Anda di halaman 1dari 73

UPAYA PENCEGAHAN

RISIKO DAN HAZARD PADA


ASUHAN KEPERAWATAN
DEPARTEMEN K3 PSKM ULM
BAHAN KAJIAN
1. MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN PASIEN
(KONSEP, PERAN, PROSES)
2. HIERARKI PENGENDALIAN RISIKO
ILUSTRASI
Anda (Ns. Y) seorang perawat di suatu ruang penyakit dalam dan
bertanggung jawab merawat 6 pasien. Saat anda memberikan
suntikan pada Tn A, pasien anda yang lain (Tn D) ingin ke kamar
mandi dan langsung bangun dari tempat tidur. Karena belum stabil,
Tn. D jatuh dari tempat tidur.

Melihat hal tersebut, anda lengah dan tangan anda tertusuk jarum
suntik saat menyuntik Tn. A. bagaimana pendapat saudara tentang
peristiwa yang dialami Ns Y? Strategi apa yang harus saudara
perhatikan untuk mencegah hal tersebut?
PENDAHULUAN
1. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi di: (1) mana saja (dimensi
ruang), (2) kapan saja (dimensi waktu) pada setiap aktivitas kerja, baik invidual
maupun kelompok.
2. Kecelakaan menimbulkan penderitaan bagi si korban dan keluarganya
3. Secara filosofi, K3: Upaya atau pemikiran dan penerapannya yang ditujukan untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
4. Secara keilmuan, K3: Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya
mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit akibat kerja ,
dll
KECELAKAAN DITEKAN SERENDAH MUNGKIN MELALUI PENERAPAN MK3, DI INDONESIA = SMK3

TUJUAN:
- PENYAKIT AKIBAT KERJA=0
- KECELAKAAN KERJA=0
- NYAMAN BEKERJA, TIDAK BANYAK KESALAHAN SHG DAPAT MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS.
- DI RS DAN INSTANSI KESEHATAN, KESALAHAN YANG RENDAH DAPAT MENINGKATKAN
“PATIENT SAFETY”

Menjamin health, safety dan welfare pekerja di tempat kerja

MK3_RR. RATNA SETYANINGRUM 5


SMK3 MERUPAKAN IMPLEMENTASI ILMU DAN FUNGSI MANAJEMEN
DALAM MELAKUKAN PERENCANAAN, IMPLEMENTASI, MAUPUN
EVALUASI PROGRAM K3 DI TEMPAT KERJA DALAM SUATU SISTEM.

MANAJEMEN K3

MANAJEMEN K3 SMK3
SISTEM

6
KONSEP
PENGETAHUAN DASAR TERKAIT
SUMBER CIDERA, BIOMEKANIKA
TUBUH, DAN JENIS CIDERA DI RS

KESELAMATAN MANAJEMEN
PASIEN RISIKO
BEBERAPA ISTILAH YANG BERKAITAN DENGAN
KECELAKAAN KERJA (ACCIDENT)

Incident/
Near miss/ Safety/
Near accident, Keselamatan

8
KECELAKAAN KERJA (ACCIDENT)

Unplanned Injury;Illness
Accident : Undesired Death
Upset your plans Property damages

9
PENYEBAB KECELAKAAN
(Suma’mur, 1989)

UNSAFE HUMAN ACTION UNSAFE


CONDITION

kurangnya sikap disiplin dan kesadaran dilakukan peledakan batu bara


pekerja dalam melaksanakan tugas dalam rangka eksploitasi batu bara
sesuai dengan SOP dari perut bumi, tingginya tekanan
udara pada kedalaman 1000 meter

10
Penyebab (lanjutan…..)

TEORI HEINRICH (1931)


KECELAKAAN KERJA

1. Ancestry (keturunan)
2. Fault of Person (Kesalahan person)
3. Unsafe factor condition
4. Accident
5. Injury/ Kerugian

11
Hazard-risk
Hazard : something that has the potential to cause
harm to people, prorerty or the environment

Risk: likelihood, chance or probability of hazard that


causing harm or damage to people, prorerty or the
environment
Cont...
RUMUS STANDARD PENCEGAH KECELAKAAN

SEE

THINK KETAHUI ADANYA BAHAYA

KETAHUI CARA MENGATASINYA

DO
BERTINDAK TEPAT PADA WAKTUNYA
Manajemen Risiko K3

Penerapan secara sistematis dari kebijakan


manajemen, prosedur dan aktivitas dalam
kegiatan identifikasi bahaya, analisa, penilaian,
evaluasi, penanganan dan pemantauan serta
review risiko
Sumber/situasi yang berpotensi menimbulkan cedera/kerugian
(manusia, properti, lingkungan atau kombinasi ketiganya)

Bahaya fisik/physical hazards


Bahaya kimia/chemical hazards
Bahaya biologi/biological hazards
Bahaya psikologis/psychological hazards
Bahaya ergonomi
Kombinasi dari kemungkinan (likelihood) dan akibat (Consequence)
dari sebuah kejadian berbahaya yang spesifik.
Risiko akan mempunyai 2 dimensi/parameter yaitu

Kemungkinan Akibat
TAHAPAN
MANAJEMEN PERSIAPAN
RISIKO
IDENTIFIKASI BAHAYA

MONITOR & REVIEW


ANALISA RISIKO

Penilaian Risiko
AKIBAT KEMUNGKINAN

EVALUASI RISIKO

PENGENDALIAN RISIKO
Source: AS/NZS4360 (1999)
POTENSI BAHAYA DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN
Alat tidak pada tempatnya atau tidak adekuat
Repetitive travel
Situasi yang tidak diharapkan
Berhenti untuk menunggu sistem pelayanan
Tidak adekuatnya akses terhadap sumber perawatan dan prosedur baru
Misscommunication
Hambatan lingkungan kerja
Perilaku destruktif
STANDAR SKP.1
RUMAH SAKIT MENETAPKAN REGULASI UNTUK MENJAMIN KETEPATAN
(AKURASI) IDENTIFIKASI PASIEN

S TANDAR SKP.2
R UMAH S AKIT M ENETAPKAN R EGULASI U NTUK M ELAKSANAKAN P ROSES
M ENINGKATKAN E FEKTIVITAS KOMUNIKASI V ERBAL D AN ATAU KOMUNIKASI
M ELALUI T ELPON A NTAR - PPA .
S TANDAR SKP.2.1
R UMAH S AKIT M ENETAPKAN R EGULASI U NTUK P ROSES P ELAPORAN H ASIL
P EMERIKSAAAN D IAGNOSTIK K RITIS .
S TANDAR SKP.2.2
R UMAH S AKIT M ENETAPKAN D AN M ELAKANAKAN P ROSES KOMUNIKASI “S ERAH
T ERIMA” (H AND O VER ).

S TANDAR SKP.3
R UMAH S AKIT M ENETAPKAN R EGULASI U NTUK M ELAKSANAKAN P ROSES
M ENINGKATKAN K EAMANAN T ERHADAP O BAT - OBAT YANG P ERLU D IWASPADAI .
S TANDAR SKP.3.1
R UMAH S AKIT M ENETAPKAN R EGULASI U NTUK M ELAKSANAKAN P ROSES
M ENGELOLA P ENGGUNAAN E LEKTROLIT KONSENTRAT.

S TANDAR SKP.4
R UMAH S AKIT M EMASTIKAN T EPAT - LOKASI , T EPAT - PROSEDUR , D AN T EPAT - PASIEN
S EBELUM M ENJALANI T INDAKAN D AN ATAU P ROSEDUR .
S TANDAR SKP.4.1
R UMAH SAKIT MEMASTIKAN DILAKSANAKANNYA PROSES T IME - OUT DI KAMAR
OPERASI ATAU RUANG TINDAKAN SEBELUM OPERASI DIMULAI .

Neal Creative © Neal Creative | Learn more


SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

Rumah sakit mengembangkan suatu


pendekatan untuk memperbaiki /
meningkatkan ketelitian identifikasi
pasien.

22
WRONG IDENTIFICATION  WRONG
PERSON OPERATION
KESALAHAN IDENTIFIKASI
 SALAH SPERMA

24
KEBIJAKAN
IDENTITAS PASIEN

1. Identifikasi pasien harus mengikuti pasien kemanapun (gelang identitas) dan yang tak
mudah/bisa berubah.
2. Identifikasi Pasien : menggunakan dua identitas dari minimal tiga identitas
1. nama pasien ( e KTP)
2. tanggal lahir atau
3. nomor rekam medis

!!!! dilarang identifikasi dg nomor kamar pasien atau lokasi


Bila ada kekecualian, RS harus membuat SPO khusus

25
WARNA GELANG
PASIEN

26
Pemasangan gelang,
tulisannya
menghadap ke luar
 untuk
memudahkan
petugas
mengindentifikasi
SPO
CARA IDENTIFIKASI PASIEN
Petemuan Pertama seorang petugas dengan pasien:
1. Secara verbal : Tanyakan nama pasien
2. Secara visual : Lihat ke gelang pasien dua dari tiga identitas, cocokkan
dengan perintah dokter

Pertemuan berikutnya dapat lihat secara visual saja ke gelang pasien, dua
identitas dari tiga identitas

28
SPO
SAAT PEMASANGAN GELANG OLEH PETUGAS
1. Jelaskan manfaat gelang pasien
2. Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas, menutupi gelang .dll
3. Minta pasien utuk mengingatkan petugas bila akan melakukan tindakan atau memberi obat memberikan
pengobatan tidak menkonfirmasi nama dan mengecek ke gelang

29
PETUGAS HARUS MELAKUKAN
IDENTIFIKASI PASIEN SAAT:

1. pemberian obat
2. pemberian darah / produk darah
3. pengambilan darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis
4. Sebelum memberikan pengobatan
5. Sebelum memberikan tindakan
30
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF

Rumah sakit mengembangkan


pendekatan untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar para
pemberi layanan.

31
Komunikasi yang mudah
terjadi kesalahan

Terjadi pada saat:


• Perintah diberikan secara lisan
• Perintah diberikan melalui telpon
• Saat pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis.

32
Perintah Lisan/ Lewat Telepon
 ISI PERINTAH
 NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN PEMBERI PERINTAH
1. Tulis Lengkap  NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN PENERIMA
PERINTAH

2. Baca Ulang-Eja untuk  TANGGAL DAN JAM

NORUM/ LASA
3. Konfirmasi  lisan dan
tanda tangan

33
Dokumentasi
36
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM (NAMA OBAT RUPA MIRIP)

hidralazine hidroxyzine
cerebyx celebrex
vinblastine vincristine
chlorpropamide chlorpromazine
glipizide glyburide
daunorubicine doxorubicine

37
CONTOH KEBIJAKAN MENERIMA PERINTAH LISAN/LISAN
LEWAT TELEPON

• Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan melakukan konfirmasi
• Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah, nama penerima perintah
dan tanda tangan, nama pemberi perintah dan tanda tangan (pada kesempatan berikutnya)
• Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA, maka nama obat lasa
harus dieja satu persatu hurufnya
• Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat Look alike sound alike, look alike, dan sound
alike
• Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi perintah mendengar
pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran pembacaan secara lisan misal “ya
sudah benar” . Konfirmasi tertulis dengan tanda tangan pemberi perintah yang harus
diminta pada kesempatan kunjungan berikutnya .
• Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang perlu dicatat, misal
pemberi perintah tak mau tanda tangan
38
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)

Rumah sakit
mengembangkan suatu Obat high alert (yang
pendekatan untuk harus diwaspadai):
memperbaiki keamanan obat yang dapat
obat-obat yang perlu menimbulkan KTD atau
diwaspadai (high-alert) kejadian sentinel bisa
salah digunakan

39
Paralytic agent vs antacid
Pancuronium (Pavulon)
vs Pantoprazole

Paralytic agent vs antacid


LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM (NAMA OBAT RUPA MIRIP)

hidraALAzine hidrOXYzine
ceREBYx ceLEBRex
vinBLASTine vinCRIStine
chlorproPAMIDE chlorproMAZINE
glipiZIde glYBURIde
DAUNOrubicine dOXOrubicine
42
Look Alike Sound Alike

LASA LASA

SUTOTO.KARS 43
44
OBAT HIGH ALERT

Obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi


kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event)
Obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome)
Obat-obat yang (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/ NORUM,
atau Look-Alike Sound-Alike / LASA)

45
Look-Alike High
Alert Drugs
HIGH ALERT
Look alike

LASA

47
LASA LASA

48
CONTOH
KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT

DEFINISI:
◦ Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang bermakna bila digunakan secara
salah

KETENTUAN :
1. Setiap unit yan obat harus tersedia daftar obat high alert, Obat LASA, Elektrolit
HIGH Konsentrat, serta panduan penata laksanaan obat high alert
ALERT2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penata laksanaan obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam keadaan emergensi, atau nama
obat harus di eja perhuruf
5. Sebelum menyuntkikan obat high alert setelah cek 5 tepat, lanjutkan dengan
double check.

49
KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI INSTALASI FARMASI

1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat


2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan
diserahkan kepada perawat
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer/ rak
tersendiri/khusus
4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double,
doubel pintu.setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung
jawabnya dan dicatat, setiap ganti sif harus tercatat dalam buku serah
terima lengkap dengan jumlahnya dan di tanda tangani
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain
untuk memastikan tak ada salah (double check)
7. Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa
HIGH
infus, tempel stiker label, nama obat pada botol infus. Dan di isi dengan
catatan sesuai ketentuan ALERT
SUTOTO.KARS 50
CONTOH STIKER OBAT HIGH ALERT PADA BOTOL INFUS

SUTOTO.KARS 51
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR,
TEPAT-PASIEN OPERASI

Rumah sakit
mengembangkan suatu
pendekatan untuk
memastikan tepat-lokasi,
tepat-prosedur, dan
tepat- pasien.
52
REGINA TURNER (52)
“LEFT SIDED
CRANIOTOMY BYPASS”
DIOPERASI SISI KANAN,
KARENA TIM OPERASI
TAK MELAKUKAN TIME
OUT
OPERASI SALAH KAKI

54
OPERASI SALAH SISI
KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI OPERASI

1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi


(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau
multipel level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan,
dan harus terlihat sampai saat akan disayat

SUTOTO.KARS 57
CONTOH PENANDAAN

58
KEBIJAKAN VERIFIKASI PRAOPERATIF :

1. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar


2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dan dipampang dg baik
3. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant 2
implant yg dibutuhkan
4. Tahap Time out :
1. memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan
2. dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
3. melibatkan seluruh tim operasi

5. Pakai surgical safety check-list (WHO . 2009)

59
TIME OUT

60
Identifikasi Risiko/Bahaya

Self asesmen Laporan insiden


Telusur lapangan
Case Report
Survei
Clinical care review Complaint
Audit Medis Claim data
Occurrence Screening
Medical Record Review

PROAKTIF REAKTIF
Penilaian Risiko

Melibatkan 3 faktor yaitu


Peluang (Probability), Akibat
(Konsekuensi) dan Frekuensi
Paparan

Risiko = Peluang x Akibat x Frekuensi Paparan


1. Peluang (Probability)
Yaitu kemungkinan terjadinya suatu
kecelakaan kerja, ketika terpapar dengan
suatu sumber bahaya.
 Peluang orang jatuh karena terpeleset
 Peluang untuk tertusuk jarum
 Peluang tersengat listrik
 Peluang dislokasi tulang karena
mengangkat pasien
2. Akibat (Konsekuensi)
Yaitu tingkat keparahan/kerugian yang
mungkin terjadi dari suatu kecelakaan
karena bahaya yang ada. Hal ini bisa terkait
dengan manusia, properti, lingkungan, dll
Contoh :
 Fatality atau kematian
 Cacat
 Perawatan medis
 P3K
3.Frekuensi Paparan
Untuk menjelaskan seberapa lama atau sering
kejadian tersebut terjadi.
Penilaian Faktor Peluang (P)
PENILAIAN FAKTOR AKIBAT (A)
NILAI KETERANGAN
100  Catastrophe / Malapetaka/ Keuangan ekstrem
 Banyak kematian
 Kerugian sangat besar / berhenti total
 Kerugian keuangan > 10 Milyar
40  Disaster / Bencana/ Keuangan sangat berat
 Beberapa kematian
 Kerugian besar / sebagian proses berhenti
 Menyebabkan penyakit yang bersifat komunitas/endemik pada karyawan atau pasien
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan hingga lebih dari 1 hari
 Kerugian keuangan > 5 M – 10M
15  Very serious / Sangat serius/ Keuangan berat
 Menyebabkan satu kematian, kerugian cukup besar
 Memperberat atau menambah penyakit pada beberapa pasien atau karyawan
 Menyebabkan penyakit yang bersifat permanen atau kronis (HIV, Hepatitis, keganasan, Tuli, gangguan fungsi organ menetap).
 Menyebabkan cidera serius seperti cacat atau kehilangan anggota tubuh permanen, hilang fungsi tubuh (fungsi motorik /
sensorik / psikologis (irreversibel)).
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan lebih dari 30 menit hingga 1 hari
 Kerugian keuangan 1 – 5 Milyar

7  Serious / Serius/ Keuangan sedang


 Cidera sedang (misal luka robek) atau insiden yang terjadi dapat memperpanjang masa perawatan (terganggunya fungsi
motorik / sensorik / psikologis (reversibel)) dan hilang hari kerja, kerugian material cukup besar
 Menyebabkan penyakit yang memerlukan perawatan medis lebih dari 7 hari dan dapat disembuhkan
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan kurang dari 30 menit.
 Kerugian keuangan 500 jt – 1 Milyar
3  Casualty treatment / Perawatan medis/ Keuangan ringan
 Menyebabkan cidera/penyakit yang memerlukan perawatan medis atau tidak dapat masuk bekerja hingga 7 hari.
 Kerugian keuangan 50 juta – 500 juta

1  First aid treatment / P3K/ Keuangan sangat ringan


 Cidera tidak serius / minor seperti lecet, luka kecil dan hanya perlu penanganan P3K
 Kerugian keuangan s/d 50 juta
RISK REGISTER

 Rumah Sakit membuat Rekapitulasi Risiko


Tahunan ---- Risk Register

 Risk Register :
1. Risiko yg teridentifikasi dalam 1 tahun
2. Informasi terkait Insiden pd karyawan,
pengunjung, pasien, dan komplain, serta
investigasi eksternal & internal.
CONTOH RISK REGISTER
PENGENDALIAN RESIKO

HIERARKI PENGENDALIAN
75

Anda mungkin juga menyukai