Anda di halaman 1dari 28

ANALISA SALURAN DRAINASE

DI KOTA SAMPIT

MAKALAH PENGETAHUAN STRUKTUR

1
KELOMPOK 8

Abdul Rachman S (2020339017)

Aufa Noer Hanifah (2020339033)

Ryan Hilda Saputra (2020339022)

Suprarmanto (2020339003)

Yoza Yuliana Zulti (2020339004)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2021

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 2


1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 4
2.1 Kota Sampit ...................................................................................................................... 4
2.2 Pengertian Sistem Drainase .............................................................................................. 5
2.3 Fungsi Drainase ................................................................................................................ 5
2.4 Perencanaan Sistem Saluran Drainase ............................................................................. 6
2.4.1 Sistem Drainase Perkotaan ....................................................................................... 6
2.4.2 Sistem Jaringan Drainase Perkotaan ......................................................................... 7
2.4.3 Jenis Drainase ........................................................................................................... 7
2.4.4 Pola Jaringan Drainase .............................................................................................. 8
2.4.5 Bentuk Penampang Saluran .................................................................................... 10
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................... 133
3.1 Kondisi Saluran drainase .............................................................................................. 133
3.2 Evaluasi Kondisi Saluran Eksisting ............................................................................. 211
3.2.1 Rencana Pengendalian Banjir Tahap I .................................................................. 211
3.2.2 Rencana Pengendalian Banjir Tahap II................................................................... 22
3.2.3 Rencana Pengendalian Banjir Tahap III ............................................................... 233
BAB IV PENUTUP .................................................................................................................... 255
Kesimpulan ................................................................................................................................. 255
Daftar Pustaka ............................................................................................................................. 266

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan dalam memenuhi
salah satu persyaratan teknis prasarana jalan. Saluran drainase jalan raya berfungsi untuk
mengalirkan air yang dapat mengganggu pengguna jalan, sehingga badan jalan tetap kering. Pada
umumnya saluran drainase jalan raya adalah saluran terbuka dengan menggunakan gaya gravitasi
untuk mengalirkan air menuju outlet. Distribusi aliran dalam saluran drainase menuju outlet ini
mengikuti kontur jalan raya, sehingga air permukaan akan lebih mudah mengalir secara gravitasi.

Semakin berkembangnya suatu daerah, lahan kosong untuk meresapkan air secara alami
akan semakin berkurang. Permukaan tanah tertutup oleh beton dan aspal, hal ini akan menambah
kelebihan air yang tidak terbuang. Kelebihan air ini jika tidak dapat dialirkan akan menyebabkan
genangan. Dalam perencanaan saluran drainase harus memperhatikan tata guna lahan daerah
tangkapan air saluran drainase yang bertujuan menjaga ruas jalan tetap kering walaupun terjadi
kelebihan air, sehingga air permukaan tetap terkontrol dan tidak mengganggu pengguna jalan.

Sistem drainase sangat penting untuk menjaga kenyamanan pengguna jalan dan warga
setempat. Terdapat beberapa saluran drainase di Kota Sampit yang kurang terpelihara dengan
baik, akibat nya terdapat endapan-endapan pasir, lumpur, tanah serta sampah sehingga
menghambat kelancaran aliran pada salura drainase. Kondisi seperti ini menyebabkan aliran
drainase meluap jika teradi peningkatan debit, sehingga akan menyebabkan ruas jalan tergenang
atau banjir. Genangan di ruas jalan akan mengganggu masyarakat yang menggunakan ruas jalan
tersebut untuk melakukan aktivitas perekonomian. Jika masalah genangan tersebut tidak teratasi,
maka dapat memungkinkan terjadi bencana yang lebih besar hingga merugikan masyarakat
setempat baik harta benda maupun nyawa.

Sebelum terjadi kepadatan penduduk yang semakin tinggi dan makin berkembangnya
fasilitas masyarakat, banjir bukan suatu masalah yang terlalu mengganggu. Namun, kini dengan
perkembangan sosial ekonomi yang lebih baik mempengaruhi ke pembangunan fasilitas guna

2
memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan saluran drainase yang
mengiringi perkembangan fasilitas dan permukiman penduduk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa peranan saluran drainase pada suatu perkotaan?
2. Bagaimana kondisi saluran drainase di Kota Sampit?
3. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang ditimbulkan akibat kurang optimalnya
kinerja saluran drainase di Kota Sampit?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui peranan saluran drainase bagi suatu kota.
2. Mengetahui kondisi saluran drainase di Kota Sampit.
3. Mengetahui penanganan permasalahan untuk mengatasi kinerja saluran drainase yang
kurang optimal.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kota Sampit


Kota Sampit adalah ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur yang terletak di Kalimantan
Tengah, Indonesia. Lokasi kota Sampit berada di kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan
kecamatan Baamang. Jumlah penduduknya 166.733 jiwa pada tahun 2019 menurut data BPS
Kabupaten Kotawaringin Timur. Kota Sampit dibelah oleh Sungai Mentaya dan berada di tengah
tengah Sungai Mentaya. Sampit memiliki wilayah seluas 1.365,95 km² dengan kondisi geografi
daerah dataran rendah dan sebagian daerahnya berawa, memiliki ketinggian dari 0 sampai 25
meter dari permukaan laut.

Tabel 1. Letak geografis kota sampit dan ketinggian tanah dari permukaan laut perdesa.

4
2.2 Pengertian Sistem Drainase
Drainase berasal dari bahasa Inggris yaitu drainage yang mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, mengalihkan air, atau mengeringkan suatu wilayah tertentu dari genangan
air. Saluran drainase dibangun dengan tujuan untuk melewatkan laju air atau debit rencana
dengan aman. Dalam kaitannya dengan salinitas, drainase diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah. Jadi, drainase tidak hanya menyangkut air permukaan tapi juga air
tanah.
Dalam bidang teknik sipil, drainase adalah salah satu upaya teknis dengan membuat saluran
air atau jalur pembuangan air untuk mengurangi kelebihan air yang berasal dari air hujan,
rembesan, dan kelebihan air irigasi dari suatu kawasan atau lahan. Jika penanganan drainase
kurang baik, maka akan mengakibatkan tergenangnya lingkungan sekitar saluran drainase yang
pada akhirnya menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan.
Drainase merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dalam rancangan
perencanaan pembangunan. Komponen ini telah menjadi prasarana umum yang dibutuhkan
masyarakat khususnya diperkotaan dalam rangka menuju kehidupan kota yang nyaman, bersih,
dan sehat.

2.3 Fungsi Drainase


Saluran drainase yang berfungsi optimal tidak hanya berdampak pada lingkungan, tapi juga
pada perekonomian, kesehatan dan sebagainya. Adapun fungsi drainase adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu wilayah, jalan, dan lahan,
sehingga lahan dapat kembali difungsikan secara optimal.
2. Membebaskan suatu wilayah, terutama wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk yang
banyak, dari genangan air, erosi dan banjir.
3. Berfungsi untuk memperkecil risiko kesehatan lingkungan, bebas dari malaria (nyamuk),
demam berdarah dengue (DBD), dan penyakit lainnya yang dapat menimbulkan
kerugian.
4. Berfungsi untuk menciptkan sistem tata guna lahan yang baik yang dapat dioptimalkan
dan juga memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan dan bangunan
lainnya.

5
2.4 Perencanaan Sistem Saluran Drainase
Sistem saluran drainase harus direncanakan agar dapat melewatkan debit rencana dengan
baik dan aman tanpa melebihi tinggi muka hulu air. Pada umumnya sebuah infrastruktur sistem
drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain),
saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima
(receiving waters).
Dalam pembuatan perencanaan sistem drainase harus memperhatikan data curah hujan, tata
guna lahan dan dimensi saluran. Adapun tahapan-tahapan yang digunakan dalam perencanaan
teknis saluran drainase adalah sebagai berikut:
1. Menentukan dan menghitung debit rencana.
2. Membuat jalur saluran sistem drainase.
3. Merencanakan profil memanjang saluran.
4. Membuat perencanaan titik-titik yang akan dibangun untuk penampang melintang saluran
agar badan jalan cepat kering.
5. Mengatur dan merencanakan infrastruktur serta fasilitas sistem drainase.

2.4.1 Sistem Drainase Perkotaan


Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari empat macam, yaitu :
1. Sistem drainase utama merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan
sebagian besar warga masyarakat kota.
2. Sistem drainase lokal merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan
sebagian kecil warga masyarakat kota.
3. Sistem drainase terpisah merupakan sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan.
4. Sistem gabungan merupakan sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.

6
2.4.2 Sistem Jaringan Drainase Perkotaan
Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Sistem Drainase Mayor
Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran atau badan air yang menampung dan mengalirkan
air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase
mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase
primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran
drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya
dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail
mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.

2. Sistem Drainase Mikro


Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang
termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air
hujan di sekitar bangunan, goronggorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit
air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan
untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada.
Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.

2.4.3 Jenis Drainase


Drainase dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, letak bangunan, dan kontruksinya. Adapun
perbedaannya adalah sebagai berikut:

A. Menurut jenisnya
1. Drainase Alamiah (Natural Drainage) yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong,
dan lain-lain. Saluran air ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi
yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
2. Drainase Buatan (Artificial Drainage) dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu
sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton,
gorong-gorong, pipa pipa, dan sebagainya.

7
B. Menurut letak bangunan
1. Drainase permukaan tanah (Surface Drainage) adalah saluran drainase yang berada di
atas permukaan tanah berfungsi sebagai mengalirkan air yang berada di permukaan tanah
ke saluran samping kiri kanan jalan untuk diteruskan ke tempat pembuangan akhir.
2. Drainase bawah permukaan tanah (Sub-Surface Drainage) adalah saluran drainase yang
berada di bawah permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air yang berada di bawah
permukaan tanah melalui gorong-gorong atau box culvert untuk dialirkan ke dalam
pembuangan akhir melalui saluran kiri kanan jalan.
C. Menurut Konstruksi
1. Saluran terbuka yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase yang terletak di daerah
yang menpunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non hujan yang tidak
membahayakan bagi kesehatan atau menganggu lingkungan.
2. Saluran tertutup yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran air kotor
(air yang mengganggu kesehatan atau lingkungan) atau untuk saluran yang terletak
ditengah kota.

2.4.4 Pola Jaringan Drainase


Agar mampu berfungsi optimal, jaringan drainase dibuat dengan berbagai bentuk pola.
Adapun Pola Jaringan Drainase yang sering digunakan, yaitu:
1. Siku
Pembuatannya pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai.
Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada di tengah kota.

8
Gambar 1. Pola Jaringan Drainase
2. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang (sekunder) yang
cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan
dapat menyesuaikan diri.

Gambar 2. Pola Jaringan Drainase Pararel


3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran cabang
dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

Gambar 3. Pola Jaringan Drainase Grid Iron


4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar

Gambar 4. Pola Jaringan Drainase Alamiah


9
5. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

Gambar 5. Pola Jaringan Drainase Radial


6. Jaring-jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya dan cocok untuk daerah
dengan topografi datar.

Gambar 6. Pola Jaringan-Jaring

2.4.5 Bentuk Penampang Saluran


Bentuk-bentuk saluran untuk drainase tidak jauh berbeda dengan saluran irigasi pada
umumnya. Dalam perancangan dimensi saluran harus diusahakan dapat membentuk dimensi
yang ekonomis, sebaliknya dimensi yang terlalu kecil akan menimbulkan permasalahan karena
daya tamping yang tidak memedai. Adapun bentuk-bentuk saluran antara lain :

1. Trapesium
Pada umumnya saluran ini terbuat dari tanah akan tetapi tidak menutup kemungkinan dibuat
dari pasangan batu dan beton. Saluran ini memerlukan cukup ruang. Berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik dengan debit yang
besar.

10
Gambar 7. Penampang Trapesium
2. Persegi
Saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton. Bentuk saluran ini tidak memerlukan
banyak ruang dan areal. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta
air buangan domestik dengan debit yang besar.

Gambar 8. Penampang Persegi

3. Segitiga
Saluran ini sangat jarang digunakan tetapi mungkin digunakan dalam kondisi tertentu.

Gambar 9. Penampang Segitiga

11
4. Setengah Lingkaran
Saluran ini terbuat dari pasangan batu atau dari beton dengan cetakan yang telah tersedia.
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik
dengan debit yang besar.

Gambar 10. Penampang Setengah Lingkaran

12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Saluran drainase
Drainase merupakan infrastruktur atau prasarana yang berfungsi untuk mengalirkan
kelebihan air dipermukaan kedalam suatu sistem badan air baik yang alamiah maupun yang
buatan untuk kemudiann diteruskan ke sungai, danau ataupun sarana resapan air lainya. Dainase
memiliki peran yang sangat penting. Sistem drainase yang baik, menghindarkan sutu daerah
tergenang air atau banjir, erosi tanah atau kerusakan jalan.
Sistem drainase yang tidak baik, secara langsung dapat merugikan suatu daerah dikarenakan
efek dari buruknya sistem drainase dapat pula menimbulkan efek “domino”, contoh kecilnya,
jika suatu daerah memiliki kondisi drainase yang buruk seperti tersumbat oleh sampah,
penyempitan saluran drainase yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau faktor alam dapat
menyebabkan banjir di daerah tersebut. Jika suatu daerah tergenang air atau banjir, dapat
merusak bangunan ataupun jalan di daerah tersebut, terutma jalan – jalan yang dilapisi oleh
aspal.
Aspal dapat rusak oleh air dikarenakan air mampu memecah molekul aspal dan mengubah
bentuknya menjadi lebih kecil, sehingga daya rekat aspal menjadi berkurang. Aspal ada dasarnya
berfungsi sebagai perekat beberapa material seperti kerikil, pasir dan bahan-bahan agregat.
Dengan berkurangnya daya rekat aspal ke tanah atau badan jalan maka jalan tersebut akkan
mudah rusak atau berlubang, biasanya ditandai dengan mulai terlepasnya kerikil di jalan tersebut.
Sistem drainase yang baik dapat menghindari kerusakan yang ditimbulkan oleh genangan air,
untuk dapat memastikan kondisi sistem drainase baik atau tidak maka perlu dilakukan survey
langsung dilapangan terkit kondisi sistem drainase yang sudah ada di suatu daerah, atau jika
belum terdapat sistem drainase, maka dapat dilakukan konstruksi atau pembangunan sistem
saluran drainase yang sesuai dengan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No
12 Tahun 2014 Tetang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.
Di Kota Sampit hampir seluruh jalan yang ada telah dilengkapi saluran drainase, terutama di
jalan-jalan utama seperti Jl. A.Yani; Jl. Sudirman; dan Jl.H.M Arsyad. Kondisi fisik saluran
drainase tersebut cukup baik, saluran-saluran tersebut sebagian besar mempunyai tipe saluran
tertutup dan terbuat dari pasangan beton. Dimensi saluran terutama saluran di samping kanan-
kiri jalan utama mempunyai dimensi lebar ±1,5 meter dan dengan kedalaman saluran ±0,8 meter.

13
Namun karena kondisi topografi kota Sampit yang datar dan tinggi muka tanahnya hampir sama
dengan permukaan air laut, mengakibatkan sering terjadinya genangan di beberapa bagian kota
saat terjadi hujan lebat, dengan lama genangan sekitar 30 sampai 2 jam.

Gambar 11. Peta Orientasi Lokasi Kota Sampit Kalimantan – Tengah

Gambar 12. Peta Kota Sampit

14
Gambar 13. Peta kondisi Drainase Eksisting

Gambar 14. Kondisi umum Drainase Kota Sampit

15
Berdasarkan data dan gambar dapat dilihat bahwa saluran drainase di Kota sampit ada yang
terbentuk secara alami dan buatan, untuk saluran drainase buatan didesain penampang persegi
panjang, dengan beberapa keuntungan, diantaranya saluran drinase penampang persegi panjang
tidak banyak memakan ruang, saluran drainase ber penampang persegi panjang berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar. Sifat aliranya kecil
dan terus menerus dengan fluktuasi aliran yang kecil.

Tabel 2. Pedoman Konstruksi Drainase Saluran Persegi

Berdasarkan tabel diatas, drainase dengan penampang persegi tidak banyak memakan ruang,
sebagai konsekuensinya saluran harus kokoh, dapat di bangun dari pasangan batu kali atau coran
beton. Dewasa ini, konstruksi drainsae berbentuk persegi dapat dilakukan di tempat atau dengan
pemasangan precast beton, masing-masing memiliki kelebihan tersendiri. Pertimbangan untuk

16
memilih melakukan konstruksi dengan pengecoran di tempat atau memilih precast salah satu nya
dapat ditinjau berdasarkan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk konstruksi.

Gambar 15. precast drainsae


Secara umum kondisi saluran di Kota Sampit terutama di kanan-kiri jalan kurang terpelihara.
Endapan-endapan berupa pasir, lumpur, tanah dan sampah dapat ditemui hampir di semua dasar
saluran baik saluran drainase sekunder ataupun tersier. Endapan-endapan tersebut sangat
mengganggu kelancaran pengaliran air di saluran drainase. Kondisi demikian menyebabkan
aliran kurang lancar dan menyebabkan terjadinya genangan sementara di badan jalan pada saat
hujan, karena aliran air run off terhambat oleh endapan-endapan tersebut.
Semua saluran drainase di Kota Sampit tersebut berhubungan langsung dengan sungai
Mentaya melalui saluran primer utara (saluran Baamang), saluran primer selatan (saluran
Mentawa), saluran Pamuatan dan saluran bekas Rel Inhutani III. Kondisi pasang surut muka air
sungai Mentaya berpengaruh terhadap muka air di muara saluran primer tersebut, sehingga jika
sungai Mentaya sedang pasang maka saluran drainase tersebut mengalami pembendungan.
Proses ini terulang bertahun-tahun dan secara alami mengakibatkan pendangkalan dasar sungai
dan menjadikan aliran air ke sungai Mentaya menjadi tidak lancar.

17
Pada kondisi muka air di sungai Mentaya surut dan di saluran primer terjadi banjir, aliran air
dari sungai primer ke sungai Mentaya tetap tidak dapat berjalan lancer akibat dari pendangkalan
dan penyempitan muara sungai. Penyempitan terutama diakibatkan dari pertumbuhan
permukiman yang tidak terkendali dan pembuangan sampah ke dalam sungai.
Permasalahan tersebut harus mendapat perhatian khusus dalam upaya penanganan banjir agar
efektif dan berkelanjutan, serta berbasis partisipasi masyarakat. Sebelum terjadi semakin
padatnya pemukiman dan makin berkembangnya fasilitas masyarakat, banjir bukan suatu
masalah yang terlalu mengganggu. Namun, kini dengan perkembangan sosial ekonomi yang
lebih baik mempengaruhi ke pembangunan fasilitas guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh
karena itu akan disajikan 3 tahapan penanganan saluran drainase yang mengiringi perkembangan
fasilitas dan permukiman penduduk.

Tabel 3. Drainase di kota Sampit.

Dimensi
Struktur
No Lokasi Tipe Kondisi Panjang Jenis
LA LD DL Konstruksi

JL. H.M.
Tertutup
1 Arsyad (utara) 170 110 70 Beton Baik 875 Sekunder
Tertutup
JL. H.M. dan
2 Arsyad (selatan) 170 140 70 Beton sebagian Baik 2012 Sekunder
terbuka

3 JL. Ahmad Yani 140 120 70 Beton Tertutup Baik 2625 Sekunder
JL.
4 110 80 60 Beton Tertutup Baik 3500 Sekunder
Iskandar
JL. P.
5 Antasari (bawah) 100 90 60 Beton Tertutup Sedang 525 Sekunder
JL. P.
Batu Kali Terbuka
6 Antasari (selatan) 160 130 70 Sedang 437 Sekunder

18
JL.
7 75 60 40 Papan Kayu Terbuka Baik 350 Sekunder
Mangga
JL. R.
8 120 90 50 Beton Tertutup Sedang 612 Sekunder
Usman
JL. M.T. Sekund
9 150 120 120 Beton Tertutup Baik 5600
Haryono er
JL. D.I. Batu Sekund
10 105 80 54 Terbuka Sedang 3937
Panjaitan Kali er
JL. Yos Sekund
11 110 80 70 Batu Kali Tertutup Sedang 525
Sudarso er
Tertutup
dan
JL. S. Sekund
12 150 100 70 Beton sebagian Sedang 2275
Parman er
terbuka
Batu Sekund
13 JL. Kopi 50 35 60 Terbuka Sedang 2275
Kali er

Sekund
14 JL. Pelita 120 100 50 Batu Kali Terbuka Sedang 3062
er
Batu Sekund
15 JL. Juanda 70 50 40 Terbuka Sedang 5512
Kali er
JL. H.M.
16 170 150 90 Tanah Terbuka Sedang 2012 Tersier
Imran
JL. M. Terbuka Sekund
17 130 110 70 Tanah Sedang 2887
Arsyad er
JL. Terbuka Sekund
18 170 80 90 Beton Baik 9712
Sudirman er
JL. Cilik Terbuka Sekund
19 120 90 90 Beton Baik 7997
Riwut er

19
JL. Terbuka
20 140 120 80 Tanah Sedang 1312 Tersier
Samekto
Terbuka Sekund
21 JL. Mukron Ali 140 120 90 Tanah Sedang 3587
er
JL. Terbuka
22 Gunung Merapi 140 120 70 Tanah Sedang 2187 Tersier
JL. Terbuka
Batu Kali
23 Cristhoper Mihing 140 120 70 Baik 2012 Tersier

24 Jl. Hasan Mansur 100 80 70 Batu Kali Terbuka Baik 1400 Tersier
JL. Walter Terbuka Sekund
25 100 80 70 Batu Kali Baik 2187
Garad er
Terbuka
Beton dan
Sekund
26 JL. Kartini 140 120 110 Tanah Sedang 752
er
Terbuka
JL. Beton dan
Sekund
27 Sukabumi 140 120 60 Tanah Sedang 3937
er
JL. Taman Terbuka
28 80 60 60 Sebagian Tanah Sedang 1662 Tersier
Siswa
JL. Cut Terbuka Sekund
29 220 200 70 Tanah Sedang 875
Nyak Dien er
JL. Gatot Terbuka
30 240 20 70 Tanah Sedang 525 Tersier
Subroto
JL. Usman
31 90 70 50 Beton Tertutup Jelek 350 Sekunder
Harun

32 Jl. Baamang 100 80 70 Tanah Terbuka Sedang 3762 Sekunder

20
3.2 Evaluasi Kondisi Saluran Eksisting
Kondisi saluran drainase eksisting di Kota Sampit baik yang tipe saluran terbuka dan yang
tertutup memiliki kondisi yang beragam, berdasarkan table diatas saluran drainase di kota Sampit
tipe terbuka lebih banyak yang dengan kondisi sedang, sedangkan saluran drainase tipe saluran
tertutup lebih banyak dengan kondisi baik.
Berdasarkan konstruksinya tipe saluran drainase ada yang tertutup dan terbuka, masing-
masing memiliki peruntukaya tersendiri. Biasaya saluran terbuka diperuntukan mengaliri air
hujan dan air buangan yang tidak membahayakan lingkungan, sedangkann saluran tipe tertutup
diperuntukan mengaliri air buangan atau limbah yang dapat membahayakann bagi kesehatann
lingkungan.
Masing-masing jenis saluran memiliki kekurangan dan kelebihan contohnya jika saluran
terbuka lebih mudah dimasuki kotoran dari run off atau benda yang ada diluar saluran drainase
namun untuk membersihkan saluran drainasenya pun tergolong cukup mudah tanpa harus masuk
kedalam saluran yang tergolong”confine space”. Sedangkan tipe saluran tertutup pada dasarnya
tidak mudah di masuki benda asing dari luar saluran karena pada bagian atasnya tertutup, namun
jika sudah terjadi penyumbatan membutuhkan upaya lebih untuk dapat menghilangkan atau
penyebab sumbatan tersebut.
3.2.1 Rencana Pengendalian Banjir Tahap I
Kegiatan yang dilakukan pada tahap I ini adalah upaya normalisasi sungai yang meliputi
saluran drainase lingkar, sungai Baamang, sungai M. Suhada, sungai H.Amin, sungai Keramat,
sungai Pamuatan, sungai Masjid Jamik, dan sungai Mentawa. Selain upaya normalisasi sungai,
juga dilakukan upaya peningkatan kapasitas saluran drainase lingkar dan pengarahan aliran
sungai Masjid Jami’ ke sungai Mentaya. Rencana pengendalian banjir tahap I disampaikan
dengan pertimbangan:
 Konstruksinya paling sedikit,
 Dalam perencanaan dan pembangunannya mengandalkan partisipasi masyarakat
 Anggaran biaya yang diperkirakan tergolong paling rendah

21
Gambar 16. Denah rencana pengendalian banjir tahap I

3.2.2 Rencana Pengendalian Banjir Tahap II


Pada tahap II dilanjutkan dengan pemasangan pintu air dan pompa di saluran Pamuatan.
Upaya pengendalian banjir tahap II dimaksudkan untuk menangani masalah banjir yang terjadi
pada daerah layanan sungai Pamuatan. Dalam kawasan ini terdapat beberapa kawasan penting,
antara lain lokasi perumahan bupati dan rumah sakit umum.
Untuk menjamin kelancaran keluarnya air dari sungai Pamuatan ke sungai Mentaya. Di
bagian hilir atau muara dipasang pintu air dan pompa pengendali banjir. Dengan demikian
diharapkan jika terjadi banjir dengan kala ulang lebih dari 10 tahun akan dapat ditekan
dampaknya terutama berkaitan dengan pengaruh air balik dari sungai Mentaya. Pintu air yang
dimaksud berupa pintu satu arah sehingga air dari sungai Pamuatan dapat mengalir ke Mentaya
saat sungai Mentaya surut, sedangkan jika sungai Mentaya pasang air tidak dapat masuk ke
sungai Pamuatan.
Pompa air dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas pengaliran pintu air, sehingga air
pada kolam atau waduk sementara tidak sampai penuh dan meluap ke daerah sekitarnya. Kolam
atau waduk sementara dalam hal ini memanfaatkan kondisi alur sungai yang melebar di bagian
muaranya. Daerah layanan sungai Pamuatan seperti terlihat pada gambar berikut.

22
Gambar 17. Denah rencana pengendalian banjir tahap II

3.2.3 Rencana Pengendalian Banjir Tahap III


Pada tahap III dilanjutkan dengan pemasangan pintu air dan pompa di saluran Mentawa.
Upaya pengendalian banjir tahap III dimaksudkan untuk menangani masalah banjir yang terjadi
pada daerah layanan sungai Mentawa. Tahapan ini dipilih dengan pertimbangan melayani
drainase di luar kawasan perkotaan agar tidak membebani drainase dalam kota.
Untuk menjamin kelancaran keluarnya air dari sungai Mentawa ke sungai Mentaya. Di
bagian hilir atau muara dipasang pintu air dan pompa pengendali banjir. Dengan demikian
diharapkan jika terjadi banjir dengan kala ulang lebih dari 10 tahun akan dapat ditekan
dampaknya terutama berkaitan dengan pengaruh air balik dari sungai Mentaya. Pintu air yang
dimaksud berupa pintu satu arah sehingga air dari sungai Mentawa dapat mengalir ke Mentaya
saat sungai Mentaya surut, sedangkan jika sungai Mentaya pasang air tidak dapat masuk ke
sungai Mentawa.
Pompa air dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas pengaliran pintu air, sehingga air
pada kolam atau waduk sementara tidak sampai penuh dan meluap ke daerah sekitarnya. Kolam
atau waduk sementara dalam hal ini memanfaatkan kondisi alur sungai yang melebar di bagian
muaranya. Daerah layanan sungai Mentawa seperti terlihat pada gambar berikut.

23
Gambar 18. Denah rencana pengendalian banjir tahap III

24
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Drainase memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan masyarakat disuatu daerah
atau perkotaan, baik itu di aspek ekonomi, kesehatan dan lain-lain. Sehingga dalam
pembangunannya perlu dirancang sedemikian rupa agar mampu berfungsi optimal. Dalam
perancanaan pembangunan drainase harus diperhatikan beberapa hal yakni jenis drainase, bentuk
drainase dan pola drainase. Perbedaan kondisi dilapangan akan membutuhkan jenis, bentuk, dan
pola drainase yang berbeda, agar mampu berfungsi optimal.
Kota Sampit adalah kota yang memiliki banyak aliran sungai sehingga memiliki potensi
banjir yang tinggi, salah satu hal yang menyebabkan terjadinya banjir adalah kondisi saluran
drainase atau eksisting kota Sampit tidak berfungsi optimal. Kota Sampit memiliki berbagai jenis
drainase dengan kondisi yang berbeda-beda dari yang tidak berfungsi dengan hingga yang masih
berfungsi normal. Ada tiga tahap yang direncanakan dalam upaya pengendalian banjir di kota
Sampit yakni normalisasi sungai yang ada di kota Sampit, pemasangan pintu air dan pompa di
saluran Pamuatan, dan pemasangan pintu air dan pompa di saluran Mentawa.

25
DAFTAR PUSTAKA

Hasmar. 2002. Drainase Perkotaan. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit UII.

https://kotimkab.go.id/pemerintahan/profil/sejarah.html. [diakses pada pukul 14.00 Sabtu, 19


juni 2021]

KemenPUPR. Diklat Spesifikasi Umum Pekerjaan Jalan Dan Jembatan. Modul 3. Bandung:
KemenPUPR.

Peratran Mentri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No 12 Tentang Penyelenggaraan Sistem


Drainase Perkotaan

Sulistiyanto, Aan. Danar, Moch. Dkk. (2012) Studi Pengaruh Genangan Air terhada Kerusakan
Aspal dan Perencanaan SubDrain untuk Ruas jalan. Jurnal teknik POMITS, 1 (1) 1-6

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. ANDI Offset Yogyakarta.

Sejarah Kabupaten Kotawaringin Timur. 2020.

26

Anda mungkin juga menyukai