Terjemah 1
َ َ ْ َ َ ُّ َ َ َ َ َّ َ ُّ َ َ َّ َ َ َ ُّ َ َ َ َ َ َ َ َّ َّ
ن
ِإن َّللا ومَل ِئكته يصلو على الن ِب ِي يا أيها ال ِذين آمنوا صلوا علي ِه وس ِلموا33:56
ً َت ْس ِل
يما
Pada umumnya pernyataan Allah swt diarahkan kepada mukminin secara langsung,
seperti contoh ayat dibawah ini.
َ ْ َ َّ َ َ َ ْ ْ ً َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َّ َ َّ َ َ
ش ِهد َّللا أنه َل ِإله ِإَل هو واْلَل ِئكة وأولو ال ِعل ِم قا ِئما ِبال ِقس ِط َل ِإله ِإَل هو الع ِزيز3:18
ْ
ال َح ِكيم
Yang pertama: Dia menyaksikan akan ke-Esaan-Nya kemudian para malaikat-Nya
kemudian orang yang memiliki pengetahuan.
memiliki pengetahuan tentang bahasa arab atau kemungkinan lain adanya kebencian
kepada Rasulullah saw.
Terjemah 2
Pertama: Tingginya kedudukan Nabi saw dan keluarga beliau saw disisi Allah swt yang
tidak dapat di dekati oleh seorangpun dalam kemuliaan dan keutamaan.
a. Imam Ali as berkata: “Tidak ada satupun yang bisa dibandingkan dengan keutamaan
keluarga Muhammad dari umat ini sama sekali”. (Nahj al-Balaghah, 1/30)
Karena itu imam Baqir as pernah ditanya: “Apa dalil secara akal bahwa kalian adalah
paling mulianya manusia?” Imam as menjawab: Manusia selalu butuh kepada kami
sementara kami tidak butuh kepada mereka. Dan mereka selalu bertanya pada kami
namun kami tidak pernah bertanya pada mereka.
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh seorang al-Arif billah didalam memuji pribadi
Ali bin Abi Thalib:
ََْ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ
)( ث َّم َدنا فت َدلى () فكان قاب قوسي ِن أو أدنى53:8-9
b. Jibril berkata kepada Rasulullah saw (saat Mi’raj): “Majulah wahai Rasulullah, aku tidak
diperkenankan di tempat ini, jika aku mendekatinya seujung jari maka pasti aku akan
terbakar”. (Bihar Al-Anwar 18/382)
َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َّ ْ َ ْ َ َ ْ َ َل
َّ ان َ َ َ َ ٌ َّ َ َ َ َ
َّللا َّللا وخاتم الن ِب ِيين وك
ِ وس نك
ِ ر لو م كال
ِ ما كان محمد أبا ٍ ِ ِر33:40
ج نم دح أ
ً بكل َش ْي ٍء َع ِل
يما ِ ِ
2
3
khatam dari sisi Zaman: beliau saw sebagai manusia yang terakhir menyandang
kenabian.
Khatam dari sisi makna: beliau saw mewarisi semua ilmu para Nabi.
Karena semua ilmu, mujizat, akhlak dan kemuliaan yang terdapat pada para Nabi dan
rasul terkumpul pada diri al-Khatam saw. Kemudian semua keutamaan yang terdapat
pada rasulullah saw diwariskan kepada Amiril Mukminin as kecuali kenabian sesuai
dengan sabda Nabi.
c. Sahih Muslim, Jilid 2 halaman 448, hadis 2404, cetakan Darul Fikr, tahun 1992 M:
Dari 'Amir bin Sa'ad bin Abi Waqqash dari ayahnya, ia berkata: "Muawiyah telah
memerintahkan Sa'ad, apa yang mencegahmu tidak mencaci Abu Thurab? (Abu Thurab
adalah julukan Ali bin Abi Thalib). Sa'ad menjawab: "Selama aku mengingat tiga hal
yang pernah aku dengar dari Rasulullah saw maka aku tidak mungkin mencacinya,
andaikan salah satu dari tiga hal tersebut aku miliki, maka itu lebih aku sukai daripada
memiliki seekor unta merah,
Aku mendengar Rasulullah saw bersabda ketika beliau meninggalkan Ali di kota
Madinah (untuk menjaganya), Ali bertanya "Ya Rasulullah saw mengapa engkau
tinggalkan aku bersama para wanita dan anak-anak kecil? Maka Rasulullah saw
menjawab: "Tidakkah engkau rela KEDUDUKANMU DI SISIKU sebagaimana kedudukan
Harun di sisi Musa, HANYA SAJA TIDAK ADA NABI SETELAHKU....”
karena imam Ali sebagai pelanjut Nabi saw dan beliaupun merupakan jiwa Rasulullah
saw sesuai ayat al-Quran
َ ناءنا َو َأ ْب
ناءك ْم َو َ عال ْوا َن ْدع َأ ْب
َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ
فيه ِم ْن َب ْع ِد ما جاءك ِمن ال ِعل ِم فقل ت َّ َف َم ْن َح3:61
َ اج
ك
ِ
َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ
كاذبين
ِ َّللا على
ال ِ ِنساءنا و ِنساءكم و أنفسنا و َنفسكم ثم نبت ِهل فنجعل لعنت
d. Dalam kitab Tafsir al-Alusi, jilid 4 hal 273, Darul fikr :
Al-Alusi berkata tentang firman Allah Swt (5:55): “Sesungguhnya pemimpin kalian
hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).” Menurut kebanyakan para
ulama hadits bahwa ayat ini turun untuk Ali Karramallahu wajhahu, dan menurut
kelompok Imamiyah sebagaimana yang telah engkau ketahui bahwa mereka (kelompok
Imamamiyah) berdalil dengan melalui ayat tersebut (5:55) menunjukkan akan
kekhilafahan Ali bin Abi Thalib setelah Rasululah saw tanpa jeda, dan sebagaimana
engkau telah ketahui juga bahwa kamipun menolak mereka (kelompok Imamiyyah),
dan kebanyakkan dari kelompok sufi, (yaitu ahlusunnah) mereka mengisyaratkan
dengan mengatakan akan kekhilafahan Ali Karramallahu wajhahu setelah Rasulullah
3
4
saw tanpa jeda, kecuali bahwa yang dimaksud khilafah menurut mereka (sufi) adalah
khilafah batinah yang mana memiliki arti khilafah pembinmbingan dan tarbiyyah serta
pengaturan ruhani, bukan sebagai khilafah peperangan yang mana artinya adalah
mendirikan hukum-hukum secara dhahir dan menyiapkan para pasukan.
Dan perbedaan menurut mereka kelompok sufi antara dua khilafah tersebut yaitu yang
dimaksud khilafah batin dan dhahir adalah seperti perbedaan antara kulit dan isi,
adapun khilafah batinah adalah isi dari khilafah dhahir, dan dengan melalui khilafah
batinah hal itu yang akan mendorong untuk mengetahui hakikat Islam, dan dengan
melalui khilafah dhahirah hal itu yang akan mendorong untuk mengetahui bentuk
Islam, dan itu adalah tingkatan para wali pada setiap zamannya, dan terkadang
khilafah batinah akan berkumpul bersama khilafah dhahirah sebagaimana telah
berkumpul pada sosok Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah pada masa-masa
kepemimpinannya, dan sebagaimana juga akan berkumpul pada sosok al-Mahdi as
pada masa-masa kemunculannya kelak, khilafah batinah dan kenabian adalah satu
saudara susuan yang sama, dan hal itu telah diisyaratkan sebagaimana sabda nabi
saw: “Aku dan Ali diciptakan dari satu cahaya”.
e. Dalam kitab Futuhat al-Makiyyah karya Ibn ‘Arabi jilid 1 hal 183, terbitan Darul Kutub
al-Ilmiyyah, cetakankedua tahun 2006 M ;
Berkata ibn Arabi: “Dan tidak ada yang lebih dekat kepada-NYA di alam dzar kecuali
hakikat Muhammad saw yang dinamakan dengan ‘Aql, dia adalah pemuka seluruh
alam dan yang pertama kali ada (sebelum adanya segala yang wujud), keberadaannya
berasal dari cahaya Ilahi...., dan di alam dzar hakikatnya ada, sementara alam semesta
dari wujudnya (Muhammad) dan orang yang paling dekat dengannya (dekat maknawi)
di alam tersebut adalah Ali bin Abi Thalib dan beliau merupakan rahasia para nabi”.
Bukti lain bahwa Nabi saw dan Ahlul Bait tidak ada yang dapat mendekati maqam dan
kedudukan mereka adalah riwayat dibawah ini:
4
5
ْ ََ َ َ َ َ َ َ ْ َ إ ْذ َق38:71-75
) ف ِإذا َس َّو ْيته َونفخت71( ال َرُّب َك ِلل َمَل ِئك ِة ِإ ِني خ ِال ٌق َبش ًرا ِم ْن ِط ٍين ِ
َ
َ ) إ ََّل إ ْب ِل73( ) َف َس َج َد ْاْلَ ََل ِئ َكة ك ُّله ْم أ ْج َمعو َن72( ينَ فيه م ْن روحي َف َقعوا َله َساجد
يس ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ََْ َ َ ْ َ َ َ ) َق74( ينَ ان م َن ْال َكافر َ ََ ََْ َ ْ
ال َيا ِإ ْب ِليس َما َمن َع َك أن ت ْسج َد ِْلا خلقت ِب َي َد َّي ِِ ِ استكبر وك
َ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َْْ َ ْ َ
)75( أستكبرت أم كنت ِمن الع ِالين
g. Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri yang berkata: “Kami sedang duduk bersama
Rasulullah saw, tiba-tiba datang seseorang lalu bertanya: wahai Rasulullah, jelaskan
kepadaku tentang firman Allah swt untuk Iblis: 38:75 “Apakah kamu menyombongkan
diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi? Siapakah
mereka wahai Rasulullah, yang lebih tinggi (kedudukannya) dari malaikat?” Rasulullah
saw bersabda: Aku, Ali, Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husein, kami berada di suatu tempat
arsy, kami bertasbih kepada Allah dan para malaikatpun bertasbih dengan tasbih kami,
2 ribu tahun sebelum Allah menciptakan Adam. Ketika Allah menciptakan Adam, Dia
memerintahkan para malaikat untuk sujud kepadanya dan tidak memerintahkan kami
untuk sujud. Para malaikat pun sujud seluruhnya kecuali Iblis, mereka menolak untuk
sujud. Maka Allah swt berfirman “Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu
(merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?” yaitu dari golongan mereka
berlima yang tertulis namanya di Naungan arsy”. (Bihar 11/142)
Karena itu sebagaimana telah kita katakan di atas tadi mengapa shalawat itu
berkesinambungan sebab kedudukan Nabi saw di hadapan Allah swt tidak ada satu
manusiapun yang dapat mendekatinya.
h. Seorang Yahudi berkata kepada Imam Ali as: “Sesungguhnya Adam as lebih mulia
daripada Muhammad, karena Allah telah memerintahkan para malaikat-Nya untuk
sujud kepada beliau. Dan hal ini tidak diperlakukan untuk Muhammad.
Kemudian Imam Ali as menjawab: “wahai Yahudi, sujudnya malaikat kepada Adam as
adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah dan dilakukan hanya pada saat itu
saja. adapun kemuliaan yang ada pada Muhammad saw dimana Allah dan semua
malaikat-Nya telah bershalawat kepada beliau, dan Dia memerintahkan orang-orang
yang beriman untuk mengucapkan shalawat kepadanya dan hal ini merupakan ibadah
serta dilakukan sampai hari kiamat”. (Al-Ihtijaj 22/15)
5
6
i. Dalam kitab:
- as-Shawaiq al-Muhriqah karya Ibn Hajar al-Haitami hal 150, cetakan al-Maktabah
al-Qahirah, cetakan kedua, tahun 1965 M
- Kanz al-Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi, jilid 1 hal 107, cetakan Darul Kutub al-
Ilmiyyah, cetakan kedua, tahun 2004 M / 1424 H
- al-Mu’jam al-Kabir karya at-Thabrani, jilid 2 hal 197-198, cetakan Darul Kutub al-
Ilmiyyah, cetakan pertama, tahun 2007 M / 1428 H
- Majma’ az-Zawaid karya al-Haitsami, jilid 9 hal 258, terbitan Darul Fikr, cetakan
pertama, tahun 2005 M
Rasulullah saw bersabda: “Janganlah kalian mendahului mereka karena kalian akan
celaka dan janganlah kalian mengajari mereka karena sesungguhnya mereka lebih
mengetahui dari kalian”.
j. Dalam kitab Silsilah al-Ahadits ad-Dha’ifah, jilid 10 bagian kedua hal 574, cetakan
Maktabah al-Ma’arif, cetakan pertama, tahun 2002 M :
Setelah menukil riwayat tersebut, Al-Albani berkata: berkata Al-Haitsami: didalam
sanadnya terdapat sosok yang bernama hukaim bin jubair dan dia dhaif.
Aku (Al-Albani) berkata: dia adalah orang syiah, dan telah disebutkan hadis-hadis
darinya.
k. dalam kitab Sunan attirmidzi, tahqiq al-Albani hal 164, terbitan Maktabah al-Ma’arif,
cetakan kedua, tahun 208 M:
telah menyampaikan kepada kami Qutaibah dan Ali bin Hajar, Qutaibah telah berkata
telah menyampaikan kepada kami Syarik dan telah berkata Ali telah mengabarkan
kepada kami Syarik, dan maknanya adalah satu/sama dari HUKAIM BIN JUBAIR dari
Muhammad bin Abdurrahman bin Yazid dari ayahnya dari Abdullah bin Mas’ud
berkata: Rasulullah saw bersabda: …..telah berkata Abu Isa: haditsnya ibn mas’ud
adalah hadits yang hasan, dan syu’bah telah berkata pada sosok Hukaim bin Jubair dari
sisi hadits ini. Al-Albani berkata: Shahih.
Yang aneh Al-Albani sendiri telah membuat pernyataan di dalam kitabnya tentang perawi
syiah:
6
7
m. Silsilah Al Ahâdîts As Shahîhah, karya al-Albani, Jilid 1 hal 752 Maktabah al-Ma’arif –
Riyadh. Cetakan Pertama tahun 1995 :
Aku (Al-Albâni) berkata: “Dan faham Tasyayu’ (Syi’aisme) tidak berusak dalam sebuah
riwayat menurut para ulama Ahli hadis, karena tolok-ukur tentang perawi hadis adalah
ia harus seorang MUSLIM, Adil dan kuat hafalannya. Adapun bermazhab dengan
mazhab yang bertentangan dengan Ahlu Sunnah maka menurut para ulama Ahli Hadis
tidak dianggap sebagai pencacat, selama ia tidak mengingkari sesuatu prinsip yang
disepakati dan diketahui secara umum oleh kaum Muslimin.”
Mengapa mereka tidak membantah Al-Albâni yang menjadikan orang kafir sebagai
Muslim? Bukan hanya itu, bahkan dalam pandangan Al-Albâni keberadaan kafir tersebut
tidak berpengaruh dalam kecacatan sebuah riwayat.
Terjemah 3
Karena sifat dari ayat tersebut merupakan perintah dari Allah swt “Hai orang-orang yang
beriman bershalawatlah kalian kepadanya…”
Sebagaimana perintah Allah swt tentang shalat dan zakat serta kewajiban-kewajiban
lainnya. Kita berlindung kepada Allah swt untuk tidak menyamakan antara shalat wajib
dengan shalawat pada Nabi saw. Namun jika kita perhatikan, Sesungguhnya shalat itu
suatu perbuatan yang wajib tetapi Allah swt tidak melakukannya, sekarang bagaimana
dengan shalawat yang Allah swt telah memulainya sebelum makhluk-Nya?
7
8
Terjemah 4
b. Shalat memiliki makna yang sama dari sisi arti bahasa. Seperti contohnya kalimat
“lakukanlah”, bahwa kalimat tersebut datangnya dari yang atas untuk yang bawah. Dan
ketika datangnya dari yang bawah untuk yang atas maka memiliki arti permohonan,
namun ketika hal itu terjadi pada yang setara maka memiliki arti harapan, dan begitu
juga kondisi tentang makna shalawat bahwasanya hal itu memiliki arti yang sama hanya
saja perbedaannya adalah dari sisi seseorang yang mengucapkannya, yang mana akan
menyebabkan perubahan didalam maknanya.
Ketika yang bershalawat adalah Allah Swt maka shalawat-Nya kepada rasul-Nya
merupakan pengagungan terhadap pribadi nabi di dunia dengan cara meninggikan
sebutannya.
ْ َ َ َ
َو َرف ْعنا ل َك ِذك َر َك94:4
ًالل ْيل َف َت َه َّج ْد به َناف َل ًة َل َك َع َس ى َأ ْن َي ْب َع َث َك َرُّب َك َم َق ًاما َم ْحمودا
َّ َ َ
ِ ِِ ِ و ِمن17: 79
c. Syaikh Thusi berkata: Allah Swt berfirman dengan mengabarkan bahwasanya Allah swt
dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi saw. Shalawat Allah Swt kepada Nabi
saw dari penghormatan dan pengagungan, ketinggian derajat, kedudukan dan pujian-
Nya terhadap Nabi saw dan lain-lainnya dari jenis-jenis kemuliaan Nabi saw. Dan arti
dari shalawatnya para malaikat terhadap Nabi saw adalah permintaan mereka kepada
Allah Swt agar Dia memperlakukan Nabi saw seperti itu.... (at-Tibyan fi Tafsir al-Quran,
8/346)
Dan telah didapati didalam Al-Qur’an, shalawat Allah untuk sebagian hamba-Nya dari
kaum mukmin.
Terdapat riwayat yang menyatakan bahwa Makna shalawat Allah untuk seseorang adalah
menurunkan rahmat baginya.
d. Dalam kitab Fathul Bari karya Ibn Hajar al-Asqalani, jilid 11 hal 176, terbitan Darul
Hadits al-Qahoirah, tahun 2004 M :
Ibn Hajar al-Asqalani berkata: dan pendapat yang paling utama dari apa yang telah
disampaikan dari abi al-aliyah adalah bahwasanya makna shalawat Allah Swt kepada
nabi-Nya adalah memiliki arti pujian dan pengagungan terhadap nabi-Nya, dan
shalawatnya para malaikat serta yang lainnya kepada nabi saw adalah permintaan
kepada Allah Swt, maksudnya adalah meminta tambahan kepada Allah bukan meminta
shalawat itu sendiri, dan dikatakan bahwa shalawat Allah Swt kepada makhluk-Nya
adalah bisa memiliki arti khusus dan umum, oleh karena itu shalawat Allah Swt kepada
para nabi-Nya adalah menunjukkan pujian dan keagungan (para nabi), sedangkan
shalawat-Nya kepada selain mereka adalah sebagai rahmat-Nya, karena rahmat-Nya
meliputi segala sesuatu.
Jenis shalawat bagi yang menjalankan perintah Allah yang berkenaan dengan shodaqah.
َ َ َ َ َّ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ً َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ
صَلت َك َسك ٌن خذ ِمن أمو ِال ِهم صدقة تط ِهرهم وتز ِك ِيهم ِبها وص ِل علي ِهم ِإن9:103
َ
....له ْم
e. Dalam Kitab Shahih Bukhari, jilid 14 halaman 58, Maktabah Syamilah
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa yang berkata: “sesungguhnya Nabi saw jikalau
didatangi oleh suatu kaum dengan membawa sedekah, beliau saw bersabda: ya Allah
hanturkan shalawat atas mereka. Maka ayahku (abu aufa) memdatangi beliau dengan
membawa sedekahnya, beliau saw bersabda: ya Allah, hanturkan shalawat atas
keluarga abu aufa”.
Disini terdapat perbedaan antara shalawat Allah kepada Nabi-Nya dan shalawat-Nya
kepada kaum mukminin.
Maka Shalawat Allah untuk kaum mukminin adalah mengeluarkan mereka dari
kegelapan menuju cahaya sebagaimana ayat menyatakannya, sedangkan shalawat-Nya
kepada Nabi saw, bukanlah seperti itu maknanya, karena beliau saw adalah cahaya.
Terjemah 5
a. Dari abu Mughirah: aku pernah bertanya kepada Abul Hasan as: apa maknanya
shalawat Allah, para malaikat dan orang-orang mukmin? Beliau as menjawab :
Shalawatnya Allah swt memiliki arti rahmat dari Allah Swrt baginya (saw), dan
shalawatnya para malaikat memiliki arti menambah derajat kemuliaan baginya (saw)
dan shalawatnya orang-orang mukmin adalah doa dari mereka bagi nabi saw. (Tsawab
al-A’mal, 1/187).
Terjemah 6
a. Dari Imam Shadiq as, bahwasanya abu bashir pernah bertanya kepada beliau as
dengan mengatakan: aku telah mengetahui shalawat kami kepada nabi saw lalu
bagaimana dengan perintah “wa sallimu” kepada beliau? Imam as menjawab: itu
adalah penyerahan diri terhadap beliau saw pada setiap urusan. (Tafsir al-Amtsal, 13/341).
10
11
ْيما َش َج َر َب ْي َنه ْم ث َّم ََل َيجدوا في َأ ْنفسهم َ َف ََل َو َرب َك ََل ي ْؤمنو َن َح َّتى ي َحكم4:65
َ وك ف
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ً َح َر ًجا م َّما َقضيت َوي َس ِلموا ت ْس ِل
يما
َ َ ْ َ
ِ
b. Dari Imam Shadiq as tentang ayat ini beliau as berkata: Shalawat kepada beliau, dan
penyerahan diri kepada beliau di setiap sesuatu yang beliau saw bawa. (Mustadrak
Safinah al-Bihar, 5/108).
c. Shahih bukhari, jilid 2 hlm 429, terbitan darul kutub al-ilmiyyah, cet.pertama, 1998:
Dari abdurrahman bin abi laila berkata; ka’ab bin ujrah telah menemuiku lalu berkata :
tidakkah kamu ingin aku hadiahkan kepadamu sebuah hadiah yang pernah aku dengar
dari Nabi saw? lalu aku berkata; iya, maka hadiahkanlah untukku. Dia (ka’ab bin ujrah)
berkata : kami telah bertanya kepada Rasulullah saw; wahai Rasulullah, bagaimanakah
cara bershalawat kepada kalian ahlul bait, sesungguhnya kami telah mengetahui
bagaimana cara memberikan salam (kepada kalian). Nabi menjawab: katakanlah:: Ya
Allah sampaikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim,
sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berkahilah kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah berkahi Ibrahim dan
keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau maha Terpuji dan Maha Mulia.”
d. Imam Ali as berkata tentang firman Allah Swt: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-
Nya....”: ayat ini memiliki kandungan dhahir dan batin. Dhahinya adalah: “shallu alaihi
(Bershalawatlah kalian kepadanya)”, sedangkan batinnya adalah: “wa sallimu taslima
(dan berilah penyerahan diri dengan sempurna)”, artinya berserah dirilah kalian
dengan sebenar-benarnya penyerahan terhadap apa-apa yang diwasiatkannya dan
orang yang dijadikan khalifah olehnya dan orang yang lebih diutamakan daripada
kalian. (Bihar, 89/46)
11
12
Kita mengetahui bahwa Al-Qur’an memiliki ayat-ayat muhkamat (zahir) dan ayat-ayat
mutasyabihat (batin).
ْ َ ْ َّ َ َّ َْ َْ َْ ََ
....اسخون ِفي ال ِعل ِم
ِ َليعلم تأ ِويله ِاَل هللا والر.... 3:7
e. Dalam kitab Syarh Nahj al-Balaghah karya Ibn Abil Hadid, jilid 9 hal 84, terbitan Dar
Ihya al-Kutub al-Arabiyah, cetakan pertama, tahun 1959 M :
Imam Ali as berkata: dimanakah mereka yang mengklaim bahwasanya mereka
termasuk orang yang mendalam ilmunya selain kami? Itu adalah kebohongan dan
kezaliman terhadap kami yang mana Allah Swt telah mengangkat derajat kami dan
merendahkan derajat mereka, Allah Swt telah memberi kedalaman ilmu kepada kami
dan tidak memberikan kepada mereka, dan Dia telah memasukkan kami (termasuk
orang yang mendalam ilmunya) sementara Allah Swt mengeluarkan mereka (yang
mengklaim dirinya sebagai orang yang mendalam ilmunya).....sesungguhnya seluruh
para imam dari bangsa quraisy telah tertanam di dalam perut bani hasyim, tidak
dibenarkan para imam selain mereka dan tidak dibenarkan pula kepemimpinan yang
berasal dari selain mereka (bani Hasyim).
f. Kitab al-Faqih wal Mutafaqih, karya al-baghdadi, halaman 710, hadis nomer 1081,
terbitan Dar ibn Jauzi, cetakan ke-1 tahun 1430 H*
Abu thufail berkata bahwa “Aku menyaksikan Ali berkhutbah dan berkata” tanyakan
aku, demi ALLAH kalian tidak menanyakan tentang sesuatu yang akan terjadi sampai
hari kiamat melainkan aku dapat menceritakannya kepada kalian”
Pada catatan kaki: “sanadnya Sahih”
g. Kitab Jamiul bayan ilmi wa fadhlih, oleh ibnu abdil bar, yang di tahqiq oleh Abul Asybal
Az-Zuhairi, jilid 1 hal 384, terbitan Dar Ibn Jauzi, cet.ke-10, tahun 1433:
Abu Thufail berkata: “Aku menyaksikan Ali berkata: ‘tanyakan padaku tentang sesuatu
apapun sampai hari kiamat melainkan aku dapat menjelaskannya dan tanyakan
tentang KITAB ALLAH aku sangat mengetahui kapan diturunkannya malam atau
siang”.
Muhaqqiq Az-Zuhairi berkata: Sanadnya Shahih, para perawinya terpercaya.
h. Dalam kitab Tarikh Damsyik karya Ibn Asakir, jilid 42 hal 398, terbitan Darul Fikr,
cetakan pertama, tahun 1996 M :
Ali berkata : Demi Allah, tidak ada satu ayatpun yang turun melainkan aku telah
mengetahuinya pada apa ayat itu diturunkan, dimana ayat itu turun, dan untuk siapa
ayat itu ditujukkan, sesungguhnya Tuhanku telah memberikanku hati yang mengerti
dan lisan yang lancar.
12
13
i. Dalam kitab Syawahid at-Tanzil, jilid 1 hal 35, terbitan Muassasah al-A’lami, cetakan
pertama, 1973/1393 :
Telah menyampaikan kepada kami Sulaim bin Qais al-Hilali yang berkata: aku telah
mendengar Ali berkata: tidak ada satupun ayat yang turun kepada Rasulullah saw
melainkan beliau saw membacakan/mendiktekan kepadaku lalu aku menulisnya
dengan tanganku sendiri lalu beliau saw mengajariku takwil dan tafsirnya, nasikh dan
mansukhnya, serta muhkam dan mutasyabihatnya, lalu beliau saw berdoa kepada
Allah untukku agar Dia mengajarkanku pemahamannya dan menghafalnya, maka aku
tidak pernah lupa satu hurufpun dari apa yang telah diajarkan oleh beliau saw.
Kita mengetahui bahwa Allah swt didalam Al-Qur’an hanya bershalawat dan tidak
bertaslim, karena Dialah orang yang memerintahkan kaum mukminin untuk bertaslim
kepada Nabi saw.
Terjemah 6
a. Sohih Sunan Tirmidzi, oleh al-Albani, hal 855, terbitan Maktabah al-Ma’arif, cet.ke-2
thn 2008:
Dia berkata: “dari Zaid bin Arqam yang berkata, Rasulullah saw bersabda: “sungguh
telah aku tinggalkan untuk kalian, jika kalian BERPEGANG TEGUH dengannya maka
kalian tidak akan tersesat sepeninggalku, salah satunya lebih agung dari yang lain,
yaitu kitab Allah yang merupakan tali terbentang antara langit dan bumi dan itrahku
ahlul baitku, keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiku di telaga haudh….”
Al-Albani berkata: Sahih.
13
14
b. Kitab Silsilah al-Ahadis al-Sahihah oleh Al-Albani Juz 4 hal 335 hadis nomor 1761
terbitan maktabah al-Ma’arif cetakan pertama tahun 2002*:
Rasul saw bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya telah aku tinggalkan pada kalian
sesuatu yang jika kalian mengambilnya tidak akan pernah tersesat yaitu kitabullah dan
itrahku ahlul baitku”.
Al-Albani berkata: “Hadis ini sahih”
Pertanyaannya adalah ketika Nabi saw memerintahkan agar kita mengambil dan
mengikuti apa yang datang dari keluarganya, apakah kita telah melakukan taslim atau
tidak? Dan jelas-jelas ayat menyatakan:
ْ َ ْ َ َ َّ َو َما َآ َتاكم... 59:7
...الرسول فخذوه َو َما ن َهاك ْم َعنه فان َتهوا
Terjemah 7
Imam Shadiq as berkata: Allah Swt enggan untuk menjalankan sesuatu kecuali dengan
sebab-sebab, karena itu Allah Swt menjadikan segala sesuatu dengan sebab dan
menjadikan penjelasan untuk segala sebab, dan menjadikan kunci untuk tiap
penjelasan, dan menjadikan ilmu untuk setiap kunci lalu menjadikan pintu yang
berbicara untuk setiap ilmu. barangsiapa yang mengenalnya (pintu yang berbicara)
maka dia telah mengenal Allah dan barangsiapa yang mengingkarinya maka dia telah
mengingkari Allah Swt, dan yang dimaksud dengan pintu yang berbicara itu adalah
Rasulullah dan kami (ahlul bait). (mukhtashar Bashair ad-Darajat, 1/61)
14
15
Terjemah 8
Apa makna dari kalimat “Allah Swt menjadikan segala sesuatu dengan
?”sebab
Jika kita ingin menghilangkan haus, apakah cukup dengan mengangkat tangan ke langit
kemudian berkata “Ya Allah, hilangkanlah haus kami”? atau kita meminum air? Karena
itu haus tidak akan hilang, kecuali melalui meminum air.
Yakni Allah swt ketika ingin menyalurkan kebaikan, rahmat, hidayah, azab dan lainnya,
Dia menyalurkan melalui sebab.
Contoh: salah satu nama Allah adalah Al-Hadi (yang Memberi Petunjuk)
َ ْ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َّ َ
اط مست ِق ٍيم
ٍ و ِإن َّللا له ِاد ال ِذين آمنوا ِإلى ِصر.... 22:54
akan tetapi bagaimana Allah memberi petunjuk?
Apakah Dia memberi petunjuk secara langsung atau melalui perantara Nabi, washi, kitab
samawi dan para ulama?
َ ْ َ َ ٌ ْ َ ْ َ َ َّ َ ْ ٌ َ َ ْ َ َ َ َ ل َّ َ َ َ َ ْ َ ْ َل
ويقو ال ِذين كفروا لوَل أن ِز علي ِه آية ِمن رِب ِه ِإنما أنت من ِذرو ِلك ِل قو ٍم ه ٍاد13:7
Musnad Ahmad, Tahqiq Ahmad Muhammad Syakir, jilid 2 halaman 49, MS:
Diriwayatkan dari Ali tentang firman Allah swt ‘sungguh engkau adalah pemberi
peringatan dan di setiap kaum terdapat Hadi (Pemberi petunjuk)’, beliau berkata:
Rasulullah saw adalah pemberi peringatan sedangkan pemberi petunjuk adalah
seseorang dari Bani Hasyim”.
Al-Muhaqqiq berkata: “Sanadnya Shahih”.
Sekarang mari kita lihat, siapakah Munzir dan Hadi yang dimaksud:
Rasulullah saw meletakkan tangan beliau diatas dadanya dan bersabda: aku adalah
pemberi peringatan dan di setiap kaum terdapat pemberi petunjuk, lalu beliau saw
mengisyaratkan dengan tangannya ke pundak Ali dan bersabda: Engkau adalah
pemberi petunjuk wahai Ali, melaluimu orang-orang mendapat petunjuk setelahku”.
Dan sekarang juga mari kita lihat, apa penilaian Ibn Taimiyyah tentang tafsir At-Thabari:
Tafsir Al-kabir, karya Ibn Taimiyyah, jilid 2 halaman 254-255, terbitan Darul Kutub Al-
Ilmiyyah*:
Ibn Taimiyyah berkata: “Adapun Tafsir yang ada di tangan manusia, maka yang paling
shahih adalah tafsir Muhammad bin Jarir At-Thabari, karena dia menyebutkan
pernyataan salaf dengan sanad yang kokoh dan tidak ada bid’ah didalamnya…”
َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ ً َ ْ َن
... وجعلناهم أ ِئمة يهدو ِبأم ِرنا21:73
Terjemah 9
17
18
b. Dalam Kitab
- al-Mushanaf karya Ibn Abi Syaibah, jilid 13 hal 13, terbitan al-Faruq al-Haditsiyah,
cetakan pertama, tahun 2008 M/1429
- Musnad Ahmad, jilid 27 hal 176, terbitan Muassasah ar-Risalah, cetakan kedua,
tahun 2008 M/1429 H, al-Arnauth berkata : sanadnya shahih.
- as-Sunnah karya Ibn Abi ‘Ashim, terbitan al-Maktab al-Islami, cetakan kelima,
tahun 2005 M / 1426 H
- Sunan at-Tirmidzi, tahqiq al-Albani hal 821, terbitan Maktabah al-Ma’araif, cetakan
ekdua, tahun 2008 M, al-Albani berkata :shahih
- Syarh Musykil al-Atsar karya at-Thahawi, jilid 9 hal 47, terbitan Dar Balansiyah,
cetakan pertama, tahun 1999 / 1420:
Dari Abullah bin Syaqiq, bahwasanya seorang laki-laki pernah bertanya kepada Nabi
saw: Kapan Engkau menjadi Nabi? Beliau saw menjawab: aku sudah menjadi nabi
sementara adam masih berada antara ruh dan jasad.
c. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah yang berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah
saw: apa yang pertama diciptakan Allah? Rasulullah saw menjawab: cahaya Nabimu
wahai Jabir, Allah telah menciptakannya kemudian menciptakan darinya semua
kebaikan. Lalu Allah mendirikan cahaya tersebut di hadapan-Nya pada maqam
kedekatan, lalu menjadikannya beberapa bagian, maka Allah menciptakan Arsy dari
satu bagian, kursi dari bagian yang lain serta pemikul arsy dan khazanah kursi dari
bagian yang lain. Kemudian Allah mendirikan bagian keempat pada maqam kecintaan,
lalu menjadikan darinya beberapa bagian, maka Allah menciptakan Qalam dari satu
bagian, lauh dari bagian lain serta surga dari bagian yang lain. Kemudian Allah
mendirikan bagian keempat pada maqam takut, lalu Dia menjadikannya beberapa
bagian, maka Allah menciptakan malaikat dari satu bagian, matahari dari bagian yang
lain, serta bulan dan bintang dari bagian yang lain. Kemudian Allah mendirikan bagian
keempat pada maqam harapan, lalu Dia menciptakan akal dari satu bagian, ilmu dan
kesantunan dari bagian yang lain, kemaksuman dan taufik dari bagian yang lain.
Kemudian Allah mendirikan bagian keempat pada maqam malu, kemudian Dia
melihatnya dengan mata kewibawaan, maka melelehlah cahaya tersebut dan menetes
darinya 124 ribu tetesan, dari tiap tetesan Allah menciptakan ruh para nabi dan rasul,
lalu bernafaslah segenap ruh para nabi, dan Allah menciptakan dari nafas-nafas itu ruh
para wali, syuhada dan shalihin”. (Bihar 22/25)
cahaya dari cahayaku, aslinya kenabian dan cabangnya imamah. Adapun kenabian bagi
Muhammad hamba dan utusan-Ku, sementara Imamah untuk Ali hujjah dan wali-Ku.
Kalau bukan karena mereka berdua, Aku tidak akan menciptakan makhluk (bukan
hanya tidak menciptakan luar angkasa)”. (Bihar 15/11)
Dalam riwayat yang lain: “disaat kami telah bertasbih, para malaikat pun ikut bertasbih,
disaat kami bertahlil, mereka pun bertahlil dan disaat kami takbir, mereka pun ikut
takbir. Semua itu dari pengajaranku dan pengajaran Ali”. (bihar 26/345)
e. Rasulullah saw bersabda: “Allah tidak menciptakan makhluk yang lebih utama dan
lebih mulia dariku. Lalu Imam Ali as bertanya: wahai Rasulullah, apakah engkau lebih
mulia atau Jibril? Nabi saw menjawab: wahai Ali, sesungguhnya Allah yang Maha
Berkah dan Tinggi, telah mengutamakan para Nabi dan Rasul-Nya diatas Malaikat
Muqarrabin dan Dia memuliakanku diatas para Nabi dan Rasul. Kemudian kemuliaan
tersebut setelahku untukmu wahai Ali dan para imam setelahmu. Sesungguhnya para
malaikat mereka adalah pembantu kami dan penolong pencinta kami. Wahai Ali, para
malaikat yang memikul Arsy dan sekelilingnya, mereka bertasbih dengan memuji
Tuhannya dan memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman dengan berwilayah
kepada kami. Wahai Ali, kalau bukan karena kita, Allah tidak akan ciptakan Adam,
Hawa, Surga, neraka, langit dan bumi. Bagaimana kita tidak lebih mulia dari para
malaikat? Kita telah mendahului mereka dalam makrifat kepada Allah dan
mensucikan-Nya, meng-esakan-Nya. karena yang pertama kali diciptakan oleh Allah
adalah ruh kita, dan Allah menjadikannya berbicara dengan mentauhidkan-Nya,
memuji-Nya. kemudian Allah menciptakan para malaikat. Dan ketika mereka
menyaksikan ruh kita dalam bentuk cahaya yang satu, mereka kagum dengan urusan
kami, dan kami bertasbih untuk mengajarkan para malaikat.... (bihar 2/263)
Pertanyaan: apakah mungkin riwayat ini kita dapat mengurai dari Al-Qur’an? Sehingga
manusia tidak heran dengan riwayat tersebut.
Jika kita merujuk kepada Al-Qur’an, kita akan dapatkan bahwa segala sesuatu diciptakan
oleh Allah untuk manusia, dengan ibarat lain, kalau bukan karena manusia, Allah tidak
akan menciptakan semua itu.
ْ ََ َّ ض َو َ ْأن َز َل م َن َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َّ
الس َم ِاء َم ًاء فأخ َر َج ِب ِه ِم َن ِ
َ اْل ْر و ات
ِ او م الس ق ل خ ي ذِ َّللا14:32-34
ال
َْ َ َّ َ ْ َ ْ ْ َ َّ َ ً ْ َّ
)32( ات ِرزقا لك ْم َو َسخ َر لكم الفل َك ِلت ْج ِر َي ِفي ال َب ْح ِر ِبأ ْم ِر ِه َو َسخ َر لكم اْل ْن َه َار ِ َ
ر َ
م الث
ََ َّ َ َّ َ ْ َ ْ َّ َ َّ
) َو آتاك ْم ِم ْن ك ِل َما33( الن َه َار َّ الل ْي َل َو س َوالق َم َر َدا ِئ َب ْي ِن َو َسخ َر لكم َو َسخ َر لكم الشم
َّ َ ٌ َ َ َ َ ْ ْ َّ َ
)34(وم كف ٌار اْلنسان لظل ن إ ا وه ص ْ َّللا ََل ت
ح َّ َس َأ ْلتموه َوإ ْن َتع ُّدوا ن ْع َم َة
ِ ِ ِ ِ ِ
19
20
ْ َ َ َ ً ْ َّ َ َ َ َ ْ َْ َ 45:13و َس َّخ َر َلك ْم َما في َّ
الس َم َاوات َو َ
ات ِلقو ٍم
ض ج ِميعا ِمنه ِإن ِفي ذ ِلك لي ٍ
ِ ر اْل يفِ ام ِ ِ
َ َ َّ َ
َيتفكرون
Pertanyaan: setelah itu, manusia untuk apa? Dengan ibarat lain, tujuan penciptaan
?manusia untuk apa
َ َ َ َ ْ ْ َّ َ ْ ْ َ َّ
س ِإَل ِل َي ْعبدو ِن اْلن
51:56وما خلقت ال ِجن و ِ
?Pertanyaan: jika kita tidak beribadah kepada Allah, apakah kita manusia atau bukan
ٌ َ َْ َ َ َ ََ ْ َ ْ ٌ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ً َ ْ َ ْ ْ َ
ن
س لهم قلوب َل يفقهو ِبها ولهم أعين َل
اْلن ِ
7:179ولقد ذر أنا ِلجهنم ك ِثيرا ِمن ال ِج ِن و ِ
َ َ َ َ َ ْ َ َ ٌ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ ُّ َ
ي ْب ِصرون ِبها ولهم آذان َل يسمعون ِبها أول ِئك كاْلنع ِام بل هم أضل أول ِئك هم
ْ َ
الغا ِفلون
Siapakah manusia yang mewujudkan tujuan penciptaan ini? Mereka adalah para Nabi
dan Rasul
Nabi yang paling utama mewujudkan ibadah adalah Rasulullah saw, karena tidak
didapatkan orang yang dinamakan “hamba” didalam Al-Qur’an tanpa disebut namanya
kecuali Al-Khatam saw.
20
21
Namun jika kita melihat kepada para Nabi yang lain, kita dapati:
ورا
َ َ َّ
ً ان َع ْب ًدا َشكوح ِإنه ك ن َ ذرَّي َة َم ْن َح َم ْل َنا َم17:3
ع
ٍ ِ
ْ َّ َ َ َّ َ ْ ً َ ََ َ َ
ف َو َج َدا َع ْب ًدا ِم ْن ِع َب ِادنا آت ْيناه َر ْح َمة ِم ْن ِعن ِدنا َو َعل ْمناه ِم ْن لدنا ِعل ًما18:65
ََ ْ
ِذكر َر ْح َم ِة َرِب َك َع ْب َده زك ِرَّيا19:2
ْين َك َفروا ا ْم َرَأ َة نوح َو ْام َرَأ َة لوط َك َان َتا َت ْح َت َع ْب َد ْين من
َ َّللا َم َث ًَل ل َّلذ
َّ ض َر َب َ
66:10
ِ ِ ٍ ٍ ِ ِ ِ
...ص ِال َح ْي ِن َ ع َباد َنا
ِ ِ
Kesimpulan: segala sesuatu untuk manusia, dan manusia diciptakan untuk beribadah,
dan paling utamanya manusia yang mewujudkan ibadah adalah Rasulullah saw. Jika
demikian, maka langit dan bumi serta selainnya untuk Rasulullah saw.
Jika demikian, Rasulullah saw adalah wasilah dari makhluk Allah yang lain “Allah
menciptakan cahaya Nabi-Nya kemudian diciptakan dari cahaya tersebut segala
sesuatu”.
Atas dasar ini, jika kita menghendaki sesuatu dari Allah, bagaimana cara memintanya
sehingga dapat sampai kepada kita?
Jawabnya adalah kita minta kepada Allah namun melalui Rasulullah saw. Dari sinilah
manusia diperintahkan agar mengucapkan shalawat dan berdoa untuk Rasulullah saw.
َ َّللا َو َل ْو َأ َّنه ْم إ ْذ َظ َلموا َأ ْنف َسه ْم َجاء
وك َّ اع بإ ْذنَ َو َما َأ ْ َس ْل َنا م ْن َ سول إ ََّل لي َط4:64
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ٍ ِ ر ر
َ َّ الرسول َل َو َجدوا
ً َّللا َت َّو ًابا َر ِح
يما َّ اس َت ْغ َف َر َلهم ْ َف
َ َّ اس َت ْغ َفروا
ْ َّللا َو
Jika ada yang mengatakan bahwa ayat ini hanya berlaku ketika Rasulullah saw masih
hidup, lantas dimana keadilan Allah bagi orang-orang yang berbuat dosa setelah Nabi
saw tiada?
21
22
Hakikat Tawassul
َّ َ
اهدوا ِفي َس ِب ِيل ِه ل َعلك ْم َ َّللا َو ْاب َتغوا إ َل ْيه ْال َوس َيل َة َو
ج َ َيا َأ ُّي َها َّالذ5:35
َ َّ ين َآ َمنوا َّاتقوا
ِ ِ ِ ِ ِ
َ
ت ْف ِلحون
Taqwa itu wajib bagi setiap mukmin, karena ia adalah asal tegaknya iman
Kemudian Allah swt berfirman; “carilah wasilah yang mendekatkan diri kepada-Nya”
maknanya adalah bahwa mencari wasilah/perantara itu termasuk dari kewajiban syariat,
perkara yang bersifat qurani, dari sisi ayat lain yang berbunyi: “Wahai orang-orang yang
beriman dirikanlah shalat” dimana kalimat dirikanlah shalat menunjukkan kepada kita
tentang wajibnya shalat.
f. Dalam kitab al-Mufradat Fi Gharibil Quran oleh al-Raghib al-Isfahani hal 71*
Al-Raghib mengatakan: “kata “ibtigha” berarti (kata tersebut) dikhususkan kepada
(makna) bersungguh-sungguh dalam mencari”
Apa itu wasilah? Jawabnya wasilah adalah perantara yang dapat mendekatkan kita
kepada tujuan yang asli, yaitu sampai kepada Allah swt. “Carilah wasilah yang
mendekatkan diri kepada-Nya” jadi kita memerlukan wasilah hingga kita dapat
mendekatkan diri kepada-Nya, hingga mencapai “agar kalian beruntung”.
Pertanyaannya: apa jalan untuk sampai kepada keberuntungan? Jawabnya: jalan untuk
sampai pada keberuntungan adalah melalui jalan-jalan berikut ini: (1) Iman, (2) Taqwa,
(3) mencari wasilah. Maka barang siapa yang tidak memenuhi rukun-rukun tersebut
maka dia tidak akan sampai pada keberuntungan.
g. Dalam kitab al-Tahrir wa al- Tanwir oleh Ibn Asyur al-Tunisi Jilid 6 hal 187 terbitan Dar
al-suhun
Ibn Asyur mengatakan: “Yang dimaksud Wasilah adalah sesuatu yang dengannya
sampai kepada Allah swt”
Yakni yang dapat mengantarkan kita kepada Allah, itulah wasilah. Sedangkan siapakah
yang kita jadikan wasilah? Apakah diperbolehkan berwasilah dengannya? Ini adalah
misdaq-misdaq/ objek-objek.
َّ ََْ َ ٌ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ
و ِإذا سألك ِعب ِادي ع ِني ف ِإ ِني ق ِريب أ ِجيب دعوة الد ِاع2:186
22
23
َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ َّ ْ َ ْ َ ْ َ َ َو َق40:60
ال َرُّبكم ْادعو ِني أست ِجب لكم ِإن ال ِذين يستك ِبرون عن ِعباد ِتي سيدخلون
َ َ َ َ
َ َج َه َّن َم َداخر
ين ِ ِ
Memang benar bahwa Allah yang akan mengabulkan doa hamba-Nya, akan tetapi
dengan syarat-syarat, dan diantara syaratnya adalah wasilah. Sebagaimana pada ayat
haji.
َ ْ َ ْ ُّ َّ َ َ َّ َ ً َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ٌ َ َ ٌ َ َ
اس ِحج البي ِت م ِن
ِ ّلِل على الن
ِ ِ ِف ِيه آيات ب ِينات مقام ِإبر ِاهيم ومن دخله كان آ ِمنا و3:97
َ َ َ ْ َ ٌّ َ َ َّ َّ َ َ َ َ ْ َ َ ً َ ْ َ َ َ َ ْ
اْلين
ِ استطاع ِإلي ِه س ِبيَل ومن كفرف ِإن َّللا غ ِني ع ِن الع
Haji merupakan kewajiban dari Allah swt akan tetapi salah satu syarat wajibnya adalah
bagi yang mampu mengerjakannya.
Sebab itu, kita dapati al-Quran dengan jelas mengisyaratkan kepada makna ini.
َ َّللا َو َل ْو َأ َّنه ْم إ ْذ َظ َلموا َأ ْنف َسه ْم َجاء
وك َّ اع بإ ْذنَ َو َما َأ ْ َس ْل َنا م ْن َ سول إ ََّل لي َط4:64
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ٍ ِ ر ر
َ َّ الرسول َل َو َجدوا
ً َّللا َت َّو ًابا َر ِح
يما َّ اس َت ْغ َف َر َلهم ْ َف
َ َّ اس َت ْغ َفروا
ْ َّللا َو
Apabila kita menzalimi diri sendiri dengan dosa ataupun maksiat, apa yang harus kita
lakukan? Tentunya kita beristigfar kepada Allah swt. Karena tidak ada yang dapat
mengampuni dosa kecuali Allah swt, tetapi Allah swt berfirman: “jika kalian ingin
beristigfar atas dosa-dosa kalian, maka kalian harus berwasilah”.
23
24
َ َ َ َّ ْ ْ َ َ َ َ َْ ْ َ َّ َ َّ َ َ ْ َّ ََ
الدين الخ ِالص وال ِذين اتخذوا ِمن دو ِن ِه أو ِلياء ما نعبدهم ِإَل ِليق ِربونا ِإلى ِ ّلِل ِ ِ أَل39:3
َّ َ َ َ َ َّ َّ َ َ ْ َ َ َّ َّللا ْل َفى إ َّن
َّ
َّللا َل َي ْه ِدي َم ْن ه َو ك ِاذ ٌب كف ٌار َّللا َي ْحكم َب ْي َنه ْم ِفي َما ه ْم ِف ِيه يخت ِلفون ِإن ِ ز ِ
Orang-orang musyrik mereka bertawassul dan berkeyakinan bahwa Allah adalah Tuhan
mereka.
َ َّ َو َم ْن َك َف َر َف ََل َي ْحزْن َك ك ْفره إ َل ْي َنا َم ْرجعه ْم َفن َنبئه ْم ب َما َعملوا إ َّن31:23-25
ٌ َّللا َع ِل
يم ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ََ َ
ْ ْ َ َ َ َ َ ْ ُّ َ ْ َ َّ ً َ ْ َ ُّ ب َذات
يظ () َول ِئن َسأل َته ْم َم ْن خل َقٍ اب غ ِل ٍ ذ ع ى لإِ م ه ر ط ض ن م ث يَل لِ ق م هع ت
ِ م ن )( ر
ِ و د الص ِ ِ
َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َّ ْ َ ْ َّ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ
ّلِل بل أكثرهم َل يعلمون ِ ِ ات واْلرض ليقولن َّللا ق ِل الحمد ِ السماو
Al-Quran tidak menafikan wasilah, akan tetapi menafikan misdaq (objek) yang dijadikan
wasilah oleh orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang berwasilah kepada berhala
atau selainnya. karena ayat-ayat al-Quran tidak berbunyi “wasilah itu musyrik” akan
tetapi berkata bahwa sebagian misdaq/objek orang yang berwasilah kepadanya itu syirik
bukan mencari wasilah itu syirik.
Ayat yang diatas tadi menafikan mereka yang meyakini Tuhan selain Allah, bukan orang
yang telah Allah izinkan untuk dijadikan wasilah. Berbeda antara menjadikan wasilah
dengan izin Allah dan dengan menjadikan wasilah selain Allah. Inilah tadabur Al-Quran.
Sedangkan wasilah yang kita yakini adalah wasilah dengan perintah Allah swt, dengan
izin Allah, dan penunjukan misdaq/objek dari Nabi saw bahkan dari Al-Quran, seperti
yang kita baca dalam Surat Al Nisa '(4:64) karena ayat dari surat an-Nisa ini, menjelaskan
misdaq wasilah.
Allah berfirman: “dan Rasul memintakan ampunan bagi mereka” jadi misdaq/objek
pertama untuk berwasilah adalah Rasulullah saw.
Seseorang berhak mengatakan bahwa ayat ini berkaitan pada masa hidup Rasulullah
saw, ayat berbunyi “datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan
Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka”. dan hal ini telah dikuatkan oleh Utsaimin
dalam menafsirkan ayat ini.
h. Tafsir al-Quran al-Karim oleh Utsaimin Jilid 1 hal 481 tentang surat al-Nisa terbitan Dar
Ibn al-Jauzi sk*:
Pada penghujung ayat “datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan
Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka…”
24
25
Atas dasar apa kalimat “mereka datang kepadamu” yakni di masa hidupmu? Kalau
maksudnya demikian, maka ayatnya berbunyi “mereka mendatangimu di masa
hidupmu” jadi ini hanyalah pemahaman, penafsiran, ijtihad dan bacaan Utsaimin untuk
ayat tersebut.
Sekarang mari kita lihat riwayat yang menunjukkan bahwa tawassul kepada Rasulullah
saw tetap berlaku sekalipun beliau saw telah tiada.
i. Dalam kitab al-Mu’jamul Kabir, oleh Thobroni, Juz 9 hal 17-18, yang ditahqiq Hamdi
Abdul Majid Salafi, Terbitan Maktabah Ibn Taimiyyah, DL*:
Dari Abu Ja’far al-Madini dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif: “ada seseorang
berulang kali datang menemui Utsman bin Affan karena suatu keperluan, namun
Utsman bin Affan sama sekali tidak menghiraukannya dan tidak melihat keperluannya.
Kemudian orang itu bertemu dengan Utsman bin Hunaif dan mengadukan
persoalannya kepadanya, lalu Utsman bin Hunaif berkata kepada orang tersebut:
“Pergilah ke tempat wudhu dan berwudhulah, lalu pergilah ke masjid dan lakukanlah
sholat dua rokaat didalamnya, kemudian ucapkan:
َل َّ َالرحَةََيََمَمَدََإ
َ َنَأَتَ َوجَهََبَكََإ َ ََب
ّ َىَللاَعَلَيَهََ َوسَلَمََن
َ َنَأَسَأَلَكََ َوأَتَ َوجَهََإَلَيَكََبَنَبََيّناَمَمَدََصَل
َّ َاَللَهَ َمَإ
ت
َ َبَفَتَقَضَيَلََحَاج
ََّر
Ya ALLAH aku memohon kepada-MU dan menghadap kepada-MU dengan Nabi Kami
Muhammad saw Nabi pembawa rahmat, Ya Muhammad aku menghadap kepada
Tuhanku melaluimu agar DIA memenuhi hajatku”
“Setelah itu sebutkan hajatmu, pergilah dan aku akan mengiringimu” Maka orang
tersebut pergi dan melakukan hal itu, setelah itu dia kembali mendatangi pintu Utsman
bin Afan, penjaga pintu datang dan memegang tangannya lalu membawanya masuk
menemui Utsman bin Affan, dia duduk bersamanya diatas karpet, Utsman bin Affan
bertanya: apa keperluanmu?
Kemudian orang tersebut keluar dari tempat Utsman, dan bertemu Utsman bin Hunaif
seraya berkata kepadanya: “Semoga ALLAH membalasmu dengan kebaikan, tadinya
dia tidak memperdulikan keperluanku dan sedikitpun tidak menoleh padaku sampai
engkau menceritakan kepadanya tentang diriku”
Utsman bin Hunaif berkata: “aku tidak mengatakan apapun kepadanya, namun aku
pernah mendengar Rasulullah saw, bahwa suatu hari pernah datang seorang buta
kepada beliau saw, dia mengadu tentang sakit matanya kepada Nabi saw. (qs 21 :107, rahmatan lil a
25
26
Kemudian Nabi saw bertanya padanya: “Apakah engkau bisa bersabar? Orang tadi
menjawab: wahai Rasulullah, aku tidak memiliki penuntun, sangat sulit bagimu.
Rasulullah saw bersabda: datangilah tempat wudhu dan wudhulah, kemudian
sholatlah dua rakaat dan berdoalah dengan doa ini: “YA ALLAH sesungguhnya aku
memohon kepada-MU dan menghadap kepada-MU melalui Nabi-MU Muhammad Nabi
yang membawa rahmat, YA Muhammad sesungguhnya aku menghadap tuhanku
melalui engkau agar membukakan mataku, Ya ALLAH terimalah syafaatnya untukku,
agar dia memberi syafaat untuk diriku”. Lalu Usman bin Hunaif berkata: Demi Allah,
kami belum bubar dan tidak lama kami berbincang sampai masuk kepada kami orang
tersebut dan tidak ada penyakitnya padanya sedikitpun”.
Muhaqiq kitab berkata: “telah diriwayatkan dalam Ashoghir Juz 1 hal 184, tidak
diriwayatkan dari Rauh bin al-Qosim melainkan dari Syabib bin Sa’id al-Makki dan dia
terpercaya, Ahmad bin syabib mengambil hadis darinya dari ayahnya dari yunus bin
Yazid bahwa hadis ini telah diriwayatkan oleh shu’bah dari ABU JA’FAR AL-KHOTMI
yang bernama Umair bin Yazid dia terpercaya ....dan hadis tersebut shohih”
Ayat dibawah ini menunjukkan bahwa Allah telah meridhoi sebagian sahabat Nabi-Nya,
َّ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َْ َ
َ اْل َّولو َن ِم َن ْاْل َّ َو9:100 َك َما ف ْي
ين ات َبعوه ْم ِب ِإ ْح َس ٍان اج ِرين واْلنص ِار وال ِذِ ه نو قاب
ِ الس ِ
َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ
َ اْل ْن َهار َخالد
ين ِف َيها أ َب ًدا ذ ِل َك ِِ
َ َ ْ َ َّ
ٍ َر ِض َي َّللا عنه ْم ورضوا عنه وأعد لهم جن
ات تج ِري تحتها
ْ َْ
الف ْوز ال َع ِظيم
apakah keridhoan tersebut hanya dapat diraih dan dicapai oleh para sahabat Nabi saw?
Bagaimana dengan orang-orang setelah mereka?
26
27
Terjemah 9
a. Dalam kitab:
• Mu’jam al-Austah karya at-Thabrani, jilid 1 hal 220, terbitan Dar al-Haramain,
tahun 1995, DL
• Shahih at-Targhib wa at-Tarhib karya al-Albani, jilid 2 hal 297, terbitan al-Ma’arif,
cetakan pertama, tahun 2000
Al-Albani berkata: at-Thabrani telah meriwayatkannya di dalam kitab al-Ausath
sebagai hadits yang mauquf dan para perawinya orang-orang terpercaya, sebagian
mereka meninggikannya dan mauquf adalah lebih shahih.
• Majma’ az-Zawaid karya al-Haitsami, jilid 10 hal 247, terbitan Darul Fikr, cetakan
pertama, tahun 2005 M;
Al-Haitsami berkata: at-Thabrani telah meriwayatkannya didalam kitab al-Ausath
dan para perawinya adalah orang-orang terpercaya.
Dari Ali ra berkata: setiap doa tertutup/terhijabi sampai dia bershalawat kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad. Al-Albani berkata: Shahih Li-ghairihi.
Terjemah 10
Kenapa doa tertutup?
Karena Nabi saw adalah perantara anugerah, maksudnya setiap kali Allah berkehendak
memberikan kebaikan atau rahmat kepada seseorang, maka melewati jalan perantara.
Contoh:
َ ْ ُّ َ ْ َ َّ َ َّ َ َ َ ْ ْ َ َّ َ ُّ َ َ
َّللا وَّللا هو الغ ِني الح ِميد
ِ يا أيها الناس أنتم الفقراء ِإلى35:15
Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada yang Kaya atau Yang Mencukupi atau Yang
Melimpahkan karunia selain Allah semata.
27
28
َ َ ََ ْ ْ َ َ َ ََ َ َّ َي ْحلفو َن ب9:74
اّلِل َما قالوا َولق ْد قالوا ك ِل َمة الكف ِر َوكفروا َب ْع َد ِإ ْسَل ِم ِه ْم َو َه ُّموا ِب َما ل ْمِ ِ ِ
ْ َّللا َو َرسوله م ْن َف َ َ
َّ َي َنالوا َو َما َن َقموا إ ََّل أ ْن أ ْغ َناهم
.... ض ِل ِه ِ ِ
Di ayat ini, Allah swt menyatakan bahwa Dia dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia
sehingga dalam ayat ini seakan-akan Allah berkata: “Aku dan Rasul-Ku (Muhammad)
Yang Melimpahkan Karunia kepada mereka”.
Pertanyaan bagi kita: Allah dan Rasul-Nya apakah satu atau dua? Seharusnya ayat
mengatakan “Allah melimpahkan karunia-Nya” namun kita dapatkan disini ada kata
“dan” yang menunjukkan penyertaan Rasul-Nya, sehingga yang memberikan karunia
kepada makhluk adalah Allah dan Rasul-Nya dengan izin Allah. hal semacam inilah yang
kita tidak dapatkan pada Nabi dan Rasul yang lain. Karena beliau saw adalah manifestasi
dari Nama Allah Al-Ghani (Yang Maha Melimpahkan Karunia).
Karena itu, jika Allah berkehendak memberikan karunia kepada hamba-hamba-Nya, Dia
akan memberi karunia tersebut melalui Rasulullah saw. Sehingga suatu keanehan, jika
masih ada orang mengharamkan tawassul kepada Rasulullah saw, sementara Allah
sendiri menjadikan Rasul-Nya sebagai perantara antara Dia dengan hamba-hamba-Nya.
a. Suatu hari Abu Hanifah makan bersama Imam As-Shadiq as, ketika imam mengangkat
tangannya dari makanan, beliau as berkata: segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam,
Ya Allah makanan ini dari-Mu dan dari Rasul-Mu saw, lalu abu hanifah berkata: apakah
engkau telah menjadikan sekutu bersama Allah? Imam as menjawab: celakah engkau,
sesungguhnya Allah Swt berfirman dalam kitabnya: (9:74) “dan mereka tidak mencela
(Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-
Nya kepada mereka”.
Dan Allah juga berfirman pada tempat yang lain 9:59
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-
Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi Kami, Allah akan memberikan
sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya”...
Lalu abu hanifah berkata: Demi Allah, seakan-akan aku belum pernah membaca kedua
ayat tersebut dari kitab Allah dan juga tidak pernah mendengar kedua ayat tersebut
kecuali pada saat sekarang ini. (al-Ghaibah an-Nu’mani, hal 151).
28
29
Sesungguhnya Rasulullah saw bukan hanya sekedar perantara antara Allah dengan umat
beliau saw, akan tetapi beliau saw merupakan perantara antara Allah dengan segenap
makhluk-Nya, sejak awal hingga hari kiamat.
َ َ َ ْ ً َ ْ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َ
اْلين
ِ وما أرسلناك ِإَل رحمة ِللع21:107
Bahkan beliau saw pun merupakan perantara bagi para Nabi yang lain.
b. dalam kitabnya Ruhul Ma’ani, karya Al-Alusi, jilid 12 hal 29, terbitan Darul Fikr :
Al-Alusi berkata: beliau saw adalah sosok yang sempurna dan yang menyempurnakan
khalifah dan sebagai perantara secara hakekat didalam karunia bagi mereka (para nabi
as) dan setiap para nabi as yang telah mendahuluinya serta para wali yang datang
setelah beliau saw, mereka adalah wakil/pengganti nabi saw dan mereka meminta
bantuan kepada Nabi saw.
c. Kitab Thoriqul Hijratain, karya Ibn Qoyim al Jauziah, penerbit Darul Bayan Al 'Arabi, th
2006 M, halaman 320:*
Ibn Qoyim berkata: "Cukuplah keutamaan mereka dan kemuliaan mereka,
sesungguhnya Allah swt mengkhususkan mereka dengan wahyu Nya dan menjadikan
mereka pengemban amanat risalah Nya dan perantara antara diri Nya dengan hamba
Nya dan Allah swt telah mengkhususkan mereka dengan berbagai macam kemuliaan
dari Nya maka diantara mereka para nabi as ada yang diangkat menjadi Khalil (Nabi
Ibrahim as), dan diantara mereka ada yang diajak bicara langsung oleh Allah swt (Nabi
Musa as), dan diantara mereka ada yang diangkat ke tempat yang tinggi di atas para
nabi yang lain beberapa derajat."
"Allah swt tidak menjadikan untuk para hamba Nya, cara atau jalan untuk sampai
kepada Nya kecuali melalui jalan para Nabi as dan tidaklah masuk ke surga Allah
kecuali di belakang mereka (para Nabi as), Allah swt tidak memuliakan seorangpun
diantara hamba-hamba Nya dengan suatu kemuliaan kecuali melalui tangan-tangan
para Nabi as, Maka para Nabi as adalah yang paling dekatnya wasilah (perantara)
kepada Allah swt dan paling tinggi derajatnya disisi Allah swt, yang paling dicintai Allah
swt dan paling mulia disisi Allah swt. Dan secara garis besarnya, hamba-hamba Allah
swt mendapatkan seluruh kebaikan dunia dan akhirat melalui tangan-tangan para Nabi
as. Dengan para Nabi as, Allah swt dikenal dan dengan mereka, Allah swt disembah
dan dita'ati, dengan mereka (para Nabi as) kecintaan Allah swt didapati di bumi. Dan
yg paling tinggi derajatnya diantara para Nabi as adalah Ulul Azhmi yang disebutkan
dalam firman Allah swt (QS. 42:13) :
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan ’Isa...”
29
30
Dan merekalah (Ulul Azhmi) tingkatan tertinggi diantara seluruh makhluk dan mereka
menjadi Poros Syafa'at sampai mereka menyerahkannya kepada penutup para Nabi
dan Rasul dan Nabi yang paling mulia diantara mereka yaitu Rasulullah saw."
Dari sinilah telah disebutkan oleh sebagian ulama, bahwa diantara makna dari
khatamiyyah adalah setiap risalah dan tanggung jawab serta kesaksian dari para nabi,
sesungguhnya akan diterima oleh Allah apabila telah mendapat stempel dari Rasulullah
saw. Sebagaimana dalam firman-Nya:
َ َ ً َ َ َْ َ ْ َْ َ ً َ َّ َ
...يدا َعلى َهؤَل ِءيدا َعل ْي ِه ْم ِم ْن أنف ِس ِهم و ِجئنا ِبك ش ِه َو َي ْو َم ن ْب َعث ِفي ك ِل أم ٍة ش ِه16:89
Sebagai contoh bahwa beliau saw adalah perantara bagi para Nabi yang lain:
Sebagai dalil lain yang menunjukkan bahwa makna “kalimat” dalam ayat diatas tadi
merupakan sosok:
30
31
َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ َل ْم98:1-2
)(اب واْلش ِر ِكين منف ِكين حتى تأ ِتيهم الب ِينةت ك
ِ ِ ِ ال له أ ن م
ِ وارف ك ينذ ال
ِ ِ نك ي
ً َ ً ْ َّ َ َ ٌل
)( َّللا َيتلو صحفا مط َّه َرة
ِ رسو ِمن
َّ َّ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َْ َْ َ َ ْ َ َ َّ َّ
اس ِفي
ِ ِلن ل اه ن ي ب ا م د
ِ ع ب نمِ ى د هال و ات
ِ ن ي
ِ ب ال نمِ ا ن ل
ز نأ ا م ن و م ت ك ِإن ال ِذين ي2:159
َ َّ ْ َّ ْ َ َ ْ
َّللا َو َيل َعنهم الَل ِعنون اب أول ِئ َك َيل َعنهم
ِ ال ِك
ت
Nuh as menjadikan Rasulullah saw sebagai perantara kepada Allah swt.
َ َ َْ َ ََ ََْ َ َ
ات ألو ٍاح ودس ٍر
ِ وحملناه على ذ54:13
e. Dari Anas bin Malik dari Nabi saw bahwasanya beliau saw bersabda: ketika Allah Swt
hendak membinasakan kaum nabi Nuh as, Allah Swt mewahyukan kepadanya untuk
membelah lempengan-lempengan kayu dari pohon jati, setelah dia membelahnya, dia
tidak tahu apa yang harus diperbuat terhadap lempengan-lempengan tersebut
selanjutnya, lalu Jibril turun dan memperlihatkan bentuk bahtera dan bersamanya
(jibril) sebuah peti yang didalamnya terdapat 129 ribu paku, lalu dia memasang seluruh
paku di bahtera tersebut sampai tersisa lima paku, kemudian dia memukulkan paku
tersebut dengan tangannya lalu muncul di tangannya sebuah cahaya seperti cahaya
bintang-bintang di langit sehingga Nuh as menjadi bingung atas kejadian tersebut
kemudian Allah Swt membuat bicara paku tersebut dengan lisan yang fasih.
Kemudian Nuh as berkata kepada Jibril: wahai Jibril paku apakah ini yang tidak pernah
aku lihat sebelumnya? Jibril menjawab: ini adalah nama sebaik-baiknya orang-orang
yang terdahulu dan yang terkemudian yaitu Muhammad bin Abdullah, pakulah olehmu
di bagian sebelah kanan bahtera. Kemudian Nuh as memukulkan paku kedua tersebut
dengan tangannya lalu muncul cahaya dan bersinar. Sehingga Nuh as berkata: Paku
apakah ini? Jibril as menjawab: ini adalah paku saudaranya dan putra pamannya yaitu
Ali bin Abi Thalib as pakulah olehmu di sebelah kiri bahtera di depannya.
Kemudian Nuh as memukulkan dengan tangannya paku yang ketiga lalu muncul cahaya
dan sinar. Jibril berkata: ini adalah paku Fatimah, pakulah olehmu di samping paku
ayahnya. Kemudian Nuh as memukul dengan tangannya paku yang keempat lalu
muncul cahaya dan bersinar. Jibril berkata: ini adalah paku al-Hasan, pakulah di
samping paku ayahnya. Kemudian Nuh as memukul dengan tangannya paku yang
kelima lalu muncul cahaya dan bersinar serta menangis. Nuh as berkata: Wahai Jibril,
kenapa paku ini lembab? Jiibril menjawab: ini adalah paku al-Husain bin Ali penghulu
para syahid, maka pakulah di samping paku saudaranya. Kemudian Nabi saw
membacakan ayat (54:13)“dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari
papan dan paku”. Nabi saw berkata: bahwa papan-papan kayu itu adalah kayunya
31
32
banteranya Nabi Nuh as dan kami adalah pakunya, kalau sekiranya bukan karena kami
maka tidak akan bisa berlayar bahtera tersebut dan penghuninya. (Bihar, 26/333)
Dan yang menguatkan riwayat diatas tadi, adalah Doa ziarah yang datang dari Imam
Shadiq as, yang mana beliau as membacakannya dihadapan makam Amirul Mukminin as
di hari 17 bulan rabiul awal, hari kelahiran Rasulullah saw.
f. salam sejahtera bagimu wahai yang telah Allah selamatkan bahteranya Nuh as melalui
namanya (Rasulullah saw) dan nama saudaranya (Ali bin Abi Thalib as) yang mana air
berbenturan di sekelilingnya dan air mengalami pasang.
Terjemah 11
Bagaimana cara kita untuk bershalawat kepada Nabi saw?
a. Dalam kitab Shahih al-Bukhari, jilid 2 hal 429, terbitan Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
cetakan pertama, tahun 1998/1419
Dari abdurrahman bin abi laila berkata; ka’ab bin ujrah telah menemuiku lalu berkata :
tidakkah kamu ingin aku hadiahkan kepadamu sebuah hadiah yang pernah aku dengar
dari Nabi saw? lalu aku berkata; iya, maka hadiahkanlah untukku. Dia (ka’ab bin ujrah)
berkata: kami telah bertanya kepada Rasulullah saw, lalu kami berkata; wahai
Rasulullah, bagaimanakah cara bershalawat kepada kalian ahlul bait/ sesungguhnya
kami telah mengetahui bagaimana cara memberikan salam (kepada kalian). Nabi
menjawab: katakanlah: Ya Allah sampaikanlah shalawat kepada Muhammad dan
keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan
keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah
berkahilah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah
berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau maha Terpuji dan Maha
Mulia.”
b. Dalam kitab as-Shawaiq al-Muhriqah hal 146, terbitan al-Qahirah, cetakan kedua,
tahun 1965 :
Nabi saw bersabda: Janganlah kalian bershalawat kepadaku dengan shawalat batra
(terputus). Lalu mereka bertanya; apa yang dimaksud dengan shawalat batra? Nabi
saw menjawab: (yang dimaksud dengan shalawat batra adalah) kalian mengucapkan
Allahumma shalli ‘ala Muhammad lalu kalian diam, akan tetapi ucapkanlah Allahumma
shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Aali Muhammad.
Kemudian pada halaman 148, menukil ucapan Imam Syafii:
Wahai Ahlul Bait Rasulullah, mencintai kalian adalah kewajiban dari Allah Swt didalam
al-Quran yang telah diturunkan
32
33
Cukup bagi kalian sebagai keagungan bahwasanya siapa saja yang tidak bershalawat
kepada kalian maka tidaklah sah shalatnya.
c. Dalam kitab Dzaha-ir al-‘Uqba karya at-Thabari hal 29, terbitan dar al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, cetakan pertama tahun 2006 :
Dari Jabir ra, bahwasanya dia berkata: sekiranya aku shalat sementara aku tidak
bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, maka aku tidak melihat
bahwasanya hal itu akan diterima.
d. Dalam kitab Sa’adah Ad-Darain fis Sholati ala sayyidil kaunain, karya An-Nabhani,
halaman 30:
Asy-Syafii berkata: wahai keluarga Rasulullah, kecintaan kepada kalian adalah
kewajiban dari Allah didalam Al-Qur’an yang diturunkannya. cukuplah bagi kalian dari
agungnya kadar bahwa siapa yang tidak bershalawat atas kalian, tidak ada shalat
atasnya.
An-Nabhani berkata: tampak dari hal ini bahwa yang meninggalkan shalat atas
keluarga Rasulullah, berarti dia telah meninggalkan keutamaan yang agung, mulia dan
luhur... adapun shalawat atas para sahabat beliau saw, dia tidaklah ada didalam hadis-
hadis, dan para ulama telah sepakat akan kesunnahannya dengan qiyas shalawat atas
keluarga Rasulullah saw...
e. An-Nashaih Al-Kafiyah, karya Habib Muhammad bin Aqil bin Yahya, halaman 295, DL:
Habib Muhammad bin Yahya berkata: “sebagian besar ulama madzhab Syafii
berpandangan shalawat atas keluarga Rasulullah saw di Tasyahhud pertama didalam
shalat hukumnya makruh, bersamaan dengan itu sesungguhnya meninggalkan
shalawat atas keluarga Nabi saw bersama dengan shalawat atas beliau saw,
merupakan hal yang dilarang karena hadis shahih sabda Nabi saw: janganlah kalian
shalawat kepadaku dengan shalawat yang terputus.... dan tidak dinukil riwayat dari
Nabi saw tidak pula dari seorang pun sahabat beliau saw, bahwa Nabi saw bershalawat
kepada sahabat setelah shalwat atas beliau saw atau memerintahkannya, baik didalam
shalat maupun diluarnya...”
f. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang shalawat kepadaku tetapi tidak
bershalawat kepada keluargaku, maka dia (kelak) tidak menemukan aroma surga.
Sesungguhnya aroma surga didapati setelah perjalanan 500 tahun”. (Bihar 8/186)
Sesuatu yang masuk di akal, barang siapa yang tidak bershalawat yang sempurna maka
dia telah meninggalkan sunnah Rasulullah saw, yang mana beliau saw telah mengajarkan
cara bershalawat sebagaimana yang tertera dalam kitab shahih bukhari.
Dan Allah pun telah memerintahkan kaum mukmin untuk mengambil semua pelajaran
dan mengikuti apa yang datang dari Rasul-Nya.
33
34
َ َّ َ َ ََ
" ) وما آتاكم الرسول فخذوه59:7("
َّ َ َ َّ ْ ْ ْ ْ ُّ َن
." َّللا فات ِبعو ِني ) قل ِإن كنتم ت ِحبو3:31("
g. Dalam kitab Tarikh Jurjan karya al-Jurjani, jilid 1 hal 189, Maktabah Syamilah:
Dari Ali bin Husain dari ayahnya dari kakeknya yang berkata: sesungguhnya Allah Swt
mewajibkan bagi alam ini untuk bershalawat kepada Rasulullah saw dan
menyandingkan kami bersamanya, maka barangsiapa yang bershalawat kepada
Rasulullah saw dan tidak bershalawat kepada kami maka dia akan bertemu Allah Swt
dalam keadaan membawa bacaan shalawat yang terputus (tidak bernilai) dan orang
tersebut telah meninggalkan semua perintah-Nya.
h. Dalam kitab Al-Minah Al-Makkiyyah, karya Ibn Hajar Al-haitami As-Syafii, halaman 539,
terbitan Darul Minhaj, cet.kedua, tahun 1426:
Ibn hajar berkata: “dan telah diketahui, bahwa putra-putra Fatimah dan keturunannya
dinamakan putra-putra Rasulullah saw, dan dinisbatkan kepada beliau saw dengan
nisbat yang hakikat lagi sempurna, yang memberikan manfaat di dunia serta akhirat.
Yang menunjukkan hal ini adalah riwayat shahih bahwa Rasulullah saw bersabda:
sampai kapan umat mengatakan bahwa kekerabatan Rasulullah tidak memberikan
manfaat kepada kaumnya di hari kiamat, akan tetapi Demi Allah sesungguhnya
kekerabatanku terus terhubung di dunia dan di akhirat. QS 23 :101
i. Rasulullah saw bersabda: sampai kapan kaum ini jika disebutkan keluarga Ibrahim dan
keluarga musa dan keluarga isa, mereka bergembira, dan apabila disebutkan keluarga
Muhammad, hati-hati mereka bergemetar (benci). Demi Jiwaku yang berada di tangan-
Nya, sekiranya salah satu diantara mereka melakukan amal tujuh puluh nabi maka
Allah Swt tidak akan menerima amal darinya sampai dia beramal dengan wilayahku
dan wilayah ahlul baitku. (al-Musytarsyid, 2/32)
j. Nabi saw bersabda: sesungguhnya syaitan ada dua jenis: yang pertama adalah syaitan
yang berbentuk jin, dia akan menjauh dengan kalimat Laa Haula wa laa Quwawata illa
billahil aliyil azhim, dan yang kedua adalah syaitan berbentuk manusia, dia akan
menjauh dengan kalimat shalawat kepada Nabi dan keluarganya. (Bihar, 92/136).
k. Kitab Subulu Salam Syarah Bulughul Maram, karya As-Shan'ani, Juz 1 halaman 270
terbitan Darul qohiroh cetakan tahun 2004:
Shon’ani berkata: “Dari sinilah kita mengetahui bahwa penghapusan lafaz
“AL” (keluarga) dalam sholawat sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab hadis yang
tidak seharusnya mereka lakukan, dimana aku telah ditanya dari dahulu akan hal ini,
dan aku menjawab: “sesungguhnya telah dishohihkan dihadapan perawi hadis dan
34
35
tanpa diragukan bagaimana cara bersholawat kepada nabi, bahkan mereka adalah
perawinya, seolah-olah mereka menghapus karena TAQIYAH dimasa
kepemimpinan BANI UMAYYAH sebab lafaz “AL” (keluarga) adalah orang-orang yang
dibenci jika disebut, kemudian bacaan sholawat tersebut berkesinambungan sampai
sekarang padahal tidak ada alasan lagi untuk menghapus aslinya”.
Yang mempertegas hal ini adalah pengakuan dari salah seorang ulama wahabi bahwa
asal muasal shalawat adalah menyertakan keluarga Nabi saw.
l. Dalam kitab al-la’ali-ul Bahiyyah fi yarh al-Aqidah al-Washitiyyah karya Alu Syaikh, jilid
2 hal 342, terbitan Dar al-Imam Ahmad, cetakan pertama, tahun 2011 M
Alu syaikh berkata: sesungguhnya memasukkan kalimat “radhiyallahu ‘anhu” pada
para sahabat dan para istri nabi saw, hal itu tidak pernah terjadi pada zaman rasulullah
saw dan juga tidak ada pada zaman abu bakar, umar dan utsman, kemudian setelah itu
para imam dari para tabi’in, maka orang setelah mereka (para tabi’in) memasukkan
kalimat “radhiyallahu ‘anhu” ini dan juga memasukkan sebagai syi’ar, karena hal itu
menjadi syi’arnya kelompok ahlusunnah didalam menandingi mereka dari kelompok
rafidhi”.
Begitu juga pada permasalahan shalawat kepada nabi saw, aslinya adalah bahwa
shalawat kepada nabi saw dan kepada keluarganya sebagaimana telah datang
penjelasannya pada hadits dari Abu Humaid dan selainnya yang terdapat di dua kitab
shahih (Bukhari dan muslim) dan juga berada di selain dari keduanya, bahwasanya nabi
saw telah menjelaskan kepada mereka bahwa shalawat ditujukan kepada nabi dan
keluarganya. Sesungguhnya kelompok ahlusunah apabila mereka menyebut shalawat
kepada nabi saw dan hendak menyebut keluarga nabi saw maka mereka menyertakan
para sahabat nabi saw didalamnya. Maka mereka membaca: “Shallallahu Alaihi Wa Ala
Alihi wa Shahbihi”, dan tidak hanya dibatasi dengan kalimat “wa alihi” saja. Dan hal ini
menurut kebanyakan dari kelompok ahlusunnah dikarenakan mereka tidak mau
menyerupai kelompok rafidhah dan syiah didalam pembelaan mereka kepada keluarga
nabi saw tanpa sahabat nabi saw.
m. Dalam kitab Ad-Durar Saniyyah fi Rad Alal Wahhabiyyah, karya Zaini Dahlan, halaman
108-109, terbitan Dar Ghar Hira’ – Maktabah Al-Ahbab, cetakan pertama, tahun 2003,
DL*:
Zaini dahlan berkata: “Dia (Muhammad bin Abdul Wahhab) melarang bershalawat
kepada Nabi saw dan merasa terganggu dari pengeras suara mereka. Dan melarang
pula untuk membawakannya pada shalat jumat secara jahar diatas mimbar, dan dia
akan menyakiti serta menyiksa dengan siksaan yang keras bagi yang melakukan hal
tersebut, sampai dia membunuh seorang buta (muadzzin) yang sholeh, memiliki suara
bagus karena dilarangnya untuk bershalawat di menara setelah azan, karena tidak
berhenti mengucapkan shalawat, maka dia memerintahkan untuk membunuhnya.
35
36
Kemudian dia berkata: bahwa perempuan zina lebih kecil dosanya dari orang yang
bershalawat diatas mimbar dengan berdalih kepada kroni-kroninya bahwa hal tersebut
karena menjaga tauhid.
o. Rasulullah saw bersabda: Janganlah kalian shalawat kepadaku dengan shalawat yang
terputus (batra’), apabila kalian shalawat kepadaku maka sertailah shalawat kepada
ahlul baitku, jangan kalian putus hanya untukku saja karena sesungguhnya segala
sebab dan nasab terputus pada hari kiamat kecuali sebabku dan nasabku”. (Bihar,
5/209).
p. Dalam kitab Sunan al-Kubra karya al-Baihaqi, jilid 3 249, terbitan Darul Fikr, tahun 2005
Dari Jabir dari Abu Ja’far dari Abu mas’ud al-Badri berkata: “Sekiranya aku shalat
namun aku tidak bershalawat didalamnya kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad, aku melihat hal shalat tersebut tidak sempurna”.
Al-Baihaqi berkata: jabir al-Ju’fi adalah satu-satunya orang yang meriwayatkan hadits
tersebut, dan dia adalah pribadi yang dha’if haditsnya.
q. Dalam kitab Mizan al-I’tidal karya adz-Dzahabi, jilid 2 hal 103, terbitan Dar al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, cetakan kedua, tahun 2008 M :
Adz-Dzahabi berkata: Jabir bin Yazid bin al-Harits al-Ju’fi al-Kufi adalah salah satu
ULAMA SYIAH…., Ibn Mahdi berkata, dari Sufyan: Jabir al’Ju’fi adalah pribadi yang
menjaga (wara’) dalam meriwayatkan hadist, aku tidak pernah melihat pribadi yang
lebih wara’ darinya didalam meriwayatkan hadits.
Dan Syu’bah berkata: Dia adalah orang yang jujur.
Dan Yahya bin Abi Bakar, dari Syu’bah berkata: apabila Jabir mengucapkan: telah
mengabarkan kepada kami (akhbarana) dan telah menyampaikan hadits kepada kami
(haddatsana), dan aku telah mendengar (sami’tu), bahwa dia adalah termasuk orang
yang paling dipercaya oleh banyak orang.
Dan Waqi’ berkata: jika kalian pernah meragukan sesuatu, maka janganlah kalian ragu
tentang pribadi Jabir al-Ju’fi bahwa dia adalah orang yang terpercaya.
Berarti sangat jelas, bahwa kedhaifan Jabir bukan karena pribadinya namun karena
akidahnya. Sekarang mari kita lihat, apakah berpengaruh akidah tersebut didalam
periwayatan hadis:
36
37
r. Silsilatul Ahaditsi Shohihah, oleh Al-Albani Juz 5 hal 262 Maktabah al-Ma’arif Riyadh
cetakan pertama tahun 1995*
Al-Albani berkata: Jika seseorang berkata: “perawi ini seorang syi’i…apakah hal itu
tidak dianggap sebagai celaan dan kecacatan hadis! Maka aku (al-Bani) berkata: “sama
sekali tidak, sebab tolak ukur dalam periwayatan hadis adalah kejujuran dan hafalan,
adapun mazhab adalah urusan dia dengan tuhannya…karena itu kita dapatkan
penyusun kitab “shohihain” (Bukhori dan muslim) dan selainnya, mereka telah
meriwayatkan (hadis) yang kebanyakannya dari (perawi) yang terpercaya yang
bertentangan (dengan Ahlu sunnah) seperti Khawarij, SYIAH dan selainnya, inilah
contoh dihadapan kita, bahwa Ibn Hibban telah mensahihkan hadis sebagaimana anda
lihat bahwasannya dia berkata tentang perawi yang bernama ja’far…, dimana dia
seorang syiah dan ghulat” bahkan Ibn Hibban berkata dalam kitab “Tsiqotnya (6/140)
dia (Ja’far) membenci dua syekh (Abu Bakar dan Umar)”.
Terjemah 12
Kenapa Allah Swt memerintahkan kita berdoa untuk nabi saw? Apakah
Doa tersebut sebenarnya untuk nabi saw atau untuk kita?
ْ ق ْل ََل َتم ُّن ْوا َع َل َّي ِا ْس ََلمك ْم َبل هللا َيم ُّن َع َل ْيك ْم ِا ْن َه َداك ْم ل َِل ْي َمان ِا ْن ك ْنتم49:17
ِ ِ ِ
َ
ص ِاد ِق ْين
َ
Sesungguhnya manfaat shalawat kepada Nabi saw dan keluarganya akan kembali kepada
si pembaca shalawat, karena Nabi saw dan para Imam as telah sampai tingkatan
kesempurnaan yang tidak dapat ditambah lagi, mereka adalah sebaik-baik makhluk
secara mutlak, tidak ada seorang pun yang lebih sempurna dan lebih utama
dibandingkan mereka. Karena itu beliau saw tidaklah membutuhkan shalawat dari
seseorang yang kedudukannya dibawah beliau, maka shalawat yang kita baca atas
37
38
Apa Hasil yang akan didapatkan bagi orang yang bershalawat kepada
nabi saw dan keluarganya?
َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َْ َْ َ َ َْ ََ َْ َ َْ ْ ََ
ات و أنزلنا معهم ال ِكتاب و ِاْليزان ِليقوم الناسِ لقد أرسلنا رسلنا ِبالب ِين57:25
ْ
..... ِبال ِق ْس ِط
Apakah tujuan diturunkannya para Nabi hanya untuk menegakkan keadilan saja?
c. Dari Abu Abdillah as berkata: apabila disebut nama Nabi saw maka perbanyaklah
bershalawat kepadanya, sesungguhnya orang yang bershalawat kepada Nabi saw
38
39
sebanyak satu kali maka Allah Swt akan bershalawat kepadanya seribu kali dan seribu
shaf malaikat pun bershalawat kepadanya. (Bihar al-Anwar, jilid 17 hal 30)
َ ْ َ َ ْ َ َ َ ين َي ْحملو َن ْال َع ْرَ َّالذ40:7
ش َو َم ْن َح ْوله ي َس ِبحون ِب َح ْم ِد َرِب ِه ْم َويؤ ِمنون ِب ِه َو َي ْستغ ِفرون ِ ِ
َ َّ َ َ َّ ْ ْ َ ً ْ َ ً َ ْ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َّ
ين تابوا َو ات َبعوا َس ِبيل َك ِلل ِذين آمنوا ربنا و ِسعت كل ش ي ٍء رحمة و ِعلما فاغ ِفر ِلل ِذ
ْ َ ََ ْ َ
اب ال َج ِح ِيم و ِق ِهم عذ
Ayat diatas menunjukkan bahwa para malaikat pemikul arsy, hanya memintakan ampun
untuk orang-orang yang beriman, namun mari kita lihat ayat dibawah ini untuk siapa
mereka memintakan ampun kepada Allah?
...........ض ر
َ
ْ اَل يف ْ َ َواْلَ ََلئ َكة ي َسبح ْو َن ب َح ْمد َربه ْم َو َي ْس َت ْغفر ْو َن ْل....42:5 ,الن افتح
ن
ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
َ َ ْ َ ً َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ََ َ َ ْ َ
ِا ْستغ ِف ْر له ْم ا ْو َل ت ْستغ ِف ْر له ْم ِان ت ْستغ ِف ْر له ْم َس ْب ِع ْين َم َّرة ل ْن َيغ ِف َر هللا له ْم ذ ِال َك9:80
َ
اس ِق ْين
َ َ ْ َ
الف مو الق ي دِْ اهلل َو َرس ْو ِل ِه َوهللا ََل َي
ه ب اوْ ب َا َّنه ْم َك َفر
ِ ِ ِ ِ
Ayat ini menunjukkan bahwa terdapat istigfar yang tidak diterima, seakan-akan terdapat
pertentangan diantara ayat-ayat Al-Qur’an. Sementara kita meyakini, Allah telah
menyatakan didalam Qs 4:82
d. Kitab Silsilah al-Ahadis al-Sahihah oleh Al-Albani Juz 4 hal 335 hadis nomor 1761
terbitan maktabah al-Ma’arif cetakan pertama tahun 2002*:
Rasul saw bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya telah aku tinggalkan pada kalian
sesuatu yang jika kalian mengambilnya tidak akan pernah tersesat yaitu kitabullah dan
itrahku ahlul baitku”.
Al-Albani berkata: “Hadis ini sahih”
39
40
Sekarang mari kita simak dari salah seorang mitra Al-Qur’an yang telah menafsirkan ayat-
ayat yang dianggap bertentangan tadi.
e. Imam as-Shadiq as berkata: “Diperuntukan bagi penduduk bumi yang beriman”. (Tafsir
al-Mizan, 18/8)
f. Imam as-Shadiq as berkata: sesungguhnya Allah Swt memiliki para malaikat yang akan
menggugurkan dosa-dosa yang muncul dari pengikut kami sebagaimana angin
menggugurkan dedaunan dari pohonnya pada musim gugur, dan hal itu sebagaimana
firman Allah Swt “.....dan mereka (para malaikat) memintakan ampun bagi orang-orang
yang beriman”, dan Allah Swt tidak menghendaki hal itu bagi selain kalian”. (Mizan al-
Hikmah, 3/371)
Terjemah 13
Diantara keutamaan shalawat kepada nabi saw dan keluarganya:
Menambah pahala dan pengampunan Dosa baginya
a. Nabi saw bersabda: “Barang siapa dari umatku yang bershalawat kepadaku satu kali
maka telah tertulis baginya sepuluh kebaikan dan dihapuskan darinya sepuluh
keburukan”. (Tsawab al-A’mal, 2/3)
b. Rasulullah saw bersabda: ketika aku diisra’kan pada malam mi’raj ke langit, aku
melihat malaikat yang memiliki seribu tangan, setiap tangannya memiliki seribu jari,
malaikat itu menghisab dan menghitung menggunakan jari-jari tersebut. Lalu aku
berkata kepada Jibril: siapakah malaikat ini, dan apa yang dia hitung? Jibril menjawab:
ini adalah malaikat yang ditugaskan untuk menghitung tetesan air hujan yang turun
dari langit ke bumi. Aku berkata kepada malaikat itu: apakah engkau tahu sejak Allah
40
41
Swt menciptakan dunia ini berapa banyak tetesan air hujan yang telah turun dari langit
ke bumi?
Lalu malaikat itu menjawab: wahai Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu
dengan kebenaran kepada para makhluk-Nya, sesungguhnya aku hanya mengetahui
berapa banyak tetesan air yang telah turun dari langit ke bumi, aku mengetahui secara
detail berapa banyak air yang telah turun diatas lautan, berapa banyak tetesan yang
telah turun di daratan, berapa banyak tetesan air yang telah turun di kepadatan
penduduk, berapa banyak tetesan air yang telah turun di kebun, berapa banyak
tetesan air yang telah turun di tanah yang lembab, dan berapa banyak tetesan air yang
telah turun di dalam kuburan. Kemudian Rasulullah saw berkata: aku heran terhadap
pengawasan dan ingatan hitungannya. Lalu malaikat itu berkata: Wahai Rasulullah!
Ada hitungan yang aku tidak mampu menghitungnya dengan apa yang aku miliki dari
hafalan, ingatan, tangan banyak dan jari-jari yang banyak. Kemudian Rasulullah
berkata : Hitungan apakah yang tidak engkau mampu itu? Malaikat itu menjawab :
hitungan kaum dari umatmu yang mana mereka menghadiri sebuah perkumpulan lalu
mereka menyebut namamu didalamnya dan bershalawat kepadamu, sesungguhnya hal
itu aku tidak mampu untuk menghitung batasan pahala mereka”. (Manazil al-Akhirah,
1/204).
c. Imam Ridha as berkata: “Barangsiapa yang tidak mampu untuk menghapus dosa-
dosanya maka perbanyaklah bershalawat kepada Muhammad dan keluarganya,
sesungguhnya hal itu bisa menghancur leburkan dosa-dosa”. (‘Uyun al-Akhbar ar-Ridha,
jilid 1 hal 294).
d. Dalam ziarah al-Jami’ah dikatakan: “Dan Dialah yang telah menjadikan shalawat kami
wajib bagi kalian, dan yang telah mengkhususkan kami dari wilayah kalian, baik untuk
bentuk ciptaan kami, kesucian untuk jiwa-jiwa kami, kesucian bagi kami, dan sebagai
penghapus untuk dosa –dosa kami.....” (Tahdzib al-Ahkam, 6/99).
e. Rasulullah saw bersabda: Shalawat kalian kepadaku adalah syarat diterimanya doa-doa
kalian, keridhaan tuhan kalian, dan pensucian bagi amal-amal kalian. (Jami’ al-Akhbar,
8/14).
f. Abu Abdillah as pernah ditanya tentang paling mulianya amalan pada hari jumat, lalu
beliau as menjawab: “Shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
sebanyak seratus kali setelah ashar, dan jika dilebihkan maka itu adalah lebih baik”.
(al-Mahasin, hal 59)
g. Imam as-Shadiq as berkata: “Shadaqah pada malam jumat dan hari jumat akan
mendapatkan seribu kebaikan, sesungguhnya shalawat kepada Muhammad dan
keluarga Muhammad pada malam jumat dan hari jumat akan mendapatkan seribu
kebaikan dan dapat menghapus seribu keburukan serta akan diangkat derajatnya
41
42
i. Imam as-Shadiq as pernah berkata kepada Fudhail: kalian duduk dan berdiskusi? Dia
menjawab: Iya, aku jadikan diriku sebagai tebusanmu. Beliau as berkata: sesungguhnya
aku mencintai majlis-majlis itu maka hidupkanlah urusan kami wahai fudhail, Allah Swt
akan merahmati bagi orang yang menghidupkan urusan kami wahai Fudhail, barang
siapa yang mengingat kami atau kami disebut olehnya kemudian keluar air matanya
seperti sayap lalat-lalat, Allah Swt akan mengampuni dosa-dosanya sekalipun lebih
banyak jumlahnya dari buih di lautan. (Mizan al-Hikmah, 2/17)
j. Dalam kitab Hilyatul Auliya, karya Abu Nu’aim, jilid 4 halaman 42, MS:
diriwayatkan dari Abdul Mun’im bin Idris dari ayahnya dari kakeknya Wahab yang
berkata: “Dahulu terdapat seorang Bani Israil yang bermaksiat kepada Allah selama
dua ratus tahun, kemudian dia meninggal. orang-orang pun melemparkan jenazahnya
ke tempat sampah, maka Allah mewahyukan kepada Musa as untuk mengeluarkan
jenazahnya dari sana dan mensholatinya. Musa as bertanya: wahai Tuhan, Bani Israil
telah menyaksikan bahwa dia bermaksiat kepada-Mu selama 200 tahun. lalu Allah
mewahyukan kepada beliau: itulah kenyataannya, namun ketika dia membuka Taurat
dan melihat Nama Muhammad saw, dia menciumnya dan meletakkannya di kedua
matanya serta BERSHALAWAT kepadanya, maka Aku mensyukurinya atas hal itu, dan
Aku telah mengampuni dosa-dosanya serta menikahkannya dengan 70 bidadari".
Terjemah 14
Mewariskan Afiyah
42
43
a. Nabi saw bersabda : Barangsiapa yang bershalawat satu kali saja maka Allah Swt akan
membukakan baginya satu pintu dari afiyah. (Bihar al-Anwar, 94/63).
b. Nabi saw bersabda: Tidak ada sesuatupun yang diminta kepada Allah Swt yang lebih
dicintai oleh-Nya dari hal meminta afiyah. (Mizan al-Hikmah, 3/299).
c. Nabi saw pernah bersabda ketika ditanya tentang doa yang paling afdhal, beliau saw
menjawab: yaitu meminta kepada tuhanmu ampunan dan afiyah di dunia dan akhirat,
kemudian keesokan harinya orang tersebut kembali mendatangi Nabi saw lalu beliau
saw menjawab dengan jawaban yang sama seperti di hari pertama, begitu juga sampai
pada hari keempat, lalu dia mendatangi nabi pada hari keempat seraya berkata : wahai
Rasulullah, doa apakah yang paling afdhal? Beliau saw menjawab: mintalah pada
tuhanmu ampunan dan kesehatan di dunia dan akhirat. Sesungguhnya apabila diberi
keduanya di dunia maka kalian telah beruntung. (Mizan al-Hikmah, 3/299).
Terjemah 15
Mewariskan cahaya
a. Nabi saw bersbda: Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali maka Allah Swt
akan menciptakan pada hari kiamat kelak cahaya di kepalanya, sebelah kanannya,
sebelah kirinya, diatasnya, dibawahnya dan semua anggota tubuhnya”. (‘Uyun al-
Akhbar, 1/294)
ْ ْ َ َْ َ ْ َْ َ َْ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ َ َْ
ات َي ْس َعى نورهم بين أي ِد ِيهم و ِبأيم ِان ِهم بشر اكم
َ ِ يوم ت َرى اْلؤ ِم ِنين واْلؤ ِمن57:12-13
ْ ْ َْ َ َ َ َ َ َ ََْ ْ َ ْ َ ْ ٌ ْال َي ْو َم َج َّن
ات َت ْج ِري ِمن تح ِتها اْلنهار خ ِال ِدين ِفيها ذ ِلك هو الفوز الع ِظيم () يوم يقول
َ َ ْ َ َ
َ س م ْن نورك ْم ِق
يل ا ْر ِجعوا َو َر َاءك ْم ْ بت
ََْ َ ْ
قن ا ونرظ ان وا ن َ ين َآ
م َ ْاْل َنافقو َن َو ْاْل َناف َقات ل َّلذ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
اهره ِم ْن ِق َب ِل ِه
َ َ َ ْ َّ
ظ و ة محالر يه ف ه ن اط بَ ابٌ ورا َفضر َب َب ْي َنه ْم بسور َله َب ً َف ْال َتمسوا ن
ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ
َ ْ
)( ال َعذاب
b. Rasulullah saw bersabda: Bershalawat kepadaku adalah cahaya kelak untuk melewati
shirat, dan barangsiapa yang melewati shirat dengan memiliki cahaya maka dia bukan
termasuk dari penduduk neraka. (Mizan al-Hikmah, 5/289).
c. Abu Abdillah as berkata: “maukah engkau aku beritahukan sesuatu yang mana Allah
Swt akan menjaga wajahmu dari panasnya api neraka jahannam? Aku berkata: Tentu.
Beliau as berkata: bacalah setelah shalat fajar sebanyak 100 kali: Allahumma shalli ‘ala
43
44
muhammad wa Aali Muhammad, maka Allah Swt akan menjaga wajahmu dari
panasnya api neraka jahannam”. (Jami’ al-Akhbar, 8/17).
Terjemah 16
Terjemah 17
Menghilangkan kemunafikan
a. Rasulullah saw bersabda: “tinggikanlah suara-suara kalian dengan bershalawat
kepadaku, sesungguhnya hal itu akan menghilangkan kemunafikan”. (al-Kafi, 2/677).
َ َ ُّ َ ُّ َ صلي َع َل ْيك ْم َو َم ََلئ َكته لي ْخر َجك ْم م َ ه َو َّالذي ي33:43
ور َوكان
ِ الن ىلإِ ات
ِ َ الظل
م ن ِ ِ ِ ِ ِ ِ
يماً ب ْاْل ْؤم ِن َين َر ِح
ِ ِ
Sebagaimana Allah mengeluarkan dari kegelapan menuju cahaya, demikian pula
shalawat mengeluarkan dari kegelapan nifak yang mana memiliki tingkatan.
Terjemah 18
44
45
Dapat Menyebabkan melihat nabi saw dan para imam atau yang sudah
meninggal dalam mimpi
Dari Hasan bin Ali dari ayahnya as berkata: “seseorang pernah datang ke Muhammad
bin Ali bin Musa as seraya berkata: Wahai putra Rasulullah, sesungguhnya ayahku
telah meninggal dunia dan dia (sebelumnya) mempunyai seribu dinar lalu dia tiba-tiba
meninggal dunia dan aku tidak tahu hartanya berada sementara aku memiliki keluarga
yang banyak dan aku termasuk dari orang yang berwilayah kepada kalian maka
cukupkanlah aku. Lalu Abu Ja’far as berkata: apabila engkau shalat isya akhir maka
bershalawatlah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebanyak seratus kali,
sesungguhnya ayahmu akan mendatangimu dan mengabarkan tentang harta tersebut.
Lalu orang itu melakukan apa yang diperintahkan Imam as, maka ayahnya mendatangi
didalam mimpinya dan berkata, wahai anakku, hartaku ada di tempat ini maka
ambillah, kemudian laki-laki itu pergi dan mengambil seribu dinar sementara ayahnya
berdiri. Lalu ayahnya berkata: wahai anakku, pergillah ke putra rasulullah as dan
kabarkan kepadanya harta bahwasanya aku telah memberitahukannya, karena beliau
as telah memerintahkanku akan hal itu. Kemudian laki-laki itu datang dan
mengabarkan kepada imam as tentang harta tersebut seraya berkata: segala puji bagi
Allah Swt yang telah memuliakanmu dan memilihmu”. (Mausu’at al-Imam al-Jawad,
1/236).
Terjemah 19
b. Abu Abdillah as berkata; Barang siapa yang bershalawat kepada Muhammad dan
keluarganya sebanyak sepuluh kali ketika shalat ashar pada hari jumat sebelum
berpaling dari shalatnya dengan mengucapkan:
َ ََ َ َْ َ ْ ْ َ َ َ َ َّ َّ َ
َو َبا ِر ْك َعل ْي ِه ْم،صل َو ِات َك ص ِل َعلى م َح َّم ٍد َو ِآل م َح َّم ٍد اَل ْو ِص َي ِاء الـمر ِض ِيين ِبأفض ِل اللهم
َ
هللا َو َب َركاته ة َ الس ََلم َو َع َلى َأ ْر َواحه ْم َو َأ ْج َساده ْم َو َر ْح
م َّ َو َع َل ْيه َو َع َل ْيهم،ضل َب َر َكات َكَ َْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِبأف
Ya Allah sampaikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagai
para washi yang diridhai dengan semulia-mulianya shalawat kepadamu, dan
45
46
berkahilah kepada mereka dengan sebaik-baiknya berkah-Mu, salam bagi nabi saw dan
keluarga nabi serta arwah-arwah dan jasad-jasad suci mereka, rahmat dan berkah dari-
Nya.
Maka para malaikat akan bershalawat padanya dari hari jumat tersebut sampai ke
jumat berikutnya pada saat itu (dia melakukan shalawat). (Bihar, 87/90)
Terjemah 20
Terjemah 21
b. Dari Nabi saw: “Semua doa melainkan terdapat hijab antara dia dan langit sampai dia
bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, apabila hal tersebut
dilakukan maka akan robek hijab tersebut sehingga doa bisa masuk, apabila dia tidak
melakukan hal tersebut maka doanya tidak akan terangkat. (Bisyarat al-Musthafa, hal 362).
46
47
c. Dalam kitab Syarh Nahj al-Balaghah karya Ibn Abi al-Hadid, 19/279, terbitan Dar Ihya
al-Kutub al-‘Arabiyyah, tahun 1963 :
Amirul Mukminin as berkata: apabila engkau memiliki hajat kepada Allah Swt maka
mulailah dengan Shalawat kepada Rasul-Nya saw kemudian mintalah hajatmu,
sesungguhnya Allah Swt sangat mulia untuk diminta dua hal kebutuhan, Dia akan
mengabulkan salah satu dari keduanya dan mencegah yang lainnya.
d. Diriwayatkan dari Abdus salam bin Nu’aim yang berkata: aku bertanya kepada Imam
As-Shadiq as: sesungguhnya aku masuk ke baitul haram akan tetapi tidak ada doa yang
aku hadirkan disana kecuali shalawat kepada Nabi saw. Imam as mengomentari: tidak
ada seorang pun yang keluar dari sana lebih utama dari keluarnya engkau”. (Bihar
91/57)
Terjemah 22
c. Nabi saw bersabda: wahai Ali, barangsiapa bershalawat kepadaku setiap hari atau
setiap malam maka wajib baginya mendapatkan syafaatku sekalipun dia termasuk
orang yang berbuat dosa besar. (kitab yang sama).
Terjemah 23
c. Imam As-Shadiq as berkata: “barang siapa yang mempunyai hajat kepada Allah, maka
hendaknya dia memulai dengan shalawat kepada Muhammad dan Keluarganya lalu
minta hajarnya dan ditutup dengan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.
Karena sesungguhnya Allah swt lebih mulia untuk menerima bagian awal dan akhir lalu
meninggalkan yang di tengah. Sesungguhnya shalawat tidak tertutupi dari-Nya”. (Bihar
90/316)
Terjemah 24
b. Rasulullah saw bersabda: “Aku kelak berada di Mizan pada hari kiamat, maka barang
siapa yang berat keburukannya daripada kebaikannya lalu dia datang dengan
membawa shalawat kepadaku maka akan menjadi berat timbangan kebaikannya”.
(Tsawab al’A’mal hal 124).
c. Imam as-Shadiq as berkata: “Tidak ada apapun di Mizan yang lebih berat
timbangannya daripada shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Ada
seseorang diletakkan amal-amalnya di Mizan, maka lebih cenderung kepada
keburukan, maka ketika itu Nabi saw mengeluarkan shalawat yang orang tersebut
miliki, lalu meletakkannya di mizan maka menjadi berat”. (Wasail as-Syiah, 7/193).
48
49
e. Diriwayatkan dari Abu Alqamah maula bani hasyim yang berkata: “Nabi saw shalat
subuh bersama kami, kemudian beliau saw menoleh kepada kami dan bersabda: wahai
segenap sahabatku, semalam aku melihat pamanku hamzah bin abdil mutthalib dan
saudaraku ja’far bin abi thalib, dihadapan mereka berdua terdapat semangkuk buah
bidara, mereka berdua pun memakannya sesaat, lalu buah bidara itu berubah menjadi
buah anggur, mereka pun memakannya sesaat, kemudian buah anggur itu berubah
menjadi rutob, mereka pun memakannya sesaat. Aku pun mendekati keduanya dan
bertanya: amal apa yang paling utama yang kalian dapati? Mereka menjawab: kami
tebus engkau dengan ayah dan ibu, kami mendapati paling utamanya amal adalah
shalawat kepadamu, memberi minum air dan kecintaan kepada Ali bin Abi Thalib”.
(Bihar 39/274)
Terjemah 25
b. Nabi saw bersabda: “orang yang paling jauh adalah seseorang yang apabila disebutkan
namaku di hadapannya, dia tidak bershalawat kepadaku”. (Wasail as-Syiah, 7/152).
c. Imam al-Baqir as berkata: “Bershalawatlah kepada nabi setiap kali kalian
mengingatnya atau ada yang mengingatkannya didalam adzan dan selainnya”. (l-Kafi,
3/366).
d. Nabi saw bersabda: “apabila kalian mendengar orang adzan maka ucapkanlah
sebagaimana yang diucapkan oleh muadzin, kemudian bershalawatlah kepadaku.
Barang siapa yang bershalawat kepadaku 1 kali, maka Allah akan bershalawat baginya
10 kali, lalu mintalah dengan menjadikanku wasilah. sesungguhnya hal itu memiliki
kedudukan di surga yang tidak layak bagi siapapun kecuali bagi hamba-hamba Allah
Swt, dan aku berharap menjadi seperti itu, barangsiapa yang meminta dengan
menjadikanku wasilah maka dia akan mendapatkan syafaat”. (Sunan an-Nabi al-Akram,
14/47).
49
50
e. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang aku disebut disisinya lalu dia lupa untuk
bershalawat kepadaku maka Allah Swt akan menyulitkan baginya jalan surga”. (al-Kafi,
2/679).
f. Diriwayatkan dari Abu Bashir dari Aba Abdillah as yang berkata: “Jika Nabi disebut,
maka perbanyaklah bershalawat kepadanya, karena barang siapa yang bershalawat
kepada Nabi saw satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak seribu
kali di seribu shaf malaikat. Tidak ada sesuatu pun yang Allah ciptakan melainkan akan
bershalawat kepada hamba tersebut karena shalawatnya Allah dan malaikat-Nya
atasnya. Barang siapa yang tidak menginginkan ini maka dia adalah seorang bodoh
yang tertipu, Allah telah berlepas diri darinya begitu juga Rasul-Nya dan Ahlul Bait
Rasul”. (Bihar 17/30)
Terjemah 26
b. Al-Halabi bertanya kepada Abu Abdillah as tentang membaca qunut yang sudah
diketahui. Lalu Imam as menjawab: Pujilah Tuhanmu dan shalawatlah kepada nabimu
lalu minta ampunlah atas dosamu. (Man Laa Yahdhuruhul Faqih, 1/316)
Terjemah 27
50
51
sebelum tidur
Dari Sayyidah Fatimah az-Zahra as, bahwasanya beliau as pernah berkata: Rasulullah
saw pernah menemuiku sementara aku berada di atas tempat tidurku untuk tidur.
Kemudian Nabi saw bersabda: “wahai Fatimah, Janganlah kamu tidur kecuali engkau
telah mengerjakan empat hal: mengkhatamkan al-quran, engkau jadikan para nabi
sebagai pemberi syafaatmu, engkau jadikan ridha seluruh kaum mukminin atas dirimu,
dan engkau melakukan haji dan umrah. Setelah mengatakan ini beliau saw memulai
shalat. Lalu aku bersabar sampai beliau saw selesai shalatnya. Kemudian aku berkata:
wahai Rasulullah, engkau telah memerintahkan empat hal yang aku tidak mampu
untuk mengerjakannya dalam kondisi seperti ini. Lalu nabi saw tersenyum seraya
berkata: apabila kamu membaca surat “Qul huwallahu ahad” sebanyak tiga kali maka
seakan-akan engkau telah mengkhatamkan al-quran, apabila kamu bershalawat
kepadaku dan kepada para nabi sebelumku maka kami akan menjadi para pemberi
syafaat padamu kelak pada hari kiamat, apabila kamu meminta ampun untuk orang-
orang mukmin maka mereka akan ridha seluruhnya kepadamu dan apabila engkau
mengucapkan Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar maka
engkau telah menunaikan haji dan umrah”. ( Khulasah al-Adzkar hal 70).
Terjemah 29
Terjemah 30
Di setiap majlis
a. Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada satu kaum pun yang berkumpul di majlis lalu
mereka menyebut nama Allah Swt dan tidak bershalawat kepada nabi mereka
melainkan majlis itu adalah majlis penyesalan dan bencana bagi mereka”. (Mustadrak
Safinah al-Bihar, 2/78).
b. Abu Abdillah as berkata: “Tidak ada satu kaum pun yang berkumpul di suatu majlis lalu
mereka tidak menyebut Allah Swt dan juga tidak menyebut nama kami melainkan
majlis itu adalah majlis penyesalan bagi mereka pada hari kiamat”. (al-Kafi, 2/680).
51
52
Terjemah 31
mencium wewangian dan bunga-bunga
a. Dari Abu Hasyim al-Ja’fari berkata: “Aku pernah berkunjung kepada Abul Hasan al-
Askari as, lalu datang anak kecil dari putra beliau as sambil membawa bunga mawar,
kemudian (anak kecil itu) menciuminya dan meletakkannya diantara kedua matanya.
Lalu dia membawakan bunga mawar itu ke hadapanku seraya berkata: wahai abu
hasyim, siapa saja yang membawa bunga mawar atau wewangian lalu menciumnya
dan meletakkannya di hadapannya serta bershalawat kepada Muhammad saw dan
para imam maka Allah Swt akan menetapkan baginya kebaikan-kebaikan seperti
jumlah pasir dan Allah Swt akan menghapuskan darinya keburukan-keburukan seperti
itu”. (Wasaail as-Syiah, 2/170).
b. Imam as-Shadiq as berkata: “Barangsiapa yang memiliki bunga wangi lalu menciumnya
dan meletakkan di kedua matanya serta mengucapkan: Allahumma shalli ‘ala
Muhammad wa Aali Muhammad, maka dia tidak akan jatuh ke bumi sampai dia
diampuni”. (kitab yang sama).
Terjemah 32
Ketika bersin
a. Imam as-Shadiq as berkata: “Barangsiapa yang bersin lalu meletakkan tangannya
diatas tulang hidungnya serta mengucapkan : a-Hamdu lillahi Rabbil ‘Alamin Katsiran
kama huwa Ahluhu, maka malaikat yang berada di bawah arsy akan memintakan
ampun baginya sampai hari kiamat. (Mustadrak safinah al-Bihar, 1/275).
b. Abu Abdillah as berkata: “Barang siapa yang mendengar orang sedang bersin lalu orang
yang bersin tersebut mengucapkan pujian kepada Allah Swt dan shalawat kepada
muhammad dan keluarganya maka tidak akan sakit mata dan gigi gerahamnya.
Kemudian beliau as berkata: apabila engkau mendengarnya (ucapan orang yang bersin
tersebut) maka ucapkanlah hal itu sekalipun engkau beradaan diantara lautan”.
(Wasail as-Syiah, 12/95).
c. Imam Al-Bagir as berkata: “Nikmatnya sesuatu adalah bersin karena bermanfaat bagi
tubuh dan mengingatkan dia kepada Allah Swt. Lalu aku berkata: sesungguhnya
dihadapan kami terdapat suatu kaum yang mengatakan: Rasulullah saw tidak pernah
bersin. Maka beliau as berkata: jika mereka berdusta maka mereka tidak layak
mendapatkan syafaat Muhammad saw”. (Wasail as-yiah, 12/95).
52
53
d. Dari Ibn Abi Umair, dari sebagian para sahabatnya berkata: pernah seseorang bersin di
samping Abu Ja’far as seraya mengucapkan: Alhamdulillah. Kemudian Imam Abu Ja’far
as tidak mendoakannya seraya beliau as berkata: Dia telah mengurangi hak kami, lalu
beliau as berkata: apabila salah satu diantara kalian bersin maka ucapkan: alhamdu
lillahi rabbil ‘alamin wa shallahllahu ‘ala Muhammad wa ahli baitihi. Kemudian orang
tersebut mengucapkannya (sesuai yang dikatakan oleh Abu Ja’far as) dan Imam pun
mendoakannya. (al-Kafi, 2/678).
Terjemah 33
Ketika kamis sore dan malam jum’at
a. Abu Abdillah as berkata: “Apabila pada waktu kamis sore dan malam jumat, seluruh
para malaikat turun dari langit dan bersama mereka pena-pena yang terbuat dari emas
dan lembaran-lembaran dari perak, mereka tidak menulis pada kamis sore dan malam
jumat serta hari jumat tersebut sampai hilangnya cahaya matahari melainkan hanya
pahala shalawat kepada nabi saw dan keluarganya”. (Wasail as-Syiah, 7/387).
b. Imam as-Shadiq as berkata: “Shadaqah pada malam jumat dan hari jumat memiliki
seribu kebaikan. Sesungguhnya shalawat kepada Muhammad dan keluarganya pada
malam jumat dan hari jumat memiliki seribu kebaikan, dan akan menghapuskan seribu
keburukan serta diangkat derajatnya (melalui shalawat tersebut) seribu derajat.
Sesungguhnya orang yang bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
saw pada malam jumat maka Allah Swt akan memunculkan cahayanya di langit-langit
sampai hari kiamat, dan para malaikat di langit-langit dan malaikat yang ditugaskan di
makam Rasulullah saw akan memintakan ampun baginya sampai hari kiamat”. (Jami’
al-Akhbar, 8/20).
Terjemah 34
Ketika berdoa
a. Rasulullah saw bersabda: jadikanlah diriku pada awal doa kalian dan akhir doa kalian
juga ditengah doa-doa kalian. (al-Kafi, 2/676).
b. Rasulullah saw bersabda: Janganlah kalian pukul anak kecil kalian disaat mereka
menangis, karena sesungguhnya tangisan mereka ketika umur empat bulan maka itu
adalah bentuk kesaksian dia bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah Swt, dan empat
bulan kemudian (8 bulan) shalawat kepada Muhammad saw lalu empat bulan
kemudian (12 bulan) doa untuk kedua orang tuanya. (Mustadrak Safinah al-Bihar, 1/404).
53
54
c. Pada suatu hari Rasulullah saw berkata kepada Amirul Mukminin as: maukah engkau
aku beritahu kabar gembira? Beliau as menjawab: Tentu, demi ayah dan ibuku
bahwasanya engkau selalu memberitahu kabar gembira dengan segala kebaikan. Lalu
Nabi saw berkata: baru saja Jibril mengabariku dengan sebuah keajaiban. Amirul
mukminin as bertanya: kabar apakah yang telah sampai kepadamu wahai rasulullah?
Nabi saw menjawab: dia telah mengabariku bahwasanya seseorang dari umatku,
apabila dia bershalawat kepadaku dan menyertakan shalawat kepada ahlul baitku
maka akan dibukakan pintu-pintu langit baginya dan para malaikat akan bershalawat
kepadanya sebanyak tujuh puluh shalawat dan apabila ia memiliki banyak dosa maka
dosanya akan gugur seperti gugurnya daun dari pohonnya.
Dan Allah Swt berfirman: aku sambut/terima panggilanmu wahai hambaku. Wahai
para malaikatku, kalian telah bershalawat sebanyak 70 kali shalawat dan aku akan
bershalawat sebanyak 700 kali shalawat. Karena itu apabila dia bershalawat kepadaku
dan tidak menyertakan shalawat kepada ahlul baitku maka antara dirinya dan langit
memiliki 70 hijab (yang menghalangi), dan Allah Swt berfirman: aku tidak
sambut/terima panggilan dan seruanmu, wahai para malaikatku janganlah kalian
naikkan doa orang tersebut kecuali disertai dengan shalawat kepada nabi dan
keluarganya, maka (doanya) akan senantiasa terhijab sampai shalawat tersebut
disertai dengan shalawat kepada keluargaku. (Tsawab al-A’mal, 7/16).
Terjemah 35
Ketika Shalat
Imam As-Shadiq as berkata: “Barang siapa yang melaksanakan shalat tetapi tidak
menyebut Nabi saw didalamnya, maka dia telah meniti selain jalan menuju surga
dengan shalatnya itu”. (Bihar 49/91)
54