Anda di halaman 1dari 8

Hikmah Kematian, Sebuah Renungan bagi yang Tertimpa Musibah

UES – Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falahiyah Perum BGC


Rabu, 16 Pebruari 2022

ْ‫اء مّن‬ َ ‫ َو َخ َذ َل َم ْن َش‬. ّ‫ضلّهّ َو َك َر ّمه‬ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َٰ َ ْ َٰ ٰ ُ ْ َ ْ َ


‫الحمد ّلِل هّ ال ّذي وفق من شاء مّن خلقّهّ بّف‬
ْ َ ْ َ َٰ َ ُ َ ٰ َ َ َ ُ َ َٰ َ ُ َ َٰ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ
. ّ‫ والصلاة والسلام على سي ّ ّدنا محم ٍد خي ّر خلقّه‬. ّ‫شيئتّهّ وعدلّه‬ ّ ‫خلقّهّ بّم‬
َٰ َ ‫َ ْ َ ُ َ ْ َ ه‬ َ َّْ َ َ ْ ْ ُ َ َ ْ ََ ْ َ َ ََ َ
‫ أشهد أن لا إّله إّلا‬. ّ‫ان إّلى يوم ل ّقائّه‬ ٍ ‫ومن تبّعهم بّإّحس‬. ّ‫وعلى آلّهّ وصحبّه‬
َ‫ َوأَ ْش َه ُد أَ َٰن َس ٰي َدنَا َو َحبيْ َبنا‬. ‫ َولَا َشبيْ َه َولَا مّثْ َل َو َلا ن َّٰد لَ ُه‬. ‫ك لَ ُه‬ َ ْ َ َ َُ ْ َ ُ
‫الِل وحده لا ش ّري‬
ّ ّ ّ
َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ ْ ُ ٰ َ ُ ْ َ َٰ َ ُ َ ْ َ َٰ َ َ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َٰ َ ُ
‫سى بّتقوى‬ ّ ‫صيكم ونف‬ ّ ‫ فإّن ّى أو‬. ‫ لا نبّى بعده أما بعد‬. ‫محمدا عبده ورسوله‬
َٰ َ َ ٰ ُ َٰ ُ َ ‫ٰٓه َ ُٰ َ َٰ ْ َ ه‬ َ َ ْ ُ ْ َْ ْ َْ ٰ َْ
‫ يايها ال ّذين امنوا اتقوا الِل ه حق‬: ّ‫الِلّ العل ّ ّى الع ّظي ّم القائ ّ ّل ف ّى محك ّم كّتابّه‬
َ ْ ُ ْ ُٰ ْ ُ ْ َ َ َٰ َٰ ُ ْ ُ َ َ َ ‫ُه‬
)٢٠١ : ‫تقىتّهٖ ولا تموتن ا ّلا وانتم مسلّمون (آل عمران‬
Allah Azza wa Jalla berfirman:
ُ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ُ َ ً َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ُٰ َ ْ ُ َ ُ ْ َ َ ‫َٰ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ه‬
ُۙ
)١:]٧٦[‫ال ّذي خلق الموت والحيوة ل ّيبلوكم ايكم احسن عملاۗ وهو الع ّزيز الغفور (الملك‬
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (QS Al- Mulk [67]: 2).

Imam Al-Qurtubi menafsirkan ayat di atas, bahwa tidak ada satu pun dari manusia
yang lepas dari ujian Allah. Karena ujian Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan menimpa
siapa saja, baik orang kaya maupun miskin, baik yang sehat maupun yang sakit, yang tua
maupun yang muda, yang besar maupun kecil.
Dr. ‘Aidh Abdullah Al-Qarny dalam bukunya “Untaian Mutiara Hikmah” mengatakan
bahwa kata “hayah” dan “maut” merupakan dua hal saling berkaitan, karena kematian
akan ada jika ada kehidupan. Kematian merupakan unsur penting bagi kelangsungan
kehidupan. Antara keduanya saling membutuhkan dan melengkapi.
Beberapa pekan terakhir ini, hampir setiap hari kita mendengar kabar duka dari
keluarga, handai taulan, dan rekan-rekan seperjuangan. Mereka semua dipanggil Allah di
tengah wabah yang masih melanda berbagai negara di seluruh dunia, termasuk negeri kita
tercinta.
Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia WHO, (diakses 10/7/2021), angka kematian
akibat pandemic covid-19 di dunia mencapai empat juta jiwa. Sementara di Indonesia,
angka kematian mencapai 63 ribu jiwa (data Satgas Covid-19 RI).
Imam Al-Ghazali memaknai kematian bukan sebagai tiadanya kehidupan (nafi
al-hayah), tetapi sebagai perubahan keadaan (taghayyur hal). Dengan kematian,
kehidupan orang beriman bukan tidak ada, melainkan bertransformasi dalam bentuknya
yang lebih sempurna. Sementara bagi orang Kafir, mereka akan mengalami penderitaan.
Dalam Al-Quran, ada beberapa istilah yang dipergunakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
untuk menyebut kematian.

1
Pertama, kata al-maut (kematian) itu sendiri. Al-maut menunjuk pada terlepasnya
(berpisah) ruh dari jasad manusia. Kepergian ruh membuat badan tak berdaya dan
kemudian hancur-lebur menjadi tanah. Kata ini dalam bentuk kata benda diulang
sebanyak 35 kali, misalnya dalam Allah Subhanahu wa Ta’ala:
َ ُ َ ً ْ َ ْ َٰ ُ ُ َ ْ َُ َ ْ َ ُٰ ُ
)٥٣ :]١٢[‫ت َونبْلوك ْم بّالش ٰ ّر َوالخيْ ّر ف ّت َنة ِإَوليْنَا ت ْر َج ُعون (الانبياء‬
ّ ْ
‫و‬ َ
‫م‬ ‫ال‬ ‫ة‬‫ق‬ّ ‫ائ‬‫ذ‬ ‫س‬ٍ ‫كل ن‬
‫ف‬
“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan Kami akan menguji kamu
dengan keburukan serta kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu akan
dikembalikan.” (Q.S Al-Anbiya[21]: 35)
Kedua, kata al-wafah (wafat). Kata ini dalam bentuk fi`il diulang sebanyak 19 kali.
Al-Wafah memiliki beberapa makna, antara lain sempurna atau membayar secara tunai.
Jadi, orang mati dinamakan wafat karena ia sesungguhnya sudah sempurna dalam
menjalani hidup di dunia ini, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
َ ُ َ ُْ َ َ َ ْ ُ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ ٌ َ َ َ ُ ُ َ َ ٰ َ ُ َ َ َ ْ ُ ُ َٰ َ َ َ َ َٰ
)٥١ :]٢٧[‫ج ٰنة ب ّ َما كن ُت ْم ت ْع َملون (النحل‬ ‫الذّين تتوفاهم الملائّكة طيّبّين يقولون سلام عليكم ادخلوا ال‬
“Yaitu orang-orang yang diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik. Para
malaikat itu berkata (kepada mereka): “Salaamun ‘alaikum, masuklah kamu ke dalam
surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. An-Nahl [16]: 32)
Ketiga, kata al-ajal. Kata ini diulang sebanyak 21 kali. Kata ajal berbeda dengan umur.
Umur adalah usia yang kita lalui, sedangkan ajal adalah batas akhir dari usia (perjalanan
hidup manusia) di dunia. Usia bertambah setiap hari, sedangkan ajal tidak bisa bertambah.

َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ً َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ُ َ َ َ ٰٓ َ َ َ ٌ َ َ َٰ ُ ٰ ُ َ
Kata ajal di antaranya terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
)٥٣:]٦[ ‫خرون ساعة ۖ ولا يستق ّدمون (الاراف‬
ّ ‫ول ّك ّل أم ٍة أجل ۖ فإّذا جاء أجلهم لا يستأ‬
“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak
dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (QS al-A’raf [7]: 34).
Keempat, kata al-ruju’ (raji’) yang bermakna kembali atau pulang. Kata ini dalam
bentuk subjek diulang sebanyak empat kali. Kematian berarti perjalanan pulang atau
kembali kepada asal-muasalnya, yaitu kepada Allah. Karena itu, jika kita mendengar
ِ ‫) ِإنَّا ِللَّ ِه َو ِإنَّا ِإ َل ْي ِه َر‬
berita kematian, maka disunnahkan membaca kalimat istirja’, yaitu (‫اجعُو َن‬
“Inna Lillah wa Inna Ilaihi Raji’un” (QS. Al-Baqarah [2]: 156).

Macam-macam Kematian
Dalam tinjauan penulis, ada beberapa macam kematian yang terjadi, antara lain :
1) Kematian biologis
Kematian biologis ditandai dengan kematian milyaran sel-sel tubuh. Karena tidak ada
regenerasi sel, tanda-tanda kematian jelas terlihat. Kulit jasad menunjukkan bercak-
bercak kematian dan jasad menjadi kaku. Proses pembusukan juga dimulai dan
berlangsung cepat. Pada fase ini sudah tidak diragukan lagi. bahwa makhluk hidup
sudah mati.
2) Kematian sebagian (parsial)
Kematian sebagian artinya, ada bagian anggota tubuh yang sudah tidak lagi berfungsi
secara normal. Hal ini biasanya ditandai dengan tidak berfungsinya syaraf-syaraf pada
anggota tubuh tersebut sehingga tidak dapat merespon perintah dari otak.
3) Kematian hati
Hati yang mati adalah milik orang-orang Kafir. Ia tidak dapat menerima hidayah Allah
Subhanahu wa Ta’ala disebabkan hatinya yang tertutup. Ketika diberi peringatan, ia
menolaknya, bahkan ada yang melawan orang yang memberi peringatan.
Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abi Sa’id Radhiallahu anhu bahwa ada empat
macam hati yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu alahi wa salam:

2
Pertama, Qalbun Ajrad (hati yang murni), yaitu hati laksana lentera yang
memancarkan cahaya. Hati ini membuka pintu-pintunya untuk mendengar dan menerima
kebenaran (Al-Haq). Itulah hati orang-orang Mukmin yang menjalankan ketaatan kepada
Allah dan RasulNya secara konsisten. Jenis hati ini disebut juga sebagai Qalbun Shaleh
(hati yang sehat).
Kedua, Qalbun Aghlaf, (hati yang keras dan tertutup). Ia tidak mau menerima
kebenaran dan petunjuk dari Allah. Ia disebut juga sebagai Qolbun Mayyit (hati yang
mati) karena tidak mengenal dan mengakui Allah sebagai Tuhannya. Ketika diseru pun ke
jalanNya, maka seruan itu tidak berfaedah sama sekali disebabkan hatinya sudah
tertutup. Jenis hati ini adalah hatinya orang-orang kafir.
Ketiga, Qalbun Mankus (hati yang terbalik), yaitu hati orang-orang munafik. Hati ini
sebetulnya mengetahui kebenaran Islam, akan tetapi ia mengingkari. Bahkan ia memusuhi
dan menghalang-halangi orang lain untuk mengikuti kebenaran tersebut.
Keempat, Qalbun Mushfah (hati yang berlapis), yaitu hati yang di dalamnya terdapat
dua unsur sekaligus, keimanan dan kemunafikan. Kedua unsur ini saling tarik-menarik
sehingga terkadang hati tersebut condong dan dekat kepada keimanan dan terkadang
kepada kekufuran, tergantung kepada salah satu yang mendominasinya.
Jenis hati ketiga dan kempat ini disebut Qalbun Maridh (hati yang sakit) karena
terdapat penyakit yang menyerangnya, yaitu berupa fitnah syahwat (nafsu) dan shubhat
(sikap ragu) yang datang dari syaitan yang terkutuk.

Kematian sementara (tidur)


Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengangkat roh seseorang ketika dia mati dan ketika
tidur. Maka di tanganNya, roh seseorang yang ditakdirkan mati atau dikembalikan lagi
kepada orang yang tidur sampai ajal yang telah ditentukan. Hal itu sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ُ َ ‫ض هى َعلَيْ َها ٱل ْ َم ْو‬َ َ َٰ ُ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َٰ ُ َ ْ َٰ َ ُ َٰ
‫ت َويُ ْر ّسل‬ ّ ‫ين َم ْوت َّها َوٱلتّى ل ْم ت ُمت ف ّى منامّها ۖ فيم‬
‫سك ٱلتّى ق‬ َ ‫ح‬ّ ‫ٱلِل َيت َوّف ٱلأنف َس‬
َ َٰ َ َ ٰ ‫َه َ َ ه‬ َٰ ًٰ َ ُٰ َ َ ٰٓ‫ْ ُ ْ َ ٰٓه َ ه‬
)٣١ :]٥٣[‫ت ل ّق ْو ٍم َي َتفك ُرون (الزمر‬
ٍ ‫ي‬‫ه‬ ‫أ‬‫ل‬ ‫ّك‬ ‫ل‬ ‫ذ‬ ‫ّى‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ّ ‫إ‬ ۚ ‫ى‬‫م‬ ‫ٱلأخرى إّلى أج ٍل مس‬
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum
mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan
kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum
yang berfikir.” (QS. Az-Zumar [39]: 42)

Sebuah penelitian yang dilakukan Ketua Departemen Electrical and Electronic di


British University, Dr. Arthur J Alison, pernah melakukan penelitian lewat alat-alat
elektronik tentang fenomena tidur dan mati.
Hasil riset selama enam tahun ini menjelaskan, memang ada sesuatu yang keluar dari
tubuh manusia ketika tidur dan masuk kembali ketika terbangun. Namun, untuk orang
mati, sesuatu itu tidak kembali. ‘Sesuatu’ yang terdeteksi oleh alat elektronik Dokter
Alison boleh jadi merupakan roh yang dijelaskan Al-Quran.
Karena itu, tidur dapat direnungkan sebagai simulasi mati. Baik dalam tidur maupun
mati, roh sama-sama pergi dari tubuh manusia. Namun, perbedaannya ada yang
dikembalikan sehingga bisa kembali bangun.
Rasulullah Shallallahu alahi wa salam memberi contoh untuk membaca doa, yang
seolah menyiapkan mati saat menjelang tidur. ( ُ‫“ )بِاس ِْم َك اللّٰ ُه َّم اَحْ يَا َوبِاس ِْم َك ا َ ُم ْوت‬Dengan namaMu
Ya Allah aku hidup dan (dengan namaMu) aku mati.”

3
Kematian akal
Kematian akal adalah tidak berfungsinya akal sehat. Akal sehat adalah yang mampu
menangkap, menganalisa dan mengambil hikmah dari kebesaran ayat-ayat Allah
Subhanahu wa Ta’ala, baik dalam bentuk qouliyah (ayat-ayat Al-Quran) maupun
kauniyah (alam semesta). Sementara akal yang mati adalah yang tidak peduli dan tidak
bisa menangkap sinyal-sinyal kebesaran-Nya sehingga mereka menganggap hal itu sebagai
kejadian alamiah saja.
Orang-orang yang tidak bisa mengambil hikmah dan ibrah dari ayat-ayat Allah disebut
sebagai orang jahiliyah. Di antara mereka ada yang cerdik pandai, tetapi akal pikiran
mereka tidak mampu memahami kebesaran dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hikmah Kematian
Di antara hikmah kematian antara lain:
Bagi orang beriman, kematian sesungguhnya adalah pintu gerbang menuju kehidupan
abadi yang penuh dengan kenikmatan yang hakiki. Kematian adalah pintu masuk menuju
surga yang kekal dan abadi. Maka bagi mereka, kematian bukan bencana, tetapi
merupakan anugerah dan rahmat dari Allah Yang Mahakuasa.
Kematian juga bisa menjadi sarana bagi seseorang untuk bisa lepas dari segala rasa
sakit. Jika dalam hidupnya, seseorang diuji dengan musibah sakit, mungkin sudah
bertahun-tahun lamanya ia derita, sudah ke mana-mana ia berobat, namun belum kunjung
mendapat kesembuhan, maka yang dapat memutus rasa sakit itu adalah kematian. Bagi
orang-orang yang bersabar dan ridha dengan ujian sakit itu, kematian adalah hadiah
terbaik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala supaya dapat beristirahat dari penderitaan akibat
sakit.
Bagi mereka para pejuang, aktifis, relawan kemanusiaan, atau mereka yang bekerja
giat, ulet dan tekun selama hidupnya, maka kematian adalah sarana bagi mereka untuk
beristirahat dari segala aktifitas perjuangan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala
mencukupkan usaha yang ia lakukan dan saatnya bagi mereka menikmati buah dari hasil
perjuangannya yang ia persembahkan ikhlas untuk Allah semata.
Bagi mereka para istri yang mendukung perjuangan suaminya, anak-anak yang konsisten
membantu perjuangan Sang Ayah, Bapak dan (atau) Ibu yang mendukung perjuangan
anak-anaknya, maka jika menemui ajalnya, maka Allah mencukupkan dukungannya itu
dan Allah pasti akan balas dukungan itu dengan pahala terbaik di sisiNya.
Kecuali bagi mereka orang-orang kafir dan munafik, maka bagi mereka siksa sebagai
akibat dari perilaku buruknya di kehidupan dunia. Bagi mereka, kematian adalah awal
dari kesengsaraan yang tiada bertepi dan kecelakaan yang tidak dapat mereka lari darinya.
Kematian juga sebenarnya merupakan sarana terjadinya keseimbangan alam
(Equilibrium). Bayangkan jika tidak ada orang yang mati, sudah pasti dunia ini akan
penuh sesak dengan manusia. Jika tidak ada kematian, niscaya manusia akan kekurangan
makanan, kekurangan tempat tinggal, pakaian, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Teori Malthus (1998) yang menyatakan bahwa produksi pangan itu seperti deret hitung
(berdasar penjumlahan), sementara pertumbuhan penduduk seperti deret ukur
(berdasarkan perkalian). Maka jika jumlah penduduk terus meningkat, tanpa adanya
kematian, sudah pasti, produksi pangan tidak akan dapat mencukupi kebutuhan manusia.
Jadi, dengan adanya kematian, maka ketersediaan pangan bagi manusia akan dapat
tercukupi sehingga kehidupan bisa berjalan normal dan keseimbangan alam akan
terwujud.

4
Terhentinya kemaksiatan dan kerusakan
Bagi orang-orang yang durhaka, kematian menjadi sarana seseorang berhenti dari
perbuatan maksiat. Dengan kematian itu, ia sudah tidak bisa lagi meneruskan
kedzalimannya kepada orang lain. Orang orang yang merasa terdzalimi akan bergenbira
dengan kematian orang-orang durjana.
Sebagai contoh, kematian Fir’aun dan Qarun tentu membuat Bani Israil bergembira.
Kematian Presiden Zionis Israel Ariel Sharon tentu membuat bangsa Palestina senang
karena kedzaliman yang ia lakukan sudah terhenti.

Mengingat Kematian bagi yang Masih Hidup


Orang yang banyak mengingat kematian oleh Nabi Muhammad Shallallahu alahi wa
salam dikatakan sebagai orang yang paling cerdas.
Dari Ibnu ‘Umar Radhiallahu anhu, ia berkata, “Aku pernah bersama
Rasulullah Shallallahu alahi wa salam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi
salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau
bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”,
ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang
paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling
cerdas.” (HR. Ibnu Majah).

Berikut ini manfaat yang dapat kita peroleh dari mengingat kematian:
1) Menjadi jalan taubat
Dengan banyak mengingat-ingat kematian, maka seseorang akan senantiasa
bertaubat dan menyesali kesalahan-kesalahan yang dilakukannya serta berhati-hati
agar tidak melakukan kemaksiatan lagi. Mengingat kematian menjadi amal salih yang
akan diganjar pahala oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2) Menjauhkan dari perbuatan zalim
Orang yang banyak mengingat kematian akan jauh dari perbuatan manzalimi diri
sendiri dan orang lain. Karena ia mengetahui bahwa apa yang ia lakukan akan
dipertanggung-jawabkan kelak di akhirat.
3) Membuat hati lapang
Rasulullah Shallallahu alahi wa salam bersabda, “Perbanyaklah banyak mengingat
pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat
kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya
saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai
akan akhirat).” (HR. Al Baihaqi).
4) Menambah khusyuk dalam beribadah
Salah satu cara untuk khusyuk dalam salat adalah dengan memperbanyak mengingat
kematian sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alahi wa salam,“Ingatlah kematian
dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam salatnya, maka ia akan
memperbagus salatnya. Salatlah seperti salat orang yang tidak menyangka bahwa ia
masih punya kesempatan melakukan salat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara
yang kelak engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa
memenuhinya).” (HR. Ad Dailami)
5) Mendorong seseorang memantaskan diri menghadapi kehidupan akhirat
Semua orang menginginkan kematian yang baik (husnul khatimah), terlepas dari siksa
kubur dan dibangkitkan dalam keadaan yang baik. Untuk itu, orang yang banyak
mengingat kematian dan peristiwa yang akan dilalui setelah kematian akan selalu
berusaha memantaskan dan mempersiapkan diri sebelum menemuinya.

5
Hikmah Pentingnya Mengingat Mati
UES – Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falahiyah Perum BGC
Jum’at, 18 Pebruari 2022

ْ‫اء مّن‬ َ ‫ َو َخ َذ َل َم ْن َش‬. ّ‫ضلّهّ َو َك َر ّمه‬ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َٰ َ ْ َٰ ٰ ُ ْ َ ْ َ


‫الحمد ّلِل هّ ال ّذي وفق من شاء مّن خلقّهّ بّف‬
ْ َ َ َ َ ُ َ ٰ َ َ َ ُ َ َٰ َ ُ َ َٰ َ ْ َ
. ّ‫ح ٰم ٍد خيْ ّر خل ّقه‬ ‫ والصلاة والسلام على سي ّ ّدنا م‬. ّ‫شيْ َئتّهّ َو َع ْدلّه‬ ّ ‫خل ّقهّ ب ّ َم‬
َٰ َ ‫َ ْ َ ُ َ ْ َ ه‬ َ َ ْ ‫ َو َم ْن تَب َع ُه ْم بإ‬. ّ‫حبه‬ ْ ‫َو َعلَى آلّهّ َو َص‬
‫ أشهد أن لا إّله إّلا‬. ّ‫ان إّلى يَ ْو ّم ل ّقائّه‬ ٍ ‫س‬َ ‫ح‬
ّّ ّ ّ
َ َ
َ َ ٰ َ َٰ ُ َ ْ َ ُ َ َٰ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ
‫ وأشهد أن سي ّدنا‬. ‫ ولا شبّيه ولا مّثل ولا ن ّد له‬. ‫الِل وحده لا ش ّريك له‬
ْ‫كم‬ ُ ْ ْ ُ ٰ َ ُ ْ َ َٰ َ ُ َ ْ َ َٰ َ َ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َٰ َ ُ َ َ ْ َ َ
‫صي‬
ّ ‫ فإّن ّى أو‬. ‫ لا نبّى بعده أما بعد‬. ‫وحبّيبنا محمدا عبده ورسوله‬
َ‫ ي ٰٓها َ ُٰي َها َٰال ّذ ْين‬: ّ‫ك ّم ك َّتابه‬َ ْ ُ ْ
‫ح‬ ‫م‬ ‫ّى‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫ائ‬‫ق‬
َْ ْ َْ ٰ َْ
‫ال‬ ‫م‬ ‫ي‬‫ظ‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫لِل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫و‬َ َْ ْ ََْ
‫ق‬ ‫سى بّت‬ ّ ‫ونف‬
ّ ّّ ّ ّ ّّ ّ
َ ْ ُ ْ ُٰ ْ ُ ْ َ َ َٰ َٰ ُ ْ ُ َ َ َ ‫ه َ ُ َٰ ُ ٰ َ َ ُ ه‬
)٢٠١ : ‫الِل ه َح ٰق تقىتّهٖ ولا تموتن ا ّلا وانتم مسلّمون (آل عمران‬ ‫امنوا اتقوا‬
Allah SWT berfirman :
ۡ‫ٱلنار َوأُ ۡدخ َل ۡٱل َج َٰن َة َف َقد‬
َٰ
‫ن‬ َ
‫ع‬ َ
‫ح‬ ‫ز‬ ۡ
‫ح‬ ُ
‫ز‬ ‫ن‬ َ
‫م‬
َ َ ‫َٰ َ ُ َ َٰ ۡ َ ُ ُ َ ُ ۡ َ ۡ َ ۡ َ ه‬
‫ف‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ق‬ ‫ٱل‬ ‫م‬‫و‬‫ي‬ ‫م‬‫ك‬‫ور‬‫ج‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ف‬‫و‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ِإَون‬ ‫ت‬ ۡ ‫ُك ُٰل َن ۡفس َذآٰئ َق ُة ٱل ۡ َم‬
‫و‬
ّ ّ ّ ّ ّ
ِۖ ّ ِۗ ّ ّ ٖ
ۡ
ُ ُ ََ َ ٰ ٰٓ َ ۡ ُٰ ُ َ َ ۡ ََ َ َ
. ّ‫فاز ۗ وما ٱلحي هوة ٱلدنيا إّلا متهع ٱلغ ُرور‬
Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat
sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia
hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. ali-Imran [3]: 185).

Ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanya
bersifat sementara. Sementara kehidupan yang abadi hanya ada di akhirat
nanti. Berkenaan dengan kematian, kematian akan selalu menghampiri manusia kapan
dan di mana saja. Kematian pun bisa datang secara tiba-tiba. Prosesnya tidak mengenal
waktu dan tempat. Dan akan menimpa kepada siapa saja, baik muda maupun tua, dalam
keadaan sehat maupun sakit. Berkenaan dengan hal ini Allah SWT berfirman :
َ‫نت ۡم ف ّى بُ ُروج ُٰم َش َٰيدة‬ ُ ‫كك ُم ٱل ۡ َم ۡو‬
ُ ‫ت َول َ ۡو ُك‬ ُٰ ۡ ُ ْ ُ ُ َ َ ََۡ
ِٖۗ ٖ ّ‫أينما تكونوا يدر‬
Artinya: “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS an-Nisa [4]: 78).
Oleh karena itu, sebagai orang yang beriman, seyogianya kita harus selalu ingat akan
datangnya kematian. Dan tidak lupa untuk selalu mempersiapkan diri dengan amal
kebaikan. Memperkuat ketakwaan. Mempersiapkan diri dengan berbagai bekal ketakwaan
demi menyongsong kehidupan yang abadi dan hakiki nanti, yaitu akhirat.
Allah SWT berfirman :
َ ْ ُ َ ْ َ َ ٌ ْ َ َ ٰ َٰ َ ٰ ُ َٰ َ َ ْ َ َٰ َ َٰ ٌ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ٰ ُ َٰ ُ َ ‫ٰٓه َ ُٰ َ َٰ ْ َ ه‬
. ‫د واتقوا الِل ه ۗا ّن الِل ه خبّير ۢبّما تعملون‬
ٍۚ ٍ ‫يايها ال ّذين امنوا اتقوا الِل ه ولتنظر نفس ما قدمت ل ّغ‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok

6
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr [59]: 18).
Di beberapa ayat yang lain, Allah SWT juga memperingatkan kepada kita dengan
kematian. Kematian seolah-olah menjadi pintu pertama untuk menuju kehidupan akhirat.
Sehingga segala apa yang menimpa pada diri kita di dunia ini, baik berupa keburukan
maupun kebaikan, itu semua hanya sebagai ujian saja. Yaitu ujian untuk mengetahui
siapa yang terbaik perbuatannya. Maka dengan berbekal melalui perbuatan baik yang ada
pada diri kita, harapan terbaik bagi kita nanti adalah dapat berjumpa dengan Allah
SWT. Dalam QS al-Anbiya pada ayat 35 Allah SWT berfirman :
َ ْ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َ ً َ ْ ْ َ ْ َ ٰ َٰ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ُٰ ُ
. ‫ف ّتنة ۗوا ّلينا ترجعون‬ ‫ت ونبلوكم بّالش ّر والخي ّر‬
ِۗ ّ ‫و‬‫م‬ ‫ال‬ ‫ة‬‫ّق‬ ‫اۤى‬‫ذ‬ ‫س‬ٍ ‫كل ن‬
‫ف‬
Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.” (QS al-Anbiya [21]: 35).
Berkenaan dengan segala hal yang ada di dunia ini sebagai sebuah ujian untuk Allah
mengetahui siapa saja dari manusia yang terbaik perbuatannya, Allah SWT berfirman :
ً َ ْ َ ‫ا ّنَٰا َج َعلْ َنا َما َعلَى الْا َ ْر ّض زيْ َن ًة ل َٰ َها ل َّنبْلُ َو ُه ْم ا َ ُٰي ُه ْم ا‬
. ‫ح َس ُن ع َملا‬ ّ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai
perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka, siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya.” (QS al-Kahfi [18]: 7).
Allah SWT juga berfirman :
ُ ُٰ َ ْ ُ َ ُ ْ َ َ ‫ْ ُ ْ ُ َ ُ َ َ ه ُ ٰ َ ْ َ ْ ٌ ُۙ َٰ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ه‬
ْ‫كم‬ َ ْ َٰ َ َ ‫َ ه‬
‫تبرك ال ّذي بّي ّده ّ الملك ۖ وهو على ك ّل شى ٍء ق ّديرال ّذي خلق الموت والحيوة ل ّيبلوكم اي‬
ْ ْ ً ْ َ‫ا‬
ُۙ ‫ح َس ُن َع َملاۗ َو ُه َو ال َع ّزيْ ُز ال َغ ُف ْو ُر‬
Artinya: “Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa
atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amal perbuatannya. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun” (QS al-Mulk [67]: 1-2).
Sementara bagi orang mukmin yang akan Allah pertemukan mereka dengan-Nya,
Allah SWT berfirman :
َ ‫ه‬ َٰ َ َٰ ُ
ۚ ٌ‫اض َرةٌ ا ّلى َربٰ ّ َها ناظ َّرة‬
ّ ‫ُوج ْوهٌ ي ْومى ٍّذ ن‬
Artinya: “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada
Tuhan-nya lah mereka akan melihat.” (QS al-Qiyamah [75]: 22-23).
Hal-hal kematian tersebut di atas seolah memberi sinyal kepada kita bahwa kematian
adalah sesuatu yang akan pasti terjadi dan harus selalu diingat. Sehingga dalam
mengarungi kehidupan dunia ini, kita tidak boleh terperdaya dengan godaan dunia. Waktu
luang yang kita miliki tak boleh begitu saja berlalu tanpa kita dengan amal kebaikan.
Inilah prinsip yang harus kita jaga dan miliki. Prinsip Muslim sejati sebagai persiapan
menuju kehidupan akhirat yang hakiki sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT.

َ َ ْ َ ‫َ ْ ُ ْ َ َٰ َ َ ٰ ه‬
Allah SWT berfirman :
ُ‫ك الْيَقّيْن‬ ‫واعبد ربك حتى يأت ّي‬
Artinya: “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).”
(QS al-Hijr [15]: 99).
َ ُ َ َ َ ٰ َٰ َ ٰ ُ َٰ َ َ ْ َ َٰ َ َٰ ٌ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ
‫الِل ه خبّيْ ٌر ۢب ّ َما ت ْع َمل ْون‬ ‫ولتنظر نفس ما قدمت ل ّغ ٍ ٍۚد واتقوا الِل ه ۗا ّن‬
Artinya: “… dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr [59]: 18).

7
Sementara pada satu hadits, Rasulullah SAW memberitahukan kepada kita perihal
orang yang paling cerdas dan mulia di dunia ini. Orang yang paling mulia dan cerdas
menurut Rasulullah yaitu orang yang paling banyak mengingat akan kematian. Pada
suatu ketika, Nabi Muhammad SAW pernah ditanya oleh seorang sahabat anshor.
"Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia? Nabi SAW menjawab, "orang yang
paling banyak mengingat kematian dan yang paling siap menghadapinya, mereka itulah
orang-orang yang cerdas, mereka pergi membawa kemuliaan dunia dan kehormatan." (HR
Ibnu Majah).
Alhasil berdasarkan penjelasan di atas, kita pun menyadari bahwa kunci keberhasilan
seseorang manusia terletak pada sejauh mana dalam mengingat kematian. Bukan mati
sembarang mati. Tetapi mati secara husnul khatimah yang disertai dengan iman dan
takwa kepada Allah SWT, sehingga di akhirat nanti, kita dapat meraih kebahagiaan yang
hakiki dan abadi. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai