1 pesan
Situs Resmi Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia <comment-reply@wordpress.com> Kam, 15 Jun 2023 pukul 20.44
Balas ke: Situs Resmi Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia
<comment+ed0b32l1y9lzhsplfj1mplvlz@comment.wordpress.com>
Kepada: hirodona@gmail.com
Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus.
Sabda Tuhan dalam bacaan Injil hari ini sungguh menampakkan hati
Tuhan Yesus yang penuh belas kasih kepada kita umat-Nya:
“Datanglah kepada-Ku, kamu semua yang letih lesu dan berbeban
berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.” Ketika kita merasa
letih lesu dan berbeban berat, kita diundang untuk datang kepada-
Nya. Tuhan memberi jaminan akan memberikan kelegaan kepada
kita.
Sabda Tuhan Yesus hari ini mengingatkan kita semua untuk datang
kepada Dia saat kita mengalami kesulitan hidup. Kecenderungan
manusiawi kita, pada saat kita mengalami penderitaan hidup kita
malas untuk datang kepada Tuhan dan lebih suka mencari hiburan
duniawi. Bahkan ada yang menjauh dari Tuhan karena dia berpikir
kenapa Tuhan meninggalkannya? Melalui sabda-Nya hari ini Tuhan
meyakinkan kepada kita bahwa pada saat kita mengalami kesulitan
hidup dan penderitaan, Ia tetap bersama kita kalau kita mau datang
dan mempercayakan beban hidup kita kepada-Nya.
Sabda Tuhan Yesus tidak berhenti pada kalimat yang saya kutip di
atas. Sabda itu diikuti oleh kalimat berikut ini: “Pikullah kuk yang
Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati. Maka, hatimu akan mendapat ketenangan. Sebab enaklah
kuk yang Kupasang dan ringanlah beban-Ku.” Kuk adalah batang kayu
yang ditempatkan di atas punggung dua binatang yang sedang
digunakan untuk membajak. Batang kayu itu berfungsi untuk
mengikat satu sama lain supaya binatang itu tidak lari ke sana ke
mari, melainkan tetap berada di tempatnya masing-masing untuk
menarik bajak. Dalam sabda-Nya di atas, Tuhan Yesus meminta
untuk memikul kuk yang Dia pasang dan meminta kita untuk belajar
dari pada-Nya, yang lemah lembut dan rendah hati. Dari sabda itu
tersirat bahwa yang memikul kuk itu “kita”. Lalu siapa pasangan kita,
yang ada di samping kita untuk memikul kuk yang sama? Dia adalah
Tuhan Yesus! Tuhan Yesus selalu bersama kita saat kita memikul
“kuk kehidupan” yang berupa kesulitan dan penderitaan hidup. Kita
diminta belajar dari Dia yang lemah lembut dan rendah hati. Tuhan
Yesus telah menanggung penderitaan yang paling berat yang
dialami oleh manusia dengan memanggul salib ke Gunung Golgota
hingga mati di kayu salib. Maka, kalau saat memanggul beban
kehidupan kita mau belajar kepada Yesus, hati kita akan
mendapatkan ketenangan. Sebaliknya, kalau saat menderita kita
mau lari dari penderitaan itu, “punggung” kita akan penuh luka dan
berdarah-darah karena kita diikat dalam kuk yang sama dengan
Yesus (bayangkanlah: seekor sapi yang baru dipakai untuk
membajak, ia selalu berontak – ingin melepaskan diri dari kuk yang
dipasang di punggungnya. Akibatnya punggungnya luka parah dan
berdarah-darah).
Belajar dari Sabda Tuhan hari ini, mari kita datang kepada Tuhan
Yesus pada saat kita mengalami kesulitan dan penderitaan hidup.
Dalam keheningan doa kita belajar dari Dia. Kita boleh mengeluh
atau protes kepada Tuhan tapi kita tidak boleh congkak dan tinggi
hati di hadapan Tuhan. Setelah mengeluh dan protes kepada Tuhan,
kita harus tetap rendah hati mendengarkan Dia, belajar dari pada-
Nya, bagaimana kita mesti bersikap dalam memikul beban
kehidupan itu. Dengan sikap itu kita akan mendapatkan ketenangan
dan kelegaan. ***
Amin
Komentar
Hentikan langganan untuk tidak lagi menerima postingan dari Situs Resmi
Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia.
Ubah pengaturan email Anda di Kelola Langganan.