Anda di halaman 1dari 35

SEBAGIAN PERUBAHAN DAN PENGHAPUSAN PASAL DALAM

UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN


PEMANFAATAN LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP UNDANG-UNDANG
NO. 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

Dosen Pengampu: Dr. Fajar Khaify Rizky SH., MH

Disusun Oleh:
Cindy Ananda Hutagalung 210200432

FAKULTAS HUKUM
ILMU HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022/2023
No. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Undang-Undang No. 11 Tahun 2020

1. Pasal 1 angka 11 Pasal 22


Analisis mengenai dampak lingkungan 1. Ketentuan Pasal 1 angka 11, angka 12,
hidup, yang selanjutnya disebut Amdal, angka 35, angka 36, angka 37, dan angka 38
adalah kajian mengenai dampak penting diubah sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai
suatu usaha dan/atau kegiatan yang berikut:
direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan. Pasal 1 angka 11, berbunyi:

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup


yang selanjutnya disebut Amdal adalah
Kajian mengenai dampak penting pada
lingkungan hidup dari suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan, untuk
digunakan sebagai prasyarat pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan serta termuat dalam
Perizinan Berusaha, atau persetujuan
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

Pasal 1 angka 12 Pasal 22


Upaya pengelolaan lingkungan hidup Pasal 1 angka 12, berbunyi:
dan upaya pemantauan lingkungan
hidup, yang selanjutnya disebut UKL-
UPL, adalah pengelolaan dan Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan
pemantauan terhadap usaha dan/atau upaya pemantauan lingkungan hidup yang
kegiatan yang tidak berdampak penting selanjutnya disebut UKL-UPL adalah
terhadap lingkungan hidup yang rangkaian proses pengelolaan dan
diperlukan bagi proses pengambilan pemantauan lingkungan hidup yang
keputusan tentang penyelenggaraan dituangkan dalam bentuk standar untuk
usaha dan/atau kegiatan. digunakan sebagai prasyarat pengambilan
keputusan serta termuat dalam Perizinan
Berusaha, atau persetujuan Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah.

Pasal 1 angka 35 Pasal 22


Izin lingkungan adalah izin yang Pasal 1 angka 35, berbunyi:
diberikan kepada setiap orang yang
Persetujuan Lingkungan adalah Keputusan
melakukan usaha dan/atau kegiatan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau
yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam
pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
rangka perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup yang telah mendapatkan
lingkungan hidup sebagai prasyarat persetujuan dari pemerintah Pusat atau
untuk memperoleh izin usaha dan/atau Pemerintah Daerah.
kegiatan.

Pasal 1 angka 36 Pasal 22


Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin Pasal 1 angka 36, berbunyi:
yang diterbitkan oleh instansi teknis
Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
untuk melakukan usaha dan/atau
Indonesia yang memegang kekuasaan
kegiatan.
pemerintahan negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Pasal 1 angka 37 Pasal 22


Pemerintah pusat, yang selanjutnya Pasal 1 angka 37, berbunyi:
disebut Pemerintah, adalah Presiden
Pemerintah Daerah adalah kepala daerah
Republik Indonesia yang memegang
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
kekuasaan pemerintahan Negara
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
Republik Indonesia sebagaimana
pemerintahan yang menjadi kewenangan
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
daerah otonom.
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 1 angka 38 Pasal 22


Pemerintah daerah adalah gubernur, Pasal 1 angka 38, berbunyi:
bupati, atau walikota, dan perangkat
Menteri adalah menteri yang
daerah sebagai unsur
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
penyelenggara pemerintah daerah. bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.

2. Pasal 20 Pasal 22
(1) Penentuan terjadinya 2. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga
pencemaran lingkungan hidup berbunyi sebagai berikut:
diukur melalui baku mutu
(1) Penentuan terjadinya
lingkungan hidup.
pencemaran lingkungan
(2) Baku mutu lingkungan hidup hidup diukur melalui baku
meliputi: mutu lingkungan hidup.

a. baku mutu air;


b. baku mutu air limbah; (2) Baku mutu lingkungan hidup
meliputi:
c. baku mutu air laut;
a. baku mutu air;
d. baku mutu udara ambien;
b. baku mutu air limbah;
e. baku mutu emisi;
c. baku mutu air laut;
f. baku mutu gangguan; dan
d. baku mutu udara ambien;
g. baku mutu lain sesuai dengan
perkembangan ilmu e. baku mutu emisi;
pengetahuan dan teknologi.
f. baku mutu gangguan; dan
(3) Setiap orang diperbolehkan
g. baku mutu lain sesuai dengan
untuk membuang limbah ke
perkembangan ilmu pengetahuan
media lingkungan hidup dengan
dan teknologi.
persyaratan:
(3) Setiap orang diperbolehkan
a. memenuhi baku mutu
untuk membuang limbah ke
lingkungan hidup; dan
media lingkungan hidup
b. mendapat izin dari Menteri, dengan persyaratan:
gubernur, atau bupati/walikota
a. memenuhi baku mutu 1ingkungan
sesuai dengan kewenangannya.
hidup; dan
(4) Ketentuan lebih lanjut
b. mendapat persetujuan dari
mengenai baku mutu
pemerintah pusat atau Pemerintah
lingkungan hidup sebagaimana
Daerah.
dimaksud pada ayat (2) huruf a,
huruf c, huruf d, dan huruf g (4) Ketentuan lebih lanjut
diatur dalam Peraturan mengenai baku mutu
Pemerintah. lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada
(5) Ketentuan lebih lanjut
ayat (2) diatur dalam
mengenai baku mutu
Peraturan pemerintah.
lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b,
huruf e, dan huruf f diatur
dalam peraturan menteri.

3. Pasal 24 Pasal 22

Dokumen amdal sebagaimana dimaksud 3. Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga


dalam Pasal 22 merupakan dasar berbunyi sebagai berikut:
penetapan keputusan kelayakan (1) Dokumen Amdal merupakan dasar
lingkungan hidup. uji kelayakan lingkungan hidup
untuk rencana usaha dan/atau
kegiatan.

(2) Uji kelayakan lingkungan


hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh tim uji
kelayakan lingkungan hidup
yang dibentuk oleh lembaga
uji kelayakan lingkungan
hidup pemerintah Pusat.

(3) Tim uji kelayakan lingkungan


hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas unsur
pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan ahli bersertifikat.

(4) Pemerintah Pusat atau pemerintah


Daerah menetapkan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup
berdasarkan hasil uji kelayakan
lingkungan hidup.

(5) Keputusan Kelayakan Lingkungan


Hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) digunakan sebagai
persyaratan penerbitan perizinan
Berusaha, atau persetujuan
Pemerintah pusat atau pemerintah
Daerah.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai


tata laksana uji kelayakan
lingkungan hidup diatur dalam
peraturan Pemerintah.
4. Pasal 25 Pasal 22

Dokumen amdal memuat: 4. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
a. pengkajian mengenai dampak
rencana usaha dan/atau
kegiatan;
Dokumen Amdal memuat:
b. evaluasi kegiatan di sekitar
a. pengkajian mengenai
lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan; dampak rencana usaha

dan/atau kegiatan;
c. saran masukan serta tanggapan
b. evaluasi kegiatan di sekitar
masyarakat terhadap rencana
lokasi rencana usaha
usaha dan/atau kegiatan;
dan/atau kegiatan;
d. prakiraan terhadap besaran
c. saran masukan serta
dampak serta sifat penting
tanggapan masyarakat
dampak yang terjadi jika
terkena dampak langsung
rencana usaha dan/atau
yang relevan terhadap
kegiatan tersebut dilaksanakan;
rencana usaha dan/atau
e. evaluasi secara holistik terhadap kegiatan;
dampak yang terjadi untuk
d. prakiraan terhadap besaran
menentukan kelayakan atau
dampak serta sifat penting
ketidaklayakan lingkungan
dampak yang terjadi jika
hidup; dan
rencana usaha dan/atau
f. rencana pengelolaan dan kegiatan tersebut
pemantauan lingkungan hidup. dilaksanakan;

e. evaluasi secara holistik


terhadap dampak yang
terjadi untuk menentukan
kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan
hidup; dan

f. rencana pengelolaan dan


pemantauan lingkungan
hidup.
5. Pasal 26 Pasal 22

(1) Dokumen amdal sebagaimana 5. Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi


dimaksud dalam pasal 22 disusun oleh sebagai berikut :
pemrakarsa dengan melibatkan rakyat.
(2) Pelibatan masyarakat harus (1) Dokumen Amdal sebagaimana
dilakukan berdasarkan prinsip dimaksud dalam Pasal 22 disusun
pemberian informasi yang oleh pemrakarsa dengan melibatkan
transparan dan lengkap serta masyarakat.
diberitahukan sebelum kegiatan
(2) Penyusunan dokumen Amdal
dilaksanakan.
dilakukan dengan melibatkan
(3) Masyarakat sebagaimana masyarakat yang terkena dampak
dimaksud pada ayat (1) langsung terhadap rencana usaha
meliputi: dan/atau kegiatan.

a. yang terkena dampak; (3) Ketentuan lebih tanjut mengenai


proses pelibatan masyarakat
b. pemerhati lingkungan hidup;
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan/atau
diatur dalam Peraturan pemerintah.
c. yang terpengaruh atas segala
bentuk keputusan dalam
proses amdal.

(4) Masyarakat sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dapat
mengajukan keberatan
terhadap dokumen amdal.

6. Pasal 27 Pasal 22

Dalam menyusun dokumen amdal, 6. Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga


pemrakarsa sebagaimana dimaksud berbunyi sebagai berikut:
dalam Pasal 26 ayat (1) dapat meminta
Dalam menyusun dokumen Amdal,
bantuan kepada pihak lain.
pemrakarsa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1) dapat menunjuk pihak lain.

7. Pasal 28 Pasal 22

(1) Penyusun amdal 7. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga


sebagaimana dimaksud berbunyi sebagai berikut:
dalam Pasal 26 ayat (1)
dan Pasal 27 wajib
memiliki sertifikat (1) Penyusun Amdal sebagaimana
kompetensi penyusun dimaksud dalam pasal 26 ayat (1)
amdal. dan Pasal 27 wajib memiliki sertifikat
kompetensi penyusun Amdal.
(2) Kriteria untuk
memperoleh sertifikat
kompetensi penyusun (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
amdal sebagaimana sertifikasi dan kriteria kompetensi
dimaksud pada ayat (1) penyusun Amdal diatur dalam
meliputi: Peraturan Pemerintah.

a. penguasaan
metodologi
penyusunan amdal;

b. kemampuan melakukan
pelingkupan, prakiraan, dan
evaluasi dampak serta
pengambilan keputusan;
dan

c. kemampuan menyusun rencana


pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.

(3) Sertifikat kompetensi


penyusun amdal
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) diterbitkan oleh
lembaga sertifikasi
kompetensi penyusun
amdal yang ditetapkan
oleh Menteri sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut


mengenai sertifikasi
dan kriteria kompetensi
penyusun amdal diatur
dengan peraturan
Menteri.

8. Pasal 30 pasal 29 Pasal 22

(1) Dokumen amdal dinilai oleh 8. Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga:


Komisi Penilai Amdal yang
dibentuk oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota Pas al 29 dihapus
sesuai dengan kewenangannya.

(2) Komisi Penilai Amdal wajib


memiliki lisensi dari Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan
kewenangannya.

(3) Persyaratan dan tatacara


lisensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
9. Pasal 30 Pasal 22

(1) Keanggotaan Komisi Penilai 9. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga:


Amdal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 terdiri atas wakil
dari unsur: Pasal 30 dihapus
a. instansi lingkungan hidup;

b. instansi teknis terkait;

c. pakar di bidang pengetahuan


yang terkait dengan jenis usaha
dan/atau kegiatan yang sedang
dikaji;

d. pakar di bidang pengetahuan


yang terkait dengan dampak
yang timbul dari suatu usaha
dan/atau kegiatan yang sedang
dikaji;

e. wakil dari masyarakat yang


berpotensi terkena dampak;
dan

f. organisasi lingkungan hidup.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya,


Komisi Penilai Amdal dibantu
oleh tim teknis yang terdiri atas
pakar independen yang
melakukan kajian teknis dan
sekretariat yang dibentuk untuk
itu.
(3) Pakar independen dan
sekretariat sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.

10. Pasal 31 Pasal 22


Berdasarkan hasil penilaian Komisi 10. Ketentuan Pasal 31 diubah sehingga:
Penilai Amdal, Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menetapkan keputusan
kelayakan atau ketidaklayakan Pasal 31 dihapus
lingkungan hidup sesuai dengan
kewenangannya.

11. Pasal 32 Pasal 22

(1) Pemerintah dan 11. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga


pemerintah daerah berbunyi sebagai berikut:
membantu penyusunan
amdal bagi usaha
dan/atau kegiatan (1) Pemerintah Pusat dan
golongan ekonomi pemerintah Daerah
lemah yang berdampak membantu penyusunan
penting terhadap Amdal bagi usaha dan/atau
lingkungan hidup. kegiatan Usaha Mikro dan
Kecil yang berdampak
(2) Bantuan penyusunan
penting terhadap lingkungan
amdal sebagaimana
hidup.
dimaksud pada ayat (1)
berupa fasilitasi, biaya, (2) Bantuan penyusunan Amdal
dan/atau penyusunan sebagaimana dimaksud pada
amdal. ayat (1) berupa fasilitasi,
biaya, dan/atau penyusunan
(3) Kriteria mengenai usaha
Amdal.
dan/atau kegiatan
golongan ekonomi (3) Penentuan mengenai usaha
lemah diatur dengan dan/atau kegiatan Usaha
peraturan perundang- Mikro dan Kecil
undangan. sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan
berdasarkan kriteria sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
12. Pasal 34 Pasal 22

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan 12. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga
yang tidak termasuk dalam berbunyi sebagai berikut:
kriteria wajib amdal
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (1) wajib memiliki (1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang
UKLUPL. tidak berdampak penting terhadap
Lingkungan Hidup wajib memenuhi
(2) Gubernur atau bupati/walikota
standar UKL-UPL.
menetapkan jenis usaha
dan/atau kegiatan yang wajib (2) Pemenuhan standar UKL-UPL
dilengkapi dengan UKL-UPL. sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dinyatakan dalam Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

(3) Berdasarkan Pernyataan


Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah
menerbitkan Perizinan Berusaha,
atau persetujuan Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah.

(4) Pemerintah Pusat menetapkan jenis


usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi UKL-UPL.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai


UKL-UPL diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

13. Pasal 35 Pasal 22

(1) Usaha dan/atau kegiatan yang 13. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga
tidak wajib dilengkapi UKL-UPL berbunyi sebagai berikut:
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 ayat (2) wajib membuat
surat pernyataan kesanggupan (1) Usaha dan/atau kegiatan yang tidak
pengelolaan dan pemantauan wajib dilengkapi UKL-UPL
lingkungan hidup. sebagaimana dimaksud dalam Pasal
34 ayat (4) wajib membuat surat
pernyataan kesanggupan
(2) Penetapan jenis usaha dan/atau pengelolaan dan pemantauan
kegiatan sebagaimana dimaksud lingkungan hidup yang diintegrasikan
pada ayat (1) dilakukan ke dalam Nomor Induk Berusaha.
berdasarkan kriteria:
(2) Penetapan jenis usaha dan/atau
a. tidak termasuk dalam kategori kegiatan sebagaimana dimaksud
berdampak penting pada ayat (1) dilakukan terhadap
sebagaimana dimaksud dalam kegiatan yang termasuk dalam
Pasal 23 ayat (1); dan kategori berisiko rendah.

b. kegiatan usaha mikro dan kecil. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
surat pernyataan kesanggupan
(3) Ketentuan lebih lanjut
pengelolaan dan pemantauan
mengenai UKL-UPL dan surat
lingkungan hidup diatur dalam
pernyataan kesanggupan
Peraturan Pemerintah.
pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup diatur dengan
peraturan Menteri.

14. Pasal 36 Pasal 22

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan 14. Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga:
yang wajib memiliki amdal atau
UKL-UPL wajib memiliki izin
lingkungan. Pasal 36 dihapus
(2) Izin lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan berdasarkan
keputusan kelayakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 atau
rekomendasi UKL-UPL.

(3) Izin lingkungan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) wajib
mencantumkan persyaratan
yang dimuat dalam keputusan
kelayakan lingkungan hidup
atau rekomendasi UKL-UPL.

(4) Izin lingkungan diterbitkan oleh


Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
15. Pasal 37 Pasal 22

(1) Menteri, gubernur, atau 15. Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga


bupati/walikota sesuai dengan berbunyi sebagai berikut:
kewenangannya wajib menolak
Perizinan Berusaha dapat dibatalkan apabila:
permohonan izin lingkungan
apabila permohonan izin tidak a. persyaratan yang diajukan dalam
dilengkapi dengan amdal atau permohonan Perizinan Berusaha
UKL-UPL. mengandung cacat hukum,
kekeliruan, penyalahgunaan, serta
(2) Izin lingkungan sebagaimana
ketidakbenaran dan/atau pemalsuan
dimaksud dalam Pasal 36 ayat
data, dokumen, dan/atau informasi;
(4) dapat dibatalkan apabila:
b. penerbitannya tanpa memenuhi
a. persyaratan yang diajukan
syarat sebagaimana tercantum
dalam permohonan izin
dalam Keputusan Kelayakan
mengandung cacat hukum,
Lingkungan Hidup atau Pernyataan
kekeliruan, penyalahgunaan,
Kesanggupan Pengelolaan
serta ketidakbenaran dan/atau
Lingkungan Hidup; atau
pemalsuan data, dokumen,
dan/atau informasi; c. kewajiban yang ditetapkan dalam
dokumen Amdal atau UKL-UPL tidak
b. penerbitannya tanpa memenuhi
dilaksanakan oleh penanggung
syarat sebagaimana tercantum
jawab usaha dan/atau kegiatan.
dalam keputusan komisi tentang
kelayakan lingkungan hidup
atau rekomendasi UKL-UPL;
atau

c. kewajiban yang ditetapkan


dalam dokumen amdal atau
UKL-UPL tidak dilaksanakan
oleh
penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan.

16. Pasal 38 Pasal 22


Selain ketentuan sebagaimana dimaksud 16. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga:
dalam pasal 37 ayat (2), izin lingkungan
dapat dibatalkan melalui keputusan
pengadilan tata usaha negara.
Pasal 38 dihapus
17. Pasal 39 Pasal 22
(1) Menteri, gubernur, atau 17. Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga
bupati/walikota sesuai berbunyi sebagai berikut:
dengan kewenangannya
wajib mengumumkan
setiap permohonan dan (1) Keputusan Kelayakan Lingkungan
keputusan izin Hidup diumumkan kepada
lingkungan. masyarakat.

(2) Pengumuman (2) Pengumuman sebagaimana


sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pada ayat (1) dilakukan melalui sistem elektronik dan/atau
dengan cara yang cara lain yang ditetapkan oleh
mudah diketahui oleh Pemerintah Pusat.
masyarakat.

18. Pasal 40 Pasal 22

(1) Izin lingkungan merupakan 18. Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga:


persyaratan untuk memperoleh
izin usaha dan/atau kegiatan.
Pasal 40 dihapus
(2) Dalam hal izin lingkungan
dicabut, izin usaha dan/atau
kegiatan dibatalkan.

(3) Dalam hal usaha dan/atau


kegiatan mengalami perubahan,
penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan wajib
memperbarui izin lingkungan.

19. Pasal 55 Pasal 22


(1) Pemegang izin lingkungan 19. Ketentuan Pasal 55 diubah sehingga
sebagaimana dimaksud dalam berbunyi sebagai berikut:
Pasal 36 ayat (1) wajib
menyediakan dana penjaminan
untuk pemulihan fungsi (1) Pemegang Persetujuan Lingkungan
lingkungan hidup. wajib menyediakan dana
penjaminan untuk pemulihan fungsi
(2) Dana penjaminan disimpan di
lingkungan hidup.
bank pemerintah yang ditunjuk
oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(3) Menteri, gubernur, atau (2) Dana penjaminan disimpan di bank
bupati/walikota sesuai dengan pemerintah yang ditunjuk oleh
kewenangannya dapat Pemerintah Pusat.
menetapkan pihak ketiga untuk
(3) Pemerintah Pusat dapat
melakukan pemulihan fungsi
menetapkan pihak ketiga untuk
lingkungan hidup dengan
melakukan pemulihan fungsi
menggunakan dana
lingkungan hidup dengan
penjaminan.
menggunakan dana penjaminan.
(4) Ketentuan lebih lanjut
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
mengenai dana penjaminan
dana penjaminan sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (1) sampai dengan ayat (3)
ayat (3) diatur dalam Peraturan
diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pemerintah.

20. Pasal 59 Pasal 22


(1) Setiap orang yang 20. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga
menghasilkan limbah B3 berbunyi sebagai berikut:
wajib melakukan
pengelolaan limbah B3
yang dihasilkannya. (1) Setiap orang yang menghasilkan
Limbah 83 wajib melakukan
(2) Dalam hal B3
Pengelolaan Limbah 83 yang
sebagaimana dimaksud dihasilkannya.
dalam pasal 58 ayat (1)
telah kedaluwarsa (2) Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam
pengelolaannya pasal 58 ayat (1) telah kedaluwarsa,
mengiktui ketentuan pengelolaannya mengikuti ketentuan
pengelolaan limbah B3. Pengelolaan Limbah B3.
(3) Dalam hal setiap orang
tidak mampu melakukan (3) Dalam hal setiap orang sebagaimana
sendiri pengelolaan dimaksud pada ayat (1) tidak mampu melakukan
limbah B3, pengelolaan LimbahB3, pengelolaannya
pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
diserahkan kepada pihak
lain.
(4) Pengelolaan limbah wajib (4) Pengelolaan
P Limbah B3 wajib mendapat
mendapat izin dari Perizinnan
e Berusaha atau persetujuan
Menteri, Gubernur, atau Pemerintah
n Pusat atau Pemerintah Daerah.
Bupati/Walikota
sesuai dengan (5) Pemerintah Pusat atau Pemerintah
kewenangannya. Daerah wajib mencantumkan
persyaratan lingkungan hidup yang
(5) Menteri, gubernur, atau
harus dipenuhi dan kewajiban yang
bupati/walikota wajib
harus dipatuhi pengelola limbah B3
mencantumkan
dalam Perizinan Berusaha, atau
persyaratan lingkungan
persetujuan Pemerintah Pusat atau
hidup yang harus
Pemerintah Daerah.
dipenuhi dan kewajiban
yang harus dipatuhi (6) Keputusan pemberian Perizinan
pengelola limbah B3 Berusaha wajib diumumkan.
dalam izin.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai
(6) Keputusan pemberian Pengelolaan Limbah B3 diatur dalam
izin wajib diumumkan. Peraturan Pemerintah.

(7) Ketentuan lebih lanjut


mengenai pengelolaan
limbah B3 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

21. Pasal 61 Pasal 22

(1) Dumping sebagaimana 21. Ketentuan Pasal 61 diubah sehingga


dimaksud dalam Pasal 60 hanya berbunyi sebagai berikut:
dapat dilakukan dengan izin dari
Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan (1) Dumping sebagaimana dimaksud
kewenangannya. dalam Pasal 60 hanya dapat
dilakukan dengan persetujuan dari
(2) Dumping sebagaimana
Pemerintah Pusat.
dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat dilakukan di lokasi yang (2) Dumping sebagaimana dimaksud
telah ditentukan. pada ayat (1) hanya dapat dilakukan
di lokasi yang telah ditentukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara dan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
persyaratan dumping limbah tata cara dan persyaratan dumping
atau bahan diatur dalam limbah atau bahan diatur dalam
Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah.

22. Pasal 61 A Pasal 22


22. Diantara Pasal 61 dan pasal 62, ada disisipkan
- satu pasal, yaitu Pasal 61A yang berbunyi sebagai
berikut :
Dalam hal penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan:

a. menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan,
memanfaatkan, danf atau mengolah
B3;

b. menghasilkan, mengangkut,
menyimpan, mengumpulkan,
memanfaatkan, mengolah, dan/atau
menimbun Limbah B3;

c. melakukan pembuangan air limbah


ke laut;

d. melakukan pembuangan air limbah


ke sumber air;

e. membuang emisi ke udara; danf atau

f. memanfaatkan air limbah untuk


aplikasi ke tanah;
yang merupakan bagian dari kegiatan usaha,
pengelolaan tersebut dinyatakan dalam
Amdal atau UKL-UPL.

23. Pasal 63 Pasal 22

(1) Dalam perlindungan dan 23. Ketentuan Pasal 63 diubah sehingga


pengelolaan lingkungan hidup, berbunyi sebagai berikut:
Pemerintah bertugas dan
berwenang:
(1) Dalam pelindungan dan
a. menetapkan kebijakan nasional;
pengelolaan lingkungan
b. menetapkan norma, standar, hidup, Pemerintah Pusat
prosedur, dan kriteria; bertugas dan berwenang:

c. menetapkan dan melaksanakan a. menetapkan kebijakan


kebijakan mengenai RPPLH nasional;
nasional;
d. menetapkan dan melaksanakan b. menetapkan norma, standar,
kebijakan mengenai KLHS; prosedur, dan kriteria;

e. menetapkan dan melaksanakan c. menetapkan dan melaksanakan


kebijakan mengenai amdal dan kebijakan mengenai RPPLH
UKL-UPL; nasional;

f. menyelenggarakan inventarisasi d. menetapkan dan melaksanakan


sumber daya alam nasional dan kebijakan mengenai KLHS;
emisi gas rumah kaca;
e. menetapkan dan melaksanakan
g. mengembangkan standar kebijakan mengenai amdal dan
kerja sama; UKL-UPL;

h. mengoordinasikan dan f. menyelenggarakan inventarisasi


melaksanakan pengendalian sumber daya alam nasional dan
pencemaran dan/atau emisi gas rumah kaca;
kerusakan lingkungan hidup;
g. mengembangkan standar kerja
i. menetapkan dan melaksanakan sama;
kebijakan mengenai sumber daya
alam hayati dan nonhayati, h. mengoordinasikan dan
keanekaragaman hayati, sumber melaksanakan pengendalian
daya genetik, dan keamanan pencemaran dan/atau kerusakan
hayati produk rekayasa genetik; lingkungan hidup;

j. menetapkan dan i. menetapkan dan melaksanakan


melaksanakan kebijakan kebijakan mengenai sumber daya
mengenai pengendalian alam hayati dan nonhayati,
dampak perubahan iklim dan keanekaragaman hayati, sumber
perlindungan lapisan ozon; daya genetik, dan keamanan hayati
produk rekayasa genetik;
k. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai B3, limbah, j. menetapkan dan melaksanakan
serta limbah B3; kebijakan mengenai pengendalian
dampak perubahan iklim dan
l. menetapkan dan melaksanakan perlindungan lapisan ozon;
kebijakan mengenai
perlindungan lingkungan laut; k. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai B3, limbah,
m. menetapkan dan melaksanakan serta limbah B3;
kebijakan mengenai pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan
hidup lintas batas negara;

n. melakukan pembinaan dan


pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan nasional, l. menetapkan dan melaksanakan
peraturan daerah, dan peraturan kebijakan mengenai
kepala daerah; perlindungan lingkungan laut;

o. melakukan pembinaan dan m. menetapkan dan melaksanakan


pengawasan ketaatan kebijakan mengenai
penanggung jawab usaha pencemaran dan/atau
dan/atau kegiatan terhadap kerusakan lingkungan hidup
ketentuan perizinan lintas batas negara;
lingkungan dan peraturan
perundangundangan; n. melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap
p. mengembangkan dan pelaksanaan kebijakan tingkat
menerapkan instrumen nasional dan kebijakan tingkat
lingkungan hidup; provinsi;

q. mengoordinasikan dan o. melakukan pembinaan dan


memfasilitasi kerja sama dan pengawasan ketaatan
penyelesaian perselisihan penanggung jawab usaha
antardaerah serta penyelesaian dan/atau kegiatan terhadap
sengketa; ketentuan persetujuan
Lingkungan dan peraturan
r. mengembangkan dan perundangundangan;
melaksanakan kebijakan
pengelolaan pengaduan p. mengembangkan dan
masyarakat; menerapkan instrumen
lingkungan hidup;
s. menetapkan standar
pelayanan minimal;
q. mengoordinasikan dan
t. menetapkan kebijakan mengenai memfasilitasi kerja sama dan
tata cara pengakuan keberadaan penyelesaian perselisihan
masyarakat hukum adat, antardaerah serta penyelesaian
kearifan lokal, dan hak sengketa;
masyarakat hukum adat yang
terkait dengan perlindungan dan r. mengembangkan dan
pengelolaanlingkungan hidup; melaksanakan kebijakan
pengelolaan pengaduan
u. mengelola informasi masyarakat;
lingkungan hidup nasional;
s. menetapkan standar
v. mengoordinasikan, pelayanan minimal;
mengembangkan, dan
menyosialisasikan pemanfaatan t. menetapkan kebijakan
teknologi ramah lingkungan mengenai tata cara
hidup; pengakuan keberadaan
masyarakat hukum adat,
w. memberikan pendidikan, kearifan lokal, dan hak
pelatihan, pembinaan, dan masyarakat hukum adatyang
penghargaan; terkait dengan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan
x. mengembangkan sarana hidup;
dan standar laboratorium
lingkungan hidup; u. mengelola informasi lingkungan
hidup nasional;
y. menerbitkan izin lingkungan;
v. mengoordinasikan,
z. menetapkan wilayah
mengembangkan, dan
ekoregion; dan
menyosialisasikan
aa. melakukan penegakan pemanfaatan teknologi ramah
hukum lingkungan hidup. lingkungan hidup;

(2) Dalam perlindungan dan w. memberikan pendidikan,


pengelolaan lingkungan pelatihan, pembinaan, dan
hidup, pemerintah provinsi penghargaan;
bertugas dan berwenang:
x. mengembangkan sarana dan
a. menetapkan kebijakan standar laboratorium lingkungan
tingkat provinsi; hidup;

b. menetapkan dan melaksanakan y. menerbitkan Perizinan


KLHS tingkat provinsi; Berusaha atau persetujuan
Pemerintah pusat;
c. menetapkan dan
melaksanakan kebijakan z. menetapkan wilayah
mengenai RPPLH provinsi; ekoregion; dan

d. menetapkan dan melaksanakan aa. melakukan penegakan hukum


kebijakan mengenai amdal dan lingkungan hidup.
UKL-UPL;

e. menyelenggarakan inventarisasi
sumber daya alam dan emisi gas (2) Dalam pelindungan dan
rumah kaca pada tingkat provinsi; pengelolaan lingkungan hidup,
pemerintah provinsi sesuai dengan
f. mengembangkan dan norma, standar, prosedur, dan
melaksanakan kerja sama kriteria yang ditetapkan oleh
dan kemitraan; Pemerintah Pusat bertugas dan
berwenang:
g. mengoordinasikan dan
melaksanakan pengendalian a. menetapkan kebijakan
pencemaran dan/atau tingkat provinsi;
kerusakan lingkungan hidup
lintas kabupaten/kota;
h. melakukan pembinaan dan b. menetapkan dan
pengawasan terhadap melaksanakan KLHS
pelaksanaan kebijakan, tingkat provinsi;
peraturan daerah, dan
peraturan kepala daerah c. menetapkan dan melaksanakan
kabupaten/kota; kebijakan mengenai RPPLH
provinsi;
i. melakukan pembinaan dan
pengawasan ketaatan d. melaksanakan kebijakan
penanggung jawab usaha mengenai Amdal dan UKL-
dan/atau kegiatan terhadap UPL;
ketentuan perizinan lingkungan
e. menyelenggarakan inventarisasi
dan peraturan perundang-
undangan di bidang sumber daya alam dan emisi
perlindungan dan pengelolaan gas rumah kaca pada tingkat
lingkungan hidup; provinsi;

j. mengembangkan dan f. mengembangkan dan


menerapkan instrumen melaksanakan kerja sama
dan kemitraan;
lingkungan hidup;
g. mengoordinasikan dan
k. mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian
memfasilitasi kerja sama dan pencemaran dan/atau kerusakan
penyelesaian perselisihan lingkungan hidup lintas
antarkabupaten/antarkota serta
kabupaten/kota;
penyelesaian sengketa;
h. melakukan pembinaan dan
l. melakukan pembinaan, bantuan pengawasan terhadap
teknis, dan pengawasan kepada pelaksanaan kebijakan tingkat
kabupaten/kota di bidang kabupaten/kota;
program dan kegiatan;
i. melakukan pembinaan dan
m. melaksanakan standar pengawasan ketaatan
pelayanan minimal; penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan sesuai
n. menetapkan kebijakan ketentuan peraturan perundang-
mengenai tata cara pengakuan undangan;
keberadaan masyarakat hukum
adat, kearifan lokal, dan hak j. mengembangkan dan
masyarakat hukum adat yang menerapkan instrumen
terkait dengan perlindungan dan lingkungan hidup;
pengelolaan lingkungan hidup
pada tingkat provinsi; k. mengoordinasikan dan
memfasilitasi kerja sama dan
o. mengelola informasi penyelesaian perselisihan
lingkungan hidup tingkat antarkabupaten/antarkota serta
provinsi; penyelesaian sengketa;
p. mengembangkan dan l. melakukan pembinaan,
menyosialisasikan pemanfaatan bantuan teknis, dan
teknologi ramah lingkungan pengawasan kepada
hidup; kabupaten/kota di bidang
program dan kegiatan;
q. memberikan pendidikan,
pelatihan, pembinaan, dan m. melaksanakan standar
penghargaan; pelayanan minimal;
r. menerbitkan izin lingkungan n. menetapkan kebijakan mengenai
pada tingkat provinsi; dan tata cara pengakuan keberadaan
masyarakat hukum adat, kearifan
s. melakukan penegakan hukum
lokal, dan hak masyarakat hukum
lingkungan hidup pada tingkat
provinsi. adat yang terkait dengan
perlindungan dan pengelolaan
(3) Dalam perlindungan dan lingkungan hidup pada tingkat
pengelolaan lingkungan hidup, provinsi;
pemerintah kabupaten/ kota
bertugas dan berwenang: o. mengelola informasi
lingkungan hidup tingkat
a. menetapkan kebijakan provinsi;
tingkat kabupaten/kota;
p. mengembangkan dan
b. menetapkan dan melaksanakan menyosialisasikan
KLHS tingkat kabupaten/kota; pemanfaatan teknologi ramah
lingkungan hidup;
c. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai RPPLH q. memberikan pendidikan,
kabupaten/kota; pelatihan, pembinaan, dan
penghargaan;
d. menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai amdal dan r. menerbitkan Perizinan
UKL-UPL; Berusaha atau persetujuan
Pemerintah Daerah pada tingkat
e. menyelenggarakan inventarisasi provinsi; dan
sumber daya alam dan emisi gas
rumah kaca pada tingkat s. melakukan penegakan hukum
kabupaten/kota; lingkungan hidup pada tingkat
provinsi.
f. mengembangkan dan
melaksanakan kerja sama (3) Dalam pelindungan dan pengelolaan
dan kemitraan; lingkungan hidup, pemerintah
kabupatenlkota sesuai dengan norma,
g. mengembangkan dan
standar, prosedur,
menerapkan instrumen
dan kriteria yang ditetapkan oleh
lingkungan hidup;
h. memfasilitasi Pemerintah Pusat bertugas dan
penyelesaian sengketa; berwenang:

i. melakukan pembinaan dan a. menetapkan kebijakan tingkat


pengawasan ketaatan kabupaten/kota;
penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan terhadap b. menetapkan dan melaksanakan KLHS
ketentuan perizinan tingkat kabupaten/kota;
lingkungan dan peraturan
c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
perundangundangan;
mengenai RPPLH tingkat
kabupaten/kota;
j. melaksanakan standar
pelayanan minimal; d. melaksanakan kebijakan mengenaiAmdal
dan UKL-UPL;
k. melaksanakan kebijakan
mengenai tata cara pengakuan e. menyelenggarakan inventarisasi
keberadaan masyarakat hukum sumber daya alam dan emisi gas rumah
adat, kearifan lokal, dan hak kaca pada tingkat kabupaten/kota;
masyarakat hukum adat yang
terkait dengan perlindungan dan f. mengembangkan dan melaksanakan kerja
pengelolaanlingkungan hidup sama dan kemitraan;
pada tingkat kabupaten/kota;
g. mengembangkan dan menerapkan
l. mengelola informasi instrumen lingkungan hidup;
lingkungan hidup tingkat
kabupaten/kota; h. memfasilitasi penyelesaian sengketa;

i. melakukan pembinaan dan pengawasan


m. mengembangkan dan
ketaatan penanggung jawab usaha
melaksanakan kebijakan sistem
informasi lingkungan hidup dan/atau kegiatan sesuai ketentuan
tingkat kabupaten/kota; peraturan perundang-undangan;

n. memberikan pendidikan, j. melaksanakan standar pelayanan


minimal;
pelatihan, pembinaan, dan
penghargaan;
k. melaksanakan kebijakan mengenaitata
o. menerbitkan izin lingkungan cara pengakuan keberadaan masyarakat
pada tingkat kabupaten/kota; hukum adat, kearifan lokal, dan hak
dan masyarakat hukum adat yang terkait
dengan perlindungan dan pengelolaan
p. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat
lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota;
kabupaten/kota.
l. mengelola informasi lingkungan hidup
tingkat kabupaten/kota;
m. mengembangkan dan melaksanakan
kebijakan sistem informasi
lingkungan hidup tingkat
kabupaten/kota;

n. memberikan pendidikan, pelatihan,


pembinaan, dan penghargaan;

o. menerbitkan Perizinan Berusaha


atau persetujuan Pemerintah Daerah
pada tingkat kabupaten/kota; dan

p. melakukan penegakan hukum


lingkungan hidup pada tingkat
kabupaten/ kota.
24. Pasal 69 Pasal 22

(1) Setiap orang dilarang: 24. Ketentuan Pasal 69 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
a. melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan
(1) Setiap orang dilarang:
hidup;
a. melakukan perbuatan yang
b. memasukkan B3 yang dilarang
mengakibatkan pencemaran
menurut peraturan perundang-
dan/atau perusakan lingkungan
undangan ke dalam wilayah
hidup;
Negara Kesatuan Republik
Indonesia; b. memasukkan B3 yang dilarang
menurut peraturan perundang-
c. memasukkan limbah yang
undangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan
berasal dari luar wilayah Negara Republik Indonesia;

Kesatuan Republik Indonesia ke


media lingkungan hidup Negara c. memasukkan limbah yang berasal
Kesatuan Republik Indonesia; dari luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia ke media
d. memasukkan limbah B3 ke dalam
wilayah Negara Kesatuan lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik
Republik Indonesia; Indonesia;

d. Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah


e. Membuang limbah ke media Negara Kesatuan Republik Indonesia;
lingkungan hidup;
e. Membuang limbah ke media lingkungan
f. Membuang B3 dan limbah B3 ke hidup;
media lingkungan hidup
g. Melepaskan produk rekayasa
genetik ke media lingkungan
hidup yang bertentangan f. membuang B3 dan limbah B3 ke
dengan peraturan perundang- media lingkungan hidup;
undangan atau izin lingkungan;
g. melepaskan produk rekayasa genetik
h. melakukan pembukaan lahan ke media lingkungan hidup yang
dengan cara membakar; bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan atau
i. menyusun amdal tanpa memiliki
persetujuan lingkungan;
sertifikat kompetensi penyusun
amdal; dan/atau h. melakukan pembukaan lahan
dengan cara membakar;
j. memberikan informasi palsu,
menyesatkan, menghilangkan i. menyusun Amdal tanpa memiliki
informasi, merusak informasi, sertifikat kompetensi penyusun
atau memberikan keterangan Amdal; dan/atau
yang tidak benar.
j. memberikan informasi palsu,
(2) Ketentuan sebagaimana menyesatkan, menghilangkan
dimaksud pada ayat (1) huruf h informasi, merusak informasi, atau
memperhatikan dengan memberikan keterangan yang tidak
sungguh-sungguh kearifan lokal benar.
di daerah masingmasing.
(2) Ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
huruf h dikecualikan bagi
masyarakat yang melakukan
kegiatan dimaksud dengan
memperhatikan sungguh-
sungguh kearifan lokal di
daerah masing-masing.

25. Pasal 71 Pasal 22


(1) Menteri, gubernur, atau 25. Ketentuan Pasal 71 diubah sehingga
bupati/walikota sesuai berbunyi sebagai berikut:
dengan kewenangannya
wajib melakukan
pengawasan terhadap (1) Pemerintah Pusat atau
ketaatan penanggung Pemerintah Daerah
jawab usaha dan/atau melakukan pengawasan
kegiatan atas ketentuan terhadap ketaatan
yang ditetapkan dalam penanggung jawab usaha
peraturan perundang- dan/atau kegiatan atas
undangan di bidang ketentuan yang ditetapkan
perlindungan dan dalam peraturan perundang-
pengelolaan lingkungan undangan di bidang
hidup. pelindungan dan
(2) Menteri, gubernur, atau pengelolaan lingkungan
bupati/walikota dapat hidup.
mendelegasikan
(2) Pemerintah Pusat atau Pemerintah
kewenangannya dalam Daerah dapat mendelegasikannya
melakukan pengawasan
dalam melakukan pengawasan
kepada pejabat/instansi
kepada pejabat/instansi teknisa yang
teknisa yang bertanggung
bertanggungjawab di bidang
jawab di bidang
perlindungan dan pengelolaan
perlindungan dan
lingkungan hidup.
pengelolaan lingkungan
hidup.

(3) Dalam melaksanakan (3) Dalam melaksanakan pengawasan,


pengawasan, Menteri, Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Gubernur, atau Daerah menetapkan pejabat
Bupati/Walikota lingkungan hidup yang merupakan
menetapkan pejabat pejabat fungsional.
pengawas lingkungan
hidup yang merupakan (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pejabat fungsional. pejabat pengawas lingkungan hidup
diatur dalam peraturan Pemerintah.
26. Pasal 72 Pasal 22
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota 26. Ketentuan Pasal 72 diubah sehingga
sesuai dengan kewenangannya wajib berbunyi sebagai berikut:
melakukan pengawasan ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap izin lingkungan. Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah pusat wajib
melakukan pengawasan ketaatan
penanggung jawab usaha danf atau kegiatan
terhadap Perizinan Berusaha, atau
persetujuan Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah.

27. Pasal 73 Pasal 22


Menteri dapat melakukan pengawasan 27. Ketentuan Pasal 73 diubah sehingga
terhadap ketaatan penanggung jawab berbunyi sebagai berikut:
usaha dan/atau kegiatan yang izin
lingkungannya diterbitkan oleh
pemerintah daerah jika Pemerintah Menteri dapat melakukan pengawasan
menganggap terjadi pelanggaran yang terhadap ketaatan penanggung jawab usaha
serius di bidang perlindungan dan danf atau kegiatan yang Perizinan Berusaha
pengelolaan lingkungan hidup. atau persetujuan Pemerintah Daerah
diterbitkan oleh Pemerintah Daerah jika
Menteri menganggap terjadi pelanggaran
yang serius di bidang pelindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

28. Pasal 76 Pasal 22


(1) Menteri, gubernur, atau 28. Ketentuan Pasal 76 diubah sehingga
bupati/walikota berbunyi sebagai berikut:
menerapkan sanksi
administratif kepada
penanggung jawab (1) Pemerintah Pusat atau
usaha dan/atau Pemerintah Daerah
kegiatan jika dalam menerapkan sanksi
pengawasan ditemukan administratif kepada
pelanggaran terhadap penanggung jawab usaha
izin lingkungan. dan/atau kegiatan jika dalam
pengawasan ditemukan
(2) Sanksi administratif
pelanggaran terhadap
terdiri atas:
Perizinan Berusaha, atau
a. teguran tertulis; persetujuan Pemerintah
Pusat atau Pemerintah
b. paksaan pemerintah;
Daerah.
c. pembekuan izin
(2) Ketentuan lebih lanjut
lingkungan; atau
mengenai tata cara
d. pencabutan izin pengenaan sanksi diatur
lingkungan. dalam Peraturan
Pemerintah.

29. Pasal 77 Pasal 22


Menteri dapat menerapkan sanksi 29. Ketentuan Pasal 77 diubah sehingga
administratif terhadap penanggung berbunyi sebagai berikut:
jawab usaha dan/atau kegiatan jika
Pemerintah menganggap pemerintah
daerah secara sengaja tidak Menteri dapat menerapkan sanksi
menerapkan sanksi administratif administratif terhadap penanggung jawab
terhadap pelanggaran yang serius di usaha dan/atau kegiatan dalam hal Menteri
bidang perlindungan dan pengelolaan menganggap Pemerintah Daerah secara
lingkungan hidup. sengaja tidak menerapkan sanksi
administratif terhadap pelanggaran yang
serius di bidang pelindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.

30. Pasal 79 Pasal 22


Pengenaan sanksi administratif berupa 30. Ketentuan Pasal 79 diubah sehingga:
pembekuan atau pencabutan izin
lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan Pasal 79 dihapus
huruf d dilakukan apabila penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan tidak
melaksanakan paksaan pemerintah.

31. Pasal 82 Pasal 22

(1) Menteri, gubernur, atau 31. Ketentuan Pasal 82 diubah sehingga


bupati/walikota berbunyi sebagai berikut:
berwenang untuk
memaksa penanggung
jawab usaha dan/atau (1 Pemerintah Pusat berwenang untuk
)
kegiatan untuk memaksa penanggung jawab usaha
melakukan pemulihan dan/atau kegiatan untuk melakukan
lingkungan hidup akibat pemulihan lingkungan hidup akibat
pencemaran dan/atau pencemaran danfatau perusakan
perusakan lingkungan lingkungan hidup yang dilakukannya.
hidup yang
dilakukannya. (2 Pemerintah Pusat berwenang atau
)
dapat menunjuk pihak ketiga untuk
(2) Menteri, gubernur, atau melakukan pemulihan lingkungan
bupati/walikota hidup akibat pencemaran dan/atau
berwenang atau dapat perusakan lingkungan hidup yang
menunjuk pihak ketiga dilakukannya atas beban biaya
untuk melakukan penanggung jawab usaha dan/atau
pemulihan lingkungan kegiatan.
hidup akibat
pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan
hidup yang
dilakukannya atas
beban biaya
penanggung jawab
usaha dan/atau
kegiatan.

Pasal 82A Pasal 22


- 32. Di antara Pasal 82 dan Pasal 83
disisipkan 3 (tiga) Pasal, yakni Pasal 82A,
Pasal 82B, dan Pasal 82C sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 82 A, berbunyi:

Setiap orang yang melakukan usaha


dan/atau kegiatan tanpa memiliki:

a. Perizinan Berusaha, atau


persetujuan pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5),
pasal 34 ayat (3), Pasal 59 ayat (1)
atau Pasal 59 ayat (4); atau

b. persetujuan dari Pemerintah pusat


atau pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud dalam pasal
20 ayat (3) huruf b; dikenai sanksi
administratif.

Pasal 82 B Pasal 22
- Pasal 82 B, berbunyi:

32. (1) Setiap orang yang kegiatan yang


memiliki melakukan usaha dan/atau

a. Perizinan Berusaha, Pemerintah


Pusat atau atau persetujuan
Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud dalam pasal 24 ayat (5),
Pasal 34 ayat (3), Pasal 59 ayat (1),
atau pasal 59 ayat (4);

b. persetujuan dari Pemerintah pusat


atau Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3)
huruf b; atau

c. persetujuan dari Pemerintah pusatsebagaimana


dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1);
yang tidak sesuai dengan kewajiban dalm Perizinan
Berusaha, atau persetujuan Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah, dan/atau melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
dikenai sanksi administratif.

(2) Setiap orang yang melakukan pelanggaran


larangan sebagaimna dimaksud dalam Pasal 69,
yaitu :
a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalam pasal
69 huruf a, dimana perbuatan tersebut
dilakukan karena kelalaian dan tidak
mengakibatkan bahaya kesehatan manusia
dan/atau luka dan/atau luka berat, dan/atau
matinya orang dikenai sanksi administratif
dan mewajibkan kepada Penanggun Jawab
perbuatan itu untuk melakukan pemulihan
fungsi lingkungan hidup dan/atau tindakan
lain yang diperlukan; atau
b. menyusun Amdal tanpa memiliki sertifikat
kompetensi penyusunan Amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
huruf i dikenai sanksi administratif .

(3) Setiap orang yang karena kelalaiannya


melakukan perbuatan yang mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu
air, baku mutu air laut, atau kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup
yang tidak sesuai dengan Perizinan
Berusaha yang dimilikinya dikenai
sanksi administratif.

Pasal 82 C Pasal 22
- Pasal 82 C, berbunyi:

(1) Sanksi administratif sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 82A dan Pasal
82B ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
berupa:

a. teguran tertulis;

b. paksaan pemerintah;

c. denda administratif;

d. pembekuan Perizinan Berusaha;


dan/atau

e. pencabutan Perizinan Berusaha.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai


kriteria, jenis, besaran denda, dan
tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

33. Setiap orang yang tindakannya, Pasal 22


usahanya, dan/atau kegiatannya
33. Ketentuan Pasal 88 diubah sehingga
menggunakan B3, menghasilkan
berbunyi sebagai berikut:
dan/atau mengelola limbah B3,
dan/atau yang menimbulkan ancaman
serius terhadap lingkungan hidup
bertanggung jawab mutlak atas Setiap orang yang tindakannya, usahanya,
kerugian yang terjadi tanpa perlu dan/atau kegiatannya menggunakan B3,
pembuktian unsur kesalahan. menghasilkan dan/atau mengelola limbah
B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman
serius terhadap lingkungan hidup
bertanggung jawab mutlak atas kerugian
yang terjadi dari usaha dan/atau
kegiatannya.
34. Pasal 93 Pasal 22

(1) Setiap orang dapat 34. Ketentuan Pasal 93 diubah sehingga:


mengajukan gugatan
terhadap keputusan
tata usaha negara Pasal 93 dihapus
apabila:
a. badan atau pejabat tata usaha
negara menerbitkan izin
lingkungan kepada usaha
dan/atau kegiatan yang wajib
amdal tetapi tidak dilengkapi
dengan dokumen amdal;
b. badan atau pejabat tata usaha
negara menerbitkan izin
lingkungan kepada kegiatan
yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak
dilengkapi dengan dokumen
UKLUPL; dan/atau
c. badan atau pejabat tata usaha
negara yang menerbitkan izin
usaha dan/atau kegiatan yang
tidak dilengkapi dengan izin
lingkungan.
(2) Tata cara pengajuan
gugatan terhadap
keputusan tata usaha
negara mengacu pada
Hukum Acara Peradilan
Tata Usaha Negara.

35. Pasal 102 Pasal 22


Setiap orang yang melakukan 35. Ketentuan Pasal 102 diubah sehingga:
pengelolaan limbah B3 tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59
ayat (4), dipidana dengan pidana Pasal 102 dihapus
penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
36. Pasal 109 Pasal 22

Setiap orang yang melakukan usaha 36. Ketentuan Pasal 109 diubah sehingga
dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin berbunyi sebagai berikut:
lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 ayat (1), dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 Setiap orang yang melakukan usaha danlatau
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) kegiatan tanpa memiliki:
tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) a. perizinan Berusaha atau persetujuan
dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 Pemerintah Pusat, atau Pemerintah
(tiga miliar rupiah). Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (5), Pasal 34
ayat (3), Pasal 59 ayat (1), atau Pasal
59 ayat (4);
b. persetujuan dari Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 ayat (3) huruf b; atau
c. persetujuan dari Pemerintah Pusat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
61 ayat (1);
yang mengakibatkan timbulnya
korban/kerusakan terhadap kesehatan,
keselamatan, dan/atau lingkungan, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.OOO,OO (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).

37. Pasal 110 Pasal 22


Setiap orang yang menyusun amdal 37. Ketentuan Pasal 110 diubah sehingga:
tanpa memiliki sertifikat kompetensi
penyusun amdal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (1) huruf i, dipidana Pasal 110 dihapus.
dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
38. Pasal 111 Pasal 22

(1) Pejabat pemberi izin lingkungan yang 38. Ketentuan Pasal 111 diubah sehingga
menerbitkan izin lingkungan tanpa berbunyi sebagai berikut:
dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara Pejabat pemberi persetujuan lingkungan
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda yang menerbitkan persetujuan lingkungan
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga tanpa dilengkapi dengan Amdal atau UKL-
miliar rupiah). UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
dipidana dengan pidana penjara paling lama
(2) Pejabat pemberi izin usaha dan/atau
3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
kegiatan yang menerbitkan izin usaha
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
dan/atau kegiatan tanpa dilengkapi
dengan izin lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah).

39. Pasal 112 Pasal 22


Setiap pejabat berwenang yang dengan 39. Ketentuan Pasal 112 diubah sehingga
sengaja tidak melakukan pengawasan berbunyi sebagai berikut:
terhadap ketaatan penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan terhadap
peraturan perundang-undangan dan izin Setiap pejabat berwenang yang dengan
lingkungan sebagaimana dimaksud sengaja tidak melakukan pengawasan
dalam Pasal 71 dan Pasal 72, yang terhadap ketaatan penanggung jawab usaha
mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau kegiatan terhadap peraturan
dan/atau kerusakan lingkungan yang perundang-undangan dan Perizinan
mengakibatkan hilangnya nyawa Berusaha, atau persetujuan Pemerintah
manusia, dipidana dengan pidana Pusat atau Pemerintah Daerah sebagaimana
penjara paling lama 1 (satu) tahun atau dimaksud dalam Pasal 71 yang
denda paling banyak Rp500.000.000,00 mengakibatkan terjadinya pencemaran
(lima ratus juta rupiah). dan/atau kerusakan lingkungan yang
mengakibatkan hilangnya nyawa manusia
dipidana dengan pidana penjara paling lama
1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Anda mungkin juga menyukai