Anda di halaman 1dari 12

MODUL 1 PENGENALAN MATLAB

Sofyan Hermawan (2010631160092)


Asisten: - Toriq Hidayatul Madina
- Sandi
Tanggal Percobaan: 26/05/2023
TEL61615 - Praktikum Pengolahan Sinyal Digital
Laboratorium Produksi – Fakultas Teknik UNSIKA

Abstrak Berdasarkan pendahuluan di atas, tujuan dari


pelaksanaan Percobaan Modul 1 Pengenalan
Praktikum ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada
Matlab adalah :
para praktikan tentang penggunaan MATLAB sebagai
alat pemrograman untuk analisis dan komputasi 1. Mahasiswa mampu menggunakan prinsip
numerik. Mereka akan fokus pada beberapa aspek, yaitu loop pada MATLAB untuk membuat
menciptakan sinyal input filter yang terdiri dari sinyal multifrekuensi.
beberapa sinyal sinusoidal dengan frekuensi yang 2. Mahasiswa mampu mendesain filter FIR
berbeda, merancang dan mensimulasikan filter FIR1 dan dengan MATLAB.
FIR2 untuk menganalisis respon frekuensinya, serta 3. Mahasiswa mampu mendesain filter IIR
membuat file Matlab (m-file) yang akan digunakan dengan MATLAB.
untuk menerapkan filter FIR pada sinyal tersebut. Hasil
akhir dari praktikum ini akan berupa grafik yang
memvisualisasikan perbedaan sinyal untuk setiap jenis 2. STUDI PUSTAKA
filter dan frekuensi yang digunakan.
Matrix Laboratory (Matlab) adalah sebuah
Kata Kunci: Matlab, FIR1, FIR2, dan Respon perangkat lunak yang menggunakan dasar matrix dalam
Frekuensi. pemanfaatannya. Matrix yang digunakan pada Matlab
terbilang sederhana sehingga dapat dengan mudah
1. PENDAHULUAN digunakan. Matlab secara umum dapat digunakan
Matlab atau Matrix Laboratorium adalah untuk beberapa hal yaitu untuk [1] :
perangkat lunak komputer yang telah menjadi alat a. Matematika dan komputasi;
yang tak ternilai di bidang ilmu komputasi, b. Pengembangan dan algoritma;
pemrograman, dan matematika. Dalam konteks c. Permodelan, simulasi dan pembuatan
pendidikan di jenjang universitas, Matlab memiliki prototype;
peran yang sangat penting dalam membantu d. Analisa data, eksplorasi dan visualisasi;
mahasiswa dan peneliti dalam menyelesaikan e. Pembuatan aplikasi termasuk pembuatan
tugas dan masalah matematika yang kompleks GUI (Graphical User Interface).
dengan lebih efisien.
Dalam dunia akademik, sering kali kita 2.1 MATLAB HELP
dihadapkan pada permasalahan matematika yang >> help instruksi;
membutuhkan perhitungan rumit dan memakan
yang akan memberikan informasi mengenai
waktu lama jika dilakukan secara manual. Melalui
masukan, keluaran, penggunaan, dan fungsi dari
berbagai fitur dan kemampuannya, Matlab
instruksi tersebut. Dengan menuliskan help pada
memungkinkan pengguna untuk melakukan
command window, daftar instruksi yang ada pada
perhitungan matematika kompleks, analisis data,
MATLAB akan diperlihatkan.
visualisasi, dan bahasa pemrograman. Dalam
lingkungan universitas, ini memberikan >> help filter;
keuntungan signifikan bagi para mahasiswa dan
Perintah di atas akan menampilkan informasi
peneliti dalam mengatasi tantangan matematika
dalam bentuk teks pada layar MATLAB Anda.
yang rumit. Dengan memanfaatkan Matlab,
Sebuah perintah yang sangat berguna untuk
mahasiswa dapat menghemat waktu dan upaya
mempelajari pemrograman MATLAB adalah intro,
yang seharusnya diperlukan untuk menyelesaikan
yang membahas konsep‐konsep dasar tentang
tugas-tugas tersebut.
bahasa MATLAB. Selain itu, juga terdapat banyak
program demonstrasi yang mengilustrasikan

1
Laporan Praktikum - Laboratorium Produksi – FT UNSIKA
berbagai kapabilitas MATLAB, yang dapat dimulai M13 =
dengan perintah demo.
6
2.2 VARIABEL DAN OPERASI MATRIKS
Submatriks juga dapat diakses dengan cara yang
Tipe variabel dasar pada MATLAB adalah mirip dengan menggunakan operator colon (:)
matriks (pada versi 5 dan ke atas, MATLAB juga seperti yang dijelaskan pada sesi berikut.
menyediakan berbagai tipe data seperti pada
bahasa pemrograman lainnya). Untuk 2.2.1 OPERATOR KOLON
mendeklarasikan sebuah variabel, Anda hanya Operator colon (:) sangat berguna untuk
perlu memberikan nilai tertentu padanya pada membuat index arrays. Gunakan perintah help
MATLAB prompt. Sebagai contoh colon untuk mengetahui deskripsi detail
tentang kapabilitasnya. Notasi colon didasarkan
>>M = [ 1 2 6; 5 2 1] pada ide bahwa sebuah selang indeks dapat
M= dihasilkan dengan perintah
126
521 iii = nilai awal : interval : nilai akhir

Ketika definisi sebuah matriks melibatkan sebuah Tanpa parameter interval, nilai default‐nya adalah
rumus yang panjang atau banyak entri, maka 1. Metode perhitungan ini mirip dengan notasi
sebuah perintah MATLAB yang sangat panjang loop DO pada FORTRAN, namun metode pada
dapat dipecah menjadi dua (atau lebih) baris MATLAB selangkah lebih maju dengan cara
dengan cara menempatkan sebuah tanda (…) pada menggabungkannya dengan pengindeksan
akhir dari sebuah baris yang ingin dilanjutkan. matriks. Untuk sebuah matriks A 9 x 8, A(2,3)
Sebagai contoh : adalah elemen skalar yang berada pada baris
kedua dan kolom ketiga dari matriks A. Jadi
P = [ 1, 2, 4, 6, 8 ]+ [ pi, 4, exp(1), 0, -1] + … sebuah submatriks 4 x 3 dapat diekstrak dengan
[ cos(0.1*pi), sin(pi/3), tan(3), atan(2), sqrt(pi) ]; perintah A(2:5,1:3). Tanda colon juga berfungsi
sebagai sebuah wild card, misalnya, A(2,:) adalah
Ketika sebuah ekspresi perintah atau pernyataan baris kedua matriks A.
diakhiri dengan tanda semicolon (;), maka hasilnya Pengindeksan mundur akan membalikkan sebuah
tidak akan ditampilkan di layar. Hal ini sangat vektor, misalnya X(9:‐1:1) untuk sebuah vektor
membantu ketika Anda bekerja dengan matriks yang berisi 9 buah elemen. Kadang‐kadang, Anda
dengan ukuran yang sangat besar. juga memerlukan sebuah daftar yang berisi semua
nilai elemen pada matriks, jadi A(:) memberikan
Ukuran dari sebuah matriks dapat diketahui sebuah vektor kolom 72 x 1, yang merupakan hasil
dengan operator size: concatenation elemen‐elemen setiap kolom matrik
A. Ini merupakan contoh reshaping matriks.
>>Msize = size(M) Teknik reshaping yang lebih umum dapat
dilakukan dengan fungsi reshape(A,M,N). Sebagai
Msize = contoh, matriks A 9 x 8 dapat di‐reshape menjadi
sebuah matriks 12 x 6 dengan Anew =
23 reshape(A,12,6).

Oleh karena itu, kita tidak perlu menggunakan 2.2.2 OPERASI MATRIKS DAN ARRAY
variabel khusus untuk melacak jumlah baris dan Operasi default pada MATLAB adalah operasi
kolom suatu matriks. Ada dua jenis variabel matriks. Jadi A*B berarti perkalian matriks, yang
matriks pada MATLAB, yakni skalar (scalars) dan akan dibahas pada bagian berikut. Operasi
vektor (vectors). Sebuah skalar adalah sebuah perkalian matriks AB hanya dapat dilakukan bila
matriks yang hanya berisi satu elemen, jadi kedua matriks tersebut memiliki dimensi yang
berukuran 1 x 1. Sebuah vektor adalah sebuah kompatibel, yakni jumlah kolom matriks A harus
matriks yang hanya berisi satu baris atau sama dengan jumlah baris matriks B. Sebagai
kolom.Elemen individu dari sebuah variabel contoh, sebuah matriks 5 x 8 dapat mengalikan
matriks dapat diakses dengan memberikan indeks sebuah matriks 8 x 3 untuk menghasilkan sebuah
baris dan kolom, sebagai contoh : matriks AB 5 x 3. Secara umum, bila A adalah m x
n, maka B haruslah n x p, dan hasil perkalian AB
>>M13 = M(1,3) akan memiliki dimensi m x p. Umumnya perkalian

2
Laporan Praktikum - Laboratorium Produksi – FT UNSIKA
matriks tidak bersifat komutatif, yakni AB ≠ BA. pointwise, .^ berarti pemangkatan pointwise.
Bila p ≠ m, maka perkalian AB tidak terdefinisi. Misalnya, xx = (0.9).^(0:49) akan menghasilkan
Beberapa kasus khusus untuk perkalian matriks suatu vector yang nilainya sama dengan (0,9)n
adalah outer product dan inner product. Pada untuk n = 0,1, 2, …49.
outer product, sebuah vektor kolom mengalikan
sebuah vektor baris untuk menghasilkan sebuah 2.2.4 OPERASI CONCATENATION ARRAY
matriks. Bila kita membiarkan semua elemen salah
satu vektor tersebut berupa ‘1’ , maka kita akan Operasi ini digunakan untuk menempelkan dua
memperoleh hasil yang berulang. atau lebih array dengan syarat syarat tertetu sesuai
dengan operasi concatenation yangdiinginkan.
Dalam MATLAB terdapat dua buah fungsi yang
dapat digunakan untuk melakukan proses
concatenation (penempelan) arrays. Fungsi
tersebut adalah vertcat dan horzcat. Penjelasan
lanjut dapat dilihat pada help MATLAB untuk
fungsi‐fungsi tersebut.
Untuk inner product, sebuah vektor baris
mengalikan sebuah vektor kolom, jadi hasilnya
berupa skalar. Bila kita membiarkan semua elemen
salah satu vektor tersebut berupa ‘1’, maka kita
akan memperoleh penjumlahan semua elemen
vektor lainnya.

2.2.3 TINJAUAN PERKALIAN MATRIK

Bila kita ingin melakukan perkalian


pointwise, ada beberapa kebingungan yang bisa
muncul. Pada kasus pointwise, kita ingin
mengalikan matriks secara elemen per elemen, jadi
mereka harus memiliki dimensi yang sama. 2.3 PLOT DAN GRAFIK
Sebagai contoh,:
MATLAB dapat menghasilkan plot dua
dimensi x‐y dan plot tiga dimensi, menayangkan
citra, dan bahkan membuat dan memutar video.
Dua fungsi yang yang sering digunakan pada
praktikum ini adalah plot dan stem. Untuk
memanggil fungsi ini, umumnya kita
matriks 5 x 8 dapat dikalikan secara pointwise, membutuhkan dua vektor (satu vektor juga bisa,
walaupun keduanya tidak namun untuk definisi yang berbeda, gunakan
perintah help untuk melihat informasi yang lebih
Untuk selanjutnya, perkalian semacam ini kita
lengkap), untuk sumbu x dan sumbu y.
sebut dengan istilah perkalian array. Perhatikan
Pemanggilan fungsi plot(x,y) akan menghasilkan
bahwa perkalian array bersifat komutatif karena
suatu plot yang terkoneksi dengan garis lurus
kita akan memperoleh hasil yang sama bila kita
untuk setiap dua titik
menghitung D = B.*A.
Dalam MATLAB, bila sebuah “titik” digunakan { (x(1),y(1), (x(2),y(2), (x(3),y(3), …….., (x(N),y(N) }
dengan operator aritmetik, maka ia akan
mengubah definisi operator tersebut ke operasi MATLAB memiliki banyak opsi plotting yang
pointwise. Jadi operator ./ berarti pembagian dapat dipelajari dengan help plotxy, help plotxyz,

3
Laporan Praktikum - Laboratorium Produksi – FT UNSIKA
dan help graphics (versi 4) atau help graph2d, help adalah memanggil fungsi‐fungsi toolbox
graph3d, dan help specgraph (versi 5). sebanyak/sesering mungkin.

2.3.1 FIGURE WINDOWS 2.4.1 KONSTRUK PEMROGRAMAN


Ketika MATLAB membuat sebuah plot,
MATLAB menulis grafik tersebut ke figure Banyak fungsi‐fungsi MATLAB yang dapat
windows. Anda bisa membuka beberapa figure beroperasi pada skalar sama mudahnya dengan
windows namun setiap saat hanya satu window operasi pada array. Sebagai contoh, bila x adalah
yang aktif. Setiap perintah plot pada command sebuah array, maka cos(x) mengembalikan sebuah
window akan mengalihkan keluarannya ke array dengan ukuran yang sama seandainya x
window yang aktif. Perintah figure(n) akan berisi kosinus dari setiap elemen x.
menampilkan sebuah figure window yang baru
yang ditandai dengan bilangan n, atau
membuatnya aktif kembali bila telah ada
sebelumnya. Pengendalian terhadap berbagai
atribut window (ukuran, lokasi, warna) juga
mungkin dilakukan dengan perintah figure, yang
melakukan inisialisasi terhadap window plot.

2.3.2 MEMPLOT BEBERAPA GRAFIK Perhatikan bahwa tidak ada loop yang diperlukan,
Anda juga dapat membuat beberapa meskipun cos(x) melakukan operasi kosinus pada
grafik/plot pada satu window dengan setiap elemen array. Kebanyakan fungsi
menggunakan fungsi subplot. Fungsi ini tidak transcendental mengikuti aturan pointwise ini.
melakukan proses plotting, namun hanya Pada beberapa kasus khusus, adalah sangat
membagi window menjadi beberapa segmen. penting untuk membedakan eksponensial matriks
Sebagai contoh, perintah subplot(3,2,3) akan (expm) dengan eksponensial pointwise (exp):
membagi figure window menjadi tiga baris dan
dua kolom (jadi terdapat enam segmen) dan
mengarahkan plot berikutnya ke segmen kiri baris
kedua. Grafik pada PA.1 diperoleh dengan
perintah subplot(2,1,1) dan subplot(2,1,2).

2.4 KONSTRUK PEMROGRAMAN

MATLAB mendukung paradigma pemrograman


fungsional, di mana Anda dapat menyusun fungsi‐
fungsi secara nested. Perhatikan persamaan di
bawah
2.4.2 ALIRAN PROGRAM (PROGRAM FLOW)

Aliran program dapat dikendalikan pada


MATLAB menggunakan pernyataan if, loop while,
dan loop for. Pada MATLAB versi 5, terdapat juga
yang dapat diimplementaskan dengan hanya pernyataan switch. Hal ini mirip dengan
menggunakan satu baris kode MATLAB, yakni bahasabahasa tingkat tinggi seperti C++ atau
sum( log( abs(x) ) ) PASCAL. Deskripsi dan contoh dari setiap
konstruk program tersebut dapat dilihat dengan
di mana x adalah sebuah vektor yang berisi menggunakan perintah help.
elemen‐elemen xn. Contoh ini mengilustrasikan
MATLAB dalam bentuk yang paling efisien, di
mana fungsi‐fungsi individu dikombinasikan 2.5 MATLAB SCRIPTS
untuk menghasilkan keluaran. Penulisan
kodekode MATLAB yang efisien memerlukan Setiap perintah/pernyataan yang dapat
gaya pemrograman yang menghasilkan fungsi‐ dimasukkan pada window prompt dapat
fungsi kecil yang divektorisasi. Loop‐loop harus disimpan pada sebuah file teks dan dieksekusi
dihindari. Cara utama untuk menghindari loop sebagai script.

4
Laporan Praktikum - Laboratorium Produksi – FT UNSIKA
File teks tersebut dapat dibuat dengan fs=18000 Hz untuk masing-masing frekuensi
menggunakan sembarang editor ASCII seperti sinyal f1 = 400 Hz, f2 = 2400 Hz,
program Notepad atau pada editor teks MATLAB. dan f3 = 6000 Hz. Ketikkan pula
Ekstensi file harus berupa .m dan script tersebut theta1 = -pi+2*pi*rand(1,1);
dieksekusi pada MATLAB dengan hanya theta2 = - pi+2*pi*rand(1,1);
mengetikkan nama file (dengan atau tanpa theta3 = -pi+2*pi*rand(1,1);
ekstensi). Program‐program tersebut umumnya dan catat nilai variabelnya. Ketikkan
dikenal dengan istilah m‐file. Berikut merupakan >>sin1=sin(2*pi*i*f1/fs+theta1);
contoh sebuah m‐file: sin2=sin(2*pi*i*f2/fs+theta2);
sin3=sin(2*pi*i*f3/fs+theta3);
tt = 0:0.3:4; xx = sin(0.7*pi*tt); subplot(2,1,1) plot(
tt, xx) 3. Jumlahkan ketiga sinyal tersebut menjadi satu
sinyal dengan mengetik
title(‘tt = 0:0.3:4; xx = f. >>sintot1=(sin1+sin2+sin3)/3;
4. Plot sinyal tersebut dengan mengetikkan
sin(0.7*pi*tt); plot( tt, xx)’) perintah >>stem(i,sintot1);.
>>sintot1=(sin1+sin2+sin3)/3;
subplot(2,1,2) stem( tt, xx) 5. Lihat respons frekuensi dari sinyal tersebut
dengan perintah freqz.
title(‘‘tt = 0:0.3:4; xx = sin(0.7*pi*tt); plot( tt, xx)’) 6. Buat sebuah sinyal sintot2 yang merupakan
rata-rata aritmetik sinyal-sinyal
Bila perintah‐perintah ini disimpan dengan file sinusoidal berfase sama dengan frekuensi f =
bernama plotstem.m maka pengetikan plotstem [200:600:8000]. (Petunjuk:
pada command prompt akan menjalankan file gunakan prinsip for loop.)
tersebut, dan kedelapan baris perintah akan 7. Plot sinyal tersebut dengan mengetikkan
dieksekusi sama halnya bila mereka diketikkan perintah >>stem(i,sintot2);.
baris per baris pada command prompt. Hasilnya 8. Lihat spektrum frekuensi dari sinyal tersebut
adalah dua buah plot seperti yang tampak pada dengan perintah freqz.
gambar PA.1.
Pertanyaan :
Uraian pada bagian/ bab ini (dan bab lainnya)
dapat ditulis dalam bentuk sub-bab jika 1. Mengapa digunakan frekuensi sampling
diperlukan. fs=18000 Hz? Kaitkan dengan fenomena
aliasing.
3. METODOLOGI 2. Apakah terjadi aliasing pada sintot2? Analisis
3.1 Alat dan Bahan hasilnya.
Alat dan bahan yang harus disediakan dalam
kegiatan Praktikum Pengolahan Sinyal Digital 3.2.2 Desain dan Simulasi Filter FIR
pada Modul 1 Pengenalan Matlab yaitu sebagai Akan didesain tiga buah filter FIR dengan
berikut : spesifikasi sebagai berikut:
a. PC/Laptop yang sudah terinstall aplikasi
- Frekuensi sampling 8000 Hz
Matlab.
b. Modul Praktikum Sistem Kendali.
- FIR LPF orde 30 dengan frekuensi cut-off
1000 Hz
3.2 Langkah Percobaan - Filter BPF orde 30 dengan frekuensi
passband 1000–4000 Hz
3.2.1 Membuat Sinyal Masukan Filter - Filter HPF orde 30 dengan frekuensi cut-off
Berikut Langkah percobaan dalam 5000 Hz
membuat sinyal masukan filter yaitu :
1. Pada MATLAB, representasikan sinyal dalam 1. Rancang ketiga filter tersebut dengan rumus
vektor (matriks 1 x N, N merupakan panjang >> wn=fc(fs/2);
vektor). Diinginkan panjang sinyal sebesar 100 dan cari koefisien-koefisien filternya dengan
sampel sehingga dituliskan perintah perintah fir1. Catat seluruh koefisien filter.
>>i=0:99; 2. Lihat frekuensi respons masing-masing filter
2. Buat 3 (tiga) sinyal sinusoidal berfase berbeda dengan perintah freqz. Gambarkan hasilnya.
dengan frekuensi sampling 3. Frekuensi cut-off pada filter FIR didefinisikan
sebagai frekuensi ketika magnitudonya sama

5
Laporan Praktikum - Laboratorium Produksi – FT UNSIKA
dengan setengah magnitudo maksimal diatas yaitu f1, f2, dan f3 menggunakan sintor1.
respons frekuensi filter. Lakukan analisis pada Berikut hasil percobaan yang dilakukan :
frekuensi cut-off.
4. Gunakan perintah impz untuk mendapatkan
plot respons impuls dari filter yang telah
didesain.

Pertanyaan :

1. Berapa nilai magnitudo respons frekuensi


filter di frekuensi cut-off? Apakah sama
dengan teori?
Gambar 1 Respon Frekuensi Sinyal Sintot 1

3.2.3 Membuat Sinyal Masukan Filter

1. Lakukan penapisan pada sinyal sintot1 dan


sintot2 dengan menggunakan filter LPF, BPF,
dan HPF FIR yang telah dirancang. Gunakan
fungsi conv.
2. Plot sinyal keluaran menggunakan perintah
stem.
3. Plot spektrum frekuensi menggunakan
perintah freqz.

Pertanyaan : Gambar 4.1 Plot Sinyal Steam


Jelaskan perbedaan sinyal keluaran ketiga macam
filter tersebut (LPF, BPF, HPF). Hubungkan Pada gambar hasil percobaan menunjukan
dengan spektrum frekuensi sinyal keluaran. bentuk sinyal dari percobaan yang dilakukan
utnuk sinyal sintot1 yang memiliki frekuensi
sampling 18000 Hz yang bertujuan untuk
mengatasi terjadinya fenomena aliasing yang
4 HASIL DAN ANALISIS terjadi pada sinyal sintot1. Dalam upaya untuk
4.1 MEMBUAT SINYAL MASUKAN FILTER mengatasi fenomena aliasing, dipilihlah sinyal
sampling dengan frekuensi 18000 Hz. Tujuannya
Dalam percobaan pertama, diinginkan untuk adalah agar sinyal dengan frekuensi 9000 Hz dapat
dibangkitkan secara akurat saat berpindah dari
membuat sebuah sinyal masukan filter yang sesuai
domain analog ke digital. Berdasarkan gambar
dengan parameter sebagai berikut : simulasi yang disajikan, dapat diamati dimana
fenomena aliasing dalam sinyal dapat diamati.
Sinyal masukan untuk vector pada matriks 1
x N, dengan N berniali 1000 sampel beserta masing- Untuk menganalisis respons sistem terhadap
masing frekuensi dari sinyal f1= 400 Hz, f2 = 2400 sinyal sintot2 yang digunakan untuk dapat
Hz, dan f3 = 6000 Hz. Kemudian, selanjutnya menghitung rata-rata aritmetik dari sinyal
adalah melakukan penjumlahan dari ketiga sinyal sinusoidal yang menggunakan prinsip for loop.
Untuk melakukan percobaanya, dapat
menggunakan syntax Matlab seperti di bawah ini ;

Gambar 2.2 Syntax For Loop Untuk Sintot 2

6
Laporan Praktikum - Laboratorium Produksi – FT UNSIKA
Berikut hasil simulasi Matlab untuk respon
frekuensi sinyal sintot2 yaitu sebagai berikut :

Gambar 4.5 Syntax FIR LPF orde 30 (Fc = 1000 Hz)

Berikut hasil simulasi Matlab yang didapatkan :

Untuk dapat melakukan analisis terhadap


respons frekuensi dari filter dapat menggunakan
perintah freqz.

Gambar 4.3 Respon Frekuensi Sinyal Sintot 2

Gambar 4.6 Respon Frekuensi FIR LPF orde 30 (Fc = 1000


Hz)
Gambar 4.4 Plot Sinyal Steam

Dari grafik sinyal respon dari frekuensi


sintot2 diatas dapat diamati bahwa dari grafik
diatas tidak terjadinya fenomena aliasing atau
peristiwa saat sinyal yang memiliki frekuensi lebih
tinggi daripada frekuensi Nyquist (setengah dari
frekuensi sampling) tidak dapat direpresentasikan
dengan benar dalam domain digital. Aliasing dapat
menyebabkan distorsi dan informasi yang salah
pada sinyal hasil reproduksi. Untuk mengatasi
aliasing, frekuensi sampling yang cukup tinggi Gambar 4.7 Plot Respon Impuls
harus dipilih agar sinyal dengan frekuensi tinggi
dapat direproduksi secara akurat. Pada percobaan Pada plot respons impuls, terlihat bahwa
digunakan sinyal sampling sebesar 18000 Hz. ketika mencapai frekuensi cut-off (Fc) atau titik Wn
dengan magnitudo sebesar 0.2 rad/sample, terjadi
penurunan intensitas sinyal. Hal ini sesuai dengan
4.2 DESAIN DAN SIMULASI FILTER FIR
prinsip teori yang menyatakan bahwa pada nilai
Pada percobaan kedua, praktikan
tersebut, terjadi efek redaman terhadap sinyal
menggunakan tiga buah filter FIR dengan input yang mengakibatkan penurunan nilai pada
parameter sesuai dengan yang ada pada modul output. Pada frekuensi Wn = 0.2, sinyal mengalami
yaitu : peredaman yang terlihat dalam bentuk gelombang
- FIR LPF orde 30 dengan frekuensi cut-off 1000 kecil (ripple) pada frekuensi di atas Wn = 0.2.
Hz
Perhitungan manual yang dilakuakn untuk
- Filter BPF orde 30 dengan frekuensi passband mendapat nilai Wn yaitu :
1000–4000 Hz
- Filter HPF orde 30 dengan frekuensi cut-off 𝑓𝑐 1000
Wn = == = 0.1111
5000 Hz 𝑓𝑠
2
1800
2

• FIR LPF Orde 30 (Fc = 1000 Hz) Berdasarkan data simulasi dan perhitungan
Syntax Matlab yang digunakan sebagai manual, nilai untuk Wn memiliki nilai yang sama
berikut : yaitu sebesar 0.1111.

7
Laporan Praktikum - Laboratorium Produksi – FT UNSIKA
Untuk menghasilkan koefisien dari filter dapat Percobaan yang dilakukan merupakan
menggunakan perintah”fir1”, maka muncul implementasi filter FIR Band Pass Filter (BPF) orde
koefisien dari filter seperti di bawah ini : 30 dengan rentang frekuensi 1000-4000 Hz. Pada
grafik respons impuls, terlihat bahwa titik
frekuensi cut-off terletak pada nilai 0.5 rad/sample.
Hal ini mengindikasikan bahwa saat sinyal
mencapai frekuensi cut-off, terjadi efek redaman
yang mengakibatkan penurunan intensitas sinyal
pada output. Konsep dasar Band Pass Filter
menjelaskan bahwa filter FIR BPF merespons sinyal
dengan mengurangi intensitasnya saat mencapai
frekuensi cut-off. Pada nilai Wn = 0.5, sinyal
mengalami peredaman total yang terlihat melalui
gelombang kecil (ripple) pada frekuensi di atas Wn
= 0.5.

Untuk melakukan perbandingan nilai Wn yang


dihasilkan dari simulasi Matlab, digunakan
perhitungan menggunakan rumus sebagai
Gambar 4.8 Koefisien Filter perbandingan, yaitu :

𝑓𝑐 1000
• Filter BPF Orde 30 (F Passband 1000-4000 Hz) Wn = 𝑓𝑠 == 1800 = 0.1111
2 2
Pada percobaan filter BPF, digunakan suntax
program Matlab sebagai berikut : Wn =
𝑓𝑐
𝑓𝑠 ==
2000
1800 = 0.2222
2 2

𝑓𝑐 3000
Wn = 𝑓𝑠 == 1800 = 0.3333
2 2

Gambar 4.9 Syntax FIR BPF 𝑓𝑐 4000


Wn = 𝑓𝑠 == 1800 = 0.4444
2 2
Berikut hasil simulasi yang didapatkan :
Berdasarkan hasil perhitungan Wn diatas terdapat
kesamaan nilai Wn dengan yang dihasilkan dari
percobaan simulasi menggunakan Matlab.

• Filter HPF Orde 30 (Fc = 5000 Hz)


Digunakan syntax program Matlab, yaitu :

Gambar 4.9 Respons Frekuensi FIR BPF


Gambar 4.11 Syntax FIR HPF

Gambar 4.10 Plot Respon Impuls


Gambar 4.12 Respon Frekuensi FIR HPF

8
Laporan Praktikum - Laboratorium Produksi – FT UNSIKA
4.3 MELAKUKAN PENAPISAN
Penapisan sinyal adalah Penapisan sinyal
adalah proses menghilangkan, mengurangi, atau
memodifikasi komponen frekuensi tertentu dalam
suatu sinyal. Tujuan dari penapisan sinyal dapat
bervariasi, seperti memisahkan sinyal yang
diinginkan dari sinyal bising atau mengubah
karakteristik frekuensi sinyal. Penapisan sinyal
umumnya dilakukan dengan menggunakan filter,
baik itu filter analog maupun filter digital. Filter
Gambar 4.13 Respons Impulse FIR HPF digunakan untuk mengubah respons frekuensi
sinyal dengan cara melewati atau menghambat
komponen frekuensi tertentu. Hal ini
memungkinkan untuk memisahkan, memperkuat,
atau memperlemah sinyal pada rentang frekuensi
tertentu sesuai dengan kebutuhan aplikasi yang
diinginkan.
Oleh karena itu, dalam melakukan penapisan
sinyal sintot1 dan sinyal sintot2 digunakan
menggunakan filter LPF, BF, dan HPF FIR.

• Sinyal SINTOT 1
Penggunaan Filter FIR LPF
Dari hasil simulasi didapatkan bentuk
grafik gelombang sebagai berikut :
Gambar 4.14 Koefisien Filter

Gambar hasil percobaan diatas merupakan


hasil simulasi yang dilakukan untuk Filter HPF
orde 30 dengan Fc 5000 Hz.
Dengan mengamati gambar diatas, pada
grafik magnitud didapatkan titik untuk frekuensi
cutt-off bernilai 0.45 rad/sample. Kemudian, Pada
grafik High Pass Filter yang disajikan, terlihat
bahwa respons frekuensi dari filter FIR
menunjukkan adanya efek redaman pada sinyal Gambar 4.15 Respon Frekuensi Sintot 1 FIR LPF
output ketika mencapai titik frekuensi cut-off. Efek
ini menyebabkan terjadinya penurunan nilai pada
sinyal input. Pada nilai Wn = 0.45, terjadi
peredaman total pada sinyal yang ditandai oleh
adanya gelombang kecil (ripple) pada frekuensi di
bawah Wn = 0.5.
Untuk melakukan perbandingan nilai Wn yang
dihasilkan dari simulasi Matlab, digunakan
perhitungan menggunakan rumus sebagai
perbandingan, yaitu :

𝑓𝑐 5000
Wn = 𝑓𝑠 == 1800 = 0.5555
2 2 Gambar 4.16 Respons impulse Sintot 1 FIR LPF

Berdasarkan hasil perhitungan Wn diatas terdapat


kesamaan nilai Wn dengan yang dihasilkan dari Penggunaan FIR BPF
percobaan simulasi menggunakan Matlab. Berikut hasil simulasi yang didapatkan :

9
Laporan Praktikum - Laboratorium Produksi – FT UNSIKA
Gambar 4.17 Respon Frekuensi Sintot 1 FIR BPF
Gambar 4.21 Respons Frekuensi Sintot 2 FIR LPF

Gambar 4.18 Respons impulse Sintot 1 FIR BPF


Gambar 4.22 Respons impulse Sintot 2 FIR LPF

Penggunaan Filter FIR HPF


Penggunaan Filter FIR BPF
Didapatkan hasil percobaan simulasi sebagai
Didapatkan hasil percobaan simulasi sebagai
berikut :
berikut :

Gambar 4.19 Respon Frekuensi Sintot 1 FIR HPF


Gambar 4.23 Respons Frekuensi Sintot 2 FIR BPF

Gambar 4.20 Respons impulse Sintot 1 FIR HPF


Gambar 4.24 Respons impulse Sintot 2 FIR BPF

• Sinyal SINTOT 2
Penggunaan Filter FIR LPF Penggunaan FIR HPF
Didapatkan hasil percobaan simulasi yaitu sebagai
Didapatkan hasil percobaan simulasi yaitu :
berikut :

10
Laporan Praktikum - Laboratorium Produksi – FT UNSIKA
bahwa Sintot1 memungkinkan sinyal yang berada
di rentang pass band untuk melewati filter setelah
proses penapisan. Hal ini dapat diamati dari grafik
respons frekuensi yang menunjukkan adanya
penurunan yang tajam pada komponen frekuensi
di luar rentang pass band. Dengan kata lain, Sintot1
secara efektif memfilter sinyal yang memiliki
frekuensi di luar rentang yang diinginkan.
Di sisi lain, grafik Sintot2 juga menunjukkan
penurunan respons frekuensi, tetapi dengan
Gambar 4.25 Respons Frekuensi Sintot 2 FIR HPF
perubahan yang kurang tajam dibandingkan
dengan Sintot1. Hal ini mengindikasikan bahwa
Sintot2 memiliki karakteristik filter yang
memberikan pengurangan yang lebih halus
terhadap komponen frekuensi di luar rentang yang
diinginkan.
Secara khusus, pada titik 0.5 rad/sample, terlihat
penurunan respons frekuensi yang
mengindikasikan penurunan intensitas sinyal pada
frekuensi tersebut. Titik ini merupakan titik
frekuensi cut-off pada filter, di mana filter mulai
menghambat atau memperlemah sinyal pada
Gambar 4.26 Respons impulse Sintot 2 FIR HPF frekuensi yang lebih tinggi.
Pada simulasi HPF FIR dapat diamati
Diatas disajikan gambar hasil percobaan Dalam penapisan sinyal, Sintot1 berfungsi untuk
untuk sinyal sintot1 dan sintot2 yang dilakukan membiarkan hanya sinyal dengan frekuensi tinggi
penapisan menggunakan filter LPF, BPF, dan HPF melewati filter, sehingga terjadi peningkatan
FIR yang dari masing-masing filter menunjukan respons pada titik 0.3 rad/sample pada grafik
dari respons frekuensi dan respon impulsenya. magnitude. Dengan kata lain, filter pada Sintot1
efektif dalam menghambat atau memperlemah
Untuk simulasi sinyal sintot 1 yang sinyal dengan frekuensi rendah, sementara sinyal
menggunakan filter FIR LPF Dalam penapisan dengan frekuensi tinggi dapat melewati filter
sinyal, Sintot1 terlihat hanya membiarkan sinyal dengan respons yang meningkat pada titik
dengan frekuensi rendah melewati proses tersebut.
penapisan. Hal ini dapat diamati dari adanya
gelombang yang tersisa setelah sinyal melewati Pada Sintot2 yang merupakan filter High Pass
filter. Dengan kata lain, Sintot1 menghasilkan Filter (HPF) FIR, peningkatan respons frekuensi
keluaran yang mempertahankan komponen terjadi lebih lambat dibandingkan dengan Sintot1.
frekuensi rendah dari sinyal asli. Pada grafik magnitude Sintot2, peningkatan
respons dimulai pada titik 0.4 rad/sample. Hal ini
Sementara itu, pada Sintot2 terlihat adanya menunjukkan bahwa filter pada Sintot2
penurunan dan stabilisasi nilai Normalized memberikan pengaruh yang lebih gradual dalam
Frequency sebelum mencapai titik yang lebih menghambat atau memperlemah sinyal dengan
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa Sintot2 frekuensi rendah, sehingga respons frekuensi
memiliki respons frekuensi yang berbeda dengan meningkat secara bertahap setelah titik tersebut.
Sintot1. Dalam kasus ini, perubahan nilai
Normalized Frequency yang lebih rendah terjadi
setelah terjadi penurunan dan stabilisasi pada nilai
tersebut. Fenomena ini menunjukkan adanya 5 KESIMPULAN
pengaturan atau perubahan karakteristik filter
Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang
yang menghasilkan respons frekuensi yang
telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
berbeda pada Sintot2 dibandingkan dengan
yaitu sebagai berikut :
Sintot1.
1. MATLAB (singkatan dari Matrix Laboratory)
Untuk simulasi BPF yang menggunakan
adalah sebuah lingkungan komputasi numerik
frekuensi cut-off dari rentang nilai 1000-4000 Hz
dan bahasa pemrograman yang dikembangkan
dapat diamati dalam penapisan sinyal, terlihat

11
Laporan Praktikum - Laboratorium Produksi – FT UNSIKA
oleh MathWorks. Program MATLAB dirancang
khusus untuk memfasilitasi pemrosesan,
analisis, dan visualisasi data dalam konteks
ilmiah, teknik, dan matematika.
2. Sinyal sintot (atau sering juga disebut sebagai
sinyal sintetis) merujuk pada sinyal buatan atau
yang dibuat secara artifisial dalam konteks
pengolahan sinyal. Sinyal sintetis ini dibuat
dengan menggunakan model matematis atau
algoritma tertentu untuk menghasilkan sinyal
dengan karakteristik dan properti yang
diinginkan.
3. Filter digital adalah sebuah komponen atau
sistem yang digunakan dalam pengolahan
sinyal digital untuk melakukan manipulasi,
pemrosesan, atau pemisahan sinyal
berdasarkan karakteristik frekuensi atau waktu.
Filter digital bekerja dengan memanipulasi
spektrum frekuensi atau respons waktu dari
sinyal digital yang masuk.
4. Penapisan sinyal adalah proses yang digunakan
dalam pengolahan sinyal untuk memisahkan
atau memodifikasi komponen sinyal
berdasarkan karakteristik tertentu. Tujuan dari
penapisan sinyal adalah untuk mendapatkan
sinyal yang lebih bersih, menghilangkan
gangguan atau komponen yang tidak
diinginkan, atau mengekstrak informasi spesifik
dari sinyal.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Atina, Aplikasi Matlab pada Teknologi
Pencitraan Medis, Program Studi Fisika,
FMIPA Universitas PGRI Palembang,
Indonesia, 2019.
[2] R. Rahmadewi, "Modul Praktikum Pengolahan
Sinyal Digital," [Online]. [Accessed 01 Juni
2023].

12
Laporan Praktikum - Laboratorium Produksi – FT UNSIKA

Anda mungkin juga menyukai