MI 3c3
MANAJEMEN SUMBER DAYA PADA
OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI
DAFTAR ISI
1 : DISKRIPSI SINGKAT ................................................................. 1
7 : PENUGASAN ............................................................................ 34
8 : RANGKUMAN ………………………………………………….. 34
1 DESKRIPSI SINGKAT
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan
pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas.
Modul ini membahas tentang pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai di
Puskemas yang meliputi perencanaan dan permintaan obat dan bahan medis habis
pakai, penerimaan, penyimpananan dan distribusi obat dan bahan medis habis pakai,
pencatatan dan pelaporan obat dan bahan medis habis pakai dan evaluasi pengelolaan
obat dan bahan medis habis pakai, dan pelaksanaan farmasi klinik di Puskesmas.
Modul ini juga membahas tentang ruang lingkup pengelolaan obat, perencanaan,
pengadaan, pendistribusian, penyimpanan, pencatatan, pelaporan, pelayanan farmasi
klinik dan penggunaan obat rasional.
2 TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan pembelajaran umum materi ini adalah setelah mempelajari materi ini peserta
mampu melakukan manajemen obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi
klinik dan penggunaan obat rasional di Puskesmas.
3 POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan materi ini terdiri atas:
1. Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas
2. Pelayanan Farmasi Klinik
3. Penggunaan Obat Rasional
4 BAHAN BELAJAR
1. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 tahun 2014 tentang Pengadaan Obat
Berdasarkan Katalog Elektronik (e-katalogue)
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2016 tentang Penggunaan Dana
Kapitasi JKN untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional
pada Faskes Tk. I Milik Pemerintah Daerah
5 LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah 1: Pengkondisian
Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat serta memperkenalkan diri
(apabila belum diperkenalkan). Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran,
sebaiknya menggunakan bahan tayangan.
Langkah 5: Rangkuman
Fasilitator merangkum tentang pembahasan materi ini dengan mengajak seluruh peserta
untuk melakukan refleksi, dilanjutkan memberikan apresiasi atas partisipasi aktif peserta.
6 URAIAN
MATERI
Pokok Bahasan 1: Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu kegiatan
pelayanan kefarmasian, yang terdiri dari aktifitas perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan
evaluasi.
Tujuan
Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai bertujuan untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan BMHP yang
efektif, efisien dan rasional, dengan mutu yang terjaga dan melaksanakan pengendalian
mutu pelayanan.
Dukungan manajemen dibutuhkan agar pengelolaan obat berjalan optimal, berupa SDM
yang kompeten, organisasi dan sistem informasi yang baik, serta pendanaan/
pembiayaan yang cukup dan berkelanjutan. Setiap tahapan dalam pengelolaan obat
harus dilakukan sesuai dengan hukum, kebijakan dan peraturan perundangan,
contohnya adanya formularium nasional sebagai acuan dalam seleksi, adanya peraturan
presiden sebagai peraturan dalam pengadaan, adanya pengaturan dalam pengelolaan
Barang Milik Daerah, adanya pedoman pengelolaan obat. Semua hal tersebut harus
menjadi acuan dalam melakukan pengelolan obat di sektor publik.
Permasalahan terkait pengelolaan obat akan terjadi apabila salah satu tahapan tidak
berjalan dengan benar. Hal ini bisa diakibatkan baik karena kesalahan yang dilakukan
pada satu atau lebih fungsi pengelolaan, atau karena tidak adanya koordinasi antara
pihak yang terlibat dalam setiap tahapan, mengingat banyaknya stake holder yang
berperan mulai dari seleksi obat sampai obat tersebut digunakan oleh pasien.
Pengelolaan obat yang tidak baik akan menyebabkan terganggunya ketersediaan obat
dan / menurunnya mutu obat sehingga akan menurunkan kualitas pelayanan kesehatan
dan turunnya capaian program kesehatan di Puskesmas, atau dampak lain yang
berhubungan dengan inefisiensi, seperti overstock, obat rusak/ kadaluarsa.
Hasil Permintaan
Dukungan
Pembelian
Manajemen
Penerimaan
A. Perencanaan.
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis
pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
obat di Puskesmas. Seleksi obat mengacu kepada Formularium Nasional.
Formularium Nasional (Fornas) adalah daftar obat terpilih yang disusun berdasarkan
bukti ilmiah mutakhir oleh Komite Nasional Penyusunan Formularium Nasional,
dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
dapat menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan penyerahan
obat secara langsung dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke Puskesmas.
B. Pengadaan Obat
Hal-hal penting dalam penggunaan dana kapitasi untuk pembelian obat/ BMHP:
a. Mengacu kepada Formularium Nasional untuk FKTP
b. Mengacu kepada Peraturan Pengadaan yang berlaku, misalnya kewajiban
menggunakan e-catalogue
c. Harus ada organisir pengadaan: Pejabat Pembuat Komitmen dan Pejabat
Penerimaan, bila tidak ada di Puskesmas bisa dilakukan dengan melakukan
koordinasi dengan Dinas Kesehatan yang sudah mempunyai perangkat
pengadaan
Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain
yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas.
E. Penggunaan Obat
1) Alur Pelaporan.
Data LPLPO merupakan kompilasi dari data stok gudang Puskesmas dan sub
unit Pelayanan. LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap diberikan ke Dinkes
Kabupaten/Kota melalui Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, untuk diisi jumlah
yang diserahkan. Setelah ditanda tangani oleh kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota, satu rangkap untuk Kepala Dinas Kesehatan, satu rangkap untuk
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan satu rangkap dikembalikan ke
puskesmas. Laporan lain yang mendukung administrasi adalah laporan
keuangan/asset/ BMD sesuai peraturan Daerah masing-masing, laporan
ketersediaan obat indikator, pencatatan dilakukan setiap tanggal 25, jika tanggal
25 jatuh pada hari libur, maka pencatatan dilakukan pada hari kerja berikutnya
2) Periode Pelaporan.
LPLPO sudah harus diterima oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota paling
lambat tanggal 10 setiap bulannya atau berdasarkan kebijakan Kabupaten/ Kota.
Laporan ketersediaan obat indikator dilakukan setiap bulan paling lambat tanggal
1 bulan berikutnya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
Kegiatan:
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen/masyarakat
secara pro aktif dan pasif melalui penyuluhan maupun buletin, leaflet, label
obat, poster, majalah dinding.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
3. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
C. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan
dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara
lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat,
efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan
obat.
Kegiatan:
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang diberikan oleh dokter
kepada pasien dan menjelaskan atau memperagakan cara penggunaan
obat.
3. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
D. Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan:
1. Memeriksa Obat pasien.
2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan Obat.
4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam
terapi pasien.
Kegiatan:
1. Menganalisis laporan efek samping Obat.
2. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping Obat.
3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
1. Identitas Penanya
Nama ………………………………………………….. No. Telp. ………………………………
Status : Pasien/ Keluarga Pasien/ Petugas Kesehatan (………………………………………..)*
2. Data Pasien
Umur : …….tahun; Tinggi : ….... cm; Berat : ………kg; Jenis kelamin : Laki laki/
Perempuan )* Kehamilan : Ya (……minggu)/ Tidak )* Menyusui : Ya/ Tidak )*
3. Pertanyaan
Uraian Pertanyaan :
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
Jenis Pertanyaan:
Identifikasi Obat Stabilitas Farmakokinetika
Interaksi Obat Dosis Farmakodinamika
Harga Obat Keracunan Ketersediaan Obat
Kontra Indikasi Efek Samping Obat Lain-lain
Cara Pemakaian Penggunaan …………………..
Terapeutik
4. Jawaban
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………......
5. Referensi
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
H a ri/T g l :
PARAF PETUGAS
PARAF PASIEN
PENUNJANG
KONTRA INDIKASI
EFEK SAMPING
PENYIMPANAN
CARA PAKAI
NAMA OBAT
STABILITAS
INTERAKSI
NAMA
LAIN-LAIN
SEDIAAN
INDIKASI
NO UMUR POLI Dx
DOSIS
PASIEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
Pelaporan
A. Deskripsi
Penggunaan obat yang rasional (POR) merupakan salah satu langkah dalam
upaya pembangunan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu, di setiap fasilitas kesehatan, sehingga tercapai
keselamatan pasien (patient safety).
a. Tepat Diagnosis
d. Tepat Dosis
sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval
setiap 8 jam. Jika 2 kali sehari berarti harus diminum setiap 12 jam.
k. Tepat Informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat
penting dalam menunjang keberhasilan terapi.
Contoh:
- Pasien harus diinformasikan bahwa penggunaan rifampisin dapat
menyebabkan urine berwarna merah.
- Peresepan antibiotik harus disertai informasi bahwa obat tersebut
harus diminum sampai habis selama satu kurun waktu pengobatan (1
course of treatment), meskipun gejala-gejala klinik sudah mereda atau
hilang sama sekali.
c. Indikator Fasilitas
1) Pengetahuan pasien mengenai dosis yang benar.
2) Ketersediaan Daftar Obat Esensial
3) Ketersediaan key drugs
2. Indikator tambahan
Indikator ini dapat diperlakukan sebagai tambahan terhadap
indikator inti. Contoh indikator tambahan:
a. Persentase pasien yang diterapi tanpa obat
b. Rerata biaya obat tiap peresepan
c. Persentase pasien yang puas dengan pelayanan yang diberikan
3. Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan
d. Rerata Item per obat per lembar resep pada diagnosa tunggal
Keterangan :
Kolom 4 : diisi dari hasil perhitungan Rerata Item Obat per lembar Resep
pada diagnosis ISPA Non-Pneumonia (Form.1)
Kolom 5 : diisi dari hasil perhitungan Rerata Item Obat per lembar Resep
pada diagnosis Diare Non-Spesifik (Form. 2)
Kolom 6 : diisi dari hasil perhitungan Rerata Item Obat per lembar Resep
pada diagnosis Myalgia (Form. 3)
R=
7 PENUGASAN
1. Peserta dibagi dalam 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.
2. Setiap peserta dalam kelompok akan membahas masalah terkait
a. upaya peningkatan manajemen pengelolaan obat sesuai standar
b. strategi puskesmas untuk menjamin ketersediaan obat dan BMHP
c. upaya peningkatan peran tenaga kefarmasian dalam pelayanan kefarmasian
d. peningkatan penggunaan antibiotik secara bijak di puskesmas
3. Setiap kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi dan untuk mendapat
tanggapan dari peserta lain.
4. Diskusi dilakukan selama 30 menit dan dilanjutkan dengan presentasi selama 20
menit.
8 RANGKUMAN
Puskesmas merupakan prospek pelayanan kesehatan ke depan yang baik,
dimana obat dan pelayanan akan lebih banyak dilaksanakan di gate keeper,
termasuk pelayanan kefarmasian. Apoteker yang bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan primer akan mempunyai peran yang sangat strategis
dalam peningkatan penggunaan obat rasional.
9 DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 tahun 2014 tentang Pengadaan Obat
Berdasarkan Katalog Elektronik (e-katalogue)
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2016 tentang Penggunaan Dana
Kapitasi JKN untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional
pada Faskes Tk. I Milik Pemerintah Daerah
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
5. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskemas, Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010
6. Management Science for Health, World Health Organization, 2012
7. Modul Penggunaan Obat Rasional, Direktorat Pelayanan Kefarmasian, 2015