Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN

PENYIMPANAN
PERBEKALAN
FARMASI
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU
RUMAH SAKITRUMAH
UMUM DAERAH
SAKIT CENDRAWASIH
UMUM CENDRAWASIH DOBO DOBO
Jl. Cendrawasih KmKm
Jl. Cendrawasih 6 Telp.(0917) 21366–Fax.(0917)21366-Dobo
6 Tlp. (0917) 232237 Dobo
EmailEmail
: rsuddobo@gmail.com
: rsuddobo@gmail.com
Kode Pos 97662

KEPUTUSAN DIREKTUR
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENDRAWASIH DOBO
NOMOR : …… Tahun 202…

TENTANG
PANDUAN PENYIMPANAN PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI DI RSUD
CENDRAWASIH DOBO
DIREKTUR RSUD CENDRAWASIH DOBO

Menimbang : a. Bahwa perbekalan farmasi terdiri dari obat, alat kesehatan, reagen, gas
medis, ataupun film;
b. Bahwa perbekalan farmasi harus dikelola dan menjadi tanggung
jawab instalasi farmasi;

c. Bahwa dalam pengelolaan perbekalan farmasi perlu dilakukan


penyimpanan perbekalan farmasi sesuai aturan yang berlaku
sehingga tidak mengurangi mutu dari perbekalan farmasi tersebut;

d. Bahwa untuk pelaksanaan butir a, b dan c tersebut di atas perlu


ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang


Narkotika;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1128


Tahun 2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN
KESATU : Panduan ini bertujuan untuk memberikan acuan bagi seluruh Sumber
Daya Manusia (SDM) di Unit kerja terkait dalam hal Penyimpanan
Perbekalan Farmasi.
KEDUA : Panduan penyimpanan Perbekalan Farmasi adalah sebagaimana
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Direktur Utama ini.
KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan dan akan
direvisi sebagaimana mestinya apabila dikemudia hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapannya.

Ditetapkan di : Dobo
Pada Tanggal :
Plt. Direktur

dr. Glenn H.L. Pattinama


NIP. 19760310 201101 1 010
BAB I
DEFINISI

Perbekalan Farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, radiiofarmasi, dan gas medis. Penyimpanan perbekalan farmasi adalah
suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang
diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat
merusak mutu obat. Bahan berbahaya beracun adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam
bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan secara
langsung maupun tidak langsung yang mempunyai sifat racun, memancarkan radiasi
(radioaktif), mudah terbakar, mudah meledak, karsinogenik, mutagenik, teratogenik, korosif,
dan iritasi.

Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta
gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum


dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolonggan jenis Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk :

a. Memelihara mutu obat


b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga kelangsungan persediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Rumah sakit mempunyai ruang penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP yang
disesuaikan dengan kebutuhan, serta memperhatikan persyaratan penyimpanan dari produsen,
kondisi sanitasi, suhu, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan memiliki system keamanan
penyimpanan yang bertujuan untuk menjamin mutu dan keamanan produk serta keselamatan
staf.

Komponen yang harus diperhatikan antara lain :


1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label secara jelas
terbaca memuat nama, tanggal kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan
khusus.
2. Elektrolit konsentrat tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk kebutuhan
klinis yang penting.
3. Elektrolit konsentrat tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi dengan
pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restrictec) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa oleh pasien
harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
5. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi.

Obat emergensi diatur penyimpanannya agar selalu siap pakai bila sewaktu-waktu
diperlukan. Ketersediaan dan kemudahan akses terhadap obat, dan BMHP pada kondisi
emergensi sangat menentukan penyelamatan jiwa pasien. Oleh karena itu rumah sakit harus
menetapkan lokasi penempatan troli/tas/lemari/kotak berisi khusus obat, dan BMHP
emergensi, termasuk di ambulans. Pengelolaan obat dan BMHP emergensi harus
sama/seragam di seluruh rumah sakit dalam hal penyimpanan (termasuk tata letaknya),
pemantauan dan pemeliharaannya. Rumah sakit menerapkan tata laksana obat emergensi
untuk meningkatkan ketepatan dan kecepatan pemberian obat, misalnya :

1. Penyimpanan obat emergensi harus sudah dikeluarkan dari kotak kemasannya agar tidak
menghambat kecepatan penyiapan dan pemberian obat, misalnya : obat dalam bentuk
ampul atau vial.
2. Pemisahan penempatan BMHP untuk pasien dewasa dan pasien anak.
3. Tata letak obat yang seragam.
4. Tersedia panduan cepat untuk dosis dan penyiapan obat.

Rumah sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat emergensi untuk
kondisi kegawat daruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari
penyalahgunaan dan pencurian. pengelolaan obat emergensi harus menjamin :

a. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain;
b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain;
c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;
d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluarsa; dan
e. Dilarang untuk dipinjam dalam kebutuhan lain.

Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa obat disimpan secara benar dan
diinspeksi secara periodic. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang harus disimpan secara terpisah yaitu :

a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus
bahan berbahaya.
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas media. Penyimpanan tabung gas medis
kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis
diruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan
jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan medis Habis Pakai dan disusun secara
alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First out (FEFO) dan First in First Out
(FIFO) disertai system informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip LASA (Look Alike
Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengambilan obat.
BAB II
RUANG
LINGKUP

1. Panduan penyimpanan obat ini diterapkan kepada :


a. Instalasi Farmasi yaitu unit pelayanan maupun Gudang obat
b. Instalasi Rawat Inap
c. IGD-PONEK Terintegrasi
d. Kamar Operasi
e. Laboratorium dan Radiologi
f. Seluruh pemberi pelayanan
2. Pelaksana panduan ini adalah Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang bertugas
mengawasi dan melakukan penyimpanan obat.
BAB III

TATA LAKSANA

1. Penyimpanan Perbekalan Farmasi umum


a. Perbekalan Farmasi di Gudang farmasi dispisahkan berdasarkan bentuk sediaannya
(tablet, sirup, injeksi, infus, alat kesehatan).
b. Tiap kelompok perbekalan farmasi disusun dalam almari, rak-rak atau pallet secara
alfabetis. Daftar nama-nama perbekalan farmasi dicantumkan dalam setiap rak untuk
memudahkan pemcarian.
c. Penyimpanan perbekalan farmasi menerapkan kombinasi sistem First Expired First
out (FEFO) dan First in First Out (FIFO).
d. Perbekalan farmasi disimpan pada suhu sesuai ketentuan yang tercantuk dalam
petunjuk dari produsen, sebagai berikut :
 Suhu kamar (>25oC), seperti sediaan padat atau oral dan alkes
 Suhu sejuk (15o-25oC), pada ruangan AC seperti beberapa sediaan injeksi,
tetes mata, tetes telinga, salep mata.
 Suhu dingin (2o-8oC), pada almari pendingin seperti obat sitotoksik, sediaan
suppositoria, insulin dan serum.
 Suhu cool box (8o-15oC) pada obat-obat tertentu seperti propiretik suppo
e. Obat dan zat kimia, yang disgunakan untuk peracikan obat harus diberi label yang
memuat informasi nama, kadar/kekuatan, tanggal kadaluarsa dan peringatan khusus
untuk menghindari kesalahan dalam penyimpanan dan penggunaannya.

f. Obat yang sudah dibuka dari kemasan primer (wadah yang bersentuhan langsung
dengan obat) atau sudah dilakukan perubahan, misalnya: dipindahkan dari wadah
aslinya, sudah dilakukan peracikan, maka tanggal kadaluarsanya (ED=Expired Date)
tidak lagi mengikuti tanggal kadaluarsa dari pabrik yang tertera di kemasan obat.
Rumah sakit harus menetapkan tanggal kadaluarsa sediaan obat tersebut
(BUD=Beyond Use Date). BUD harus dicantumkan pada label obat.
Pemantauan suhu ruangan dan suhu almari pendingin dilakukan secara rutin dan
dicatat dalam lembar monitoring.

1) Obat-obat yang look Alike Sound Alike (LASA) tidak disimpan berdekatan
untuk meminimalkan terjadinyaa kesalahan.
2) Obat dengan pemantauan khusus (kategori high allert) disimpan pada tempat
terpisah dan ditandai dengan stiker high Allert berwarna merah.
3) Penyimpanan sediaan narkotika psikotropika dalam lemari khusus yang
terkunci sesuai prosedur yang berlaku.
4) Penyimpanan obat di ruangan perawatan, obat-obatan yang diberikan kepada
pasien disimpan pada loker obat masing-masing pasien yang diberikan
identitas berupa nama pasien dan nomor rekam medis.
5) Simpan Bahan berbahaya Beracun pada lemari khusus B3 sesuai SOP
penyimpanan B3
6) Perbekalan farmasi yang disimpan memiliki label nama sediaan,
konsentrasi/dosis, waktu kadaluarsa, dan peringatan.
7) Dilakukan inspeksi berkala untuk memastikan obat disimpan dengan benar.
8) Pemantauan suhu ruangan dan suhu almari es dilakukan :
 Dua kali (saat masuk dan pulang kerja) di depo dan Gudang farmasi
 Tiga kali (tiap shift jaga) di unit pelayanan dan depo obat dengan jam
kerja tiga shift.
9) Kelembaban ruangan penyimpanan di dokumentasikan :
 Dua kali (saat masuk dan pulang kerja) di depo obat dan Gudang
farmasi.
 Tiga kali (tiap shift jaga) di unit pelayanan dan depo obat dengan jam
kerja tiga shift.
10) Ruangan dan ventilasi diinspeksi secara berkala oleh Instalasi Pemeliharaan
Sarana dan Sanitasi.

2. Penyimpanan Perbekalan Farmasi Khusus


Beberapa sediaan farmasi harus disimpan dengan cara khusus, yaitu :
1. Bahan berbahaya dan beracun (B3) disimpan sesuai sifat dan risiko bahan agar dapat
mencegah staf dan lingkungan dari risiko terpapar bahan berbahaya dan beracun, atau
mencegah terjadinya bahaya seperti kebakaran.
2. Narkotika dan psikotropika harus disimpan dengan cara yang dapat mencegah risiko
kehilangan obat yang berpotensi disalahgunakan (drug abuse). Penyimpanan dan
pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan sesuai peraturan
perundang-undangan.
3. Elektrolit konsentrat dan elektrolit dengan konsentrat tertentu diatur penyimpanannya
agar tidak salah dalam pengambilan.
4. Obat emergensi diatur penyimpannya agar selalu siap pakai bila sewaktu-waktu
diperlukan.
2.1.1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Bahan berbahaya beracun (B3) yang bersifat mudah menyala atau terbakar, eksplosif,
radioaktif, oksidator/reduktor, racun, korosif, karsinogenik, teratogenic, mutagenic,
iritasi dan berbahaya lainnya disimpan di tempat terpisah atau dalam lemari terpisah
(tahan api dan korosif). Semua bahan diberi label yang menyebutkan isi, tanggal
kadaluarsa, dan label tanda bahan berbahaya peringatan disesuaikan dengan
klasifikasi B3, Penyimpanan B3 harus disertai dengan Material Safety Data Sheet
(MSDS) atau lembar Data Pengaman (LDP) yang memuat identitas bahan, bahaya
yang ditimbulkan, cara penanggulangan bila terjadi tumpahan/kebocoran serta cara
penanggulangan kedaruratan. Di tempat penyimpanan B3 harus dilengkapi B3 harus
dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas.
Prosedur penyimpanan B3 :
1) Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk masing-masing bahan kimia dan
kembalikan bahan kimia ke tempat semula setelah digunakan
2) Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan B3.
3) Pastikan rak memiliki bibir pembatas dibagian depan agar wadah tidak jatuh.
Idealnya, tempatkan wadah cairan pada baki logam atau plastic yang bias
menampung cairan jika wadah rusak. Tindakan pencegahan ini utamanya penting
di Kawasan yang rawan gempa bumi atau kondisi cuaca ekstrem lainnya.
4) Hindari menyimpan bahan kimia di atas bangku, kecuali bahan kimia yang
sedang digunakan. Hindari juga menyimpan bahan dan peralatan di atas lemari.
Jika terdapat sprinkler, jaga jarak bebas minimal 18 inci dari kepala sprinkler.
5) Jangan menyimpan bahan pada rak yang tingginya lebih dari 5 kaki (1,5 m).
6) Hindari menyimpan bahan berat di bagian atas.
7) Jaga agar pintu keluar, koridor, area di bawah meja atau bangku, serta area
peralatan keadaan darurat tidak dijadikan tempat penyimpanan peralatan dan
baha.
8) Labeli semua wadah bahan kimia dengan tepat.
9) Letakkan nama pengguna dan tanggal penerimaan pada semua bahan yang dibeli
untuk membantu kontrol inventaris.
10) Jika bahan kimia tidak memerlukan lemari berventilasi, simpan di dalam lemari
yang bisa ditutup atau rak yang memiliki bibir pembatas di bagian depan.
11) Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan yang mudah
terbakar yang disetujui.
12) Jangan memaparkan bahan kimia yang disimpan ke panas atau sinar matahari
langsung.
13) Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai secara
terpisah yang disortir berdasarkan abjad.
14) Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak
sesuai.
15) Berikan tanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan tanggung jawab lainnya
di atas kepada satu penanggung jawab utama dan satu orang cadangan. Kaji
tanggung jawab ini minimal tiap tahun.
2.1.2. Narkotika dan Psikotropika
Narkotika dan Psikotropika yang berada dalam penguasaan Rumah Sakit wajib
disimpan secara khusus dengan ketentuan sebagai berikut (Permenkes Nomor 3
Tahun 2015) :
 Almari harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
 Harus mempunyai kunci ganda yang berlainan.
 Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
 Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.
 Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/ Apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
 Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
 Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi kuasa.
Prosedur penyimpanan obat Sediaan Narkotika dan Psikotropika :
1) Terima dan pisahkan sediaan farmasi yang termasuk dalam obat Narkotika
dan Psikotropika
2) Ijin pada petugas yang diberi tanggung jawab pemegang kunci Lemari
Narkotika dan Psikotropika
3) Buka pintu Lemari Narkotika dan Psikotropika
4) Simpan Obat pada rak yang sudah disediakan
5) Susun obat mengikuti prinsip First Expired First out (FEFO) yaitu pertama
kadaluarsa pertama keluar dan First in First Out (FIFO) yaitu pertama masuk
pertama keluar
6) Catat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa obat di dalam kartu stok
7) Jumlahkan setiap penerimaan obat pada kartu stok
8) Catat nama/paraf petugas pada kartu stok
2.1.3. Elektrolit Konsentrat
Elektrolit konsentrat dan elektrolit dengan konsentrasi tertentu diatur
penyimpanannya agar tidak salah dalam pengambilan. Penyimpanan elektrolit
konsentrat disimpan sesuai dengan prosedur penyimpanan obat HIGH ALERT.
2.1.4. Obat Emergensi
Obat emergensi tersedia pada unit-unit perawatan yang ditetapkan dan bisa segera di
akses untuk kebutuhan emergensi. Obat-obatan emergensi disimpan dalam troli
emergensi dan kotak emergensi dengan akses terdekat dan selalu siap dipakai. Troli
emergensi dan kotak emergensi dikunci dan disegel kunci disposable dengan nomor
seri. Troli emergensi dan kotak emergensi dicek setiap satu bulan sekali terkait
jumlah perbekalan, waktu kadaluarsa perbekalan, serta penggantian perbekalan yang
mendekati waktu kadaluarsa.
Prosedur penyimpanan obat emergensi adalah :
1) Siapkan obat yang akan disimpan dalam kotak emergensi, sesuai dengan daftar
obat emergensi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
2) Susun obat emergensi dalam kotak emergensi.
3) Kunci kotak emergensi menggunakan kunci plastic dengan nomor register.
4) Distribusikan kotak emergensi pada unit pelayanan yang membutuhkan obat
emergensi.
5) Kotak emergensi disimpan ditempat yang tersendiri, mudah dilihat, terdekat, dan
siap dipakai.
6) Penyimpanan kotak emergensi disertai dengan daftar obat dengan nama, jumlah,
dan tanggal kadaluarsa, buku pengecekan kotak obat emergensi dan buku
penggunaan dan pergantian obat emergensi.
7) Inspeksi dilakukan setiap 1 (satu) bulan
Beberapa sediaan farmasi memiliki risiko khusus yang memerlukan ketentuan tersendiri
dalam penyimpanan, pelabelan dan pengawasan penggunaan, yaitu :
a) Produk nutrisi parenteral dikelola sesuai stabilitas produk;
b) Obat/bahan radioaktif dikelola sesuai sifat dan bahan radioaktif;
c) Obat yang dibawa pasien;
d) Obat/BMHP dari program atau bantuan pemerintah/pihak lain dikelola sesuai peraturan
perundang-undangan dan pedoman; dan
e) Obat yang digunakan untuk penelitian dikelola sesuai protokol penelitian.
3. Penyimpanan Obat Bantuan Pemerintah
Obat yang disediakan untuk keperluan program kesehatan tertentu hanya boleh
dipergunakan bagi pasien tertentu sesuai dengan kriteria, target dan sasaran program
tersebut. Selain itu obat tersebut tidak boleh diperjual belikan kepada pasien. Obat
bantuan pemerintah yang ada di RSUD Cendrawasih Dobo adalah Obat Program TB
yang diberikan oleh dinas kesehatan kabupaten, Obat Program TB-MDR yang diberikan
oleh dinas kesehatan provinsi, Obat Program HIV-AIDS yang diberikan oleh dinas
kesehatan provinsi. Penyimpanan Obat Program adalah sebagai berikut :
1) Obat diterima oleh instalasi farmasi
2) Obat kemudian disimpan pada almari khusus penyimpanan obat bantuan pemerintah
(Paket OAT, Paket TB-MDR, Paket HIV AIDS)
3) Setiap paket diberikan nama pasien

4. Penyimpanan obat LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)


Obat LASA (Look Alike Sound Alike) adalah obat-obat yang mempunyai tampilan
kemasan yang mirip baik dari segi bentuk, warna, konsentrasi obat yang berbeda dan
obat yang kedengaran di telinga berbunyi mirip. Penyimpanan obat LASA, tidak
ditempatkan berdekatan dipisahkan oleh satu bok obat sebelumnya yang tidak LASA dan
harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.
Prosedur penyimpanan obat LASA :
1) Terima dan pisahkan sediaan farmasi yang termasuk dalam obat LASA
2) Siapkan kotak tempat penyimpanan obat
3) Beri stiker LASA berwarna kuning, contoh stiker sebagai berikut :

4) Tulis nama obat menggunakan huruf capital dengan warna dan ukuran yang cukup
sehingga terbaca dengan jelas contoh : DIAzepam, LORAzepam, ceFOTAxime,
ceftazidime
5) Susunan kotak LASA secara tidak berdekatan, dipisahkan oleh satu bok obat
sebelumnya yang tidak LASA
6) Catat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa sediaan farmasi di dalam kartu
stok
7) Jumlahkan setiap penerimaan sediaan farmasi pada kartu stok
8) Catat nama/paraf petugas pada kartu stok

5. Penyimpanan Obat High Alert


Obat HIGH ALERT disimpan terpisah dari obat-obat yang lain sesuai dengan daftar obat
High Alert yang dikeluarkan Instalasi Farmasi. Pada setiap Obat High Alert yang akan
dipergunakan untuk kebutuhan klinis harus diberi stiker berwarna merah yang
bertuliskan High Alert.
Tempat penyimpanan obat High Alert harus di tempat khusus yang bertanda SELOTIP
MERAH di sekililing tempat penyimpanan dan terpisah dari obat-obat yang lain.
Prosedur penyimpanan obat high alert :
1) Terima dan pisahkan sediaan farmasi yang termasuk dalam obat HIGH ALERT
2) Beri label HIGH ALERT pada masing-masing obat, stiker high alert sebagai berikut :

3) Siapkan tempat khusus penyimpanan obat HIGH ALERT terpisah dari penyimpanan
sediaan farmasi lainnya
4) Beri tanda selotip merah disekeliling tempat penyimpanan
5) Susun bok secara alfabetis
6) Masukkan sediaan farmasi dalam bok obatnya masing-masing
7) Susun sediaan farmasi mengikuti prinsip First Expired First out (FEFO) yaitu
pertama kadaluarsa pertama keluar dan First in First Out (FIFO) yaitu pertama
masuk pertama keluar
8) Catat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa sediaan farmasi dalam kartu stok
9) Jumlahkan setiap penerimaan sediaan farmasi pada kartu stok
10) Catat nama/paraf petugas pada kartu stok
6. Penyimpanan Gas Medis
Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk pelayanan
medis pada sarana kesehatan. Yang harus diperhatikan dalam penyimpanan gas medis
antara lain :
 Tabung dalam keadaan baik
 Tempat penyimpanan aman, kering dan cukup baik ventilasinya
 Tabung harus dalam keadaan berdiri
 Tabung yang berisi dan kosong harus dalam keadaan terpisah
 Ruangan lantai dalam keadaan rata

Prosedur penyimpanan gas medis adalah :

1) Terima dan periksa keadaan tabung gas yang diterima


2) Catat jumlah dan nomor tabung gas medis di dalam buku mutase gas medis
3) Simpan gas medis di tempat yang sudah disediakan dengan posisi tabung berdiri
tegak dan dipasang penutup kran
4) Pasang tali/rantai pengaman untuk menghindari jatuh pada saat terjadi goncangan
5) Pisahkan tabung gas medis isi dan tabung gas kosong, untuk memudahkan
pemeriksaan dan penggantian.
6) Jumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran gas medis pada buku
7) Catat nama/paraf petugas

7. Penyimpanan Obat Radioaktif


RSUD Cendrawasih Dobo tidak memiliki obat radioaktif yang disimpan

8. Penyimpanan Obat yang dibawah oleh pasien


Bila pasien membawa obat dari luar RSUD Cendrawasih Dobo untuk digunakan selama
perawatan di RSUD Cendrawasih Dobo, maka pasien / keluarga pasien harus
menandatangani Formulir Serah Terima Obat dari pasien (Formulir Rekonsiliasi). Obat
disimpan di loker pasien di instalasi farmasi pada saat pasien sudah masuk ke ruang
perawatan.
Prosedur penyimpanan Obat yang dibawa oleh pasien adalah :
1) DPJP atau perawat UGD menanyakan kepada pasien yang akan masuk perawatan
tentang pemakaian obat yang sedang dikonsumsi atau dibawa dari luar rumah sakit.
2) Perawat memasukkan data obat yang dibawa oleh pasien ke dalam formulir
rekonsiliasi
3) Perawat menyerahkan obat yang dibawa oleh pasien dari luar rumah sakit disertai
dengan bukti serah terima obat untuk diverifikasi identitasnya oleh petugas farmasi
4) Jika obat tersebut akan digunakan kembali dalam proses pengobatan, harus
diresepkan kembali oleh Dokter dan dietiket ulang oleh petugas farmasi
5) Jika obat tidak digunakan atau masih ada sisa, maka obta dimasukkan dalam plastik
khusus dan disimpan dalam loker obat pasien dengan diberi penandaan jelas
6) Obat yang tidak dilanjutkan akan dikembalikan kepada pasien saat pulang perawatan
7) Penyerahan kembali obat kepada pasien atau keluarganya saat pulang dikonseling
oleh Apoteker.

9. Penyimpanan Nutrisi Parenteral


Beberapa jenis nutrisi parenteral, yaitu :
1) Karbohidrat, contoh : dextrose 5%, dextrose 10%, dll
2) Asam amino, contoh : Aminofluid L600
3) Lemak, contoh : intralipid 10%, Vitalipid
4) Cairan elektrolit, contoh : Ringer Laktat

Beberapa sifat yang perlu diperhatikan, misalnya :

1) Bahan organik biasanya lebih sensitif terhadap panas.


2) Lemak dan minyak alami mengandung ikatan rangkap yang dapat bereaksi dengan
oksigen membentuk peroksida.
3) Asam amino dapat terpengaruh oleh panas, air dan kelembaban.
4) Material anhidrat dapat menyerap kelembaban dari lingkungan.

Senyawa seperti NaOH dapat mengabsorbsi CO2 dari udara.

 Instalasi farmasi hanya mengelola produk nutrisi parenteral


 Produk Nutrisi Parenteral disimpan sesuai sifat bahan dan petunjuk penyimpanan dari
produsen.
BAB IV
DOKUMENTASI

1. SPO Penyimpanan Umum Perbekalan Farmasi


2. SPO Penyimpanan Obat Termolabil
3. SPO Penyimpanan Sediaan Narkotika dan Psikotropika
4. SPO Penyimpanan Obat High Alert
5. SPO Penyimpanan Obat LASA
6. SPO Penyimpanan Gas Medis
7. SPO Penyimpanan B3
8. SPO Penyimpanan Obat Emergensi
9. SPO Penyimpanan Obat yang dibawa oleh Pasien
10. Formulir Monitoring Temperatur dan Kelembaban
BAB V

PENUTUP

Adanya panduan penyimpanan perbekalan farmasi diharapkan akan memberikan manfaat


dan menjamin mutu serta ketersediaan obat di rumah sakit. Demikian panduan ini dibuat untuk
dapat dilaksanakan dan dilakukan evaluasi tiap 6 bulan.

Plt. Direktur

dr. Glenn H.L. Pattinama


NIP. 19760310 201101 1 010

Anda mungkin juga menyukai