Anda di halaman 1dari 16

PEMETAAN KETERAMPILAN LAB MENGGUNAKAN ASSESSMENT

PERFORMANCE GURU KIMIA SE-INDONESIA PADA PROGRAM (MADRASAH


EDUCATION QUALITY REFORM) MEQR
BAB I

1. LATAR BELAKANG

Keberhasilan pendidikan di madrasah sangat bergantung pada guru madrasah. (Oktaviani


2022). Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2018
Tentang Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru, Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi yang dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan untuk meningkatkan profesionalismenya (Holiah 2022).

Kegiatan laboratorium memiliki peran yang sangat signifikan dalam beberapa aspek
pembelajaran, termasuk membangun pemahaman konsep, verifikasi kebenaran konsep,
menumbuhkan keterampilan proses, mempengaruhi aspek afektif peserta didik, meningkatkan
motivasi dan minat terhadap pelajaran, serta melatih kemampuan psikomotorik (Chusni and
Hasanah 2018)

Berbicara tentang kemampuan laboratorium dasar adalah penting dalam pengembangan


keprofesian berkelanjutan. Kemampuan dasar ini meliputi kemampuan siswa untuk
memahami berbagai alat dan kegunaannya, bahan dan manfaatnya, dan keamanan di
laboratorium.(Zuhaida and Imaduddin 2019). Tujuan dari pembelajaran kimia adalah untuk
membangun pemahaman tentang konsep dan fakta kimia, kemampuan untuk menemukan dan
memecahkan masalah, keterampilan dan kemampuan untuk menggunakan laboratorium, dan
sikap ilmiah yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. (Maknun 2016).

Kemampuan laboratorium guru kimia dan calon guru kimia dalam pembelajaran kimia
tidak hanya mendorong pemahaman konsep, tetapi juga memungkinkan pembuktian konsep
melalui kegiatan eksperimen. Dengan demikian, sikap ilmiah siswa dan pengalaman belajar di
bidang kimia saling mempengaruhi. Namun penelitian yang mengkaji sikap sains dan
pengalaman belajar peserta didik guru kimia masih terbatas dan cenderung terfokus pada
kinerja kognitif (Siwa and Muderawan 2013). Selain itu, keterampilan calon guru kimia masih
sangat jarang diukur dari segi sikap ilmiah dan pengalaman belajarnya Mampu melakukan
percobaan kimia (Wahyudiati 2021). Biasanya dimulai dengan gerakan dan pembelajaran
berbasis aktivitas percobaan kimia di laboratorium dan latihan percobaan yang menghasilkan
ahli kimia hari ini biasanya lahir dari rahim pendidikan formal belajar kimia sendiri
terstruktur dan berkesinambungan dari tingkat sekolah dari tingkat SMA hingga universitas.
(Mu’awanah 2011)Integrasi yang tinggi dari program simulasi memungkinkan calon guru
kimia melakukan Eksperimen di laboratorium tanpa instruksi, lebih lanjut menguasai teori di
balik eksperimen mampu mengubungkan eksperimen ke eksperimen sebelumnya
Memberikan pengetahuan dan meminimalkan miskonsepsi (Kurniawati 2017). 

Assesment merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran karena faktor
pengukuran dan penilaian memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran
(Suharsimi, 2013). Asesmen biasanya digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam
berdiskusi, memecahkan masalah, menggunakan alat laboratorium dan kegiatan lain yang
dapat diamati (Darmawan, 2012). Menurut Firman, untuk menilai aspek psikomotor berupa
tindakan siswa, maka penilaian yang cocok digunakan yaitu penilaian kinerja (Farida, 2017).
Assessment performance adalah jenis penilaian yang meminta siswa untuk
mendemonstrasikan kinerja yang menunjukkan keterampilan penting dan pengetahuan
penting untuk menyelesaikan tugas tertentu (Firman, 2013). Penyelesaian suatu tugas atau
pekerjaan tidak lepas dari penggunaan teknologi (Sari S, 2018). Kemudahan yang diberikan
oleh kemajuan teknologi dan informasi dapat dimanfaatkan untuk mempermudah proses
pembelajaran (Sari S A. R., 2017). Pelaksanaan asesmen ini merupakan langkah awal untuk
menentukan baseline kompetensi pedagogik dan profesional guru. Hasil pemetaan tersebut
selanjutnya menjadi acuan pelaksanaan PKB guru Kimia dalam wadah MGMP guru Kimia di
tingkat Kabupaten atau Kota.

Rubrik penilaian kinerja memfasilitasi penilaian autentik, kesesuaian tujuan, sasaran,


metode dan instrumen penilaian keterampilan dan produk. Peserta didik yang dinilai melalui
rubrik penilaian kinerja diberi tugas, dan kemudian mereka melakukan keterampilan yang
diinginkan yang diamati dan dicatat oleh penilai atau melalui penilaian diri menggunakan
rubrik penilaian kinerja (I B N Sudria, 2020).

Sebagai alternatif untuk tes kertas dan pensil standar, Assessment performance (PA)
dianggap sebagai instrumen yang valid saat menilai keterampilan sains siswa (Shavelson,
1991). Di Assessment performance, siswa melakukan eksperimen kecil dengan berinteraksi
dengan materi nyata. Eksperimen kecil di PA biasanya diatur menurut langkah-langkah
berbeda dari siklus empiris yang meliputi: (1) merumuskan pertanyaan penelitian, (2)
merancang eksperimen, (3) merumuskan hipotesis, (4) mengukur dan mencatat data, (5)
menganalisis data, (6) merumuskan kesimpulan, dan (7) mengevaluasi. Sebagaimana diakui
secara umum, para ilmuwan tidak mengikuti langkah-langkah ini secara linier selama
penelitian yang sebenarnya (Council, 2012). Namun, langkah-langkah tersebut memberikan
struktur yang dapat dikenali oleh siswa yang sangat penting bagi siswa di pendidikan dasar
yang memiliki sedikit pengalaman dengan inkuiri ilmiah (Donovan, 1999). Oleh karena itu,
langkah-langkah yang berbeda memberikan kerangka kerja yang sesuai untuk evaluasi
sistematis (formatif) keterampilan sains siswa.

Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan bahwa pemahaman yang mendalam tentang


karakteristik peserta didik merupakan faktor penting dalam mengelola pembelajaran. Guru
yang memahami kebutuhan, minat, kemampuan, dan gaya belajar siswa dapat merancang
pengalaman pembelajaran yang lebih relevan, menarik, dan efektif. Dengan pemahaman yang
baik, guru dapat menyusun strategi pembelajaran yang sesuai dan menyesuaikan pendekatan
instruksional dengan kebutuhan individu siswa. Ini juga berlaku untuk kegiatan praktikum
(Iskandar 2020). Guru yang menjalankan praktikum harus dapat mengelola laboratorium
dengan baik (Sulistiyani, Rosidin, and Maulina 2015) Pendahuluan ini merujuk pada
penelitian yang dilakukan oleh (Irawan 2018), yang mengeksplorasi keterampilan
laboratorium dalam konteks kegiatan praktik pembuatan larutan dan titrasi asam-basa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis keterampilan siswa dalam
menjalankan praktikum tersebut. Pada kegiatan menyiapkan praktikum, aspek menyiapkan
alat dan bahan kimia memiliki persentase tertinggi yaitu 82% dan aspek membersihkan alat-
alat kimia memiliki persentase terendah yaitu 56%.
Menurut penelitian yang sudah dilakukan (National Research Council: 2014) berpendapat
bahwa penilaian selain yang saat ini digunakan harus dilaksanakan di ruang kelas untuk
mencerminkan visi pendidikan sains kontemporer. Aspek penting dari penilaian adalah bahwa
mereka harus "..cukup spesifik agar berguna untuk membantu guru memahami rentang
tanggapan siswa dan menyediakan alat untuk membantu guru memutuskan langkah
selanjutnya dalam pengajaran" (NRC, 2014). Secara umum, dalam praktik kelas sehari-hari,
guru akan menghabiskan sebagian besar waktu dan upaya mereka untuk penilaian sumatif
daripada menilai kemajuan siswa secara formatif (Black et al. 2004; Black dan Wiliam 2003).
Bahkan jika mereka menerapkan penilaian formatif, ini umumnya tidak ditujukan untuk
meningkatkan pengajaran atau proses pembelajaran siswa tetapi terutama untuk menentukan
tingkat pencapaian (Harlen 1999, p. 137).

Tujuan penelitian ini yaitu memetakan keterampilan Lab para guru kimia dengan
assessment performance guru se Indonesia pada program MEQR. Kemudian Urgensi
pemetaan keterampilan lab para guru untuk menunjang keterlaksanaan kegiatan praktikum
oleh siswa. Manfaat keterampilan praktikum kimia oleh guru sehingga praktik Kimia di
laboratorium meningkatkan pemahaman konsep dan logika kognitif siswa serta keterampilan
teknis seperti penelitian, pengolahan, pengumpulan dan analisis data, interpretasi penelitian,
pemecahan masalah, kerja tim, desain eksperimen , keterampilan komunikasi, dan banyak lagi
(Kurniawati 2017). Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan pemetaan keterampilan lab
menggunakan assessment performance guru sains se indonesia pada program (Madrasah
Education Quality Reform) MEQR.

1.1 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana meningkatkan dan mengembangkan keterampilan Lab Para Guru kimia


dengan menggunakan Assessment Performance Se-Indonesia pada Program MEQR.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi dan menganalisis berbagai faktor yang berpengaruh pada


peningkatan kualitas keterampilan lab Guru kimia;
2) Merancang dan mengembangkan model peningkatan kompetensi lab dengan
menggunakan performance assesmen lab
3) Menghasilkan program pembelajaran dan buku model peningkatan kompetensi lab
guru kimia

1.3 Manfaat Penelitian


1) Mengetahui berbagai faktor yang berpengaruh pada peningkatan kualitas
keterampilan lab Guru;
2) Merancang dan mengembangkan model peningkatan kompetensi lab dengan
menggunakan performance assesmen lab
3) Menghasilkan program pembelajaran dan buku model peningkatan kompetensi lab
Guru

2. KONSEP ATAU TEORI RELAVAN


2.1 Program MEQR Guru Kimia dan calon guru di LPTK di Riau
MEQR merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata
kelola penyelengaraan pendidikan dasar dan menengah di Kementerian Agama
(Kemenag). Salah satu projek MEQR memiliki posisi strategis dalam PKB
(Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan) guru dengan pola yang sistematis
memungkinkan untuk dilakukan standarisasi pola sehingga MGMP sebagai media
PKB terpola dengan baik. Kurikulum PKB yang telah disusun memudahkan para
fasilitator untuk melakukan esiminasi. Praktik baik penulis sebagai Fasilitator Provinsi
sangat terbantu saat membimtek Fasilitator daerah (Holiah 2022). Mencermati
pentingnya kompetensi guru (Fitria et al., 2019), maka peningkatan kompetensi guru
adalah tindakan strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu pilar
pembangunan pendidikan nasional, mendorong pengembangan kapasitas guru ini
(Syafaruddin et al., 2016).
Selanjutnya Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah salah
satu elemen penting yang menentukan profesionalitas pendidik. Selain itu, lingkungan
pendidikan calon pendidik harus dirancang sebaik mungkin untuk mencetak pendidik
yang kompeten dan siap pakai (Zubaidah, 2016). Oleh karena itu, LPTK harus
menyelenggarakan pendidikan prajabatan dan dalam jabatan bagi calon guru, di mana
kompetensi lulusan harus sesuai dengan lingkungan dan tuntutan sekolah. Menurut
Mardhiah (2021), pengembangan profesional adalah proses di mana guru mengkaji,
membaharui, dan meningkatkan komitmen mereka sebagai pelaku perubahan terhadap
tujuan pengajaran.

2.2 Keterampilan Lab dalam Pembelajaran Kimia

Keterampilan laboratorium digunakan untuk meningkatkan kemampuan


pemecahan masalah siswa. Dalam mengajar konsep kimia, kegiatan praktikum sangat
efektif karena membantu siswa mencari data yang benar dari hasil percobaan dan
menyelesaikan masalah secara mandiri (Parahita et al., 2018). Keterampilan
Laboratorium adalah keterampilan peserta didik dalam menggunakan alat-alat ukur,
alat peraga, alat hitung dan keterampilan melakukan investigasi hingga keterampilan
dalam kegiatan akhir praktikum untuk meningkatkan pengalaman nyata di
laboratorium yang dapat menunjang pembelajaran di kelas. Keterampilan siswa dapat
dikembangkan dengan baik melalui kegiatan praktikum (Setyaningsih & Harjiti,
2013).
Praktikum di laboratorium dapat membantu pemahaman tentang reaksi kimia
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu, metode praktikum dapat
digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains. Kegiatan laboratorium
kimia yang didesain ulang mencakup topik-topik seperti sifat koligatif larutan;
kesetimbangan kimia pada kelarutan; titrasi asam-basa; produk kelarutan; dan sel volta
(Imaduddin & Hidayah, 2019).Dengan menggunakan metode praktikum, calon guru
mendorong siswa mereka untuk menemukan sendiri jawaban atas masalah yang
mereka hadapi, yang membuat pembelajaran lebih bermakna(Khery et al., 2019).

2.3 Performance Assesmen


Performance assessment memungkinkan peserta didik menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam tugas nyata (Stretcher, 2020).
Dengan menggunakan performance assessment pendidik mendapatkan gambaran
secara lengkap tentang apa yang peserta didik ketahui dan lakukan (Oberg, 2012).
Omidi, Sridhar, dan Azizmalayeri berpendapat bahwa penggunaan performance
assessment di dalam kelas membuat pembelajaran menjadi lebih aktif dan peserta
didik lebih termotivasi terhadap materi ajar (Omidi, Y.N, & Azizmalayeri, 2012).
Performance Assessment diharapkan dapat memberikan gambaran kemampuan
peserta didik secara utuh. Keberhasilan pelaksanaan performance assessment
berhubungan erat dengan perancangan penilaian yang baik. Pendidik dapat
mengembangkan performance assessment (Sudria, 2007).

Assessment performance umumnya terdiri dari tiga komponen: tugas,


permintaan respon, dan sistem penilaian (Shavelson R. J.-F.-P., 1998). Assessment
performance dapat dianggap sebagai tes pada topik tertentu yang berisi sekumpulan
item. Karakteristik utama dari apa yang mendefinisikan Assessment performance
adalah bahwa itu adalah tugas yang kompleks Res Sci Educ diatur dalam konteks yang
mencerminkan pengalaman kehidupan nyata dan di mana keterampilan dan
pengetahuan yang berbeda saling berhubungan (Davey, 2015). Permintaan respons
mungkin bersifat verbal yang membutuhkan tindakan observasi untuk menilainya
dengan benar. Itu juga dapat ditulis, misalnya, melalui lembar kerja atau buku catatan.
Untuk pengukuran keterampilan yang terlibat dalam penyelidikan ilmiah, laporan
ilmiah dapat dianggap sebagai cerminan valid dari penelitian otentik karena para
ilmuwan menggunakan laporan untuk mengkomunikasikan temuan mereka. Sifat dari
sistem penilaian tergantung pada jenis tugas yang digunakan. Misalnya, untuk tugas-
tugas di mana siswa menggunakan lembar kerja untuk mencatat hasil dan menuliskan
jawaban atas pertanyaan, rubrik penilaian dapat digunakan untuk menilai tanggapan
siswa.

Saat mengembangkan Assessment performance untuk penilaian sumatif,


strukturnya juga harus memberikan kesempatan untuk menggunakannya untuk
penilaian formatif di kelas. Akibatnya, gambaran yang lebih halus tentang
keterampilan yang diperoleh siswa dapat diperoleh dan digunakan oleh guru untuk
mendapatkan informasi tentang pembelajaran siswa (Pellegrino, 2012). Oleh karena
itu, dalam penelitian ini, kegunaan dari informasi yang lebih spesifik yang dapat
diperoleh dengan menyusun Assessment performance menurut langkah-langkah yang
berbeda dari siklus empiris dibahas. Selain itu, cara Assessment performance disusun
dan diberi skor menciptakan peluang untuk memantau kemajuan belajar siswa.
Informasi diagnostik ini tidak hanya penting bagi guru untuk meningkatkan
pengajaran mereka tetapi juga untuk memberikan umpan balik yang memadai kepada
siswa (individu). Akibatnya, penelitian ini dapat menambah pemahaman tentang
penggunaan penilaian kinerja sebagai alat untuk menilai siswa secara formatif di kelas
sains.

2.4 Roadmap Penelitian


Berdasarkan hasil analisis penelitian pembelajaran IPA di SMP, SMA dan
LPTK (Pend Kimia), maka dapat dibuat suatu peta jalan sebagai berikut:

Tahun 2025
Bahan Asesesment
Tahun 2025 Performance
Lembar Penlialain)
Uji Coba Lapangan,
Analisis & Revisi Penjajakan
Penyem purnaan Kerjasama untuk
Produk, Disem inasi Penerbitan Buku
pada Pertem uan M onev Jaminan
Ilm iah dan Kualitas
Tahun 2024 Publikasi pada
Jurnal Nasional
tahap analisis, Terakreditasi/
Perancangan Produk & Internasional
Uji Validitas dan
Reliabilitas Instrumen,
Pengembangan Produk
Awal, Uji Coba Terbatas,
Analisis dan Revisi,
Prototype Presentasi
Hasil pada Pertemuan

2.5 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan


1. Menurut penelitian (Candra and Hidayati 2020) dengan judul “penerapan praktikum
dalam meningkatkan keterampilan proses dan kerja peserta didik di laboratorium ipa”
Pendahuluan ini menyatakan bahwa penerapan praktikum di sekolah penting
dilakukan untuk meningkatkan keterampilan proses dan keterampilan kerja siswa di
laboratorium. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) untuk mengetahui
pengaruh penerapan praktikum dalam meningkatkan keterampilan siswa, 2) untuk
mengetahui pengaruh penerapan praktikum dalam meningkatkan keterampilan siswa,
3) kendala pekerjaan yang dihadapi dalam melaksanakan praktikum.
2. Menurut Penelitian oleh (Triantoa, Hartono, and Akhlis 2019) dengan judul
“pemanfaatan youtube untuk pembelajaran fisika dalam meningkatkan pemahaman
konsep dan keterampilan laboratorium siswa” menyatakan bahwa kurangnya
keterampilan laboratorium siswa, sehingga dalam pembelajaran mereka tidak dapat
mencapai tujuan belajar dengan maksimal. Tujuan penelitian adalah pembuatan media
Youtube Channel “Laboratorium Fisika” berbasis guieded inquiry untuk
meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan laboratorium siswa.
3. Penelitian menurut (Putri, Rosidin, and Distrik 2020) dengan judul “pengaruh
penerapan performance assessment dengan model pjbl terhadap keterampilan berpikir
kritis dan kreatif siswa sma” menyatakan bahwa Pembelajaran yang berlangsung saat
ini belum sesuai dengan tuntutan pada abad ke- 21 yaitu siswa dituntut untuk memiliki
keterampilan berpikir kritis dan berpikir kreatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penerapan Instrumen Performance Assessment dengan model
pjbl terhadap keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.
4. Penelitian oleh (Utari and Prisheilla 2022) dengan judul "meta-analisis media
pembelajaran kimia berbasis crocodile chemistry terhadap peningkatan minat dan hasil
belajar peserta didik " Media pembelajaran dapat membantu siswa mempelajari materi
kimia dengan contoh kehidupan nyata, seperti di dalam ruangan laboratorium. Ini juga
dapat mengubah cara pemikiran siswa tentang hal-hal yang mungkin tidak mereka
minati atau ingin mereka pelajari lebih banyak kimia.
5. Menurut penelitian (Fajrina, Nulhakim, and Taufik 2022) dengan judul
“pengembangan instrumen performance assessmentpraktikum untuk mengukur
keterampilan proses sains (kps) siswa smp kelas viii pada tema makananku
kesehatanku” menyatakan bahwa performance assessmentpraktikum merupakan
bagian penting dalam proses penilaian. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tingkat kevalidan instrumen yang telah dikembangkan.
6. Penelitian (Ristanti 2023) dengan judul " digitalisasi perencanaan pendidikan islam di
madrasah" menjelaskan diperlukannya manajemen baru dan memiliki keterlibatan
dalam mengisi industri 4.0, terutama dari perspektif nilai yang dibangun karena
industri 4.0 tidak selalu berarti tanpa masalah.
7. Penelitian oleh (Ataullayev 2022) dengan judul “the role of virtual and non-standard
laboratory experiences in the development of student’s independent work skills”
menyatakan bahwa perkirakan bahwa tugas-tugas seperti memperkuat topik yang
dipelajari dan menarik kesimpulan independen dari hasil eksperimen dapat dikuasai
dalam waktu singkat. Ini juga menyoroti pentingnya eksperimen laboratorium non-
standar dengan zat yang digunakan dalam kehidupan dalam mengembangkan
kemampuan siswa.
8. Penelitian oleh (Sugrah et al. 2019) dengan judul “assessment of processes and
resources for knowledge of skills of a chemistry laboratory at the senior high school of
ternate island” menyatakan bahwa Proses pembelajaran keterampilan kimia siswa di
laboratorium diwujudkan dalam kegiatan praktikum. Namun tidak semua SMA di
Ternate memiliki porsi yang sama dalam penyelenggaraan laboratorium bagi
siswanya. Keterbatasan fasilitas dan sumber daya ini dapat mempengaruhi keputusan
untuk memindahkan kegiatan pembelajaran kimia dari laboratorium ke dalam kelas.
Kendala tersebut membuat proses dan penilaian keterampilan laboratorium siswa tidak
memiliki prestasi belajar yang sama di tingkat SMA.
9. Penelitian menurut (Kelley 2021) dengan judul “lab theory, hlab pedagogy, and
review of laboratory learning in chemistry during the covid-19 pandemic” menyatakan
bahwa Peran dan kemanjuran laboratorium dalam pendidikan kimia baru-baru ini
menjadi subjek diskusi baru karena para peneliti dipanggil untuk menjawab
pertanyaan apakah pendidikan laboratorium memenuhi harapan.
10. Penelitian (Aeni, Saptorini, and Supardi 2017) dengan judul "keefektifan
pembelajaran praktikum berbasis guidedinquiry terhadap keterampilan laboratorium
siswa" menyatakan Pembelajaran dengan praktikum berbasis guided-inquiry
mendorong siswa untuk terlibat secara langsung dalam eksperimen dan aktivitas
praktis di laboratorium. Dalam proses ini, siswa didorong untuk mengamati,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan sendiri melalui
penemuan dan eksplorasi mandiri. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir
kritis, kreatif, dan logis dalam memecahkan permasalahan kimia yang dihadapi..
Dari Kajian yang relevan di atas dapat kita lihat ada berbagai keterampilan lab dalam
praktikum yang dilakukan dengan menggunakan performance assessment pada
program (madrasah education quality reform) MEQR masih minim sehingga menurut
penulis program ini sesuai dengan perencanaan proposal ini.
11. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
11.1 Jenis dan Subjek Penilitian
Penelitian ini dilakukan di jakarta pada program nasional Guru Kimia MEQR
dan merupakan penelitian pengembangan atau penelitian dan pengembangan. Uji
coba secara mendalam melibatkan 3 universitas LPTK di riau yang memeilki program
studi pendidikan kimia. Instrument berupa performance assessment, Wawancara,
observasi, dokumentasi, dan angket adalah metode pengumpulan data penlitian. Ada
dua jenis data: kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan dilakukan atas persetujuan
responden dan dilakukan secara bertahap.

11.2 Desain dan Prosedur Penelitian


Kajian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development)
menggunakan desain survey (survey design) dan kuasi eksperimen (Cresswell, 2005,
Borg & Gall, 2005).

INPUT
Tahun 2024 Tahun 2025
Dok. Kurikulum
2013 dan
Kurikulum
Merdeka Tahap Analisis
mengajar Analisis Uji Coba
Kesesuaian Lapangan
Analisis (Eks 2)
Dok. Kegiatan Kebutuhan Analisis &
labKimia Revisi Bahan
Asesesment
Perancangan Performance
Produk & Uji Lembar
Validitas dan Penlialain)
Draft Dok. Reliabilitas Penyempurna
KBKkimia Instrumen an Produk
Berbasis KKNI

Pengembangan
Produk Awal
Data Profil
Lulusan PMIPA pada Kerjasama
Uji Coba Pertemuan untuk
LPTK di Riau
Terbatas (Eks1) Ilmiah dan Penerbitan
Analisis dan Publikasi pada Buku
Revisi Jurnal
Nasional
Data Profil Prototype Terakreditasi/
Akademik Internasional
LPTK di di Riau Monev
(UIN , UNRI, Presentasi Hasil Jaminan
UIR) pada Pertemuan Kualitas
Ilmiah

Penelitian dilaksanakan 2 tahun , tahun I difokuskan pada: (1) Analisis kebutuhan,


desain dan perancangan (2) Pengembangan model peningkatan kompetensi, validasi
dan uji coba; Pada tahun II: implementasi dan evaluasi.
Tahapan dalam penelitian pengembangan ini menggunakan ADDIE Models
ADDIE Models (Anderson& Krathwohl, 2001; Dick and Carey, 2005 ; Gagne et al.
2005). Indikator kualitas lulusan LPTK dikembangkan dari KKNI dan modifikasi
instrument performance assesmen berupa Kebersihan, Ketelitian, Kerjasama,
Keseriusan, adapun kegiatan yang dilakukan seperti Persiapan alat, Preparasi bahan
kimia, Melarutkan, Mereaksikan/ mencampurkan bahan pereaksi, Penguapan, Filtrasi,
Melakukan rekristalisasi, Menghitung Rendemen, Persiapan alat , Preparasi bahan
kimia, Membuat larutan, Mereaksikan/ mencampurkan bahan pereaksi, Refluks,
Filtrasi, Melakukan rekristalisasi, Menghitung Rendemen, dan Titrasi. Pengujian
validitas dengan korelasi Pearson Product Moment (koefisien korelasi > 0.30) dan
reliabilitas menggunakan split half dengan nilai alpha Cronbach > 0.7 (Pallant, 2001).
Prosedur penelitian dan instrumen yang digunakan dapat dijelaskan sebagai
berikut
1. Tahun 2024.
Tahap analisis dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian 1 dilaksanakan
dengan metode Survey Cross Sectional, instrument yang digunakan berupa
kuesioner, wawancara, lembar observasi dan dokumentasi. Untuk mengetahui
keterkaitan antar variabel yang diteliti digunakan analisis SEM. Jumlah sampel
minimal 75 orang mahasiswa MIPA LPTK di Provinsi Riau (UNRI, UIR, dan
UIN). Hasil analisis selanjutnya dijadikan dasar untuk merancang dan
mengembangkan produk program pembelajaran (Bahan ajar, buku kerja
mahasiswa, rancangan media, dan evaluasi).

2. Tahun 2025
Tahun ke dua merupakan tahapan uji coba lapangan (eksperimen 2) dengan
dengan melibatkan guru kimia Se-indonesia dalam program MEQR. Hasil analisis
akan digunakan untuk revisi produk dan akan program pembelajaran yang
dikembangkan siap dimplementasikan dan pengiriman artikel untuk publikasi
pada jurnal nasional/internasional terakreditasi

11.3 Instrumen Penilitian


Instrumen kuantitatif terdiri dari lembar observasi dan pedoman penilaian
kinerja (self-assessment guidelines). Aspek yang terdapat dalam penelitian
pengembangan ini meliputi catatan perilaku mahasiswa yang meliputi Kebersihan,
Ketelitian, Kerjasama, Keseriusan dalam pelaksanaan praktikum.
Dalam penilaian kinerja terdapat indicator dan aspek yang di nilai dan dapat di
lihat pada tabel di bawah ini

Indikator Aspek Penilaian Kinerja Skor


0 1 2 3
Mahasiswa dapat Alat yang disiapkan dicuci bersih semuanya dengan benar
menyiapkan alat Alat yang diambil dikeringkan dengan baik
yang tepat
sebelum
eksperimen
Mahasiswa Bahan yang diambil telah benar
mengambil bahan Bahan yang diambil sesuai dengan kebutuhan
(zat kimia) yang
tepat
Mahasiswa Menimbang bahan menggunakan alat yang benar
menimbangnya Memulai menimbang dari Nol
bahan dengan Menutup kaca saat membaca skala penimbangan
baik Menimbang massa dengan akurat (4 angka dibelakang koma)
Membersihkan Neraca setelah penimbangan
Mahasiswa dapat Mahasiswa melarutkan zat dalam wadah yang tepat
melarutkan Membilas wadah berisikan zat dengan benar
dengan benar Mengaduk larutan dengan benar
Menuang Larutan dengan benar
Mahasiswa dapat Mereaksikan/ mencampurkan bahan pereaksi dengan benar
mereaksikan/
mencampurkan
bahan pereaksi
dengan benar
Mahasiswa dapat Menggunakan pemanas dengan benar
melakukan proses Melakukan pengadukan selama penguapan dengan benar
penguapan dalam Menghentikan penguapan pada saat yang benar
sintesis dengan
benar
Mahasiswa Melipat kertas saring dengan benar
melakukan Mengambil alat-alat yang tepat untuk digunakan
kegiatan filtrasi Tidak mengaduk sampel yang difiltrasi
dengan benar
Mahasiswa Mengambil alat-alat yang tepat untuk digunakan
melakukan Melakukan rekristalisasi dengan benar
kegiatan
rekristalisasi
dengan benar
Mahasiswa dapat Menimbang rendemen dengan benar
menimbang dan Menghitung rendemen dengan benar
menghitung
rendemen dengan
benar

Skor Total Maksimum


Indikator Aspek Penilaian Kinerja
Tidak
Mahasiswa dapat Alat yang disiapkan telah benar
menyiapkan alat
yang tepat
sebelum
eksperimen
Alat yang diambil ukurannya telah sesuai dengan kebutuhan
Mahasiswa Bahan yang diambil telah benar
mengambil bahan
(zat kimia) yang
tepat
Bahan yang diambil sesuai dengan kebutuhan
Mahasiswa Menimbang bahan menggunakan alat yang benar
menimbangnya
bahan dengan
baik
Memulai menimbang dari Nol
Menutup kaca saat membaca skala penimbangan
Menimbang massa dengan akurat (4 angka dibelakang koma)
Membersihkan Neraca setelah penimbangan
Mahasiswa dapat Mahasiswa melarutkan zat dalam wadah yang tepat
membuat larutan
dengan benar
Membilas wadah berisikan zat minimal 3x
Mengaduk larutan dengan benar
Menuang Larutan dengan benar
Mahasiswa dapat Mereaksikan/ mencampurkan bahan pereaksi dengan benar
mereaksikan/
mencampurkan
bahan pereaksi
dengan benar
Mahasiswa dapat Mendesain alat dengan benar
melakukan
refluks dalam
sintesis dengan
benar
Melakukan refluks dengan benar
Menghentikan refluks pada saat yang benar
Mahasiswa Melipat kertas saring dengan benar
melakukan
kegiatan filtrasi
dengan benar
Mengambil alat-alat yang tepat untuk digunakan
Tidak mengaduk sampel yang difiltrasi
Mahasiswa Mengambil alat-alat yang tepat untuk digunakan
melakukan
kegiatan
rekristalisasi
dengan benar
Melakukan rekristalisasi dengan benar
Mahasiswa dapat Menimbang rendemen dengan benar
menimbang dan
menghitung
rendemen dengan
benar
Menghitung rendemen dengan benar
Mahasiswa dapat Mendesain alat dengan benar
melakukan titrasi
dengan benar
Melakukan titrasi dengan benar
Menghentikan titrasi pada saat yang benar
Membaca skala dengan benar

REFERENCES

Candra, R., & Hidayati, D. (2020). Penerapan Praktikum dalam Meningkatkan Keterampilan
Proses dan Kerja Peserta Didik di Laboratorium IPA. EDUGAMA: Jurnal Kependidikan dan
Sosial Keagamaan, 6(1). 26-37.
Council, N. R. (2012). A framework for K-12 science education: practices, crosscutting
concepts, and core ideas. Washington, DC: National Academies Press.

Darmawan. (2012). Teknologi pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Davey, T. F. (2015). Psychometric considerations for the next generation of performance


assessment. , DC: . Washington, DC: Center for K-12 Assessment & Performance
Management, Educational Testing Service.

Donovan, M. S. (1999). How people learn: bridging research and practice. Washington, DC:
National Academies Press.

Fajrina, S., Nulhakim, L., & Taufik, A. N. (2022). Pengembangan Instrumen Performance
AssessmentPraktikum untuk Mengukur Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa SMP Kelas
VIII pada Tema Makananku Kesehatanku. PENDIPA Journal of Science Education, 6(1).
105-112.
Farida. (2017). Evaluasi Pembelajaran (Penilaian proses dan hasil belajar IPA). Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Firman, H. (2013). Penelitian pendidikan kimia. Bandung: Jurusan pendidikan kimia FMIPA
UPI.

Fitria, H., Kristiawan, M., & Rahmat, N. (2019). Upaya meningkatkan kompetensi guru
melalui pelatihan penelitian tindakan kelas. Abdimas Unwahas, 4(1).

Holiah, Iis. 2022. “Penguatan Kompetensi Guru Melalui Pengembangan Keprofesian


Berkelanjutan.” Eduvis 7(1):84–96.

I B N Sudria, I. W. (2020). Self-assessment of chemistry laboratory basic skills using


performance scoring rubrics at the chemistry teacher training. IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering.

Imaduddin, M., & Hidayah, F. F. (2019). Redesigning Laboratories for Pre-Service Chemistry
Teachers: From Cookbook Experiments to Inquiry-Based Science, Environment, Technology,
and Society Approach. Journal of Turkish Science Education, 16(4), 489–507.

Irawan, Anggi Sapitri. 2018. “Analisis Keterampilan Laboratorium Mahasiswa Semester 7


Program Studi Pendidikan Kimia.”

Iskandar, S. 2020. “Peningkatan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran


Melalui Supervisi Akademik.” Jurnal Dewantara 8(02):153–68.

Khery, Y., Pahriah, P., Jailani, A. K., Rizqiana, A., & Iswari, N. A. (2019). Korelasi
Keterampilan Proses Sains dengan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Praktikum Kimia Dasar II
(Kinetika Reaksi). Hydrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, 7(1), 46–53.

Kurniawati, Yenni. 2017. “Analisis Kesulitan Penguasaan Konsep Teoritis dan Praktikum
Kimia Mahasiswa Calon Guru Kimia.” Jurnal Konvigurasi 1(2):146–53.

Mardhiah, M. (2021). Pengaruh Tanggung Jawab Profesi, Komitmen Mengajar, Motivasi, dan
Kepuasan Kerja Terhadap Efektivitas Kinerja Guru. Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan,
5(1), 83–100.

Maknun, Djohar. 2016. “Evaluasi Keterampilan Laboratorium Mahasiswa Menggunakan


Asesmen Kegiatan Laboratorium Berbasis Kompetensi Pada Pelaksanaan Praktek
Pengalaman Lapangan.” Jurnal Tarbiyah 22(1).

NRC, N. R. (2014). In Committee on Developing Assessments of Science Proficiency in K-


12, Board on Testing and Assessment and Board on Science Education. Washington, DC:
National Academies Press.

Oberg, C. (2012). Guiding Classroom Instruction Through Performance Assessment2012.


Journal of Case Studies in Accreditation and Assessment, 1(1).
Omidi, M., Y.N, S., & Azizmalayeri, K. (2012). Effektiveness of Assessment Patterns in
Chemistry Learning. Journal of Life Science, 9 (3).

Oktaviani, Eka Chandra. 2022. “Efektivitas Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Dalam


Meningkatkan Profesionalitas Guru.” JSG: Jurnal Sang Guru 1(3):164–71.

Parahita, A., Susilaningsih, E., & Supartono, S. (2018). Pengembangan Lembar Kerja
Praktikum Siswa Terintegrasi Guided Inquiry Untuk Analisis Keterampilan Laboratorium.
Chemistry in Education, 7(1), 24–31.

Pellegrino, J. W. (2012). Assessment of science learning: living in interesting times. Journal


of Research in Science Teaching, 49(6), 831–841.

Putri, N. S., Rosidin, U., & Distrik, I. W. (2020). PENGARUH PENERAPAN


PERFORMANCE ASSESSMENT DENGAN MODEL PJBL TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SISWA SMA. JPF: Jurnal
Pendidikan Fisika, 8(1).

Ristanti, I. (2023). DIGITALISASI PERENCANAAN PENDIDIKAN ISLAM DI


MADRASAH. Manajemen Pendidikan Islam, 1(1).

Sari S, A. D. (2018). Multimedia based on scientific approach for periodic system of element .
IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering .

Sari S, A. R. (2017). Using android-based educational game for learning colloid material . J.
Phys: Conference Series.

Setyaningsih, Y., & Harjiti. (2013). Peningkatan Keterampilan Laboratorium Melalui Metode
Praktis Demonstratif Pada Kurikulum Kredit Semester. Chemistry in Education, 2(2).

Shavelson, R. J. (1991). Performance assessment in science. Applied Measurement in


Education.

Shavelson, R. J.-F.-P. (1998). Toward a science performance assessment technology .


Evaluation and Program Planning, 21(2), 171–184.

Stretcher, B. (2020). Performance Assessment in an Era of Standards-Based Educational


Accountability. Stanford Center for Opportunity Policy in Education.

Sudria, I. (2007). Pengembangan Rubrik Penilaian Keterampilan Dasar Praktikum dan


Mengajar Kimia pada Jurusan Pendidikan Kimia. Singaraja: Undiksha.

Suharsimi, A. (2013). Dasar – dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryandari, E. T. (2013). Performance assessment sebagai instrumen penilaian untuk


meningkatkan keterampilan proses pada praktikum kimia dasar di tadris kimia. Jurnal
Phenomenon, 3(2), 19–34.
Syafaruddin, S., Asrul, A., Mesiono, M., Wijaya, C., & Usiono, U. (2016). Inovasi
pendidikan: suatu analisis terhadap kebijakan baru pendidikan.

Sulistiyani, Ani, Undang Rosidin, dan Dina Maulina. 2015. “Deskripsi Kemampuan Guru
IPA Di SMP Negeri Bandar Lampung Dalam Mengelola Laboratorium.” Jurnal Bioterdidik:
Wahana Ekspresi Ilmiah 3(4).

Triantoa, T. T., Hartono, & Akhlis, I. (2019). Pemanfaatan Youtube untuk Pembelajaran
Fisika dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Laboratorium Siswa.
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA 2019.

Utari, D., & Prisheilla, S. O. (2022). META-ANALISIS MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA


BERBASIS CROCODILE CHEMISTRYTERHADAP PENINGKATAN MINAT DAN
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK. PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
KIMIA 2022.

Zubaidah, S. (2016). Keterampilan abad ke-21: Keterampilan yang diajarkan melalui


pembelajaran. Seminar Nasional Pendidikan, 2(2), 1–17.

Zuhaida, Anggun, dan Muhamad Imaduddin. 2019. “Analisis Level Literasi Laboratorium
Kimia Dari Calon Guru Ipa Tahun Pertama.” Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 13(2):2349–
59.

Anda mungkin juga menyukai