Anda di halaman 1dari 26

0

A. IDENTIFIKASI RESIKO
1. Area lingkungan

NO RESIKO

1 Sarana - Kerusakan bangunan atau sarana


dan prasaran
- Fasilitas sanitasi seperti air yang
kurang lancar, sampah medis
tidak tersedia
2 Keamanan lingkungan - Tersengat listrik
- Terpapar dengan bahan berbahaya
- Tertimpa benda jatuh
- Tersiram air panas
- Terpeleset
- Pencurian
- Terjadi bencana gempa bumi
- Terjadi kebakaran
3 Limbah - Sistem pembuangan limbah yang
belum standar
- Paparan limbah pada lingkungan

2. Area layanan klinis


Area layanan klinis terdiri dari unit / poli yang ada di Puskesmas dan jejaring Puskesmas
seperti Poskesdes dan Pustu.

No Unit / Poli Resiko

1 Loket Pendaftaran dan Rekam Medis - Pasien menunggu lama


- Kesalahan pemberian identitas
rekam medis
- Kesalahan pengambialan rekam
medis
- Kegagalan memperoleh inform
concent
- Kesalahan pelabelan rekam medis
- Kebocoran informasi rekam medis
- Ketidak lengkapan catatan dalam
rekam medis
- Kehilangan / kesalhan
1

penyimpanan rekam medik


2 PELAYANAN MTBS - Kesalahan mengidentifikasi pasien
/ salah orang
- Kesalahan dalam melakukan
pengkajian /anamnesa
- Tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri
- Kesalahan diagnosis
3 BP UMUM - Kesalahan mengidentifikasi pasein
- Kesalahan dalam diagnosis
- Kesalahan dalam pemberian resep
- Kesalahan dalam terapi
- Kesalahan dalam edukasi
- Tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri
4 UGD - Kesalahan dalam mengdentifikasi
pasein
- Kesalahan tindakan yang
menimbulkan perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak
steril
- Tidak menggunakan Alat
Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau
cairan tubuh pasien
- Kesalahan pemberian obat / injeksi
- Monitoring tindakan yang kurang
baik
5 PELAYANAN IMUNISASI - Kesalahan dalam mengdentifikasi
pasein
- Kesalahan dalam pengkajian
(tanda –tanda vital)
- Kesalahan cara pemberian
imunisasi
- Kesalahan jenis dan dosis vaksin
- Menggunakan alat yang tidak
steril
- Tidak menggunakan Alat
Perlindungan Diri
- Insiden petugas tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Insiden kegagalan pemberian
imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Kesalahan dalam penyimpanan
vaksin
6 POLI KONSULTASI GIZI - Kesalahan dalam pengkajian status
gizi
- Kesalahan dalam pemberian diet
- Paket makanan tambahan tertukar
- PMT yang kadarluarsa
- Penyimpanan PMT yang tidak
baik dimakan tikus atau kena
rayap
7 FARMASI - Penulisan resep yang tidak baik
2

- Riwayat alergi obat yang tidak


teridentifikasi
- Kesalahan identifikasi pasein
dalam pemberian obat
- Kegagalan memantau efek
samping obat
- Kesalahan dosis / formula obat
- Kesal;ahan edukasi cara minum
obat
8 LABORATORIUM - Kegagalan pengambialn sampel
sehingga menimbulkan perlukaan
- Kesalahan pengambillan sampel
- Kesalahan pemberian label sampel
laboratorium
- Kesalahan penulisan hasil
pemeriksaan laboratorium
- Hasil pemeriksaan hilang atau
tertukar
- Sampel rusak atau hilang
- Tidak menggunakan Alat
Perlindungan Diri
- Tertelan bahan infeksius
- Tertusuk jarum
9 KIA-KB - Kesalahan dalam mengdentifikasi
pasein
- Kesalahan tindakan yang
menimbulkan perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak
steril
- Tidak menggunakan Alat
Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau
cairan tubuh pasein
- Kesalahan menulis resep dan dosis
obat
- Kesalahan diagnosa

10 POLI GIGI - Kesalahan tindakan yang


menimbulkan perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak
steril
- Tidak menggunakan Alat
Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Tergigit pasein
- Kesalahan menulis resep dan dosis
obat
- Kesalahan diagnosa
- Kesalahan mengidentifikasi pasein
- Alat kompresor tiba-tiba rusak
sehingga tindakan ditunda
3

3. Area pelaksanaan program


Area pelaksanaan program adalah upaya kesehatan masyarakat essensial dan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan. Tempat pelaksanaannya bisa di dalam gedung
Puskesmas induk, Posyandu Balita, Pos Penimbangan, Pos UKK, POSYANDU
REMAJA, POSBINDU,UKS /UKGS, dan kelompok sasaran lainnya.
4

1. Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial

No Jenis Kegiatan Resiko

1 Pelayanan promosi kesehatan (UKS - Kecelakaan lalu lintas saat


/UKGS) petugas melakukan kunjungan
- Tergigit saat melakukan
pemeriksaan gigi anak sekolah
- Cedera mulut pada anak sekolah
karena memberontak saat
dilakukan tindakan pemeriksaan
- Tertusuk jarum saat kegiatan
BIAS
- Salah memberikan vaksin saat
kegiatan BIAS

2 Pelayanan kesehatan lingkungan - Kecelakaan lalu lintas saat


petugas melakukan kunjungan
- Terpeleset saat mengambil
sample air

3 Pelayanan KIA – KB – DTKB - Kecelakaan lalu lintas saat


petugas melakukan kunjungan
- Tidak menggunakan alat steril
saat melakukan pertolongan
persalinan di rumah pasein
- Kesalahan tindakan yang
menimbulkan perlukaan
- Tertusuk jarum saat kegiatan
- Salah memberikan vaksin TT
- Salah mengidentifikasi pasein
- Komunikasi yang tidak efektif
saat melakukan konseling
- Kesalahan cara penimbangan
- Insiden balita terjatuh saat proses
penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil
pengukuran dan pemeriksaan
- Kesalahan menyampaikan
edukasi

4 Pelayanan Gizi - Insiden balita jatuh saat


penimbangan
- Kesalahn cara penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil
pengukuran dan pemeriksaan
- Kesalahan memberikan dosis
Vit.A pada kelompok umur
- Kesalahan memberikan informasi
- PMT yang tertukar
5 PERKESMAS - Salah alamat saat berkun jung
- Terpapar infeksi dengan pasein
yang dikunjungi
- Kecelakaan lalu lintas saat
berkunjung
5

- Salah pemberian obat


6 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 1) Pelayanan Imunisasi
- Kesalahan penentuan
kebutuhan imunisasi
- Kesalahan cara
pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
- Insiden kegagalan
pemberian imunisasi
- Insiden efek samping
imunisasi
- Ceceran limbah medis
- Insiden tertususk jarum

2) Pelayanan HIV / AIDS


- Tidak menggunakan
teknik PI dan APD
- Ceceran limbah medis

3) Diare
- Terpapar dengan pasein
yang dikunjungi
- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
- Salah menentukan derajat
dehidrasi
4) TBC
- Terpapar dengan pasein
yang dikunjungi
- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
- Tidak menggunakan
APD
5) Surveilans
- Terpapar dengan pasein
yang dikunjungi
- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
- Tidak menggunakan
APD
6) DBD
- Mesin fogging mati saat
penyemporatan di dalam
ruagan
- Petugas terpapar racun
- Ada penghuni di rumah
saat penyemprotan
- Petugas terperangkap
karena perubahan angin
- Kebakaran karena mesin
fogging terkena kain
horden, berdekatan
dengan gas elpiji,,atau
balon yang ada gas
hidrogennya
- Salah memberikan
penjelasan penggunaan
6

ABATE
- Keracunan saat
mengemas ABATE
7) ISPA
- Tertular karena tidak
menggunakan masker
saat pemeriksaan
- Salah diagnosa dan terapi
8) Pelayanan PTM
- Kesalahan
mengidentifikasi pasein
- Kesalahan diagnosa dan
terapi
- Pasein lansia terjatuh

2. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan

No Jenis Kegiatan Resiko

1 Pelayanan UKGM - Kecelakaan lalu-lintas saat


berkunjung
- Tergigit anak saat pemeriksaan
gigi
2 Pelayanan Kesehatan jiwa - Mendapat perilaku kekerasaan
dari pasein
- Tertusuk jarum
- Salah minum obat
- Petugas merasa terancam secara
psikologis
3 Pelayanan kesehatan indera - Salah diagnosa
- Kecelakaan lalu-lintas saat
berkunjung
4 Pelayanan kesehatan lansia - Pasein lansia terjatuh
- Salah diagnosa atau terapi
- Tertusuk jarum saat pemeriksaan
- Ceceran limbah medis

Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading) dengan
memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)
7

Identifikasi risiko juga dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai dengan jenis-jenis insiden
keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan dalam tabel berikut:
8

B. ANALISIS RISIKO
Analisis dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut untuk menentukan
prioritaspenanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola /
mengendalikanrisiko / insiden tersebut termasuk dalam kategori biru / hijau / kuning / merah.
.

Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko / insiden dengan
kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan investigasi sederhana sedangkan untuk
kategori kuning dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode RCA (root
causeanalysis – reaktif / responsive) atau HFMEA (healthcare failure mode effect analysis –
proaktif)

C. EVALUASI RISIKO

1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan grading
yang didapat dalam analisis.

2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan meliputi


prosesberikut :
a. Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan menentukan suatu skor
9

b. Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu peristiwa terjadi


danmenentukan suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko

3. Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap.


a. Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang akan
mengidentifikasibahaya, efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang akan
melakukanverifikasi tahap pertama dan membuat suatu rencana tindakan untuk mengatasi
risiko.
.

D. KELOLA RESIKO
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengelolaan risiko
insiden dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga ke level terendah (risiko sisa)
dan meminimalisir dampak atau kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi.
10

D.1. Investigasi Sederhana


Dalam pengelolaan risiko / IKP yang masuk dalam kategori biru atau hijau, maka tindak lanjutevaluasi
dan penyelesaiannya dilakukan dengan investigasi sederhana, melalui tahapan:

1. Identifikasi insiden dan di-grading


2. Mengumpulkan data dan informasi: - observasi
- Telaah dokumen
- Wawancara
3. Kronologi kejadian
4. Analisa dan evaluasi sederhana:
a. penyebab langsung: - individu
- peralatan
- lingkungan tempat kerja
- prosedur kerja
b. penyebab tidak langsung: - individu
- tempat kerja
5. Rekomendasi: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang
11
12

D.2.RCA ( Root Cause Analysis)

Langkah – langkah untuk melakukan analisis akar masalah (RCA)

1. Identifikasi Insiden: Root cause analysis digunakan untuk menganalisa dan mengevaluasi IKP pada
derajat kuning dan merah.
2. Tentukan tim investigator yang mewakili berbagai komponen:
1) Ketua PMKP
2) Tim penilai resiko ( penanggung jawab unit / poli)
3) Tim audit internal
4) Notulen ( Sekretaris PMKP)
Dalam hal insiden sentinel maka tim investigator harus terdiri dari:
1) Expert insiden dan analis expert external (misal yang tidak berlatar belakang medis)
2) Senior management expert (misal direktur medis)
3) Senior clinical expert (misal konsultan senior)
4) Orang yang mengetahui unit kerja / bagian terkait dengan baik namun tidak terlibat
langsungdalam insiden tersebut .
3. Pengumpulan data dan informasi dilakukan di lapangan dengan berbagai cara:
a. Observasi
Observasi langsung kepada praktek di lapangan dan tempat kejadian
b. Telaah Dokumentasi
Meliputi penelusuran kepada rekam medik pasien dan seluruh pedoman / panduan / SPO
terkait dengan insiden untuk korelasi keduanya
c. Wawancara
13

Dilakukan dalam sesi tertutup kepada setiap personil terkait secara terpisahtermasukkepada
pihak yang dirugikan / pasien dalam insiden tersebut.

Tujuan pengumpulan informasi pada tahap ini:


1. Mengamankan informasi untuk memastikan dapat digunakan selama investigasi dan
jikakasus disidangkan ke pengadilan
2. Identifikasi kebijakan dan prosedur yang relevan
3. Menggambarkan insiden secara akurat
4. Mengorganisasi informasi
5. Memberikan petunjuk kepada tim investigasi

Dokumentasi semua bukti yang berkaitan dengan insiden harus dikumpulkan sesegera
mungkin:
- Semua catatan medis dan catatan keperawatan
- Semua hasil pemeriksaan yang berhubungan dan penunjang diagnostik
- Incident report (laporan keselamatan pasien)
- Kebijakan dan prosedur
- Integrated care pathway yang berhubungan
- Pernyataan-pernyataan dan hasil observasi
- Bukti fisik
- Daftar staf yang terlibat
- Lakukan interview dengan semua orang yang terlibat
- Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya insiden
(misal pergantian jaga, ketersediaan petugas terlatih, kecukupan tenaga, dll)

4. Pemetaan kronologi kejadian dilakukan dengan cara:


a. Kronologi naratif : berguna pada laporan akhir insiden
b. Timeline: menelusuri rantai insiden secara kronologis dan berguna untuk menemukanbagian
dalan proses dimana insiden terjadi
c. Tubular Timeline: seperti timeline tapi lebih detail terutama dalam hal good practice &CMP
(care management problem), berguna untuk kejadian yangberlangsung lama
d. Time-Person Grid: untuk mengetahui pergerakan dan keberadaan seseorang sebelum,selama, dan
sesudah kejadian. Berguna pada kejadian yangmelibatkan banyak orang namun dalam periode
waktu pendek.

5. CMP (Care Management Problem)


Adverse event yang berkaitan dengan penyimpangan dari standar pelayanan yang telah
ditetapkandan berdampak langsung atau tidak langsung kepada pasien.

6. Analisa Informasi
a. Tehnik 5 Whys (atau tehnik why – why)
14

Bertanya secara berlapis dengan tujuan menemukan akar penyebab masalah,


denganmengidentifikasi gejala, penyebab langsung, faktor kontributor, dan akhirnya akar
masalah.
Dengan tehnik ini, investigator tidak boleh berhenti bertanya walaupun sudah
menemukanpneyebab langsung sebelum menemukan akar penyebab masalah.

b. Analisis perubahan
Digunakan bila dicurigai adanya perubahan praktek daripada prosedur yang seharusnya.

c. Analisis Barrier
d. Analisis Fish Bone

7. Rekomendasi dan tindak lanjut

D.3. HFMEA (Healthcare Failure Mode Effect Analysis)


Di dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya suatu insiden, metode HFMEA digunakanuntuk
mengidentifikasi modus kegagalan (kegagalan proses) yang berpotensi terjadi kemudianmengidentifikasi
dampak yang mungkin timbul diikuti analisis akar masalah, sebelum melakukanredisain proses untuk
meminimalisir risiko modus kegagalan / dampaknya kepada pasien. HFMEA merupakan proses pro-aktif
untuk emperbaiki kinerja dengan mencegah potensikegagalan sebelum terjadi sehingga akhirnya
eningkatkan keselamatan pasien. (F = failure, yaitusaat sistim tidak bekerja sesuai yang diharapkan; M =
mode, yaitu cara / perilaku yang dapatmenimbulkan kegagalan tersebut; E = effect, yaitu dampak /
konsekuensi dari modus kegagalantadi; A = analysis, yaitu upaya investigasi terhadap proses secara
detail).
Pada prinsipnya langkah-langkah untuk menjalankan HFMEA meliputi:

1. Identifikasi proses yang berisiko tinggi (IDENTIFIKASI)


2. Bentuk tim HFMEA (TIM)
15

3. Menggambarkan diagram dari proses tersebut (DIAGRAM PROCESS)


4. Analisis hazard (HAZARD ANALYSIS):
a. Brainstorming kemungkinan kegagalan proses dan menentukan dampaknya
b. Menentukan prioritas kegagalan proses yang akan diperbaiki
c. Menentukan akar masalah dari kegagalan proses yang sudah diprioritaskan tadi

5. Implementasi dan monitoring hasil dari redisain proses tersebut


(ACTION & OUTCOME MEASURE)

Langkah 1. IDENTIFIKASI PROSES BERISIKO TINGGI


Proses yang dimaksud dapat merupakan proses yang baru dan belum dilakukan (misalnyapembelian alat
baru, pemakaian rekam medik elektronik, redisain kamar bedah), proses yangsudah berjalan, berisiko
tinggi walaupun belum menimbulkan insiden (misalnya pemeriksaan dilaboratorium), proses klinik
(misalnya proses pelayanan kateterisasi jantung), atau proses nonmedik (pembayaran tagihan pasien
asuransi). Dalam menentukan proses yang hendak dianalisisdengan HFMEA, kumpulan proses yang ada
digrading untuk menentukan skor risikonya
(sebagaimana dalam prosedur RCA, risk assessment).

Langkah 2. TIM INVESTIGASI


Komposisi dan prosedurnya mirip seperti RCA di atas, terdiri dari orang-orang multidisiplin yangtidak
lebih dari 10 orang (idealnya 4-8 orang), memahami proses yang akan dianalisa, mewakiliunit yang akan
dianalisa, dan memiliki kemampuan berpikir kritikal.
16

Lankah 3. GAMBARKAN ALUR PROSES


Gambarkan seluruh tahapan dalam alur proses beserta dengan sub-proses dari masing-masing tahapan
proses:
17

Kemudian uraikan modus kegagalan (dalam sub proses) dari masing-masing tahapan dalam alurproses
tersebut.
18

Langkah 4. HAZARD ANALYSIS


Failure Mode (Kegagalan Proses) yang dipilih dijabarkan lebih lanjut dan lebih detail dalam tabelberikut:
19
20
21
22

Bila dari analisa Pohon Keputusan berakhir pada STOP, maka tidak perlu lagi meneruskanpencarian akar
masalah untuk hazard ini karena berarti hazard tersebut tidak prioritas. Sedangkanhazard yang berakhir
pada titik hijau sebagaimana gambar di atas, perlu ditindaklanjuti sebagailangkah ke-5.
23

Langkah 5. ACTION & OUTCOME MEASURE


1. Tentukan apakah potensial penyebab modus kegagalan dapat dikontrol,
eliminasi, terima
2. Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus kegagalan yang akan di eliminasi atau di kontrol
3. Identifikasi Ukuran Outcome yang digunakan analisa dan uji redisain proses
4. Identifikasi penanggung jawab untuk melaksanakan tindakan tersebut
5. Tentukan apakah diperlukan dukungan manajemen puncak untuk melaksanakan rekomendasi
24

BAB IV
PELAPORAN

A. MEKANISME PELAPORAN

Pengelolaan
Resiko

Alur Pelaporan Insiden

Insiden

Buat Lapoaran Insiden


- Isi Fomulir Kejadian
Penemu
- Waktu Pelaporan paling lambat 2x 24 jam
Insiden

LAPOR Penagung jawab unit /poli

Melakukan grading resiko


Atasan yang
INVESTIGASI SEDERHANA Dilaporkan

Melapor ke Tim PMKP

Ketua Tim PMKP

Kepala Puskesmas

Hasil dari pelaporan disampaikan dan di diskusikan dalam loka karya lintas program di
Puskesmas setiap Tri wulan.

B. BENTUK PELAPORAN

Terlampir
25

BAB V
PENUTUP

Demikian panduan ini disusun sebagai pedoman dalam menjalankan layanan pasein yang
aman, khususnya dalam rangka mencegah resiko-resiko yang ada dan mungkin terjadi dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu di Puskesmas Srandakan.
Panduan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu panduan akan ditinjau kembali 2
samapi 3 tahun sesuai dengan tuntutan layanan dan standar akreditasi Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai