Anda di halaman 1dari 35

PEDOMAN

REKAM MEDIS

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO


PUSKESMAS KRAKSAAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga Puskesmas Kraksaan Kabupaten Probolinggo
pada Tahun 2023 ini mendapat kesempatan untuk melaksanakan akreditasi.
Akreditasi bagi Puskesmas Kraksaan Kabupaten Probolinggo sangatlah penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan bagi pasien serta masyarakat. Untuk menunjang
pelaksanaan akreditasi di Puskesmas Kraksaan Kabupaten Probolinggo maka diperlukan
pedoman pelayanan Kegawatdaruratan di Kraksaan Kabupaten Probolinggo.
Harapan kami mudah mudahan pedoman pelayanan ini dapat memberi manfaat bagi
Puskesmas Kraksaan, sehingga akreditasi di Puskesmas Kraksaan Kabupaten Probolinggo
berjalan lancar dan menjadi Puskesmas yang lebih baik.

Kepala Puskesmas Kraksaan

dr. Heni Rahmawati


NIP.197303172006042016
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Batasan Operasional
D. Landasan Hukum

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan
C. Pengaturan Jaga
D. Pegaturan Jaga Dokter Ruang Tindakan
E. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen

BAB III STANDAR FASILITAS


A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN


A. Tata Laksana Pendaftaran Pasien
B. Tata Laksana Sistim Komunikasi Ruang Tindakan
C. Tata Laksana Pelayanan Triase
D. Tata Laksana Pelayanan Triase Ruang Tindakan
E. Tata Laksana Transportasi Pasien IGD
F. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
G. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
H. Tata Laksana Pelayanan Death On Arrival (DOA)
I. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
J. Tata Laksana Sistim Rujukan

BAB V LOGISTIK

BAB VI KESELAMATAN PASIEN

BAB VII KESELAMATAN KERJA

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU


BAB IX PENUTUP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi
yang telah ditetapkan.

Pelayanan IGDmerupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang


cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka
kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan
IGDditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien
IGDbaik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana. Dengan semakin
meningkatnya jumlah penderita ruang tindakan, maka diperlukan peningkatan pelayanan
IGDbaik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama perjalanan ke fasilitas
pelayanan kesehatan maupun di fasilitas pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi IGDperlu dibuat standar


pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGDPuskesmas Kraksaan.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan IGDdi
IGDPuskesmas Kraksaan harus berdasarkan standar pelayanan IGDPuskesmas Kraksaan.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :

1. Pasien dengan kasus True Emergency


Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan IGDatau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat) bila
tidak mendapat pertolonngan secepatnya

2. Pasien dengan kasus False Emergency Yaitu pasien dengan :


 Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat

 Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya

 Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

C. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.

2. Triase
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.

3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.

5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan anatomi
yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi
vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.

6. Pasien Ruang tindakan


Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.

7. Pasien Gawat Tidak Darurat


Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut

8. Pasien Darurat Tidak Gawat


Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.

9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat


Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya

10. Kecelakaan ( Accident )


Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial. Kecelakaan
dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :

a. Tempat kejadian :
 Kecelakaan lalu lintas

 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga

 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan

 Kecelakaan di sekolah
 Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
b. Mekanisme kejadian
 Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar
baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
 Waktu perjalanan ( travelling / transport time )

 Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.


11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.

Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu system / organ di bawah ini, yaitu :

a. Susunan saraf pusat


b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :

a. Trauma / cedera
b. Infeksi
c. Keracunan ( poisoning )
d. Degerenerasi ( failure)
e. Asfiksi
f. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water and
electrolit )
g. Dan lain-lain

Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan


hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 – 6 ), sedangkan
kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita IGD(PPGD) dalam mencegah
kematian dan cacat ditentukan oleh :

a. Kecepatan menemukan penderita ruang tindakan


b. Kecepatan meminta pertolongan
c. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
d. Ditempat kejadian
e. Dalam perjalanan ke rumah sakit
f. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit

D. Landasan Hukum
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS / GDE / VII /
1991 Tentang Pedoman Pelayanan Ruang tindakan
4. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGDadalah :

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan

1 Penanggung jawab Pelayanan SKp / SKM / Bersertifikat

Keperawatan RUANG Setingkat BLS/BTCLS/PPGD


TINDAKAN

2 Ka Ru RUANG TINDAKAN D III Bersertifikat

Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD

3 Ka Instalasi Ruang tindakan Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS

4 Perawat Pelaksana RUANG D III Bersertifikat


TINDAKAN
Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD

5 Dokter RUANG TINDAKAN Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS

6 TPK SMU -

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi IGDyaitu :

a. Untuk Dinas Pagi :


yang bertugas minimal sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat
BLS
Kategori :

1 orang Ka Ru

1 orang Pelaksana

b. Untuk Dinas Sore :


yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori :

1 orang Penanggung Jawab Shift 1 orang Pelaksana

c. Untuk Dinas Sore :


yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori :

1 orang Penanggung Jawab Shift 1 orang Pelaksana

C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan Jaga Perawat Ruang Tindakan
 Pengaturan jadwal dinas perawat IGDdibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
Kepala Ruang (Karu) IGDdan disetujui oleh kepala puskesmas
 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana IGD setiap satu bulan..
 Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
 Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat tentang keruang tindakanan.
 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti.
 Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu Karu IGD: 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam
sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Karu Ruang
Tindakan, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat
pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat
pengganti, maka KaRu IGDakan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat
yang hari itu libur
 Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu IGDakan mencari perawat pengganti
yang hari itu libur atau perawat IGDyang tinggal di asrama. Apabila perawat
pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya
wajib untuk menggantikan.(Prosedur pengaturan jadwal dinas perawat IGDsesuai
SOP terlampir).

D. Pengaturan Jaga Dokter Ruang Tindakan


 Pengaturan jadwal dokter jaga IGDmenjadi tanggung jawab Ka Instalasi IGDdan
disetujui oleh kepala puskesmas
 Jadwal dokter jaga IGDdibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan ke
unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
 Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan
jadwal yang telah di tetapkan maka :
a. Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Ka
Instalasi IGDpaling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut
wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
b. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan
ke Ka Instalasi IGDdan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga
pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi
IGDwajib untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter
jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila
dokter jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib
untuk menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGDsesuai SOP
terlampir).
c. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan
ke Ka Instalasi IGDdan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga
pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi
IGDwajib untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter
jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila
dokter jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib
untuk menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGDsesuai SOP
terlampir).

E. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen


 Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Manager Pelayanan.

 Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3 bulan serta sudah diedarkan
ke unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di
mulai.
 Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
a. Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat paling lambat 3 hari sebelum
tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen
pengganti.
b. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan
ke Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat dan di harapkan dokter tersebut
sudah menunjuk dokter jaga konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti
tidak didapatkan, maka Manager Pelayanan wajib untuk mencarikan dokter jaga
konsulen pengganti.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter konsulen sesuai
SOP terlampir).

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
IGD Puskesmas Kraksaan berlokasi di gedung utama yang terdiri dari ruangan
Triase, ruang resusitasi , IGD bedah , ruangan tindakan non bedah dan ruangan
observasi. Ruangan resusitasi terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur , ruangan tindakan
bedah terdiri dari satu (1 ) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 2
( dua ) tempat tidur, ruangan observasi terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur

2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan
IGDDepartermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien
Ruang tindakan.

Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan
jantung seperti monitor dan defribrilator

a. Alat – alat untuk ruang resusitasi :


1) Mesin suction ( 1 set )
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set )
3) Laringoskope anak & dewasa ( 1 set )
4) Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah )
5) Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
6) Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )
7) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang ( 1 buah )
8) Gunting besar (1 buah )
9) Monitor EKG ( 1 buah )
10) Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi ( 1 buah )
11) Papan ( 1 buah )
12) Ambu bag ( 1 buah )
13) Stetoskop ( 1 buah )
14) Tensi meter ( 1 buah )
15) Thermometer ( 1 buah )
16) Tiang Infus ( 1 buah )

b. Alat – alat untuk IGD bedah


1) Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1 set )
2) Verban segala ukuran :
4 x 5 Cm ( 5 buah )
4 x10 Cm ( 5 buah )
3) Extraksi kuku set ( 2 set )
4) Hecting set ( 5 set )
5) Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah )
Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah )
Jarum ( 1 set )
6) Kassa ( 1 tromel )
7) Cirkumsisi set ( 1 set )
8) Ganti verban set ( 3 set )
9) Stomach tube / NGT
Nomer 14 ( 1 buah )
Nomer 16 ( 1 buah )
10) Spekulum hidung ( 2 buah )
11) Spuit sesuai kebutuhan
5 cc ( 5 buah )
2.5 cc ( 5 buah )

12) Infus set ( 1 buah )


13) Dower Catheter segala ukuran
Nomer 16 ( 2 buah )
Nomer 18 ( 2 buah )
14) Stetoskop ( 1 buah )
15) Tensimeter ( 1 buah )
16) Thermometer ( 1 buah )
17) Elastis verban sesuai kebutuhan
4 inchi ( 2 buah )
18) Tiang infus ( 2 buah )

c. Alat – alat untuk IGD non bedah :


1) Stomach tube / NGT
Nomer 16 ( 2 buah )
Nomer 18 ( 2 buah )
Nomer 12 ( 3 buah )
2) Urine bag ( 3 buah )
3) Otoscope ( 1 buah )
4) Nebulizer ( 1 buah )
5) Mesin EKG ( 1 buah )
6) Infus set ( 1 buah )
7) IV catheter semua nomer ( 1 set )
8) Spuit sesuai kebutuhan :
2.5 cc ( 5 buah )

5 cc ( 5 buah )

10 cc ( 5 buah )
20 cc ( 3 buah )
50 cc ( 3 buah )
9) Tensimeter ( 1 buah )
10) Stetoskop ( 1 buah )
11) Thermometer ( 1 buah )
12) Tiang infus ( 1 buah )

d. Alat – alat untuk ruang observasi


1) Tensi meter ( 1 buah )
2) Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah )
3) Termometer ( 1 buah )
4) Stetoskop ( 1 buah )
5) Standar infus ( 1 buah )
6) Infus set ( 1 set )
7) IV catheter segala ukuran ( 1 set )
8) Spuit sesuai kebutuhan

e. Alat – alat dalam trolly emergency


1) Obat Life saving ( terlampir pada standar obat Puskesmas Kraksaan)
2) Obat penunjang ( terlampir pada standar obat Puskesmas Kraksaan)
3) Alat – alat kesehatan
 Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah )

 Oropharingeal airway
Nomer 3 ( 2 buah )
Nomer 4 ( 2 buah )
 Laringoscope dewasa & anak ( 1 set )

 Magyl forcep

 Face mask ( 1 buah )

 Urine bag non steril ( 5 buah )

 Spuit semua ukuran

 Infus set ( 1 set)

 Endotracheal tube ( dewasa & anak )


Nomer 2.5 ( 1 buah )
Nomer 3 ( 1 buah )
Nomer 4 ( 1 buah )
Nomer 7 ( 1 buah )
Nomer 7.5 ( 1 buah )
Nomer 8 ( 1 buah )
 Slang oksigen sesuai kebutuhan

 Stomach tube / NGT


Nomer 16 ( 2 buah )
Nomer 18 ( 2 buah )
Nomer 12 ( 3 buah )
 IV catheter sesuai kebutuhan
Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah )
Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 16 buah )
Nomer 22 Cathy / terumo ( 2 / 11 buah )
 Suction catheter segala ukuran
Nomer 10 ( 3 buah )
Nomer 12 ( 2 buah )
 Neck collar Ukuran S / M ( 2 / 1 ) 15.

f. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Puskesmas Kraksaan saat ini
memiliki 1 ( Satu ) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi
IGD dan bagian umum.

1) Fasilitas & Sarana untuk Ambulance


 Perlengkapan Ambulance

 Sirine

 Lampu rotater

 Sabuk pengaman

 Sumber listrik / stop kontak

 Lemari untuk alat medis

 Lampu ruangan

2) Alat & Obat


 Tabung Oksigen ( 1 buah )

 Stretcher ( 1 buah )

 Scope ( 2 buah )

 Piala ginjal ( 5 buah )

 Tas Emergency yang berisi :

 Obat – obat untuk life saving (

 Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf ) Senter ( 2 buah )


 Stetoskop ( 3 buah ) Tensimeter ( 1 buah ) Piala ginjal ( 5 buah )
Oropharingeal air way Gunting verban ( 2 buah ) Tongue Spatel ( 1 buah )
Reflex hummer ( 2 buah ) Infus set ( 1 buah )
 IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )

 Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Pendaftaran Pasien


1. Petugas Penanggung Jawab
 Perawat Ruang Tindakan

 Petugas Administrasi
2. Perangkat Kerja
 Status Medis
3. Tata Laksana Pendaftaran Pasien Ruang Tindakan
 Pendaftaran pasien yang datang ke IGDdilakukan oleh pasien / keluarga dibagian
administrasi (sesuai SPO )
 Bila pasien dalam keadaan ruang tindakan, maka akan langsung diberikan
pertolongan di Ruang Tindakan, sementara keluarga / penanggung jawab
melakukan pendaftaran di bagian administrasi

B. Tata Laksana Sistim Komunikasi Ruang Tindakan


1. Petugas Penanggung Jawab
 Petugas Operator/ Administrasi

 Dokter / perawat Ruang Tindakan


2. Perangkat Kerja
 Pesawat telpon

 Hand phone
3. Tata Laksana Sistim Komunikasi Ruang Tindakan
a. Antara IGD dengan unit lain dalam PUSKESMAS KRAKSAAN adalah dengan
nomor extension masing-masing unit ( sesuai SPO)
b. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan menggunakan
pesawat telephone dan handphone (sesuai SPO)
c. Dari luar Puskesmas Kraksaan dapat langsung melalui operator

C. Tata Laksana Pelayanan Triase


1. Petugas Penanggung Jawab: Dokter Ruang Tindakan
2. Perangkat Kerja
 Stetoscope

 Tensimeter
 Status medis

D. Tata Laksana Pelayanan Triase Ruang Tindakan


1. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian administrasi (sesuai SPO)
2. Dokter IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan menentukan
prioritas penanganan.
3. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa / mengancam
fungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi
4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi vital,
bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat
terakhir. Pasien ditempatkan di IGDbedah / non bedah
5. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan biasa,
tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan
diruang non bedah

E. Tata Laksana Pengisian Informed Consent


1. Petugas Penangung Jawab: Dokter Ruang Tindakan
2. Perangkat Kerja: Formulir Persetujuan Tindakan
3. Tata Laksana Informed Consent
 Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed
consent pada pasien / keluarga pasien (sesuai SPO) disaksikan oleh perawat
 Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh
perawat.
 Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.

F. Tata Laksana Transportasi Pasien


1. Petugas Penanggung Jawab: Perawat Ruang Tindakan dan Supir Ambulan
2. Perangkat Kerja
 Ambulan

 Alat Tulis

 kursi roda

 brancar

3. Tata Laksana Transportasi Pasien IGD,


Transportasi Pasien IGDke Faskes lain
 Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan PUSKESMAS KRAKSAAN
sebagai transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi IGD(sesuai SPO )
 Perawat IGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan (nama pasien ruang
rawat inap, waktu penggunaan & tujuan penggunaan
 Perawat IGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan kendaraan

 Perawat IGDmenyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.


Transportasi Pasien IGDke ruang rawat inap

 Bila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk duduk maka menggunakan


transportasi brankcar
 Bila kondisi pasien memungkinkan untuk duduk maka menggunakan transportasi
kursi roda

G. Tata Laksana Pelayanan False Emergency


1. Petugas Penanggung Jawab: Petugas Administrasi dan Dokter IGD/ Perawat jaga
2. Perangkat Kerja
 Stetoscope

 Tensi meter

 Alat Tulis

 Status rawat jalan


3. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
 Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian administrasi (sesuai SPO)
 Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah

 Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh Dokter IGD/ Perawat jaga

 Dokter IGD/ Perawat jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga /


penanggung jawab
 Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian administrasi.

 Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang

 Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran Dokter IGD/
Perawat jaga

H. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum


1. Petugas Penanggung Jawab: Petugas Rekam Medis dan Dokter Ruang Tindakan
2. Perangkat Kerja: Formulir Visum Et Repertum Ruang Tindakan
3. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
 Petugas IGDmenerima surat permintaan visum et repertum dari pihak kepolisian
(sesuai SPO)
 Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medik

 Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga yang
menangani pasien terkait
 Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang asli
diberikan pada pihak kepolisian

I. Tata Laksana Pelayanan Death On Arrival ( Doa )


1. Petugas Penanggung Jawab: Dokter Ruang Tindakan, Perawat, Petugas ambulan,
Petugas administrasi
2. Perangkat Kerja
 Senter

 Stetoscope

 EKG
 Surat Kematian
3. Tata Laksana Death On Arrival IGD( DOA )
 Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD(sesuai SPO)

 Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah

 Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal

 Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan bagian


umum/keamanan

J. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit


1. Petugas Penanggung Jawab: Perawat Ruang Tindakan
2. Perangkat Kerja
 Ambulan

 Handphone
3. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
 Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi
pasien yang akan dibawa, kepada perawat IGDRumah Sakit.
 Isi informasi mencakup :

 Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital )

 Peralatan yang diperlukan di IGD( suction, monitor, defibrillator )


 Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care ( sesuai SOP )

 Perawat IGDmelaporkan pada dokter jaga IGD& PJ Shift serta menyiapkan hal-
hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima dari petugas ambulan.

K. Tata Laksana Sistim Rujukan


1. Petugas Penanggung Jawab: Dokter Ruang Tindakan, Perawat Ruang Tindakan,
Sopir ambulan
2. Perangkat Kerja
 Ambulan
 Formulir persetujuan tindakan

 Formulir rujukan
3. Tata Laksana Sistim Rujukan RUANG TINDAKAN
 Alih Rawat

 Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk

 Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan
mengenai keadaan umum pasein ( SPO - IGD– 020 )
 Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi
Puskesmas Kraksaan / ambulan 118 sesuai kondisi pasien
 Pemeriksaan Diagnostik

 Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan pemeriksaan
diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi informed consent
 Perawat IGDmenghubungi rumah sakit rujukan

 Perawat IGDmenghubungi petugas ambulan Puskesmas Kraksaan

 Spesimen

 Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen

 Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent

 Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas laboratorium

 Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju


BAB V

LOGISTIK

Standar Obat Ruang Tindakan

A. OBAT LIVE SAVING


1. Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1 Aminophilin Ampul 14 Anti asmatic dan COPD

preparations

2 Diazepam Ampul 5 Minor Transquillizer

3 Ephinephrin Ampul 2 Asnastetic lokal & general

4 furosemide Ampul 16 Diuretics

5 Lidocain Ampul 94 Anastetic lokal

6 Novalgin Ampul 5 Analgetik

7 dexamethason Ampul 4 Anti inflamasi

8 Ranitidine Ampul 5 Antacida

9 Transamin Ampul 7 Haemostatics


No Nama Obat Satuan Jumla Jenis Obat
2. Tab
h let

1. Adalat 5 mg Tablet 10 Anti hypertensi/

Betabloker

2 Cedocard 5 mg Tablet 8 Anti anginal

3 Nitrobat Tablet 10 Nitrogliserida


3. Cairan Infus

No Nama Obat Satuan Jumla Jenis Obat

1. Asering Kolf 4

2 Dextrose 5 % 500 ml Kolf 8

3 Dextrose 10 % 500ml Kolf 5

4 Dextrose In Saline 0,225 Kolf 2

5 Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5

6 Ringer Lactat Kolf 13


4. Suppositoria
No Nama Obat Satuan Jumla Jenis Obat

1 Proris Sup Supp 2 Anti piretik ,

Analgetik

2 Stesolid 5 mg rect Tube 2 Sedatif

3 Dulcolax sup Supp 2 Sedatif


OBAT PENUNJANG

1. Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumla Jenis Obat

1 ranitidin Ampul 5 Antasida

2 ondansentron Ampul 8 Anti emetik

3 gentamycin 1 gr Ampul 10 Antibiotik

4 Ampiicillin Ampul 2 Antibiotik

2. Obat tablet
No Nama Obat Satuan Jumla Jenis Obat

1. Amoxilin Tablet 7 Antibiotik

2. Simvastatin Tablet 5 Statin

3. Antasida Tablet 5 Antasida

4. Captopril Tablet 2 Anti hipertensi

5. glibenclamid Tablet 2 Anti diabet

6. Tetrasylin Tablet 3 Antibiotik

7. ciproflokxaxin Tablet 5 Antibiotik

8. pamol Tablet 15 Antipiretic

9. ibuprofen Tablet 2 Analgetic& Antipiretic


Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui Instalasi Farmasi. Kebutuhan
obat, alat medis dan bahan habis pakai dihitung tiap dua minggu berdasarkan analisis kebutuhan
obat dan bahan habis pakai dua minggu yang lalu dengan cadangan 10 %, diajukan kepada
Panitia pengadaan obat untuk mendapat persetujuan. Pengadaan obat dan alat kesehatan
dilakukan oleh panitia pengadaan setelah mendapat persetujuan dari direktur. Distribusi obat,
alat medis dan bahan habis pakai dari Instalasi Farmasi dilakukan tiap tiga hari sekali pada hari
Senin dan hari Kamis berdasarkan permintaan dari RUANG TINDAKAN. Pendistribusian obat
dilaksanakan tidak lebih dari 3 jam sesudah order diterima oleh Instalasi Farmasi

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :

1) Asesmen resiko
2) Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3) Pelaporan dan analisis insiden
4) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

1) Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


2) Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C. Standar Keselamatan Pasien


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) /Adverse Event :


Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

E. KTD yang tidak dapat dicegah /Unpreventable Adverse Event :


Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir

F. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC )/ Near Miss :


Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :

 Karena “ keberuntungan”

 Karena “ pencegahan ”

 Karena “ peringanan ”

G. Kesalahan Medis/ Medical Errors:


Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

H. Kejadian Sentinel/ Sentinel Event :


Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi
pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

I. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga RUANG TINDAKAN
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden Keselamatan”
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.
Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum
mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus


yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui


tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data
PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “
Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.

C. Tindakan yang beresiko terpajan


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

 Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

 Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah


kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
 Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai

 Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan

 Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.


BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Kraksaan dalam memberikan pelayanan adalah
pelayanan dari pengkajian sampai dengan tindakan kurang lebih 5 menit.

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan

Anda mungkin juga menyukai