Anda di halaman 1dari 8

NAMA : IRAWAN S.

L
NIM : 3331122500
KELAS :VE
MATA KULIAH : ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI

Pengertian Etika

Etika adalah ilmu yang membahas nilai dan norma moral. Etika merupakan refleksi
kritis dan rasional mengenai:
1) Nilai dan norma yang menyangkut manusia harus hidup baik

2) Masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan pada nilai dan norma moral yang umum
diterima.
Etika ada tiga macam, yakni etika umum, etika khusus, dan etika profesi.

1) Etika Umum

Etika umum berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar cara manusia bertindak secara
etis, dalam mengambil keputusan , teori-teori etika dan prinsip- prinsip moral dasar yang
menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau
buruknya suatu tindakan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam etika umum yaitu:
➢ Memiliki sikap jujur, optimis, kreatif, rasional, berfikir kritis, rendah hati, demokratis, sopan,
mengutamakan kejujuran akademik, menghargai waktu, dan terbuka terhadap
perkembangan ipteks.
➢ Mampu merancang, melaksanakan, dan menyelesaikan studi dengan baik.

➢ Mampu menciptakan kehidupan kampus yang aman, nyaman, bersih, tertib, dan kondusif
➢ Mampu bertanggung jawab secara moral, spiritual, dan sosial untuk mengamalkan ipteks
2) Etika Khusus

Etika Khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Cara mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang dilakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar serta
bagaimana ia menilai perilakunya dengan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalamEtika Khusus adalah :
➢ Berpakaian rapi, bersih, sopan, serasi sesuai dengan konteks keperluan

➢ Bergaul, bertegur sapa, dan bertutur kata dengan sopan, wajar, simpatik, edukatif, bermakna
sesuai dengan norma moral yang berlaku
➢ Mengembangkan iklim penciptaan karya ipteks yang mencerminkan kejernihan hati nurani,
bernuansa pengabdian pada Tuhan YME, dan mendorong pada kualitas hidup kemanusiaan
3) Etika Profesi

Berikut ini akan diuraikan pemahaman etika profesi secara rinci. Etika profesi
merupakan pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup
dan yang mengandalkan suatu keahlian. Ciri-ciri etika profesi adalah:
➢ Memiliki kepribadian yang tangguh , takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
kreatif, dan mandiri.
➢ Berwawasan kependidikan, psikologi, budaya peserta didik, dan lingkunganMemiliki
wawasan psikososial kependidikan dan kemampuan memberdayakan warga belajar dalam
konteks lingkungannya
➢ Bekerja sama dalam bidangnya dengan pihak terkait.

Berikut ini akan diuraikan pemahaman etika profesi secara rinci. Menurut Wursanto
(1991: 23) Etika profesi sama dengan etika jabatan yaitu norma-norma, nilai- nilai,kaidah-
kaidah, ukuran-ukuran yang diterima dan ditaati oleh para pegawai, berupa peraturan atau hal
yang sudah merupakan kebiasaan yng baik dan dianggap setiap pegawai sudah mengetahui dan
melaksanakannya. Etika profesi ini sangat baik untk meningkatkan mutu serta mewujudkan
pegawai yang bersih dan berwibawa. Etika profesi diartikan pula sebagai pedoman sikap,
tingkah laku, dan perbuatan tenaga kependidikan di dalam melaksanakan tugasnya dan
pergaulan sehari-hari. Tenaga kependidikan adalah pegawai/karyawan yang bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Kewajiban tenaga kependidikan
adalah segala sesuatu yang mengikat dan harus dilakukan oleh tenaga kependidikan. Bila terjadi
pertentangan atau tidakmelaksanakan kewajiban maka terjadi pelanggaran etika profefsi, yakni
setiap sikap, perkataan, perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.
Tujuan Etika Profesi

1) Untuk mencapai suatu pendirian dalam pergolakan pandangan-pandangan moral (kita


berhadapan dengan sekian banyak pandangan moral yang sering saling bertentangan dan
semua mengajukan klaim kepada kita
2) Untuk membantu agar jangan kehilangan orientasi, dapat membedakan antara apa yang
hakiki dan apa saja yang boleh berubah dan tetap sanggup untuk mengambil sikap-sikap
yang kita pertanggungjawabkan
3) Agar jangan cepat menganut segala pandangan yang baru tetapi janganmenolak nilai-nilai
hanya karena baru dan belum biasa
4) Untuk menemukan dasar kemantapan dalam iman kepercayaan dan mau berpartisipasi tanpa
takut dan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang
berubah

Sumber-sumber Etika Profesi

1) Etika yang berlandaskan Pancasila

Etika yang berlandaskan Pancasila: tidak lepas dari moral Pancasila, tindak tanduk kita sehari-
hari di kantor harus berpedoman pada 5 sila Pancasila: menjalin hubungan baik dengan warga
masyarakat, menghargai waktu; tamu jangan menunggu lama, cepat dan tepat dilayani; tidak
menuntut uang pelican, memberi nasihat, tidak menunda pekerjaan.

Pancasila sebagai sistem etika

Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia, juga
merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada
setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem
etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu
sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila sebagai sistem etika merupakan moral
guidance yang dapat diaktualisasikan ke dalam tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai
aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke
dalam putusan tindakan sehingga mampu mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan
berwawasan moral-akademis.

Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan permaslahan yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia diantaranya:

1. Masih terdapat kasus korupsi yang melemahkan sendi kehidupan negara

2. Masih terdapat kasus terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga menurunkan sikap
toleransi dan menghambat integrase nasional

3. Masih terjadinya pelanggaran atas arti HAM dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara

4. Terdapat kesenjangan antara kelompok miskin dan kaya serta masih terdapatnya kaum
marginal di beberapa wilayah yang merasa terasingkan

5. Masih adanya ketidakadilan hukum dalam sistem peradilan di Indonesia

6. Banyak terjadi pengingkaran dalam pembayaran pajak, dan sebagainya.

Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pancasila sebagai sistem etika memerlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai moral yang
hidup agar tidak terjebak dalam pandangan yang bersifat mitos. Misalnya korupsi terjadi karena
pejabat diberi hadiah oleh seorang yang membutuhkan sehingga urusannya lancar. Dia
menerima hadiah tanpa memikirkan alasan orang tersebut memberikan bantuan. Sehingga tidak
tahu kalua perbuatannya dikategorikan dalam bentuk suap.

Hal yang sangat penting dalam mengembangkan Pancasila sebagai sistem etika meliputi:

1. Menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan penentu sikap, tindakan serta keputusan
yang akan diambil setiap warga negara.

2. Pancasila memberikan pedoman bagi setiap warga negara agar memiliki orientasi yang jelas
dalam pergaulan regional, nasional dan internasional

3. Pancasila menjadi dasar analisis kebijakan yang dibuat penyelenggara negara sehingga
mencerminkan semangat kenegaraan berjiwa Pancasila
4. Pancasila menjadi filter terhadap pluralitas nilai yang berkembang dalam berbagai bidag
kehidupan

Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan

Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal berikut:

1. Sila Ketuhanan mencerminkan bahwa Tuhan merupakan penjamin prinsip moral. Setiap
perilaku warga negara didasarkan pada prinsip moral yang bersumber pada norma agama.
Ketika prinsip moral berlandaskan pada norma agama, maka akan memberikan kekuatan pada
prinsip agar dilaksanakan oleh pengikutnya.

2. Sila Kemanusiaan memiliki prinsip acta humanus. Tindakan kemanusiaan diimplikasikan


melalui sikap adil dan beradab guna menjamin tata pergaulan antar manusia dan antar makhluk
yang berdasar pada nilai kemanusiaan tertinggi (kebajikan dan kearifan).

3. Sila Persatuan memiliki arti kesediaan hidup bersama di atas kepentingan individu dan
kelompok dalam kehidupan bernegara. Landasannya adalah nilai solidaritas dan semangat
kebersamaan yang melahirkan kekuatan dalam menghadapi ancaman pemecah belah bangsa.

4. Sila Kerakyatan sebagai sistem etika terletak pada konsep musyawarah untuk mufakat.

5. Sila Keadilan sebagai perwujudan dari sistem etika tidak menekankan pada kewajiban saja
(deontologi) atau tujuan saja (teleologi). Akan tetapi lebih menonjolkan pada kebijaksanaan
(virtue ethics).
2. Etika yang bersumber pada adat-istiadat (perkawinan, kelahiran, dll.
Etika berasal dari istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau kebiasaan
yang baik. Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena
bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya. Bertolak dari
pengertian tersebut, etika berkembang menjadi studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan
kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia
dalam kehidupan manusia pada umumnya. Berdasarkan perkembangan arti inilah kemudian
dikenal adanya etika perangai.
Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai
manusia dalam kehidupan bermasyarakat di derah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula.
Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil
penilaian perilaku.
Contoh etika perangai: berbusana adat, memakai baju batik (batik adalah ciri khas
Indonesia), pergaulan muda mudi, perkawinan semenda, upacara adat, dll
Ciri-ciri adat sebagai sistem etika di masyarakat Indonesia adalah:
1. Berisi hal-hal yang harus dilakukan
2. Merupakan urusan komunitas atau kelompok
3. Peraturan-peraturan yang ada mencakup seluruh kehidupan
4. Sumber tidak pribadi
5. Jika sesuai dianggap wajar atau baik
6. Diturunkan dari generasi ke generasi
7. Dianggap memberi berkat.
8. Adanya sanksi-sanksi/reaksi masyarakat.
Walaupun etika yang bersumber dari adat ini tidak diberikan sanksi tertulis, tetapi sanksinya
lebih berat karena pelanggaran etika dapat membawa perasaan tidak enak, tidak dipercaya,
dikucilkan, disindir, tidak disenangi dalam lingkungan tersebut, merasa kualat, dll, dimana
perasaan seperti ini kadang terasa lebih keras dan menyiksa dibanding hukuman lainnya. Inilah
yang disebut sebagai sanksi sosial.

1) Etika yang bersumber dari ajaran-ajaran agama (perkawinan, kematian, dll)

Etika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang membahas tentang tindakan
manusia, karenanya etika sering disebut sebagai filsafat moral. Sebagaimana telah dibahas pada
bagian terdahulu, etika dan moral merupakan 2 hal yang beririsan, artinya ketika kita berbicara
tentang etika, maka kita pun sedang membahas bagaimana baik buruknya perilaku seseorang
sesuai dengan norma moral. Agama sebagai salah satu sumber norma yang mendasari perilaku
seseorang, mempunyai hubungan yang sangat erat dengan moral.

Dalam praktek kehidupan sehari-hari, motivasi terpenting dan terkuat dalam berperilaku
moral adalah agama. Setiap agama mengajarkan moral yang menjadi pegangan bagi penganutnya
dalam berperilaku. Moral yang diajarkan oleh agama dianggap begitu penting dalam menata
perilaku, karena ajaran moral ini berasal dari Tuhan dan mengungkapkan kehendak Tuhan.
Dengan demikian ajaran ini diterima karena alasan keimanan. Agama merupakan hal yang tepat
untuk memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan
dalam agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat memberikan
orientasi, bukan sekadar indoktrinasi.

2) Etika yang bersumber dari peraturan dari masing-masing profesi


Pada berbagai profesi dan instansi, pengaturan etika dibuat/diserahkan kepada lembaga
profesi dan instansi. Hal tersebut karena etika dan perilaku bisa spesifik pada berbagai profesi,
sehingga perlu dibuat secara khusus sesuai profesi dan instansi masing-masing. Pada
Kementerian Keuangan terdapat Kode Etik dan Kode Perilaku yang merupakan pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta pergaulan
hidup sehari-hari yang bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan pegawai, bangsa, dan
negara.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor Nomor 190/PMK.01/2018 Tentang
Kode Etik Dan Kode Perilaku Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam berperilaku sehari-hari, setiap Pegawai harus berlandaskan pada nilai-nilai dan Kode Etik
dan Kode Perilaku. Hal tersebut juga mengantisipasi adanya perubahan teknologi, nilai etika,
budaya, dan perilaku yang terjadi di masyarakat, maka untuk mencegah pelanggaran disiplin
pegawai Kementerian Keuangan, serta menjaga martabat dan kehormatan masing-masing
pegawai. Hal tersebut bisa dipahami selain sebagai pedoman berperilaku sebagai pegawai
Kementerian Keuangan juga sebagai antisipasi adanya perubahan teknologi, nilai etika, budaya,
dan perilaku yang terjadi di masyarakat agar Nilai Nilai Kementerian Keuangan tetap terjaga.
Nilai-Nilai Kementerian Keuangan meliputi: a. Integritas, yang berarti seluruh Pegawai harus
berpikir, berkata, berperilaku, dan bertindak dengan baik dan benar serta selalu memegang teguh
Kode Etik dan prinsip-prinsip moral; b. Profesionalisme, yang berarti seluruh Pegawai harus
bekerja dengan tuntas dan akurat berdasarkan kompetensi terbaik dan penuh tanggung jawab
serta komitmen yang tinggi; c. Sinergi, yang berarti seluruh Pegawai harus berkomitmen untuk
membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang
harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan
berkualitas; d. Pelayanan, yang berarti seluruh Pegawai harus memberikan pelayanan untuk
memenuhi kepuasan para pemangku kepentingan dan dilaksanakan dengan sepenuh hati,
transparan, cepat, akurat, dan aman; dan e. Kesempurnaan, yang berarti seluruh Pegawai harus
senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang
terbaik.
Dengan adanya landasan perilaku pegawai yang didasarkan pada nilai-nilai serta Kode
Etik dan Kode Perilaku diharapkan bisa mewujudkan aparat pemerintah yang bersih, berwibawa,
dan bertanggung jawab. Kode Etik dan Kode Perilaku tersebut tentunya buka sekedar dibaca dan
dihapalkan tetapi harus diterapkan, dilaksanakan dan diejawantahkan dalam perilaku setiap
pegawai, tidak hanya di tempat kerja tetapi juga di keluarga dan di kehidupan bermasyarakat.
Setiap pegawai adalah pemimpin, harus mampu menggerakkan dirinya dan orang-orang di
sekitarnya untuk selalu melaksanakan landasan perilaku tersebut. Falsafah kepemimpinan “Ing
Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani rasanya masih relevan
diterapkan saat ini, Di depan menjadi panutan atau contoh, di tengah menjadi penyemangat atau
penyeimbang, dan di belakang memberi dorongan.
Apabila dicermati dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor Nomor 190/PMK.01/2018
Tentang Kode Etik Dan Kode Perilaku Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementerian
Keuangan, secara luas mengatur etika dan perilaku pegawai, sanksi apabila melanggar,
mekanisme pemberian sanksi, sesuai tujuan akhirnya yaitu menjaga martabat dan kehormatan
pegawai, bangsa, dan negara. Setiap pegawai Kementerian Keuangan harus memahami dan
mematuhi

Anda mungkin juga menyukai