Anda di halaman 1dari 28

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

BAGIAN 1
KETENTUAN UMUM

1.1 LATAR BELAKANG

UUD 1945 pasal 28H ayat 1 menegaskan bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
hunian yang sehat, aman dan serasi. Rumah termasuk kebutuhan pokok di
dalam urutan prioritas kebutuhan manusia/ masyarakat. Setiap bagian dari
rumah berperan dan saling berkaitan untuk bersama-sama memenuhi
fungsi sebenarnya sesuai kebutuhan penghuninya. Sesuai Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman bahwa dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, setiap orang
berhak menempati, menikmati, dan/ atau memiliki/ memperoleh rumah
yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.
Pemerintah beranggapan bahwa masalah perumahan merupakan tanggung
jawab bersama, namun kewajiban untuk pemenuhan kebutuhan rumah
tersebut pada hakekatnya merupakan tanggung jawab individual dalam hal
ini dilaksanakan secara swadaya oleh masing-masing rumah tangga.
Kondisi rumah tidak layak huni di Kabupaten Tasikmalaya, sampai saat ini
masih cukup banyak dan hampir tersebar di seluruh Kecamatan/Desa Pada
kawasan perkotaan, rumah tidak layak huni terdapat di kawasan-kawasan
kumuh perkotaan sedangkan di kawasan perdesaan tersebar terutama di
kawasan desa miskin.

Dalam mengurangi jumlah rumah tidak layak huni di Kabupaten


Tasikmalaya, maka Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2020
mencanangkan penganggaran penanganan rumah tidak layak huni melalui
Program Pengembangan Perumahan dengan Kegiatan Rehabilitasi Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH).

Kegiatan Rehabilitasi RTLH akan diberikan melalui bantuan berupa


barang/Jasa sebagai penyelenggaraan perbaikan rumah tidak layak huni
yang diperuntukkan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang
tersebar di Kabupaten Tasikmalaya.

Bantuan Rehabilitasi RTLH pada prinsipnya berupaya mendorong prakarsa


dan upaya masyarakat agar memiliki kemampuan dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengawasi sendiri pembangunan rumahnya secara
swadaya. Hal ini diperuntukan bagi rumah tidak layak huni menjadi rumah
yang layak huni. Bantuan Rehabilitasi RTLH diharapkan dapat
menumbuhkembangkan inisiatif keswadayaan penerima bantuan, keluarga,
kerabat, dan/atau tetangga. Bentuk keswadayaan masyarakat dapat berupa
tambahan dana keluarga, tenaga kerja, maupun dukungan lainnya.

Oleh karena itu, dalam rangka penyelenggaraan peningkatan kualitas


rumah tidak layak huni yang tertib administrasi serta tepat sasaran sesuai
program, maka disusunlah pedoman pelaksanaan kegiatan sebagai
panduan seluruh elemen yang terlibat dalam pelaksanaan program ini
melalui peningkatan keswadayaan masyarakat dalam mewujudkan kualitas
rumah sehingga layak huni.

1
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

1.2 DEFINISI

1. Bantuan Rehabilitasi RTLH adalah adalah Bantuan Pemerintah


Kabupaten Tasikmalaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk
mendorong dan meningkatkan keswadayaan dalam peningkatan kualitas
rumah.
2. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal
yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
3. Rumah Tidak Layak Huni yang selanjutnya disebut RTLH adalah tempat
tinggal yang tidak memenuhi syaratan keselamatan bangunan, dan
kecukupan minimum luas bangunan, serta kesehatan penghuni.
4. Rehabilitasi adalah pembangunan kembali melalui perbaikan dan/atau
pembangunan baru rumah untuk memulihkan fungsi hunian secara
wajar sampai tingkat yang memadai.
5. Rumah yang layak huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan
keselamatan bangunan, dan kecukupan minimum luas bangunan, serta
kesehatan penghuni.
6. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR
adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga
perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah.
7. Kelompok Penerima Bantuan yang selanjutnya disingkat KPB adalah
kelompok masyarakat yang para anggotanya merupakan Penerima
Bantuan.
8. Tenaga Fasilitator Lapangan yang selanjutnya disingkat TFL adalah
tenaga profesional pemberdayaan lokal yang menjadi penggerak dan
pendamping penerima bantuan dalam melaksanakan kegiatan
Rehabilitasi RTLH.
9. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah
pejabat yang diberi kewenangan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan
yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBD
10. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
11. Dinas adalah Dinas Pekerjaan Umum Tata, Tata Ruang, Perumhan dan
Permukiman Kabupaten Tasikmalaya.
12. Bupati adalah Bupati adalah jabatan kepala daerah tingkat 2 yang
ditugaskan untuk mengurus atau memerintah wilayah Kabupaten

1.3 DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.


2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan
Kawasan Permukiman.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan
Bangunan Gedung.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

2
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

6. Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor :


403/KPTS/M/2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah
Sederhana Sehat (Rs Sehat)
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999
Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1077/Menkes/PER/V/ 2011
tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah;
9. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor No.
173/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembagabaik melalui transfer uang maupun transfer
barang/jasa kepada kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan dan
lembaga non pemerintah;
10. Lampiran II Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 05/PRT/M/2016 Tentang Izin Mendirikan
Bangunan Gedung.
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 07/PRT/M/2018 Tentang Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2018, tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
No 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan Bantuan
Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2018, tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No 32 Tahun
2011 Tentang Pedoman Ptemberian Hibah Dan Bantuan Sosial Yang
Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah;
13. Keputusan Direktorat Jenderal Cipta Karya Nomor 111/KPTS/CK/1993
Tentang Pedoman Pembangunan Bangunan Tahan Gempa.
14. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Pedoman Swakelola;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 12 Tahun 2019
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2020;
16. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang terkait dengan perencanaan
teknis bangunan rumah

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud
Maksud disusunnya buku pedoman ini yaitu sebagai pedoman kepada
semua elemen yang terlibat dalam pelaksanaan program, baik unsur
Pemerintah, Unsur Pemerintahan Desa, unsur Kecamatan, Tenaga
Fasilitator Lapangan, Kelompok Penerima Bantuan dan masyarakat
Penerima Bantuan sebagai penerima manfaat dalam pelaksanaan kegiatan
Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kabupaten Tasikmalaya.

2. Tujuan
1) Terlaksananya kegiatan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
berdasarkan standar rumah sehat dan layak huni;

3
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

2) Tumbuhnya peran keswadayaan masyarakat, baik penerima manfaat


maupun masyarakat sekitar untuk perbaikan rumah tidak layak huni;
3) Tertibnya administrasi kegiatan;
4) Terlaksananya pelaksanaan program yang tepat mutu, tepat waktu,
tepat sasaran dan akuntabel.

1.5 RUANG LINGKUP KEGIATAN REHABILITASI RTLH

Ruang lingkup Kegiatan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) adalah
mendorong prakarsa dan upaya masyarakat agar memiliki kemampuan
antara lain :
1) merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi sendiri pembangunan
rumahnya secara swadaya.
2) diperuntukan bagi rumah tidak layak huni menjadi rumah yang layak
huni.
3) diharapkan dapat menumbuhkembangkan inisiatif keswadayaan
penerima bantuan, keluarga, kerabat, dan/atau tetangga

1.6 KELUARAN KEGIATAN REHABILITASI RTLH

Keluaran Kegiatan Rehabilitasi RTLH adalah mengembalikan keberfungsian


rumah dan meningkatkan kualitas tempat tinggal MBR melalui perbaikan
kondisi rumah baik secara menyeluruh maupun sebagian dengan
menggunakan semangat menumbuhkembangkan inisiatif keswadayaan
penerima bantuan, keluarga, kerabat, dan/atau tetangga

1.7 KRITERIA KEGIATAN REHABILITASI RTLH

Verifikasi Calon Penerima Bantuan merupakan kegiatan pemeriksaan data


masyarakat secara administrasi dan faktual untuk memperoleh Calon
Penerima Bantuan yang memenuhi kriteria dan persyaratan pada lokasi
Kegiatan Rehabilitasi RTLH. Verifikasi dilakukan oleh Tenaga Fasilitator
Lapangan didampingi oleh perangkat desa dengan cara mendatangi rumah
masyarakat berdasarkan data rumah tidak layak huni setelah kegiatan
sosialisasi.
Kriteria dan persyaratan Bantuan Rehabilitasi RTLH meliputi :
1) kelengkapan administrasi mencakup dokumen mengenai :
a. warga Kabupaten Tasikmalaya yang sudah berkeluarga;
b. Memiliki atau menguasai tanah, secara fisik jelas batas-batasnya yang
dibuktikan dengan surat-surat yang bisa dipertanggungjawabkan
legalitasnya, tidak dalam status sengketa;
c. Memiliki dan menempati rumah satu-satunya dengan kondisi tidak
layak huni;
d. Belum pernah memperoleh bantuan perbaikan Rumah Tidak Layak
Huni dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, Instansi/lembaga lainnya
(non Pemerintah);
e. Tidak berpenghasilan tetap atau berpenghasilan paling banyak senilai
upah minimum regional (UMR) Kabuapten Tasikmalaya;
f. Bersedia berswadaya dan membentuk kelompok.

2) kelayakan komponen bangunan (penilaian rumah tidak layak huni)


Rumah dalam kondisi tidak layak huni yang ditentukan melalui
pemeriksaan, dengan rincian :

4
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

a. persyaratan rumah layak huni (keselamatan bangunan, kesehatan


penghuni, kecukupan minimum luas bangunan);
b. penilaian keselamatan bangunan
i. komponen struktur bangunan (pondasi, sloof, kolom/tiang, ring
balok, kerangka atap); dan
ii. kualitas bahan penutup atap, lantai, dinding
c. penilaian kesehatan penghuni
i. pencahayaan;
ii. penghawaan; dan
iii. ketersedian MCK.
d. Penilaian kecukupan minimum luas bangunan

Dalam proses verifikasi didokumentasikan untuk dokumen administrasi,


foto rumah, serta format penilaian RTLH

1.8 PENDANAAN

1) Bantuan Rehabilitasi RTLH untuk pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi


RTLH bersumber dari APBD Kabupaten Tasikmalaya.

2) Dana masyarakat
a. Pengumpulan dana masyarakat dilakukan oleh Kelompok Penerima
Batuan;
b. Dana kotribusi dari masyarakat dalam bentuk tunai dimasukkan ke
rekening kelompok penerima bantuan atas nama 3 (tiga) orang yaitu :
Ketua dan Bendahara ditambah 1 (satu) orang wakil dari penerima
bantuan yang terpilih melalui rembug warga;

APBD KABUPATEN

MASYARAKAT
RTLH

Gambar : Bagan Sumber Pendanaan

Komponem
No APBD MASYARAKAT
Kegiatan
1 Bahan ѵ ѵ
2 HOK/Upah ѵ ѵ
3 BOP/Administrasi ѵ

3) Perencanaan Pembiayaan
Besaran bantuan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) 1 (satu)
unit rumah sebesar Rp. 17.500.000,00 (Tujuh Belas Juta Lima Ratus
Ribu Rupiah), dengan rincian sebagai berikut :
- Bahan Bangunan/Material = Rp. 15.000.000,-
- HOK/BOP = Rp. 2.500.000,-
a. HOK/Upah Kerja = Rp. 2.300.000,00
b. BOP/Administrasi = Rp. 200.000,00

5
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

1.9 PELAPORAN

Isi laporan pertanggungjawaban terdiri dari :


a. Apabila pekerjaan fisik sudah selesai (mencapai 100%), laporan
pertanggungjawaban Kelompok Penerima Bantuan berisi Laporan
Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya
(RKB) dan pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan
Kegiatan (SP3K).
b. Apabila pelaksanaan kegiatan fisik tidak selesai pada waktunya (pada
akhir tahun anggaran belum mencapai 100% maka laporan
pertanggungjawaban Kelompok Penerima Bantuan berisi Laporan
Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB), Pembuatan Berita Acara Status
Pelaksanaan Kegiatan (BASPK), dan Surat Pernyataan Penyelesaian
Kegiatan (SP2K).
c. Laporan pertanggungjawaban yang terdiri dari :
1. Laporan administrasi keuangan Kelompok Penerima Bantuan
2. Laporan pelaksanaan fisik (Mingguan, Bulanan)
3. foto/film hasil pekerjaan diselesaikan.
4. Laporan pengadaan barang dan jasa

1.10 MONITORING DAN PENGAWASAN

Monitoring dan pengawasan dilakukan oleh pihak Dinas, Kecamatan dan


Desa secara priodik bertujuan untuk mengetahui :
1. Kemajuan pelaksanaan sesuai tahapan progres kegiatan.
2. Kesesuaian hasil pelaksanaan pembangunan dengan spesifikasi teknis
yang ditetapkan.
3. Pencapaian sasaran, dampak dan manfaat kegiatan yang dilaksanakan.
4. Efisiensi dan efektivitas kegiatan

6
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

BAGIAN 2
PETUNJUK PELAKSANAAN

Dalam pelaksanaan kegiatan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), pengorganisasian


pelaksanaan kegiatan meliputi;

Penyusunan Penyiapan TFL


Petunjuk

Persiapan

Sosialsisasi Kepada
Kecamatan/Desa

Verifikasi Data
Verifikasi data terhadap penerima bantuan dan di tindak lanjuti
Data PB
dengan penetapan Penerima Batuan oleh SKPD dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Kepala Dinas DPUTRPP
Tahap
Perencanaan

Pembentukan
Kelompok Peberima Peyusunan Proposal Dokumen
Bantuan (KPB) Proposal

PKS (KPB+PPK)

Kesepakatan KPB
dengan Toko
Tahap
KOSNTRUKSI
Pelaksanaan
(Pelaksanaan dan
Pengawasan/Pengendalian oleh Bangunan Fisik
Masyarakat) (s/d 100%)

Serah Terima Tahap


Pemanfaatan

Gambar : Bagan Alir Penyelenggaraan Kegiatan Rehabilitasi RTLH

7
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

2.1 TAHAP PERSIAPAN

2.1.1 Pengorganisasian Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH

Dalam rangka mempercepat proses pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi


RTLH diperlukan pengorganisasian pada berbagai tingkatan, antara
lain sebagai berikut :
1. Tingkat Kabupaten
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang, Perumahan dan
Permukiman Kabupaten Tasikmalaya membentuk Tim Teknis
pengelola kegiatan Rehabilitasi RTLH.
2. Tingkat Desa
Di tingkat Desa, Kepala Desa sepengetahuan Camat mengusulkan
Calon Penerima Bantuan yang merupakan perwakilan dari
masyarakat di daerah penerima bantuan.
3. Tenaga Fasilitator Lapangan yang bertugas melakukan
pendampingan di lokasi Penrima Bantuan.
4. Masyarakat penerima bantuan sebagai subyek utama
penyelenggaraan Kegiatan Rehabilitasi RTLH.
1) memanfaatkan bantuan Rehabilitasi RTLH hanya untuk
pelaksanaan perbaikan rumah;
2) ikut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan perbaikan rumah
baik tenaga, biaya atau bahan material;
3) membentuk kelompok dan bergotongroyong dalam pelaksanaan
perbaikan rumah;
4) memelihara hasil pelaksanaan perbaikan rumah.

2.1.2 Penyiapan Tenaga Fasilitator Lapangan

Tenaga Fasilitator Lapangan merupakan salah satu faktor penting


dalam pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi RTLH. Oleh karena itu,
keberadaannya perlu diatur agar personil yang menjadi TFL
merupakan orang yang tepat.
Pendampingan oleh Tenaga Fasilitator Lapangan diperuntukkan untuk
kegiatan Rehabilitasi RTLH yang bersifat Swakelola.
1. Seleksi TFL
Tenaga Fasilitator Lapangan harus memiliki kompetensi teknik
konstruksi/pemberdayaan, Tenaga Fasilitator Lapangan tersebut
diseleksi sesuai dengan kriteria.
1) Kriteria Umum TFL, meliputi
a) warga Negara Indonesia;
b) sehat jasmani-rohani;
c) memiliki dedikasi yang tinggi dan berjiwa sosial untuk
membantu masyarakat;
d) bukan anggota partai politik atau tim sukses pemilihan
kepala pemerintahan;
e) bersedia bekerja penuh waktu (full time) selama masa
kontrak;
f) mampu mengoperasikan komputer dan mengoperasikan
aplikasi MS-Office (Word, Excel, dan Power Point); dan
g) diutamakan bertempat tinggal di lokasi kegiatan
2) Kriteria khusus TFL, meliputi :
a) berpendidikan sekurang-kurangnya D3/SMA sederajat
semua jurusan dengan pengalaman 3 tahun; atau

8
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

b) S1 semua jurusan dengan pengalaman minimal 1 tahun di


kegiatan program pemberdayaan.
3) Tugas Fasilitator Lapangan (TFL)
Tenaga Fasilitator Lapangan sebagai pelaksana di lapangan
(bukan sebagai anggota BKM/LKM, KSM dan LPM) mempunyai
tugas sebagai berikut :
a) Memfasilitasi Desa/Kelurahan dalam memverifikasi data
calon penerima bantuan sebagaimana ketentuan dan
memfasilitasi pembentukan Kelompok Penerima Bantuan.
b) Memfasilitasi Kelompok Penerima Bantuan dalam
menyusun Proposal dan Pencairan Bantuan.
c) Memfasilitasi Kelompok Penerima Bantuan dalam
mendorong, menggerakan partisipasi serta swadaya
masyarakat.
d) Memfasilitasi dan mensupervisi Penerima Bantuan dalam
pelaksanaan perbaikan rumah.
e) Memfasilitasi Penerima Bantuan dalam menyusun laporan
pertangungjawaban penggunaan belanja bantaun kepada
PPK selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah pekerjaan
selesai.
f) Menyusun laporan bulanan perkembangan dan kemajuan
pelaksanaan perbaikan rumah untuk disampaikan ke PPK.
g) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh
PPK

2. Penguatan Kapasitas Tenaga Fasilitator Lapangan


Tujuan diselenggarakan penguatan kapasitas adalah menyiapkan
TFL agar :
1) Memberi bekal pengetahuan tentang kegiatan dan tahapan
RTLH kepada Fasilitator.
2) Dapat membantu masyarakat dalam mengidentifikasi
masalah, merencanakan, melaksanakan, memutuskan dan
mengelola Kegiatan RTLH.
3) Memiliki pengetahuan dasar pekerjaan konstruksi bangunan,
rumah/perumahan;
4) Mampu menyusun Volume Pekerjaan dan RAB (Rencana
Anggaran Biaya)
5) Membimbing Kelompok Penerima Bantuan dalam menyusun
Kriteria Teknis Pemanfaatan RTLH
6) Membimbing Kelompok Penerima Bantuan menyusun jadwal
pendanaan, baik yang berasal dari APBD, masyarakat.
Termasuk juga jadwal pasokan material dan pekerja, dll.
7) Melatih Kelompok Penerima Bantuan agar mampu melakukan
pembukuan keuangan

2.1.3 Sosialisasi dan penyuluhan

Sosialisasi Kegiatan Rehabilitasi RTLH diselenggarakan kepada


seluruh Kecamatan/Desa pada awal tahun anggaran yang
diselenggarakan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang,
Perumahan dan Permukiman Kabupaten Tasikmalaya, Sosialisasi ini
bertujuan agar Kecamatan/Desa dapat memahami lingkup kegiatan,
dan dapat mempersiapkan Calon Penerima Bantuan yang memenuhi
syarat dan kriteria.

9
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

2.1.4 Penerima bantuan


Penerima bantuan rumah tidak layak huni adalah masyarakan yang
berpenghasilan rendah sebagai subyek utama penyelenggaraan
bantuan Rehabilitasi RTLH.
1. Memanfaatkan bantuan stimulan hanya untuk pelaksanaan
perbaikan rumah.
2. Ikut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan perbaikan rumah baik
tenaga, biaya atau bahan material.
3. Membentuk kelompok dan bergotongroyong dalam pelaksanaan
perbaikan rumah.
4. Memelihara hasil pelaksanaan perbaikan rumah.

2.2 TAHAP PERENCANAAN

Tahap perencanaan secara datail dilakukan dengan cara sebagai berikut :

2.2.1 Sosialisasi dan penyuluhan


Sosialisasi merupakan kegiatan penyebarluasan informasi mengenai
penyelenggaraan Kegiatan Rehabilitasi RTLH kepada masyarakat.
Kegiatan sosialisasi dilakukan oleh dinas kabupaten/kota secara
berjenjang melalui camat/kepala distrik, kepala desa/lurah/kepala
kampung, dan tokoh masyarakat maupun langsung kepada
masyarakat. Metode sosialisasi disesuaikan dengan karakteristik
masyarakat setempat, melalui pertemuan langsung atau tidak
langsung.
Penyuluhan merupakan kegiatan pemberian petunjuk dan bimbingan
kepada masyarakat, khususnya calon penerima bantuan dalam
kegiatan RTLH. Kegiatan ini dilakukan oleh Dinas, tim teknis, atau
fasilitator lapangan. Hal-hal yang disampaikan dalam penyuluhan
antara lain prosedur kegiatan, tata cara pelaksanaan program,
tanggung jawab penerima bantuan, sanksi, ketentuan rumah layak
huni, penyusunan rencana anggaran biaya, pelaporan kegiatan dan
lain-lain. Penyuluhan dapat dilakukan melalui forum pertemuan atau
dilakukan kepada orang-perseorangan.
TFL mendokumentasikan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan sesuai
dengan FORMAT KPB-5.

2.2.2 Verifikasi Calon Penerima Bantuan


Verifikasi Calon Penerima Bantuan merupakan kegiatan pemeriksaan
data masyarakat secara administrasi dan faktual untuk memperoleh
Calon Penerima Bantuan yang memenuhi kriteria dan persyaratan
pada lokasi penerima bantuan. Verifikasi dilakukan oleh TFL
didampingi oleh perangkat desa dengan cara mendatangi rumah
masyarakat berdasarkan data rumah tidak layak huni setelah
kegiatan sosialisasi.
Hal-hal yang diverifikasi meliputi :
1. kelengkapan administrasi mencakup dokumen mengenai :
1) warga negara Indonesia yang sudah berkeluarga;
2) memiliki atau menguasai tanah;
3) belum pernah memperoleh Bantuan atau program sejenis;
4) berpenghasilan paling banyak sebesar upah minimum
provinsi; dan
5) bersedia berswadaya dan membentuk kelompok.

10
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

2. kelayakan komponen bangunan (penilaian rumah tidak layak


huni)
1) Rumah dalam kondisi tidak layak huni untuk kegiatan PK,
yang ditentukan melalui pemeriksaan, dengan rincian :
a) persyaratan rumah layak huni (keselamatan bangunan,
kesehatan penghuni, kecukupan minimum luas bangunan);
b) penilaian keselamatan bangunan
i. komponen struktur bangunan (pondasi, sloof,
kolom/tiang, ring balok, kerangka atap); dan
ii. kualitas bahan penutup atap, lantai, dinding
c) penilaian kesehatan penghuni
i. pencahayaan;
ii. penghawaan; dan
iii. ketersedian MCK
d) Penilaian kecukupan minimum luas bangunan (9m2/Jiwa).
3. Hasil verifikasi calon penerima bantuan
Dalam proses verifikasi didokumentasikan untuk dokumen
administrasi, foto rumah, serta format penilaian RTLH
FORMAT KPB-6

Verifikasi berfungsi juga untuk mengidentifikasi Calon Penerima


Bantuan, menyusun rencana kegiatan setiap Calon Penerima
Bantuan, dan strategi pelaksanaan kegiatan setiap kelompok.
Identifikasi calon penerima bantuan meliputi:
1. penilaian keswadayaan Calon Penerima Bantuan melalui kegiatan
memeriksa dan menilai kemampuan masyarakat dalam
melakukan penanganan rumah atau menyelesaikan rumah;
2. pengisian hasil identifikasi keswadayaan dan kebutuhan
penanganan rumah FORMAT KPB-7;
3. pengumpulan dokumen administrasi;
4. pemetaan lokasi rumah untuk pembentukan KPB;
5. penilaian Kondisi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) FORMAT
KPB-8
6. pengisian format rekapitulasi hasil verifikasi dan identifikasi
Calon Penerima Bantuan FORMAT KPB-9;
7. berdasarkan isian format, selanjutnya dilakukan rekapitulasi data
Calon Penerima Bantuan setiap lokasi dampingan FORMAT KPB-
10 Rekap digunakan sebagai dasar untuk melakukan
penyepakatan Calon Penerima Bantuan dalam forum rembuk
warga.

Hasil Verifikasi data terhadap penerima bantuan dan di tindak


lanjuti dengan penetapan Penerima Batuan oleh Kepala SKPD
dengan diterbitkannya Surat Keputusan Kepala Dinas.
FORMAT KPB-12

2.2.3 Pembentukan dan Penetapan Kelompok Penerima Bantuan (KPB)

Kelompok Penerima Bantuan adalah kumpulan orang atau


masyarakat yang menyatukan diri secara sukarela dalam kelompok
dikarenakan adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama,
sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang
ingin dicapai.

11
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

Kelompok Penerima Bantuan merupakan wakil masyarakat penerima


bantuan kegiatan Rehabilitasi RTLH, Pembentukan Kelompok
Penerima Bantuan dilakukan oleh Penerima Bantuan yang difasilitasi
oleh TFL dan perangkat desa dengan memperhatikan kedekatan
lokasi rumah, kemampuan bertukang, tingkat keswadayaan.
Kelompok Penerima Bantuan diberi nama sesuai kesepakatan,
melaksanakan fungsi gotong-royong, tanggung jawab tanggung
renteng, membuat kesepakatan sosial untuk bertanggung jawab
secara berkelompok dalam melaksanakan kegiatan Rehabilitasi
RTLH.
Kelompok Penerima Bantuan ditetapkan melalui surat keputusan
(SK) Kepala Dinas FORMAT KPB-12.
Secara umum tugas Kelompok Penerima Bantuan adalah
mensosialisasikan, merencanakan, melaksanakan,
mengawasi/memonitor, supervisi dan mengelola kegiatan
pembangunan. Pada tahap awal kegiatan Kelompok Penerima
Bantuan membentuk tim swakelola yang terdiri dari : tim persiapan,
tim pelaksana, tim pengawas dan tim pengadaan.
Syarat Kelompok Penerima Bantuan adalah :
1. Surat Pengukuhan yang dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang
(kepala desa/lurah/kepala kampung);
2. Memiliki struktur organisasi/pengurus;
3. Memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART);
4. Memiliki sekertariat dengan alamat yang benar dan jelas di lokasi
tempat pelaksanaan kegiatan;
5. Memiliki Rekening bank atas nama Kelompok Penerima Bantuan
(di tanda tangani oleh Ketua Kelompok, salah satu pengurus
Kelompok Penerima Bantuan dan satu orang penerima manfaat
yang ditunjuk melalui rembug warga);
6. Memiliki kemampuan teknis untuk menyediakan atau
mengerjakan barang/jasa sejenis yang diswakelolakan.
Catatan :
(AD/ART) cukup disahkan oleh pengurus

Susunan dan Tugas pengurus Kelompok Penerima Bantuan sebagai


berikut :
1. Ketua
1) Mengkoordinasikan perencanaan kegiatan pembangunan.
2) Memimpin pelaksanaan tugas tim yang telah di bentuk dan
kegiatan rapat-rapat.
2. Sekertaris :
1) Menyusun rencana kebutuhan dan melaksanakan kegiatan
tata usaha dan dokumentasi;
2) Melaksanakan surat-menyurat;
3) Melaksanakan pelaporan kegiatan pembangunan secara
bertahap.
4) Mendokumentasikan seluruh laporan kegiatan
5) Membantu dalam penyuluhan kesehatan masyarakat.
3. Bendahara:
1) Menerima dan menyimpan uang
2) mengeluarkan/membayar sesuai dengan realisasi sesuai
nota/kuitansi;
3) Melakukan pengelolaan administrasi keuangan

12
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

4) Melakukan penarikan kontribusi dari masyarakat berupa uang


5) Menyusun realisasi pembukuan serta laporan
pertanggungjawaban keuangan pada :
6) Tahap Konstruksi
a. Progres keuangan mingguan ditempel dipapan ruangan
Sekretariat KPB dan tempat strategis sehingga dapat dilihat
dengan mudah oleh masyarakat
b. Laporan keuangan bulanan yaitu laporan penggunaan
dana dan laporan harian sesuai format yang ditentukan
untuk kemudian diserahkan kepada PPK
4. Seksi Persiapan
Seksi persiapan di dampingi fasilitator lapangan mempunyai tugas
dan bertanggungjawab dalam mendata/meverifikasi PB,
menyusun Spesifikasi teknis dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
yang selanjutnya untuk di usulkan kepada tim teknis Dinas
untuk di reviu atas usulan proposal dan RAB.
5. Seksi Pelaksanaan
Seksi Pelaksanaan mempunyai tugas dan bertanggungjawab
dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang
direncanakan, membuat laporan pelaksanaan pekerjaan. Secara
rinci tugas tim pelaksana adalah :
1) Melakukan rekrutmen tenaga kerja;
2) Mengatur tenaga kerja di lapangan;
3) Mengatur dan mengkoordinir material yang diperlukan;
4) Menerima dan menyetujui material/barang masuk;
5) Bertanggung jawab terhadap keamanan material selama
pembangunan;
6) Membuat laporan tentang keadaan material;
7) Mengalokasikan material sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
konstruksi.
6. Seksi Pengawasan
Tim Pengawasan mempunyai tugas dan bertanggungjawab dalam
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelaporan,
baik fisik maupun administrasi pekerjaan swakelola. Secara rinci
tugas tim pengawas adalah :
1) Pengawasan kepada pekerja dengan di damping oleh TFL
2) Bertangung jawab terhadap pengawasan administrasi, teknis
dan keuangan;
3) Di dampingi oleh TFL bertanggungjawab/menilai atas kualitas
dan progres pekerjaan fisik;
4) Berkoordinasi dengan TFL menyusun laporan pekerjaan untuk
diteruskan dan/atau ditindaklanjuti ke PPK.
7. Tim Pengadaan
Tim Pengadaan diangkat oleh penanggungjawab Kelompok
Penerima Bantuan untuk melakukan pengadaan barang/jasa
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan swakelola, dan anggota tim
Pengadaan diperbolehkan bukan PNS.
1. Bertangung jawab dalam melaksanakan survey dan
mengudang supplier dan/atau kontraktor untuk pengadaan
material;
2. Melaksanakan kegiatan proses pengadaan barang.

13
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

RAPAT ANGGOTA
(Penerima Bantuan)

Ketua, Sekertaris,
Penasihat
Bendahara

Tim Persiapan Tim Pelaksanaan Tim Pengawasan Tim Pengadaan

__ Garis Pengawasan
---- Garis Wewenang Anggota

Gambar
Bagan Organisasi Kelompok Penerima Bantuan

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan dan Penyusunan Proposal

Kelompok Penerima Bantuan didampingi TFL dalam melakukan


identifikasi rencana penanganan rumah dan menentukan kebutuhan
Peningkatan Kwalitas. Hasil identifikasi kebutuhan dituangkan dalam
dokumen teknis yang menjadi bagian dari proposal.
Dokumen proposal terdiri atas :
1) Profil Lokasi;
2) Organisasi Kelompok Penerima Bantuan;
3) Anggaran Dasar & Rumah Tangga (AD/ART) Kelompok Penerima
Bantuan;
4) dokumen penerima bantuan meliputi:
a) surat permohonan bantuan;
b) salinan KTP dan KK yang masih berlaku;
c) surat pernyataan penghasilan disahkan oleh pejabat yang
berwenang;
d) salinan sertifikat hak atas tanah/surat bukti kepemilikan
tanah/surat keterangan menguasai tanah dari pejabat yang
berwenang sesuai format yang berlaku di daerah setempat
atau menggunakan FORMAT KPB-4; dan
e) surat pernyataan mengikuti program RTLH
5) dokumen teknis sesuai meliputi:
a) Spesifikasi teknis untuk kegiatan peningkatan kualitas rumah
layak huni. FORMAT KPB-20
b) Rencana Anggaran Biaya (RAB) sesuai FORMAT KPB-21
6) Rekening bank atas nama Kelompok Penerima Bantuan (di tanda
tangani oleh Ketua Kelompok Penerima Bantuan, salah satu

14
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

pengurus Kelompok Penerima Bantuan dan satu orang penerima


bantuan yang ditunjuk melalui rembug warga);
7) PPK/SKPD membuat surat pengantar kepada Bank yang
ditentukan untuk pembukaan rekening bank atas nama
Kelompok Penerima Bantuan
8) Pembukaan rekening bank diutamakan pada bank BUMD
setempat, bank umum milik Pemerintah;

Dokumen Proposal penerima bantuan selanjutnya disusun


berdasarkan pengelompokkan setiap Kelompok Penerima Bantuan
yang dilengkapi dengan:
1) Keputusan Kepala DInas tentang Penerima Bantuan sesuai;
2) Keputusan Kepala DInas tentang Kelompok Penerima Bantuan
sesuai;
3) Pernyataan tanggung renteng dari CPB sesuai;
4) Pakta Integritas Kelompok Penerima Bantuan (KPB).
5) Spesifikasi Teknis dan RAB Rehabilitasi RTLH

2.2.5 Verifikasi Proposal

Verifikasi Proposal Kelompok Penerima Bantuan mengusulkan


Dokumen Proposal/RKM yang sudah di sosialisasikan kepada
Penerima Bantuan kepada SKPD untuk disetujui dan disahkan oleh
Tim Teknis SKPD.

2.2.6 Perjanjian Kerjasama Kelompok Penerima Bantuan dengan SKPD

Perjanjian kerjasama ditanda tangani oleh PPK (Pejabat Pembuat


Komitmen) dari SKPD sebagai penanggungjawab anggaran, dengan
Ketua Kelompok Penerima Bantuan, Perjanjian kerjasama ini dapat
diadakan, setelah Kelompok Penerima Bantuan menunjukkan
persiapan kegiatan berupa Dokumen Proposal/RKM yang sudah
dilengkapi dengan Persyaratan Teknis Penerima Bantuan dan RAB,
Perjanjian Kerja Sama sesuai FORMAT KPB-23

2.3 TAHAP PELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi RTLH dilaksanakan secara swakelola oleh


Kelompok Penerima Bantuan yang didampingi oleh Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL) sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018.

Tata kelola pencairan dana Bantuan Rehabilitasi RTLH


1. Pencairan Bantuan Rehabilitasi RTLH dilakukan setelah kelompok
penerima Bantuan membuat Proposal/RKM yang ditandatangani oleh
ketua kelompok disetujui oleh TFL, PPK, Tim Teknis Dinas Pekerjaan
Umum Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman Kabupaten
Tasikmalaya
2. Pencairan Bantuan Rehabilitasi RTLH sebagaimana dimaksud di atas
dilaksanakan berdasarkan perjanjian kerja sama antara Pejabat
Pembuat Komitmen dengan ketua Kelompok Penerima Bantuan.

Penyaluran dana bantuan rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)


dilaksanakan secara langsung dari rekening Kas Daerah ke rekening
Kelompok Penerima Bantuan melalui mekanisme LS, sesuai dengan

15
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 173/PMK.05/2016


Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/Pmk.05/2015 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga, dengan tahapan sebagai
berikut :
1. tahap pertama sebesar 50% dari nilai bantuan; dan
2. tahap kedua sebesar 50% dari nilai bantuan setelah pelaksanaan tahap
pertama minimal mencapai progress 30% dari nilai bantuan.

Kelompok Penerima Bantuan untuk kemudian menyalurkan


dana/ditransfer ke rekening Bank Toko/Penyedia Bahan Bangunan setelah
dilakukan pemilihan Toko/Penyedia Bahan Bangunan.

Biaya Upah Tenaga Kerja/HOK dan Biaya Administrasi dikelola oleh


Kelompok Penerima Bantuan di buktikan SPJ (Nota/kuitansi) dan daftar
hadir pekerja.

2.3.1 Kesepakatan KPB dengan Toko/Penyedia Barang

Tim Pengadaan di angkat oleh ketua kelompok masyarakat dalam


rangka menyiapkan pembelian bahan bangunan, kegiatan pemilihan
toko/penyedia barang kegiatan meliputi :

1. Survei Toko/peyedia yang meliputi :


1) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
2) Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
3) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
5) Melakukan usaha perdagangan bangunan yang diketahui oleh
masyarakat umum.
6) Memiliki rekening.
7) Memiliki sarana angkutan pengiriman bahan bangunan.
8) Lokasi toko/penyedia bahan bangunan diutamakan dekat
dengan penerima Bantuan Perbaikan RTLH.
9) Bersedia membayar pajak sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

2. Survei Harga bahan bahan bangunan yang meliputi :


1) Kesanggupan Pemilik Toko/penyediaan bangunan
2) Menyediakan Bahan bangunan sesuai dengan kebutuhan
penerima bantuan.
3) Survei Toko/Penyedia Bahan Bangunan FORMAT PBJ-1

3. Menyepakati pemilihan Toko/Penyedia bahan bangunan


Sebelum melakukan pembelian bahan bangunan, KPB bersepakat
memilih Toko/Bahan Bangunan sebagai penyedia bahan
bangunan untuk kegiatan RTLH. Penyepakatan dimuat di dalam
FORMAT PBJ-5 Berita Acara Hasil Kesepakatan Pemilihan
Toko/Penyedia Bahan Bangunan.

4. Kontrak Pembelian Bahan Bangunan


Berdasarkan hasil pemilihan toko bahan bangunan, maka KPB
melakukan Kontrak Pembelian Bahan Bangunan sesuai dengan
FORMAT PBJ-6

16
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

2.3.2 Pembangunan Konstruksi

Pembangunan kontruksi secara garis besar adalah :


1. Penjelasan teknis konstruksi dilakukan oleh Tim Teknis Dinas,
TFL kepada Kelompok Penerima Bantuan, pelaksana
pembangunan, dan masyarakat penerima bantuan;
2. Pekerjaan konstruksi dilakukan oleh tukang dan atau masyarakat
yang dipekerjakan oleh Kelompok Penerima Bantuan, didampingi
oleh TFL, dengan tahapan sebagai berikut :
1) Rembug warga : Kelompok Penerima Bantuan melakukan
pemaparan terhadap rencana pelaksanaan pembangunan,
penjelasan Proposal, jadwal pelaksana pekerjaan, kontrak,
sumber-sumber pembiayaan lainnya, rekruitmen dan jumlah
tenaga kerja yang diperlukan, mekanisme pembayaran,
penjelasan gambar desain dan rencana renovasi/perbaikan
rumah penerima bantuan, jadwal evaluasi pekerjaan;
2) Persiapan perbaikan rumah;
3) Peyiapan peralatan K3;
4) Pembagian grup dan area kerja;
5) Pelaksanaan pekerjaan;
6) Monitoring dan evaluasi.

3. Penyaluran Bantuan Rehabilitasi RTLH


1) Penyaluran Bantuan Rehabilitasi RTLH berupa bahan
bangunan dilakukan oleh toko/penyedia bahan bangunan
sesuai kontrak kesepakatan dengan kelompok penerima
bantuan.
2) Penerima Bantuan memeriksa kesesuaian jenis, jumlah, dan
kualitas bahan bangunan berdasarkan proposal.
3) Apabila kondisi bahan bangunan telah sesuai dengan
proposal, penerima Bantuan menandatangani Berita Acara
Serah Terima bantuan bahan bangunan.
4) Kelompok Penerima Bantuan dan Penerima Bantuan
memeriksa dan menerima bahan bangunan yang dikirimkan
oleh Toko/Penyedia bahan bangunan berdasarkan DRPB dan
memegang kopi tandaterima bahan bangunan (dari Toko
Bahan Bangunan).
5) Kelompok penerima bantuan Rehabilitasi RTLH dilarang
menggunakan atau mengalihkan bantuan bahan bangunan
yang diterimanya untuk kegiatan lain atau orang lain.
6) Masing-masing penerima bantuan dalam kelompok penerima
Bantuan Rehabilitasi RTLH melaksanakan Bantuan Perbaikan
RTLH sesuai dengan rencana teknis yang difasilitasi oleh
fasilitator lapangan

4. Pelaksanaan untuk pekerjaan yang dikerjakan sendiri oleh tim


pelaksana Kelompok Penerima Bantuan dengan mekanisme :
1) melakukan penilaian dan menentukan bagian rumah yang
akan diperbaiki;
2) menetapkan prioritas bagian rumah yang akan diperbaiki
berdasarkan pada fungsi dan ketersediaan dana dan sumber
lainnya;

17
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

3) pelaksanaan Rehabilitasi RTLH paling lambat 120 (seratus dua


puluh) hari kalender setelah Bantuan masuk kedalam
rekening kelompok; dan
4) mendokumentasikan pelaksanaan Rehabilitasi RTLH meliputi
kondisi awal, proses pengerjaan, dan hasil akhir

Dalam pelaksanaan Sekurang-kurangnya terdapat satu kepala


tukang bangunan untuk mewakili Kelompok Penerima Bantuan
dalam memberikan arahan serta mengawasi jalannya
pelaksanaan di lapangan.

2.3.3 Serah Terima Kegiatan

Setelah Kegiatan Rehabilitasi RTLH diselesaikan, maka tahapan


selanjutnya adalah tahapan serah terima perbaikan rumah yang
sudah di bangun. Beberapa kegiatan pokok yang harus dilakukan
dalam proses penyerahan adalah sebagai berikut :
1. Rembug Warga bertujuan untuk memberikan informasi, hasil
pelaksanaan kegiatan dan hasil pengelolaan dana kepada warga
penerim bantuan. Rembug dilaksanakan setelah pelaksanaan fisik
selesai 100% atau pada saat batas waktu penyelesaian pekerjaan
habis;
2. Forum ini dipimpin oleh Kepala Desa/Lurah dengan mengundang
PPK, Pemerintah Kecamatan, Kelompok Penerima Bantuan, Tokoh
masyarakat desa, dan warga Penerima Bantuan kegiatan dengan
perwakilan Pengurus RT/RW;
3. Dalam Rembug ini, Kelompok Penerima Bantuan menjelaskan
secara rinci dan transparan laporan pertanggungjawaban.
Materinya antara lain Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan
(LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) disertai dengan foto-
foto pelaksanaan. Hasil Rembug Warga ini disampaikan kepada
PPK SKPD. Hasil rembug warga dituangkan dalam berita acara;
4. Serah Terima Pekerjaan di lakukan oleh Kelompok Penerima
Bantuan dan PPK dengan sepengetahuan PA/KPA, Camat dan
Kepala Desa.
1) Serah terimah pekerjaan dilakukan antara Kelompok Penerima
Bantuan dengan PPK setelah pelaksanaan Rehabilitasi RTLH
selesai dilaksanakan;
2) Setelah serah terima dilakukan antara Kelompok Penerima
Bantuan dengan PPK di lanjutkan Serah terima antara PPK
dan Penerima Bantuan;

2.3.4 Laporan pertanggungjawaban

1. Kelompok penerima bantuan Rehabilitasi RTLH dengan difasilitasi


fasilitator lapangan, membuat laporan penyaluran dana bantuan
yang meliputi laporan serah terima barang/material bahan
bangunan bantuan tahap pertama dan tahap kedua.
2. Barang/material bahan bangunan yang telah diserahkan kepada
masing-masing penerima bantuan menjadi tanggung jawab
Kelompok Penerima Bantuan dan fasilitator lapangan untuk
mendampingi dan mengkoordinir pelaksanaannya.

18
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

3. fasilitator lapangan membuat seluruh laporan kegiatan hasil


pelaksanaan kegiatan, dan mengevaluasi serta menganalisa dan
menyampaikan hasilnya kepada PPK
4. Isi laporan pertanggungjawaban terdiri dari :
1) Apabila pekerjaan fisik sudah selesai (mencapai 100%),
laporan pertanggungjawaban KPB berisi Laporan Penyelesaian
Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya
(RKB) dan pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian
Pelaksanaan Kegiatan (SP3K).
2) Apabila pelaksanaan kegiatan fisik tidak selesai pada
waktunya (pada akhir tahun anggaran belum mencapai 100%)
maka laporan pertanggungjawaban KPB berisi Laporan
Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB), Pembuatan Berita Acara
Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK), dan Surat Pernyataan
Penyelesaian Kegiatan (SP2K).
3) Laporan pertanggungjawaban yang terdiri dari :
a. berita acara serah terima;
b. Laporan administrasi keuangan Kelompok Penerima
Bantuan;
c. Laporan pelaksanaan fisik (Mingguan, Bulanan);
d. foto/film hasil pekerjaan diselesaikan;
e. Laporan pengadaan barang dan jasa

19
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

BAGIAN 3
KETENTUAN TEKNIS

3.1 KRITERIA RUMAH LAYAK HUNI

Ketentuan Rumah Tidak Layak Huni

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011


Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Rumah adalah Rumah
adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak
huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

Yang dimaksud dengan “rumah yang layak huni” adalah rumah yang
memenuhi persyaratan keselamatan bangunan, dan kecukupan minimum
luas bangunan, serta kesehatan penghuninya.

Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No.


403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Rumah sederhana Sehat (Rs
Sehat). Rumah Sederhana Sehat adalah rumah yang dibangun dengan
menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih
memenuhi standar berikut :
1. Kebutuhan minimal masa dan ruang
2. Kebutuhan kesehatan dan kenyamanan
3. Kebutuhan minimal keamanan dan keselamatan
Dengan mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi lokal meliputi
potensi fisik seperti bahan bangunan, geologis, dan iklim setempat serta
potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal, dan cara hidup.

1. Kebutuhan Minimal Masa (Penampilan) dan Ruang (Luar-Dalam)


Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar
manusia (aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan
masak serta ruang gerak lainnya) di dalam rumah. Dari hasil kajian,
kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian
rata-rata langit-langit adalah 2.80 m. Rumah sederhana sehat
memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan
kegiatan hidup sehari-hari secara layak.

2. Kebutuhan kesehatan dan kenyamanan


Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan
kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan,
penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan.
Aspekaspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah
sehat dan nyaman.

a) Pencahayaan
Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan terang langit dengan
pencahayaan alami dari sinar matahari, dengan ketentuan sebagai
berikut :
 cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan;
 ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya; dan

20
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

 ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata.


Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan
ditentukan oleh :
 kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata);
 lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan
(mata);
 tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan;
 lubang cahaya min. 1/10 dari luas lantai ruangan;
 sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan min. 1 (satu) jam
setiap hari; dan
 cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam
16.00.
Nilai faktor langit tersebut akan sangat ditentukan oleh kedudukan
lubang cahaya dan luas lubang cahaya pada bidang atau dinding
ruangan. Semakin lebar bidang cahaya (L), maka akan semakin besar
nilai faktor langitnya. Tinggi ambang bawah bidang bukaan (jendela)
efektif antara 70 – 80 cm dari permukaan lantai ruangan.

b) Penghawaan.
Kenyamanan didalam rumah diperoleh dengan menciptakan kesegaran
udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat
dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang
(ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut :
 Lubang penghawaan min. 5% (lima persen) dari luas lantai
ruangan.
 Volume Udara yang mengalir masuk = volume udara yang mengalir
keluar ruangan.
 Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar
mandi/WC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC,
yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower
atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

 Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan


bangunan disekitarnya.
 Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan
ruangan kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga,
tidur, tamu dan kerja.
c) Suhu udara dan kelembaban.
Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan
kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia
normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh
penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak
lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan
akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan.

Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan


dan penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan :
 keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan
keluar.
 pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak
bergerak.
21
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

 menghindari perabotan yang menutupi sebagian besarluas lantai


ruangan.

3. Kebutuhan Minimal Keamanan dan Keselamatan

Pada dasarnya bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah


tinggal sederhana adalah : pondasi, dinding (dan kerangka bangunan),
atap serta lantai. Sedangkan bagian-bagian lain seperti langit-langit,
talang dan sebagainya merupakan estetika struktur bangunan saja.

Gambar 1. Komponem Rumah

a) Pondasi.
Secara umum sistem pondasi yang memikul beban < dari 2 ton (beban
kecil), yang biasa digunakan untuk rumah sederhana dapat
dikelompokan kedalam tiga sistem pondasi, yaitu: pondasi langsung;
pondasi setempat; dan pondasi tidak langsung.

22
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

b) Dinding.
Bahan dinding yang digunakan untuk RIT (rumah inti tumbuh) dan
pertumbuhannya adalah conblock, papan, setengah conblock dan 1/2
papan atau bahan lain seperti bambu tergantung pada potensi bahan
yang dominan pada daerah dimana rumah ini akan dibangun.
 Untuk dinding papan harus dipasang pada kerangka yang kokoh,
 untuk kerangka dinding digunakan kayu berukuran 5/7 dengan
jarak maksimum 100 cm. Kayu yang digunakan (baik untuk papan
dan balok) adalah kayu kelas kuat dan awet II. Apabila untuk
kerangka digunakan kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak
beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Jarak tiang rangka
kurang lebih 150 cm. Papan yang digunakan dengan ketebalan
minimal 2 cm setelah diserut dan sambungan dibuat alur lidah
atau sambungan lainnya yang menjamin kerapatan. Ring-balok
dan kolom dari kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak
beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Hubungan antara
kolom dengan ringbalok dilengkapi dengan sekur-sekur dari kayu
5/10 atau yang banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan.
Panjang sekur maksimum 50 cm.

c) Kerangka bangunan.
Rangka dinding untuk rumah beragam, di antaranya :
 Rangka Rumah tembok dibuat dari struktur beton bertulang.
 Rangka rumah ½ tembok menggunakan setengah rangka dari
beton bertulang dan setengah dari rangka kayu.
 Rangka rumah kayu tidak panggung dibuat dari kayu. Untuk sloof
disarankan menggunakan beton bertulang.
 Rangka rumah kayu panggung seluruhnya menggunakan kayu,
baik untuk rangka bangunan maupun untuk dinding dan
pondasinya.
d) Kuda-kuda.
Rumah sederhana sehat menggunakan atap pelana dengan kerangka
kuda-kuda dari kayu kelas kuat dan awet II berukuran 5/10 atau yang
banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Dalam rangka
mempercepat pelaksanaan pemasangan kerangka kuda-kuda
disarankan menggunakan sistem kuda-kuda papan paku, yaitu pada
setiap titik simpul menggunakan klam dari papan 2/10 dari kayu
dengan kelas yang sama dengan rangka kuda-kudanya.
 Khusus untuk rumah tembok dengan konstruksi pasangan, dapat
menggunakan kuda-kuda dengan memanfaatkan amping tembok
yang disekelilingnya dilengkapi dengan ring-balok konstruksi beton
bertulang.
 Kemiringan sudut atap harus mengikuti ketentuan sudut
berdasarkan jenis penutup atap yang digunakan, sesuai dengan
spesifikasi yang dikeluarkan oleh pabrik atau minimal 200 untuk
pertimbangan kenyamanan ruang didalamnya.

23
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

4. Teknologi dan bahan bangunan rumah layak huni yang sesuai dengan
kearifan lokal disesuaikan dengan adat dan budaya daerah setempat.

3.2 KRITERIA KOMPONEN YANG DIPERBAIKI

Adapun komponen rumah tidak layak huni yang diperbaiki antara lain :
1. Pekerjaan Struktur Bangunan
Pasangan pondasi batu kali, pasangan sloof beton, angkur besi, Kolom,
Ring Balk.
2. Sanitasi / Kamar Mandi / WC
Pasangan kloset, pasangan kran air, pasangan floordrain, pasangan pipa
air bersih, pasangan pipa air kotor, pekerjaan septiktank.
3. Pekerjaan Atap
Perbaikan kuda-kuda, rangka atap, penutup atap, pekerjaan plafond.
4. Pekerjaan Lantai
Perbaikan penutup lantai, perbaikan penutup lantai kamar mandi/WC.
5. Pekerjaan Dinding
Pasangan dinding, plesteran dan acian, pasangan kusen pintu dan
jendela, pasangan pintu, pasangan daun jendela, pasangan pintu kamar
mandi.

3.3 SPESIFIKASI TEKNIS

1. KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH


NOMOR : 403/KPTS/M/2002 TENTANG PEDOMAN TEKNIS
PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (RS SEHAT)
2. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR
829/MENKES/SK/VII/1999 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN
PERUMAHAN.
3. LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PRT/M/2016
TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG.
4. KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR
111/KPTS/CK/1993 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN
TAHAN GEMPA.

3.4 KESIMPULAN RUMAH LAYAK HUNI

1. Rumah Layak Huni yang selanjutnya disingkat RLH adalah rumah yg


memenuhi persyaratan :
1) Keselamatan bangunan
( Kokoh,Tidak dekat Tebing dll. )

24
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

2) kecukupan minimum luas bangunan


( 9 m² /orang )
3) kesehatan penghuni.
( Aman dari Hujan, Angin, Hewan )
4) kenyaman penghuni.
( Privacy /kerahasiaan kegiatan penghuni terjamin )

2. Spesifikasi Teknis Bantuan Rumah Layak Huni :

Bangunan Rumah yang terdiri dari :


1) Pondasi ( Swadaya )
2) Struktur ( Sloof,Kolom,RingBalk )
3) Pasangan Dinding ( Batu bata,Batako,Hebel )
4) Kusen Pintu + Jendela lengkap
5) Konstruksi Atap ( Genteng tanpa Plafond )
6) Lantai + Teras ( Rabat Beton )
7) MCK + Septic Tank.
( Disarankan bagian depan diplester,aci dan di cat )
3. Daftar Larangan (Negative List ) Bantuan Rumah Layak Huni

No Indikator Daftar Larangan


 Tidak punya legalitas tanah.
 Dalam sengketa/ rawan sengketa.
 Tidak sesuai tata ruang wilayah.
Kepemilikan  Tanah sewa/kontrak.
1 Lahan/Lokasi  Lahan milik negara
Rumah  Berada di daerah potensi banjir
 Berada pada daerah sepadan sungai
 Berada pada jalur SUTT dan SUTET
 Berada pada daerah potensi longsor

 Objek tidak tepat (Bangunan Layak


Huni)
2 Bangunan
 Bangunan komersil
 Bukan tempat tinggal

 Tidak memenuhi kriteria dan


3 Penerima Bantuan
persyaratan Bantuan RLH.

 Dinding Luar : GRC interior


Rencana  Atap : Daun Rumbia, Ijuk, Asbes,
4 Penggunaan bahan non SNI
Material Bangunan  Kayu : Kayu Kelas IV : Albasia,
Terentang untuk Kusen/Struktur

25
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

BAGIAN 4
MEKANISME PENCAIRAN. PENGENDALIAN DAN
PENGAWASAN

1.1 MEKANISME PENCAIRAN

1. Pencairan Bantuan Rehabilitasi RTLH dilakukan setelah kelompok


penerima Bantuan membuat Proposal yang ditandatangani oleh ketua
kelompok disetujui oleh fasilitator lapangan, PPK, Tim Teknis Dinas.

2. Pencairan Bantuan Rehabilitasi RTLH sebagaimana dimaksud di atas


dilaksanakan berdasarkan perjanjian kerja sama antara Pejabat
Pembuat Komitmen dengan ketua kelompok penerima Bantuan yang
telah ditetapkan oleh kepala desa.

3. Penyaluran dana bantuan rehabilitasi RTLH dilaksanakan secara


langsung dari rekening Kas Daerah ke rekening kelompok penerima
Bantuan melalui mekanisme LS

4. Mekanisme Penyaluran dana bantuan rehabilitasi RTLH dilaksanakan


secara langsung dari rekening Kas Daerah ke rekening Kelompok
Penerima Bantuan melalui mekanisme LS, sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 173/PMK.05/2016 Tahun
2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/Pmk.05/2015 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga
Pencairan dana bantuan dilakukan melalui 2 (dua) tahap :
1. Pencairan dana bantuan tahap I sebesar 50% (lima puluh persen)
dari nilai bantuan, dengan persyaratan :
1) Surat Permohonan Pengajuan Pencairan Dana Tahap I;
2) Surat Perjanjian Kerja Sama (PKS)/Kontrak yang telah ditanda
tangani oleh Kelompok Penerima Bantuan dan Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK);
3) Dokumen Dokumen Proposal
 SK Penetapan Penerima Bantuan;
 SK Penetapan Kelompok Penerima Bantuan;
 Kesepakatan Kelompok Penerima Bantuan Kegiatan
Rehabilitasi RTLH;
 Pakta Integritas Kelompok Penerima Bantuan (KPB)
 Spesifikasi Teknis dan RAB Rehabilitasi RTLH
4) Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap I;
5) Foto copy buku tabungan Kelompok Penerima Bantuan;
6) Berita Acara Pembayaran Tahap I;
7) Kuitansi bukti pembayaran tahap I. yang telah di tandatangani
oleh Ketua Kelompok Penerima Bantuan

2. Pencairan dana bantuan Tahap II sebesar 50% (lima puluh persen)


dari nilai bantuan, setelah presentasi tahap I minimal 30% dan
penerima bantuan menyampaikan dokumen kepada PPK, meliputi :
1) Laporan kemajuan penyelasaian pekerjaan yang ditandatangani
oleh Ketua Kelompok/Pemimpin Penerima Bantuan;
26
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

2) Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tahap I;


3) Berita Acara Pembayaran Tahap II;
4) Laporan Pengunaan Dana (RPD) tahap I
5) Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Kegiatan
(SPKMK)
6) Rencana Pengunaan Dana (RPD) tahap II;
7) Kuitansi bukti pembayaraan tahap II, yang telah di tandatangani
oleh ketua Kelompok Penerima Bantuan
8) Foto copy buku tabungan Kelompok Penerima Bantuan

PPK melakukan verifikasi terhadap dokumen yang di ajukan oleh


Kelompok Penerima Bantuan, dalam hal dokumen di maksud telah
sesuai dengan Petunjuk Teknis, PPK menerbitkan SPP kepada
PPSPM untuk mencairkan dana tahap I atau tahap II.
Dalam hal pengujian sebagaimana dimaksud tidak sesuai dengan
petunjuk teknis penyaluran Bantuan Pemerintah, PPK
menyampaikan informasi kepada penerima bantuan untuk
melengkapi dan memperbaiki dokumen permohonan.

1.2 PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

Pengendalian dan Pengawasan merupakan serangkaian tindakan untuk


menjamin kesesuaian antara pelaksanaan kegiatan dengan
peraturan/ketentuan yang berlaku agar dapat dicapai tujuan dan sasaran
secara efektif dan efisien. Pengendalian diperlukan agar proses pelaksanaan
program sesuai dengan prinsip, pendekatan dan mekanisme yang telah
ditetapkan, Pengendalian dan pengawasan dilakukan oleh pihak Dinas,
Kecamatan dan Desa secara priodik bertujuan untuk mengetahui :
Adapun tujuan pengendalian pelaksanaan antara lain :
1. Kemajuan pelaksanaan sesuai tahapan progres kegiatan.
2. Kesesuaian hasil pelaksanaan pembangunan dengan spesifikasi teknis
yang ditetapkan.
3. Pencapaian sasaran, dampak dan manfaat kegiatan yang dilaksanakan.
4. Efisiensi dan efektivitas kegiatan.
5. Hasil monitoring dan pengawasan dilaporkan kepada Kepala Dinas.

Mekanisme pengendalian dan pengawasan dapat dilakukan dengan


membentuk Tim Teknis dengan tugas melakukan pengendalian dan review
atas kinerja pelaksanaan kegiatan sehingga pelaksanaannya dapat
mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dengan efektif dan efisien
sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

27
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi RTLH Tahun 2020

BAGIAN 5
PENUTUP

Pemberian bantuan Kegiatan Rehabilitasi RTLH masyarakat Kabupaten


Tasikmalaya pada tahun 2020 ini diharapkan dapat memperbaiki tingkat
kesejahteraan Masyarakat melalui tersediannya rumah yang memenuhi
persyaratan keselamatan bangunan, dan kecukupan minimum luas bangunan,
serta kesehatan penghuni. Penguatan peran masyarakat sebagai penerima
bantuan merupakan wujud kepedulian dan partisipasi Pemerintah Kabupaten
Tasikmalaya yang didukung peran serta aktif Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang,
Perumahan dan Permukiman Kabupaten Tasikmalaya dalam melakukan
pembinaan, pendampingan, pengendalian partisipasi, dan kemitraan semua pihak
(stakeholder) terkait, sehingga sasaran dan tujuan dapat terwujud sebagaimana
yang diharapkan.

Hal-hal lain yang belum diatur dalam pedoman ini, namun memerlukan
penjelasan lebih lanjut dapat dikoordinasikan kepada Dinas Pekerjaan Umum Tata
Ruang, Perumahan dan Permukiman Kabupaten Tasikmalaya.

KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM, TATA RUNAG,


PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
KABUPATEN TASIKMALAYA

ttd

Drs. H. YUSEP YUSTISIAWANDANA, MM


Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP.19640217 199203 1 005

28

Anda mungkin juga menyukai