Anda di halaman 1dari 4

Nama : ABDUL RAHMAN

Npm : 2004290035
Kelas : Agroteknologi A1 pagi
M.k. : MUAMALAH

ARTIKEL IMPLEMENTASI INFAQ,SADAQOH,WAKAF DALAM


KEHIDUPAN SEHARI-HARI

A. pengertian infaq

berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk kepentingan sesuatu.
Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan /penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Infaq
adalah mengeluarkan harta dengan suka rela yang di lakukan seseorang. Allah
memberikebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang
sebaiknya diserahkan, setiap kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Ada
pula pendapat yang mengatakan, secara bahasa Infaq bermakna: keterputusan dan
kelenyapan, dari sisi leksikal infaq bermakna: mengorbankan harta dan semacamnya dalam
hal kebaikan. Dengan demikian, kalau kedua makna ini di gabungkan maka dapat dipahami
bahwa harta yang dikorbankan atau didermakan pada kebaikan itulah yang mengalami
keterputusan atau lenyap dari kepemilikan orang yang mengorbankannya. Menurut
istilahnya, infaq berarti : “Mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam ketaatan atau hal-hal
yang dibolehkan”. Infaq juga di artikan pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang,
setiap kali ia memperolehrizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Selanjutnya yang dimaksud
dengan mengeluarkan ataumembelanjakan harta. Tentunya, hal ini berbeda dari pemahaman-
pemahaman masyarakat terhadap

pengertian infaq. Hal ini dikarenakan pengertian infaq secara etimologi yang berasal dari
kata Arab masih sangatlah umum, apakah yang dimaksud mengeluarkan atau membelanjakan
harta dalam hal kepeluan diri sendiri atau untuk kepentingan umum.

a. Membelanjakan Harta
Al-Anfal ayat 63 :
Artinya : “Walaupun kamu membelanjakan semua yang berada di bumi, niscaya kamu tidak
dapat

mempersatukan hati mereka”. Oleh karena itu, infaq dalam arti membelanjakan harta bukan
untuk keperluan diri sendiri, akan tetapi

untuk keperluan bersama.


b. Memberi Nafkah

Kata infaq ini juga berlaku ketika seorang suami membiayai belanja keluarga atau rumah
tangganya. Dan istilah baku dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan nafkah. Kata
nafkah tidak lain adalah bentukan dari kata infaq. Dan hal ini juga disebutkan di dalam Al-
Quran Surat An-Nisa ayat 34 :

Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah

melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena mereka telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. Berdasarkan pengertian di atas, maka setiap
pengorbanan (pembelanjaan) harta dan semacamnya pada kebaikan disebut al-infaq. Dalam
infaq tidak di tetapkan bentuk dan waktunya, demikian pula dengan besar atau kecil
jumlahnya. Tetapi infaq biasanya identik dengan harta atau sesuatu yang memiliki nilai
barang yang dikorbankan. Infaq adalah jenis kebaikan yang bersifat umum, berbeda dengan
zakat. Jika seseorang ber-infaq, maka kebaikan akan kembali pada dirinya, tetapi jika ia tidak
melakukan hal itu, maka tidak akan jatuh kepada dosa, sebagaimana orang yang telah
memenuhi syarat untuk berzakat, tetapi ia tidak melaksanakannya.

B. pengertian shadaqah

Secara etimologi, kata shodaqoh berasal dari bahasa Arab ash- shadaqah. Pada awal
pertumbuhan Islam, shodaqoh diartikan dengan pemberian yang disunahkan (sedekah sunah).
Sedangkan secara terminologi shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya
karena mengharapkan pahala dari Allah Swt. Shodaqoh lebih utama apabila diberikan pada
hari-hari mulia, seperti pada hari raya idul adha atau idul fitri. Juga yang paling utama apabila
diberikan pada-pada tempat-tempat yang mulia, seperti di Mekkah dan Madinah. Shadaqah
adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-
pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan. Shadaqah atau yang
dalam bahasa Indonesia sering dituliskan dengan sedekah memiliki makna yang lebih luas
lagi dari zakat dan infaq. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al-Badri
berkata, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim itu apabila memberikan
nafkah kepada keluarganya dan dia

mengharapkan pahala darinya, maka nafkahnya itu sebagai sedekah”. Sedekah dalam bahasa
Arab disebut shadaqoh berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada
orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga
berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap
ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli
fikih)
disebuh sadaqah at-tatawwu'(sedekah secara spontan dan sukarela). Shadaqah juga di artikan:
“Sesuatu yang diberikan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala”. Shadaqah dapat
dimaknai dengan satu tindakan yang dilakukan karena membenarkan adanya

pahala / balasan dari Allah SWT. Sehingga shadaqah dapat kita maknai dengan segala bentuk
/ macam kebaikan yang dilakukan oleh seseorang karena membenarkan adanya pahala /
balasan dari Allah SWT. Shadaqah dapat berbentuk harta seperti zakat atau infaq, tetapi
dapat pula sesuatu hal yang tidak berbentuk harta. Misalnya seperti senyum, membantu
kesulitan orang lain, menyingkirkan rintangan di jalan, dan berbagai macam kebaikan
lainnya. Seperti halnya infaq, dalam shadaqah tidak di tetapkan bentuknya, bisa berupa
barang, harta maupun satu sikap yang baik. Jika ia berupa harta atau barang, maka shadaqah
tidak di tetapkan waktunya, dan jumlahnya. Shadaqah adalah jenis kebaikan yang sifatnya
lebih luas dari zakat dan infaq, maka seringkali kita menemukan kata shadaqah ini di artikan
dengan zakat atau dengan infaq. Dan shadaqah seringkali juga di gunakan untuk ungkapan
kejujuran seseorang pada agama / keimanan seseorang. Ketika seseorang ber- shadaqah maka
ia akan mendapatkan balasan dari apa yang ia lakukan, tetapi jika ia tidak melakukan hal ini,
maka ia tidak berdosa seperti ia tidak membayar zakat hanya saja ia kehilangan kesempatan
untuk mendapatkan pahala. Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat
oleh jumlah, waktu dan juga yang tidak terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk
non materi, misalnya menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta,
memberikan senyuman dan wajah yang manis kepada saudaranya dsb. Dan shadaqah adalah
ungkapan kejujuran (shiddiq) iman seseorang.

C. pengertian wakaf

Wakaf merupakan salah satu bentuk kegiatan ibadah yang sangat dianjurkan bagi
umat Islam karena pahala wakaf akan selalu me ngalir meskipun sang wakif telah wafat.
Hal ini sebagaimana dinyatakan Rasulullah dalam sebuah hadis populer riwayat Ah-mad
bin Hanbal1

dari Abu Hurairah,


“Apa-bila seseorang meninggal dunia, maka ter putuslah segala amal perbuatannya kecuali
tiga per kara: sedekah jariyah (termasuk wakaf), il mu yang dimanfaatkan, dan anak shaleh
yang mendoakannya.”2 Dengan wakaf, pundi-pundi amal seorang mukmin akan
senantiasa bertambah hingga akhir zaman.

Menapaki jejak sejarah, keberadaan wakaf terbukti telah banyak membantu pe ngem bangan
dakwah Islam di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Sejumlah lem baga
pendidikan, pondok pesantren maupun masjid di Indonesia banyak ditopang kebe radaan dan
kelangsungan hidupnya oleh wa kaf. Hanya saja, jika wakaf pada masa lalu seringkali
dikaitkan dengan benda-ben da wakaf tidak bergerak, seperti tanah ma upun bangunan, kini
mulai dipikirkan wakaf dalam bentuk lain, misalnya wakaf uang (cash waqf) yang
penggunaannya di samping untuk kepentingan tersebut, juga dapat dimanfaatkan secara
fleksibel bagi Potensi wakaf di Indonesia hingga kini masih cukup menggembirakan.
Menurut data Direktorat Urusan Agama Islam, pada tahun 1999, jumlah tanah wakaf di
seluruh Indonesia tercatat 1.477.111.015 m2 yang terdiri atas 349.296 lokasi. Pada tahun
2004, jum lah tanah wakaf tersebut meningkat menjadi 1.538.198.586 m2 yang terdiri atas
362.471 lokasi. Dengan demikian, dapat dilihat laju perkembangan obyek wakaf dalam lima
tahun, lokasi wakaf bertambah 13.175 titik dengan luas 61.087.571 m2.4 Saat ini pada tahun
2009, jumlah tersebut tentu bertambah secara signifikan.5 Dengan berkembangnya zaman,
wakaf ti dak lagi hanya diasosiasikan pada obyek wakaf berupa tanah, akan tetapi sudah
merambah kepada wakaf bentuk lain, sebagaimana telah termaktub dalam UndangUn dang
Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wa kaf. Secara terperinci, obyek wakaf di Lem bar Negara RI
Tahun 2004 Nomor 159 ter sebut dijelaskan bahwa harta benda wakaf hanya dapat
diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh wakif secara sah (pasal 15). Harta benda
wakaf terdiri atas benda ti dak bergerak dan benda bergerak. Benda bergerak adalah harta
benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi: a) Uang; b) Logam mulia; c) Surat
berharga; d) Kendaraan; e) Hak atas kekayaan intelektual; f) Hak sewa; dan g) Benda
bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (pasal 16). Dengan demikian, harta benda wakaf sudah mengalami pengembangan
yang signifikan sehingga seseorang tidak perlu menunggu menjadi tuan tanah dahulu untuk
melakukan wakaf. Ia bahkan dapat menyisihkan beberapa ribu rupiah saja untuk
mengabadikan kekayaan dalam bentuk wakaf uang atau biasa juga disebut wakaf tunai.
Wakaf uang akan menjadi fokus utama pembahasan dalam makalah ini. Tulisan ini akan
mengulas tentang wakaf uang dalam perspektif fiqh, hukum positif, dan implementasinya di
Indonesia. Walau wakaf uang belum banyak dikenal dalam kitab-kitab klasik, namun paling
tidak in dikasi penerapannya sudah ada pada beberapa abad silam. Untuk itu ulasan tentang
wakaf uang dalam perspektif fiqh, baik klasik mapun modern, mendapat porsi penting da lam
tulisan ini. Kemudian, pembahasan ten tang wakaf uang dalam hukum positif akan merujuk
kepada Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Pe-

ra turan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41


Tahun 2004. Pada akhir uraian, ka jian tentang implementasi wakaf uang di Indonesia
dengan mengambil sampel Tabung Wa kaf Indonesia (TWI) akan melengkapi pembahasan
ini.

Anda mungkin juga menyukai