya
nadi menurun nifas pada ibu dan keluarga.
2. Ajarkan ibu mengatasi nyeri
secara
nonfarmakologi (teknik
distraksi, relaksasi,
Diagnosa
Tujuan dan
No Keperawatan Intervensi Keperawatan
kriteria hasil
imajinasi).
3. Ajarkan cara
perawatan perineum yang
tepat.

2. Perawatan Kenyamanan
(I.08245)
Observasi :
1. Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan (misal nyeri
trauma jalan lahir, payudara
bengkak, involusi uterus,
motivasi keluarga kurang,
ketidak tepatan posisi duduk).
2. Identifikasi
pemahaman tentang kondisi,
situasi dan perasaannya.
3. Identifikasi
masalah emosional dan
spiritual.
Terapeutik
1. Berikan posisi yang nyaman
2. Berikan kompres dingin atau
hangat.
3. Ciptakan lingkungan
yang nyaman.
4. Berikan pemijatan
5. Berikan terapi akupresur
6. Berikan terapi hipnotis
7. Dukung keluarga dan
pengasuh terlibat dalam
terapi/pengobatan
yang diinginkan.
Edukasi
1. Jelaskan mengenai
kondisi dan pilihan
terapi/pengobatan
2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan latihan pernafasan
4. Ajarkan teknik distraksi dan
imajinasi terbimbing
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgesik,
jika perlu.
2 Risiko infeksi d/d efek Setelah 1. Pencegahan Infeksi (I.14539)
prosedur invasif dilakukan tindakan Observasi
(D.0142) ditandai keperawatan 3x24 1. Monitor tanda dan gejala
Diagnosa
Tujuan dan
No Keperawatan Intervensi Keperawatan
kriteria hasil
dengan : Tingkat infeksi infeksi lokal dan sistemik
DS : ekspektasi menurun Terapeutik
DO : (L.14137) dengan 1. Batasi jumlah pengunjung
1. Demam KH : 2. Berikan perawatan kulit pada
2. Kemerahan 1. Dema daerah edema
3. Nyeri m 3. Cuci tangan sebelum dan
4. Bengkak menurun sesudah kontak dengan pasien
5. Kadar sel darah 2. Kemeraha dan lingkungan pasien
putih meningkat n menurun 4. Pertahankan teknik aseptik
6. Cairan berbau 3. Nyeri menurun pada pasien beresiko tinggi
busuk 4. Bengka Edukasi
7. Kebersihan tangan k 1. Jelaskan tanda dan
menuru gejala infeksi
n 2. Ajarkan cara mencuci tangan
5. Kadar sel darah yang benar
putih menurun 3. Ajarkan cara
6. Cairan memeriksa kondisi luka atau
berbau busuk luka operasi
menurun. 4. Anjurkan untuk
meningkatkan asupan nutrisi
5. Anjurkan untuk
meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian immunisasi kalau
perlu

2. Perawatan
perineum (I.07226)
Observasi :
1. Inspeksi insisi atau robekan
perineum (misal episiotomi)
Terapeutik ;
1. Fasilitasi
dalam membersihkan
perineum
2. Pertahankan perineum tetap
kering
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Berikan kompres es jika
perlu.
5. Bersihkan area
perineum secara teratur.
6. Berikan pembalut
yang menyerap cairan.
Edukasi :
Ajarkan klien dan keluarga
mengobservasi tanda
abnormal
Diagnosa
Tujuan dan
No Keperawatan Intervensi Keperawatan
kriteria hasil
pada perineum (mis,infeksi,
kemerahan pengeluaran cairan
yang abnormal
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian anti
inflamasi jika perlu.
2. Kolaborasi pemberian obat
analgesik jika perlu.

3 Menyusui efektif Setelah 1. Promosi ASI eksklusif


dibuktikan dengan dilakukan tindakan (I.03135)
hormon oksitosin dan keperawatan 2x24 Observasi :
prolaktin (D.0028) status menyusui 1. Identifikasi kebutuhan laktasi
adekuat ditandai ekspektasi bagi ibu pada antenatal,
dengan membaik intranatal dan post natal.
DS : (L.03029) Terapeutik
1. Kelelahan maternal dengan KH : 1. Fasilitasi ibu untuk
2. Kecemasan 1. Perlekatan bayi melakukan IMD (Inisiasi
maternal pada payudara menyusui dini)
DO : ibu meningkat 2. Fasilitasi ibu untuk rawat
1. Bayi tidak mampu 2. Kemampuan gabung (Rooming in)
melekat pada ibu 3. Gunakan sendok dan cangkir
payudara ibu. memposisikan bila jika bayi belum bisa
2. ASI tidak bayi menyusu
menetes/memancar dengan benar 4. Dukung ibu menyusui dengan
3. BAK bayi kurang meningkat mendampingi ibu selama
dari 8 kali dalam 24 3. Miksi bayi kegiatan menyusu
jam lebih dari 8 berlangsung
4. Nyeri dan atau lecet kali/24 jam 5. Diskusikan dengan keluarga
terus menerus meningkat tentang ASI eksklusif
setelah minggu 4. Berat badan 6. Siapkan kelas menyusui pada
kedua bayi meningkat masa prenatal minimal 2 kali
5. Intake bayi tidak 5. Tetesa/pancaran dan periode pasca partum
adekuat ASI meningkat minimal 4 kali.
6. Bayi menghisap 6. Suplai Edukasi
tidak terus menerus ASI meningkat 1. Jelaskan manfaat menyusui
7. Bayi menangis saat 7. Puting tidak bagi ibu dan bayi
disusui lecet setelah 2 2. Jelaskan
8. Bayi rewel dan minggu pentingnya menyusui di
menangis terus melahirkan malam hari untuk
dalam jam-jam meningkat mempertahankan dan
pertama setelah 8. Kepercayaan meningkatkan produksi ASI
menyusui diri 3. Jelaskan tanda-tanda bayi
Menolak untuk ibu cukup ASI (mis. Berat badan
menghisap meningkat meningkat, BAK lebih dari 10
9. Bayi tidur kali/hari, warna urine tidak
Diagnosa
Tujuan dan
No Keperawatan Intervensi Keperawatan
kriteria hasil
setelah pekat)
menyusui 4. Jelaskan manfaat rawat
10. Payudara ibu gabung (rooming in)
kosong setelah 5. Anjurkan ibu menyusui
menyusui sesegera mungkin setelah
11. Intake bayi melahirkan
meningkat 6. Anjurkan ibu memberikan
12. Hisapan bayi nutrisi kepada bayi hanya
meningkat dengan ASI
13. Lecet pada 7. Anjurkan ibu menyusui
puting sesering mungkin setelah
menurun lahir sesuai kebutuhan bayi
14. Kelelaha 8. Anjurkan ibu menjaga
n produksi ASI dengan
maternal memerah,. Walaupun kondisi
menurun ibu atau bayiterpisah
15. Kecemasa Terapeutik :
n maternal 1. Sediakan materi dan media
menurun pendidikan kesehatan
16. Bayi 2. Jadwalkan
rewel menurun pendidikan kesehatan sesuai
17. Bayi menangis kesepakatan
setelah 3. Berikan kesempatan untuk
menyusu bertanya
menurun. 4. Dukung ibu meningkatkan
kepercayaan diri dalam
menyusui
5. Libatkan sistem
pendukung:suami,keluarga,te
naga kesehatan
dan masyarakat
Edukasi :
1. Berikan konsling menyusui
2. Jelaskan manfaat menyusui
bagi ibu dan bayi
3. Ajarkan 4 (empat) posisi
menyusui dan perlekatan
(lacth on) dengan benar
4. Ajarkan perawatan payudara
antepartum
dengan mengkompres dengan
kapas yang telah di berikan
minyak kelapa
5. Ajarkan perawatan payudara
postpartum (mis.memerah
ASI, pijat payudara, pijat
Diagnosa
Tujuan dan
No Keperawatan Intervensi Keperawatan
kriteria hasil
oksitosin)

2. Konseling laktasi (I.03093)


Observasi :
1. Identifikasi
keadaan emosional ibu saat
akan dilakukan
konseling menyusui
2. Identifiksi keinginan dan
tujuan menyusui
3. Identifikasi permasalahan
yang ibu alami selama
menyusui
Terapeutik
1. Gunakan teknik
mendengarkan aktif ( mis,
duduk sama tinggi, dengarkan
permasalahn ibu)
2. Berikan pujian terhadap
perilaku ibu yang benar.
Edukasi
1. Ajarkan teknik menyusui
yang tepat sesuai dengan
kebutuhan ibu

4 Pencapaian peran Setelah di lakukan 1. Promosi Pengasuhan


menjadi orang tua tindakan ( I.13495)
dibuktikan dengan keperawatan 2x24 Observasi :
perkembangan bayijam peran menjadi 1. Identifikasi keluarga resiko
yang optimal (D.0126) orang tua ekspetasi tinggi dalam program tindak
ditandai dengan : membaik lanjut.
DS (L.13120) 2. Monitor status kesehatan anak
1. Mengungkapkan dengan KH: dan status immunisasi anak
kepuasan dengan 1. Bounding Terapeutik :
bayi 2. attachmen 1. Dukung ibu menerima dan
t melakukan perawatan pre
DO : meningkat natal secara teratur dan sedini
1. Bounding 3. Perilaku positif mungkin
attachment menjadi orang 2. Lakukan kunjungan rumah
optimal tua meningkat sesuai dengan tingkat risiko
2. Perilaku positif 4. Interaksi dalam 3. Fasilitasi orang tua dalam
menjadi orang tua merawat bayi memiliki harapan yang
3. Interaksi meningkat realistis sesuai tingkat
dalam merawat bayi 5. Verbalisasi kemampuan
4. Verbalisasi kepuasan dan perkembangan anak
5. kepuasan memiliki memiliki
bayi
Diagnosa
Tujuan dan
No Keperawatan Intervensi Keperawatan
kriteria hasil
bayi meningkat 4. Fasilitasi orang tua dalam
6. Memberi pengertian 6. Memberi menerima transisi peran
pada anak/anggota pengertian pada 5. Berikan bimbingan antisipasi
keluarga anak/anggota yang di perlukan sesuai
keluarga keluarga dengan tahapan usia
7. Kebutuhan fisik memingkat perkembangan anak
anak/anggota 7. Kebutuhan fisik 6. Fasilitasi orang tua dalam
keluarga anak/anggota mengidentifikasi tempramen
8. keluarga keluarga unik bayi
9. Kebutuhan emosi meningkat 7. Tingkatkan interaksi orang
anak/anggota 8. Kebutuhan tua –anak dan berikan contoh
keluarga emosi 8. Fasilitasi orang tua dalam
keluarga anak/anggot mengidentifikasi tempramen
10. Keinginan a keluarga uniki bayi
meningkatkan peran meningkat 9. Tingkatkan interaksi orang
menjadi orang tua 9. Keinginan tua-anak dan berikan contoh
11. Verbalisasi meningkatkan 10. Fasilitasi orang tua dalam
kepuasan dengan peran mendapatkan dukungan, dan
lingkungan rumah menjadi orang berpartisipasi dalam parent
12. Anak/keluarga group programs
13. Verbalisasi harapan tua meningkat programs:
yang realistis 10. Verbalisasi 1. Fasilitasi orang tua dalam
14. Stimulasi visual kepuasan mengembangkan
15. Stimulasi taktil dengan dan memelihara sistem
16. Stimulasi lingkungan dukungan sosial
pendengaran rumah 2. Sediakan media
menngkat untuk mengembangkan
11. Anak/keluarga keterampilan pengasuhan
verbalisasi 3. Fasilitasi orang
harapan tua mengembangkan
yang realistis keterampilan sosial
meningkat dan koping
12. Stimulasi visual 4. Fasilitasi mengatur penitipan
meningkat anak, jika perlu
13. Stimulasi taktil 5. Fasilitasi
meningkat penggunaan kontrasepsi
14. Stimulasi Edukasi :
pendengara 1. Ajarkan orang tua
n meningkat untuk menanggapi isyarat
bayi
2. Dukungan penampilan peran
( I.13478)
Observasi
1. Identifikasi berbagai peran
dan periode transisi sesuai
tingkat perkembangan
Diagnosa
Tujuan dan
No Keperawatan Intervensi Keperawatan
kriteria hasil
2. Identifikasi peran yang ada
dalam keluarga
3. Identifikasi adanya
peran dalam yang tidak
terpenuhi
Terpeutik
4. Fasilitasi adaptasi peran
keluarga terhadap perubahan
peran yang tidak diinginkan
5. Fasilitasi brrmaina peran
dalam mengantisipasi reaksi
orang lain terhadap perilaku
6. Fasilitasi diskusi perubahan
peran anak terhadap bayi baru
lahir , jika perlu
7. Fasilitasi diskusi tentang
peran menjadi orang tua
8. Fasilitasi diskusi harapan
dengan keluarga dalam peran
timbal balik
Edukasi
1. :Diskusikanperilaku yang
dibutuhkan untuk
pengembangan peran
2. Diskusikan perubahan peran
3. Monitor yang diperlukan
akibat penyakit atau ketidak
mampuan
4. Diskusikan strategi positip
untuk mengelolah perubahan
peran
Kolaborasi
1. Rujuk dalam kelompok untuk
mempelajari peran baru.
BAB III
TINJAUAN
KASUS

A. Laporan Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas klien : Nama Ny. I , usia 28 tahun, agama Islam, suku Sunda,
pendidikan terakhir SMA, pekerjaan Ibu rumah tangga, alamat Pulo
Harapan RT/RW 04/02 Kelurahan Kampung Sawah Kec. Jayakerta
Kabupaten Karawang, Tanggal Masuk RS 16 September 2019, Tanggal
Pengkajian 17 September 2019 DX Medis P1 A0 NH1 dengan
perineuraphi, No Medrek : 00.78.35.75, penanggung jawab Tn Suryana
( Suami klien )

b. Keluhan Utama
Klien mengatakan tidak nyaman pada area jalan lahir apalagi kalau
dipakai pada posisi duduk yang lama, perut bagian bawah kadang-
kadang terasa mules dan terasa tidak nyaman. , klien tampak keringat
berlebihan, klien tampak memegang perut bagian bawahnya

c. Riwayat kesehatan Sekarang


Klien rujukan Puskesmas dengan PE, sejak 7 jam sebelum masuk
rumah sakit klien mengeluh pusing dan mual, kadang-kadang perut
terasa agak kencang. klien mengaku hamil 9 bulah HPHT 15 Desember
2018, Taksiran partus 22 September 2019, ANC di bidan dan posyandu
sebanyak 8 kali selama hamil, riwayat hipertensi sebelumnya tidak ada,
saat trimesatar 3 saat melakukan ANC di bidan terakhir kali, TD :
130/80 mmHg.Klien melahirkan di ruang VK jam 13,.55 spontan
terdapat ruptur perineum grade 2, saat di lakukan pengkajian klien
sudah perawatan di ruang Rawat Gabung 12 jam post partum, klien
mengatakan tidak nyaman di area jalan lahirnya apalagi kalau dipakai
posisi duduk yang lama , kadang-kadang perut terasa mules dan keluar
keringat berlebih, perdarahan tidak ada terdapat udem di kedua kaki
52
grade 2., klien tampak memegang perut bagian bawah.Saat dilakukan
palpasi TFU 1 jari dibawah pusat, uterus kontraksi kuat ( uterus keras )
saat di palpasi posisi uterus berada ditengah-tengah,
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tekanan darahnya naik pada saat usia kehamilan 8
bulan, tetapi tidak merasakan keluhan apa-apa selama hamil.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan di dalam keluarganya ada yang memiliki penyakit
Hipertensi yaitu ibu dan kakak laki-lakinya, tidak ada yang mempunyai
penyakit menular ataupun penyakit DM, asma dan lainnya serta
gangguan mental.

Gambar 2.1
Genogram Keluarga

Perempuan

Laki-laki
Pasien

Meninggal x

Riwayat HT

f. Riwayat Kesehatan Reproduksi


1) Riwayat menstruasi: Menarche : 11 tahun, siklus : 28
hari,,lamanya 6 hari, masalah: Mules pada perut bagian bawah,
HPHT 15 Desember 2018, taksiran partus: 22 September 2019.
2) Riwayat Obsteri : Klien tidak pernah mengalami abortus dan saat
ini adalah melahirkan yang pertama kali.
3) Riwayat Kontrasepsi: Belum pernah menggunakan kontrasepsi
KB
4) Riwayat Pengobatan Selama Kehamilan: Obat yang di konsumsi
vitamin zat besi , klien tidak merokok ataupun mengkonsumsi
alkohol.
5) Riwayat Imunisasi: Klien mendapatkan imunisasi TT 2 kali
6) Data umum kesehatan bayi : Bayi laki-laki lahir spontan jam
13.55 Wib, BB : 3315 gr, PB : 49 cm apgar Score : 6/8, nangis
kuat, saat ini bayi rawat gabung, keadaan umum bayi baik, Bak 8
kali dalam 24 jam, BAB : meconium, reflek mengisap baik

g. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda Vital
Keadaan umum klien sedang, kesadaran : compos mentis, BB
sebelum hamil : 60 kg, BB hamil : 80 kg, TB :160 cm, Tanda Vital
: TD : 130/80 mmhg, N :88 x/Menit, S : 37,30 C, R : 22 x/Menit.
2) Kepala-Leher
a) Kulit
Warna sawo matang, lembab, turgor kulit baik, tidak lesi,
tidak ada alergi.terhadap makanan dan obat
b) Kepala
Bentuk simetris, rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak ada
ketombe, tidak rontok, tidak ada lesi atau masa, ;pergerakan
baik
c) Wajah
Terdapat chloasma gravidarum pada daerah hidung
d) Mata
Bentuk simetris, sklera tida ikteris, pupil isokor, palbera tidak
edema, konjungtiva tidak anemis, reaksi terhadap cahaya +/+,
fungsi penglihatan baik, tidak menggunakan alat bantu
e) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada cairan, tidak nyeri tekan, fungsi
penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung
f) Mulut
Mukosa bibir merah muda, bibir lembab, tidak ada sariawan,
tidak ada gigi yang tanggal, lidah bersih, tidak ada carries,
gusi tidak ada lesi, tidak ada pembesaran tonsil, fungsi
pengecapan baik.
g) Telinga
Bentuk simetris, tidak ada serumen, tidak ada masa, tidak
menggunakan alat bantu dengar, fungsi pendengaran baik.
h) Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran bentuk kelenjar
bening, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugalaris, tidak ada masa, tidak nyeri
menelan.
3) Dada
a) Jantung
Inspeksi : tidak ada ictus cordis, palpasi tidak teraba ictus
cordis
Palpasi: tidak teraba adanya massa.
Perkusi : timpani
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, irama reguler. TD
130/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, CRT < 2 detik
b) Paru
Inspeksi : simetris dada kanan dan kiri, bentuk dada normal,
pergerakan dinding dada normal. Saat bernafas tidak
menngunakan otot bantu pernapasan, kedalaman dangkal dan
irama reguler
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, premitus
taktil sama
Perkusi: bunyi sonor
Auskultasi : suara paru vesikuler, tidak terdengar bunyi nafas
tambahan, RR : 22 x/menit
c) Payudara
Bentuk simetris, puting susu bersih dan menonjol,terdapat
hiperpigmentasi pada kedua aerola mammae dan axila, tidak
teraba massa, saat puting susu ditekan keluar kolostrum
berwarna kekuningan, kolostrum masih sedikit keluar , tidak
menetes/memancar. Kolosrum keluar .pertama kali pada usia
kehamilan 36 minggu.
4) Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tampak perut membesar, tidak ada lesi,
terdapat linea nigra dan striae.
Palpasi : TFU 1 jari dibawah pusat atau 12-13 cm di atas
simphisis kontraksi uterus kuat (uterus keras), saat di palpasi
posisi uterus berada ditengah-tengah, .abdomen tidak distensi,
tidak teraba massa, tidak ada pembesaran hepar dan limpa, DRA
kurang dari 2 cm.
Perkusi: suara redup,
Auskultasi : bising usus (+), peristaltik usus 12 x/menit. Kadang –
kadang timbul perasaan tidaknyaman pada daerah perut bagian
bawah, perut terasa mules dan klien tampak memegangang perut
bagian bawah klien.
5) Perineum dan Genital
a) Vagina
Tidak ada varises, tidak ada hematom, tidak ada edema,
vagina bersih terdapat selang kateter pada uretra, tidak ada
pengeluaran cairan.
b) Perineum
Ruptur perineum grade 2, terdapat hecting, tanda REEDA :
kemerahan, edema, tidak ada kebiruan pada kulit perineum,
tidak ada pengeluaran cairan, jaringan yang di jahit
berdekatan, timbul rasa tidak nyaman area jalan jika dipakai
posisi deduk agak lama
c) Lochea
Terdapat lochea rubra kurang lebih 10 cc berwarna merah
terang, tidak ada stosel bau khas amis darah.
d) Hemoroid
Tidak terdapat hemoroid.
6) Extremitas
a) Extremitas atas
Bentuk simetris, tidak ada kesemutan, tidak ada lesi,
pergerakan baik, reflek bisep ++/++, terpasang infus 20
tts/menit tanggal pemasangan 16 September 2020 di sebelah
kiri, kekuatan otot baik.

b) Extremitas bawah
Bentuk simetris, edema pada kedua kaki grade 2, tidak ada
kesemutan, tidak ada varises, reflek patela ++/++, homan
sign(-), pergerakan otot baik, kekuatan otot baik

h. Status nutrisi
Antropometri : TB 160 cm, LLA : 30 cm, BBI : 31,25, BB sebelum
hamil 60 Kg, BB saat hamil 80 Kg, BB saat pengkajian 75 Kg, Nafsu
makan baik, makan sehari 3 kali, habis dalam satu porsi, komposisi
makanan : nasi, sayur, lauk pauk dan buah. Proses digestif : tidak ada
keluhan mual dan muntah, tidak ada nyeri saat menelan dan tidak ada
nyeri pada lambung
i. Eliminasi
BAB 1 x/hari, konsitensi lembek berwarna kekuningan. BAK
terpasang dower kateter warna urin kuning jernih, dari jam 16 – 19
sebanyak 400 cc.
j. Kegiatan sehari-hari
1) Mobilisasi-aktifitas
Tingkat mobilisasi mandiri, tidak memerlukan bantuan dan alat
bantu, kekuatan otot baik, dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tapi sering dibantu oleh suaminya.
2) Pola tidur
Sebelum hamil klien mengatakan tidur kurang lebih 8 jam, setelah
hamil trimester II dan III kurang lebih tidur 6 jam sering
terbangun karena sering BAK pada malam hari, saat ini klien
sering terbangun karena menyusui bayinya, masih bisa tidur tanpa
gangguan.
3) Kebersihan diri
Mandi 2x/hari pagi dan sore, menggosok gigi 2 x sehari pagi dan
sore, keramas seminggu 2 kali, mengganti pakaian 2 x/harii sekali.
k. Seksual
Klien tidak mengalami gangguan dalam hubungan seksualnya, pada
saat trimester I klien merasa takut janinnya terganggu, tetapi pada
trimester II hubungan seksual kembali normal seperti sebelum hamil.
Namun pada trimester III hubungan seksualnya dikurangi karena
merasakan kontraksi tetapi klien tidak merasa terganggu.
l. Data Psikososial dan Spritual
1) Status Perkawinan
Klien menikah, perkawinan pertama, klien menikah pada usia 24
tahun, suami 26 tahun lama perkawinan 4 tahun
2) Respon klien terhadap kehamilan
Klien dan suami sangat bahagia dengan kehamilan pertama yang
telah ditunggu-tunggu selama 4 tahun. Klien merasa kuatir
dalam menghadapi persalinannya karena pada saat kontrol usia
kehamilan 8 bulan Tekanan darahnya agak tinggi yaitu 130/80
mmHg.
3) Hubungan sosial dengan suami dan peran
Klien dan suami menerima kehamilannya, tidak
mempermasalahkan jenis kelamin, klien mengharapkan
persalinanya lancar dan selamat, klien dan suami sangat bahagia
menanti kehadiran keluarga baru dan bersama-sama ingin
merawat bayinya di rumah
4) Persepsi dan pola pikir
Klien mengatakan belum begitu mengerti cara memberikan ASI
yang benar pada bayinya dan ingin merawat bayinya sendiri
bersama suami ketika di rumah.
5) Spritual
Klien adalah seorang muslim, klien selau berdoa agar keluarganya
diberi kesehatan
6) Konsep diri
a) Body image
Klien mengatakan tidak ada masalah pada penampilannya.
Klien menerima dengan penampilannya sekarang.
b) Ideal diri
Klien berharap bisa segera memberikan ASI dengan benar
kepada bayinya, karena saat ini klien masih merasa canggung
dan kurang percaya diri saat memberikan ASI kepada
bayinya.
c) Identitas diri
Klien seorang ibu rumah tangga, yang berperan sebagai istri
bagi suaminya dan ibu untuk bayinya.
d) Harga diri
Klien merasa bangga karena bisa memberikan keturunan
untuk suaminya dan perannya sebagai ibu rumah tangga.

m. Pendidikan Kesehatan yang diberikan adalah Senam Nifas


n. Therapi T
a
b
e
l
3
.
1
T
e
r
a
p
i
O
b
a
t

Nama Obat Dosis Rute Waktu Kegunaan


1 Ceftriaxone 1 x 1 gr IV 17.00 Antibiotik
2 Nipe diphine 3 x 10 mg Oral 17.00 Menurunkan
Tekanan
darah
3 Asam 3 x 500 mg Oral 06.00, Analgesik
Mefenamat 12.00,
18.00
4 Sulfas Ferrosus 1 x 300 mg Oral 08.00 Vitamin
5 Cefadroxil 2 x 500 mg Oral 06.00- Antibiotika
18..00
6 Ringer Lactat 1500 cc/24 Infus Cairan
Jam

o. Hasil Laboratorium T
abel.3.
2 Hasil
Labora
torium

Tanggal Jenis Pemeriksaan Fungsi Hasil Nilai Normal


Haemoglobin Pengangkut O2 10,8 g/dL 11.7 – 15.5
dari paru
Trombosit Pembekuan 448 uL 150 - 400
darah
Leukosit Penanda ada 14.5 uL 4.40 – 11.30
infeksi
Hematokrit Pengenceran 38.4% 35.0 – 47.0
darah
Golongan darah O
Golongan darah Positif
16
Septembe Rhesus
r 2020 Gula darah sewaktu Fungsi 90 g/dL 1100 –
Pankreas

Ureum Fungsi Ginjal 12.6aq/dL 15.0 – 50.0


Creatinin Fungsi Ginjal 0.5 aq/dL 0.50 – 0.90
Protein Urine Positif ++ Negatif
SGOT Fungsi Hati 18.7 ul < 31.0
SGPT Fungsi Hati 9.4 ul < 33.0
Masa Perdarahan 2 menit 1-3
Masa Pembekuan 10 menit 5 - 11
2. Analisa Data
T
a
b
e
l
3
.
3
T
a
b
e
l
A
n
a
l
i
s
a
d
a
t
a

No Data Penyebab Masalah


1. DS : Post partum spontan Ketidaknyamanan
1. Klien mengatakan perut pasca partum
bagian bawah kadang-
kadang terasa mules dan Perubahan fisiologis
terasa tidak nyaman.
2. Klien mengatakan tidak
nyaman pada area jalan Kontraksi uterus
lahir apalagi kalau dipakai ( Involusi uterus )
posisi duduk agak lama
DO :
1. Klien tampak memegang
Vagina dan perineum
daerah perut bagian
bawah.
Trauma jalan lahir
2. Saat dilakukan palpasi
pada daerah abdomen
bawah : kontraksi uterus
Ruptur jaringan
kuat, (uterus keras),
letaknya ditengah-tengah
3. Saat
Ketidaknyamann pasca
dilakukan pengukuran
partum
tinggi fundus uteri dengan
metlin sekitar 1 cm di
bawah pusat atau 12-13
cm diatas simphisis
4. Klien tampak keringat
berlebih
5. TD : 130/80 mmHg
6. Nadi : 88 x/menit
7. Suhu : 37 ,30 C.
8. RR : 22 x/menit
2 DS : Post partum spontan Risiko Infeksi
DO :
1. Tampak luka post
perineuraphi Perubahan fisiologis
2. Leukosit 14.5 ul
2. Suhu 37 , 30C
3. Tanda REEDA :NH1 Vagina dan perineum
kemerahan, edema, tidak
ada kebiruan pada kulit
perineum, tidak
Trauma jalan lahir
ada pengeluaran cairan,
jaringan yang di
jahit berdekatan
Ruptur jaringan

Prosedur invasif

Masuknya kuman
mikroorganisme

Resiko
infeksi
3 DS : Post partum spontan Menyusui tidak
1. Klien mengatakan belum efektif
percaya diri saat Perubahan laktasi
menyusui bayinya
2. Klien mengatakan Struktur dan karakter
ASInya masih sedikit payudara
keluar.
3. Klien mengatakan masih Hormon estrogen dan
merasa canggung untuk oksitosin
menyusui.bayinya.
DO : Prolaktin meningkat
1. Puting susu menonjol
tampak bersih dan tidak
lecet Pembentuk
2. Tampak bayi tidak an ASI
melekat pada payudara
klien. Tampak ASI tidak

3. Tampak ASI tidak menetes

menetes/memancar
4. Bayi menangis saat Suplai ASI tidak adekuat

disusui dan menolak


untuk menghisap
Menyusui tidak efektif

4 DS : Post partum spontan Pencapaian peran


1. Klien mengatakan sangat menjadi orang tua
bahagia dengan kelahiran
anak pertamanya yang Perubahan psikologis
sangat dinantikan selama
4 tahun.
2. Klien dan suami siap Takin In
menerima anggota baru
dalam keluarganya. Perkembangan bayi
3. Klien mengatakan sudah optimal
tidak sabar ingin merawat
banyinya sendiri bersama
Pencapaian peran
suaminya. menjadi orang tua
DO :
1. Tampak suami membantu
klien saat mengganti
popok
2. Klien
tampak menggendong
bayinya saat menangis
dengan
penuh kasih sayang.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan proses involusi
uteri dibuktikan dengan adanya kontraksi uterus, perut terasa mules,.
(D.0126)
b. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif (D.0142)
c. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan suplai
ASI dibuktikan dengan ASI tidak menetes atau memancar, bayi
menangis saat disusui,bayi menolak untuk menghisap .(D.0029)
d. Pencapain peran menjadi orang tua dibuktikan dengan perkembangan
bayi yang optimal. (D.0126)

4. Intervensi Keperawatan
Tabel.3.4
Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
1 1. Ketidaknyamanan Setelah 1. Perawatan pasca partum
pasca partum dilakukan tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan 3 x24 1. Monitor tanda-tanda vital
dengan proses jam 2. Monitor keadaan lochea
involusi uteri status (jumlah, warna, bau dan
ditandai dengan kenyamanan pasca bekuan).
partum
adanya kontraksi 3. Periksa perineum atau
ekspektasi
meningkat
dengan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
uterus, perut KH : robekan (REEDA)
terasa mules,. 1. Keluhan tidak 4. Monitor nyeri
nyaman menurun 5. Monitor tanda Homan
DS : 2. Kontraksi uterus 6. Identifikasi ibu merawat bayi
1. Klien meningkat. 7. Identifikasi adanya masalah
mengatakan perut 3. Tekanan adaptasi psikologis post
bagian bawah Darah menurun partum.
kadang-kadang 4. Frekuensi Terapeutik :
terasa mules dan nadi menurun. 1. Massage fundus
terasa tidak 5. Berkeringa sampai kontraksi kuat, jika
nyaman. t menurun. perlu.
2. Klien 6. Merintih 2. Dukung ibu untuk melakukan
mengatakan tidak menurun ambulasi dini.
nyaman pada area 3. Berikan kenyamanan pada ibu
jalan lahir, 4. Fasilitasi ikatan tali kasih ibu
apalagi saat dan bayi secara optimal.
dipakai pada 5. Diskusikan kebutuhan
posisi duduk aktifitas dan istirahat selama
yang lama masa post partum
DO : 6. Diskusikan tentang perubahan
1. Klien tampak fisik dan psikologis ibu post
memegang partum
daerah perut 7. Diskusikan penggunaan alat
bagian bawahnya. kontrasepsi.
2. Saat dilakukan Edukasi :
palpasi pada 1. Jelaskan tanda dan bahaya
daerah abdomen nifas pada ibu dan keluarga.
bawah : 2. Ajarkan ibu mengatasi nyeri
kontraksi uterus secara
kuat (uterus nonfarmakologi (teknik
distraksi, relaksasi,
imajinasi)
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
keras)
3. Saat 2. Kenyamanan pasca partum
dilakukan Observasi :
pengukuran tinggi 1. Identifikasi gejala yang tidak
fundus menyenangkan (misal nyeri
uteri dengan trauma jalan lahir, payudara
metlin 1 cm bengkak, involusi uterus,
dibawah pusat motivasi keluarga kurang,
atau Sekitar 12 – ketidak tepatan posisi duduk).
13 cm dari atas 2. Identifikasi
symphisis pemahaman tentang kondisi,
4. Klien situasi dan perasaannya.
tampak keringat 3. Identifikasi
berlebih masalah emosional dan
5. TD : 130/80 spiritual.
mmHg Terapeutik
6. Nadi : 88 x/menit 1. Berikan posisi yang nyaman
7. Suhu : 37,30 C. 2. Ciptakan lingkungan yang
8. RR : 22 x/menit nyaman.
3. Dukung keluarga dan
pengasuh terlibat dalam
terapi/pengobatan
yang diinginkan.
Edukasi
1. Jelaskan mengenai
kondisi dan pilihan
terapi/pengobatan
2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan latihan pernafasan
4. Ajarkan tentang
latihan senam nifas
Kolaborasi :
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
Kolaborasi pemberian analgesik
jika perlu.

2 Risiko infeksi d.d Setelah 1. Edukasi Pencegahan Infeksi


efek prosedur invasif. dilakukan tindakan Observasi :
dengan keperawatan 3 x24 1. Periksa kesiapan dan
DS : jam risiko kemampuan menerima
DO : infeksi menurun informasi
1. Terdapat luka dengan
post perineuraphi KH : Terapeutik :
2. Leukosit 14.5 ul 5. Tidak 1. Siapkan materi, media
3. Suhu 37 ,30C terdapat tentang
4. Tanda REEDA tanda-tanda faktor-faktor penyebab, cara
NH1 ( Luka infeksi (, Dolor, identifikasin dan pencegahan
perineum merah, color, risiko infeksi di Rumah sakit
ada odema, tidak rubor, tumor, dan di rumah.
ada kebiruan, peningkatan 2. Jadwalkan waktu yang tepat
tidak ada leukosit ) untuk memberikan
rembesan dari 6. Suhu dalam pendidikan kesehatan sesuai
luka, jahitan batas dengan kesepakatan dengan
berdekatan ). normal 36 – 370 klien dan keluarga.
C 3. Berikan kesempatan untuk
7. Luka bertanya
perineum kering. .
8. Tanda REEDA Edukasi :
NH1 ( Luka 1. Jelaskan tanda dan gejala
perineum masih infeksi lokal dan sistemik.
merah, 2. Informasikan
ada odema, tidak hasil pemeriksaan
ada kebiruan, laboratorium (misal leukosit,
tidak ada WBC).
rembesan dari 3. Anjurkan mengikuti tindakan
luka, jahitan
berdekatan ).
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
9. Kadar sel darah pencegahan sesuai dengan
putih 3.80 – kondisi.
10,60 g/dL. 4. Anjurkan
membatasi pengunjung.
5. Ajarkan cara merawat kulit
pada area yang edema.
6. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi.
7. Ajarkan kecukupan nutrisi,
cairan dan istirahat.
8. Ajarkan
kecukupan kecukupan
mobilisasi dan olah raga
sesuai dengan kebutuhan.
9. Ajarkan latihan nafas dalam
dan batuk sesuai dengan
kebutuhan.
10. Anjurkan
mengelola antibiotik sesuai
dengan resep.
11. Ajarkan cara mencuci tangan

2. Perawatan perineum
Observasi :
1. Inspeksi insisi atau robekan
perineum (misal episiotomi)

Terapeutik ;
1. Fasilitasi dalam
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
membersihkan perineum
2. Pertahankan perineum tetap
kering
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Berikan kompres es jika
perlu.
5. Bersihkan area
perineum secara teratur.
6. Berikan pembalut
yang menyerap cairan.

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian anti
inflamasi jika perlu.
2. Kolaborasi pemberian obat
antibiotik Ceftriaxone 1 gr iv
selang satu kali selanjutnya
Cefadroxil 3 x.500 mg oral
sesuai intruksi dokter.

3 Menyusui tidak Setelah .1 Edukasi menyusui


efektif berhubungan dilakukan tindakan Observasi :
dengan keperawatan 2 x 24 1. Identifikasi kesiapan dan
ketidakadekuatan jam menyusui tidak kemampuan menerima
suplai ASI dengan efektif informasi
DS : menurun dengan KH 2. Identifikasi tujuan atau
1. Klien : keinginan untuk menyusui.
mengatakan 1. Perlekatan bayi
tidak percaya diri pada payudara Terapeutik :
untuk klien meningkat 1. Sediakan materi dan media
2. Kemampuan ibu
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
memberikan ASI memposisikan pendidikan kesehatan
pada bayinya. bayi 2. Jadwalkan
2. Klien dengan benar. pendidikan kesehatan sesuai
mengataka 3. Miksi bayi >8 kesepakatan
n kali /24 jam 3. Berikan kesempatan untuk
ASInya meningkat bertanya
masih sedikit 4. Berat badan bayi 4. Dukung ibu meningkatkan
keluar. meningkat kepercayaan diri dalam
3. Klien 5. Tetesan/pancaran menyusui
mengatakan ASI meningkat. 5. Libatkan sistem
masih pendukung:suami,keluarga,te
merasa canggung naga kesehatan
untuk dan masyarakat
menyusui Edukasi :
bayinya 1. Berikan konsling menyusui
DO : 2. Jelaskan manfaat menyusui
1. Puting susu bagi ibu dan bayi
menonjol tampak 3. Ajarkan 4 (empat) posisi
bersih dan tidak menyusui dan perlekatan
lecet (lacth on) dengan benar
2. Tampak bayi 4. Ajarkan perawatan payudara
tidak melekat postpartum (mis.memerah
pada payudara ASI, pijat payudara, pijat
klien. oksitosin)
3. Tampak ASI
tidak 2. Pendampingan proses
menetes/memanc menyusui
ar
4. Bayi menangis Observasi :
1. Monitor kemampuan
saat disusui dan
ibu untuk menyusui
menolak untuk
menghisap.
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
2. Monitor kemampuan bayi
menyusu

Terapeutik
1. Dampingi ibu selama
kegiatan
menyusui berlangsung
2. Dukung ibu meningkatkan
kepercayaan diri untuk
menyusui
dengan menggunakan boneka
saat membantu ibu
memposisikan bayinya
3. Dampingi ibu memposisikan
bayi untuk menyusu pertama
kalinya

Edukasi :
1. Ajarkan ibu mengenali tanda-
tanda bayi siap menyusu (mis,
bayi mencari puting, keluar
saliva, memasukkan jari
kedalam mulutnya dan bayi
menangis)
2. Ajarkan ibu mengeluarkan
ASI untuk diolesi pada puting
sebelum dan sesudah
menyusui agar kelenturan
puting tetap terjaga
3. Ajarkan ibu mengarahkan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
mulut bayi dari arah bawah ke
arah puting ibu.
4. Ajarkan posisi menyusui
(mis. Cross cradle, cradle,
foot ball dan psosisi berbaring
yang diikuti dengan
perlengkapan yang benar)
5. Ajarkan perlekatan yang
benar: perut ibu dan bayi
berhadapan, tangan-kaki bayi
satu garis lurus, mulut bayi
terbuka lebar dan menempel
pada payudara ibu untuk
menghindari lecet pada puting
payudara
6. Ajarkan memerah ASI
dengan posisi jari jam 12-6
dan 9-3
7. Informasikan ibu untuk
menyusui pada satu payudara
sampai bayi melepas sendiri
puting ibu
8. Informasikan ibu untuk selalu
mengosongkan payudara pada
payudara yang belum di susui
dengan memerah ASI

4 Pencapaian peran Setelah di lakukan Promosi Pengasuhan


menjadi orang tua d.d tindakan
perkembangan bayi keperawatan 2x24 Observasi :
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
yang optimal dengan jam pencapaian 1. Identifikasi keluarga risiko
DS : peran menjadi orang tinggi dalam program tindak
1. Klien tua lanjut
mengatakan membaik dengan 2. Monitor status kesehatan anak
sangat bahagia KH: dan status imunisasi
dengan kelahiran 1. Keinginan
anak pertamanya meningkatkan Terapeutik :
yang sangat peran 1. Dukung ibu menerima dan
dinantikan selama menjadi melakukan perawatan pre
4 tahun. norang natal secara teratur dan sedini
2. Klien dan suami tua meningkat. mungkin
siap menerima 2. Verbalisasi 2. Lakukan kunjungan rumah
anggota baru kepuasan sesuai tingkat risiko
dalam memiliki 3. Fasilitas orang tua dalam
keluarganya. bayi meningkat. memiliuki harapan yang
3. Klien 3. Perilaku positif realistis sesuai tingkat
mengatakan menjadi orang kemampuan
sudah tidak sabar tua meningkat dan perkembangan anak
ingin 4. Interaksi dalam 4. Fasilitasi orang tua dalam
merawat merawat bayi menerima transisi peran
banyinya sendiri. meningkat 5. Berikan bimbingan antisipasi
DO : yang di perlukan sesuai
1. Tampak suami dengan tahapan
membantu klien perkrmbangan usia anak
saat mengganti 6. Fasilitasi orang tua dalam
popok mengidentifikasi temperamen
2. Klien unik bayi
tampak 7. Tingkatkan interaksi orang
menggendong tua dan menerima contoh
bayinya saat 8. Fasilitasi orang tua dalam
menangis dengan
penuh kasih
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
sayang. mendapatkan
dukungan berpartisipasi
dalam parent group programs
9. Fasilitasi orang tua dalam
mengembangkan
dan memelihara asisten
dukungan sosial
10. Sediakan media
untuk mengembangkan
keterampilan pengasuh
11. Fasilitasi orang
tua mengembangkan
kleterampilan sosial koping
12. Fasilitasi mengatur penitipan
anak, jikan perlu
13. Fasilitasi
penggunaan kontrasepsi

2. Promosi perilaku upaya


kesehatan

1. Edukasi :
Ajarkan orang tua
untuk menanggapi isyarat
bayi
2. Promosi perilaku
upaya kesehatan
Observasi :
1. Identifikasi upaya kesehatan
yang dapat ditingkatkan
Terapeutik :
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil
1. Berikan lingkungan yang
mendukung kesehatan
2. Orientasi peelayanan
kesehatan yang dapat
dimanfaatkan
Edukasi :
1. Anjurkan memberi bayi ASI
eksklusif
2. Anjurkan menimbang balita
setiap bulan
3. Anjurkan menggunakan air
bersih
4. Anjurkan mencuci
tangan dengan air bersih dan
sabun
5. Anjurkan menggunakan
jamban sehat
6. Anjurkan memberantas jentik
di rumah sekali seminggu
7. Anjurkan makan sayur dan
buah setiap hari
8. Anjurkan untukl melakukan
aktifitas fisik setiap hari
9. Anjurkan tidak merokok di
dalam rumah
5. Implementasi Keperawatan
Tabel. 3.5
Implementasi keperawatan
Tgl dan No Implementasi Paraf
jam DX
17-09-2020
J. 14.00 1 1. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan
(misal nyeri trauma jalan lahir, payudara bengkak,
involusi uterus, motivasi keluarga kurang, ketidak
tepatan posisi duduk )
R./H : Klien mengatakan rasa tidak nyaman pada
daerah perut: terasa mules dan tidak nyaman pada
daerah jalan lahir apalagi dipakai pada posisi
duduk yang agak lama

J : 14.15 2. Memberikan posisi yang tepat pada saat duduk


R/H : Klien tampak duduk dengan posisi yang
tepat, klien mengatakan lebih nyaman dengan
posisi duduk yang tepat

J : 14.30 3. Mengajarkan teknik relaksasi, latihan pernafasan


dan mengalihkan perhatian klien.
R/H : Klien melakukan latihan tarik nafas dalam
Sebanyak 3 kali

J : 15..00 4. Memberikan therapi oral Asam Mefenamat 500 mg


per oral.
R/H : Klien tampak minum obat, muntah tidak ada,
muntah tidak ada dan mengatakan rasa tidak
nyaman pada ,perut mulas berkurang., keringat
berlebih berkurang.
Tgl dan No Implementasi Paraf
jam DX

J : 15.15 5. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan


menerima informasi tentang senam nifas.
R/H : Klien mengatakan bersedia menerima
informasi tentang latihan senam nifas.

J : 15.30 6. Menyiapkan materi, media, tentang senam nifas


dan kontrak waktu dengan klien.
R/H : Klien tampak bersemangat mendapatkan
materi senam nifas.

J : 16.00 7. Mengukur tanda-tanda vital


R/H : TD: 130/80 mmHg, N: 88 x/menit, : 37,2
C R :20x/menit

J : 16.30 8. Memberikan pendidikan kesehatan dan


mengajarkan gerakan senam nifas pada klien.
R/H : Klien memperhatikan penjelasan dari
petugas dan melakukan senam nifas hari pertama
selama 5 siklus. Hasil pengukuran TFU 1 cm
dibawah pusat atau sekitar 12-13 cm diatas
simphisis , saat dipalpasi kontraksi uterus kuat
(uterus keras) , posisi uterus ditengah

J : 17.00 2 1. Memberikan therapi oral Cefadroxil 500 mg


R/H : Klien tampak minum obat, mual tidak ada,
muntah tidak ada.

J : 17.15 2. Mengobservasi tanda REEDA NHI


R/H : Luka perineum tampak kemerahan, oedem,
Tgl dan No Implementasi Paraf
jam DX
tidak ada kebiruan, tidak ada cairan yang keluar,
jahitan berdekatan,

J : 17.30 3. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi lokal dan


sistemik.
R/H : Klien tampak memperhatikan penjelasan
Petugas

J : 17.40 4. Menginformasikan hasil pemeriksaan laboratorium


leukosit
R/H : Leukosit : 14,5 uL

J : 17.45 5. Mengukur suhu tubuh klien di daerah axila sebelah


kiri.
R/H : Suhu 37,2 0C

J : 18.00 6. Menganjurkan kepada klien mengikuti tindakan


pencegahan sesuai kondisi seperti kecukupan
nutrisi, cairan dan istirahat kecukupan mobilisasi
dan sesuai kebutuhan cara memeriksa kondisi luka
perineum, mencuci tangan, perineum tetap
kering
R/H : Klien tampak menyimak penjelasan petugas

J : 18.15 7. Menganjurkan klien untuk membersihkan area


perineum secara teratur, menggunakan pembalut
yang menyerap cairan
R/H : Klien tampak ke kamar mandi untuk
mengganti pembalut.
Tgl dan No Implementasi Paraf
jam DX
J : 18.30 8. Mengajarkan klien observasi tanda abnorrmal pada
perineum ( misal bengkak pada lukaperineum,
demam, nyeri, ada pus dll)
R/H : Klien mendengarkan penjelasan petugas

J : 17.30 3 1. Mendukung ibu untuk meningkatkan kepercayaan


diri dalam menyusui.
R/H : Klien tampak bersemangat menyusui
bayinya ketika menangis.

J : 18.00 2. Menjelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi


R/H : Klien mengatakan saat ini ASI masih keluar
sedikit/tidak memancar

J : 18.30 3. Mengajarkan posisi menyusui dan perlekatan (latch


on) dengan benar.
R/H : Klien tampak masih canggung saat menyusui
bayinya. bayi tampak menangis saat disusui dan
menolak untuk menghisap.

J : 19.00 4. Menganjurkan perawatan payudara post partum


seperti memerah ASI
R/H :Klien mengatakan mengerti tentang
penjelasan petugas dan merasa senang mendapat
pengetahuan tambahan dari petugas. tampak puting
susu menonjol dan bersih dan tidak lecet.

J : 19.15 5. Memberikan pujian terhadap perilaku ibu yang


benar saat menyusui bayinya.
Tgl dan No Implementasi Paraf
jam DX
R/H : Klien tampak senang dan termotivasi

J : 19.00 4 1. Mengidentifikasi keluarga dalam program tindak


lanjut
R/H : Klien mengatakan ingin merawat bayinya di
rumah bersama suaminya

J : 19.30 2. Memberi dukungan kepada klien menerima dan


melakukan perawatan bayi dirumah secara mandiri
R/H : Klien tampak bersemangat ketika mengganti
popok bayi

J : 19.30 3. Menjelaskan kepada orang tua dalam menerima


transisi peran
R/H : Suami tampak membantu klien saat
mengganti popok bayi. Klien dan suami sudah siap
melakukan peran baru untuk merawat bayinnya.

J : 19..30 4. Kuatkan keterampilan orang tua dalam melakukan


perawatan khusus pada bayi
R/H : Klien dan suami merasa senang dapat
merawat bayi sendiri.

5. Nyamankan bayi melalui pelukan dan dekapan


J ; 19.30 R/H : Klien dan suami memberikan kenyamanan
pada bayi dengan memeluk bayinya ketika
menangis

J : 19.45. 6. Memfasilitasi penggunaan kontrasepsi


R/H : Klien merencanakan menggunakan
Tgl dan No Implementasi Paraf
jam DX
kontrasepsi IUD.

J : 2.0.00 7. Menganjurkan member bayi ASI ekslusif, makan


buah dan sayur setiap hari pada klien,membawa
bayinya ke posyandu setiap bulan
R/H : Klien tampak memberikan ASI pada bayinya
dan mengatakan akan mengikuti anjuran petugas.

18-07-2020
J : 13.30 1 1. Mengajarkan relaksasi latihan tarik nafas dalam
untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca partum
R/H : Klien melakukan latihan tarik nafas dalam 3
kali secara mandiri, klien tampak lebih tenang.

J : 14.00 2. .Memberikan posisi duduk yang tepat untuk klien


R/H : Klien tampak duduk dengan posisi yang
tepat, klien mengatakan rasa tidak nyaman pada
jalan lahir berkurang bila duduk dengan posisi
yang tepat.‘

J : 14.30 3. Mengukur tanda-tanda vital :


R/H : TD 130/80 mmHg, N : 84 x/menit, S : 37,0
C, RR : 20 x/menit.

J : 16.00 4. Mengajarkan gerakan senam nifas hari kedua


R/H : Klien tampak memperhatikan dan
melakukan senam nifas 5 siklus secara mandiri
Saat dilakukan palpasi pada tinggi fundus uteri .2
cm dibawah pusat atau 10-11 cm dari atas
Tgl dan No Implementasi Paraf
jam DX
simphisis,, uterus kontraksi kuat (uterus keras) dan
letaknya ditengah.

J : 17.00 5. Memberikan terapi oral analgesik Asam Mefenamat


500 mg.
R/H : Klien tampak minum obat Asam Mefenamat
500 mg, mual tidak ada, muntah tidak ada. Klien
mengatakan rasa tidak nyaman pada daerah perut
bagian bawah : rasa mules berkurang., keringat
berlebih berkurang.

J : 17.00 2 1. Memberikan therapi oral chefadroxil 500 mg


R/H : Klien nampak minum obat, muntah tidakada.

J : 17.15 2. Mengobservasi tanda REEDA NH2


R/H : Luka perineum, tampak sedikit
kemerahan,Odem berkurang , tidak kebiruan, tidak
ada cairan yang keluar, jahitan berdekatan.

J : 17.30 3. Menganjurkan kepada klien mengikuti tindakan


pencegahan sesuai kondisi seperti kecukupan
nutrisi, cairan dan istirahat kecukupan mobilisasi
dan sesuai kebutuhan cara memeriksa kondisi luka
perineum,mencucui tangan, perineum tetap kering.
R/H : Klien menyimak penjelasan petugas

J : 17.30 4. Menganjurkan klien untuk membersihkan area


perineum secara teratur, menggunakan.
R/H : Klien tampak ke kamar mandi untuk
mengganti pembalut.
Tgl dan No Implementasi Paraf
jam DX

J : 18.00 5. Mengajarkan klien cara mengobservasi tanda


abnorrmal pada perineum ( misal bengkak pada
lukaperineum, demam, nyeri, ada pus dll)
R/H : klien mengerti penjelasan petugas

J : 17..00 6. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi lokal dan


sistemik.
R/H : Klien tampak memperhatikan penjelasan
Petugas

J : 17.15 7. Mengukur suhu axilla


R/H : Suhu 37 0 C

J : 18.00 3 1. Mengajarkan posisi menyusui dan perlekatan (latch


on) dengan benar.
R/H :Klien melakukan dengan benar cara
perlekatan bayi. Bayi tidak menangis lagi saat
disusui, bayi sudah mau menghisap.

J : 18.00 2. Menganjurkan perawatan payudara post partum


seperti memerah ASI
R/H : Klien mengatakan merasa senang mendapat
pengetahuan tambahan dari petugas. Klien
mengatakan ASI sudah keluar /memancar. Puting
susu tampak menonjol, bersih dan tidak lecet.

J : 18.30. 3. Memberikan pujian terhadap perilaku ibu yang


benar saat menyusui bayinya.
Tgl dan No Implementasi Paraf
jam DX
R/H : Klien tampak senang dan termotivasi

J : 19.00 4 1. Memberi dukungan kepada klien menerima dan


melakukan perawatan bayi di rumah secara
mandiri
R/H : Klien tampak bersemangat ketika mengganti
popok bayi

J : 19.15 2. Kuatkan keterampilan orang tua dalam melakukan


perawatan khusus pada bayi
R/H : Klien dan suami merasa senang dapat
merawat bayi sendiri

J : 19.30 1. Memfasilitasi penggunaan kontrasepsi


R/H : Klien berencana menggunakan KB suntik
setelah masa nifas selesai.

19-07-2020

J : 14,,30 1 1 Mengukur tanda-tanda vital


R/H : TD 130/80 mmHg, S : 37 C, N : 84 x/menit,
RR : 20 x/menit.

J : 16.00 2. Mengevaluasi latihan senam nifas hari ketiga


R/H : Klien melakukan gerakan senam nifas
sebanyak 10 siklus. secara mandiri, klien
mengatakan akan melanjutkan latihan senam di
rumah.
J ; 16..30 3. Saat dilakukan palpasi Tinggi fundus uteri .3 cm
Tgl dan No Implementasi Paraf
jam DX
dibawah pusat atau 9 – 10 cm dari atas simphisis
kontraksi uterus kuat dan letaknya ditengah.

3. Memberikan terapi oral Asam Mefenamat 500


J : 17.00 mg.
R/H : Klien tampak minum obat Asam Mefenamat
500 mg, mual tidak ada, muntah tidak ada. Klien
mengatakan rasa tidak nyaman pada daerah perut
bagian bawah : rasa mules tidak ada lagi., keringat
berlebih berkurang.

1. Memberikan therapi oral cefadroxil 500 mg


J : 17.15 2 R/H : Klien nampak minum obat, mual tidak ada,
muntah tidak ada.

2. Mengobservasi tanda REEDA NH3


J : 17.30 R/H : Luka perineum, tidak tampak kemerahan,
tidak ada oedem , tidak ada kebiruan, tidak ada
cairan yang keluar, jahitan berdekatan

3. Menganjurkan klien untuk membersihkan area


J : 17.45 perineum secara teratur, menggunakan.
R/H : Klien tampak ke kamar mandi untuk
mengganti pembalut.

4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi lokal dan


J : 18.30 sistemik.
R/H : Tidak tampak tanda-tanda infeksi (Dolor,
color, rubor, tumor, peningkatan leukosit )
6. EVALUASI
T
a
b
e
l
3
.
6
E
v
a
l
u
a
s
i
K
e
p
e
r
a
w
a
t
a
n

Tanggal No Evaluasi Paraf


DX

17-07-2020 1 S:
1. Klien mengatakan keluhan tidak nyaman
pada daerah perut : mules berkurang dan
daerah jalan lahir apalagi dipakai pada
J : 17.00
posisi duduk yang lama
2. Klien mengatakan rasa tidak nyaman pada
daerah jalan lahir berkurang saat diberikan
posisi duduk yang tepat
3. Klien tampak bersemangat saat
mendengarkan pejelasan tentang senam
nifas
O:
1. Tampak Posisi duduk klien tepat
2. Keringat berkurang
3. Hasil pengukuran TFU 1 cm dibawah
pusat,atau 12-13 cm di atas simphisis, saat
dipalpasi uterus berkontraksi (uterus
keras))posisi uterus ditengah
4. Klien melakukan gerakan senam nifas hari I
pada sore hari sebanyak 5 siklus.secara
Mandiri
5. Tanda-tanda vital : TD 30/80 mmHg, N: 88
x/menit, suhu 37,2 C, RR 20 x/menit.
6. Klien tampak melakukan latihan nafas
dalam sebanyak 3 kali.
Tanggal No Evaluasi Paraf
DX
A
Ketidaknyamanan pasca partum
teratasi sebagian
P :
Implementasi ,meningkatkan rasa nyaman
dengan distraksi dan relaksasi,
Implementasi latihan senam nifas dilanjutkan

J :17.30 2 S:
O:
1. Tanda REEDA NH1
Luka perineum, tampak kemerahan, masih
ada oedem , tidak ada kebiruan, tidak ada
cairan yang keluar, jahitan berdekatan,
klien mengatakan perih bila luka perineum
diraba dengan telunjuk
2. Suhu 37 2 C
3. Klien tampak mendengarkan penjelasan
petugas
A
Risiko infeksi tidak terjadi
P:
Implementasi pencegahan infeksi
dan perawatan luka perineum dilanjutkan

J : 18.00 3 S:
Klien mengatakan saat ini ASInya masih
keluar sedikit/tidak lancar
Tanggal No Evaluasi Paraf
DX
O:
1. Klien tampak bersemangat menyusui
ibayinya saat menangis.
2. Klien belum melakukan dengan benar cara
perlekatan bayi.
3. Klien mengerti penjelasan petugas dan
merasa senang mendapat pengetahuan
tambahan dari petugas.
2. Klien tampak senang dan termotivasi
4. Puting susu menonjol dan bersih
5. Tampak bayi menangis saat disusui.

A:
Menyusui tidak efektif teratasi sebagian
P:
1. Lanjutkan intervensi edukasi menyusui dan
pendampingan proses menyusui..

J : 19.30 4 S:
Klien mengatakan senang merawat bayinya di
eumah bersama suaminya :
1. Klien dan suami terlihat merawat bayinya
bersama
2. Klien dan suami terlihat merawat bayi
dengan penuh kasih sayang
3. Suami tampak membantu klien
saat mengganti popok
4. Klien tampak bersemangat saat mengganti
popok.
A:
Tanggal No Evaluasi Paraf
DX
Pencapaian peran menjadi orang tua teratasi
sebagian
P
Intervensi promosi pengasuhan dan promosi
perilaku upaya kesehatan dilanjutkan.
.
18-07-2020 1 S:
1. Klien mengatakan rasa mules pada perut
sudah mulai hilang. Tapi kadang-kadang
J : 16.30 timbul rasa tidak nyaman pada daerah jalan
lahir
O:
1. Klien terlihat nyaman dan tenang
2. TD 130/80 mmHg, N : 84 x/menit, S : 37 0
C, RR : 20 x/menit.
7. Hasil pengukuran TFU 2 cm dibawah
pusat sekitaar 10-11 cm diatas simpisis ,
dipalpasi berkontraksi uterus kuat
(mengeras) , posisi uterus ditengah
8. Klien melakukan senam nifas hari II pada
sore hari sebanyak 5 siklus.

Ketidaknyamanan pasca partum teratasi


P:
Stop intervensi di RS, kenyamanan pasca
partum, imp dirumahlementasi latihan senam
nifas dilanjutkan dirumah

J ; 17.00 2 S:
O:
Tanggal No Evaluasi Paraf
DX
Tanda REEDA NH2
1. Luka perineum : tampak sedikit kemerahan,
udem berkurang, tidak kebiruan, tidak ada
cairan yang keluar, jahitan berdekatan
2. Suhu
37 C A :
Risiko infeksi tidak terjadi
P :
Implementasi perawatan luka
perineum dilanjutkan
J : 18.00 3 S:
1. Klien mengatakan ASI sudah keluar
menetes
O:
1. Klien tampak sering menyusui bayinya saat
menangis
2. Klien melakukan dengan benar
posisi menyusui bayinya
3. Puting susu menonjol dan bersih
4. Tampak bayinya tertidur setelah menyusui
5. Miksi lebih dari 8 kali/hari

A : Menyusui tidak efektif teratasi


P:
Stop intervensi di Rs lanjutkan implementasi
pendampingan menyusui di rumah

J : 19.30 4 S:
Klien dan suami mengatakan siap bertambah
peran dalam merawat anak pertamanya
Tanggal No Evaluasi Paraf
DX
O:
1. Klien dan suami terlihat merawat bayinya
bersama
2. Klien dan suami menggendong bayinya
dengan penuh kasih sayang
A:
Pencapaian peran menjadi orang tua teratasi

P:
Stop intervensi, di lanjutkan di rumah tentang
perawatan bayi.

19-07-2020
J : 15.00 1 S:
1. Klien mengatakan akan melanjutkan latihan
senam nifas dirumah
O:
1. Klien melakukan latihan senam nifas hari
ke 3 secara mandiri sebanyak Hasil
pengukuran TFU 3 cm dibawah pusat, atau
sekitar 9-10 cm diatas simphisis, saat
dipalpasi kontraksi uterus mulai berkurang,,
posisi uterus ditengah

A:
Ketidaknyamanan pasca partum teratasi
P
Implementasi latihan senam nifas
tetap dilanjutkan di rumah

J : 17.00 2 S:
Tanggal No Evaluasi Paraf
DX
O:
Tanda REEDA NH3
Luka perineum : tidak tampak kemerah , udem
tidakada , tidak ada kebiruan, tidak\ ada cairan
yang keluar, jahitan berdekatan,
A
Risiko infeksi tidak terjadi
P:
Implementasi distop di Rs, perawatan luka
perineum dilanjutkan rumah

B. PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Ny I usia 28 tahun
dengan primipara pada diagnosa keperawatan 1, data subjektif : klien
mengatakan perut bagian bawah terasa mules dan terasa tidak nyaman,
klien mengatakan tidak nyaman pada area jalan lahir apalagi kalau
dipakai posisi duduk agak lama, data objektif : Klien tampak
memegang daerah perut bagian bawah, saat dilakukan palpasi pada
daerah abdomen bawah : kontraksi uterus teraba (mengeras), saat
dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri dengan metlin sekitar Sekitar
12 – 13 cm dari atas symphisis atau 1 cm di bawah pusat, klien tampak
keringat berlebih, TD : 130/80 mmHg, Nadi : 88 x/menit, Suhu : 37,30
RR : 22 x/menit. Menurut teori involusi uteri merupakan proses kembalinya
alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan sehingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Intensitas kontraksi uterus
meningkat setelah melahirkan berguna untuk mengurangi volume cairan intra
uteri. setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi menurun
stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri
sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti. Setelah
plasenta lahir, uterus merupakan organ yang keras, karena kontraksi ini
menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang disebut after pain post
partum terjadi pada hari ke 2-3 hari. Penulis berasumsi rasa tidak
nyaman berupa mules pada daerah perut bawah yang dirasakan oeh Ny
I adalah merupakan adaptasi fisiologis alat-alat reproduksi yaitu pada
organ uterus yang berkontraksi dan sering ditemukan pada ibu post
partum dan akan hilang setelah hari ke 3 melahirkan.

Hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Ny I pada diagnosa


keperawatan 2, data subjektif tidak tersedia, data objektif : terdapat
luka post perineuraphi grade 2, Leukosit 14.5 ul , Suhu 37,3 0C, tanda
REEDA NH1 : Luka perineum merah, ada odema, tidak ada kebiruan,
tidak pada rembesan dari luka, jahitan berdekatan. Menurut teori
0
terjadi peningkatan temperatur pada post partum dapat mencapai 38
C dan normal terjadi dalam 24 jam pertama. Kenaikan suhu ini
disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina atau pun keringat,
dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina, penulis
beramsumsi data yang ditemukan sesuai dengan teori yang ada . Selain
itu peningkatan suhu juga bisa terjadi karena mekanisme penyembuhan
luka.

Hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Ny I,data subjektif : klien


mengatakan belum percaya diri saat menyusui bayinya, klien
mengatakan ASInya masih sedikit keluar, klien mengatakan masih
canggung untuk untuk posisi menyusui, data objektif : Puting susu
menonjol tampak bersih dan tidak lecet,tampak bayi tidak melekat pada
payudara klien, tampak ASI tidak menetes/memancar, bayi menangis
saat disusui dan menolak untuk menghisap. Menurut teori pada waktu 2
hari pertama nifas keadaan Payudara belum mengandung susu
melainkan caitan kolostrum yang dapat keluat dengan memijat aerola
mammae. Penulis berasumsi karena pada kasus kelolaan adalah
primipara, belum mempunyai pengalaman untuk menyusui, merupakan
hal baru bagi si ibu. Biasanya pada ibu yang baru pertama menyusui
ada perasaan malu dan sensasi yang tidak menyenangkan (geli) saat
bayi pertama kali menghisap puting susu ibu. Selain itu juga posisi
menyusui yang kurang tepat juga mempengaruhi proses menyusui.
Penulis melakukan pengkajian hari pertama post partum dimana hari
pertama post partum ASI memang masih sedikit keluar.

Hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Ny I pada diagnosa


keperawatan 4, data subjeitf : klien mengatakan sangat bahagia
dengan kelahiran anak pertamanya yang sangat dinantikan selama 4
tahun,. klien dan suami siap menerima anggota baru dalam
keluarganya., klien mengatakan sudah tidak sabar ingin merawat
banyinya sendiri, data objektif : Tampak suami membantu klien saat
mengganti popok, klien tampak menggendong bayinya saat menangis
dengan penuh kasih sayang.. Menurut teori Ny I dengan hari pertama
post partum berada pada tahap adaptasi psikologis Taking In, yang
berlansung 1-2 hari setelah melahirkan. Dimana pada fase ini si ibu
pasip terhadap lingkungan dan ibu sangat tergantung dengan orang
lain, mengharapkan segalah sesuatu dapat di penuhi orang lain. Dalam
hal ini terjadi kesenjangan antara teori dengan kasus Ny I. Penulis
berasumsi karena keluarga Ny.I sudah 4 tahun menantikan kehadiran
seorang anak, sehingga saat anak lahir mereka sudah siap mental
dalam perubahan peran dan merawat bayi.

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008) faktor –faktor yang dapat


mempengaruhi proses involusi uterus salah satunya adalah faktor usia
ibu melahirkan dan riwayat paritas. Pada usia. 20 – 30 tahun
merupakan usia yang sangat ideal untuk terjadinya proses involusi
yang baik. Hal ini disebabkan karena faktor elastisitas dari otot uterus
mengingat ibu yang telah berusia 35 tahun lebih elastisitas ototnya
berkurang. Paritas mempengaruhi proses involusi uterus. Paritas pada
ibu multipara cenderung menurun kecepatannya dibandingkan ibu
yang primipara karena pada primipara kekuatan kontraksi uterus lebih
tinggi dan uterus teraba lebih keras, sedangkan pada multipara
kontraksi dan retraksi uterus berlangsung lebih lama begitu juga
ukuran uterus pada ibu primipara ataupun multipara memiliki
perbedaan sehingga memberikan pengaruh terhadap proses involusi.
Hal ini sejalan dengan yang penulis dapatkan dari kasus Ny I usia 28
tahun dengan primipara sehingga penulis beramsumsi faktor usia ibu
terlalu muda yaitu <20 tahun/terlalu tua >35 tahun serta paritas sangat
mempengaruhi proses involusi uteri.

2. Diagnosa Keperawatan
Penulis menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny.I. sebagai berikut:
a. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan proses
involusi uteri dibuktikan dengan adanya kontraksi uterus, perut
terasa mules;
b. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif;
c. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan
suplai ASI dibuktikan dengan ASI tidak menetes atau memancar,
bayi menangis saat disusui,bayi menolak untuk menghisap;
d. Pencapain peran menjadi orang tua dibuktikan dengan
perkembangan bayi yang optimal

Menurut SDKI tahun tahun 2017, diagnosa keperawatan yang dapat


muncul pada pasien post partum adalah: 1) Ketidaknyamanan passca
partum berhubungan dengan proses involusi uterus; 2) Risiko infeksi
dibuktikan dengan efek prosedur invasif; 3) Menyusui efektif
dibuktikan dengan hormon oksitosin dan prolaktin adekuat; 4)
Pencapaian peran menjadi orang tua dibuktikan dengan perkembangan
bayi yang optimal
Penulis menemukan ada kesenjangan antara diagnosa
keperawatan menurut SDKI tahun 2017 dengan diagnosa yang
didapat dari kasus yaitu diagnosa keperawatan menyusui tidak
efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan suplai ASI..
Penulis beramsumi karena pada kasus kelolaan adalah
primipara, belum mempunyai pengalaman untuk menyusui,
merupakan hal baru bagi si ibu. Biasanya pada ibu yang baru
pertama menyusui ada perasaan malu dan sensasi yang tidak
menyenangkan (geli) saat bayi pertama kali menghisap puting
susu ibu. Selain itu juga posisi menyusui yang kurang tepat juga
mempengaruhi proses menyusui. Penulis melakukan pengkajian
hari pertama post partum dimana hari pertama post partum ASI
memang masih sedikit keluar.

3. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang telah dilakukan untuk kasus Ny I diagnosa
keperawatan Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan
proses involusi uteri dibuktikan dengan adanya kontraksi uteri, perut
terasa mules ((D.0075) dengan luaran keperawatan status kenyamanan
pasca partum (07061) dilakukan implementasi: Perawatan pasca
persalinan (I.07255) danPerawatan Kenyamanan (I.08245), intervensi
Perawatan pasca persalinan dan perawatan kenyamanan telah penulis
lakukan kecuali memberikan kompres dingin atau hangat serta
memberikan terapi akupresur serta terapi hipnotis tidak diberikan.
Karena dengan mengatur posisi yang tepat dan teknik relaksasi
ketidaknyaman pasca partum sdh berkurang. Dalam implementasi
penulis meambahkan latihan senam nifas.

Diagnosa keperawatan Risiko infeksi d/d efek prosedur invasif


(D.0142) dengan luaran keperawatan Tingkat infeksi (L.14137)
dilakukan implementasi Pencegahan Infeksi (I.14539) dan Perawatan
perineum (I.07226) intervensi telah penulis lakukan sesuai intervensi.
Diagnosa keperawatan Menyusui tidak efektif berhubungan dengan
ketidak adekuatan suplai ASI dibuktikan dengan ASI tidak menetes
atau memancar, bayi menangis saat disusui,bayi menolak untuk
menghisap (D.0029) dengan luaran Status menyusui (L.,03029)
dilakukan implementasi edukasi menyusui (I.12393) dan
pendampingab proses menyusui (I.03130) intervensi telah penulis
lakukan semuanya.Diagnosa keperawatan Pencapaian peran menjadi
orang tua dibuktikan dengan perkembangan bayi yang optimal
(D.0126) dengan luaran peran menjadi orang tua (L.13120) dilakukan
intervensi keperawatan Promosi Pengasuhan ( I.13495) dan Dukungan
penampilan peran ( I.13478). Penulis melakukan seluruhnya pada
kasus Ny I.

4. Evaluasi Keperawatan
Hasil pada kasus Ny.I diagnosa keperawatan klien mengatakan
ketidaknyamanan pasca partum sudah berkurang, rasa mules di perut
hilang, dan hasil pemeriksaan tekanan darah sebelum pemberian obat
130/80 mmHg, nadi 88x/menit, sesudah pemberian obat 130/80 mmHg
nadi 84 x/menit, TFU 3 jari dibawah pusat atau 9 – 10 cm dari atas
simphisis, kontraksi uterus kuat, letaknya ditengah, berdasarkan hasil
tersebut penulis berasumsi masalah teratasi

Hasil pada kasus Ny.I diagnosa keperawatan Untuk Diagnosa kedua


tanda-tanda infeksi tidak ada, setelah dilakukan perawatan luka
perineum dan pencegahan infeksi didapatkan hasil : Tanda REEDA
NH3 : Luka perineum tidak tampak kemerahan, udem tidak ada ,
tidak ada kebiruan, tidak\ ada cairan yang keluar, jahitan berdekatan,
klien. Suhu 37 C. Penulis berasumsi masalah teratasi.

Hasil pada kasus Ny.I diagnosa keperawatan Diagnosa ke 3 setelah


dilakukan edukasi menyusui dan pendampingan proses menyusui
didapatkan hasil, klien melakukan dengan benar cara perlekatan bayi
ASI sudah menetes/memancar, bayi tidak menangis lagi saat
disusui.Penulis berasumsi masalah teratasi.

Hasil pada kasus Ny.I diagnosa keperawatan Diagnosa ke 4, klien dan


suami tampak bersama-sama merawat bayi, klien dan suami
menggendong bayinya dengan kasih sayang, penulis beramsumsi
masalah teratasi.
5. Pembahasan Kasus Intervensi Berdasarkan Evidence Practice
Tabel 3.7
Pembahasan Kasus dan jurnal
Uraian Kasus Jurnal
Aplikasi senam Pre test Pre tes
senam Nifas NH1 NH1
TFU : 1 cm dibawah Kelompok intervensi
pusat atau 12 – 13 cm dari (melakukan senam nifas)
atas syimphisis, kontraksi Skor mean 12.90
kuat (teraba keras), letak Kelompok kontrol ( tidak
uterus ditengah. melakukan senam nifas )
Skor mean 12.80

Post test Post test


NH3 NH6
TFU : 3 cm dibawah :Kelompok Intervensi
pusat atau 9 – 10 cm dari (melakukan senam nifas )
atas syimphisis, kontraksi Skor mean 5.20
kuat (teraba keras), letak Kelompok kontrol (tidak
uterus ditengah. melakukan senam nifas)
Skor mean 6.60
Lama waktu Hari 3 Hari ke 6

Hasil evaluasi Evidence Base Practice senam nifas terhadap


potensi penurunan tinggi fundus uteri dilakukan pada post partum
hari pertama (pre test) pada kelompok kontrol TFU 12.80 dan
kelompok intervensi ( melakukan senam nifas) didapatkan TFU
12,90. Setelah dilakukan Intervensi selama 6 hari hasil yang
didapatkan post test kelompok kontrol TFU 6.60 dan kelompok
Intervensi 5,20 terjadi penurunan TFU 7 cm. Intervensi frekuensi
Evidence Base Practice yang dilakukan pada kasus NY I selama 3
hari setiap sore dengan melakukan senam nifas 5-10 siklus/
perhari. Hasil pengukuran pertama (pre test) TFU 1 cm dibawah
pusat atau 12 – 13 cm dari atas simphisis, hasil pengukuran hari ke
2 TFU 2 cm dibawah pusat atau 10 – 11 cm dari atas simphisis
dan hasil pengukuran terakhir yaitu hari ke 3 (post test) TFU 3 cm
dibawah pusat atau 9 – 10 cm di atas simphisis, didapatkan hasil
penurunan TFU 2 cm. Menurut Surtiati dan Nawati (2010)
menyebutkan senam nifas yang dilakukan pada ibu post partum
berpengaruh terhadap pemulihan fisik sembilan kali lebih cepat
dari pada ibu yang tidak melakukan senam nifas, dimana
pemulihan fisik termasuk involusi uterus yang dilihat dari
penurunan tinggi fundus uteri. Senam nifas dapat dilakukan pada
semua ibu nifas bahkan pada ibu yang tidak terbiasa berolah raga,
karena gerakannya cukup sederhanan tapi terbukti mampu
memulihkan segera kondisi ibu setelah bersalin dan menjaga
stamina ibu (Suherni dkk, 2010). Keuntungan gerakan ini dapat
dilakukan secara mandiri di rumah sesuai dengan kondisi fisik si
ibu. Senam nifas terdiri dari 7 tahap dimana tujuan senam nifas
dilakukan diantaranya : membantu mempercepat pemulihan
keadaan ibu, mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan
fungsi organ kandungan, membantu memulihkan kekuatan dan
kekencangan otot-otot panggul, perut dan perineum terutama otot
yang berkaitan selama kehamilan dan persalinan, memperlancar
pengeluaran lochea, membantu mengurangi rasa sakit pada otot-
otot setelah melahirkan, merelaksasi otot-otot yang menunjang
proses kehamilan dan persalinan, meminimalisir timbulnya
kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli, trombosis,
memperlancar ASI (Air Susu Ibu) dalam hal ini membantu fungsi
payudara dan memulihkan ketegangan karena lelah merawat bayi,
mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil
( Maryunani & Sukaryati, 2011).
Intervensi Evidence Base Practice yang dilakukan penulis
dilakukan selama 3 hari sedangkan menurut artikel jurnal 6 hari,
terdapat kesenjangan antara kasus dan teori karena pasien telah
diijinkan pulang dari Rumah Sakit dan hasil evaluasi menunjukan
TFU : 3 cm dibawah pusat dari atas syimphisis, kontraksi kuat
(teraba keras), letak uterus ditengah, dimana selama 3 hari
dilakukan senam nifas terjadi penurunan TFU setiap harinya 1 cm
sesuai dengan teori involusi uterus. Sedangkan pada artikel jurnal
selama 6 hari dilakukan senam nifas terjadi penurunan tinggi
fundus uteri 7 cm.Penulis berasumsi hasil pemeriksaan pada hari
ketiga menunjukkan TFU: 3 cm dibawah pusat dari atas simpisis,
kontraksi kuat hal ini. Dari evaluasi yang di dapat pada kasus ini
ada perbedahan hasil pengukuran TFU dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh labamondo. Penulis berasumsi perbedaan ini
dapat disebabkan oleh perbedaan waktu dalam pengaplikasian
jurnal dimana pada Ny I hanya dilakukan selama 3 hari sedangkan
pada jurnal dilakukan 6 hari lamanya.

Disamping itu penulis juga berasumsi ada beberapa faktor lainnya


yang mempengaruhi involusi uterus diantaranya faktor usia ibu
saat melahirkan.dimana pada usia 20 – 30 tahun adalah usia yang
sangat ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik. Hal ini
disebabkan karena faktor elastisitas dari otot uterus masih baik
dibandingkan dengan ibu yang telah berusia > 35 tahun. Kemudian
faktor paritas dimanan paritas pada ibu multipara cenderung
menurun kecepatannya dibandingkan ibu yang primipara karena
pada primipara kekuatan kontraksi uterus lebih tinggi dan uterus
teraba lebih keras, sedangkan pada multipara kontraksi dan retraksi
uterus lebih lama begitu juga ukuran uterus pada ibu primipara
dengan multipara memiliki perbedaan sehingga memberi pengaruh
terhadap proses involusi. Selain itu faktor IMD (Inisiasi Menyusui
dini) : dengan memberikan ASI segera setelah bayi lahir akan
memberikan efek kontraksi pada otot-otot polos uterus,dengan
adanya kontak fisik antara ibu dan bayi mengakibatkan konsentrasi
ferifer oksitosin dalam sirkulasi darah meningkat dengan respon
hormonal oksitosin diotak yang memperkuat kontraksi uterus yang
dapat membantu penurunan TFU.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil aplikasi keperawatan dan pembahasan tentang pengaruh
senam nifas terhadap potensi percepatan involusi uteri pada ibu post partum
di ruang Rawat Gabung RSUD Karawang tahun 2019 dapat disimpulkan
bahwa senam nifas efektif mempercepat involusi uteri pada ibu post partum.

Berdasarka dengan jurnal diatas penulis mengaplikasikan kepada NY. I


dengan post partum NH1 dengan perineuraphi, hal yang dilakukan adalah
mengidentifikasi percepatan involusi uteri dengan cara mengukur tinggi
fundus uteri dan memberikan edukasi dan latihan senam nifas selama 6 hari
sehingga klien dapat mandiri melakukannya baik di Rumah Sakit maupun
dirumah.

B. Saran
1. Pelayanan kesehatan
Senam nifas sudah sering kita dengar melalui edukasi yang diberikan
tapi masih jarang dilakukan diruang Rawat Gabung RSUD Karawang,
perlu bahan kajian lanjutan dengan uji coba sampel yang lebih besar lagi.
Agar penerapan senam nifas lebih disosialisasikan bagi ibu post partum
sebagai alternatif asuhan keperawatan mandiri dalam upaya meingkatkan
mutu pelayanan post partum care.
2. Institusi pendidikan
Tulisan ini meningkatkan pengetahuan baru serta mengembangkan
kualitas pembelajaran yang didapat menjadi landasan dalam
meningkatkan praktik mandiri keperawatan yang berkaitan dengan
potensi percepatan involusi uteri dengan menggunakan latihan senam
nifas.

103
104

3. Klien dan keluarga


Ny I mendapat pengalaman dan pengetahuan tentang senam nifas untuk
berbagi pengetahuan dengan keluarga yang lain tentang pengaruh senam
nifas terhadap potensi percepatan tinggi fundus uteri pada ibu post
partum.
4. Penulis lain.
Karya tulis ilmiah ini diharapkan bagi peneliti lain dapat dilakukan
dengan uji coba sampel yang lebih besar lagi dengan adanya kelompok
kontrol yang tidak diberikan senam nifas sehingga didapatkan
perbandingan hasil yang lebih maksimal tentang potensi percepatan
involusi uteri pada klien yang melakukan senam nifas dengan klien yang
tidak melakukan senam nifas.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Retna, E, Wulandari. D (2008), Asuhan Kebidanan Nifas, Yogyakarta


: Mitra Cendikia.
Ambarwati (2010), Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nusa Medika
Andriyani (2013) Pengaruh Pengaruh senam Nifas terhadap penurunan Tinggi
Fundus Uteri pada ibu post partum.

Bobak, Lowdermilk, & Jhonson, 200,5. Maternal Nursing 4th edition. Mosby,
Philadelphia, Chasion, Perry, Lowdemiik (2013) Keperawatan Maternitas
Edisi 8 Singapore : Elsevier Morby.

Dahlan, Sopiyudin. 2010). Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian


BidangKedokteran Dan Kesehatan. Sagung Seto : Jakarta.

El-Mekawy, Hanan S, El-Lythy and Adel F, El Begawy. (2013). Effect of


Abdominal exercisesverusu Abdominal Supporting belt on Post Partum
Abdominal Effeciency and Rectus separation.

Golmakani, N., Zare, Z., Khadem, N., Shareh, H., & Shakeri, M. T. (2015). The
effect of pelvicfloor muscle exercises program on sexual self-efficacy in
primiparous women afterdelivery. Iranian journal of nursing andmidwifery
research, 20(3), 347-53

. Gynaecology Canada Volume 25, Issue 6, June 2003, Pages 487-498.


https://doi.org/10.1016/S1701-2163(16)30310-3.Hi Park, S.,Bum Kang, C.
(2014). Effect of Kegel Exercises on the Management of Female
Stress Urinary Incontinence: A Systematic Review of Randomized
Controlled Trials.
Harvey, MA. (2003). Pelvic Floor Exercises During and After Pregnancy: A
SystematicReview of Their Role in Preventing Pelvic Floor Dysfunction.
Journal of Obstetrics and

Gynaecology Canada Volume 25, Issue 6, June 2003, Pages 487-498.


https://doi.org/10.1016/S1701-2163(16)30310-3.Hi Park, S.,Bum Kang, C.
(2014). Effect of Kegel Exercises on the Management of Female
Stress Urinary Incontinence: A Systematic Review of Randomized
Controlled Trials.

Hidawi Journal. Advances in Nursing. Volume 2014, Article ID 640262, 10


pages.http://dx.doi.org/10.1155/2014/640262.

Ineke (2016) Pengaruh Senam Nifas Terhadap Tinggi Fundus Uteri dan Jenis
Lochea pada Primipara

Jhonson. (2002). Kegel Exercise. Nuha Medika: Yogyakarta.Sastroasmoro dan


Sofyan, I. (2010). Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Sagung Seto:
Jakarta
Jiarti Kusbandiyah (2019) Pengaruh Postnatal Massage terhadap Proses Involusi
Uterus dan Laktasi Masa Nifas di Malang tahun 2019

Kementrian Kesehatan RI (2016), Pusat Data dan Informasi Kementrian


Kesehatan RI Jakarta : Infodatin.

Labamondo Intan (2019) Pengaruh senam nifas terhadap penurunan Tinggi


Fundus Uteri pada ibu post partum di Klinik Kartika Jaya Tahun 2019

Marmi, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “ Peurperium Care”.

Maryunani, A dan Sukaryati (2011). Senam Hamil, Senam Nifas dan terapi Musik
Nuryani, (2017) Pengaruh Mobilisasi Dini Dan Senam Nifas Terhadap Proses
Involusi Uteri Ibu Nifas Di Bangsal An-Nisa RSU PKU Muhammadiyah
Bantul tahun 2017

PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Defenisi danTindakan


Keperawatan, Edisi 1 Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi danTindakan
Keperawatan, Edisi 1 Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2016), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Defenisi danTindakan
Keperawatan, Edisi 1 Jakarta : DPP PPNI

Purwoastuti dan Walyani (2015) Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui
Yogyakarta : Pustaka Baru Pres

Ineke Malahayati (2017) Perbandingan Efektifitas Mobilisasi Dini Dan Senam


Nifas Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Normal Di Bidan
Praktek Mandiri (BPM) Kota Pematang Siantar

Saleha Siti, 2019, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas . Jakarta : Salemba
Medika
Sapitri Nur Ika (2019) Pengaruh Senam Nifas Terhadap Proses Involusi Uteri
Pada Ibu Post Partum..

S. Cavkaytar, M. K. Kokanali, H. O. Topcu, O. S. Aksakal & M. Doğanay.


(2015). Effect ofhome-based Kegel exercises on quality of life in women
with stress and mixed urinaryincontinence, Journal of Obstetrics and
Gynaecology, 35:4, 407-410, DOI: .

Sumiasih NN, Erawati S, Purnamayanthi D (2012), The Effectivity of Kegel


Exercises toprevent the occurrence of urine retention and edema on the
sutures of the perinium. Jurnal
Skala Husada, Volume 9, Nomor 1, April 2012 halaman 67-72.Sherwood, Laura
Iee. (2011). Fisiologi Manusia. Jakarta:EGC.

Ulfah M. (2016). Effektivitas Kombinasi Latihan Otot Dasar panggul dan Perut
terhadap Involusio Uteri pada Ibu Nifas. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Volume
7, Nomor 2, Desember2016, Halaman 127-135.

Varney H, Kriebs J M, Gegor C L. (2004). Varney Midwifery Forth Edition,


London: Jonesaand Barlett Publisher

Widianti, Anggriyana Tri dan Ayikah Proverawati (2010) Senam Kesehatan,


Yogyakarta : Nuha Medika

Yulita Elvira (2019 ) Pengaruh Senam Nifas Terhadap Kecepatan Involusi Uteri
Pada Ibu Nifas Di PBM Wilayah Kerja Puskesmas Basuki Rahmad Kota
Bengkulu Tahun 2019
LAMPIR
AN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama : TettiHasibuan

Tempat/Tanggallahir : P Bandar 30 April 1974

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Perumahan Karaba Indah Blok HA 07 RT/RW

07/09 Wadas Kelurahan Teluk Jambe Timur


Karawang.

Telepon : 081296100455

Email : tettihasibuan74@gmail.com

Pengalamankerja : Sejak Desember 1996 – Juli 1998 bekerja di RS


Tiara PematangSiantar.

Sejak Juli 1998 – Desember 2000 bekerja di


Klinik Tiara Medika Cikupa Tangerang.

Sejak 1 Desember 2000 - sekarang bekerja di RS


Bayukarta Karawang.

Riwayat Pendidikan

1. 1980– 1986 : SD Negeri Huta Bagasan


2. 1986 – 1989 : SMP Negeri Pematang Bandar
3. 1989 - 1992 : SMA Negeri Perdagangan
4. 1993 – 1996 : Akper Darmo Medan
5. 2017- 2019 : S1 Keperawatan STIKes Kharisma Karawang
6. 2019 – 2020 : Pendidikan Ners StiKes Kharisma Karawang
Gambar Dokumentasi
SOP SENAM NIFAS

NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN


1/4

PROGRAM
STUDI
PENDIDIKAN
NERS STIKes TANGGAL TERBIT
KHARISMA
15/07/2020 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STANDAR STIKes KHARISMA
PROSEDUR
OPERASIONAL
1. Pengertian Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin
setelah melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan
selama kehamilan dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal
seperti semula.

2. Tujuan 1. Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi organ


kandungan
2. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot
panggul, perut dan perineum terutama otot yang berkaitan selama
kehamilan dan persalinan.
3. Memperlancar pengeluaran lochea.
4. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan.
5. Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan
persalinan.
6. Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya
emboli, trombosis dan lain-lain.
7. Memperlancar ASI (Air Susu Ibu) dalam hal ini membantu fungsi
payudara dan memulihkan ketegangan karena lelah merawat bayi.
8. Mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil

3. Kebijakan Dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan


4. Prinsip Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi organ
kandungan

5. Peralatan 1. Leaflet
2. Lembar balik
6. Prosedur 1. Tahap pra interaksi
a. Melakukan verifikasi data
b. Indentifikasi pasien.
c. Mencuci tangan

2. Tahap orientasi :
1. Memberikan salam kepada klien
dan keluarga
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
yang akan dilakukan
3. Menanyakan persetujuan dan
kesiapan klien

3. Tahap Kerja
a. Mengajarkan kepada klien tentang
gerakan senam nifas
b. Langkah-langkah senam nifas
1. Hari pertama
Berbaring dengan lutut
ditekuk. Tempatkan
tangan di atas perut di
bawah area iga – iga.
Napas dalam dan lambat
melalui hidung tahan
hingga hitungan ke-5 atau
ke-8 dan kemudian
keluarkan melalui mulut,
kencangkan dinding
abdomen untuk
membantu mengosongkan
paru – paru.
Lakukan dalam waktu 5
– 10 kali hitungan pada
pagi dan sore hari .
2. Hari kedua
Berbaring terlentang, lengan
dikeataskan diatas kepala,
telapak terbuka keatas.
Kendurkan lengan kiri sedikit
dan regangkan lengan kanan.
Pada waktu yang bersamaaan
rilekskan kaki kiri dan
regangkan kaki kanan.
sehingga ada regangan penuh
pada seluruh bagian kanan
tubuh. Lakukan 15 kali
gerakan pada pagi dan sore
3. Hari ketiga
Kontraksi vagina. Berbaring
terlentang. Kedua kaki
diregangkan.Tarik dasar
panggul, tahan selama 3 detik
dan kemudian rileks. Lakukan
5-6 kali dalam latihan pagi
dan
sore.

4. Hari keempat
Memiringkan panggul. Berbaring lutut ditekuk.
Kontraksikan/ kencangkan otot – otot perut sampai tulang
punggung mendatar dan kencangkan otot – otot bokong tahan
3 detik kemudian rileks. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan
pada pagi dan sore.

5. Hari kelima
Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke
lutut. Angkat kepala dan bahu kira – kira 45°, tahan 3 detik
dan rileks dengan perlahan. Lakukan dalam 10-15 kali
gerakan pada pagi dan sore

6. Hari keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di
samping badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90°
secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Jangan
menghentak ketika menurunkan kaki, lakukan perlahan
namun bertenaga. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali pada pagi
dan sore hari.

7. Hari ketujuh

Tidur telentang dengan kaki terangkat keatas, badan agak


melengkung dengan letak pada kaki bawah lebih atas.
Lakukan gerakan pada jari – jari kaki seperti mencakar dan
meregangkan, selanjutnya diikuti dengan gerakan ujung
kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam,
kemudian gerakkan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan
ke bawah seperti menggergaji. Lakukan gerakan ini masing
– masing selama setengah menit dengan 10-15 kali gerakan
pada pagi dan sore.
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
SENAM NIFAS

Pokok Bahasan : Post Partum


Sub Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan tentang senam Nifas
Waktu : 20 menit
Sasaran : Ny I
Tempat : Ruang Rawat Gabung RSUD Karawang
Hari/Tanggal : 17 September 2020
Penyuluh : Tetti Hasibuan

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit klien mampu
melakukan gerakan senam nifas
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, klien dapat menyebutkan :
a. Pengertian senam nifas
b. Tujuan senam nifas
c. Cara latihan senam nifas
d. Waktu latihan senam nifas

KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN


No Tahap Waktu Kegiatan Media
Penyuluh Peserta
1 Pembukaan 3 ● Memberi ● Menjawab Lembar
menit salam pembuka salam Balik
● Memperkenalka
n Diri ● Mendengarkan Leaflet
● Menjelaskan
pokok ● Mendengarkan/
bahasan dan memperhatikan
tujuan
penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Media
Penyuluh Peserta

2 Pelaksanaan 10 ● Menjelaskan ● Mendengarkan/


Menit pengertian senam memperhatikan
nifas
● Menjelaskan ● Klien/keluarga
tujuan senam mengajukan
Nifas pertanyaan
● Menjelaskan ● Mendengarkan
waktu /memperhatikan
melakukan
senam nifas
● Menjelaskan cara ● Menjelaskan/
latihan senam mendengarka
nifas n
● Mendomonstrasi
kan senam nifas ● Klien
● Memberi memperhatika
kesempatan n
kepada ● Klien
klien untuk mengajukan
bertanya. pertanyaan
● Memberi
evaluasi ● Klien
dan mengajukan/me
reinforcement njawab
kepada pertanyaan.
klien
yang dapat

3 Penutup 7 menjawab

menit pertanyaan.
● Mendengarkan
● Menyimpulkan ● Mendengarkan
● Kontrak waktu ● Menjawab
salam
● Menutup dengan
salam
Metode :
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Peraga
Materi

A. Pengertian
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah
melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan
dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula.

B. Tujuan
1. Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi organ
kandungan
2. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul,
perut dan perineum terutama otot yang berkaitan selama kehamilan dan
persalinan.
3. Memperlancar pengeluaran lochea.
4. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan.
5. Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan.
6. Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli,
trombosis dan lain-lain.
7. Memperlancar ASI (Air Susu Ibu) dalam hal ini membantu fungsi
payudara dan memulihkan ketegangan karena lelah merawat bayi.
Mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil

C. Waktu
Lakukan senanm 1-2 x/hari sebanyak 5- 10 siklus

D. Cara
1. Hari pertama
Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas perut di bawah
area iga – iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung tahan hingga
hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan melalui mulut,
kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan paru –
paru. Lakukan dalam waktu 5 – 10 kali hitungan pada pagi dan sore hari .
2. Hari kedua
Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka
keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan. Pada
waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki kanan.
sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh. Lakukan
15 kali gerakan pada pagi dan sore
3. Hari ketiga
Kontraksi vagina. Berbaring terlentang. Kedua kaki diregangkan.Tarik
dasar panggul, tahan selama 3 detik dan kemudian rileks. Lakukan 5-6
kali dalam latihan pagi dan sore.
4. Hari keempat
Memiringkan panggul. Berbaring lutut ditekuk. Kontraksikan/
kencangkan otot – otot perut sampai tulang punggung mendatar dan
kencangkan otot – otot bokong tahan 3 detik kemudian rileks. Lakukan
dalam 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.
5. Hari kelima
Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat
kepala dan bahu kira – kira 45°, tahan 3 detik dan rileks dengan
perlahan. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore
6. Hari keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan,
kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90° secara bergantian antara
kaki kiri dan kaki kanan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki,
lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali
pada pagi dan sore hari.
7. Hari ketujuh
Tidur telentang dengan kaki terangkat keatas, badan agak
melengkung dengan letak pada kaki bawah lebih atas. Lakukan
gerakan pada jari – jari kaki seperti mencakar dan meregangkan,
selanjutnya diikuti dengan gerakan ujung kaki secara teratur seperti
lingkaran dari luar ke dalam, kemudian gerakkan telapak kaki kiri
dan kanan ke atas dan ke bawah seperti menggergaji. Lakukan
gerakan ini masing – masing selama setengah menit dengan 10-15
kali gerakan pada pagi dan sore.

E. Metode Evalusi :
Jenis lisan yaitu Ny I memahami apa yang disampaikan dan
menjawab dengan benar pertanyaan yang diajukan diantaranya :
1. Ny I mampu menjelaskan pengertian senam nifas
2. Ny I mampu menjelaskan tujuan senam nifas
3. Ny I Mampu memperagakan senam nifas.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik dan jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4:
Alih Bahasa. Maria A, Wijayarini, peter I, Anugerah : editor Renata Komalasari,
Jakarta
SE
NA
M
NI
FA
S
O
l
e
h
:
T
E
T
T
I
H
A
S
I
B
U
A
N
NIM :

4331314

9011909

9
P
E
N
G
E
R
T
I
A
N
S
E
N
A
M
N
I
F
A
S
Se
na
m
nif
as
ad
ala
h
lati
ha
n
ge
rak
ya
ng
dil
ak
uk
an
se
ce
pa
t
mu
ng
kin
set
ela
h
me
lah
irk
an,
su
pa
ya
oto
t-o
tot
ya
ng
me
ng
ala
mi
pe
re
ga
ng
an
sel
am
a
ke
ha
mil
an
da
n
pe
rsa
lin
an
da
pa
t
ke
mb
ali
ke
pa
da
ko
ndi
si
no
rm
al
se
pe
rti
se
mu
la
TUJUAN SENAM
NIFAS
1.Membantu mempercepat pemulihan

keadaan ibu.

2.Me
mp
erc
ep
at
pro
ses
inv
olu
si
ute
rus
da
n
pe
mu
lih
an
fun
gsi
org
an
ka
nd
un
ga
n
3.Membantu memulihkan kekuatan

dan

kekencan
gan
otot-otot
panggul,
perut dan
perineum
terutama
otot yang
berkaitan
selama
kehamila
n dan
persalina
n.
4.Memperlancar pengeluaran lochea.

5.Membantu
mengurang
i rasa sakit
pada
otot-otot
setelah
melahirkan
.
6.Merelaksasi otot-otot yang

menunjang proses

kehamilan dan persalinan.

7.Meminima
lisir
timbulnya
kelainan
dan
komplikasi
nifas,
misalnya
emboli,
trombosis
dan
lain-lain.
8.Memperlancar ASI (Air Susu Ibu)

dalam hal ini

memba
ntu
fungsi
payuda
ra dan
memuli
hkan
ketega
ngan
karena
lelah
meraw
at bayi.
9.Mencegah kesulitan buang air besar

dan buang
air kecil
MANFAAT SENAM NIFAS
1.Mem
bantu
penye
mbuh
an
rahim,
perut,
dan
otot
pangg
ul
yang
meng
alami
traum
a
serta
memp
ercep
at
kemb
alinya
bagia
n-bagi
an
terseb
ut
keben
tuk
norma
l.
2.Memb
antu
menor
malka
n
sendi-
sendi
yang
menja
di
longg
ar
diakib
atkan
keha
milan
dan
persal
inan,
serta
menc
egah
pelem
ahan
dan
pereg
angan
lebih
lanjut.
3.Meng
hasilk
an
mamf
aat
psikol
ogis
yaitu
mena
mbah
kema
mpua
n
meng
hadap
i stres
dan
bersa
ntai
sehin
gga
meng
urangi
stres
pasca
persal
inan.
4.Menumbuhkan atau memperbaiki nafsu
maka
n
sehing
ga
asupa
n
maka
nan
bisa
menc
ukupi
kebut
uhann
ya.
Ibu
tak
terliha
t lesu
ataup
un
emosi
onal
W
A
K
T
U
P
E
L
A
K
S
A
N
A
A
N
S
E
N
A
M
N
I
F
A
S

Latih
an

ini
dilak
ukan
1-2
kali
/hari
dala
m
wakt
u
5-10
kali
hitu
ngan
setia
p
hari
nya
dan
dilak
ukan
sela
ma
6-7
hari
lama
nya.
akan
meni
ngka
t
seca
ra
berla
han-
laha
n.
TAHA
PAN
SENA
M
NIFAS
HARI
PERTAMA

Be
rb
ari
ng
de
ng
an
lut
ut
dit
ek
uk
.
Te
m
pa
tk
an
ta
ng
an
di
at
as
pe
rut
di
ba
wa
h
ar
ea
ig
a

ig
a.
Na
pa
s
da
la
m
da
n
la
m
ba
t
m
el
al
ui
hi
du
ng
ta
ha
n
hi
ng
ga
hit
un
ga
n
ke
-5
at
au
ke
-8
da
n
ke
m
ud
ia
n
kel
ua
rk
an
m
el
al
ui
m
ul
ut,
ke
nc
an
gk
an
di
nd
in
g
ab
do
m
en
un
tu
k
m
e
m
ba
nt
u
m
en
go
so
ng
ka
n
pa
ru

pa
ru.

La
ku
ka
n
da
la
m
wa
kt
u
5

10
ka
li
hit
un
ga
n
pa
da
pa
gi
da
n
so
re
ha
ri
TAH
APA
N
SEN
AM
NIFA
S
HARI
KEDUA
Be
rb
ar
in
g
te
rl
en
ta
ng
,
le
ng
an
di
ke
at
as
ka
n
di
at
as
ke
pa
la,
tel
ap
ak
te
rb
uk
a
ke
at
as
.
Ke
nd
ur
ka
n
le
ng
an
ki
ri
se
di
kit
da
n
re
ga
ng
ka
n
le
ng
an
ka
na
n.
Pa
da
w
ak
tu
ya
ng
be
rs
a
m
aa
an
ril
ek
sk
an
ka
ki
ki
ri
da
n
re
ga
ng
ka
n
ka
ki
ka
na
n,
se
hi
ng
ga
ad
a
re
ga
ng
an
pe
nu
h
pa
da
se
lu
ru
h
ba
gi
an
ka
na
n
tu
bu
h.

Lakukan 15 kali gerakan pada pagi dan


sore.
TAHA
PAN
SENA
M
NIFAS
HARI
KETIGA
Ko
ntr
ak
si
va
gi
na
.
Be
rb
ari
ng
ter
le
nt
an
g.
Ke
du
a
ka
ki
dir
eg
an
gk
an
.T
ari
k
da
sa
r
pa
ng
gu
l,
ta
ha
n
sel
a
m
a
3
de
tik
da
n
ke
m
ud
ia
n
ril
ek
s.

L
a
k
u
k
a
n
5
-
6
k
a
l
i
d
a
l
a
m
l
a
t
i
h
a
n
p
a
g
i
d
a
n
s
o
r
e
TAHA
PAN
SENA
M
NIFAS
HARI
KEEMPAT

M
e
mi
rin
gk
an
pa
ng
gu
l.
Be
rb
ari
ng
lut
ut
dit
ek
uk
.
Ko
nt
ra
ks
ik
an
/
ke
nc
an
gk
an
ot
ot

ot
ot
pe
ru
t
sa
m
pa
i
tul
an
g
pu
ng
gu
ng
m
en
da
ta
r
da
n
ke
nc
an
gk
an
ot
ot

ot
ot
bo
ko
ng
ta
ha
n
3
de
tik
ke
m
ud
ia
n
ril
ek
s.

L
a
k
u
k
a
n
d
a
l
a
m

1
0
-
1
5
k
a
l
i
g
e
r
a
k
a
n
p
a
d
a
p
a
g
i
d
a
n
s
o
r
e
.
TAHAPAN SENAM
NIFAS

HARI KELIMA
Be
rb
ar
in
g
te
rl
en
ta
ng
,
lu
tu
t
di
te
ku
k,
le
ng
an
dij
ul
ur
ka
n
ke
lu
tu
t.
A
ng
ka
t
ke
pa
la
da
n
ba
hu
ki
ra

ki
ra
45
°,
ta
ha
n
3
de
tik
da
n
ril
ek
s
de
ng
an
pe
rl
ah
an
.

La
ku
ka
n
da
la
m
10
-1
5
ka
li
ge
ra
ka
n
pa
da
pa
gi
da
n
so
re
TAHAPAN SENAM NIFAS

HARI KEENAM
Po
si
si
tid
ur
te
rle
nt
an
g,
ka
ki
lu
ru
s,
da
n
ke
du
a
ta
ng
an
di
sa
m
pi
ng
ba
da
n,
ke
m
ud
ia
n
lut
ut
dit
ek
uk
ke
ar
ah
pe
ru
t
90
°
se
ca
ra
be
rg
an
tia
n
an
ta
ra
ka
ki
kir
i
da
n
ka
ki
ka
na
n.
Ja
ng
an
m
en
gh
en
ta
k
ke
tik
a
m
en
ur
un
ka
n
ka
ki,
la
ku
ka
n
pe
rla
ha
n
na
m
un
be
rt
en
ag
a.

Ul
an
gi
ge
ra
ka
n
se
ba
ny
ak
8
ka
li
pa
da
pa
gi
da
n
so
re
ha
ri.
TAH
APA
N
SEN
AM
NIFA
S
HARI
KETUJU
H

T
i
d
u
r
t
e
l
e
n
t
a
n
g
d
e
n
g
a
n
k
a
k
i
t
e
r
a
n
g
k
a
t
k
e
a
t
a
s
,
b
a
d
a
n
a
g
a
k
m
e
l
e
n
g
k
u
n
g
d
e
n
g
a
n
l
e
t
a
k
p
a
d
a
k
a
k
i
b
a
w
a
h
l
e
b
i
h
a
t
a
s
.
L
a
k
u
k
a
n
g
e
r
a
k
a
n
p
a
d
a
j
a
r
i

j
a
r
i
k
a
k
i
s
e
p
e
r
t
i
m
e
n
c
a
k
a
r
d
a
n
m
e
r
e
g
a
n
g
k
a
n
,
s
e
l
a
n
j
u
t
n
y
a
d
i
i
k
u
t
i
d
e
n
g
a
n
g
e
r
a
k
a
n
u
j
u
n
g
k
a
k
i
s
e
c
a
r
a
t
e
r
a
t
u
r
s
e
p
e
r
t
i
l
i
n
g
k
a
r
a
n
d
a
r
i
l
u
a
r
k
e
d
a
l
a
m
,
k
e
m
u
d
i
a
n
g
e
r
a
k
k
a
n
t
e
l
a
p
a
k
k
a
k
i
k
i
r
i
d
a
n
k
a
n
a
n
k
e
a
t
a
s
d
a
n
k
e
b
a
w
a
h
s
e
p
e
r
t
i
m
e
n
g
g
e
r
g
a
j
i
.

L
a
k
u
k
a
n
g
e
r
a
k
a
n
i
n
i
m
a
s
i
n
g

m
a
s
i
n
g
s
e
l
a
m
a
s
e
t
e
n
g
a
h
m
e
n
i
t
d
e
n
g
a
n
1
0
-
1
5
k
a
l
i
g
e
r
a
k
a
n
p
a
d
a
p
a
g
i
d
a
n
s
o
r
e
.
Kerugian TIDAK
Melakukan Senam
SENAM
Nifas NIFAS
1.Infeksi karena involusi uterus oleh:
TETTI HASIBUAN NIM :
yang tidak baik sehingga sisa
433131490119099
darah
tidak dapat
dikeluarkan.
2. Terjadi perdarahan

yang abnormal, karena


kontraksi uterus yang tidak Waktu Pelaksanaan
baik. Senam Nifas
3. Trombosis vena
Latihan ini dilakukan 1-2 kali /hari dalam
(sumbatan vena oleh waktu 5-10 kali hitungan setiap harinya dan
bekuan darah). dilakukan selama 6-7 hari lamanya.akan
meningkat secara berlahan-lahan.
4. Timbul varises.
Memiringkan panggul. Berbaring lutut ditekuk.
Tahapan Senam Kontraksikan/ kencangkan otot – otot perut sampai tulang
punggung mendatar dan kencangkan otot – otot bokong tahan

Pengertian Senam Nifas 3 detik kemudian rileks. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan
pada pagi dan sore.

Nifas Hari Pertama Hari Kelima

Latihan gerak yang dilakukan secepat Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut.
Angkat kepala dan bahu kira – kira 45°, tahan 3 detik dan
mungkin setelah melahirkan, supaya rileks dengan perlahan. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan
otot-otot yang mengalami peregangan pada pagi dan sore

selama kehamilan dan persalinan dapat Berbaring dengan lutut ditekuk. Tangan di atas perut di bawah. Napas
dalam dan lambat melalui hidung tahan hingga hitungan ke-5/ke-8 dan
kembali kepada kondisi normal seperti kemudian keluarkan melalui mulut. Lakukan dalam waktu 5 – 10 kali

semula hitungan pada pagi dan sore hari

Hari Kedua
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di
samping badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90°
secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Jangan
menghentak ketika menurunkan kaki, lakukan perlahan

Manfaat Senam Nifas namun bertenaga. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali pada pagi
dan sore hari.

1. Membantu penyembuhan rahim, Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka
keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan.
perut, dan otot panggul yang Pada waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki
kanan. sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh.
mengalami trauma. Lakukan 15 kali gerakan pada pagi dan sore.
2. Membantu menormalkan Hari Ketiga
sendi-sendi yang menjadi
Tidur telentang dengan kaki terangkat keatas, badan agak melengkung
longgar dengan letak pada kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan pada jari –

3. Mengurangi stres pasca jari kaki seperti mencakar dan meregangkan, selanjutnya diikuti dengan
gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam,
Kontraksi vagina. Berbaring terlentang. Kedua kaki diregangkan.Tarik
persalinan. dasar panggul, tahan selama 3 detik dan kemudian rileks. Lakukan 5-6
kemudian gerakkan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah
seperti menggergaji.
4. Menumbuhkan atau memperbaiki kali dalam latihan pagi dan sore
Lakukan gerakan ini masing – masing selama setengah menit
Hari Keempat
nafsu makan sehingga asupan dengan 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.

makanan bisa mencukupi


kebutuhannya.
Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu
Post Partum di Kinik Kartika Jaya Tahun 2019

Intan Labamondo1*, Supriadi2, Rahmawati Wahyuni3


*Penulis Koresponden: Intan, Jurusan Kebidanan Prodi D-IV Kebidanan
Samarinda, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur,
Indonesia E-mail: intanlabamondo61@gmail.com, Telpon: +6282231989038

Intisari
Latar belakang: Perdarahan post partum dapat disebabkan oleh atonia uteri, robekan
jalan lahir, retensio plasenta, inversion uteri dan pembekuan darah. Pada umumnya
dengan melakukan senam nifas maka dapat mempercepat proses pemulihan kondisi
ibu setelah melahirkan dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi selama masa
nifas. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh senam nifas terhadap penurunan
tinggi fundus uteri pada ibu post partum di Klinik Kartika Jaya Samarinda.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian pre experimental dengan pre
test-post test control group design. Subjek penelitian yang diambil adalah semua ibu
post partum yang melahirkan di Klinik Kartika Jaya pada bulan April- Mei 2019.
Sampel terdiri dar 2 kelompok dengan 20 responden, yang dipilih menggunakan
teknik consecutive sampling. Analisis statistik uji t independen dengan tingkat
signifikansi 0,05.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan perbedaan yang signifikan dari penurunan TFU
pada ibu post partum antara kelompok yang melakukan senam nifas dan tidak senam
nifas di Klinik Kartika Jaya dibuktikan dengan p-value = 0,002.
Kesimpulan dan saran: Pada penelitian ini Ho ditolak yang menunjukan bahwa ada
pengaruh senam nifas terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum di
Klinik Kartika Jaya. Diharapkan senam nifas di terapkan oleh Klinik Kartika Jaya
karena bermanfaat dalam proses pemulihan kondisi ibu pasca partus.

Kata kunci:, Post partum, senam nifas, tinggi fundus uteri

1. mahasiswa jurusan kebidanan samarinda, Poltekkes Kemenkes Kalimantan


Timur
2. dosen jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
3. dosen jurusan kebidanan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Intan*1, Supriadi2, Wahyuni3

* Correspondent Writer: Intan Labamondo, Department of Obstetrics and


Gynaecology D-IV, Samarinda, Health Polytechnic, Ministry of Health, East
Kalimantan, Indonesia E-mail: intanlabamondo61@gmail.com, Phone: +
6282231989038

Abstract

Background: Postpartum bleeding can be caused by uterine atony, laceration,


retensio placenta, utero inversion and blood clotting. In general, by puerperal
gymnastics, it can accelerate the process of restoring the condition of mothers after
childbirth and prevent possible complications during the time of the puerperium. The
purpose of this study was to determine the effect of puerperal gymnastics on the
decrease in fundal height of postpartum mothers in the Kartika Jaya Clinic. Research
method: This research is a pre experimental research with pre test-post test control
group design. The subject of the study was all post partum mothers who gave birth at
the Kartika Jaya Clinic in April-May 2019. The samples consisted of 2 groups with
20 respondents, which were selected using the consecutive sampling technique.
Analysis of independent T-test statistics with significance level 0.05.
Result: The results showed a significant difference from the decline of TFU in the
post-partum mother between the group doing puerperal gymnastics and not puerperal
gymnastics in the Kartika Jaya Clinic proved with P-value = 0.002.

1. Student, Department of Obstetrician Samarinda, Politics Kemenkes


East Kalimantan
2. Lecturer of the nursing department in Politics Kemenkes East
Kalimantan 3.Lecturer of the midwife department in Politics Kemenkes East
Kalimantan
2017 terjadi peningkatan yang signifikan yakni
PENDAHULUAN
91 per 100.000 kelahiran.
Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu Kematian ibu di Indonesia tahun 2013 masih
indikator yang dapat menggambarkan didominasi oleh tiga penyebab utama kematian
kesejahteraan masyarakat di suatu Negara. yaitu perdarahan sebesar 30,13%, hipertensi
Menurut data World Health Organization (WHO), dalam kehamilan sebesar 27,1%, dan infeksi
angka kematian ibu di dunia pada tahun 2015 sebesar 7,3%. Partus lama juga merupakan salah
adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau satu penyebab kematian ibu di Indonesia yaitu
diperkirakan jumlah kematian ibu adalah angka kejadiannya terus meningkat yaitu 1%
303.000 kematian dengan jumlah tertinggi berada pada tahun 2010, dan 1,8% pada tahun 2012.
di negara berkembang yaitu sebesar (Kemenkes RI, 2016).
302.000 kematian. Angka kematian ibu di Negara Perdarahan postpartum dapat disebabkan
berkembang 20 kali lebih tinggi dibandingkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio
angka kematian ibu di negara maju yaitu 239 per plasenta, sisa plasenta, inversio uteri dan
100.000 kelahiran hidup (WHO, 2015) kelainan pembekuan darah. Pada saat persalinan
Angka Kematian Ibu di Indonesia termasuk penyebab kematian ibu adalah perdarahan yang
tinggi diantara negara-negara ASEAN. Berdasarka disebabkan antara lain atonia uteri 50-60%,
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia retensio plasenta 16-17%, sisa plasenta 23-24%,
(SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di laserasi jalan lahir 4-5%, kelainan darah 0,5-
Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 0,8% (Wuryanti, 2010)
100.000 kelahiran hidup. Data ini merupakan Perdarahan post partum dapat terjadi
acuan untuk mencapai target AKI sesuai akibat kegagalan miometrium untuk berkontraksi
Sustainable Development Goals (SDG) yaitu 70 setelah persalinan sehingga uterus dalam
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 keadaan relaksasi penuh, kurang baik dan
(Kemenkes, 2015) lembek. Salah satu cara agar kontraksi otot –otot
Menurut Dinas Kesehatan Kota Samarinda, uterus tetap baik sampai akhir nifas yaitu dengan
angka kematian ibu (AKI). Pada tahun 2016 mobilisasi dini dan gerakan sederhana seperti
menunjukan angka kematian ibu yakni 40 per senam nifas. Karena senam nifas merupakan
100.000 kelahiran dan pada tahun latihan peregangan otot-otot yang dilakukan
setelah persalinan (Indriarti, 2009).
segera kondisi ibu setelah bersalin dan menjaga
Kebanyakan ibu nifas takut untuk
stamina ibu (Suherni dkk, 2010).
melakukan pergerakan, mereka khawatir gerakan
Berdasarkan uraian tersebut dan banyak
yang dilakukan justru menimbulkan dampak
kasus ibu nifas yang mengalami permasalahan,
seperti nyeri dan perdarahan. Sehingga masih
oleh sebab itu penulis tertarik untuk studi
banyak ibu-ibu nifas takut untuk bergerak dan
eksperimen dengan melakukan penelitian yang
menggunakan sebagian waktunya untuk tidur
bertujuan untuk menganalisis mengenai
terus-menerus (Nugroho, 2014).
pengaruh senam nifas terhadap penurunan tinggi
Ibu yang melahirkan secara normal bisa
fundus uteri pada ibu post partum.
melakukan mobilisasi 6 jam atau 8 jam setelah
bersalin untuk ibu yang menjalani sesar. Setelah 24
METODE PENELITIAN
jam masa operasi sesar, dampak obat bius
menghilang, ibu harus belajar menggerakkan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian

seluruh persendian tubuh secara perlahan. Bila ibu ini adalah quasi experimental dengan desain

hanya berdiam diri, pembuluh darah dan otot-otot pre-test post-test control group, untuk

tubuh, terutama di daerah kaki dan panggul akan menganalisis pengaruh dan perbedaan

terganggu dan berisiko memunculkan tersumbat penurunan tinggi fundus antara kelompok

bekuan darah (Sinsin, 2008). intervensi dan kelompok kontrol.

Salah satu bentuk mobilisasi setelah Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal

bersalin adalah senam nifas. Senam ini bermanfaat 28 April 2019 yang berlokasi di Klinik Kartika

untuk memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki Jaya Samarinda. Populasi dalam penelitian ini

sikap tubuh, memperbaiki kekuatan otot panggul, adalah seluruh ibu post partum yang melahirkan

otot perut, dan otot tungkai bawah. Tentu saja, di Klinik Kartika Jaya Samarinda. Sampel yang

senam nifas ini harus dilakukan secara bertahap akan diambil dari penelitian ini adalah ibu post

(Sinsin, 2008). partum yang memenuhi kriteria inklusi. Variabel

Senam nifas ini dapat dilakukan pada bebas pada penelitian ini adalah senam nifas dan

semua ibu nifas bahkan pada ibu yang tidak variable terikat yaitu penurunan tinggi fundus

terbiasa berolahraga karena gerakannya cukup uteri pada post partum di Klinik Kartika Jaya

sederhana tapi terbukti mampu memulihkan Samarinda.


partum yang melakukan senam nifas dan tidak
Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah :
senam nifas.
1) Ibu yang bersalin di Klinik Kartika Jaya
Dilakukan uji normalitas data dengan
2) Persalinan pervaginam
menggunakan uji Shapiro-Wilk karena sampel
3) Ibu post partum hari pertama
dalam penelitian ini kurang dari 50. Didapatkan
4) Ibu post partum yang mempunyai rentang
nilai p ada yang < 0,05, sehingga menggunakan
tekanan darah sistolik 110-139 mmHg dan
uji Wilcoxon, diperoleh untuk kelompok
diastolik 70-89 mmHg
perlakuan pada hari pertama (pre test) dan hari
5) Ibu post partum yang bersedia menjadi
ke-6 (post test) nilai p 0,005 (< 0,05), artinya ada
responden
pengaruh pada kelompok intervensi terhadap
Teknik pengambilan sampel adalah yaitu
Tinggi Fundus Uteri (TFU).
Consecutive sampling adalah cara pengambilan
Kemudian dilanjutkan dengan
sampel yang dilakukan dengan cara memilih
melakukan uji Independent t test yang
sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai
sebelumnya telah di uji normalitas dan data
kurun waktu tertentu sehingga jumah sampel
berdistribusi normal. Uji Independent t test
terpenuhi (Hidayat, 2009).
digunakan untuk mengetahui perbedaan antara
Pengumpulan data yaitu data primer dan
mean kedua kelompok, uji t berpasangan
data sekunder, data primer adalah penurunan tinggi
digunakan dalam penelitian ini adalah menguji
fundus uteri pada hari pertama (pre test) dan hari
beda mean dari dua hasil pengukuran pada
ke-6 (post test), sedangkan data sekunder adalah
kelompok yang sama, yaitu hasil pengukuran I
karakteristik responden meliputi usia, suku,
(pre test) dan hasil pengukuran II (post test) pada
pendidikan, dan pekerjaan yang didapatkan dari
kedua kelompok intervensi dan kontrol (S. M.
status pasien. Setelah sampel terpenuhi peneliti
Dahlan, 2010). Penurunan tinggi fundus uteri
membagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
didapatkan nilai mean pada Kelompok senam
intervensi dan kontrol.
nifas adalah 5,20 dan pada kelompok tidak
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua
senam nifas adalah 6,60 sedangkan nilai p 0,002
variabel yang diduga berhubungan atau
<0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima
berkorelasi. Analisis bivariat dalam penelitian ini
dengan demikian terdapat perbedaan yang cukup
bertujuan untuk menguji perbedaan penurunan
bermakna pada post test Kelompok senam nifas
tinggi fundus uteri pada ibu post
dan Kelompok tidak senam nifas
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. AnalisisUnivariat

Analisa Univariat yang menjadi subyek atau

Buton 1 10%
Banjar 2 20%
Kutai 2 20%
Toraja - -
Total 10 100
Suku
Kelompok Kontrol
Jawa 4 40%
Bugis 2 20%
Buton 2 20%
Banjar 1 10%
Kutai - -
Toraja 1 10%
Total 10 100
Pendidikan
Kelompok Intervensi
1 10%
SD
SMP 1 10%
SMA 6 60%
SMK - -
DIPLOMA 2 20
Total 10 100
Kelompok Kontrol -
SD -
SMP 1 10%
SMA 5 50%
SMK 3 30%
DIPLOMA 1 10%
Total 10 100
Pekerjaan
Kelompok Intervensi
Ibu Rumah Tangga 9 90%
Honorer 1 10
Total 10 100
Kelompok Kontrol Ibu
Rumah Tangga 9 90%
partisipan dalam skripsi ini adalah ibu post
partum di Klinik Kartika Jaya Samarinda, yang
terdiri dari umur, suku, pendidikan, dan pekerjaan
dalam bentuk tabel frekuensi dan presentase. Hal
ini dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini :

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Usia, Suku,


Pendidikan dan Pekerjaan Responden
Kelompok Intervensi dan Kontrol

Variabel Frekuensi Persentase


(f) (%)
Usia
Kelompok Perlakuan
20-25 tahun 4 40%
26-30 tahun 3 30%
31-35 tahun 3 30%
36-40 tahun - -
Total 10 100
Kelompok Kontrol
20-25 tahun 5 50%
26-30 tahun 2 20%
31-35 tahun 2 20%
36-40 tahun 1 10%
Total 10 100
Suku
Kelompok Intervensi
Jawa 3 30%
Bugis 2 20%
Sebagian besar reponden dalam penelitian
Honorer 1 10%
ini bersuku Jawa yang dikenal sebagai salah satu
Total 10 100
suku yang masih memegang teguh adat
Sumber: Data Primer, 2019
istiadatnya namun tidak ada kebiasaan atau

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa usia tindakan yang bertentangan dengan kesehatan

sebagian besar responden pada kedua kelompok selama penelitian berlangsung.

adalah 20-25 tahun. Pada kelompok intervensi Berdasarkan pendidikan responden pada kedua

presentasinya 4 orang (40%) sedangkan kelompok sebagian besar adalah SMA, yaitu

kelompok kontrol presentasinya 5 orang (50%). pada kelompok intervensi 6 orang (60%), dan

Menurut Prawirohardjo pada tahun 2009 usia kelompok kontrol 5 orang (50%).

mempunyai pengaruh terhadap proses involusi Suryani (2007), tingkat pendidikan

uteri, elastisitas otot uterus pada usia lebih 35 merupakan jenjang dalam penyelesaian proses

tahun ke atas berkurang, dengan adanya penurunan pembelajaran secara formal. Makin tinggi

regangan otot akan mempengaruhi pengecilan otot tingkat pendidikan seseorang diharapkan

rahim setelah melahirkan, serta membutuhkan pengetahuan dan perilakunya juga semakin baik.

waktu yang lama dibandingkan dengan ibu yang karena dengan pendidikan yang makin tinggi,

mempunyai kekuatan dan regangan otot yang lebih maka informasi dan pengetahuan yang diperoleh

baik. juga semakin banyak, sehingga perubahan

Berdasarkan suku responden pada kedua kelompok perilaku ke arah yang lebih baik diharapkan

menunjukan bahwa sebagian besar bersuku jawa. dapat terjadi. Dalam penelitian ini karakteristik

dengan presentasi kelompok intervensi 3 orang pendidikan responden sebagian besar merupakan

(30%) dan presentasi tamatan SMA, sehingga pengetahuan ibu cukup

kelompok control 4 orang (40%). memadai.


..Karakteristik pekerjaan responden dari
Menurut Philip Kotler (2009), banyak faktor
kelompok dan kontrol sebagian besar yaitu
yang mempengaruhi perilaku seseorang, salah
sebagai ibu rumah tangga (IRT) dengan
satunya adalah faktor sosial dan kebudayaan. Suku
presentasi 90%.
termasuk bagian dari budaya yang tentunya akan
Martini (2012) menyatakan bahwa
mempengaruhi perilaku dalam menggunakan
peluang ibu yang bekerja lebih besar memiliki
pelayanan kesehatan.
melakukan aktivitas sehari-hari sehingga dapat
lama masa nifas lebih pendek dibandingkan
mempercepat terjadinya involusi uteri.
dengan ibu yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja
Penurunan tinggi fundus hari pertama
lebih aktif dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sampai dengan hari ke-6 pada kelompok
(mobilisasi).
intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat
Dalam penelitian ini sebagian besar
pada tabel 2 di bawah ini :
responden bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT),
dengan demikian responden lebih sering

Tabel 2
Perubahan Tinggi Fundus Uteri Pre test – Post test pada kelompok Intervensi dan Kontrol

Variabel Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Mean Median Modus Standar Min-Max Mean Median Modus Standar Min-Max
D D

Pre-test 12,90 13,00 13,00 0,994 11,0014,00 12,80 13,00 13,00 0,918 11,00-
14,00

Post-test 5,20 5,00 5,00 0,918 4,00-7,00 6,70 7,00 7,00 0,948 5,00-8,00

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 2 di atas, rata-rata tinggi fundus uteri pre test pada kelompok intervensi
12,90 cm

dan rata-rata penurunan tinggi fundus uteri post test hari ke-6 adalah 5,20 cm. Sedangkan rata- rata
tinggi fundus uteri pre test pada kelompok kontrol adalah 12,80cm dan rata-rata penurunan tinggi
fundus uteri post test hari ke-6 adalah 7,00 cm. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kedua kelompok
sama-sama terjadi penurunan tinggi fundus uteri, hal ini sesuai dengan teori yaitu adanya perubahan
retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi
pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan
puerperium (Varney, 2004) .
2. Analisis Bivariat Sumber: Data Primer,2019
a. Uji Persyaratan Aalisis
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa
Uji normalitas yang digunakan adalah
nilai mean pre-test dan post-test variabel
Shapiro Wilk karena jumlah kurang dari 50
penurunan tinggi fundus uteri masing-masing
responden. Adapun hasil uji normalitas dapat
adalah 12,90 dan 5,20 dengan penurunan nilai
dilihat pada tabel 3 dibawah ini :
mean sebesar 7,70. Sementara itu, hasil uji
statistic dengan Uji Wilcoxon menghasilkan p-
Tabel 3
value 0,005 (<0,005), hal ini berarti bahwa ada
Uji Normalitas Penurunan TFU pada perbedaan yang signifikan terhadap penurunan
Responden yang Senam Nifas dan Tidak
Senam Nifas tinggi fundus uteri pre-test dan post-test setelah

Saphiro Wilk Test diberikan perlakuan senam nifas.


Penurura
n Tinggi Senam Nifas Tidak Senam
Fundus Nifas
Uteri Tabel 5
(TFU)
Uji Wilcoxon Penurunan TFU pada Kelompok
Pre Test +
Post test 0,001 0,005 Tidak Senam Nifas

Sumber: Data Penurura Uji Wilcoxon


Primer,2019

n Tinggi Mean Skor Perbe daan P- Keter


Tabel 3 Fundus Uteri Mean Skor value angan
menunjukkan (TFU)
bahwa nilai
signifikasi
penurunan
TFU pre dan
post

pada
kelompok

Pre Test 12,80 6,10 0,005 Ada Beda


senam nifas dan tidak
senam nifas yaitu <
0,05

dengan uji normalitas menggunakan Saphiro Wilk


Uji Wilcoxon Penurunan TFU pada Responden
Test sehingga dapat disimpulkan bahwa semua yang Melakukan Senam Nifas
data tidak berdistribusi normal. Karena data tidak
Uji Wilcoxon
berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan Uji
Wilcoxon.

Tabel 4
Post test 6,70 tinggi fundus uteri masing-masing adalah 12,80
Sumber: Data Primer,2019
dan 6,70 dengan penurunan nilai mean sebesar
6,10. Sementara itu, hasil uji statistic dengan Uji
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa nilai
Wilcoxon menghasilkan p-value 0,005 (<0,005),
mean pre-test dan post-test variabel penurunan
hal ini berarti bahwa ada perbedaan yang
Penururan Mean Skor Perbed aan P- Keter anga n signifikan
Tinggi Mean valu e
Fundus Uteri terhadap
(TFU)
penurunan
tinggi fundus
uteri pre-test
dan post-test
pada
kelompok
tidak
Skor
7,70 0,00 Ada Beda senam nifas.
Pre Test 12,90 5
7
Post test 5,20
Dengan demikian berdasarkan uji Wilcoxon, Tabel 7

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam Uji Beda Rerata Selisih Penurunan TFU Pre-
Test pada Kelompok Senam Nifas dan Tidak
nifas terhadap tinggi fundus uteri dari hari Senam Nifas
pertama sampai dengan hari ke-6 Penurunan TFU Mea P- Keteranga
post partum. Hal ini sesuai dengan penelitian n Value n

Sk
yang dilakukan Fadlina
or
pada tahun 2015 tentang Kelompok
Senam Nifas Tidak ada Perbedaan
pengaruh senam nifas Pre-Test 0,818
terhadap penurunan 12,9

tinggi fundus uteri, Kelompok


Tidak Senam
didapatkan hasil bahwa
Nifas
senam nifas terbukti Pre-Test
12,8
memberikan pengaruh
Sumber: Data
terhadap penurunan Primer,2019
tinggi fundus uteri pada
ibu post partum.

Tabel 6 Dari Tabel 7 karena P-value 0,818<0,05


Uji Normalitas Penurunan TFU pada maka dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan
Responden yang Senam Nifas dan Tidak
Pre-test pada kelompok senam nifas dan
Senam Nifas
kelompok tidak senam nifas.
Penururan Tinggi Saphiro Wilk Test
Fundus Uteri Senam Tidak Senam Menganalisis perbedaan penurunan TFU
(TFU) Nifas Nifas
post-test pada kelompok senam nifas dan
Pre Test 0,152 0,149
Post Test 0,149 0,172 kelompok tidak senam nifas, secara ringkas dapat
Sumber: Data Primer,2019
dilihat pada Tabel 8 dibawah ini :
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai signifikasi Tabel 8
penurunan TFU pre dan post pada kelompok Uji Beda Rerata Selisih Penurunan TFU Post-
Test pada Kelompok Senam Nifas dan Tidak
senam nifas dan tidak senam nifas Senam Nifas

yaitu > 0,05 dengan uji Wilk Test sehingga berdistribusi normal. TFU pre-test pada
normalitas dapat disimpulkan Menganalisis kelompok senam nifas
menggunakan Saphiro bahwa semua data perbedaan penurunan dan kelompok tidak
senam nifas, secara Penurunan TFU Mean Skor P Keterangan
Kelompok Senam Nifas
ringkas dapat dilihat
Post-Test
pada Tabel 7 dibawah
Kelompok Tidak Senam 5,20
ini : Nifas
Post-Test
0,002 Ada
Perbedaan
6,60

Sumber: Data Primer,2019


Pada uji Independent T-test tabel 8 nilai post Penelitian Surtiati dan Nawati (2010);

test penurunan tinggi fundus uteri didapatkan nilai menyebutkan senam nifas yang dilakukan pada

mean pada Kelompok senam nifas adalah 5,20 dan ibu post partum berpengaruh terhadap pemulihan

pada kelompok tidak senam nifas adalah 6,60 fisik sembilan kali lebih baik pada ibu yang

sedangkan nilai p 0,002 <0,05 yang artinya Ho diberi intervensi senam nifas dibandingkan

ditolak dan Ha diterima dengan demikian terdapat dengan ibu yang tidak diberikan intervensi senam

perbedaan yang cukup bermakna pada post test nifas. Latihan fisik berupa senam nifas pada masa

Kelompok senam nifas dan Kelompok tidak post partum berpengaruh terhadap pemulihan

senam nifas. Jika dilihat dari rata-rata penurunan fisik ibu post partum lebih cepat. Keterangan ini
menandakan bahwa pemulihan fisik termasuk
tinggi fundus uteri pada kedua kelompok dapat
involusi uterus yang dilihat dari penurunan tinggi
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
fundus uteri.
bermakna antara Kelompok senam nifas dan
Kelompok tidak senam nifas. Penelitian ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Maryunani dan Sukaryati

Hal ini sejalan dengan penelitian yang (2011) bahwa dengan melakukan senam nifas

dilakukan oleh Maruroh (2012) pada 25 orang dapat memulihkan kembali elastisitas dan

responden ibu post partum spontan dan didapatkan kekakuan rahim.

hasil bahwa ada pengaruh antara senam nifas Hasil penelitian ini sejalan dengan

dengan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih (2006),

post partum. mengenai pengaruh senam nifas terhadap

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian kecepatan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu

sebelumnya yaitu, Hammer (2000) menyatakan post partum primipara hari pertama

bahwa dengan adanya program latihan selama post sampai hari kelima. Dengan mengikuti

partum dapat memperkuat pemulihan otot yang senam nifas, gerakan-gerakan yang

terbebani selama hamil dan persalinan, serta ada dapat melatih dan mengencangkan otot-otot

meningkatkan kesehatan dan kebugaran ibu post perut sehingga secara tidak langsung dapat

partum. Kesimpulan dari analisis ini merangsang otot-otot rahim agar berfungsi secara

menggambarkan bahwa program latihan yang optimal dan tidak terjadi perdarahan post partum.

dilaksanakan masa nifas akan memulihkan hampir Dengan demikian tujuan dilakukannya senam

seluruh organ tubuh dan proses involusi ini sangat nifas bagi ibu hamil yaitu memperbaiki elastisitas

jelas terlihat pada alat-alat kandungan. otot-otot yang telah mengalami peregangan,
meningkatkan ketenangan dan
memperlancarkan sirkulasi darah, dan DAFTAR PUSTAKA

mengembalikan rahim pada posisi semula Ambarwati Retna, E, Wulandari. D.( 2008).
(involusi). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Mitra Cendikia.
Ambarwati, E, & Wulandari, D. (2008). Asuhan
Dengan melakukan senam nifas akan Kebidanan Nifas. Yogyakarta. Cendekia
merangsang kontraksi uterus sehingga Press
Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan
mempercepat penurunan tinggi fundus uteri. Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Terdapat pengaruh pemberian senam nifas Medika.
Ambarwati. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
terhadap kecepatan penurunan tinggi fundus uteri Yogyakarta : Nusa Medika
pada ibu post partum. Sehingga pada ibu yang Andriyani (2013). Pengaruh Senam Nifas
Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri
senam nifas penurunan Tinggi Fundus Uteri (TFU) Pada Ibu Post Partum’, IX. Available at:
berlangsung lebih cepat dari pada yang tidak https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/34
senam. 9.
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan kebidanan Masa
KESIMPULAN DAN SARAN Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Dhrma (2011) Metodologi Penelitian
Berdasarkan hasil uji beda rerata, terdapat keperawatan. Jakarta :CV. Trans Info
Media
perbedaan penurunan tinggi fundus uteri yang
Fitriahadi, E. (2019) ‘Pengaruh Penguatan Otot
bermakna antara pre dan post pada kelompok Rectus Abdominis Terhadap Penurunan
Tfu Pada Ibu Postpartum Pervaginam Di
senam nifas dan tidak senam nifas dengan p- value
Pmb Kabupaten Sleman’, 8. Available At:
<0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat Https://Www.Researchgate.Net/Publicat
ion/331072837_Pengaruh_Penguatan_O
pengaruh senam nifas terhadap penurunan tinggi
tot_Rectus_Abdominis_Terhadap_Penur
fundus uteri pada ibu post partum di Klinik unan_Tfu_Pada_Ibu_Postpartum_Perva
ginam_Di_Bpm_Kabupaten_Sleman.
Kartika Jaya.
Gunawan, I. (2015) ‘Tinggi Fundus Uteri Pada
Diharapkan untuk Klinik Kartika Jaya Kota Ibu Post Partum Yang Melaksanakan
Senam Nifas’, XI. Available
Samarinda dapat menerapkan dan memberikan
at: https://ejurnal.poltekkes-
motivasi kepada ibu post partum untuk melakukan tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/56
9.
latihan senam nifas yang bermanfaat bagi proses
Ineke (2016) ‘Pengaruh Senam Nifas Terhadap
pemulihan ibu selama masa nifas. Tinggi Fundus Uteri Dan JenisLochea
Pada Primipara’, Pengaruh Senam Nifas
Terhadap Tinggi Fundus Uteri, 1.
Available at: file:///C:/Users/CNT-
1102/Downloads/17-Article Text-53-1-
10-20180306 (4).pdf.
Kementerian Kesehatan RI (2015) Pusat Data dan Suherni. 2008. Perawatan Masa Nifas.
Informasi Kementerian Kesehatan RI Yogyakarta: Fitramaya.
Jakarta : Infodatin. Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kebidanan pada Ibu Nifas:
Nifas “ Peurperium Care”. Yogyakarta: Yogyakarta: C. V Andi Offset.
pustaka pelajar. Sulistyawati. A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada
Maryunani, A dan Sukaryati, Y. 2011. Senam Masa Kehamilan. Jakarta:Salemba
Hamil, Senam Nifas, dan Terapi Musik. Medika.
Jakarta: Trans Info Media Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan
Masrikhah. (2009). Komplikasi Masa Nifas. Kebidanan. Volume 2. Jakarta: EGC
USU, 8–39. WHO (2015) Pusat Data dan Informasi
Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Selatan: Infodatin.
Profile Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2016 Widianti, Anggriyana Tri dan Atikah
dan 2017. Proverawati. 2010. Senam Kesehatan,
Purwoastuti dan Walyani. (2015). Asuhan Yogyakarta: Nuha Medika.
kebidanan masa nifas dan menyusui Wiknjosastro H. ( 2009) Ilmu Kebidanan. Edisi
Yogyakarta : Pustaka Baru Pres ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayaan Bina
Rullynil, N. T. (2014) ‘Pengaruh Senam Nifas Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Yanti, RD dan Ayu, N. (2016). Hubungan Antara
pada Ibu Post Partum di RSUP DR. M. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda
Djamil Padang’. Available at: Bahaya Dan Komplikasi Kehamilan
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jk Dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal
a/article/view/111. Dan Pemilihan Tempat Bersalin Di
Saifuddin B, Rachimhadhi T, Winkjosastro HG. Wilayah Tanah Sareal Bogor. Jurnal
2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Ilmiah Kesehatan Diagnosis.
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yuliawati, Y.,& Anggraini, Y. (2016).
Jakarta: PT Bina Putaka Sarwono Hubungan Riwayat Pre Eklamsia,
Prawirohardjo Retensio Plasenta, Atonia Uteri Dan Laserasi
Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan pada Jalan Lahir Dengan Kejadian Perdarahan Post
Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Partum Pada Ibu Nifas Hasrani. (2015).
Sari, E. (2015). Hubungan Pengetahuan Dengan Pengaruh Senam Nifas Modifikasi
Sikap Ibu Hamil Terhadap Senam Hamil Terhadap ASI dan Pengeluaran Lokia
Di Rumah Sakit Elisabet Medan Tahun Ibu Nifas di Puskesmas
2014. Jurnal Ilmiah Kebidanan Mar’rang Kabupaten
Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Pangkep. Tessis. Makassar. Program
Kesehatan, Penuntun Praktis bagi Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin
Pemula. Yogyakarta : Mitia Medika. Makassar.
Sastroasmoro,
Sinsin, I., 2008. Seri Kesehatan Ibu & Anak.
Masa Kehamilan dan Persalinan.
Sudigdo (2014). Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Suherni, S. dkk. (2008). Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta: Fitramaya.
Suherni, dkk, (2009). Perawatan masa nifas,
cetakan ketiga. Yogyakarta: Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai