Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

Acute Decompensata Heart Failure dengan Unstable Angina Pectoris


dr. Dede Mega Apriliana Nsa
PIDI Batch November 2021 RSUD Muara Teweh, Kalimantan Tengah, Indonesia

Abstrak

Penyakit Gagal Jantung adalah suatu kondisi dimana jantung gagal memompa darah ke seluruh tubuh
sehingga jantung akan berusaha lebih keras dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhannya. Gagal jantung
biasanya dipicu oleh masalah kesehatan yang berhubungan dengan jantung seperti: penyakit jantung koroner,
gangguan irama jantung dan lainnya.Pada kasus ini Ny. N, 62 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas yang
dirasakan sejak lama namun memberat sejak kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak dirasakan
memberat dengan beraktifitas seperti berjalan dan berkurang saat istirahat, pasien juga mengeluh nyeri dada sejak 3
hari SMRS, yang dirasakan di dada sebelah kiri, terasa seperti ditindih beban berat, yang memberat hari ini nyeri
dada kuranng lebih 20 menit, nyeri dada tidak dipengaruhi aktivitas dan istirahat, pasien juga mengeluh kedua kaki
bengkak sejak 1 minggu, keringat dingin (+), mual (+), nyeri ulu hati (+), muntah-muntah (-). Pada pemeriksaan
didapatkan Keadaan Umum Tampak sakit sedang, tampak sesak, Kesadaran : Compos mentis. Tekanan Darah :
133/91 mmHg, Denyut Nadi 120 x/m, Respirasi Rate 30 x/m, Suhu 36.4 C, SpO2 99% dengan memakai O2 nRM,
dari pemeriksaan head to toe, peningkatan tekanan vena jugularis, dan ditemukan pitting edema ekstremitas inferior
dextra/sinistra. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb: 10,0 g/dl, Leukosit 10.000 gr/dL, Trombosit 216.000
gr/dL, Hematokrit 30,16%, GDS 101 mg/dL, SGOT/ 27 U/L, SGPT 37 U/L, Ureum 29 mg/dL, Kreatinin 1,1 mg/dL.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan diagnosis Acute Decompensated Heart
Failure, Unstable Angina Pectoris. Tatalaksana yang diberikan adalah Oksigen 10 - 15 L/menit/nRM, IVFD NACL
0,9% 10 tpm mikro, Inj. Ranitidine 50mg/12 jam, Inj. Furosemide 40mg extra, Aspirin Loading 320mg,
Coplidogrel Loading 300mg, Simvastatin 40mg.

Kata kunci : Gagal Jantung, Acute Decompensata Heart Failure, Unstable Angina Pectoris

Abstract

Heart failure is a condition in which the heart fails to pump blood throughout the body, so the heart will try harder
to pump blood to meet its needs. Heart failure is usually triggered by health problems related to the heart such as
coronary heart disease, heart rhythm disorders and others. The patient came with complaints of shortness of breath
since 5 days of SMRS, the shortness of breath was getting worse when he was carried out with activities, and it
decreased when he rested, the patient also complained of chest pain since 1 week of SMRS, which was felt in the left
chest, felt like a heavy weight was being crushed, which is heavy today it's been more than 20 minutes, chest pain is
not affected by activity and rest, the patient also complains of swollen legs since 3 days, cold sweats (+), nausea
(+), heartburn, 2 days ago vomiting, today has no vomiting. Riw Gastritis (+). On examination, the general
condition appeared to be moderately ill, icteric, Consciousness: compos mentis, icteric sclera. Blood Pressure:
130/85 mmHg, Pulse 135 x/m, Respiration Rate 24 x/m, Temperature 36.5 C, SpO2 98% using O2 nRM, from head
to toe examination, increased jugular venous pressure, and found pitting edema of the extremities inferior right /
left. On laboratory examination, Hb 13.7 g/dL, Leukocytes 21.200 g/dL, Platelets 151.000 g/dL, Hematocrit 43.1%,
GDS 71 mg/dL, SGOT/400 U/L, SGPT 366 U/L, Urea 46 mg/dL, Creatinine 1.6 mg/dL. Based on the history,
physical examination and support, the diagnosis of Acute Decompensated Heart Failure, Unstable Angina Pectoris
was obtained. The treatment given is Oxygen 10 - 15 L/minute/nRM, Asering IVFD 10 micro tpm, Inj. Ranitidine
50mg/12 hours, Inj. Furosemide 40mg extra, Aspirin Loading 320mg, Coplidogrel Loading 300mg, Simvastatin
40mg.

Keywords: Heart Failure, Acute Decompensated Heart Failure, Unstable Angina Pectoris

Pendahuluan gagal jantung sebagai diagnosis primer


Penyakit Gagal Jantung adalah suatu dengan tambahan 3 juta rawat inap dengan
kondisi dimana jantung gagal memompa gagal jantung terdaftar sebagai diagnosis
darah ke seluruh tubuh sehingga jantung sekunder atau tersier. 2
akan berusaha lebih keras dalam memompa
Gagal jantung adalah penyebab
darah untuk memenuhi kebutuhannya. Gagal
utama rawat inap pada pasien yang berusia
jantung biasanya dipicu oleh masalah
lebih dari 65 tahun. Tingkat rehospitalisasi
kesehatan yang berhubungan dengan jantung
setinggi 35% dalam 60 hari. Jumlah kasus
seperti: penyakit jantung koroner, gangguan
Gagal Jantung yang dirawat inap di Rumah
irama jantung dan lainnya. 1
Sakit di Indonesia (SIRS 2015) berdasarkan
Gagal jantung dekompensasi provinsi, terbanyak di Provinsi Jawa Tengah
akut/Acute decompensated heart failure 8.658, sedangkan Provinsi Kalimantan
(ADHF) merupakan onset cepat, atau Tengah menempati urutan 25 dibawah 1000
perubahan, gejala dan tanda-tanda gagal kasus rawat inap pada tahun 2015. 1
jantung. Hal ini bisa menjadi kondisi yang
Kasus
mengancam jiwa yang membutuhkan
perhatian medis segera dan perawatan di Ny. N, 62 tahun, datang dengan keluhan
rumah sakit. Prevalensi gagal jantung sesak nafas yang dirasakan sejak lama
dekompensasi akut terus meningkat, di namun memberat sejak kurang lebih 2
Amerika Serikat, lebih dari 1 juta pasien minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak
dirawat di rumah sakit setiap tahun dengan dirasakan memberat dengan beraktifitas
seperti berjalan dan berkurang saat istirahat,
pasien juga mengeluh nyeri dada sejak 3 hari
SMRS, yang dirasakan di dada sebelah kiri,
terasa seperti ditindih beban penunjang didapatkan diagnosis Acute
berat, yang memberat hari ini Decompensated Heart Failure, Unstable
nyeri dada kuranng lebih 15 Angina Pectoris. Tatalaksana yang diberikan
menit, nyeri dada tidak adalah Oksigen 10 - 15 L/menit/nRM, IVFD
dipengaruhi aktivitas dan NACL 0,9% 10 tpm mikro, Inj. Ranitidine
istirahat, pasien juga 50mg/12 jam, Inj. Furosemide 40mg extra,
mengeluh kedua kaki bengkak Aspirin Loading 320mg, Coplidogrel
sejak 1 minggu, keringat Loading 300mg, Simvastatin 40mg. Pasien
dingin (+), mual (+), nyeri ulu dirawat di ICU mendapatkan koreksi terapi
hati (+), muntah-muntah (-). dari Sp.JP, cefriaxon 1 gr/ 12 jam, pasag O2
Pada pemeriksaan didapatkan 2lpm, loading aspilet 320 mg kunyah-
Keadaan Umum Tampak sakit kunyah selanjutnya 80 mg 1x1, loading
sedang, tampak sesak, clopidogrel 300 mg selanjutnya 75 mg 1x1,
Kesadaran : Compos mentis. simvastatin 40 mg 1x1, lasix 40 mg ekstra
Tekanan Darah : 133/91 selamjutnya 20 mg/ 8j, fondaparinux 2,5
mmHg, Denyut Nadi 120 mg/24 jam/sc, isdn 5 mg 3x1, cek albumin.
x/m, Respirasi Rate 30 x/m,
Suhu 36.4 C, SpO2 99%
dengan memakai O2 nRM,
dari pemeriksaan head to toe,
peningkatan tekanan vena
jugularis, dan ditemukan

pitting edema ekstremitas


inferior dextra/sinistra. Pada
pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb: 10,0 g/dl,
Leukosit 10.000 gr/dL,
Gambar 1. Elektrokardiografi
Trombosit 216.000 gr/dL, Heart Rate : 120 x/menit, reguler
Hematokrit 30,16%, GDS 101 Nomoaxis (lead I positif, AVF positif),
mg/dL, SGOT/ 27 U/L, SGPT Morfologi QRS : normal, T inverted lead II,III, AVF, Q
patologis (-), Hipertrofi ventrikel kiri.
37 U/L, Ureum 29 mg/dL,
Kreatinin 1,1 mg/dL.
Berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan
Gambar 2. Foto Thorax PA

Pada Pemeriksaan Rontgen Thorax


didapatkan gambaran
kardiomegali dan edema pulmonal

Follow-Up di ruangan
Tanggal Follow – Up di ruangan
16/07/2022 S/ sesak nafas berkurang, nyeri
Jam 07.00 WIB dada(-)
O/ KU : Tampak sakit sedang
TD : 135/66 mmHg, N : 98x/m, RR : 22x/m, T : 36,6, SpO2 98%
Pemfis : Ekstremitas edema superior dan inferior
A/ ADHF + UAP

P/ adv. dr. Sp.JP

- O2 2 Lpm
- ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Founda parinux 2,5 mg/24 jam sc
- lasix 20 mg/ 8 jam
- aspilet 80 mg 1x1
-clopidogrel 75 mg 1x1
- simvastatin 20 mg 1x1
- ISDN 5mg/8jam
17/07/2022 S/ sesak nafas berkurang, nyeri
Jam 07.00 WIB
dada(-)
O/ KU : Tampak sakit sedang
TD : 130/80 mmHg, N : 80x/m, RR : 20x/m, T : 36,2, SpO2 98%
Pemfis : Ekstremitas edema superior dan inferior minimal
A/ ADHF + UAP

P/ adv. dr. Sp.JP

- O2 2 Lpm
- ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Founda parinux 2,5 mg/24 jam sc
- lasix 20 mg/ 8 jam
- aspilet 80 mg 1x1
-clopidogrel 75 mg 1x1
- simvastatin 20 mg 1x1
- ISDN 5mg/8jam

18/07/2022 S/ sesak nafas berkurang, nyeri


Jam 07.00 WIB
dada(-)
O/ KU : Tampak sakit sedang
TD : 125/80 mmHg, N : 80x/m, RR : 20x/m, T : 36,2, SpO2 98%
Pemfis : Ekstremitas edema superior dan inferior minimal
A/ ADHF + UAP

P/ adv. dr. Sp.JP

- O2 2 Lpm
- ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Founda parinux 2,5 mg/24 jam sc
- lasix 20 mg/ 8 jam
- aspilet 80 mg 1x1
- clopidogrel 75 mg 1x1
- simvastatin 20 mg 1x1
- ISDN 5mg/8jam
Diskusi dilakukan terhadap pasien ini, sesak nafas
sejak 2 minggu SMRS, sesak semakin
Pasien seorang pria dengan usia 62
memberat saat dibawa beraktivitas seperti
tahun pada kasus ini didiagnosis dengan
berjalan kaki, dan berkurang saat
Acute Decompesated Heart Failure dan
beristirahat, pasien juga mengeluh nyeri
Unstable Angina Pectoris berdasarkan
dada sejak 3 hari SMRS, yang memberat
anamnesis, pemeriksaan fisik dan
hari ini, nyeri dada tidak dipengaruhi
pemeriksaan penunjang yang telah
aktivitas dan istirahat, pasien juga mengeluh
dilakukan. Menurut anamnesis yang
kedua kaki bengkak sejak 1 minggu,
keringat dingin (+), mual (+), muntah -
muntah (-). Riwayat hipertensi, DM, dan struktural atau kelelahan,
jantung tidak diketahui. Riwayat penyakit fungsional palpitasi atau
keluarga pasien tidak diketahui. Merujuk jantung, tidak sesak nafas
kepada klasifikasi dari New York Heart terdapat tanda
Association. (NYHA) Pasien Ny. N dapat atau gejala
diklasifikasikan ke dalam functional class Stadium B Kelas II
NYHA III. Hal ini menurut anamnesis dari Telah terbentuk Terdapat batasan
pasien bahwa keluhan sesak nafas semakin penyakit struktur aktifitas ringan.
memberat saat beraktivitas ringan, dan sedikit jantung yang Tidak terdapat
berkurang saat pasien beristirahat, namun berhubungan keluhan saat
pasien masih merasakan sesak.3 dengan istrahat, namun
perkembangan aktifitas fisik
Tabel 1 Klasifikasi gagal jantung menurut
gagal jantung, sehari-hari
ESC Guidelines for the diagnosis and
tidak terdapat menimbulkan
treatment of acute and chronic heart
tanda atau gejala kelelahan,
failure 2008
palpitasi atau
Klasifikasi Klasifikasi
sesak nafas
berdasarkan berdasarkan
Stadium C Kelas III
kelainan kapsitas
Gagal jantung Terdapat batasan
struktural jantung fungsional
yang simtomatik aktifitas
(NYHA)
berhubungan bermakna. Tidak
Stadium A Kelas I
dengan penyakit terdapat keluhan
Memiliki risiko Tidak terdapat
structural jantung saat istrahat,
tinggi untuk batasan dalam
yang mendasari tetapi aktfitas
Berkembang melakukan
fisik ringan
menjadi gagal aktifitas fisik.
menyebabkan
jantung. Tidak Aktifitas fisik
kelelahan,
Terdapat sehari-hari tidak
palpitasi atau
Gangguan menimbulkan
sesak
Stadium D Kelas IV
Penyakit jantung Tidak dapat
struktural lanjut melakukan
serta gejala gagal aktifitas fisik
jantung yang tanpa keluhan.
sangat bermakna Terdapat gejala
saat istrahat saat istrahat.
walaupun sudah Keluhan
mendapat terapi meningkat saat
medis maksimal melakukan
(refrakter) aktifitas

Pada ADHF, sebagian besar pasien


mengalami kongesti, beberapa pasien datang
dengan curah jantung rendah dan
hipoperfusi dengan atau tanpa kongesti. Tabel 2. Klasifikasi gagal jantung
Selain itu, gejala umum dispnea, ortopnea, berdasarkan perfusi dan kongesti 5

dan dispnea paroksismal, dada tertekan dan


batuk malam hari dapat menjadi gejala Pada Unstable Angina Pectoris
kelebihan volume. Berdasarkan perfusi dan didapatkan Diagnosis angina pektoris tidak
kongestinya, pasien Ny. N diklasifikasikan stabil (APTS/UAP) dan infark miokard non
warm and wet dimana terdapat kongesti dan ST elevasi (NSTEMI) ditegakkan atas dasar
tidak didapatkan hipoperfusi. 4
keluhan angina tipikal yang dapat disertai
dengan perubahan EKG spesifik, dengan
atau tanpa peningkatan marka jantung. Jika
marka jantung meningkat, diagnosis
mengarah NSTEMI; jika tidak meningkat,
diagnosis mengarah UAP. Pada pasien ini
didapatkan nyeri dada sejak 3 hari SMRS,
yang dirasakan di dada sebelah kiri, terasa
seperti ditindih beban berat, yang memberat
hari ini sudah lebih dari 20 menit,
nyeri dada tidak dipengaruhi aktivitas dan
istirahat, yang merupakan angina tipikal. 6

Berdasarkan pemeriksaan fisik yang


dilakukan pada pasien di IGD, didapatkan
hasil berupa Kesadaran : Kompos Mentis,
Tekanan darah : 133/91 mmHg, Nadi : 120
x/menit,regular, Pernafasan : 30x/menit,
SpO2 98% dengan O2 NRM, Suhu : 36,4
o
C. Pemeriksaan fisik peningkatan tekanan
vena jugularis, thorax didapatkan fremitus
kanan dan kiri sama, perkusi sonor, suara
nafas rhonki + basal kanan paru/-, wheezing
-/-. Pemeriksaan fisik jantung iktus kordis
tidak terlihat, palpasi iktus cordis teraba di
ICS V MCL, perkusi batas kanan ICS V 1 Tabel 3 Kriteria Framingham
jari lateral PSL dextra, batas kiri ICS V 2
Pada pemeriksaan fisik pasien
jari lateral MCL sinistra, batas atas ICS III
dengan gagal jantung bisa didapatkan
parasternal line sinistra, dan auskultasi BJ1
pernafasan cepat, lebih dari 20x/menit
BJ2 normal reguler, murmur (-), gallop (-).
(takipnoe), nadi cepat (takikardi) 120 dan
Pada pemeriksaan ekstremitas ditemukan
lemah, tekanan vena jugular meningkat,
adanya pitting edema pada kedua tungkai
ronki basah halus, gallop, waktu pengisian
+/+, dan pemeriksaan abdomen asites (-).
kapiler memanjang (> 2 detik). Berdasarkan
manifestasi klinis pasien tersebut memenuhi
kriteria frimingham dimana sudah terdapat 2
kriterria major dan 2 kriteria minor. Pasien
Unstable Angina Pectoris kemungkinan
peemeriksaan fisik normal, meskipun pasien
mungkin memegangi dada mereka,
berkeringat, kesulitan bernapas, bunyi
jantung mereka mungkin takikardi, dan
ronki dapat terdengar karena edema paru. gelombang Qr atau QS ditambah
Pada pasien ini didapatkan takikardia gelombang T negatif menunjukkan
dimana Nadi 120 x/m mengarah ke Unstable diagnosis MI sebelumnya; (2)
Angina Pectoris. 7
perubahan repolarisasi ventrikel
menunjukkan iskemia
Pada pemeriksaan penunjang
subepicardial (negatif, tajam, dan
elektrokardiogram yang dilakukan di IGD
gelombang T simetris) di daerah
pada tanggal 16 Juli 2022 didapatkan hasil
miokard spesifik: anteroseptal (V1,
adanya T inverted lead II,III, AVF, LVH
V2, V3, V4), anterolateral (V4, V5,
dimana gelombang R di V6 lebih tinggi
V6, I, dan aVL), lateral tinggi (I dan
dibandingkan gelombang R di V5,
aVL), anterior luas (V1- V6 di I, dan
sedangkan Indeks Sokolow – Lyon
aVL), inferior (II, III, dan aVF), dan
menunjukkan SV1 + (RV5 atau RV6) < 3,5
dorsal (V7 dan V8 dengan gambar
mV, dengan SV1 0,5 mV, RV5 0,4 mV dan
timbal balik dalam V1, V2, dan V3);
RV6 1,6 mV. Berdasarkan kriteria tegangan
(3) perubahan repolarisasi ventrikel
Cornell menunjukkan SV3
menunjukkan iskemia
+ RaVL < 2,0 mV, dimana didapatkan SV3
subendokardial (positif, tajam, dan
1,2 mV dan RaVL 0,4 mV serta tidak
gelombang T simetris) di wilayah
didapatkan adanya Q patologis. Pada
tertentu (anteroseptal, anterolateral,
Kriteria Right Ventrikel Hyperthropy
lateral tinggi, anterior luas, inferior,
didapatkan Dominant S wave in V5 or V6
dan dorsal); (4) perubahan
(> 7mm deep or R/S ratio < 1)  17mm.
repolarisasi ventrikel menunjukkan
Pemeriksaan penunjang foto thoraks
cedera subendocardial (depresi pada
mengesankan adanya edema pulmo dan
titik J dan segmen-ST) di wilayah
kardiomegali. Sensitivitas EKG untuk
tertentu (anteroseptal, anterolateral,
diagnosis CAD berkisar antara 25,8%
lateral tinggi, anterior luas, inferior,
sampai 37,3% dan spesifisitasnya berkisar
dan dorsal).
dari 79,0% hingga 79,9%. Oleh karena itu,
mengingat keterbatasan ini, EKG normal Radiografi thoraks dapat mengevaluasi gagal
tidak mengesampingkan kemungkinan jantung karena dapat mengidentifikasi penyebab
obstruksi koroner. Namun, EKG memiliki dispnea (misalnya, pneumonia, pneumotoraks,
kepentingan diagnostik: (1) adanya massa). Keongesti vena paru dan edema interstitial
pada radiografi thoraks pada pasien dengan dispnea
membuat diagnosis gagal jantung lebih mungkin.
Temuan lain, seperti efusi pleura atau 10.000 gr/dL, Trombosit 216.000 gr/dL, Hematokrit
kardiomegali, dapat sedikit meningkatkan 30,6%, GDS 101 mg/dL, SGOT/ 27 U/L, SGPT 37
kemungkinan gagal jantung. 3
U/L, Ureum 29 mg/dL, Kreatinin 1,1 mg/dL..

Pemeriksaan laboratorium kimia klinik Pasien Ny. N mendapat terapi


pada Ny. N pada tanggal 16 Juli 2022 medikamentosa saat masuk di IGD berupa Oksigen
menunjukkan Hb 10,0 gr/dL, Leukosit 10 - 15 L/menit/nRM, IVFD Nacl 0,9 % 10 tpm
mikro, Inj. Ranitidine 50mg/12 jam, Inj.
Furosemide 40mg extra, Aspirin Loading 320mg,
Coplidogrel Loading 300mg, Simvastatin 40mg.

Terapi gagal jantung akut sesuai alur profil


hemodinamiknya. Pada pasien dengan profil warm
and wet dapat diberikan diuretik loop intravena
atau drip. Pasien dengan penyakit jantung
hipertensi yang sudah tahap gagal jantung
hipertensi, maka prinsip pengobatannya sama
dengan pengobatan gagal jantung yang lain yaitu
diuretik, penghambat ACE/ARB, penyekat beta
dan penghambat aldosterone. Pasien seharusnya
juga mendapat penyekat β. Penyekat β harus
diberikan pada semua pasien gagal jantung
simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40 %.
Penyekat β memperbaiki fungsi ventrikel dan
kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit
karena perburukan gagal jantung, dan
meningkatkan kelangsungan hidup. Indikasi
pemberian
penyekat β adalah Fraksi
ejeksi ventrikel kiri ≤ 40%,
gejala ringan sampai berat
(kelas fungsional II - IV
NYHA), ACEI / ARB (dan
antagonis aldosteron jika
indikasi) sudah diberikan,
pasien stabil secara klinis
(tidak ada perubahan dosis
diuretik, tidak ada kebutuhan
inotropik i.v. dan tidak ada
tanda retensi cairan berat).
Kontraindikasi pemberian
penyekat β adalah asma, blok
AV (atrioventrikular) derajat
2 dan 3, sindroma sinus sakit
(tanpa pacu jantung
permanen), sinus bradikardia
(nadi < 50 x/menit). 8

Gambar 3
Manajemen pasien
dengan gagal jantung
akut berdasarkan
profil klinis
Pengobatan Unstable Angina mereka memiliki risiko yang jauh lebih
Pectoris berfokus pada peningkatan perfusi tinggi untuk infark miokard.7
arteri koroner. Pasien sering diobati dengan
aspirin untuk terapi antiplateletnya, 162 Ringkasan
hingga 325 mg per oral, atau 300 mg per Gagal Jantung kondisi dimana jantung
rektal jika pasien tidak dapat menelan. gagal memompa darah ke seluruh tubuh

Aspirin harus diberikan dengan 30 menit. sehingga jantung akan berusaha lebih keras
dalam memompa darah untuk memenuhi
Nitrogliserin datang dalam beberapa bentuk
kebutuhannya. Acute decompensated heart
(intravena, sublingual, transdermal, oral)
failure (ADHF) merupakan onset cepat, atau
dan meningkatkan perfusi dengan
perubahan, gejala dan tanda-tanda gagal jantung.
vasodilatasi koroner yang memungkinkan
Manifestasi klinis pada pasien ini memenuhi
peningkatan aliran dan peningkatan tekanan kriteria mayor dan minor dan kriteria ada
darah. Ini akan mengurangi jumlah tidaknya kongesti dan perfusi yaitu jenis warm-
pekerjaan yang harus dilakukan jantung, wet. Pada pasien ini juga terdiagnosa Unstable
yang menurunkan permintaan energi Angina Pectoris. Pada EKG menunjukkan
jantung. Clopidogrel adalah pilihan untuk Hipertrofi Ventrikel Kanan. Pada pemeriksaan

pasien yang tidak dapat mentoleransi laboratorium didapatkan Leukositosis dan

aspirin. Prasugrel lebih efektif daripada Transaminitis serta peningkatan ureum kreatinin,
Penatalaksanaan awal dilakukan Oksigen 10 - 15
clopidogrel tetapi dikaitkan dengan risiko
L/menit/nRM, IVFD Nacl 0,9 % 10 tpm mikro,
perdarahan yang lebih tinggi. Baru-baru ini
Inj. Ranitidine 50mg/12 jam, Inj. Furosemide
ticagrelor telah disetujui selain aspirin untuk
40mg extra, Aspirin Loading 320mg,
mengurangi tingkat kejadian jantung
Coplidogrel Loading 300mg, Simvastatin 40mg
trombotik. Oksigen tambahan harus
diberikan juga melalui kanula hidung untuk
mempertahankan saturasi oksigen yang
tepat. 3 tindakan ini adalah fungsi tercepat Daftar Pustaka

dan terpenting yang harus dilakukan dalam 1. Kemenkes, Profil Penyakit Tidak
mengevaluasi dan mengobati angina tidak Menular di Indonesia tahun 2016
stabil. Pada pasien dengan nyeri yang
berlanjut atau waktu pemulihan yang lebih
lama, respon pasien harus dievaluasi karena
2. Teerlink JR, Alburikan K, Metra M, Klinis, dan Tatalaksana. Cermin
Rodgers JE. Acute Decompensated Dunia Kedokteran. 2018; 45(4): p.
Heart Failure Update. Current 310-312.
Cardiology Reviews. 2015; 11(1): p. 53-
62. 9. Díez J. Hypertensive heart disease.
In Schiffrin EL, Touyz RM, editors.
3. PERKI. Pedoman Tatalaksana Gagal
Jantung; 2015. Hypertension. London: Future
Medicine; 2013. p. 152-166.
4. Teerlink JR, Alburikan K, Metra M,
Rodgers JE. Acute Decompensated
Heart Failure Update. Current
Cardiology Reviews. 2015; 11(1): p.
53-62.

5. Purwowiyoto SL. Gagal Jantung


Akut: Defnisi, Patofsiologi, Gejala
Klinis, dan Tatalaksana. Cermin
Dunia Kedokteran. 2018; 45(4): p.
310-312.

6. PERKI. Pedoman Tatalaksana


Sindrom Koroner Akut; 2015

7. NCBI Bookshelf. A service of the


National Library of Medicine,
National Institutes of Health.
StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-. Unstable Angina Amandeep
Goyal; Roman Zeltser. 1 University
of Kansas Medical Center 2 Hofstra
Northwell School of Medicine. 2021

8. Purwowiyoto SL. Gagal Jantung


Akut: Defnisi, Patofsiologi, Gejala

Anda mungkin juga menyukai