Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nur Aini

NIM : 11210375

Kelas : 11.4A.03

PATK PERTEMUAN 5

SOAL

1. Sebutkan dan jelaskan secara ringkas bagian pada Hardware dan Sofware yang ada
pada Audit EDP!
2. Sebutkan kekurangan dan kelebihan masing – masing metode pengorganisasian dan
pemrosesan data
3. Jelaskan terkait hal berikut dan berikan contohnya;
a. Batch Entry – Batch Processing
b. On Line Entry – Batch Processing
c. On Line Entry – On Linee Processing
4. Sebutkan dan jelaskan 3 tiga pendekatan yang dilakukan oleh auditor untuk
melaksanakan proses audit dengan komputerisasi
5. Sebutkan alasan begitu pentingnya Auditor harus memahami bisnis dan industry klien
6. Pada saat kondisi apa, Auditor diperbolehkan mengeluarkan pendapat Disclaimer of
Opinion
7. Sebutkan dan jelaskan jenis resiko audit

JAWABAN

1. Audit EDP (Electronic Data Processing) meliputi pemeriksaan secara menyeluruh


terhadap sistem informasi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dalam
pelaksanaannya, terdapat beberapa bagian pada hardware dan software yang diperiksa
oleh auditor EDP, yaitu:
a. Hardware: Komputer dan perangkat pendukungnya seperti printer, scanner, server,
dan perangkat jaringan. Pemeriksaan dilakukan terhadap aspek-aspek seperti
spesifikasi hardware, keamanan fisik, ketersediaan cadangan (backup) dan
pemulihan bencana (disaster recovery), serta ketersediaan kontrol akses.
b. Software: Sistem operasi, program aplikasi, dan sistem basis data yang digunakan
dalam perusahaan. Pemeriksaan terhadap software dilakukan terhadap aspek-aspek
seperti lisensi penggunaan, keamanan software, pembaruan (update) terbaru,
pengendalian akses, dan penanganan error atau kesalahan pada software.

Dalam pelaksanaannya, auditor EDP juga perlu memperhatikan kepatuhan terhadap


standar-standar audit yang berlaku, seperti Standar Audit Internasional (ISA), Standar
Profesional Pengauditan Sistem Informasi (ISACA), dan Standar Audit Pengamanan
Informasi (ISO 27001). Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa audit EDP
dilaksanakan secara terstruktur dan efektif untuk memberikan laporan audit yang akurat
dan bermanfaat bagi organisasi.

2. Metode pengorganisasian dan pemrosesan data yang umum digunakan dalam sistem
informasi antara lain metode file, database, dan cloud computing. Masing-masing
metode memiliki kelebihan dan kekurangan, di antaranya:
a. Metode file
Kelebihan: mudah dipahami, biaya implementasi rendah, dapat digunakan pada
sistem kecil, dan fleksibel dalam pengaturan data.
Kekurangan: sulit dalam pengolahan data yang kompleks, sulit melakukan integrasi
data, dan rentan terhadap kehilangan data dan kerusakan pada file.
b. Metode database
Kelebihan: memungkinkan integrasi data yang lebih mudah, keamanan data lebih
terjamin, dan dukungan terhadap transaksi dalam jumlah besar.
Kekurangan: biaya implementasi yang tinggi, kompleks dalam pengelolaannya, dan
memerlukan spesifikasi teknis yang lebih tinggi.
c. Metode cloud computing
Kelebihan: biaya implementasi lebih rendah, fleksibilitas tinggi, penyimpanan data
yang aman dan terjamin, dan dukungan terhadap pengolahan data secara real-time.
Kekurangan: keamanan data tergantung pada kualitas layanan cloud computing
yang dipilih, tergantung pada koneksi internet, dan sulit untuk dilakukan audit.

Dalam memilih metode pengorganisasian dan pemrosesan data, perlu dipertimbangkan


kebutuhan dan karakteristik organisasi serta ketersediaan sumber daya yang dimiliki.
Sehingga dapat memilih metode yang paling sesuai dengan kebutuhan organisasi
tersebut.

3.
a. Batch Entry - Batch Processing: Batch entry merupakan pengumpulan data dalam
jumlah besar yang dilakukan secara berkala atau periodik, lalu data tersebut akan
diproses secara bersamaan dalam satu batch. Contohnya adalah ketika sebuah bank
mengumpulkan data transaksi selama sehari dan memprosesnya pada akhir hari
untuk menghasilkan laporan harian atau perhitungan bunga tabungan.
b. On Line Entry - Batch Processing: Pada metode ini, data dimasukkan secara online
ke dalam sistem, namun pemrosesan data dilakukan secara batch, yaitu data yang
telah dikumpulkan akan diproses secara bersamaan dalam satu batch pada waktu
tertentu. Contohnya adalah ketika seorang penjual online memasukkan data
pesanan pelanggan ke dalam sistem secara real-time, namun pemrosesan data
dilakukan secara batch pada akhir hari.
c. On Line Entry - On Line Processing: Pada metode ini, data dimasukkan secara
online ke dalam sistem dan diproses secara langsung (real-time) saat itu juga.
Contohnya adalah ketika seorang pelanggan memesan produk di toko online dan
sistem langsung memeriksa ketersediaan produk, menghitung harga total, dan
memproses pembayaran secara real-time. Proses ini dapat dilakukan secara
langsung dan cepat karena data yang dimasukkan dan diproses sama-sama
dilakukan secara online.

4. Dalam melaksanakan proses audit dengan komputerisasi, auditor dapat menggunakan


beberapa pendekatan, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan Substantif: Pendekatan ini bertujuan untuk menguji kebenaran dan
kelengkapan data pada sistem informasi yang sedang diuji. Auditor akan melakukan
pengujian terhadap data, mengidentifikasi potensi kesalahan atau fraud, dan
memverifikasi kebenaran dan validitas data. Pendekatan ini dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan terhadap beberapa hal, seperti source code, data input dan
output, serta laporan keuangan.
b. Pendekatan Sistematis: Pendekatan ini digunakan untuk memeriksa efektivitas dan
efisiensi sistem informasi yang ada. Auditor akan memeriksa sejauh mana sistem
informasi dapat memenuhi kebutuhan bisnis, dan apakah sistem tersebut sesuai
dengan standar keamanan dan peraturan yang berlaku. Auditor akan menguji sistem
secara keseluruhan dan mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul.
c. Pendekatan kombinasi: Pendekatan ini merupakan kombinasi dari dua pendekatan
sebelumnya, yaitu pendekatan substantif dan sistematis. Auditor akan memeriksa
kebenaran dan validitas data, sekaligus mengevaluasi efektivitas dan efisiensi
sistem informasi. Pendekatan ini akan memberikan hasil yang lebih komprehensif
dan terperinci.

Dalam melaksanakan audit dengan komputerisasi, auditor perlu memahami teknologi


dan sistem informasi yang digunakan oleh organisasi, sehingga dapat menentukan
pendekatan yang tepat dan efektif. Selain itu, auditor juga perlu memperhatikan standar
dan prinsip-prinsip audit yang berlaku untuk memastikan bahwa proses audit
dilaksanakan dengan benar dan akurat.

5. Auditor yang memahami bisnis dan industri klien memiliki banyak keuntungan dalam
melaksanakan tugasnya, di antaranya:
a. Memahami risiko bisnis: Auditor yang memahami bisnis dan industri klien dapat
mengidentifikasi risiko bisnis yang mungkin timbul dan memperhitungkan
dampaknya pada laporan keuangan. Hal ini akan membantu auditor untuk
menentukan area yang perlu mendapatkan perhatian lebih dalam proses audit.
b. Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap sistem dan proses: Dengan
memahami bisnis dan industri klien, auditor dapat memahami sistem dan proses
yang digunakan oleh klien dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini akan membantu
auditor dalam mengevaluasi keandalan dan efektivitas sistem tersebut.
c. Menentukan tingkat materialitas yang tepat: Auditor yang memahami bisnis dan
industri klien dapat menentukan tingkat materialitas yang tepat dalam proses audit.
Hal ini penting untuk menentukan besarnya perubahan atau ketidakcocokan yang
perlu dilaporkan dalam laporan audit.
d. Menilai pengendalian intern: Auditor yang memahami bisnis dan industri klien
dapat menilai pengendalian intern yang diterapkan oleh klien untuk mengelola
risiko bisnis. Hal ini akan membantu auditor dalam menentukan efektivitas
pengendalian intern tersebut dan mengevaluasi kemungkinan kesalahan atau fraud.
e. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten: Auditor yang memahami bisnis
dan industri klien dapat menentukan jenis bukti audit yang diperlukan untuk
mendukung kesimpulan audit. Hal ini akan membantu auditor dalam memperoleh
bukti audit yang cukup dan kompeten untuk mendukung laporan audit.

Dengan demikian, pemahaman yang baik terhadap bisnis dan industri klien sangat
penting bagi seorang auditor untuk dapat melakukan audit dengan tepat dan efektif.

6. Auditor diperbolehkan mengeluarkan pendapat Disclaimer of Opinion ketika ia tidak


dapat mengeluarkan pendapat yang wajar atas laporan keuangan klien karena adanya
keterbatasan pada bukti-bukti yang diperoleh dalam proses audit, atau adanya
ketidakpastian yang signifikan yang tidak dapat diatasi dalam proses audit.
Keterbatasan pada bukti-bukti tersebut bisa terjadi karena beberapa hal seperti
terbatasnya akses auditor terhadap informasi dan dokumen, terbatasnya waktu yang
diberikan untuk proses audit, ketidakmampuan klien untuk memberikan penjelasan
yang cukup, atau adanya hambatan lain yang menghalangi auditor untuk memperoleh
bukti audit yang cukup. Sedangkan ketidakpastian yang signifikan yang tidak dapat
diatasi dalam proses audit bisa terjadi karena adanya peristiwa atau kondisi di luar
kendali klien atau auditor, atau karena adanya kompleksitas transaksi dan kebijakan
akuntansi yang kompleks yang membutuhkan penilaian yang sangat subjektif. Dalam
situasi ini, auditor harus memberikan penjelasan yang jelas dan memadai dalam laporan
auditnya tentang alasan mengeluarkan pendapat Disclaimer of Opinion, serta
memberikan informasi tambahan yang relevan bagi pemakai laporan keuangan untuk
membantu mereka memahami kondisi yang menyebabkan pendapat tersebut
dikeluarkan.

7. Jenis risiko audit dapat dibagi menjadi tiga kategori utama: risiko audit inheren, risiko
pengendalian, dan risiko deteksi.
a. Risiko Audit Inheren: Merupakan risiko yang terkait dengan kondisi, transaksi,
atau kejadian di lingkungan bisnis klien yang mungkin mempengaruhi laporan
keuangan. Risiko audit inheren dapat terkait dengan kompleksitas transaksi,
kebijakan akuntansi yang kompleks, atau kebijakan bisnis yang agresif.
b. Risiko Pengendalian: Merupakan risiko yang terkait dengan kegagalan sistem
pengendalian intern klien dalam mencegah atau mendeteksi kesalahan atau
kecurangan pada laporan keuangan. Risiko pengendalian dapat terkait dengan
kelemahan dalam prosedur pengendalian intern klien atau ketidakmampuan
dalam mengimplementasikan prosedur tersebut dengan efektif.
c. Risiko Deteksi: Merupakan risiko yang terkait dengan kemampuan auditor
untuk mendeteksi kesalahan atau kecurangan pada laporan keuangan. Risiko
deteksi tergantung pada tingkat pengujian yang dilakukan oleh auditor, baik itu
pengujian substantif atau pengujian kontrol.

Auditor harus mengevaluasi ketiga jenis risiko ini saat merencanakan dan
melaksanakan audit, serta memperhitungkan dampaknya pada proses audit dan hasil
akhir laporan audit. Evaluasi risiko audit yang cermat dapat membantu auditor
mengidentifikasi area yang perlu mendapatkan perhatian lebih dalam proses audit, dan
menentukan jenis dan tingkat pengujian yang diperlukan untuk memastikan bahwa
laporan keuangan klien akurat dan dapat diandalkan.

Anda mungkin juga menyukai