LP IMA Fix
LP IMA Fix
Oleh:
Nabila Alfionita, S.Kep
NIM. 22231110100
Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan saluran linfe.
Sistem ini berfungsi untuk membawa oksigen, nutrisi, dan zat-zat lain untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh serta membawa produk akhir metabolisme untuk
diekskresikan dari tubuh. Jantung merupakan salah satu organ vital manusia,
terletak di mediastinum antara dua rongga paru tepatnya di belakang sternum.
Ukuran jantung sekitar 1 kepalan tangan dengan berat 7 – 15 ons (200 –425 gram).
Jantung dapat memompa hingga 100.000 kali dan volume mencapai 7.571 liter per
harinya (Riza Fikriana, 2018).
Lapisan jantung tersusun oleh membrane fibrosa dan permukaan pembuluh
darah besarnya. Lapisan jantung terdiri dari pericardium fibrosa (lapisan luar yang
keras) dan pericardium serosa (lapisan bagian dalam). Pericardium serosa memiliki
2 bagian yakni pericardium parietal (permukaan bagian dalam) dan visceral
(melekat pada permukaan jantung). Dari dua lapisan parietal dan visceral terdapat
ruang yang Bernama ruang pericardium, dalam kondisi normal ruang tersebut
terdapat cairan yang berfungsi memudahkan pergerakan jantung dan denyut
jantungtanpa adanya hambatan. Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu (Riza
Fikriana, 2018):
a. Epikardium
Epicardium merupakan lapisan terluar dari lapisan visceral pericardium.
Lapisan ini terdapat cairan sebanayak 5 – 10 mL yang berfungsi untuk
membasahi jantung serta berperan dalam fleksibilitas aktivitas jantung. Selain
itu fungsi dari lapisan ini yaitu mempertahankan agar jantung tidak mengalami
pembesaran.
b. Miokardium
Miokardium merupakan lapisan tengah yang terdiri dari kardiomiosit dan otot-
otot jantung. Lapisan ini berfungsi dalam kontraksi jantung, bekerja
berdasarkan rangsangan dari ventrikel yang memompa darah dari ventrikel.
Gerakan kontraksi pada miokardium disebut dengan detak jantung.
Susunan miokardium :
1) Susuna otot atria: sangat tipis dan kurang teratur, serabutnya disusun dalam
sua lapisan. Lapisan luar mencakup kedua atria, serabut luar ini paling
nyata dibaian depan atria. Beberapa serabut masuk kedalam septum
antrioventrikular. Lapisan dalam terdiri dari dari serabut-serabut berbentuk
lingkaran
2) Susuna otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventrikular sampai ke apeks jantung
3) Susuna otot antrioventrikular merupakan dinding pemisah antara serambi
dan bilik (antrium dan ventrikel)
c. Endokardidum
Endocardium merupakan lapisan terdalam dari dinding jantung. Berfungsi
untuk mengumpulkan darah, memompa dan mengatur kontraksi jantung.
Fungsi lainnya yaitu mengendalikan komposisi ekstraseluler kardiomiosit.
Lapisan ini juga berfungsi menjaga darah agar tidak menempel opada bagian
dalam jantung sehingga tidak ada penyumbatan dan mengganggu fungsi
jantung
Sedangkan ruangan jantung terdiri 4 bagian utama yaitu atrium kanan dan kiri
dan vertrikel kanan dan kiri. Berikut penjelasan dari masing-masing bagian:
a. Atrium
Atrium merupakan bagian dari ruang atas jantung, yang berfungsi sebagai
penampungan darah yang selanjutnya akan mengalir menuju ventrikel. Atrium
berkontraksi untuk membantu pengisian ventrikel
1) Atrium kanan
Dinding atrium kanan memiliki struktur yang tipis, dan memiliki tekanan
yang rendah Sebelum memasuki atrium kanan, darah melewati dua vena
yang bermuara ke atrium kanan yaitu vena cava superior (membawa darah
dari bagian tubuh atas dan ekstremitas atas) serta vena cava inferior
(membawa darah dari ekstremitas bawah dan organ abdomen). Setelah
melalui atrium kanan kemudian melewati katup trikuspid darah menuju
ventrikel kanan pada saat fase relaksasi otot jantung (diastole).
2) Atrium kiri
Dinding atrium kiri sedikit lebih tebal dibanding atrium kanan. Darah yang
telah teroksigenisasi memasuki atrium kiri. Selanjutnya darah akan
memasuki ventrikel kiri melewati katup mitral pada saat vase relaksasi otot
jantung ( diastole). Fungsi dari atrium kiri adalah sebagai ruang penerima
darah yang telah teroksigenisasi dari paru-paru.
b. Ventrikel
Fungsi ventrikel secara umum adalah memompakan darah ke sistem sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal. Ventrikel kiri mempunyai ketebalan tiga kali
dari yang sebelah kanan, sesuai dengan kerja jantung yang lebih berat.
1) Ventrikel kanan
Tebal dinding luarnya 4-5 mm dengan bertekanan rendah. Fungsi dari
ventrikel kanan adalah memompa darah menuju paru-paru. Darah mengalir
menuju arteri pulmonal melewati katup pulmonal, pada saat fase kontraksi/
sistolik.
2) Ventrikel kiri
Ventrikel kiri memiliki otot yang besar. Tekanan pada ventrikel kiri sangat
tinggi, darah yang masuk berasal dari atrium kiri melalui katup mitral dan
keluar dari ventrikel melalui katup aorta. Fungsi dari ventrikel kiri adalah
mengalirkan darah menuju seluruh bagian tubuh yang selanjutnya kembali
ke atrium kanan
Katup jantung yang berjumlah 4 buah berfungsi mengalirkan darah dan
mencegah aliran balik darah. Katup ini membuka dan menutup secara pasif yang
merupakan respon dari perubahan tekanan dan perubahan isi dari ruang- ruang
jantung. Secara umum katup jantung dibagi menjadi 2 jenis katup yaitu katup
atrioventrikular dan katup semilunar
a. Katup Atrioventrikular
Katup ini membagi jantung menjadi 2 bagian yaitu atrium dan ventrikel. Katup
atrioventrikular ini menghubungkan aliran darah dari atrium ke ventrikel.
Terdiri dari katup tricuspid dan katup mitral.
Gambar 2. Ilustrasi katup-katup jantung
1) Katup tricuspid
Katup mitral memisahkan atrium kiri dengan ventrikel kiri. Terdiri dari 2
daun katup/ bikuspidalis (anterior dan posterior). Fungsi katup mitral
adalah membantu darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri saat
diastole (daun katup membuka). Saat systole daun katup menutup sehingga
tidak terjadi aliran balik.
b. Katup semilunar
1) Katup pulmonal
2) Sirkulasi pulmonal
a) Hanya mengalirkan darah ke paru dan berfungsi untuk paru-paru
b) Mempunyai tekanan permulaan yang rendah
c) Hanya sedikit mengalami tahanan dan kolom hidrostatiknya pendek
c. Sistem koroner
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi yang
cukup pada otot jantung oleh sirkulasi koroner. Sirkulasi koroner meliputi
seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen untuk miokardium melalui
cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil. Arteri koroner adalah
cabang pertama dari sirkulasi sistemik yang memperdarahi jantung. Arteri
tersebut melintang di permukaan jantung dan mengelilingi jantung. Terdiri
dari Arteri koroner kiri dan arteri koroner kanan
1) Arteri koroner kiri (Left Main Corronary Artery)
Mempunyai dua cabang besar, yaitu Left Anterior Descendence (LAD)dan
Left Circumflex (LCx).
a) LAD (Left Anterior Descendence)
Cabang LAD berperan dalam memperdarahi RV, dinding anterior LV,
dan 2/3 anterior septum. Cabang LAD juga memperdarahi jaringan
konduksi seperti berkas his, berkas His kiri dan kanan.
b) LCx (Left Circumflex)
LCx Memperdarahi dinding lateral dan posterior ventrikel kiri. Dan
pada sebagian kesil orang LCx memperdarahi AV dan SA node.
2) Arteri Koroner Kanan (RCA)
Pada umumnya RCA memperdarahi SA dan AV node, juga memperdarahi
berkas his. RCA juga memperdarahi RV, dinding inferior LV dan 1/3
posterior septum ventrikel
1.2 Definisi
1.3 Epidemiologi
Penyebab paling umum kematian dan kecacatan di dunia barat dan di seluruh
dunia adalah penyakit arteri koroner. Berdasarkan data kematian 2015 dari Survei
Wawancara Kesehatan Nasional (NHIS-CDC), kematian infar miokard adalah
114.023 (yaitu, infark miokard disebutkan sebagai faktor yang berkontribusi
dalam sertifikat kematian) adalah 151.863. Sesuai dengan data National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES)-CDC 2011-2014, diperkirakan 16,5
jutaorang Amerika yang lebih tua dari 20 tahun memiliki penyakit arteri koroner,
dan prevalensi lebih tinggi pada pria daripada wanita untuk segala usia. Sesuai
NHANES 2011 hingga 2014, prevalensi keseluruhan MI adalah 3,0% pada orang
dewasa AS yang berusia lebih dari 20 tahun. Berdasarkan Studi Risiko
Aterosklerosis dalam Komunitas (ARIC) yang dilakukan oleh National Heart,
Lung, and Blood Institute (NHLBI) yang dikumpulkan antara tahun 2005 dan 2014,
perkiraan kejadian tahunan adalah 605.000 MI baru dan 200.000 MI berulang, studi
ARIC juga menemukan bahwa usia rata-rata pada MI pertama adalah 65,6 tahun
untuk pria dan 72,0 tahun untuk Wanita (Ojha dan Dhamoon, 2022)
1.4 Etiologi
Etiologi infark miokard akut (acute myocardial infarct) adalah oklusi arteri
koroner yang 90% disebabkan oleh proses aterosklerosis. Aterosklerosis adalah
penyakit pembuluh darah kronis akibat metabolik yang diperparah oleh inflamasi.
Aterosklerosis membentuk plak dan bila terjadi ruptur plak akan menyebabkan
tombosis dan kemudian terjadi gangguan aliran arteri. Gangguan aliran darah ini
dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan kematian jaringan di daerah aliran
arteri. Apabila hal ini terjadi pada arteri koroner, maka akan menimbulkan
gangguan jantung ditandai dengan nyeri dada (Angina Pectoris).
Infark miokard akut terjadi jika suplai oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan dan
tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkan kematian sel-sel jantung
tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenisasi tersebut
diantaranya:
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah
mencapai sel jantung. Beberapa hal yang dapat menganggu kepatenan
pembuluh darah diantaranya aterosklerosis, spasme, dan arteritis. Spasme
pembuluh darah dapat juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat
penyakit jantung sebelumnya dan biasanya dihubungkan dengan beberapa
hal, seperti mengonsumsi obat-obatan tertentu, stress emosi atau nyeri,
terpajan suhu dingin yang ekstrem, dan merokok.
2) Faktor sirkulasi
3) Faktor darah
c. Faktor lainya
erangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri koroner
menyebabkan terbatasnya atau terputusnya alliran darah kesuatu bagian dari
jantung. Jika terputusnya atau brkurangnya aliran darah ini berlangsung lebih
dari beberapa menit, maka jaringan jantung akan mati. Plak aterosklerotik dapat
menyebabkan suatu bekuan darah setempat (trombus) dan akan menyumbat
arteria. Trombus dimulai pada tempat plak aterosklerotik yang telah tumbuh
sedemikian besar sehingga telah memecah lapisan intima sehingga langsung
bersentuhan dengan aliran darah. Karna plak tersebut menimbulkan permukaan
yang tidak halus bagi darah, trombosit mulai melekat, fibrin mulai menumpuk
dan sel-sel darah terjaring dan menyumbat pembuluh tersebut.
penyebab lain dari serangan jantung adalah suatu berkuan dari bagian jantungnya
sendiri. Terkadang embolus terbentuk didalam jantung lalu pecah dan tersangkut
di arteri koroner. Spasme pada arteri koroner menyebabkan aliran darah berhenti.
Spasme ini dapat disebabkan oleh obat (seperti kokain) atau merokok, tetapi
terkadang tidak diketahui penyebabnya.
Berikut ini merupakan faktor risiko penyakit arteri koroner (Ojha dan
Dhamoon, 2022);
a. Faktor yang dapat dirubah
Mayor: seperti merokok, hipertensi, obesitas, hiperlipidemia, hiperkolesterolemia,
dan pada pola makan (diet tinggi lemak dan tinggi kalori). Minor: seperti stress,
kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambivalen) dan kurang aktivitas fisik
b. Faktor yang tidak dapat diubah
Faktor resiko ini meliputi hereditas/keturunan, usia dari 40 tahun, ras (insiden
lebih tinggi pada orang berkulit hitam), wanita post menopause, dan secara umum
pria lebih sering mengalami penyakit infark miokard (Aspiani,2015).
1.5 Klasifikasi
Infark miokard STEMI adalah oklusi koroner yang cukup untuk menyebabkan
nekrosis jantung transmural. Tanda khas STEMI, sindrom koroner akut paling
serius, adalah elevasi menetap segmen ST pada EKG. Hal ini menunjukkan area
miokard yang luas, kemungkinan meliputi seluruh ketebalan dinding ventrikel,
telah mengalami nekrosis (kematian sel, dengan inflamasi dan pembentukan parut
setelahnya) sebagai akibat iskemia memanjang. Nekrosis miokardium
menyebabkan pelepasan protein intraseluler, seperti troponin T dan I. Troponin ini
dapat dideteksi dalam darah dan bekerja sebagai penanda kematian sel
miokardium. STEMI dikonfirmasi bila ditemukan peningkatan kadar penanda
troponin. STEMI biasanya terjadi bila suatu trombus telah menyumbat arteri
koroner secara komplet dalam waktu yang signifikan dan biasanya menyebabkan
gejala yang lebih berat dibandingkan gejala angina takstabil atau NSTEMI
(Aaronson & Jeremy, 2010).
b. Infark Miokard Non-Elevasi Segmen ST (NSTEMI)
Infark miokard NSTEMI adalah oklusi koroner yang cukup untuk menyebabkan
nekrosis sub endokardium. Oklusi koroner inkomplet atau temporer, atau adanya
arteri koroner kolateral yang dapat mempertahankan suplai darah ke regio yang
terkena, dapat menyebabkan iskemia miokard dan nekrosis dengan derajat lebih
kecil, biasanya terbatas pada subendokardium. Keadaan ini tidak dapat
menyebabkan elevasi segmen ST, namun menyebabkan pelepasan penanda
nekrosis. Pasien ditemukan memiliki peningkatan kadar penanda ini, namun tidak
memiliki elevasi segmen ST, diperkirakan mengalami episode NSTEMI didahului
oleh penurunan aliran darah koroner, kemungkinan disebabkan oleh perkembangan
periodik trombosis dan vasokonstriksi koroner, yang dicetuskan oleh penyakit arteri
koroner (Aaronson & Jeremy, 2010).
1.6 Patofiologi
Infark miokard akut sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau lebih
faktor resiko seperti obesitas, merokok, hipertensi dan lain lain. Faktor ini disertai
dengan proses kimiawi terbentuknya lipoprotein ditunika intima yang dapat
menyebabkan infeksi fibrin dan patelet sehingga menimbulkan cedera endotel
pembuluh darah koroner. Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi
lipid yang akan membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi
komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila
rupture dapat terjadi trombus. Trombus yang menyumbat pembuluh darah
menyebabkan aliran darah berkurang sehinnga suplai oksigen yang diangkut darah
kejaringan miokardium berkurang yang berakibat penumpukan asam laktat. Asam
laktat yang meningkatkan menyebabkan nyeri dan perubahan PH yang pada
akhirnya menyebabkan perubahan sistem konduksi jantung sehingga jantung
mengalami distrimia. Iskemik yang berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan
kerusakan otot jantung yang ireversibel dan kematian otot jantung (infark).
Miokardium yang mengalami kerusakan otot jantung atau nekrosis tidak lagi
dapat memenuhi fungsi kontraksi dan menyebabkan keluarnya enzim dari intrasel
ke pembuluh darah yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium . otot
jantung yang infark mengalami perubahan selama penyembuhan. Mula-mula otot
jantung yang mengalami infark tampak memar dan sianotik karena darah didaerah
sel tersebut terhenti dalam jangka waktu 24 jam timbul edema sel dan terjadi
respons peradangan yang disertai infiltrasi leukosit.
Pada orang yang mengalami infark miokard akut dapat mengalami gejala
seperti berikut (Balingit, 2022; Ojha dan Dhamoon, 2022):
a. Nyeri dada sebelah kiri nyeri menjalar ke lengan kiri, bahu, rahang kiri,
punggung kiri, dan area nyeri epigastrik. Sifat nyeri seperti ditekan, rasa
tertindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir, durasi nyeri
≥30 menit.
c. Sesak napas
e. Gejala lain, seperti palpitasi, rasa pusing atau sinkop dan gejala akibat emboli
arteri. Berkeringat, gelisah
a. Elektrokardiografi
EKG 12 sadapan adalah alat diagnostik lini pertama untuk diagnosis sindrom
koroner akut (ACS). Itu harus diperoleh dalam waktu 10 menit setelah
kedatangan pasien di unit gawat darurat. MI akut sering dikaitkan dengan
perubahan dinamis dalam bentuk gelombang EKG. Rekaman EKG serial atau
kontinu dapat membantu menentukan status reperfusi atau oklusi ulang. Hasil
pemeriksaan EKG pada pasien yang mengalami infark miokard akut
didapatkan adanya gelombang patologik disertai peninggian segmen ST yang
konveks dab diikuti gelombang T yang negative dan simetrik, Q menjadi lebar
(lebih dari 0,04 detik) dan dalam (Q/R lebih dari ¼)
1) Elevasi segmen ST dalam dua sadapan yang berdekatan (diukur pada
titik-J) lebih besar dari 5 mm pada pria yang lebih muda dari 40 tahun,
lebih besar dari 2 mm pada pria yang lebih tua dari 40 tahun, atau lebih
besar dari 1,5 mm pada wanita pada sadapan V2-V3 dan/atau lebih besar
dari 1 mm di semua lead lainnya
b. Laboratorium
f. Radiologi
1.9 Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Morfin; meredakan nyeri, sesak napas, dan kecemasan
7) Ticagrelor
b) Hari II, Melakukan gerakan aktif anggota gerak, tiap gerakan 5x, duduk
dipinggir tempat tidur denagn kaki kebawah atau diletakkan diatas kursi
selama 20 menit 2x sehari.Berikan pendidikan kesehatan tentang factor
risiko dan pengendaliaanya.
c) Hari III, Mengulangi latihan hari II, boleh turun dari tempat
tidur.Perawatan diri dilakukan sendiri tanpa bantuan, posisi makan
dengan duduk ditempat tidur
11) Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
1.10 Komplikasi
a. Iskemik; re-infrak dan angina pectoris
b. Aritmia; aritmia ventrikel, sinus bradikardi, dan atrioventricular block
c. Mekanikal; disfungsi miokardium, cardiac failure, syok kardiogenik, dan
cardiac rupture
d. Emboli; thrombus pada ventrikel kiri dan peripheral embolus
e. Inflamasi; pericarditis dan efusi perikardial
1.11 Prognosis
Meskipun banyak kemajuan dalam pengobatan, infark miokard akut masih
membawa angka kematian 5-30%, sebagian besar kematian terjadi sebelum
kedatangan ke rumah sakit. Selain itu, dalam tahun pertama setelah mengalami
infark miokard, ada tambahan angka kematian sebesar 5% sampai 12%. Prognosis
keseluruhan tergantung pada tingkat kerusakan otot jantung. Pasien dengan fungsi
ventrikel kiri yang baik cenderung memiliki hasil yang baik. Faktor-faktor yang
memperburuk prognosis meliputi; memiliki penyakit penyerta seperti diabetes
melitus, berusia lanjut, reperfusi jantung tertunda, fraksi ejeksi rendah, adanya
gagal jantung kongestif, peningkatan kadar proteinC-reaktif dan peptida natriuretik
tipe B (BNP), serta adanya depresi (Ojha dan Dhamoon, 2022).
BAB 2. Pathway
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Riwayat kondisi klien
a. Identitas klien
Indentitas klien perlu ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku,
agama, nomor register, pendidikan, tanggal MRS, serta pekerjaan yang
berhubungan dengan stress atau sebab dari lingkungan yang tidak
menyenangkan. Jenis kelamin lebih sering terjadi pada laki ± laki umur 35
tahun dan wanita lebih dari 50 tahun.
b. Alasan masuk rumah sakit
Penderita dengan infark miokard akut mengalami nyeri dada, perut,
punggung, atau lambung yang tidak khas, mual atau pusing, sesak napas
dan kesulitan bernapas.
c. Keluhan Utama
Nyeri dada, sesak napas, nyeri tungkai bawah yang baru saja terjadi.
Perhatikan adanya gejala palpitasi, kelelahan berlebihan, edema kaki,
sianosis, ortopnea.
d. Riwayat kpenyakit sekarang
Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang
dirasakan lebih dari 30 menit, nyeri dapat menyebar samapi lengan kiri,
rahang dan bahu yang disertai rasa mual, muntah, badan lemah dan pusing.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Hipertensi, diabetes melitus, penyakit ginjal, regurgitasi aorta, dan fibrilasi
atrium.
f. Riwayat obat-obatan
Riwayat konsumsi obat-obatan antihipertensi dan antidisritmia.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit jantung, diabetes, kolesterol tinggi, hipertensi, stroke
atau penyakit jantung rematik.
h. Riwayat psikososial
Perlu dikaji tentang kebiasaan gaya hidup seperti merokok, penggunaan
alcohol maupun obat-obatan tertentu, kebiasaan olahraga, pola diet, dan
makanan pasien termasuk konsumsi makanan berlemak dan garam, kaji
juga terkait dengan tuntutan fisik dan emosional.
f. Riwayat pekerjaan
Kaji riwayat pekerjaan yang berisikoo seperti terpapar dengan penggunaan
alat getar selama bekerja, alat bertenaga angin.
g. Aktivitas dan istirahat
kaji aktivitas pasien dirumah atau dirumah sakit. Apakah ada kesenjangan
yang berarti misalnya pembatasan aktivitas. kaji kebiasaan tidur siang dan
malam, berapa jam pasien tidur dalam 24 jam dan apakah pasien
mengalami sulit tidur dan bagimana perubahannya setelah pasien
mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler. Perlu diketahui, pasien
dengan IMA sering terbangun dan susah tidur karena nyeri dada dan sesak
napas.
2. Pengkajian 11 pola gordon
a. Presepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Kesadaran klien diamati apakah komposmentis. Keadaan sehat sakit juga
diamati apakah sedang, berat, dan ringan.
b. Pola Nutrisi/ Metabolik
Biasanya pada klien AMI pola nafsu makan menurun dan berat badan
menurun drastis karena terdapat hormone BNP dihasilkan jantung yang
membuat nafsu makan menurun ( Lugel Clodi)
c. Pola Eliminasi
Pada klien dengan AMI pola eliminasi jumlah urine yang dikeluarkan
sedikit.
d. Pola Aktivitas & Latihan
Klien dengan AMI biasanya mengalami penurunan dalam kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga perlu dikaji untuk menilai
toleransi dan kemampuan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
(Panthee dan Krritpracha, 2011 : hal 15)
e. Pola Tidur dan Istirahat
Pada klien AMI pola tidur dan istirahatnya terganggu karena adanya
penyempitan pada arteri coroner disertai keluhan nyeri pada dada sehingga
klien dengan AMI pola tidurnya terganggu (Bambang)
f. Pola Kognitif dan Perceptual Fungsi Kognitif dan Memori
Meskipun dalam ketakutan atau kekhawatiran mendalam klien AMI tidak
mengalami ganggun dalam menilai realita (Hawai, 2001)
g. Pola Presepsi Diri dan Gambaran Diri
Kepribadian klien masih tetap utuh, prilaku bisa terganggu namun dalam
batas yang wajar (Hawai, 2001)
h. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pada klien AMI biasanya pola seksualitas menurun akibat adanya nyeri
dada dan membuat klien depresi karena takut jika terjadi serangan jantung
detak jantung yang meningkat saat berhubungan
i. Pola Peran dan Hubungan
Pola peran pada klien AMI sedikit terganggu karena sering merasakan nyeri
dada sehingga tidak bisa optimal dalam perannya di keluarga
j. Pola Manajemen Koping-Stress
Klien AMI biasanya mengalami kondisi psikologis seperti gangguan
penyesuaian, depresi atau kecemasan (Hawai, 2004)
k. Sistem Nilai dan Keyakinan
Klien AMI biasanya memiliki kenyakinan yang tinggi bahwa apa yang di
alami akan sembuh
3. Pemeriksaan fisik
Menurut Gordon (2015) beberapa kondisi yang dapat diperoleh dari hasil
pemeriksaan fisik pada pasien dengan AMI meliputi:
a. Keadaan umum:
Untuk mengetahui keadaan umum klien sejak awal dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital terhadap klien. Mengamati kesadran klien apakah kompos
mentris, apatis, delirium, samnolen, koma atau semi koma.
b. Tanda-tanda vital
Penampilan klien tampak obesitas, kesadaran kompos mentris, frekuensi
nadi 88x/menit, tekanan darah 160/110 mmHg, RR 20x/menit, Suhu 36,2 C
c. Kepala:
Meliputi ukuran pupil, kesadaran, pergerakan ekstremitas, kemampuan
dalam menanggapi respon verbal dan non verbal (Aziza, 2010)
d. Mata:
Biasanya pada klien AMI mata mengalami pandangan yang kabur.
e. Telinga:
Biasanya pada klien AMI telinga klien tidak mengalami gangguan.
f. Hidung:
Pengkajian pada sistem ini meliputi cek volume tidal, presentase fraksi
oksigen, frekuensi pernapasan, memastikan posisi ETT sesuai, memeriksa
analisa gas darah, dan elektrolit untuk mengetahui adanya hipoksemia
(Aziza, 2010)
g. Mulut
Biasanya mulut klien AMI aromanya tidak sedap, kehilangan gigi, dan
peradangan pada gusi
h. Leher:
Biasanya pada klien AMI leher klien tidak mengalami gangguan (Dewi,
2014)
i. Dada:
Pengkajian yang bisa dilakukan ialah dengan teknik inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi untuk mengukur tekanan darah, suhu, denyut
jantung, irama jantung, temperature kulit dan pulsasi perifer. Auskultasi
bunyi jantung untuk menghasilkan bunyi gallop S3 berindikasi gagal
jantung atau bunyi gallop S4 indikasi hipertensi. Jika irama nafas meningkat
adalah tanda klien taku dan cemas. (Wantiyah, 2010)
j. Abdomen:
Sistem abdomen, pada klien AMI abdomen bersih, datar dan tidak terdapat
pembesaran hati
k. Urogenital:
Mengkaji adanya pembengkakan serta nyeri di bagian pinggang, observasi
dan palpasi abdomen bagian bawah untuk mengetahui adanya retensi urine
dan jenis cairan yang keluar (Aziza, 2010)
l. Ekstremitas:
Ekstremitas atas dan bawah pada klien AMI tidak mengalmai ganggguan
m. Kekuatan Otot
Biasanya klien AMI mengalami penurunan dan kelelahan otot sehingga
menimbulkan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas yang biasa
dilakukan.
n. Kulit dan Kuku:
Pada klien AMI biasnaya akral klien terasa hangat dan turgor baik.
4. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas (D.0003) b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
d.d dispnea PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardi, pH arteri
meningkat/menurun, bunyi napas tambahan.
b. Pola napas tidak efektif (D.0005) b.d hambatan upaya napas d.d dispnea,
penggunaan otot bantu napas, fase ekspirasi memanjang, bradypnea.
c. Penurunan curah jantung (D.0008) b.d perubahan afterload d.d dispnea, TD
meningkat/menurun, nadi perifer teraba lemah, CRT > 3 detik, oliguria,
warna kulit pucat, dan sianosis.
d. Nyeri akut (D.0077) b.d agen penceddera fisiologis d.d tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.
e. Hypervolemia (D.0022) b.d gangguan mekanisme regulasi d.d dispnea,
edema perifer, JVP meningkat, CVP meningkat.
f. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) b.d penurunan aliran arteri/vena d.d
CRT > 3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral dingin, warna
kulit pucat, dan turgor kuliti menurun.
g. Intoleransi aktivitas (D.0056) b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, frekuensi
jantung meningkat.
h. Gangguan pola tidur (D.0055) b.d kurang kontrol tidur d.d mengeluh sulit
tidur, sering terjaga, tidak puas tidur, pola tidur berubah, dan mengeluh
istirahat tidak cukup.
i. Defisit pengetahuan manajemen penyakit jantung (D.0111) b.d kurang
terpapar informasi d.d menanyakan masalah yang dihadapi, perilaku tidak
sesuai, dan persepsi keliru terhadap masalah.
j. Ansietas (D.0080) b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d merasa
bingung, khawatir, tampak gelisah, tegang, dan sulit tidur.
5. Intervensi
No. Diagnosa Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI) RASIONAL
1 Gangguan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Terapi oksigen (1.01026) 1. Mengetahui status oksigen
pertukaran gas selama ….., maka pertukaran gas membaik Observasi di awal sebelum pemberian
dengan kriteria hasil: oksigen
(D.0003) b.d 1. Monitor tanda-tanda 2. Memastikan kecepatan
ketidakseimbangan Pertukaran gas (L.01003) hipoventilasi oksigen sudah sesuai dan
2. Monitor kecepatan aliran nyaman bagi pasien
ventilasi-perfusi d.d
Akhir oksigen 3. Memfasilitasi jalan napas
dispnea PCO2 Indikator Awal
1 2 3 4 5 Terapeutik 4. Mengedukasi keluarga agar
PCO2 3. Pertahankan kepatenan jalan
meningkat/menurun, mandiri menggunakan
napas
PO2 menurun, PO2 oksigen dnegan ebnar
Edukasi
takikardi, pH arteri pH arteri 4. Ajarkan pasien dan keluarga
meningkat/menurun, Keterangan: 1= memburuk, 2= cukup cara menggunakan oksigen
bunyi napas memburuk, 3= sedang, 4= cukup membaik,
tambahan. 5= membaik
2 Pola napas tidak Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen jalan napas 1. Mengetahui pola napas awal
efektif (D.0005) b.d selama ….., maka pola napas membaik dengan (1.01011) klien
kriteria hasil: 2. Menilai adanya hambatan
hambatan upaya Observasi dalam napas klien
napas d.d dispnea, Pola napas (L.01004) 1. Monitor pola napas 3. Memberikan posisi yang
penggunaan otot 2. Monitor bunyi napas mendukung kenyamanan
Akhir tambahan klien
bantu napas, fase Indikator Awal
1 2 3 4 5 4. memberikan bantuan
ekspirasi Dispnea Terapeutik oksigen agar kebutuhan
3. Posisikan semifowler terpenuhi
memanjang, Penggunaan otot bantu
naoas
4. Berikan oksigen
bradypnea. Frekuensi napas
Kedalaman napas
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat PPNI.