Anda di halaman 1dari 37

Materi Inti 3c3.

Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai


Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

MI 3c3
MANAJEMEN SUMBER DAYA PADA
OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI

i Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

DAFTAR ISI
1 : DISKRIPSI SINGKAT ................................................................. 1

2 : TUJUAN PEMBELJARAN ......................................................... 2

3 : POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN .......................... 2

4 : BAHAN AJAR ............................................................................. 2

5 : LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN .................................. 3

6 : URAIAN MATERI ....................................................................... 4

Pokok Bahasan 1 : Pengelolaan obat dan bahan medis 4


habis pakai
Pokok Bahasan 2 : Pelayanan Farmasi Klinik 12

Pokok Bahasan 3 : Penggunaan Obat Rasional 23

7 : PENUGASAN ............................................................................ 34

8 : RANGKUMAN ………………………………………………….. 34

9 : DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 35

ii Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

1 DESKRIPSI SINGKAT
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan
pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas.

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan


dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus
mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan
kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat.

Modul ini membahas tentang pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai di
Puskemas yang meliputi perencanaan dan permintaan obat dan bahan medis habis
pakai, penerimaan, penyimpananan dan distribusi obat dan bahan medis habis pakai,
pencatatan dan pelaporan obat dan bahan medis habis pakai dan evaluasi pengelolaan
obat dan bahan medis habis pakai, dan pelaksanaan farmasi klinik di Puskesmas.

Modul ini juga membahas tentang ruang lingkup pengelolaan obat, perencanaan,
pengadaan, pendistribusian, penyimpanan, pencatatan, pelaporan, pelayanan farmasi
klinik dan penggunaan obat rasional.

1 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

2 TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan pembelajaran umum materi ini adalah setelah mempelajari materi ini peserta
mampu melakukan manajemen obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi
klinik dan penggunaan obat rasional di Puskesmas.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas
2. Menjelaskan pelayanan farmasi klinik di Puskesmas
3. Menjelaskan ruang lingkup penggunaan obat rasional

3 POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan materi ini terdiri atas:
1. Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas
2. Pelayanan Farmasi Klinik
3. Penggunaan Obat Rasional

4 BAHAN BELAJAR
1. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 tahun 2014 tentang Pengadaan Obat
Berdasarkan Katalog Elektronik (e-katalogue)
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2016 tentang Penggunaan Dana
Kapitasi JKN untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional
pada Faskes Tk. I Milik Pemerintah Daerah

2 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Puskesmas
5. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskemas, Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010
6. Management Science for Health, World Health Organization, 2012
7. Modul Penggunaan Obat Rasional, Direktorat Pelayanan Kefarmasian, 2015

5 LANGKAH PEMBELAJARAN

Langkah 1: Pengkondisian
Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat serta memperkenalkan diri
(apabila belum diperkenalkan). Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran,
sebaiknya menggunakan bahan tayangan.

Langkah 2: Pokok Bahasan 1


Fasilitator menyampaikan materi tentang perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, distribusi obat dan bahan medis habis pakai termasuk pencatatan,
pelaporan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai.

Langkah 3: Pokok Bahasan 2


Fasilitator menyampaikan paparan tentang pelayanan farmasi klinik serta pencatatan dan
pelaporannya.

Langkah 4: Pokok Bahasan 3


Fasilitator menyampaikan paparan tentang penggunaan obat rasional. Materi dalam sesi
ini dijelaskan dengan melibatkan partisipasi aktif peserta.

Langkah 5: Rangkuman
Fasilitator merangkum tentang pembahasan materi ini dengan mengajak seluruh peserta
untuk melakukan refleksi, dilanjutkan memberikan apresiasi atas partisipasi aktif peserta.

3 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

6 URAIAN
MATERI
Pokok Bahasan 1: Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian bahwa pelayanan kefarmasian di puskesmas adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber
daya manusia dan sarana dan prasarana.

Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk:


a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian;dan
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety).

Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus didukung oleh


ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi kepada
keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu kegiatan
pelayanan kefarmasian, yang terdiri dari aktifitas perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan
evaluasi.

Tujuan

Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai bertujuan untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan BMHP yang

4 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

efektif, efisien dan rasional, dengan mutu yang terjaga dan melaksanakan pengendalian
mutu pelayanan.

Dukungan manajemen dibutuhkan agar pengelolaan obat berjalan optimal, berupa SDM
yang kompeten, organisasi dan sistem informasi yang baik, serta pendanaan/
pembiayaan yang cukup dan berkelanjutan. Setiap tahapan dalam pengelolaan obat
harus dilakukan sesuai dengan hukum, kebijakan dan peraturan perundangan,
contohnya adanya formularium nasional sebagai acuan dalam seleksi, adanya peraturan
presiden sebagai peraturan dalam pengadaan, adanya pengaturan dalam pengelolaan
Barang Milik Daerah, adanya pedoman pengelolaan obat. Semua hal tersebut harus
menjadi acuan dalam melakukan pengelolan obat di sektor publik.

Permasalahan terkait pengelolaan obat akan terjadi apabila salah satu tahapan tidak
berjalan dengan benar. Hal ini bisa diakibatkan baik karena kesalahan yang dilakukan
pada satu atau lebih fungsi pengelolaan, atau karena tidak adanya koordinasi antara
pihak yang terlibat dalam setiap tahapan, mengingat banyaknya stake holder yang
berperan mulai dari seleksi obat sampai obat tersebut digunakan oleh pasien.
Pengelolaan obat yang tidak baik akan menyebabkan terganggunya ketersediaan obat
dan / menurunnya mutu obat sehingga akan menurunkan kualitas pelayanan kesehatan
dan turunnya capaian program kesehatan di Puskesmas, atau dampak lain yang
berhubungan dengan inefisiensi, seperti overstock, obat rusak/ kadaluarsa.

Permintaan per periode

Hasil Permintaan

Dukungan
Pembelian
Manajemen

Penerimaan

5 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

A. Perencanaan.
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis
pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
obat di Puskesmas. Seleksi obat mengacu kepada Formularium Nasional.
Formularium Nasional (Fornas) adalah daftar obat terpilih yang disusun berdasarkan
bukti ilmiah mutakhir oleh Komite Nasional Penyusunan Formularium Nasional,
dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Tujuan perencanaan obat adalah untuk:


1. Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai yang
sesuai dengan kebutuhan;
2. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat dan bahan medis habis pakai;
3. Mendukung terlaksananya penggunaan obat yang rasional

Pemerintah daerah berwenang merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, vaksin,


dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Secara umum
metoda perencanaan ada dua, pertama adalah metoda epidemiologi/ morbiditas,
biasanya digunakan untuk perencanaan obat program kesehatan, kedua adalah
metoda konsumsi yaitu perencanaan dengan cara memperhitungkan jumlah
konsumsi obat per periode tertentu. Kewenangan merencanakan kebutuhan sediaan
farmasi, vaksin, dan bahan medis habis pakai tetap memperhatikan pengaturan dan
pembinaan standar yang berlaku secara nasional.

Kegiatan perencanaan di Puskesmas secara umum ada dua, pertama adalah


perencanaan obat tahunan, hasilnya dibahas bersama stake holder terkait dalam
pertemuan penyusunan Rencana Kebutuhan Obat di tingkat Kabupaten, untuk
kemudian di kompilasi di tingkat Provinsi dan Pusat. Kegiatan kedua adalah
perencanaan permintaan secara periodik ke Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.
Perencanaan permintaan pada prinsipnya adalah aktifitas untuk menentukan jenis
dan jumlah obat/ BMHP yang akan diminta kepada Instalasi Farmasi Kabupaten/
Kota untuk memenuhi kebutuhan selama satu periode distribusi, untuk mendukung
pelayanan kesehatan di masing-masing Puskesmas. Permintaan diajukan dengan
LPLPO, diajukan olehKepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu
penyerahan obat kepada Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

6 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

dapat menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan penyerahan
obat secara langsung dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke Puskesmas.

Permintaan hendaknya memperhitungkan stok optimum, stok optimum adalah stok


ideal setiap jenis obat /BMHP yang harus dijaga pada setiap periode distribusi, untuk
mendapatkan stok optimum harus diperhitungkan waktu tunggu permintaan obat,
buffer stok, jumlah hari kekosongan obat dan pemakaian rata-rata per harinya.
Permintaan juga mempertimbangkan trend kunjungan dan pola penyakit.

B. Pengadaan Obat

Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan proses untuk penyediaan


obat yang dibutuhkan di Unit Pelayanan Kesehatan. Pengadaan di Puskesmas bisa
diartikan lebih luas sebagai proses penyediaan barang, secara teknis merupakan
realisasi perencanaan menjadi ketersediaan obat, bisa dengan melakukan
permintaan ke Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota atau dengan melakukan
pembelian menggunakan dana kapitasi Puskesmas, apabila diperlukan.

Instalasi Farmasi akan melakukan verifikasi permintaan dalam LPLPO, termasuk


memperhitungkan ketersediaan stoknya untuk menentukan jumlah yang akan
diberikan kepada Puskesmas. Selain dengan meminta ke Instalasi Farmasi
Kabupaten/ Kota, pengadaan bisa dilaksanakan dengan melakukan pembelian
menggunakan dana kapitasi apabila terjadi kekurangan obat. Pengadaan obat/
BMHP terkait dengan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan dapat
dilakukan oleh SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan harus mempertimbangkan ketersediaan yang
dialokasikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Hal-hal penting dalam penggunaan dana kapitasi untuk pembelian obat/ BMHP:
a. Mengacu kepada Formularium Nasional untuk FKTP
b. Mengacu kepada Peraturan Pengadaan yang berlaku, misalnya kewajiban
menggunakan e-catalogue
c. Harus ada organisir pengadaan: Pejabat Pembuat Komitmen dan Pejabat
Penerimaan, bila tidak ada di Puskesmas bisa dilakukan dengan melakukan
koordinasi dengan Dinas Kesehatan yang sudah mempunyai perangkat
pengadaan

7 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

C. Penerimaan dan Penyimpanan


Obat yang dikirimkan oleh Instalasi Farmasi maupun hasil pengadaan dengan dana
kapitasi, sebelum disimpan, harus dilakukan proses penerimaan.

Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain
yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas.

Dalam kegiatan penerimaan, aktifitas yang harus dilakukan adalah memeriksa


kesesuaian dokumen dengan fisiknya, seperti nama obat,kekuatan, bentuk sediaan,
jumlah,dan waktu kadaluarsa. Kegiatan administratif juga harus dilakukan dengan
baik, seperti memasukkan obat yang diterima dalam buku penerimaan obat,
mengarsipkan dokumen penerimaan dan lainnya. Obat yang sudah diterima
kemudian disimpan di ruang peyimpanan Puskesmas, sesuai ketentuan penyimpanan
setiap obat.

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara


menempatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada tempat
penyimpanan sesuai dengan kondisi dipersyaratkan dalam kemasan. Penyimpanan
diselenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
kondisi yang dipersyaratkan dalam kemasan.

Tujuan penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan sebagai berikut:


1. Memelihara dan menjamin mutu
Penyimpanan harus memperhatikan kelembaban dan suhu, karena hal tersebut
akan berpengaruh terhadap kualitas/ mutu obat, pencatatan suhu dan
kelembaban harus dilakukan untuk dievaluasi, obat tidak boleh menempel
langsung dengan dinding/ lantai. Sirkulasi udara yang baik harus diperhatikan.
Obat juga sebaiknya tidak terkena sinar matahari langsung, aspek kebersihan
harus diperhatikan.
2. Menjamin keamanan persediaan
Pintu gudang obat dengan kunci ganda, pemasangan teralis, penyimpanan
narkotik/ psikotropik pada tempat khusus, merupakan hal-hal penting untuk
menjaga obat agar aman baik dari pencurian, kebakaran maupun
penyalahgunaan. Pembatasan personil yang bisa masuk ke ruang penyimpanan
juga harus dilakukan.

8 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

3. Memudahkan dalam melakukan pencarian dan pengawasan


Obat dalam jumlah koli utuh diletakkan diatas pallet, obat dengan jumlah sedikit
di rak. Penyusunan stok harus berdasarkan klasifikasi tertentu, seperti
pemisahan obat dan BMHP, obat luar dan dalam, penyusunan secara alfabetis
maupun farmakologis.
4. Mengendalikan stok
Pengendalian stok salah satunya dilakukan dalam penyimpanan obat, yaitu
dengan adanya kartu stok yang diletakkan didekat setiap item obat, dilakukannya
stok opname secara periodik, prinsip FEFO-FIFO terhadap obat yang akan
didistribusikan.

D. Distribusi Obat di Puskesmas.


Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka mendistribusikan sediaan
farmasi dan alat kesehatan kepada unit layanan /satuan kerja/ fasilitas kesehatan
dalam jenis dan jumlah yang tepat dengan menggunakan sarana distribusi serta
peralatan penunjang penyimpanan dan distribusi yang dapat memastikan mutu
sepanjang jalur distribusi. Distribusi di Puskesmas dilakukan ke sub unit pelayanan
kesehatan, baik di internal Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,
Posyandu. dan Polindes. Kegiatan distribusi harus mempertimbangkan kebutuhan
dan ketersediaan obat, metoda (Pull dan Push) dan frekuensi distribusi. Penentuan
metoda dan frekwensi distribusi harus mempertimbangkan ketersediaan anggaran,
SDM, jarak serta kondisi geografis. Jumlah dan jenis obat yang akan diberikan harus
mempertimbangkan pemakaian rata-rata per periode untuk setiap jenis obat, sisa
stok, pola penyakit., jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan
kesehatan.

E. Penggunaan Obat

Penggunaan obat berhubungan dengan ketersediaan obat dan dinamika logistik


obat secara luas. Penggunaan obat yang rasional salah satunya, harus didukung
dengan ketersediaan obatnya, sebaliknya penggunaan obat yang tidak rasional,
misalnya karena terjadi over prescriber menyebabkan data penggunaan yang tidak
baik, sehingga data yang dibutuhkan untuk perencanaan pada periode sebelumnya
menjadi tidak tepat. Data penggunaan obat periode sebelumnya akan digunakan

9 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

untuk menghitung perencanaan kebutuhan periode selanjutn6ya, baik dengan


metoda konsumsi maupun morbiditas/ epidemiologi.

F. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan
dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas dan atau unit
pelayanan lainnya.

1) Alur Pelaporan.
Data LPLPO merupakan kompilasi dari data stok gudang Puskesmas dan sub
unit Pelayanan. LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap diberikan ke Dinkes
Kabupaten/Kota melalui Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, untuk diisi jumlah
yang diserahkan. Setelah ditanda tangani oleh kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota, satu rangkap untuk Kepala Dinas Kesehatan, satu rangkap untuk
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan satu rangkap dikembalikan ke
puskesmas. Laporan lain yang mendukung administrasi adalah laporan
keuangan/asset/ BMD sesuai peraturan Daerah masing-masing, laporan
ketersediaan obat indikator, pencatatan dilakukan setiap tanggal 25, jika tanggal
25 jatuh pada hari libur, maka pencatatan dilakukan pada hari kerja berikutnya

2) Periode Pelaporan.
LPLPO sudah harus diterima oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota paling
lambat tanggal 10 setiap bulannya atau berdasarkan kebijakan Kabupaten/ Kota.
Laporan ketersediaan obat indikator dilakukan setiap bulan paling lambat tanggal
1 bulan berikutnya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.

G. Evaluasi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Evaluasi adalah serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan


memperoleh informasi tentang keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan, hasil dan
dampak serta biayanya. Fokus utama dari evaluasi adalah mencapai perkiraan yang
sistematis dari dampak program.

Evaluasi bisa dilakukan baik selama berlangsungnya kegiatan/ program, ataupun


pada akhir program/ kegiatan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan indikator-
indikator pengelolaan obat dan BMHP.

10 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

Berikut adalah beberapa Indikator Pengelolaan Obat di Puskesmas

1. Kesesuaian item obat yang tersedia dengan Formularium Nasional.


Merupakan total item obat yang termasuk dalam Formularium Nasional
untuk FKTP dibagi dengan total item obat yang tersedia di Puskesmas.
Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di puskesmas berupa jumlah
item obat yang tersedia dan jumlah item obat yang tidak termasuk dalam
Formularium Nasional untuk FKTP.

2. Tingkat ketersediaan obat.


Merupakan Jumlah (kuantum) yang tersedia/ sisa stok suatu item obat
dibagi dengan pemakaian rata-rata obat per periode tertentu. Hal ini bisa
dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kekosongan obat sampai
kedatangan obat berikutnya.

3. Prosentase dan nilai obat rusak/kadaluarsa.


Merupakan Jumlah jenis obat yang rusak atau kadaluwarsa dibagi dengan
total jenis obat. Untuk mendapatkan nilainya, didapatkan dengan
mengalikan jumlah setiap item obat dengan harganya. Semakin
menurunnya persentase obat rusak/kadaluwarsa bisa menjadi salah satu
indikator semakin baiknya pengelolaan obat.

4. Prosentase rata-rata bobot dari variasi persediaan.


Merupakan prosentase rata-rata bobot dari variasi persediaan
menggambarkan tingkat ketepatan sistem pencatatan stok yang
mencerminkan keadaan nyata fisik obat. Evaluasi ini dilakukan setiap
dilakukan stok opname, semakin menurunnya selisih jumlah perhitungan
fisik dan jumlah dalam kartu stok bisa diartikan sebagai salah satu
indikator pengelolaan yang lebih baik. Persentase bisa didapatkan dengan
membagi jumlah total selisih semua obat yang diukur dengan jumlah total
fisik semua obat yang diukur.

5. Prosentase rata-rata waktu kekosongan obat.


Waktu kekosongan obat didefisikan sebagai jumlah hari obat kosong
dalam satu tahun. Prosentase rata-rata waktu kekosongan obat adalah
Prosentase jumlah hari kekosongan obat dalam satu tahun. Penilaian bisa
dilakukan untuk jenis-jenis obat tertentu maupun seluruh obat .Data bisa

11 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

didapatkan dengan membagi jumlah hari kekosongan obat-obat yang


diukur dalam setahun dibagi dengan jumlah jenis obat yang diukur selama
setahun dikali jumlah hari kerja Puskesmas dalam setahun.

6. Prosentase obat yang tidak diresepkan.


Jumlah jenis obat yang tidak pernah diresepkanselama 6 (enam) bulan
dibagi jumlah jenis obat yang tersedia. Obat yang tidak diresepkan akan
menyebabkan terjadinya kelebihan obat dan inefisiensi. Untuk itu perlu
dilakukan komunikasi antara pengelola obat dengan pengguna obat agar
tidak terjadi hal seperti ini.

Sub Pokok Bahasan 2: Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian


yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Tujuan pelayanan farmasi klinik:
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan meningkatkan
kepatuhan pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.

Kegiatan pelayanan farmasi klinik terdiri dari:


1. Pengkajian dan pelayanan Resep
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
3. Konseling
4. Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
7. Evaluasi Penggunaan Obat

12 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

A. Pengkajian dan pelayanan Resep


Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Tujuan:
1. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
2. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.

Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat terdiri dari:


1. menyiapkan/meracik Obat
2. memberikan label/etiket
3. menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai
pendokumentasian

B. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan obat (contoh: kebijakan permintaan obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
3. Menunjang penggunaan obat yang rasional.

Kegiatan:
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen/masyarakat
secara pro aktif dan pasif melalui penyuluhan maupun buletin, leaflet, label
obat, poster, majalah dinding.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
3. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.

13 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

4. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan


Kefarmasian.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:


1. Sumber informasi Obat.
2. Tenaga.
3. Sarana

C. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan
dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara
lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat,
efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan
obat.
Kegiatan:
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang diberikan oleh dokter
kepada pasien dan menjelaskan atau memperagakan cara penggunaan
obat.
3. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Faktor yang perlu diperhatikan:


1. Kriteria pasien:
a. Pasien rujukan dokter.
b. Pasien dengan penyakit kronis, geriatrik, atau pediatrik
c. Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan polifarmasi.
d. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.

2. Sarana dan prasarana:


a. Ruangan khusus.
b. Kartu pasien/catatan konseling.

14 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat risiko


masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial,
karateristik Obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan Obat,
kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana
menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan
kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya
keberhasilan terapi Obat.

D. Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan:
1. Memeriksa Obat pasien.
2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan Obat.
4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam
terapi pasien.

Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan


dokumentasi dan rekomendasi.

E. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:
1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat
dikenal atau yang baru saja ditemukan.

15 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

Kegiatan:
1. Menganalisis laporan efek samping Obat.
2. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping Obat.
3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

F. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
Tujuan:
1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
2. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.
Kriteria pasien:
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
Kegiatan:
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria dan membuat catatan awal.
2. Memberikan penjelasan pada pasien.
3. Mengambil data yang dibutuhkan
4. Melakukan evaluasi.
5. Memberikan rekomendasi.

G. Evaluasi Penggunaan Obat


Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan:
1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.

16 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai standar


prosedur operasional.

Pencatatan Pelayanan Informasi Obat dan Konseling


Dalam Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dijelaskan tata cara
pencatatan dan pelaporan berikut format Pencatatan Pemberian Informasi
Obat dan Konseling dan Format Laporan Pelayanan Kefarmasian.

17 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

FORMULIR PELAYANAN INFORMASI OBAT

No. …..... Tanggal : ……… Waktu : …… Metode : Lisan/ Tertulis/ Telepon )*

1. Identitas Penanya
Nama ………………………………………………….. No. Telp. ………………………………
Status : Pasien/ Keluarga Pasien/ Petugas Kesehatan (………………………………………..)*
2. Data Pasien
Umur : …….tahun; Tinggi : ….... cm; Berat : ………kg; Jenis kelamin : Laki laki/
Perempuan )* Kehamilan : Ya (……minggu)/ Tidak )* Menyusui : Ya/ Tidak )*

3. Pertanyaan
Uraian Pertanyaan :
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
Jenis Pertanyaan:
Identifikasi Obat Stabilitas Farmakokinetika
Interaksi Obat Dosis Farmakodinamika
Harga Obat Keracunan Ketersediaan Obat
Kontra Indikasi Efek Samping Obat Lain-lain
Cara Pemakaian Penggunaan …………………..
Terapeutik

18 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

4. Jawaban
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………......

5. Referensi
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………

6. Penyampaian Jawaban : Segera/ Dalam 24 jam/ Lebih dari 24 jam )*


Apoteker yang menjawab : ………………………………………………………………………… Tanggal : ……………………………… Waktu :
………………………………….
Metode Jawaban : Lisan/Tertulis/Telepon )*
*) coret yang tidak perlu

19 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

Form. Informasi Obat

LEM BAR PENCATATAN


P E M B E R IA N IN F O R M A S I O B A T P A S IE N
PUSK E SM AS __________________________

H a ri/T g l :

INFORMASI YANG DIBERIKAN

PARAF PETUGAS
PARAF PASIEN
PENUNJANG

KONTRA INDIKASI

EFEK SAMPING
PENYIMPANAN
CARA PAKAI
NAMA OBAT

STABILITAS

INTERAKSI
NAMA

LAIN-LAIN
SEDIAAN

INDIKASI
NO UMUR POLI Dx

DOSIS
PASIEN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst

20 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

Pelaporan

Pelaporan pemberian informasi merupakan rekapitulasi pemberian informasi obat


yang dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan. Hasil rekapitulasi dilaporkan secara
berjenjang kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Dinas
Kesehatan Provinsi dan Direktorat Pelayanan Kefarmasian.

21 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

22 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

Sub Pokok Bahasan 3: Penggunaan Obat Rasional

A. Deskripsi
Penggunaan obat yang rasional (POR) merupakan salah satu langkah dalam
upaya pembangunan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu, di setiap fasilitas kesehatan, sehingga tercapai
keselamatan pasien (patient safety).

WHO memperkirakan bahwa lebih dari 50 % dari seluruh obat di dunia


diresepkan, diberikan dan dijual dengan cara yang tidak tepat dan separuh dari
pasien menggunakan obat secara tidak tepat. Untuk mengatasi hal tersebut
perlu diterapkan penggunaan obat rasional untuk menjamin pasien
mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode
waktu yang adekuat dengan harga yang terjangkau. Penggunaan obat
dikatakan rasional (WHO, 1985) bila pasien menerima obat yang sesuai
dengan kebutuhan klinisnya, untuk periode waktu yang adekuat dengan harga
yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat.

Secara praktis, penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria:

a. Tepat Diagnosis

Penggunaan obat dikatakan rasional jika diberikan untuk diagnosis


yang tepat. Jika diagnosa tidak tepat, maka terapi dan pemilihan obat
menjadi tidak tepat.

b. Tepat Indikasi Penyakit

Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik, misalnya antibiotik


dan diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat
ini hanya untuk pasien yang memiliki gejala infeksi bakteri. Contoh lainnya
adalah pemberian simvastatin harus dilengkapi dengan hasil pemeriksaan
kadar kolesterol darah terapi simvastatin tanpa melakukan pemeriksaan
kadar kolesterol (LDL), dikatakan tidak rasional.

23 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

c. Tepat Pemilihan Obat

Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis


ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang
memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit dan selalu waspada
terhadap kemungkinan pasien alergi terhadap obat tertentu.
Contoh: pemberian siprofloksasin untuk mengatasi ISPA pada anak. Gejala
demam terjadi pada hampir semua kasus infeksi dan inflamasi. Untuk
sebagian besar demam, pemberian parasetamol lebih dianjurkan, karena
disamping efek antipiretiknya, obat ini relatif paling aman dibandingkan
dengan antipiretik yang lain. Pemberian antiinflamasi non steroid (misalnya
ibuprofen) hanya dianjurkan untuk demam yang terjadi akibat proses
peradangan atau inflamasi.

d. Tepat Dosis

Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap


efek terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat
dengan rentang terapi yang sempit akan sangat berisiko menimbulkan efek
samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin
tercapainya kadar terapi yang diharapkan.
Contoh: pemerian kaptopril dengan dosis terendah pada pasien hipertensi
yang sudah terbiasa mendapatkan dosis 3 x 25 mg.

e. Tepat Cara Pemberian

Cara pemberian obat tergantung kepada bentuk sediaan dan kondisi


pasien. Misalnya obat antasida seharusnya dikunyah dulu sebelum ditelan.
Demikian pula dengan pemberian tablet suldaferrosus seharusnya tidak
boleh diberikan bersama susu.

f. Tepat Interval Waktu Pemberian

Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan


praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Obat yang harus diminum 3 kali

24 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval
setiap 8 jam. Jika 2 kali sehari berarti harus diminum setiap 12 jam.

g. Tepat Lama Pemberian


Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-
masing. Untuk Tuberkulosis dan Kusta, lama pemberian paling singkat
adalah 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah
10-14 hari. Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang
seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan

h. Waspada terhadap Efek Samping


Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping yaitu efek yang
tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi.
Misalnya muka merah setelah pemberian atropin bukan alergi, tetapi efek
samping sehubungan vasodilatasi pembuluh darah di wajah. Pemberian
tetrasiklin tidak boleh dilakukan pada anak kurang dari 12 tahun, karena
menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang yang sedang tumbuh.

i. Tepat Penilaian Kondisi Pasien


Respon individu terhadap efek obat sangat beragam. Hal ini lebih
jelas terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida.
Pada penderita dengan kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida
sebaiknya dihindarkan karena risiko terjadinya nefrotoksisitas pada
kelompok ini meningkat secara bermakna.

Beberapa kondisi berikut harus dipertimbangkan sebelum memutuskan


pemberian obat.
- β-bloker (misalnya propranolol) hendaknya tidak diberikan pada penderita
hipertensi yang memiliki riwayat asma, karena obat ini memberi efek
bronkhospasme.

- Antiinflamasi Non Steroid (AINS) sebaiknya juga dihindari pada penderita


asma, karena obat golongan ini terbukti dapat mencetuskan serangan
asma.

25 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

j. Pemberian obat yang efektif, aman, mutu terjamin serta tersedia


setiap saat dengan harga yang terjangkau

Pemilihan obat dalam Daftar Obat Esensial Nasional dan


Formularium Nasional didahulukan karena telah dipertimbangkan
efektivitas, keamanan dan harganya oleh Tim Ahli.

k. Tepat Informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat
penting dalam menunjang keberhasilan terapi.
Contoh:
- Pasien harus diinformasikan bahwa penggunaan rifampisin dapat
menyebabkan urine berwarna merah.
- Peresepan antibiotik harus disertai informasi bahwa obat tersebut
harus diminum sampai habis selama satu kurun waktu pengobatan (1
course of treatment), meskipun gejala-gejala klinik sudah mereda atau
hilang sama sekali.

l. Tepat Tindak Lanjut


Pada saat pemberian terapi, harus dipertimbangkan upaya tindak
lanjut yang diperlukan untuk pasien yang mengalami efek samping atau
pasien tidak sembuh.
Contoh: pemberian antidiabetes harus selalu diikuti dengan pemeriksaan
kadar gula darah beberapa hari (minimal 1 minggu) setelah pemberian.

m. Tepat Penyerahan Obat


Proses penyiapan obat dan penyerahan obat (dispensing) harus
dilakukan secara tepat oleh tenaga kefarmasian agar pasien mendapat
obat yang benar dan disertai informasi obat yang tepat.

n. Pasien Patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan


Ketidaktaatan minum obat umumnya terjadi pada keadaan berikut:
-Jenis dan atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak.
-Frekuensi pemberian obat terlalu sering.

26 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

-Jenis sediaan obat terlalu beragam


-Pemberian obat dalam waktu panjang tanpa disertai informasi obat.

-Pasien tidak mendapatkan informasi/ penjelasan yang cukup


mengenai cara minum/ menggunakan obat.

-Timbulnya efek samping

B. Indikator penggunaan obat rasional


WHO telah menyusun indikator inti dan indikator tambahan sebagai
acuan dalam mengukur capaian keberhasilan upaya dan intervensi dalam
peningkatan penggunaan obat rasional. Berdasarkan hal itu, Kementerian
Kesehatan telah menetapkan Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator
Kinerja Kegiatan (IKK). Indikator ini merupakan alat ukur pencapaian kinerja
pemerintah termasuk di fasilitas kesehatan dalam upaya peningkatan
penggunaan obat rasional. Indikator kinerja ditetapkan untuk 3 penyakit yaitu
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Non Pneumonia, Diare Non
Spesifik, penggunaan injeksi pada myalgia dan rerata obat perlembar resep.
1. Indikator inti
a. Indikator Peresepan
1) Rerata jumlah item dalam tiap resep.
2) Persentase peresepan dengan nama generik.
3) Persentase peresepan dengan antibiotik.
4) Persentase peresepan dengan suntikan.
5) Persentase peresepan yang sesuai dengan Daftar Obat
Esensial.
b. Indikator Pelayanan
1) Rerata waktu konsultasi.
2) Rerata waktu penyerahan obat.
3) Persentase obat yang sesungguhnya diserahkan.
4) Persentase obat yang dilabel secara adekuat.

27 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

c. Indikator Fasilitas
1) Pengetahuan pasien mengenai dosis yang benar.
2) Ketersediaan Daftar Obat Esensial
3) Ketersediaan key drugs
2. Indikator tambahan
Indikator ini dapat diperlakukan sebagai tambahan terhadap
indikator inti. Contoh indikator tambahan:
a. Persentase pasien yang diterapi tanpa obat
b. Rerata biaya obat tiap peresepan
c. Persentase pasien yang puas dengan pelayanan yang diberikan
3. Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan

a. Persentase Penggunaan Antibiotik pada kasus Infeksi Saluran


Pernafasan Akut (ISPA) Non Pneumonia

b. Persentase Penggunaan Antibiotik pada kasus Diare Non Spesifik

c. Persentase Penggunaan Injeksi pada Kasus Myalgia

d. Rerata Item per obat per lembar resep pada diagnosa tunggal

Petugas di puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan indikator


POR secara berkala. Puskesmas mengirimkan data indikator peresepan
per triwulan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selanjutnya Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi
untuk diteruskan kepada Kementerian Kesehatan c.q. Direktorat
Pelayanan, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

28 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

29 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

30 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

31 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

Formulir Laporan Indikator Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas

32 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

Keterangan :

Bulan : bulan periode waktu pengambilan data

Tahun : tahun pengambilan data

Kolom 1 : diisi dari hasil perhitungan Persentase Penggunaan Antibiotik pada


diagnosis ISPA Non-Pneumonia (Form.1)

Kolom 2 : diisi dari hasil perhitungan Persentase Penggunaan Antibiotik pada


Diagnosis Diare Non-pesifik (Form.2)

Kolom 3 : diisi dari hasil perhitungan Persentase Penggunaan Antibiotik pada


diagnosis Myalgia (Form.3)

Kolom 4 : diisi dari hasil perhitungan Rerata Item Obat per lembar Resep
pada diagnosis ISPA Non-Pneumonia (Form.1)

Kolom 5 : diisi dari hasil perhitungan Rerata Item Obat per lembar Resep
pada diagnosis Diare Non-Spesifik (Form. 2)

Kolom 6 : diisi dari hasil perhitungan Rerata Item Obat per lembar Resep
pada diagnosis Myalgia (Form. 3)

Kolom 7 : merupakan nilai rerata item obat/lembar resep dari ke 3 diagnosis


yang diisi dengan rumus sebagai berikut :

R=

33 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

7 PENUGASAN
1. Peserta dibagi dalam 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.
2. Setiap peserta dalam kelompok akan membahas masalah terkait
a. upaya peningkatan manajemen pengelolaan obat sesuai standar
b. strategi puskesmas untuk menjamin ketersediaan obat dan BMHP
c. upaya peningkatan peran tenaga kefarmasian dalam pelayanan kefarmasian
d. peningkatan penggunaan antibiotik secara bijak di puskesmas
3. Setiap kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi dan untuk mendapat
tanggapan dari peserta lain.
4. Diskusi dilakukan selama 30 menit dan dilanjutkan dengan presentasi selama 20
menit.

8 RANGKUMAN
Puskesmas merupakan prospek pelayanan kesehatan ke depan yang baik,
dimana obat dan pelayanan akan lebih banyak dilaksanakan di gate keeper,
termasuk pelayanan kefarmasian. Apoteker yang bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan primer akan mempunyai peran yang sangat strategis
dalam peningkatan penggunaan obat rasional.

34 Pelatihan Manajemen Puskesmas


Materi Inti 3c3. Manajemen Sumber Daya pada Obat dan Bahan Habis Pakai
Pusat Pelatihan BPPSDMK bekerjasama dengan UNIT UTAMA ESELON 1
di lingkungan Kemenkes RI

9 DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 tahun 2014 tentang Pengadaan Obat
Berdasarkan Katalog Elektronik (e-katalogue)
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2016 tentang Penggunaan Dana
Kapitasi JKN untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional
pada Faskes Tk. I Milik Pemerintah Daerah
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
5. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskemas, Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010
6. Management Science for Health, World Health Organization, 2012
7. Modul Penggunaan Obat Rasional, Direktorat Pelayanan Kefarmasian, 2015

35 Pelatihan Manajemen Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai