Anda di halaman 1dari 165

MATERI

KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( K3 )

PERAN PERAWAT DALAM KESELAMATAN PASIEN

NERS, H AKHMAD ZARKASI,S.KEP,M.KES


PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN ULM BANJARBARU
T.A 2019/2020
QUIZ
PERTANYAAN SURVEIOR KEPADA PERAWAT (P)
1. Bagaimana memastikan bahwa perintah dokter untuk memberikan obat lewat telepon diterima
secara benar ?
2. Bagaimana memastikan bahwa obat diberikan pada orang yang tepat ? (P)
3. Apa yang anda lakukan bila obat yang akan anda berikan adalah obat High alert ? jelaskan (P)
4. Jelaskan bagaimana implementasi aturan pengamanan obat obat high alert (P)
5. Bagaiman anda memastikan obat yang diperintahkan dokter sampai pasien dengan tepat (P)
6. Kapan saat anda harus mencuci tangan ? Apa manfaat cuci tangan itu, tolong diperagakan cuci
tangan sesuai standar WHO. (P)
7. Apabila ada pasien baru masuk rawat inap berjalan dengan dibantu oleh keluarganya, aesmen
apa yang akan anda lakukan, tolong jelaskan bagaimana anda melakukan asesmen tersebut,
dimana anda mencatat hasil asesmen tersebut? (P)
8. Bagaimana anda menangani pasien risiko jatuh ? (P)

Sutoto.KARS 2
CURICULUM VITAE: H. Akhmad Zarkasi S.Kep Ners,M.Kes

JABATAN SEKARANG:
• Surveior Komisi Akreditasi Rumah Sakit ( KARS )
• Pengurus HIPEGI Pusat (himpunan Perawat Endoskopi Gastrointestinal
Indonesia)
• Pengurus HIPPII Cabang KalSel (Himpunan Perawat Pencegah dan
Pengendalian Infeksi Indonesia)
• Asesor Penguji kompetensi perawat
• Dosen UNISM
• Board Member of ASQua (Asia Society for Quality in Health Care),
PENGALAMAN KERJA/ ORGANISASI
• Perawat Bangsal Internist dan Ruang PIV , Perawat Endoskopi 25 tahun an
• Pengurus HIPEGI , Pengurus HIPPII Cabang KalSel
• Surveior Rumah Sakit ,Penyusun naskah /Buku Pedoman kerja,Modul & silabus
• Penguji kompetensi
KARS Perawat Endoskopi Indonesia
Email : Akhmadzarkasiyahya@gmail.com

0852 511 02591

Akhmad Zarkasi
Surveior KARS
Asesor Internal RS
Konsultan Rumah Sakit
OUTLINE
Bahan Kajian :
Peran perawat yang bekerja di tatanan rumah sakit
• Pencegahan dan Penurunan Kejadian Tidak Diharapkan / KTD
(Medical Error )
• Menjelaskan peningkatan kesehatan pasien dan budaya
kesehatan pasien dirumah sakit dan tatanan YanKes
 CapaianPembelajaran (Tujuan)
 Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan akan
mampu menjelaskan PeranPerawat dalam prinsip patient safety
 Bahan Kajian (Materi Ajar)
 Pengertian patient safety
 Lingkup keamanan dan keselamatan pasien
 Komponen pasien safety
 Sasaran pasien safety
 Prinsip & Implikasi pasien safety dalam praktik keperawatan
HIPPOCRATES’S TENET
(460-335 BC)

PRIMUM, NON NOCERE Phillip Semmelweis


FIRST, DO NO HARM
PENDAHULUAN
• Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang penuh dengan resiko
 Resiko klinis, resiko biaya, resiko manajemen dll
• Saat ini RS tidak hanya dituntut untuk meningkatkan kualitas
pelayanan saja, tp diharuskan juga utk menjaga keselamatan
pasien secara konsisten dan berkesinambungan
PELAYANAN
KESEHATAN TINDAKAN MEDIS

 Hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi resiko.


 Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, jumlah pasien dan staf RS
yang cukup besar  potensial bagi terjadinya kesalahan medis.
 Dalam kenyataannya masalah medical error  mencerminkan fenomena gunung
es  terdeteksi umumnya adalah adverse event yang ditemukan secara kebetulan
saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau
justru luput dari perhatian.
MENGAPA PATIENT SAFETY PENTING?
 Isu kesehatan global yang serius
 Patient Centeredness
 Tidak boleh ada pasien  menderita cedera  yang dapat dicegah
 Medical error  meningkatkan biaya atas kesehatan
 Tuntutan kasus malpraktek  meningkat.
 Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
 Mencegah konflik (blamming) antara dokter/petugas
kesehatan/pasien
REGULATORY FRAMEWORK
For Patient Safety

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit

Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan

Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran
Peraturan Menteri Kesehatan No.
1691/MENKES/PER/ VIII/2011 Tentang
DASAR HUKUM Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan No.


11/MENKES/SK/2017 Tentang Standard
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Keselamatan Pasien Dalam UU
No. 44/2009 Tentang Rumah Sakit
RS  diselenggarakan berasaskan Pancasila dan
didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan
profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak
dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan
dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi
sosial.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NO. 11/MENKES/PER/VIII/2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Pembiayaan risiko Pengendalian klaim dan manajemen
tuntutan hukum

Manajemen Risiko
Identifikasi dan kajian terhadap Pencegahan terhadap kerugian
kerugian potensial

Manajemen Mutu

Komponen Kunci

Patient Safety
SISTEM
 Assesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan
 Pelaporan dan analisis insiden
 Tindak lanjut
 Implementasi solusi

Pasien lebih aman & mencegah


KTD
KTD
(Adverse Event)

Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang


mengakibatkan cedera pasien

06/21/2023
Mengapa perawat perlu menerapkan budaya safety?
• Jumlah perawat 50-60% dari ketenagaan di rumah sakit
• Kontak perawat-pasien terlama
• Kegiatan keperawatan banyak ke pasien
• Kontak psikologis perawat-pasien sering

• Perawat sebagai Advokat pasien


• Bukti: Jumlah perawat yang terbatas dan meningkatnya beban
kerja mengancam kualitas asuhan keperawatan ke pasien

06/21/2023
KESALAHAN KLINIS/MEDIS YANG SERING TERJADI

1. Kesalahan obat  Cara memberikan obat yang salah/ memberikan


obat yang salah /salah orang
2. Kesalahan prosedur saat operasi/ Tindakan keperawatan /Tindakan
medis yang didelegasikan.
3. Pencatatan tindakan pembedahan
4. Melaksanakan praktek tidak kompeten (bukan kewenangannya)
5. Pasien jatuh
KESALAHAN KLINIS/MEDIS YANG SERING TERJADI

6. Pasien luka /terbakar (Kompres hangat, Kauter)


7. Terkait dengan teknologi :Cidera karena kesalahan/ Kerusakan alat
8. Healthcare Associated Infections (HAIs)
9. Salah identitas pasien
10. Salah interpretasi data atau gejala

(Swanburg, 1991)
1. Patient Safety merupakan isu serius global pelayan kesehatan,beberapa
tahun terakhir ini beberapa negara meningkatkan pengenalan tentang
pentingnya meningkatkan Patient Safety.

2. Diperkirakan bahwa di negara berkembang sebanyak 1 dari 10 pasien


mengalami cidera ketika mendapat perawatan rumah sakit. Cidera
disebabkan oleh kesalahan atau kejadian tak diharapkan
3. Di negara berkembang kemungkinan pasien mengalami cidera lebih
tinggi daripada negara maju.
Risiko Healthcare Association Infections(HAIs) di negara berkembang
sebanyak 20 kali lebih tinggi daripada negara maju

4. Setiap saat 1.4 jt orang didunia menderita infeksi di rumah sakit.


Kebersihan tangan merupakan tindakan yang paling penting untuk
mencegah HAIs dan perkembangan resistensi antimikroba
5. Paling sedikit 50 % peralatan kesehatan di negara berkembang tidak digunakan atau
hanya sebagian dapat digunakan, karena lemahnya kemampuan atau komuditi,
sehingga prosedur diagnostik atau tindakan tidak dapat dilakukan.Akhirnya dapat
mengancam keselamatan pasien dan cidera serius bahkan kematian

6.Beberapa negara, proporsi pemberian suntikan dengan syringe atau jarum pakai ulang
tanpa sterilisasi sebanyak 70%.Jutaan orang terpapar infeksi.
Setiap tahun suntikan tidak aman menyebabkan 1.3 juta , kematian umumnya karena
transmisi blood-borne patogen seperti HBV, HCV dan HIV
7. Operasi merupakan salah satu tindakan yang paling kompleks. Lebih dari 100 jt orang
memerlukan tindakan operasi setiap tahun untuk alasan medikal yang berbeda.
Masalah yang berhubungan dengan surgical safety di negara maju 50 % dari kejadian
yang tidak diharapkan dapat dihindari yang berakibat kematian atau kecacatan

8. Dalam penelitian menunjukkan bahwa perpanjangan hari rawat, biaya tuntutan


hukum,HAIs, kehilangan pendapatan, kecacatan dan biaya obat-obatan di beberapa
negara antara US$ 6 billion– US$ 29 billion per tahun, sehingga mengharuskan
meningkatkan Patient Safety
9. Industri dengan risiko yang lebih tinggi seperti penerbangan dan nuklir memiliki catatan jauh
lebih baik daripada pelayanan kesehatan.
Risiko cidera penerbangan, 1 kali dalam 1.000.000 penerbangan. Risiko pelayanan
kesehatan 1 kali 300 pelayanan kesehatan

10.Pengalaman pasien dalam kesehatannya merupakan jantung dari gerakan Patient Safety.
The World Alliance for Patient Safety bekerja sama dengan 40 champions yang pernah
mengalami penderitaan karena lemahnya tindakan patient safety, membantu membuat
patient safety diseluruh dunia
 Bad man
 Kompetensi kurang
 Jumlah tenaga kurang
 HAM kurang baik
 Tidak peduli
 Bad machine
 Jumlah alat kurang atau tidak ada
 Pemeliharaan dan kalibrasi kurang atau tidak ada
 Fasilitas alat tidak ada
 Bad Method
 SOP tdk ada, tidak jelas, tidak dipahami
 Uraian tugas tidak ada atau tidak dipahami
 Bad Money
Ingat: insiden
• Tidak berdiri tunggal
• Saling terhubung dengan sistem di mana staf bekerja

Pengembangan budaya keselamatan dalam


organisasi memerlukan kepemimpinan yang kuat
dan perencanaan serta pemantauan yang cermat

06/21/2023
Pengertian Patient Safety
 Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system
yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih
aman.
 Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety
adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena
kecelakaan
 Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dair
cidera aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat
perawatan medis dan kesalahan pengobatan.
 Keselamatan pasien (patient safety;;) adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman,
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi
pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko.
TUJUAN PATIENT SAFETY
 Tujuan “Patient safety” adalah
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan
masyarakat;
 Menurunnya KTD di RS
 Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi
pengulangan KTD.
LINGKUP KEAMANAN DAN KESELAMATAN
PASIEN
 Dalam pencegahan infeksi, desain lingkungan perawatan pasien
harus memenuhi persyaratan aman, perawatan berkualitas
tinggi dengan mempertimbangkan hal berikut (The Comission
on Patient Safety and Quality Assurance of Irlandia, 2008):
(The Comission on Patient Safety and Quality Assurance
of Irlandia, 2008):
 Memaksimalkan kenyamanan dan martabat pasien. 
 Menjamin kemudahan pelaksanaan perawatan profesional.
 Membuat ketentuan yang sesuai untuk anggota keluarga dan pengunjung.
 Meminimalkan risiko infeksi.
 Meminimalkan risiko efek samping lain seperti jatuh atau kesalahan
pengobatan.
 Mengelola transportasi pasien.
 Memungkinkan untuk fleksibilitas penggunaan dari waktu ke waktu dan
persyaratan perencanaan pelayanan selanjutnya.
Standar keselamatan pasien terdiri dari
1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident)
Setiap kejadian atau situasi yg dpt mengakibatkan / berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacad,
Juni 2010
kematian dll) yg tdk seharusnya terjadi.

Insiden Keselamatan Pasien


1. KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) : insiden yang mengakibatkan pasien cedera
2. KNC (Kejadian Nyaris Cedera ) : terjadinya insiden yg belum sampai terpapar ke pasien ( pasien tidak cedera)
3. KTC (Kejadian Tidak Cedera) : insiden sudah terpapar ke pasien, tetapi pasien tidak timbul cedera
4. KPC (Kondisi Potensial Cedera) =Reportable circumstance: kondisi / situasi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden. Contoh :Alat defibrilator yg standby di IGD, tetapi kmd diketahui rusak ; ICU
yg under staff
Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
Suatu KTD yg mengakibatkan kematian atau cedera yg serius; biasanya dipakai utk kejadian yg
sangat tdk diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi pada bagian tubuh yg salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dgn keseriusan cedera yg terjadi (mis. Amputasi pd kaki yg
salah, dsb) shg pecarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yg
serious pd kebijakan & prosedur yg berlaku. (KKP-RS)
KTD Tidak dapat dicegah (Unpreventable AE)
KTD Dapat dicegah/Tidak seharusnya terjadi (Preventable
AE)
Tipe insiden
1.PROSES/PROSEDUR KLINIS
2. DOKUMENTASI
3.KECELAKAAN
4.INFRASTRUKTUR
5.ALAT MEDIS/KES
6.Laboratorium/Patologi
7.Infeksi nosokomial / HAIs
8.proses medikasi/cairan infus

 SALAH PASIEN
 SALAH OBAT
 SALAH DOSIS/KEKUATAN/FREKUENSI
 SALAH FORMULASI/FREKUENSI
 SALAH RUTE PEMBERIAN
 SALAH JUMLAH/KUANTITAS
 SALAH DISPENSING LABEL
 KONTRAINDIKASI
 SALAH PENYIMPANAN OBAT KADALUARSA
 DLL
9.darah/produk darah
10.Gizi/nutrisi
11.oxigen/gas medis
12.perilaku pasien
13.Pasien jatuh
14.sumber daya/ manajemen
15.administrasi klinis

Tipe-tipe insiden seperti diatas dapat dicegah dengan


menerapkan
7 langkah & 6 sasaran keselamatan pasien
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Permenkes No 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan pasien

1. Mengidentifikasi pasien dengan benar;


2. Meningkatkan komunikasi yang efektif;
3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harusdi
waspadai;
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur
yang benar, pembedahan pada pasien yang benar;
5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan;
6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.
MENGIDENTIFIKASI DENGAN BENAR

Standar SKP 1

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


menjamin ketepatan (akurasi) identifikasi
pasien
WRONG IDENTIFICATION  WRONG PERSON OPERATION
Maksud dan Tujuan SKP
•1Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan terdapat
paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) bentuk identifikasi, yaitu nama pasien,
tanggal lahir, nomor rekam medik, nomor induk kependudukan atau bentuk
lainnya (misalnya, barcode/QR code). Nomor kamar pasien tidak dapat
digunakan untuk identifikasi pasien. Dua (2) bentuk identifikasi ini digunakan
di semua area layanan rumah sakit seperti di rawat jalan, rawat inap, unit
darurat, kamar operasi, unit layanan diagnostik, dan lainnya.

• Dua (2) bentuk identifikasi harus dilakukan dalam setiap keadaan terkait
intervensi kepada pasien. Misalnya, identifikasi pasien dilakukan sebelum
memberikan radioterapi, menerima cairan intravena, hemodialisis,
pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis, katerisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik, dan identifikasi
terhadap pasien koma.
KEBIJAKAN IDENTITAS PASIEN
1. Identifikasi pasien:
1. harus mengikuti pasien kemanapun (gelang identitas)
2. tak mudah/bisa berubah.
2. Identifikasi Pasien : menggunakan dua identitas dari minimal
tiga identitas
1. nama pasien (  e KTP) Permenkes No 11 tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien,
2. tanggal lahir atau Lampiran Hal 35.

3. nomor rekam medis


4. bar code

!!!! dilarang identifikasi dg nomor kamar pasien atau lokasi


Bila ada kekecualian, RS harus membuat SPO khusus
WARNA GELANG PASIEN

GELANG IDENTITAS
• Biru: Laki Laki
• Pink: Perempuan
GELANG PENANDA:
• Merah: Alergi
• Kuning: Risiko Jatuh
• Ungu : Do Not Resucitate
47
SPO
SAAT PEMASANGAN GELANG OLEH PETUGAS

1. Jelaskan manfaat gelang pasien


2. Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas,
menutupi gelang .dll
3. Minta pasien utuk mengingatkan petugas bila akan melakukan
tindakan atau memberi obat memberikan pengobatan tidak
menkonfirmasi nama dan mengecek ke gelang

Sutoto.KARS 48
SPO CARA IDENTIFIKASI PASIEN

1. Secara verbal: Tanyakan nama dan


tanggal lahir pasien
2. Secara visual: Lihat ke gelang pasien
dua dari tiga identitas (nama dan
tanggal lahir)

Visual  pasien koma, pasien sdh dilakukan verbal sebelumnya, kecuali ganti petugas

49
MENINGKATKAN KOMUIKASI YANG EFEKTIF

STANDAR SKP 2
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses
meningkatkan efektivitas komunikasi verbal dan atau
komunikasi melalui telpon antar profesional pemberi asuhan
(PPA).
Maksud dan tujuan S KP 2
Pemeriksaan diagnostik kritis termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
a) pemeriksaaan laboratorium;
b) pemeriksaan radiologi;
c) pemeriksaan kedokteran nuklir;
d) prosedur ultrasonografi;
e) magnetic resonance imaging;
f) diagnostik jantung;
g) pemeriksaaan diagnostik yang dilakukan di tempat tidur pasien, seperti
hasil tanda-tanda vital, portable radiographs, bedside ultrasound, atau
transesophageal echocardiograms.
Maksud dan tujuan S KP 2
Untuk melakukan komunikasi secara verbal atau melalui telpon dengan aman dilakukan
hal-hal sebagai berikut:
1) pemesanaan obat atau permintaan obat secara verbal sebaiknya dihindari;
2) dalam keadaan darurat karena komunikasi secara tertulis atau komunikasi elektronik
tidak mungkin dilakukan maka harus ditetapkan panduannya meliputi permintaan
pemeriksaan, penerimaan hasil pemeriksaaan dalam keadaan darurat, identifikasi dan
penetapan nilai kritis, hasil pemeriksaaan diagnostik, serta kepada siapa dan oleh siapa
hasil pemeriksaaan kritis dilaporkan;
3) prosedur menerima perintah lisan atau lewat telpon meliputi penulisan secara lengkap
permintaan atau hasil pemeriksaaan oleh penerima informasi, penerima membaca
kembali permintaan atau hasil pemeriksaaan, dan pengirim memberi konfirmasi atas
apa yang telah ditulis secara akurat
Maksud dan tujuan S KP 2
Serah terima asuhan pasien (hand over) di dalam rumah sakit terjadi:
a) antar profesional pemberi asuhan (P P A) seperti antara staf medis dan
staf medis, antara staf medis dan staf keperawatan atau dengan staf
klinis lainnya, atau antara P P A dan P P A lainnya pada saat
pertukaran sif (shift);
b) antar berbagai tingkat layanan di dalam rumah sakit yang sama seperti
jika pasien dipindah dari unit intensif ke unit perawatan atau dari unit
darurat ke kamar operasi; dan
c) dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostik atau unit tindakan
seperti radiologi atau unit terapi fisik.
Komunikasi Efektif
Pedoman Komunikasi Efektif
Komunikasi dengan masyarakat (MKE 1 , MKE 1.1)
Komunikasi dengan pasien dan keluarga (MKE 2, MK3 3)
Komunikasi dalam RS termasuk “urgen” (MKE 4)
Komunikasi antar PPA (MKE 5) LENGKAPI
Edukasi (MKE 6,MKE 7,MKE 8, MKE 9, MKE 10, MKE 11,MKE 12)

TKRS 3.2 SKP 2 MKE Dokumen bukti


Komunikasi verbal/ lisan/ telepon (SKP 2)
Pelaporan nilai kritis (SKP 2.1)
Handover (SKP 2.2)
HPK 2.1  pasien berhak mendapatkan informasi ttg asuhan medis dan rencana tindakan
HPK 2.2  informasi diberikan sebelum penanda tanganan informed consent
KOMUNIKASI YG SERING SALAH DAN MEMBAHAYAKAN PASIEN: LISAN/LEWAT TELEPON

Dr DPJP

LAPORAN KONDISI PASIEN TERKINI

SBAR

Memberikan perintah
pengobatan/tindakan
TULBAKON

Dr Jaga/Prwt SUTOTO KARS 55


SBAR
I INTRODUCTION INDIVIDU YANG TERLIBAT DALAM HANDOFF MEMPERKENALKAN DIRI,
PERAN DAN TUGAS , PROFESI

S SITUATION KOMPLAIN, DIAGNOSIS, RENCANA PERAWATAN DAN KEINGINAN DAN


KEBUTUHAN PASIEN

B BACKGROUND TANDA-TANDA VITAL, STATUS MENTAL , DAFTAR OBAT-OBATAN DAN HASIL


LAB
A ASSESSMENT PENILAIAN SITUASI SAAT INI OLEH PROVIDER
R REKOMENDATION MENGIDENTIFIKASI HASIL LAB YG TERTUNDA DAN APA YANG PERLU
DILAKUKAN SELAMA BEBERAPA JAM BERIKUTNYA DAN REKOMENDASI
LAIN UNTUK PERAWATAN

Q/A QUESTION N ANSWER KESEMPATAN BAGI TANYA-JAWAB DALAM PROSES HANDOFF


CAP KONFIRMASI TBaK
KOMUNIKASI EFEKTIF
DALAM ANTAR PEMBERI PELAYANAN DIDALAM
RS (SKP 2)
1. Melakukan “Read Back” terhadap instruksi yang diterima secara lisan maupun melalui
telpon atau melaporkan hasil pemeriksaan kritis (TULBAKON)
2. Ketepatan dan kecepatan melaporkan nilai kritis laboratorium, radiodiagnostik.
3. Buat Standar Komunikasi Pada Saat Operan / Hand Overs Communication (SBAR)
 Buat Standar : Singkatan, Akronim, Simbol Yang Berlaku Di RS dan singkatan yang
dilarang

KARS
Standar SKP 2.1

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


proses pelaporan hasil pemeriksaaan
diagnostik kritis.
KEBIJAKAN PELAPORAN
HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
Proses pelaporan hasil pemeriksaan/tes dikembangkan rumah sakit untuk pengelolaan hasil kritis dari tes diagnostik untuk menyediakan pedoman bagi para praktisi untuk meminta dan menerima hasil tes pada keadaan gawat darurat.
RS mempunyai Prosedur yang meliputi
penetapan tes kritis dan ambang nilai kritis bagi setiap tipe tes,
oleh siapa dan kepada siapa hasil tes kritis harus dilaporkan
menetapkan metode monitoring yang memenuhi ketentuan (waktu)
Nilai kritis: nilai kritis laboratorium, nilai kritis radiodiagnostik, nilai kritis Patologi Anatomi, nilai kritis pemeriksaan tanda-tanda vital

Termasuk hasil EWS

Sutoto.KARS 61
CONTOH EWS (Early Warning Score)
PELAPORAN NILAI KRITIS
Tabel pelaporan nilai kritis RSUD Gunugjati 2018
JAM LAB LAPOR TTD
IDENTITAS PASIEN TGL NILAI KRITIS JAM PRWT JAM HASIL JAM VALIDASI KETERANGAN
LAPOR DIAMBIL
PETUGAS
  NAMA LAB NAMA PRWT RUANGAN PETUGAS LAB

                       
                       
                       
                       
                       
                       

LAPORAN NILAI KRITIS LAB LAPORAN KETIDAK SESUAIN NILAI KRITIS LAB DENGAN KLINIS
15 menit pertama : petugas lab lapor ke petugas ruangan 15 menit pertama : perawat lapor ke petugas lab
15 menit ke dua : perawat lapor ke DPJP 15 menit ke dua : petugas lab memutuskan kirim sampel ulang/ tidak
15 menit ke tiga : bukti fisik hasil lab diambil/ harus di print 15 menit ke tigs : hasil dilaporkan/ di print

Versi RSUD Gunungjati, bisa disesuaikan dengan regulasi RS


Standar S K P 2.2

Rumah sakit menetapkan dan


melaksanakan proses komunikasi “Serah
Terima” (hand over).
METODA HAND OVER
1.Verbal Handover
2.Bedside handover
3.Recorded Handover
4.Writenhandover
DISKUSI HAND OVER:
1. BAGAIMANA HO DOKTER JAGA IGD?
2. BAGAIMANA HO DPJP JIKA AKAN PERGI KE LUAR KOTA?
3. BAGAIMANA HO PASIEN DARI OK KE RUANGAN?
4. BAGAIMANA HO DARI PENUNJANG KE RUANGAN?
ALUR HANDOVER
DOKUMEN SERAH TERIMA ANTAR RUANGAN
DOKUMEN OPERAN PERAWAT ANTAR SHIF
PAGI SORE MALAM

Situation……………………………………………………………… Situation……………………………………………………………… Situation………………………………………………………………


……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………

Background Background Background


Dx/ Medis………………………DPJP:…………………… Dx/ Medis………………………DPJP:…………………… Dx/ Medis………………………DPJP:……………………

   

Asesmen……………………………………………………… Asesmen……………………………………………………… Asesmen………………………………………………………


Kesadaran :………………………..GCS…………………… Kesadaran :………………………..GCS…………………… Kesadaran :………………………..GCS……………………
Tanda Vital : TD =………mmHg; HR =…….. X/mnt Tanda Vital : TD =………mmHg; HR =…….. X/mnt Tanda Vital : TD =………mmHg; HR =…….. X/mnt
Suhu:……..°C; RR =…………X/mnt; Nyeri=…………. Suhu:……..°C; RR =…………X/mnt; Nyeri=…………. Suhu:……..°C; RR =…………X/mnt; Nyeri=………….
Oksigen:………L/mnt; Infus : ……………tts/ mnt; Tranfusi:…… Oksigen:………L/mnt; Infus : ……………tts/ mnt; Tranfusi:…… tts/mnt; Oksigen:………L/mnt; Infus : ……………tts/ mnt; Tranfusi:……
tts/mnt; Kateter: Y / T; NGT: Y / T Kateter: Y / T; NGT: Y / T tts/mnt; Kateter: Y / T; NGT: Y / T
Makan/minum: Makan/minum: Makan/minum:
Toileting: Toileting: Toileting:
Aktifitas/ Gerak: Aktifitas/ Gerak: Aktifitas/ Gerak:
Skore Jatuh: Skore Jatuh: Skore Jatuh:
 
 

Recomendation………………………………………….…… Recomendation………………………………………….…… Recomendation………………………………………….……


……………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………..

Pemberi Operan Penerima Operan Pemberi Operan Penerima Operan Pemberi Operan Penerima Operan
(………………………) (…………………………) (………………………) (…………………………) (………………………) (…………………………)
MENINGKATNYA KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATIONS)

Standar S KP 3

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


melaksanakan proses meningkatkan
keamanan terhadap obat-obat yang perlu
diwaspadai.
Maksud dan Tujuan S KP 3

Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas


• obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
menimbulkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin, atau
kemoterapeutik;
• obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinis tampak/kelihatan sama (look
alike), bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine
dan hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip (NORUM);
• elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih dari
2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari 3 mmol/ml,
natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat dengan
konsentrasi 20%, 40%, atau lebih.
Maksud dan Tujuan S K P 3
Ada banyak obat yang termasuk dalam kelompok NORUM. Nama-
nama yang membingungkan ini umumnya menjadi sebab terjadi
medication error di seluruh dunia. Penyebab hal ini adalah
1) pengetahuan tentang nama obat yang tidak memadai
2) ada produk baru;
3) kemasan dan label sama;
4) indikasi klinis sama;
5) bentuk, dosis, dan aturan pakai sama;
6) terjadi salah pengertian waktu memberikan perintah.
OBAT HIGH ALERT
• Obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event)
• Obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
• Obat-obat yang (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike / LASA)

Sutoto.KARS 79
NORUM & LASA
• hidralazine • hidroxyzine
• celebrex
• cerebyx
• vincristine
• vinblastine
• chlorpromazine
• chlorpropamide • glyburide
• glipizide • doxorubicine
• daunorubicine

Sutoto.KARS 80
OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPs)
1 ADRENERGIC AGONIS IV (Contoh: adrenalin)
2 ADRENERGIC ANTAGONIS IV (Contoh: Propanolol)
3 ANESTETIC AGENT GENERAL, INHALED dan IV (Misal: Propofol)
4 CARDIOPLEGIC SOLUTION
5 CHEMOTERAPIC AGENTS PARENTERAL DAN ORAL HIGH
6 DEXTROSE HIPERTONIC 20% ATAU LEBIH ALERT
7 DIALISIS SOLUTION (PERITONEAL, HEMODIALISIS)
8 OBAT EPIDURAL DAN INTRATHECAL
9 GLICOPROTEIN INHIBITOR II B/III A (Misal: Ephbatide)
10 HIPOGLIKEMIK ORAL
11 OBAT OBAT INOTROPIK IV (Misal: Digoxin, milrinone)
12 LIPOSOMAL FORM OF DRUGS (Liposomal Ampheterisine B)
13 MODERATE SEDATION AGENTS IV (Contoh : Midazolame)
14 MODERATE SEDATION AGENTS ORAL FOR CHILDREN (Contoh Chloralhydrate)
15 ANESTETIC/OPIATE IV DAN ORAL ( Termasuk cairan konsentrat, immediate and sustained released
Formulation)
16 NEUROMUSCULAR BLOCKING AGENT (Contoh: Succynil Choline)
17 RADIO CONTRAS AGENT IV
81
18 THROMBOLITIC/ FIBRINOLITIC IV (Contoh:Sutoto.KARS
Tenecteplace)
DAFTAR OBAT HIGH ALERT HIGH
ALERT
OBAT SPESIFIK
1 Amiodarone IV
2 Colcichine Injection
3 Heparin, Low moluculer weigt injection
4 Heparin Unfractionated IV
5 Insulin SC dan IV
6 Lidocaine IV
7 Magnesium SUlfat Injecion
8 Methotrxate oral non oncologic use
9 Netiride
10 Nitroprusside sodium for injection
11 Potasium Cloride for injection concentrate
12 Potasium Phospate injection
13 Sodium Chloride injection hypertonic >0.9%
14 Warfarin 82
Sutoto.KARS
Standar S K P 3.1

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


melaksanakan proses mengelola
penggunaan elektrolit konsentrat.
Look-Alike High Alert Drugs

HIGH ALERT
ELEKTROLIT KONSENTRAT
1. kalium/potasium klorida = > 2 mEq/ml
2. kalium/potasium fosfat => 3 mmol/ml
3. natrium/sodium klorida > 0.9% !
4. magnesium sulfat => 50% atau lebih pekat HIGH
ALERT

Sutoto.KARS 85
Look alike
LASA

Sutoto.KARS 89
LASA
LASA

Sutoto.KARS 90
CONTOH STIKER OBAT HIGH ALERT PADA BOTOL
INFUS

Sutoto.KARS 93
TERLAKSANANYA PROSES TEPAT-LOKASI, TEPAT-LOKASI, TEPAT-
PROSEDUR, TEPAT-PASIEN YANG MENJALANI TINDAKAN DAN PROSEDUR

Standar S KP 4
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk
melaksanakan proses memastikan Tepat- Lokasi,
Tepat-Prosedur dan Tepat-Pasien yang menjalani
tindakan dan prosedur.
Maksud dan tujuan S K P 4

Rumah sakit diminta untuk menetapkan prosedur yang


seragam sebagai berikut :
1. Beri tanda di tempat operasi
2. Dilakukan verifikasi pra-operasi
3. Melakukan Time Out sebelum insisi kulit
dimulai
4. Melakukan verifikasi pasca operasi
Maksud dan tujuan S KP 4
Salah-Lokasi, Salah-Prosedur, dan Salah-Pasien yang menjalani tindakan serta prosedur
merupakan kejadian sangat mengkhawatirkan dan dapat terjadi.
Kesalahan ini terjadi antara lain akibat
1) komunikasi yang tidak efektif dan tidak adekuat antaranggota tim;
2) tidak ada keterlibatan pasien untuk memastikan ketepatan lokasi operasi dan tidak
ada prosedur untuk verifikasi;
3) asesmen pasien tidak lengkap;
4) catatan rekam medik tidak lengkap;
5) budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antaranggota tim;
6) masalah yang terkait dengan tulisan yang tidak terbaca, tidak jelas, dan tidak
lengkap;
7) penggunaan singkatan yang tidak terstandardisasi dan dilarang.
Maksud dan tujuan S KP 4
Tujuan dari proses verifikasi pra-operasi adalah untuk:
1) memastikan ketepatan tempat, prosedur dan
pasien
2) memastikan bahwa semua dokumen yang terkait, foto
(imajing), dan hasil pemeriksaan yang relevan, diberi label
dengan benar dan tersaji
3) memastikan tersedianya peralatan medik khusus dan
atau implant yang dibutuhkan
KEBIJAKAN VERIFIKASI PRAOPERATIF :
1. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dan dipampang dg baik
3. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant 2
implant yg dibutuhkan
4. Tahap Time out :
• memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan
• dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
• melibatkan seluruh tim operasi
5. Pakai surgical safety check-list (WHO . 2009)

Sutoto.KARS 98
PANDUAN
Sebelum Induksi Anestesi:

1. Identifikasi pasien, prosedur, informed consent sudah dicek ?


2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. Pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
7. Risiko kehilangan darah >= 500ml

Sutoto.KARS 99
KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI OPERASI

1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel


struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus
terlihat sampai saat akan disayat

Sutoto.KARS 100
PENJELASAN PADA PMK 11 / 2017 TTG
KESELAMATAN PASIEN RS
BEBERAPA PROSEDUR YANG TIDAK
MEMERLUKAN PENANDAAN:

Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar)


Kasus intervensi seperti kateter jantung
Kasus yang melibatkan gigi
Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan
menyebabkan tato permanen

Sutoto.KARS 102
CONTOH PENANDAAN

Sutoto.KARS

103
Standar S K P 4.1

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan


proses Time-out yang dijalankan di kamar operasi
sebelum operasi dimulai, dilakukan untuk memastikan
Tepat-Lokasi, Tepat- Prosedur, Tepat-Pasien yang
menjalani tindakan dan prosedur.
TIME OUT

ANESTESI CIRC. NURSE


Sutoto.KARS
OPERATOR 105
PANDUAN
Sebelum Insisi Kulit (Time-out):Apakah …….

1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)


2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi incisi
3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60 menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
• Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood lost ?
• Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
• Perawat : Sterilitas , instrumen ?

5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?

Sutoto.KARS 106
PANDUAN
SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN KAMAR OPERASI

1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal, bersama dr dan


anestesi
• Nama prosedur,
• Instrumen, gas verband, jarum dihitung harus lengkap
• Speciment telah di beri label identitas
• Apa ada masalah peralatan yang harus ditangani
2. Dokter kpd perawat dan anesesi, apa yang harus diperhatikan dalam
recovery dan manajemen pasien

U T
N O
Sutoto.KARS IG 107
• Donald Church, 49 tahun, operasin tumor abdomen di University of Washington
Medical Center di Seattle pada Juni 2000.
• Bukan kejadian yang pertama terjadi di klinik itu. Empat kasus yang sama pernah
terjadi di klinik yang sama antara tahun 1997 dan 2000.
• Klinik tersebut akhirnya setuju membayar Church sebesar US $97.000 (1 miliar
rupiah) sebagai kompensasinya.
• Penyebabnya  sign out tidak dilakukan
DIKURANGINYA RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN

Standar S KP 5

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menggunakan dan


melaksanakan “evidence based hand hygiene guidelines”
untuk menurunkan risiko infeksi terkait layanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan S KP 5
• Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan sebuah tantangan di lingkungan fasilitas kesehatan.
Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan menjadi keprihatinan bagi pasien dan petugas
kesehatan. Secara umum, infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan
kesehatan, termasuk infeksi saluran kencing disebabkan oleh kateter, infeksi pembuluh/aliran darah
terkait pemasangan infus baik perifer maupun sentral, dan infeksi paru-paru terkait penggunaan
ventilator.
• Upaya terpenting menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi lainnya adalah dengan menjaga
kebersihan tangan melalui cuci tangan. Pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) tersedia dari
World Health Organization (WHO). Rumah sakit mengadopsi pedoman kebersihan tangan (hand
hygiene) dari WHO ini untuk dipublikasikan di seluruh rumah sakit. Staf diberi pelatihan bagaimana
melakukan cuci tangan dengan benar dan prosedur menggunakan sabun, disinfektan, serta handuk
sekali pakai (towel), tersedia di lokasi sesuai dengan pedoman. (lihat juga PPI 9)
Sutoto.KARS 112
DAPATKAH SEORANG PETUGAS RS YANG TIDAK
MENCUCI TANGAN SEBELUM MEMEGANG PASIEN
“MEMBUNUH PASIEN “ ?
Luka Operasi
Terinfeksi MRSA

SETIAP STAF KLINIS HARUS MENCUCI TANGAN SESUAI STANDAR


WHO, DAN MENERAPKAN FIVE MOMENT FOR HAND HYGINE
Contoh: PENGGGUNAAN JEMBATAN KELEDAI, UNTUK MEMUDAHKAN MENGINGAT
URUTAN ENAM AREA DALAM HAND-WASH/RUB
• TELAPAK TANGAN
• PUNGGUNG TANGAN TEPUNG SELACI PUPUT
• SELA- SELA JARI LAMA CUCI TANGAN:
• PUNGGUNG JARI-JARI (GERAKAN HAND RUB : 20-30 DETIK
KUNCI) HAND WASH 40-60 DETIK
• SEKELILING IBU JARI (PUTAR- PUTAR)
• KUKU DAN UJUNG JARI (PUTAR-PUTAR)
118
Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety Sutoto.KARS
PERMUKAAN YG BIASA TERKONTAMINASI MRSA
CUCI TANGAN DAN PENGGUNAAN SARUNG TANGAN

• Penggunaan sarung tangan tidak menggantikan cuci tangan.


• Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang tepat tanpa harus ada
indikasi untuk pemakaian sarung tangan.
• Lepaskan sarung tangan untuk cuci tangan, ketika indikasi   terjadi
saat mengenakan sarung tangan.
• Buang sarung tangan setelah setiap selesai tugas dan cuci tangan
karena sarung tangan dapat membawa kuman.
• Pemakaian sarung tangan hanya bila diindikasikan menurut
Standard dan Precaution contact jika tidak anda menjadi berisiko
tertular kuman.
(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)

KARS
PEMAKAIAN
SARUNG TANGAN STERIL

• Prosedur bedah
• Pemeriksaan vagina
• prosedur radiologi invasif
• melakukan akses vaskular dan prosedur (central
line)
• Menyiapkan/mencampur total parenteral
nutrition
• Menyiapkan/mecampur kemoterapi.
KARS
(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)
MENGURANGI RISIKO CEDERA KARENA PASIEN JATUH

Standar S K P 6

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


melaksanakan proses mengurangi risiko pasien
jatuh.
Maksud dan Tujuan S KP 6
Banyak cedera yang terjadi di unit rawat inap dan rawat jalan akibat pasien
jatuh. Berbagai faktor yang meningkatkan riisiko pasien jatuh antara lain:
a) kondisi pasien;
b) gangguan fungsional pasien (contoh gangguan keseimbangan,
gangguan penglihatan, atau perubahan status kognitif);
c) lokasi atau situasi lingkungan rumah sakit;
d) riwayat jatuh pasien;
e) konsumsi obat tertentu;
f) konsumsi alkohol.
Patient falls
There are three types of patient falls
1. an accidental fall: is prevented by ensuring a safe environment.
2. a physiological anticipated fall: Anticipated physiological falls
are prevented by first identifying who is likely to fall using the
MFS.
3. an unanticipated physiological fall: The first unanticipated
physiological fall cannot be predicted and, therefore, cannot be
prevented, because the staff and the patient may not realize that
the patient has the condition that precipitates the unexpected

Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2 nd Ed. Springer Publishing Company, New York. 2009.

Sutoto.KARS 124
  Intrinsik (berhubungan dengan kondisi Ekstrinsik (berhubungan dengan lingkungan)
pasien)
Dapat di antisipasi  Riwayat jatuh sebelumnya  Lantai basah/silau, ruang berantakan,
(Physiological antisipated fall)  Inkontinensia pencahayaan kurang, kabel longgar/lepas
 Gangguan kognitif/psikologis  Alas kaki tidak pas
 Gangguan keseimbangan/mobilitas  Dudukan toilet yang rendah
 Usia > 65 tahun  Kursi atau tempat tidur beroda
 Osteoporosis  Rawat inap berkepanjangan
 Status kesehatan yang buruk  Peralatan yang tidak aman
 Peralatan rusak
 Tempat tidur ditinggalkan dalam posisi
tinggi
 

Tidak dapat dii antisipasi  Kejang  Reaksi individu terhadap obat-obatan


(an unanticipated  Aritmia jantung
physiological fall)  Stroke atau Serangan Iskemik Sementara
(Transient Ischaemic Attack-TIA)
 Pingsan
 ‘Serangan jatuh’ (Drop Attack)
CONTOH:
ASESMEN RISIKO
JATUH
MORSE FALL
SCALE

Sutoto.KARS 126
SKALA RISIKO JATUH HUMPTY DUMPTY
PARAMETER KRITERIA NILAI SKOR

Usia  < 3 tahun 4


 3 – 7 tahun 3
 7 – 13 tahun 2
 ≥ 13 tahun 1

Jenis kelamin  Laki-laki 2


 Perempuan 1
Diagnosis  Diagnosis neurologi 4
 Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, pusing, 3
dsb.)
 Gangguan perilaku / psikiatri 2
 Diagnosis lainnya 1

Gangguan kognitif  Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3


 Lupa akan adanya keterbatasan 2
 Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkungan  Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat tidur dewasa 4
 Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi / perabot rumah 3
 Pasien diletakkan di tempat tidur
 Area di luar rumah sakit 2
1

Respons terhadap:  Dalam 24 jam 3


1. Pembedahan/ sedasi / anestesi  Dalam 48 jam 2
 > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi/ anestesi 1
2. Penggunaan medikamentosa
 Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin, antidepresan, pencahar, 3
diuretik, narkose
 Penggunaan salah satu obat di atas 2
 Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi 1
127
SKALA RISIKO JATUH ONTARIO MODIFIED STRATIFY - SYDNEY SCORING
Parameter Skrining Jawaban Keterangan Nilai Skor
apakah pasien datang ke rumah sakit karena jatuh?  Ya / tidak  
Riwayat jatuh jika tidak, apakah pasien mengalami jatuh dalam 2 bulan terakhir ini?   Ya/ tidak Salah satu jawaban ya = 6  
   
apakah pasien delirium? (tidak dapat membuat keputusan, pola pikir tidak   Ya/ tidak  
terorganisir, gangguan daya ingat)  
 
Status mental Salah satu jawaban ya = 14
  apakah pasien disorientasi? (salah menyebutkan waktu, tempat, atau orang)   Ya/ tidak  
   
apakah pasien mengalami agitasi? (ketakutan, gelisah, dan cemas)   Ya/ tidak

apakah pasien memakai kacamata?   Ya/ tidak  


Penglihatan apakah pasien mengeluh adanya penglihatan buram?   Ya/ tidak Salah satu jawaban ya = 1  
     
  apakah pasien mempunyai glaukoma, katarak, atau degenerasi makula?   Ya/ tidak  

apakah terdapat perubahan perilaku berkemih? (frekuensi, urgensi,   Ya/ tidak  


Kebiasaan berkemih inkontinensia, nokturia) ya = 2

mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan) 0  


 
memerlukan sedikit bantuan (1 orang) / dalam pengawasan 1 jumlahkan nilai transfer  
Transfer (dari tempat tidur ke dan mobilitas. Jika nilai
kursi dan kembali ke tempat  
memerlukan bantuan yang nyata (2 orang) 2 total 0-3, maka skor = 0.  
tidur) jika nilai total 4-6, maka  
tidak dapat duduk dengan seimbang, perlu bantuan total 3 skor = 7  
   
mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan) 0  
 
Mobilitas berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal / fisik) 1  
  menggunakan kursi roda 2  
   
  imobilisasi 3
 

 
No/low risk: < 45
– Pencegahan jatuh akibat kecelakaan
– Pastikan lingkungan aman
– Edukasi pasien dan keluarga
High risk: > 45
– Strategi proteksi dari jatuh:
• Monitoring
• Proteksi jatuh dari tempat tidur/kursi
• Proteksi dari lingkungan berbahaya
• Proteksi dari cedera
– Strategi pencegahan jatuh
• Tranfer pasien dengan aman
• Cegah kencing yang urgen
• Evaluasi kemampuan komunikasi
• Latihan /exercise keseimbangan
• Optimalisasi kondisi fisik

Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2 nd Ed. Springer Publishing Company, New York. 2009.
Sutoto.KARS 129
Contoh Langkah Pencegahan Pasien Risiko Jatuh
sedang LANGKAH Tgl/
jam
1.Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan
2.Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
3.Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur
pasien
4.Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan
dan terang
5.Pastikan lorong bebas hambatan
6.Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam
jangkauan pasien
7.Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak
aman, dan segera laporkan untuk perbaikan

Sutoto.KARS 130
CONTOH LANGKAH PENCEGAHAN PASIEN RISIKO JATUH
TINGGI
1.Pasang Bedside rel
2.Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
3.Pasang Bedside rel
4.Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
5. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang
mempengaruhi tingkat kesadaran, dan gait
6. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat
di daerah diagnostik atau terapi
7. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard / tempat
tidur, posisi bedside rel dalam keadaan terpasang
8. Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota
keluarga mengenai rencana perawatan untuk mencegah
jatuh
9. Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk
memberikan bantuan yang dibutuhkan dengan  
Sutoto.KARS
Langkah-Langkah Patient Safety
 Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS yaitu (Daud, 2007)
 Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS sebagai panduan
bagi staf Rumah Sakit (DepKes RI, 2006)
Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS yaitu (Daud,
2007)
 Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names).
 Pastikan identifikasi pasien
 Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
 Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
 Kendalikan cairan elektrolit pekat.
 Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
 Hindari salah kateter dan salah sambung slang.
 Gunakan alat injeksi sekali pakai
 Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN, Ciptakan kepemimpinan &


budaya yg terbuka & adil.
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA, Bangunlah komitmen & fokus yang kuat & jelas
tentang KP di RS Anda
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO, Kembangkan sistem & proses
pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & assesmen hal yang potensial
bermasalah
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN, Pastikan staf Anda agar dgn mudah dapat
melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS.
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN, Kembangkan cara-cara komunikasi
yg terbuka dgn pasien
6. BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TTG KP, Dorong staf anda utk melakukan analisis
akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul
7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KP, Gunakan informasi yang ada
tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan

KKP RS
Dalam konteks PATIENT SAFETY
PERAWAT :
 Jumlah tenaga kesehatan terbesar (40-60%) di RS
 Anggota tim kesehatan (inti)
 Aktifitas 24 jam di RS
 Tenaga profesi, mellaui pelayanan keperawatan mencapai
kemandirian pasien
 Pelayanan keperawatan bagian integral dari
pelayananKesehatan

Mempunyai peran kunci dalam keselamatan pasien


Peran Perawat Dalam Patient Safety

 Definisi Operasional dari :

seseoarang yang telah lulus pendidikan perawat dan


memiliki kemampuan serta kewenangan melakukan
tindakan kerpawatan berdasarkan bidang keilmuan
yang dimiliki dan memberikan pelayanan kesehatan
PERAWAT secara holistic dan professional untuk individu sehat
maupun sakit, perawat berkewajiban memenuhi
kebutuhan pasien meliputi bio-psiko-sosio dan
spiritual.
Manfaat penerapan sistem
keselamatan pasien:
1. Budaya safety meningkat dan berkembang
2. Komunikasi dengan pasien berkembang
3. Kejadian tidak diharapkan (KTD) menurun.
Peta KTD selalu ada dan terkini
4. Resiko klinis menurun
5. Keluhan dan litigasi berkurang
6. Mutu pelayanan meningkat
7. Citra RS dan kepercayaan masyarakat meningkat,diikuti
dengan kepercayaan diri.
Peran Perawat dalam
Keselamatan Pasien di RS

1. Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standar


pelayanan dan SOP yang telah ditetapkan
2. Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan
3. Memberikan pendidikan kepada pasien & keluarga tentang asuhan yang
diberikan
4. Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian
pelayanan kesehatan
5. Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarganya
6. Peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian
tidak diharapkan
7. Mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dan keluarga.
Critical Thinking
 Menurut Ebright et al. (2005), beberapa faktor yang terkait
dengan keselamatan yang mempengaruhi seseorang untuk
membuat keputusan logis dan akurat :
1. Pengetahuan
2. Perhatian
3. Hambatan untuk peduli
4. Jumlah tugas
5. Hilang informasi penting
6. Perilaku tidak mendorong produktif berfikir
Upaya-upaya yang perlu dilakukan: (1)
1. Ingat : kompetensi perawat terkait patient safety:
– Implement nosocomial infection
(Kes PG 01.003.01)
– Menciptakan dan mempertahankan perawatan
yang aman melalui jaminan kualitas
lingkungan hidup da manajemen resiko.
(Kes PG01.064.01)
– Gunakan tindakan pencegahan ( langkah
/tindakan) untuk mencegah cedera pada
pasien/klien (Kes PG 02.053.01)

2. Menetapkan standar praktik / pelayanan eperawatan


dan SOP serta memastikan penerapannya di area
praktik
Upaya-upaya yang perlu dilakukan: (2)

3. Pelayanan berorientasi costumer


4. Sistem pemberian pelayanan keperawatan di sarkes perlu
dikembangkan dengan mengoptimalkan sumber-sumber
yang ada
5. Bidang keperawatan di setiap sarkes menyusun renstra
pengembangan keperawatan yang profesional, aman, dan
kompetitif melalui inovasi-inovasi
Patient safety
The four domains of nursing leadership

Leadership Competency External Partnership


(Kemampuan Pimpinan) (kemitraan)

Nursing Leadership

Shared Leadership Culture


(Tim) (Budaya)
Kenapa ada/sering terjadi kesalahan/medical error di
RS…???

 Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta


jumlah pasien dan staf RS yang cukup besar, merupakan
hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan
Kesalahan Medis
(Medical Error)

 Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang


mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien
 
Kejadian tidak Diharapkan
(Adverse Event)

 Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak


diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission)
atau karena tidak bertindak (ommision), dan bukan karena
“underlying disease” atau kondisi pasien
Contoh :
 Ibu Nety (bukan nama sebenarnya) yang sedang dirawat di sebuah
rumah sakit ingin buang air kecil. Berulangkali ia pencet bel
memanggil perawat, namun tidak ada respon. Perlahan-lahan Julia
bangkit berdiri memaksakan diri sekalipun badannya terasa lemas.
Sambil berjalan agak sempoyongan dia menuju kamar mandi. Tetapi
belum sempat dia masuk kamar mandi keseimbangannya goyang,
kepalanya berdenyut dan akhirnya jatuh.
 Kasus di atas hanya ilustrasi. Yang jelas dua kata: patient safety
sudah masuk dalam ranah medis paling tidak satu dasawarsa
terakhir. Memang kasus kecelakaan pasien bisa terjadi di Negara
manapun. Menurut World Health Organization (WHO) Kejadian Tidak
Diharapkan dalam rumah sakit pada berbagai Negara menunjukkan
angka
3-16 persen. Angka ini bisa naik karena belum terdata dan
terlaporkan. Di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia,
angka kesalahan menangani pasien diperkirakan lebih tinggi.
 Tidak heran jika kemudian WHO menegaskan pentingnya keselamatan
pelayanan pasien. Menurut WHO “Safety is a fundamental principle of
patient care and a critical component of quality management.” (World
Alliance for Patient Safety, Forward Programme WHO, 2004)
 Patient safety sendiri merupakan proses pelayanan rumah sakit secara
lebih aman, termasuk assessment risiko, identifikasi dan manajemen
risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta penerapkan solusi
untuk meminimalisasi risiko.
  
Perawat dan Keselamatan Pasien
 Medical error menurut Ketua merupakan kesalahan dalam
proses pelayanan yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cidera pasien.
 Ruang lingkupnya mulai dari kegagalan melaksanakan

sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang


salah.
 Kesalahan juga terjadi karena berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu yang seharusnya dilakukan. “Dalam
perawatan pasien fungsi perawat menjadi sangat penting,
karena perawat bekerja 24 jam, maka tanggung jawab
terdepan dalam pengelolaan keselamatan pasien ada di
tangan perawat,”
 Patient safety dalam praktik paling sederhana dapat dilihat
dari tugas perawat. Misalnya apakah perawat sudah
memberikan obat kepada pasien yang tepat ? Apakah perawat
sudah memberikan obat sesuai dosis yang tepat ? Apakah
perawat sudah memberikan obat tepat waktu? “Perawat harus
tahu apa dampaknya jika terjadi keterlambatan pemberian
obat kepada pasien
 Kata kuncinya untuk mengeliminasi kesalahan, adalah
perawat dalam bekerja patuh SOP.
 “Dalam konsep keperawatan ada enam prinsip benar dalam

pemberian obat. Misalnya obat apa yang bias diberikan,


mengecek kebenaran nama pasien, memperhatikan dosis
obat, termasuk cara pemberian obat, itu harus dipatuhi,”
Ruang lingkup Patiet Savety
 Lingkup patient safety saat ini sudah berada dalam tataran
yang ekstrem.
“Misalnya
> Bagaimana bangunannya agar tidak
menimbulkan potensi cedera.
> Bagaimana pintunya,
> Bagaimana selasarnya,
> Babaimana lantainya agar tidak licin
mencegah cedera pada pasien,
UPAYA yang dilakukan :
 Gerakan nasional keselamatan pasien sudah disosialisasikan
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang membentuk
Komite keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) pada 1 Juni 2005.
 Kemudian gerakan patient safety ini dicanangkan Menteri Kesehatan
pada Seminar Nasional PERSI pada 21 Agustus 2005 di Jakarta.
 KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) Depkes telah menyusun
Standar KKP-RS yang menjadi salah satu Standar Akreditasi Rumah
Sakit.
KENDALA
 Dari pengamatan, selama ini respon rumah sakit, khususnya
swasta sudah sangat baik mengimplementasikan keselamatan
pasien. Hanya saja bukan berarti tidak ada kendala. Pertama,
rasio perawat terhadap pasien masih kecil. “Bagaimana
mungkin mengutamakan keselamatan pasien jika saat
berdinas sore perawat hanya dua orang, tapi pasiennya
60,misalnya.
 Kedua, saat ini belum semua perawat mempunyai standar
kompetensi sesuai ruangan lingkup tugasnya.
 Ketiga, kepatuhan perawat terhadap SOP. “perawat wajib

memegang nilai- nilai moral etik. Karena dalam nilai itu ada
kejujuran, keikhlasan dan kecermatan. Bila perawat sudah
memegang nilai moral maka ia tidak akan bertindak
sembarangan
Contoh Indikator Keselamatan Pasien
NO INDIKATOR STANDAR
1 Pasien Jtuh < o.4 %
2 Medication Error < 0.6 %
3 Dekubitus <4%
4 Plebitis < 3.5 %
5 Infeksi Luka Operasi <3.5 %
PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN EVIDENCE BASE PRACTICE
KEPERAWATAN TERHADAP PATIENT SAFETY DALAM KEPERAWATAN ANAK

• Salah satu cara untuk meningkatkan patient safety pada anak


adalah penggunaan teknologi informasi dalam keperawatan.
• Penggunaan sistem informasi pada keperawatan anak telah
terbukti efektif dalam meningkatkan keamanan pasien.
• penggunaan sistem informasi :
1. pendokumentasian asuhan keperawatan,
2. pemberian obat intravena secara terus menerus,
3. pendokumentasian grafik pertumbuhan, dan sebagai
sumber informasi yang dapat dipercaya.
• Ada 4 hal yang dapat mempengaruhi safety pada pelayanan
kesehatan yang antara lain: 1. leadership,
Mengembangkan pemahaman bahwa faktor manusia dapat
menghambat keamanan pasien, penerapan ilmu safety, dan
pemahaman terhadap dampak budaya pada keamanan pasien,
merupakan kunci yang harus dipegang oleh pemimpin suatu
organisasi kesehatan . Pemimpin hendaknya menempatkan safety
sebagai prioritas dalam organisasi
2. sistem pelaporan,
Pengumpulan data didasarkan pada analisa kasus per kasus
daripada mencari pola sistem secara luas .
3. problem solving,
melibatkan mereka dalam upaya mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan safety, menjadikan mereka
bertanggunjawab terhadap diri sendiri, teman sejawat dan
organisasi.
4. standar perilaku yang jelas.
Saling menghargai, komunikasi terbuka, dan tanggung jawab
untuk mengembangkan praktik . Kebijakan yang mendukung
konsistensi dalam praktik perlu dilakukan secara tertulis.
Manfaat sistem informasi dalam keperawatan (Malliarou & zyga,
2009):
a. Lebih banyak waktu dengan pasien dan lebih sedikit waktu di nurse
station
b. Mengurangi penggunaan kertas
c. Dokumentasi keperawatan secara automatis
d. Standar yang sama dalam perawatan (proses keperawatan)
e. Mengurangi biaya
f. Kualitas pelayanan keperawatan dapat di ukur
APLIKASI KESELAMATAN PASIEN
APLIKASI KESELAMATAN PASIEN
PENUTUP

 Pasien safety merupakan upaya dari seluruhkomponen sarana


pelayanan kesehatan. Perawat memegang peran kunci untuk
mencapainya.
1. KESADARAN ( awareness ) yang aktif dan konstan tentang adanya
potensi timbulnya kesalahan.

2. TERBUKA dan ADIL ( open and fair ),artinya berbagi informasi


secara terbuka dan bebas,perlakuan yang adil terhadap staf waktu
terjadi insiden ( just culture )

3. PENDEKATAN SISTEM ( systems approach ) terhadap


keselamatn,artinya semua insiden juga dikaitkan dengan sistem
ditempat individu tsb. bekerja.
 Patient Safety merupakan langkah strategis :
- Pelayanan aman  Quality (Safety Beyond Quality)
 Patient Safety suatu perubahan budaya :
- Safety Culture
- Blame-Free Culture
- Reporting Culture
- Learning Culture
 Patient Safety diperlukan:
- Komitmen setiap individu
Menyalahkan

Memperbaiki
REFERENSI
 Hasting G. 2006. Service Redesign: Eight steps to better patient safety. Health Service
 Journal.http://www.goodmanagement-hsj.co.uk/patientsafety
 Departemen Kesehatan R.I(2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit. utamakan
keselamatan pasien. Bakit Husada
 Depertemen Kesehatan R.I (2006). Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. (konsep dasar dan
prinsip). Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta.
 Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan.
 Kozier, B. Erb, G. & Blais, K. (1997) Professional nursing practice concept, and prespective . California:
Addison Wesley Logman, Inc.
 Lestari, Trisasi. Konteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk
Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3
 Nursalam, (2002). Manajemen keperawatan. aplikasi dalam praktik keperawatan profesional . Salemba
Medika. Jakarta.
 PERSI – KARS, KKP-RS. (2006). Membangun budaya keselamatan pasien rumah sakit. Lokakarya
program KP-RS. 17 Nopember 2006
TERIMA KASIH
APAKAH ADA PERTANYAAN ?????

Anda mungkin juga menyukai