Oleh :
Nyeri dapat berasal dari dalam ataupun luar sistem saraf. Nyeri yang
berasal dari luar sistem saraf dinamakan nyeri nosiseptif. Sedangkan nyeri yang
berasal dari dalam dinamakan nyeri neurogenik atau neuropatik. Nyeri dapat
dirasakan ketika stimulus yang berbahaya mencapai serabut-serabut saraf nyeri
(Price and Wilson, 2006).
C. Epidemiologi
Hingga saat ini nyeri tercatat sebagai keluhan yang paling banyak
membawa pasienkeluar masuk untuk berobat ke Rumah Sakit, diperkirakan
prevalensi nyeri kronis adalah 20% dari populasi dunia, di Eropa tercatat
jumlah pasien nyeri sebanyak 55% (JMJ, 2014). Murphy dalam Lumunon,
Sengkey & Angliadi (2015)melaporkan bahwa prevalensi nyeri akut di inggris
mencapai 42% dengan angka kejadian pada pria sebanyak 17% dan wanita
sebanyak 25%. Sembilan dari 10 orang Amerika berusia 18 tahun atau lebih
dilaporkan menderita nyeri minimal sekali dalam satu bulan dan sebanyak
42% merasakannya setiap hari (Latief dalamSinardja, 2013). Penelitian maria
dan insana (2018) juga menunjukan bahwa terdapat sebanyak 109 responden
mengalami ketidaknyamanan melalui aspek biopsikososio dan spiritual.
Penelitian ini menunjukkan mayoritas responden pada aspek biologis
mengalami ketidaknyamanan sebanyak 80,7%. Mayoritas responden pada
aspek psikologis mengalami ketidaknyamanan sebanyak 67%. Mayoritas
responden pada aspek sosial mengalami ketidaknyamanan sebanyak 64,2%.
Mayoritas responden pada aspek spiritual mengalami ketidaknyamanan
sebanyak 70,6%. Mayoritas responden mengalami ketidaknyamanan
sebanyak 75,2%.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari Word Health
Organization (WHO) (2015) jumlah pasien nyeri pembedahan meningkat dari
tahun ke tahun. Jumlah prevalensi nyeri secara keseluruhan belum pernah di
teliti di Indonesia, namun diperkirakan nyeri kanker dialami oleh sekitar 12,7
juta orang atau sekitar 5% daripenduduk Indonesia (WHO, 2014), angka
kejadian nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6-31,3% (Purastuti dalam
Fanada & Muda 2012), sedangkan nyeri punggung bawah (LBP) sebanyak 40%
penduduk dengan jumlah prevalensi pada laki- laki sekitar 18,2% dan wanita
13,6% (Wulandari, Maja & Khosama, 2013).
D. Etiologi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) penyebab timbulnya nyeri
disebabkan oleh :
F. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada
tempat,sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan (Asmadi,
2008).
b. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih
dalam atau pada organ-organ tubuh visceral
Impuls Nyeri
Kerusakan Jaringan
Medula Spinalis
Diaforesis, dilatasi pupil, focus Nyeri telah ada lebih dari 6 bulan,
menyempit, ekspresi, wajah nyeri, anoreksia, ansietas, depresi,
danperubahan frekuensi napas imbolitas,berfokus pada diri sendiri
Gangguan
Nyeri Akut Nyeri Akut
Rasa Nyaman
15
I. Pengukuran Nyeri
POLA PERNAFASAN
0 – Bernafas relaks Pola nafas bayi yang normal
1– Perubahan pola Tidak teratur, lebih cepat dari biasanya,
Pernafasan tersedak dan nafas tertahan
LENGAN
0 – Relaks atau terikat Tidak ada kekuatan otot, gerakan tangan acak
1 – Fleksi atau ekstensi Tegang, lengan lurus, kaku dan atau ekstensi
cepat, fleksi
KEADAAN KESADARAN
0 – Tidur atau terjaga Tenang, tidur damai atau gerakan kaki acak
yang terjaga
1 – Rewel Terjaga, gelisah dan meronta-ronta
Gambar 4. Neonatal Infant PainScale (NIPS)
3. Skala Wajah Whaley dan Wong
Skala wajah dapat digunakan untuk anak-anak, karena anak-anak dapat
dimintauntuk memilih gambar wajah sesuai rasa nyeri yang dialaminya.
Pilihan ini kemudian diberi skor angka. Skala wajah Whaley dan Wong
menggunakan 6 kartun wajah, yang menggambarkan wajah tersenyum,
wajah sedih, sampai menangis, dantiap wajah ditandai dengan angka 0
sampai 5.
K. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan yang
merupakan suatu proses secara sistematis sesuai dengan fakta dan
kondisi klien yang berguna dalam pengumpulan data sebagai sumber
untuk evaluasi dan identifikasi status kesehatan klien yang dapat
digunakan untuk menentukan ke tahap selanjutnya yakni merumuskan
suatu diagnosis keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan respon klien (Muttaqin dkk., 2013). Pengkajian terfokus
pada kasus gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyaman
yaitu:
i. Identitas klien yang terdiri dari nama, umur, suku/bangsa, status
perkawinan, agama,pendidikan dan alamat.
ii. Riwayat Kesehatan
iii. Keluhan utama : keluhan utama yang dirasakan yakni nyeri
iv. Riwayat kesehatan terkait dengan kronolog nyeri
Adapun tahapanpengkajian terfokus pada nyeri sebagai berikut:
a. Melakukan pengkajian riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien.
Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien. Tujuan
pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap
pengalaman subjektif. Pengkajian nyeri menggunakan PQRST
1) P (Provokative/ Paliatif)
Apa kira-kira penyebab timbulnya rasa nyeri. Apakah karena terkena
rudapaksa, benturan atau akibat penyayatan.
2) Q (Quality/ kualitas)
Seberapa berat keluhan nyeri yang dirasakan, bagaimana rasanya dan
seberasasering terasa nyeri.
3) R (Region/ Radiasi)
Lokasi dimana keluhan nyeri dirasakan atau ditemukan, apakah juga
menyebarke daerah lain.
4) S (Severity/Skala Nyeri)
Skala keparahan/intensitas nyeri dapat dilihat menggunakan GCS
untuk gangguan kesadaran, skala nyeri/ ukuran lain yang berkaitan
dengan keluhan.
5) T (Time/ Waktu)
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan atau dirasakan,
seberapa sering keluhan nyeri tersebut dirasakan atau terjadi, apakah
terjadi secara mendadak atau bertahap.
1) Lokasi
2) Intensitas Nyeri
c. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Tidak tampak sakit : mandiri, tidak terpasang alat medis
Tampak sakit sedang : bed rest, lemah, terpasang infus, alat medis
2) Tanda Tanda Vital : perhatikan tekanan darah, nadi, suhu dan
respiratory rate
2. Nyeri kronis b.d Kondisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manejemen Nyeri (I. 08238)
musculoskeletal, kerusakan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri yang Observasi
system syaraf, penekanan dirasakan dapat menurun, dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
saraf, infiltrasi tumor, hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
ketidakseimbangan 2. Identifikasi skala nyeri
neurotransmitter,neuromodula 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
tor, dan reseptor, gangguan Kontrol Nyeri (L.08063) 4. Identifikasi faktor yang dapat memperberat
imunitas,, gangguan fungsi dan meringankan nyeri
metabolic, riwayat posisikerja Kriteria Skor Skor 5. Monitor keberhasilan terapi komplementer
statis, peningkatan indeks saat yang yang sudah diberikan
ini ingin 6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
massa tubuh, kondisi pasca
dicapai
traumatis, tekanan emosional, Terapeutik
Melaporkan 2 4
riwayat 7. Berikan teknik non farmakologis untuk
nyeri terkontrol
penganiayaan, riwayat mengurangi rasa nyeri contoh: teknik relaksasi
Kemampuan 2 4
penyalahgunaan obat/zat mengenali onset nafas dalam, terapi pijat, dan terapi kompres air
nyeri hangat atau air dingin.
Kemampuan 2 4 8. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
mengenali nyeri contoh: :suhu ruangan, pencahayaan,
penyebab nyeri suhu ruangan.
Kemampuan 2 4 9. Fasilitas istirahat dan tidur
menggunakan Edukasi
teknik 10. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
nonfarmakologis 11. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Keluhan nyeri 2 4 12. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Keterangan : Kolaborasi
1 = Meningkat 13. Pemberian analgetik, jika perlu
2 = Cukup Meningkat
3 = Sedang
4 = Cukup menurun
5 = Menurun
3. Gangguan rasa nyaman b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengaturan Posisi (I.01019)
kurangnya kontrol situasi, selama 3x24 jam, diharapkan gangguan Observasi
kurang privasi, sumberdaya rasa nyaman menurun, dengan 1. Monitor status oksigen sebelum dan sesudah
tidak adekuat, kurang Kriteria hasil: merubah posisi
pengendalian lingkungan Status Kenyamanan (L.08064) 2. Monitor alat traksi agar selalu tepat
stimuli lingkungan yang Kriteria Skor Skor Terapeutik
mengganggu saat yang 3. Tempatkan pada posisi terapeutik
ini ingin 4. Atur posisi yang disukai
dicapai
5. Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang
Keluhan tidak 2 4
cidera Tinggikan bagian tubuh yang sakit
nyaman
2 4
dengan tepat Motivasi melakukan ROM aktif
Kesejahteraan
fisik dan pasif
Gelisah 2 4 6. Hindari posisi yang dapat meningkatkan nyeri
Keluhan sulit 2 4 7. Ubah posisi setiap dua jam
tidur Edukasi
Rileks 2 4 8. Informasikan saat akan dilakukan perubahan
fisik
Keterangan : 9. Ajarkan cara menggunakan postur yang baik
1 = Meningkat dan mekanika tubuh yang baik selama
2 = Cukup Meningkat melakukan perubahan posisi
3 = Sedang
4 = Cukup menurun
5 = Menurun
L. Penatalaksanaan berdasarkan Evidance-Based Practice in Nursing
31
lebih rileks sehingga mmapu membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan stress sehingga dapat meingkatkan toleransi terhadap
nyeri. Beberapa penelitian juga menunjukan bahwa terapi
relaksaksi genggam jari memberikan respon positif sehingga
jaringan otot lebih rileks.
32
Memegang jari mampu mengahambat neurotransmitter implus
nyeri akibat tindakan pembedahan (Appendictomy) bahwa
memegang jari sambil relaksasi nafas dalam mampu mengurangi
dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosional. Hal itu
dikarenakan rasa hangat pada titik-titik jari tangan sehingga
energy meridian mampu keluar masuk dengan lancar. Genggam
jari yang dilakukan mencapai titik reflek pada memberikan
stimulus refleks spontan, sehingga menjadi rangsangan yang
mengalir menjadi gelombang listrik ke otak. Gelombang yang
diterima akan diproses otak, kemudian diteruskan pada saraf
yang bermasalah didalam tubuh, sehingga penyumbahan dijalur
energy menjadi lancar. Aliran energy menghasilkan implus yang
dikirim melalui saraf aferen mangakibatkan “gerbang:
nonnosiseptor ditutup sehingga input dominan yang berasal dari
serat A-beta mampu mensekresikam inhibitor neurotransmitter
yang menghambat stimulus nyeri
33
ataupun di luar negeri. Institusi pelayanan kesehatan di
Indonesia diharapkan mampu menjadikan teknik relaksasi
genggam jari sebagai Standar Operasional Prosedur (SPO) dalam
manajemen nyeri.
34
1. Persiapkan pasien dalam posisi nyaman
12. dokumentasi
35
PUSTAKA
Aini, L., dan Reskita, R. 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
terhadap Penurunan Nyeri pada pasien Fraktur. Jurnal Kesehatan. 9 (2):
262-266.
Ifati, S., Tugasworo, D., Pudjonarko, D. 2019. Pengaruh Bacaan Murottal Al-
Qur’an Yang Diperdengarkan Pada Pasien Stroke Iskemik Akut
Terhadap Luaran Klinis. Neurona. 36(3):161-169.
36
Lumunon, O. J. 2015. Hubungan status gizi dengan gout arthritis pada lanjut
usia. E-journal Keperawatan. 3(3): 2-3.
Martins, N.A.P. 2019. Pengelolaan Nyeri Akut pada Sdr. F dengan Post
Operasi Herniotomi di Ruang Cempaka RSUD Ungaran. Diploma.
Thesis. Universitas Ngudi Waluyo.
Potter, P.A & Perry, A.G. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, danPraktik. Jakarta: EGC.
Primastuti, I.N. 2018. Asuhan Keperawatan Post Herniotomi pada Tn. A dan
Tn. N dengan Fokus Studi Nyeri di Rumah sakit Umum Daerah Tidar
Kota Magelang. Diploma. Thesis. Prodi Keperawatan Magelang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
37
Salmah, Rusmiati, Maryanah, Susanti. 2006. Asuhan Kebidanan
Antenatal.Jakarta. EGC.
Setyo, Bayu Aji., dkk. (2015). Efektifitas Antara Relaksasi Autogenik dan Slow
Deep Breathing Relaxation terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Post
Orif di RSUD Ambarawa.
Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Medah Bruner &
Suddarth Edisi 8.Jakarta: EGC.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tim Pokja
SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Wahyudi, A. S., & Abd.Wahid. 2016. Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra
Wacana Medika.
Yang, Hui. Et all. 2016. Pain Physiology : Flood P, Rathmell JP, Shafer S.
Stoelting’s Pharmacology & Physiology in Anesthetic Practice 5th
38
Edition. Wolter Kluwer Health. Terjemahan Oleh Putu Bagus
RedikaJanasuta, dr. Kadek Agus Heryana Putra, SpAn : Halaman 206-
216
39