LP Ket Fix
LP Ket Fix
MINGGU KE-2
DISUSUN OLEH :
SHOPIATUN FATHONA
NIM. P0 1740522019
PEMBIMBING AKADEMIK :
ROLITA EFRIANI,SST,M.Keb.
NIP.199308272020122010
HALAMAN PENGESAHAN
i
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK KEGAWATDARURATAN
MATERNAL NEONATAL PADA KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU (KET) DI RSUP PERSAHABATAN
JAKARTA
Disusun Oleh :
Shopiatun Fathona
NIM. P01740522019
Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Laporan ini terwujud atas
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………..... ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………iv
BAB I TINJAUAN TEORI
A. Konsep Kehamilan...........................................................................................1
B. Konsep Kehamilan Ektopik Terganggu...........................................................8
BAB II ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL
NEONATAL PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA
Asuhan kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Pada Bayi dengan
Asfiksia ...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….16
iv
BAB I
TINJAUAN TEORI
A.Konsep Kehamilan
1. Definisi kehamilan
Ibu hamil adalah seorang wanita yang sedang mengandung yang dimulai
dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan adalah waktu transisi, yaitu
masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam
kandungan dan kehidupan nanti setelah anak itu lahir (Ratnawati,
2020).Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9
bulan menurut kalender internasional. Maka, dapat disimpulkan bahwa
kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar
Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir
(Yulaikhah, 2019).
1
b. Tanda Kemungkinan Hamil
1) Uterus membesar
2) Tanda Hegar
3) Tanda Chadwick
4) Tanda Piscaseck
3. Fisiologi Kehamilan
2
b.Vagina (liang senggama)
c. Ovarium
d. Sistem Kardiovaskuler
Pada kehamilan uterus akan membesar dan akan menekan vena kava
inferior dan aorta bawah ketika dalam posisi terlentang. Penekanan vena
kava inferior ini akan mengurangi darah balik ke vena jantung.
Akibatnya terjadinya penurunan preload dan cardiac output sehingga
akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan
sindrom supine dan pada keadaaan yang cukup berat akan
mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran.
e.Payudara
3
f.Sistem respirasi
g. Traktus urinarius
h. Kulit
i. Metabolisme
4
4. Keluhan Pada Waktu Kehamilan
a. Mual muntah
b. Sakit Kepala
Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit
kepala yang hebat, yang menetap, dan tidak hilang dengan istirahat.
Kadang disertai penglihatan yang kabur dan terbayangbayang yang
merupakan gejala preeklamsi.
c. Sekret Berlebihan
Disebabkan oleh tekanan uterus pada kandung kemih atau kepala turun
ke rongga panggul.
e. Pegal–pegal
f. Kaki Bengkak
5
g. Nyeri perut bagian bawah
h. Konstipasi
2) Hiperemesis gravidarum
3) Nyeri abdomen
6
rasa nyeri, otot perut tegang, dan nyeri yang memerlukan tindakan
bedah emergensi.(Prawirohardjo, 2014 ; 659)
4) Anemia
1) Preeklamsia
Hipertensi dengan tekanan darah sama dengan atau lebih dari 140/90
mmHg. Ditandai dengan bagian ektremitas dan wajah bengkak, sakit
kepala, penglihatan mata menjadi kabur dan adanya protein dalam
urin positif. (Prawirohardjo, 2014 ; 532 ).
3) Anemia
1) Perdarahan Pervaginam
7
2) Preeklamsia
Keluarnya cairan tanpa disadari oleh klien melalui jalan lahir dan
berbau khas.
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan
ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan
peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan
ektopik dapat terjadi diluar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga
perut, tetapi dapat juga terjadi didalam rahim misalnya dalam cervix, pars
interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. Sebagian besar
kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula
dan isthmus (Dewi, 2016).
8
2. Patofisiologi
Salah satu fungsi saluran telur yaitu untuk membesarkan hasil konsepsi
(zigot) sebelum turun dalam rahim, tetapi oleh beberapa sebab terjadi
gangguan dari perjalanan hasil konsepsi dan tersangkut serta tumbuh dalam
tuba. Saluran telur bukan tempat ideal untuk tumbuh kembang hasil
konsepsi. Disamping itu penghancuran pembuluh darah oleh proses
proteolitik jonjot koreon menyebabkan pecahnya pembuluh darah.
Gangguan perjalanan hasil konsepsi sebagian besar karena infeksi yang
menyebabkan perlekatan saluran telur. Pembuluh darah pecah karena tidak
mempunyai kemampuan berkontraksi maka perdarahan tidak dapat
dihentikan dan tertimbun dalam ruang abdomen. Perdarahan tersebut
menyebabkan perdarahan tuba yang dapat mengalir terus ke rongga
peritoneum dan akhirnya terjadi ruptur, nyeri pelvis yang hebat dan akan
menjalar ke bahu.
Ruptur bisa terjadi pada dinding tuba yaitu darah mengalir antara 2
lapisan dari mesosalping dan kemudian ke ligamentum latum. Perubahan
uterus dapat ditemukan juga pada endometrium. Pada suatu tempat tertentu
pada endometrium terlihat bahwa sel-sel kelenjar membesar dan
hiperskromatik, sitoplasma menunjukkan vaskularisasi dan batas antara sel-
sel kurang jelas. Perubahan ini disebabkan oleh stimulasi dengan hormon
yang berlebihan yang ditemukan dalam endometrium yang berubah menjadi
desidua. Setelah janin mati desidua mengalami degenerasi dan dikeluarkan
sepotong demi sepotong. Pelepasan desidua ini disertai dengan perdarahan
dan kejadian ini menerangkan gejala perdarahan pervaginam pada
kehamilan ektopik terganggu (Dewi, 2016: 47-48).
3. Klasifikasi
9
a. Kehamilan tuba merupakan kehamilan ektopik pada setiap bagian tuba
fallopi.Merupakan bagian jenis terbanyak gestasi ekstra uterin yang
paling sering terjadi sekitar 95% dari kehamilan ektopik. Kehamilan tuba
akan menghasilkan salah satu dari ketiga hal ini :
2) Abortus tuba, yaitu hasil akhir yang paling sering ditemukan, bersama-
sama hasil konsepsi (dan kemungkinan pula darah) akan dikeluarkan
dari tuba untuk masuk ke dalam uterus atau keluar ke dalam kavum
peritoneum.
3) Ruptura tuba : erosi dan akhirnya rupture tuba terjadi kalau hasil
konsepsi terus tumbuh hingga melampaui kemampuan peregangan
otot tuba.
10
hasil konsepsi, serviks mengembang. Kehamilan serviks jarang melewati
usia gestasi 20 minggu sehingga umumnya hasil konsepsi masih kecil.
11
lebih tebal maka ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke 3 atau
ke 4.
a. Amenorhoe
12
Gejala dan tanda kehamilan ektopik sangat berbeda-beda dari perdarahan
banyak tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala tidak jelas,
sehingga sukar membuat diagnosisnya, gejala dan tanda bergantung pada
lamanya kehamilan ektopik, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan,
derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil
(Norma dan Mustika, 2018: 72).
a. Umur
13
Ketidakmatangan organ reproduksi mempermudah terjadinya infeksi
menularseksual sehingga menyebabkan rusaknya organ-organ reproduksi
seperti penyempitan saluran pada tuba yang dapat meningkatkan kejadian
kehamilan ektopik terganggu (Dewi, 2016).
Hamil diusia lebih dari 35 tahun juga memiliki risiko tinggi terjadinya
komplikasi oleh karena fungsi reproduksi wanita sudah terjadi penurunan
(Komariah dan Nugroho, 2020). Semakin bertambahnya usia maka
semakin tinggi risiko terjadinya kehamilan ektopik terganggu yang
mengakibatkan penurunan aktivitas mioelektrik tuba. Dalam hal ini
gerakan peristaltik tuba menjadi lamban, sehingga implantasi zigot
terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri (Asyima, 2018).
Hal ini sesuai dengan penelitian Triana (2019) menyatakan bahwa ibu
yang mengalami kehamilan ektopik terganggu lebih banyak pada ibu
yang berumur < 20 dan >35 tahun yaitu 66,7%. Berdasarkan uji statistik
terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian kehamilan ektopik
terganggu yaitu didapatkan nilai p sebesar 0,024 < α 0,05. Sejalan dengan
penelitian Asyima (2018), semakin bertambahnya umur akan berisiko
terkena kehamilan ektopik terganggu. Dari hasil uji statistik dengan
menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p 0,038 < α 0,05, artinya ada
hubungan umur ibu dengan kejadian kehamilan ektopik terganggu.
14
Menurut Nirmalasari dkk (2018), kelompok umur 25 – 49 tahun
merupakan kelompok seksual aktif dan mobilitas pada kelompok umur
tersebut juga tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Hendri dkk. (2013),
didapatkan kecenderungan peningkatan risiko infeksi menular seksual
seperti clamidya trakomatis dan penyakit radang panggul pada rentang
usia menikah antara 20-35 tahun sekitar 64%. Hal ini dapat
mengakibatkan peningkatan kejadian kehamilan ektopik terganggu oleh
karena infeksi dapat mengakibatkan adhesi atau perlengketan pada tuba,
oklusi atau penyumbatan tuba, fimbria phimosis atau hidrosalping.
Hidrosalping adalah suatu kondisi yang terjadi ketika tuba fallopi terisi
dengan serosa atau cairan sehingga mengakibatkan pembengkakan pada
tuba (Aisyah dan Amanda, 2019).
b. Gravida
2) Multigravida: wanita yang sudah pernah hamil lebih dari satu kali.
15
yang menemukan kejadian kehamilan ektopik paling banyak pada
gravida kedua yaitu 34,34% dibandingkan gravida pertama yaitu
32,2%. KET dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada rahim yang
tidak ditangani atau kerusakan dinding rahim terutama pada abortus
berulang (Dewi,2016). Hal ini sejalan dengan penelitian Sariroh dan
Primariawan (2015) bahwa kehamilan ektopik terganggu sebagian
besar disebabkan oleh kerusakan pada tuba atau tersumbatnya tuba.
Selain karena infeksi menular seksual dan penyakit radang panggul,
kerusakan pada tuba bisa diakibatkan oleh endometriosis dan fibroid.
c. Riwayat kesehatan
16
salpingitis, endosalpingitis dan endometritis menyebabkan aglutinasi
silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran, pembentukan
kantong-kantong buntu, dan tertekuknya tuba.Berkurangnya silia
mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil
zigot pada tuba falopii (Dewi, 2016: 46).
3) Riwayat abortus
17
menyempitkan lumen sehingga meningkatkan risiko kehamilan
ektopik (Prawirohardjo, 2014).
4) Riwayat kontrasepsi
5) Riwayat merokok
18
disebabkan karena bahan kimia yang terkandung di dalam rokok
(Protein PROKR1) mengakibatkan terhambatnya kontraksi otot di
tuba fallopi sehingga mengganggu perpindahan dari ovum yang telah
dibuahi ke dalam endometrium kavum uteri (Fitriany dkk., 2014).
6. Diagnosis
19
6) Riwayat kehamilan sekarang: berapa kali periksa dan dimana,
keluhankeluhan dan tanda-tanda bahaya yang dirasakan. (Norma
dan Mustika, 2018: 80)
b) Pada abdomen:
20
(2) Palpasi: Nyeri tekan pada abdomen, posisi nyeri tekan bisa
lebih keras disatu sisi tergantung lokasi kehamilan ektopik
terganggu.
3) Pemeriksaan Kebidanan:
c) Laparoskopi.
e) Kuldosintesis.
7. Penatalaksanaan
21
kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah
biasanya ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari
pembedahan. Kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi
dini dan pengakhiran kehamilan adalah tata laksana yang disarankan
(Dewi, 2016: 51).
22
BAB II
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN
MATERNAL NEONATAL
23
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan saat ini sedang hamil anak ke… dan ini sudah masuk usia
kehamilan… mg. Ibu mengeluh nyeri di perut bagian bawah, lemas dan
keluar darah kental berwarna kecoklatan.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang atau sedang menderita penyakit menular
seperti : HIV/AIDS, TB, Hepatitis dan lain-lain serta penyakit menurun
seperti : jantung, DM, hipertensi dan lain-lain
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah atau pernah menderita penyakit menular
seperti: HIV/AIDS, TB, Hepatitis dan lain-lain serta penyakit menurun
seperti : jantung, DM, hipertensi dan lain-lain
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu ataupun suami tidak ada yang sedang
dan pernah memiliki penyakit menular tertentu seperti : HIV/AIDS, TB,
Hepatitis dan lain-lain serta penyakit menurun seperti : jantung, DM,
hipotensi/ hipetensi dan lain-lain.
4. Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan usia pertama kali menstruasi pada usia… tahun dengan
siklus...hari, banyaknya....ganti pembalut setiap hari
5. Riwayat pernikahan
Ibu mengatakan usia menikah pertama kali....tahun, status pernikahan
sah/tidak, lama pernikahan...tahun, ini adalah suami yang ke…
6. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah menikah ibu menggunakan KB dengan
jenis...selama...
24
7. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi :
1) Makan :… kali/hari
2) Minum: … gelas/hari
b. Pola istirahat :...jam/hari
c. Kebersihan : mandi… kali/hari dan ganti pakaian dalam… kali/hari
d. Eliminasi : BAB ... per hari dan BAK ... per hari
e. Aktivitas :…
8. Riwayat Psikososial dan Sosial
a. Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya : Khawatir/tenang
b. Ketaatan ibu beribadah: Taat/Tidak taat
c. Pengetahuan ibu tentang penyakit yang diderita : Tidak
mengetahui/mengetahui
d. Hubungan sosial ibu dengan keluarga : Baik/tidak baik
e. Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : Suami/…
9. Riwayat psikososial dan budaya
Meningkatnya beban pikiran memicu peningkatan sekresi hormone
adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon adrenalin menyebabkan
penyempitan pembuluh darah dan mengurangi elastisitas pembuluh darah.
Kondisi ini menyebabkan aliran hormon estrogen ke organ-organ tertentu
termasuk vagina terhambat sehingga asam laktat yang dihasilkan berkurang.
Berkurangnya asam laktat menyebabkan keasaman vagina berkurang
sehingga bakteri, jamur, dan parasit penyebab keputihan mudah
berkembang (Marhaeni, 2016).
B. Pengkajian Data Objektif
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi, pemeriksaan darah dalam dan pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik, cukup, kurang.
Kesadaran : Composmentis, apatis, somnolent, sopor, koma.
25
Tanda-tanda Vital Tanda-tanda vital normal pada remaja (usia 12 – 18
tahun), sebagai berikut :
a. TD : Normalnya TD diastolik 60 – 70 mmHg, TD sistolik 90 – 110
mmHg.
b. Suhu : Normalnya 36 – 37˚C.
c. Nadi : Normalnya 60 – 100 kali/menit. (reguler/ ireguler)
d. RR : Normalnya 12 – 16 kali/menit.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut berwarna hitam, bersih, tidak ada ketombe
b. Muka : Tidak terdapat odema
c. Mata : Konjungtiva merah muda tidak anemis, sklera putih tidak
ikterik
d. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada pembesaran polip.
e. Telinga : Simetris, bersih.
f. Mulut : Simetris, tidak pucat, tidak terdapat caries gigi
g. Leher : Simetris, tidak ada pembekaan vena jugularis, kelenjar tiroid,
dan kelenjar limfe.
h. Dada : Simetris, hiperpigmentasi areola, puting susu menonjol, tidak
ada nyeri tekan, belum ada pengeluaran.
i. Abdomen : Ada/tidak bekas operasi, ada/tidak linea alba dan striae
gravidarum dan nyeri perut bagian bawah.
1) Leopold I
Untuk menentukan tinggi pundus uteri dan menentukan bagian apa
yang terletak di fundus uteri apakah kepala atau bokong pada letak
membujur atau teraba kosong jika letaknya melintang (Manuaba,
2013:169).
26
Tabel TFU Aturan Spiegelberg
27
kepala dan bokong dan seberapa jauh masuknya kedalam rongga
pelvis (Manuaba, 2013:169).
5) DJJ
a) Janin sehat jumlah detak jantungnya sekitar 120-140 x/menit.
b) Di atas 160 x/menit menunjukkan takikardia, permulaan
asfiksia.
c) Tidak teratur tetapi jumlah sama, menunjukkan gangguan
keseimbangan asam basa atau kurang O2 .
d) Kurang dari 100 x/menit menunjukkan asfiksia berat.
j. Genetalia : Tidak ada oedema, varises vagina, terdapat pengeluaran
darah merah kecoklatan.
k. Anus : Tidak ada hemoroid.
l. Ektermitas: Simetris, tidak ada odema, reflek patella (+).
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa dalam urin, untuk memastikan adanya DM. kemungkinan
glukosuria yang terjadi setelah makan, disebabkan intoleransi insulin,
tetapi keadaan ini cepat menjadi normal.
b. Protein urin, peningkatan protein urin terdapat pada penderita
preeklamsi, penyakit jantung, nefritis, dan sistitis. Hasil >3 g/24 jam
dianggap sebagai indikasi pre-eklamsia ringan sampai sedang, dan 5 g
/ 24 jam dianggap sebagai preeklamsia berat.
c. Pemeriksaan darah, pada pemeriksaan darah rutin dapat
menggambarkan keadaan gizi. Pada pemeriksaan TORCH, untuk
mengetahui adanya kumpulan penyakit yang dapat memberikan gejala
yang sama, misal kelainan congenital, retardasi mental, dan abortus
berulang.
d. Pemeriksaan USG
Kegunaannya :
1) Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
2) Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
28
3) Mengeta hui posisi plasenta
4) Mengetahui adanya IUFD
C. Analisa
Ny ……Usia … G…P….Ab…Uk...minggu, Janin T/H/I, letak kepala,
punggung kanan/ punggung kiri, dengan keadaan ibu dan janin baik.
D. Rencana Tindakan (P)
Penanganan kehamilan ektopik terganggu mempertimbangkan beberapa
hal yaitu kondisi ibu, keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomis organ pelvis,
kemampuan teknik bedah mikro dokter, dan kemampuan teknologi fertilisasi
in vitro setempat. Paham keadaan kondisi ibu buruk yaitu dalam keadaan
syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik di
pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya ditangani dengan
menggunakan kemoterapi untuk menghindari pembedahan. Kehamilan
ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tata laksana yang disarankan (Dewi, 2016: 51).
29
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. dan Amanda, S.S. 2019. Infeksi Chlamydia Trachomatis pada Saluran
Genital, Tuba Fallopi, dan Serviks. J. Teknosains, 13(2): 145-148.
Aling, D.M.R., Kaeng, J.J dan Wantania, J. 2014. Hubungan Penggunaan
Kontrasepsi dengan Kejadian Kehamilan Ektopik Terganggu di BLU RSUP
Prof. DR. R. D. Kandou Manado Periode 2009-2013. Jurnal EClinic, 2(3).
Asyima. 2018. Hubungan Paritas dan Umur Ibu Terhadap Kejadian Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET) di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2018. Jurnal
Kesehatan Delima Pelamonia, 2(2):87-92
Dewi, N.A.T., 2016. Patologi dan Patofisiologi Kebidanan. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Ekasari, W.U. 2015. Pengaruh Umur ibu, Paritas, Usia Kehamilan, dan Berat
Lahir Bayi Terhadap Asfiksia Bayi pada Ibu Preeklampsia Berat. UNSPasca
Sarjana.
Firman F. 2018. Obstetri Fisiologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Kemenkes RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : kemenkes dan JICA
( Japan International Cooperation Agency .
Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia
2016.
Khairani,Y.2018.EpidemiologiKehamilanEktopik.https://www.alomedika.com/
penyakit/obstetrik-danginekologi/kehamilan-ektopik/epidemiologi. diakses
tanggal 1 Februari 2021.
Komariah, S. dan Nugroho, H. 2019. Hubungan Pengetahuan, Usia Dan Paritas
Dengan Kejadian Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil Trimester III Di
Rumah Sakit Ibu Dan Anak Aisyiyah Samarinda. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Uwigama, 5(2): 83-93. Kristianingsih, A. dan Halimah, A.
2018. Hubungan Keterpaparan Asap Rokok Dengan Kejadian Kehamilan
Ektopik di RSIA Anugerah Medical Center Kota Metro Tahun 2016. Jurnal
kebidanan, 4(1): 30-33.
Manuaba, ida bagus Gde. 2013. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga berencana. Jakarta : EGC.
Norma, N dan Dwi, M., 2018. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan
Kasus Dilengkapi Contoh Askeb. Edisi 3. Nuha Medika. Yogyakarta.
30
Pantikawati Ika dan Saryono.2013. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta
: Nuha Medika.
Pratiwi, A.M., 2019. Patologi Kehamilan: Memahami Berbagai Penyakit dan
Komplikasi Kehamilan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu kebidanan. Yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo. Jakarta.
Prasanna, B., Jhansi, CB., Swathi, K., Mahaboob, V. 2016. A Study on Risk
Factors and Clinical Presentation of Ectopic Pregnancy in Woman
Attending a Tertiary Care Centre. IAIM, 3(1): 90-96.
Ratnawati, A. (2020). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: PUSTAKA
BARU.
Santoso, B. 2016. Analisis Faktor Risiko Kehamilan Ektopik. Jurnal Ners, 6(2):
164-168. Sariroh, W. dan Primariawan, R.Y. 2015. Tingginya Infeksi
Chlamydia Trachomatis pada kerusakan Tuba Fallopi Wanita Infertil.
Majalah Obstetri dan Ginekologi. 23(2): 69-74.
Suryawinata, A. dan Islamy, N. 2019. Komplikasi pada Kehamilan dengan
Riwayat Caesarian Section. Jurnal Agromedicine , 6(2): 364–369.
Tarigan, G.Y., 2016. Karakteristik Pasien Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUP
H. Adam Malik Medan Periode Tahun 2012 -2015. Repositori Institusi
Universitas Sumatera Utara.
Triana, A. 2019. Hubungan Umur dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian
Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Journal
of Health Sciences, 8(1): 1-5.
Yadav, A., Prakash, A., Sharma, C., Pegu, B., dan Saha, M.K. 2017. Trends of
ectopic pregnancies in Andaman and Nicobar Islands. International Journal
of Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology. 6(1): 15-19.
Yefi. 2018. Buku Ajar Tanda Bahaya Kehamilan.
https://nanopdf.com/download/buku-ajar-yefi-wordpresscom_pdf : 16
Januari 2018.
Yulaikhah, L. (2019). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Kehamilan. In Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53).PRESS.
31