(Skripsi)
Oleh
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
Oleh
CINDY ARUM SEKARJATI
Remaja yang sedang dalam masa pencarian identitas pada umumnya bersosialisasi
atau bergaul dengan teman-teman sebaya yang dianggap memiliki kesamaan
identitas dengan dirinya, tetapi yang disayangkan adalah adanya kenyataan para
remaja terjebak dalam lingkungan pergaulan yang salah, di antaranya menjadi
anggota geng motor (klitih) dan melakukan kejahatan. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah: apakah faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan geng
motor (klitih) di tengah malam dan bagaimanakah upaya penanggulangan kejahatan
geng motor (klitih) di tengah malam?
Saran dalam penelitian ini adalah aparat penegak hukum agar meningkatkan
sosialisasi mengenai pentingnya upaya pencegahan terjadinya kejahatan geng motor
(klitih) dan meningkatkan patroli dan masyarakat agar melaksanakan kegiatan ronda
malam dalam rangka mendukung tugas kepolisian.
Oleh
Skripsi
Pada
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
i
ii
iv
RIWAYAT HIDUP
Lampung Tengah lulus pada Tahun 2009, SMP IT Bustanul Ulum Terbanggi Besar
Kabupaten Lampung Tengah lulus pada Tahun 2012, SMA Al Kautsar Bandar
Lampung lulus pada Tahun 2015. Selanjutnya pada Tahun 2015 penulis diterima
Februari 2018 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Mulya
v
MOTO
(Q.S. Al Insyirah : 5)
(Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Keluarga besarku
atas motivasi dan dukungannya untuk keberhasilanku
Almamaterku Tercinta
Universitas Lampung
vii
SAN WACANA
Allah SWT, sebab hanya dengan kehendak-Nya maka penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
bimbingan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karenanya dalam
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H.M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
3. Bapak Eko Raharjo, S.H.M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas
4. Ibu Dona Raisa, S.H.M.H., selaku Sekertaris Bagian Hukum Pidana Fakultas
viii
5. Ibu Diah Gustiniati M, S.H.M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
skripsi ini.
6. Bapak Budi Rizki Husin, S.H.M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
skripsi ini.
memberikan kritik dan saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.
memberikan kritik dan saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.
9. Bapak Dr. Heni Siswanto, S.H.M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
10. Seluruh Dosen Hukum Universitas Lampung yang telah meluangkan waktu
Lampung.
11. Seluruh Karyawan Gedung A, bude Siti, pakde Misio, dan Bu As untuk selalu
Yogyakarta, dan Ibu Dr.Erna Dewi, S.H.M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum
bantuannya.
ix
13. Orangtuaku Tercinta, Ayahanda Ir. Purwanto dan Ibunda Dwi Sapta Yuniati
yang telah melimpahkan segala doa , restu, kasih sayang, perhatian, semangat,
dukungan, motivasi dan cinta selama ini. Terimakasih atas segala kesabaran,
ketabahan dan doa yang tak pernah putus hingga tercapainya gelar Sarjana
14. Kakakku Tersayang, Yola Andesta Valenty, S.E.M.AK., Terimakasih atas segala
dukungan dan motivasi selama ini. Semoga kita selalu dapat membanggakan
15. Terimakasih kepada Ilham Akbar, S.H., yang selalu memberikan doa, perhatian,
kasih sayang dan telah menemani, mendukung dan membantu segala urusan
waktu, tenaga serta pikiran, mendengarkan keluh kesah, dan terus memberi
16. Terimakasih kepada Amalia Herwinda, Annisa Alvi ramadhani, Agatha Tiara
Puspita Rini, Desy Nur Istiqomah, Gea Fany, Reditya Filza Priatama sahabat
dari kecil sampai sekarang yang meskipun terpisahkan oleh jarak tetap selalu
sekarang, Arnum Wahida Banati Husna, Lisa Loretta Venezia, Ery Sulistyawati,
Sekar Ayu yang saat ini sedang sibuk dalam mendapatkan gelar guna masa
x
depan yang akan datang, semoga selalu memberikan dukungan satu sama lain
Dwi, Bening Setara Bulan, Dinda Kinasih Masendy, Dwi Putri R, Galih
Bagaskoro, Aneke Dela, Vingga Dwi Arlin, yang saat ini sedang sibuk dalam
mendapatkan gelar guna masa depan yang akan datang. yang selalu memberikan
selalu memberikan dukungan, semangat dan menjadi tempat berkeluh kesah dan
20. Terimakasih Kepada Teman-Teman “Pance Squad”, Farhatin Nisa Marena, Arita
Lidya Amelia, Eni Nadila, Rahmat Hidayat, Andri Sambas SJ, Oxfian Saputra,
Riki Anky, Ahmad Ridho M, yang telah mengisi hari-hariku indah dan selalu
Ghandy, Memoria, Novalinda Nadya Putri, M.Soparid, Salestina, Devi Lia Nindi
sekarang dan selamanya, atas segala bantuan yang telah kalian berikan selama
xi
22. Terimakasih untuk Teman KKN Desa Mulya Jaya, Kecamatan Gunung Agung,
Kabupaten Tulang Bawang Barat, Desi Erda Syantia, Lulu Farida, Kunia
Koriatun Nisa, M. Iqbram Aditya, Riant Pandu P, Dinar yang selalu memberikan
23. Terimakasih kepada semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang
selama ini selalu memandang dengan sebelah mata, terimakasih berkat kalian
saya termotivasi untuk terus bangkit dari keterpurukan, dan berkat kalian juga
kenangan, ilmu, teman, dan sampai aku menjadi seorang yang berguna bagi
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
xii
DAFTAR ISI
Halaman
I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ................................................... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 8
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual.................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ....................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan manusia yang
disebut juga sebagai masa transisi, di mana pada masa ini individu mengalami
menuju masa dewasa. Dalam proses perubahan itu, remaja harus dapat
dewasa. Usia remaja merupakan masa yang sulit dan kritis terhadap berbagai
peristiwa yang mereka lihat dan mereka alami tersebut membawa efek positif
Remaja yang sedang dalam masa pencarian identitas tersebut pada umumnya
kenyataan para remaja terjebak dalam lingkungan pergaulan yang salah dan
1
Andi Mappiare, Remaja dan Perkembangannya, Jakarta, Rajawali Press, 2011, hlm. 26.
2
Keterlibatan remaja dalam geng motor dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri remaja tersebut. Faktor yang
berasal dari dalam diri remaja misalnya adanya perubahan fisik dan psikologis
remaja, yaitu cenderung agresif dan destruktif, keingin tahuan yang besar untuk
mengikuti mode dan keinginan untuk diterima dalam pergaulan. Sementara itu
factor yang berasal dari luar adalah faktor lingkungan dan teman sepermainan
biasanya mengarah ke hal-hal negatif. Sebutan geng motor ini selalu memberikan
citra buruk yang biasanya identik dengan tindakan anarkis dengan berbagai
Keberadaan geng motor ini berkaitan dengan gaya hidup remaja yang semakin
berbagai geng motor di berbagai daerah. Kemunculan geng motor ini harus
mendapatkan perhatian dan penanganan serius dari berbagai pihak terkait dalam
2
Heru Susanto.http://moonrakerindonesia.blogspot.com/2010/09/geng-motor-dari-segi-sosiologi.
html/ Diakses Kamis 11 Oktober 2018
3
rangka mencegah semakin maraknya kejahatan jalanan yang dilakukan oleh para
Demikian pula halnya dengan perilaku kejahatan yang dilakukan oleh geng motor
di Yogyakarta, di mana para geng motor ini dalam istilah setempat disebut dengan
klitih, yaitu salah satu bentuk anarkisme remaja yang marak di Yogyakarta dan
identik dengan segerombolan para remaja yang ingin melukai atau melumpuhkan
lawannya dengan kekerasan. Ironisnya klitih juga sering kali melukai lawannya
dengan benda-benda atau senjata tajam seperti: pisau, gir, pedang, golok, samurai
dan celurit3
Klitih merupakan istilah yang merujuk kepada Pasar Klitikan Yogya. Dulu,
artinya adalah melakukan aktivitas yang tidak jelas dan bersifat santai sambil
mencari barang bekas dan Klitikan. Sementara istilah Nglitih digunakan untuk
oleh pelajar di Yogyakarta sudah ada sejak era 1980-an dan 1990-an. Kekerasan
yang dilakukan pelajar pada masa itu dilakukan oleh dua geng besar yang
singkatan dari Q-ta Zuka Ribut Untuk Tawuran. Geng ini "menguasai" wilayah
Zinthing atau Pojox Benzin (pojokan pom bensin alun-alun) atau Jogja Zindikat.
Geng ini beranggotakan para preman yang "menguasai" daerah Malioboro hingga
3
Kevin Dimas Surya. https://www.kaskus.co.id/thread/5850db35dc06bde2388b4570/jogja-
darurat-quotklitihquot-savejogja-update/ Diakses Kamis 11 Oktober 2018
4
Rommy Andrian.https://kumparan.com/@kumparannews/sejarah-klitih-di-yogyakarta. Diakses
Kamis 11 Oktober 2018
4
Seiring berjalannya waktu, klitih mengalami pergeseran makna. Klitih kini identik
dengan aksi kekerasan yang dilakukan oleh pelajar SMP dan SMA. Tidak ada
yang tahu kapan pertama kali istilah ini muncul dan mengalami pergeseran
makna. Namun disinyalir, istilah ini muncul untuk mengganti kata tawuran,
setelah peristiwa pembacokan yang marak terjadi sepanjang 2011 sampai 2012.
Klitih sempat redup sekitar tahun 2013, ketika kepolisian setempat mampu
meredam aksi kekerasan yang dilakukan oleh kalangan pelajar ini hingga jauh
berkurang. Namun istilah ini kembali populer setelah tahun 2014, korban kembali
berjatuhan akibat klitih. Korban tidak hanya sesama pelajar, tapi juga mahasiswa
Contoh kasus kejahatan geng motor klitih adalah penangkapan oleh Jajaran Unit
Reskrim Polsek Jetis dan Buser Polresta Yogyakarta terhadap 5 tersangka pelaku
klitih yang seluruhnya masih berusia pelajar dan duduk di bangku SMP, yaitu FSL
(14), KVN (15), ARY (15), RF(13), dan ELG (14). Para remaja ini melakukan
pembacokan kepada Abdul Rauf Abi Nur (20) dan Rizki Romadoni (19) di Jalan
AM Sangaji pada Kamis 21/12/2017 dini hari. Kronologi kejadian bermula ketika
bermain game online di daerah Monjali. Setelah puas bermain game sekitar pukul
hendak pulang dan ketika melintas di sebelah utara perempatan Jetis tepatnya
5
Ibid
5
Pada bulan Juni 2018 terdapat kasus pencurian dan penganiayaan yang dilakukan
anggota geng motor (klitih) yaitu pertama, kejadian di daerah sekitar Jalan
Monjali pada pukul lima pagi. Korban adalah seorang perempuan (mengendarai
motor) dijambret tasnya oleh dua orang pemuda (yang juga mengendarai motor).
Beruntung, perempuan itu berani mengejar, menabrak motor pelaku, dan akhirnya
jahitan. Ketiga, pembacokan terjadi di dekat Mirota Kampus UGM. Korban tewas
yang diketahui merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UGM atas nama
Uraian di atas menunjukkan adanya isu hukum berupa kesenjangan antara harapan
berbagai kegiatan positif, namun pada kenyataannya banyak remaja yang justru
anggota geng motor ini menjadi kekhawatiran semua pihak sebab perilaku mereka
6
Heru Subagyo. http://jogja.tribunnews.com/2017/12/22/5-pelaku-aksi-klitih-di-jalan-am-sangaji-
yogya-diringkus -polisi-ternyata-mereka-masih-pelajar-smp. Diakses Kamis 11 Oktober 2018
7
Ary Whardhana. https://mojok.co/mod/esai/bicara-klitih-di-yogyakarta-dari-mantan-pelakunya/
Diakses Kamis 11 Oktober 2018
6
Sehubungan dengan adanya kejahatan yang dilakukan oleh geng motor maka
Eksistensi hukum dalam hal ini memiliki peranan yang sangat penting dalam
dihindarkan. Dengan kata lain penegakan hukum secara ideal akan dapat
8
Satjipto Rahardjo. Bunga Rampai Permasalahan Dalam Sistem Peradilan Pidana. Jakarta, Pusat
Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum. 1998. hlm. 11
7
pegangan yang pasti bagi masyarakat dalam menaati dan melaksanakan hukum.
Pentingnya masalah penegakan hukum dalam hal ini berkaitan dengan semakin
dan kualitatif serta mengalami kompleksitas baik pelaku, modus, bentuk, sifat,
manusia yang sulit untuk diprediksi kapan dan dimana potensi kejahatan akan
terjadi.9
Kejahatan sebagai fenomena sosial bukan merupakan hal yang terjadi secara tidak
sengaja atau hanya kebetulan belaka, karena pada dasarnya pelaku kejahatan
penyebab yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan secara erat. Kejahatan
undangab, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan
yang dilakukannya terhadap orang lain. Dengan kata lain kejahatan adalah suatu
pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja atau
tidak sengaja telah dilakukan terhadap seorang pelaku, dimana penjatuhan hukum
kepentingan umum.
Polresta Yogyakarta).
9
Satjipto Rahardjo. Hukum dalam Perspektif Sejarah dan Perubahan Sosial dalam Pembangunan
Hukum dalam Perspektif Politik Hukum Nasional. Jakarta, Rajawali, 1996. hlm. 22.
8
1. Permasalahan
tengah malam?
malam?
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah hukum pidana, dengan kajian
(klitih) di tengah malam dan upaya penanggulangan kejahatan geng motor (klitih)
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini
tengah malam
9
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan teoritis
Secara teoritis hasil penellitian ini di harapkan dapat menjadi bahan kajian ilmu
b. Kegunaan praktis
Secara peraktis penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi aparat penegak
1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan,
asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis yang menjadi landasan, acuan,
dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian. 10 Kerangka teoritis yang
kejahatan secara garis besar terdiri dari faktor internal dan eksternal sebagai
berikut:
10
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta, UI Press, 1986, hlm.76.
10
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri pelaku tindak pidana
itu sendiri, tanpa paksaan dari faktor luar dirinya. Hal ini berkaitan dengan
keadaan kejiwaan atau psikologis pelaku erat kaitannya dengan asumsi bahwa
beratkan daripada dasar pemikiran yang spontan timbul dalam diri seseorang.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar pelaku tindak pidana
yang memicunya untuk melakukan kejahatan atau tindak pidana. Faktor ini
policy atau criminal policy adalah suatu usaha untuk menanggulagi kejahatan
melalui penegakan hukum pidana, yang rasional yaitu memenuhi rasa keadilan
dan daya guna. Dalam rangka menanggulangi kejahatan terhadap berbagai sarana
sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana
pidana maupun non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang
11
Ridwan Hasibuan dan Ediwarman, Asas-asas Kriminologi, Medan, USU Pers, 1995 hlm. 25
11
dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.
2. Konseptual
dengann istilah yang ingin atau akan di teliti.13 Berdasarkan pengertian tersebut
a. Kajian adalah suatu pembatasan mengenai topik atau tema tertentu yang
Secara harfiah berasal dari kata “crime” yang berarti kejahatan dan “logos”
12
Barda Nawawi Arif, Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2004, hlm.12.
13
Soerjono Soekanto. Op.Cit. hlm.132.
14
Moleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005, hlm. 16,
12
c. Kejahatan atau tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum, larangan mana yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
f. Geng motor adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sekumpulan orang
mengarah ke hal-hal negatif. Sebutan geng motor ini selalu memberikan citra
15
Topo Santoso dan Eva Achajani Zulfa, Kriminologi, Jakarta, Rajawali Pers, 2012, hlm. 10.
16
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Dalam Hukum Pidana, Jakarta, Bina
Aksara, 1993. hlm. 46.
17
Satjipto Rahardjo. Bunga Rampai Permasalahan dalam Sistem Peradilan Pidana. Jakarta, Pusat
Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum, 1998, hlm. 82.
13
g. Klitih, adalah salah satu bentuk anarkisme remaja yang marak di Yogyakarta
dan identik dengan segerombolan para remaja yang ingin melukai atau
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini uraian mengenai penulisan secara teratur
dan terperinci yang diatur sesuai pembagian sehingga penulisan ini dapat
memberikan gambaran yang utuh terdiri dari keseluruhan materi skripsi ini. Tiap
bab dalam penulisan skripsi ini saling berkaitan satu sama lain. Penulisan skripsi
I. PENDAHULUAN
18
Heru Susanto.http://moonrakerindonesia.blogspot.com/2010/09/geng-motor-dari-segi-
sosiologi.html/ Diakses Kamis 11 Oktober 2018
19
Kevin Dimas Surya. https://www.kaskus.co.id/thread/5850db35dc06bde2388b4570/jogja-
darurat-quotklitihquot-savejogja-update/ Diakses Kamis 11 Oktober 2018
14
V. PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari materi
yang telah didapat serta berbagai saran untuk dapat diajukan dan
A. Kajian Kriminologi
Kriminologi sebagai suatu bidang ilmu memiliki objek tersendiri, baik objek
materiil maupun formil. Pembedaan antara bidang ilmu yang satu dengan yang
lain adalah kedudukan objek formilnya. Tidak ada suatu ilmu yang memiliki
objek formil yang sama, sebab apabila objek formilnya sama, maka ilmu itu
adalah sama.
(1830-1911), seorang ahli antropologi Perancis. Kriminologi terdiri dari dua suku
kata yakni crime yang berarti kejahatan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan,
Bonger lalu membagi kriminologi ini menjadi kriminologi murni yang mencakup:
1. Antropologi Kriminal
Ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat (somatis). Ilmu pengetahuan ini
20
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulva, Op. Cit, hlm. 9.
16
mempunyai tanda-tanda seperti apa dan apakah ada hubungan antara suku
2. Sosiologi Kriminal
persoalan yang dijawab oleh bidang ilmu ini adalah sampai di mana letak
3. Psikologi Kriminal
5. Penologi
1. Higiene Kriminal
2. Politik Kriminal
21
Ibid, hlm. 10.
17
phenomenon)22
1. Sosiologi Hukum
Kejahatan itu adalah perbuatan hukum dilarang dan diancam dengan suatu
sanksi. Jadi yang menentukan suatu perbuatan itu adalah kejahatan adalah
pidana).
2. Etiologi Kejahatan
paling utama.
3. Penology
fenomena yang komplek yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda.
tentang suatu pristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain.24
1) W.A Bonger
kejahatan seluas-luasnya.
2) Shuterland
3) Walter Reckless
delikuen dan tingkah laku jahat dan pemahaman bekerjanya sistem peradilan
pidana.25
24
Mustofa, Muhammad.2007, Kriminologi, Jakarta, UI Press, hlm. 44.
25
Ibid, hlm. 45.
19
Penelitian ini menggunakan teori mikro (microtheories), yaitu teori yang bersifat
lebih konkrit dan menjawab mengapa seseorang atau kelompok orang dalam
Sesuai dengan teori tersebut maka akan dibahas beberapa alasan atau faktor
atau karena faktor biologis, seperti melakukan kejahatan karena didorong untuk
memiliki sesuatu tetapi tidak mampu mendapatkannya dengan cara yang benar.
B. Pengertian Kejahatan
melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Orang
apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukan
dilarang dan diancam dengan pidana, di mana penjatuhan pidana pada pelaku
26
Yesmil Anwar, Kriminologi, Bandung, Refika Aditama, hlm. 73.
27
Andi Hamzah, Op.Cit, hlm. 19
20
adalah demi tertib hukum dan untuk terjaminnya kepentingan umum dalam
kehidupan bermasyarakat.28
Tingkah laku yang jahat immoral dan anti sosial akan menimbulkan reaksi berupa
merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat
atau kejahatan. Secara yuridis formal, kejahatan merupakan bentuk tingkah laku
harus ditaati oleh setiap warga Negara wajib dicantumkan dalam undang-undang
perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai
ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar
28
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Citra Adityta Bakti, 1996,
hlm. 16
29
Ibid, hlm. 17
21
a. Perbuatan pidana adalah perbuatan oleh suatu aturan hukum dilarang dan
diancam pidana
b. Larangan ditujukan kepada perbuatan yaitu suatu keadaan atau kejadian yang
c. Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang erat, oleh karena
antara kejadian dan orang yang menimbulkan kejadian itu ada hubungan erat
pula. ”Kejadian tidak dapat dilarang jika yang menimbulkan bukan orang, dan
orang tidak dapat diancam pidana jika tidak karena kejadian yang ditimbulkan
olehnya”. 30
strafbaarfeit yaitu suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah
ditolak di dalam suatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku
pengertian dasar dalam hukum pidana. Kejahatan adalah suatu pengertian yuridis
seperti halnya untuk memberikan definisi atau pengertian terhadap istilah hukum,
30
Moeljatno, Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia, Jakarta, Bina Aksara, 1998, hlm. 34
31
Ridwan A, Halim, Hukum Pidana dan Tanya Jawab, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hlm. 31
32
P.A.F Lamintang, Op.Cit, hlm. 172
22
maka bukanlah hal yang mudah untuk memberikan definisi atau pengertian
merupakan suatu istilah yuridis yang mempunyai arti khusus sebagai terjemahan
tentang apa yang sebenarnya yang dimaksud dengan strafbaarfeit tersebut, seperti
dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana
34
(strafwaardig) dan dilakukan dengan kesalahan. Sedangkan pendapat Pompe
sebagai pelanggaran norma yang sengaja atau tidak sengaja dilakukan pelaku.
tertentu ini lazimnya disebut dengan unsur-unsur kejahatan. Jadi seseorang dapat
33
Moeljatno, Op.Cit, hlm. 37
34
Ibid, hlm. 38
23
kejahatan (strafbaarfeit). Hal ini sesuai dengan pengertian kejahatan, yaitu suatu
perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yang dilakukan oleh orang yang
adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang memiliki unsur
kesalahan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, di mana
penjatuhan pidana terhadap pelaku adalah demi terpeliharanya tertib hukum dan
biasanya mengarah ke hal-hal negatif. Sebutan geng motor ini selalu memberikan
citra buruk yang biasanya identik dengan tindakan anarkis dengan berbagai
Demikian pula halnya dengan perilaku kejahatan yang dilakukan oleh geng motor
di Yogyakarta, di mana para geng motor ini dalam istilah setempat disebut dengan
klitih, yaitu salah satu bentuk anarkisme remaja yang marak di Yogyakarta dan
35
Ibid, hlm. 39
36
Heru Susanto. http://moonrakerindonesia.blogspot.com/2010/09/geng-motor-dari-segi-
sosiologi.html/ Diakses Kamis 11 Oktober 2018
24
identik dengan segerombolan para remaja yang ingin melukai atau melumpuhkan
lawannya dengan kekerasan. Ironisnya klitih juga sering kali melukai lawannya
dengan benda-benda tajam seperti: pisau, gir, pedang samurai dan celurit 37
Beberapa jenis kejahatan yang dilakukan oleh pelaku geng motor (klitih) dalam
sebagai berikut:
2. Penganiayaan
Selain itu, diatur pula pada Bab XX (Penganiayaan) oleh Pasal 358 KUHP, orang-
beberapa orang. Hal ini sangat mirip dengan Pasal 170 KUHP sebab perkelahian
3. Pembunuhan
Bab XIX dengan judul “Kejahatan Terhadap Nyawa Orang”, yang diatur dalam
Pasal 338 sampai dengan Pasal 350. Mengamati pasal-pasal tersebut maka KUHP
c. Kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa anak yang masih dalam kandungan38
Dilihat dari segi kesengajaan (dolus), kejahatan terhadap nyawa terdiri atas:
d. Pembunuhan yang dilakukan atas keinginan yang jelas dari yang dibunuh
38
Leden Marpauang, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh, Jakarta, Sinar Grafika, 2000.
hlm. 19.
39
Ibid. hlm. 20.
27
lain dalam Pasal 170, Pasal 351 Ayat (3) dan lain-lain) 40
seseorang atau pebuatan melawan hukum dengan cara merampas hak hidup orang
lain sebagai Hak Asasi Manusia. Dalam Pasal 338 KUHP dinyatakan bahwa:
Barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan
339 dinyatakan bahwa pembunuhan yang disertai atau didahului oleh sesuatu
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
barang yang diperolehnya secara melawan hukum diancam dengan pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Pasal 340 KUHP menyebutkan bahwa barang siapa dan dengan rencana lebih
dahulu merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan rencana
40
Ibid. hlm. 21.
28
(moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnnya, yaitu sebagai
berikut:
unsur-unsur kebudayaan.41
41
Topo Santoso dan Eva Achajani Zulfa, Op.Cit. hlm. 10.
29
a. Faktor internal
Faktor internal adalah dorongan atau keinginan pada diri seseorang yang tidak
1) Faktor itelegentia
rendah dan wawasan sosial yang kurang tajam, mereka mudah sekali
2) Faktor usia
Faktor usia adalah faktor yang paling penting dalam sebab musabab nya
kenakalan jauh lebih banyak daripada anak perempuan pada batas usia
pergaulan bebas.
deliquency dan kriminalitas dilakuakn oleh anak pertama dan anak tunggal
pria maupun wanita. Hal ini dapat dipahami karena kebanyakan anak
ahir nya akan mengakibatkan frustasi dan cenderung mudah berbuat jahat.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah dorongan yang datang dari luar diri seseorang, terdiri
dari:
1) Faktor keluarga
terutama bagi anak yang belum sekolah. Keluarga memiliki peran yang
umum nya keluarga broken home ada kemungkinan besar bagi terjadinya
Sekolah adalah sebagai media atau perantara bagi pembinaan jiwa anak-
anak atau dengan kata lain, sekolah ikut betanggungjawab atas pendidikan
terjadi interaksi antar anak dengan sesamanya, juga interaksi antar anak
dengan guru.
lalu memasuki satu unit keluarga baru, dengan subkultur baru yang sudah
32
Keinginan atau kehendak yang tertanam pada diri anak untuk berbuat jahat
Pengaruh film ada kalanya memiliki dampak kejiwaan yang baik, akan
buruk terhadap psikis anak dan mengarahkan anak pada tontonan yang
42
Wagianti Soetedjo. Hukum Pidana Anak. Jakarta, Grahaprahita, 2010. hlm. 9-11.
33
E. Penanggulangan Kejahatan
penal policy atau criminal policy adalah suatu usaha untuk menanggulagi
kejahatan melalui penegakan hukum pidana, yang rasional yaitu memenuhi rasa
berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan,
berupa sarana pidana maupun non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu
berbagai keadaan dan situasi pada suatu waktu dan pada masa mendatang. 43
43
Barda Nawawi Arif. Kebijakan Hukum Pidana. Bandung, Citra Aditya Bakti, 2004, hlm.12
44
Ibid, hlm.13.
34
dalam arti ada keterpaduan antara politik kriminal dan politik sosial; ada
kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum pada era modernisasi dan
globalisasi saat ini dapat terlaksana, apabila berbagai dimensi kehidupan hukum
hukum pidana (penal policy) dikenal dengan istilah “kebijakan hukum pidana”
atau “politik hukum pidana”. Kebijakan hukum pidana (penal policy) merupakan
suatu ilmu sekaligus seni yang mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan
peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik dan untuk memberi
undang dan kepada para pelaksana putusan pengadilan. Kebijakan hukum pidana
(penal policy) tersebut merupakan salah satu komponen dari modern criminal
Penal policy atau politik hukum pidana pada intinya, bagaimana hukum pidana
45
Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, Alumni, 1986, hlm.7.
35
hendak dituju atau dengan kata lain perbuatan-perbuatan apa yang dipandang
perlu untuk dijadikan sebagai suatu perbuatan yang dilarang oleh hukum pidana.
yang baik tidak dapat dipisahkan dari tujuan penanggulangan kejahatan, sebagai
hukum pidana). Oleh karena itu, politik hukum pidana merupakan bagian dari
langkah-langkah yang dibuat dengan sengaja dan benar. Kata politik cendrung
46
Mardjono Reksodiputro, Sistem Peradilan Pidana (Peran Penegak Hukum Melawan Kejahatan),
Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia, 1994 hlm. 23
47
Moh, Busyro Muqoddas, Salman Luthan, dan Muh, Miftahudin, Politik Pembangunan Hukum
Nasional, Yogyakarta, UII PRESS, 1992, hlm. 88
36
umum pidana hanya dapat terjadi di suatu masyarakat yang mengetahui tentang
adanya sanksi (pidana) itu. Dan intensitas pengaruhnya tidak sama untuk semua
lalu lintas, ancaman pidana berat merupakan mekanisme kontrol yang cukup
proses untuk menjadikan suatu perbuatan yang semula bukan kejahatan menjadi
kejahatan.
37
A. Pendekatan Masalah
untuk memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan
atau kajian ilmu hukum, sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk
1. Sumber Data
Berdasarkan sumbernya data terdiri atas data kepustakaan dan data lapangan
sebagai berikut:
48
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1986, hlm.32.
38
2. Jenis Data
Berdasarkan jenisnya data dibagi menjadi data primer dan data sekunder sebagai
berikut:
a. Data Primer, adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan
b. Data Sekunder, adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber
meliputi:
Pidana
Republik Indonesia
3) Bahan Hukum Tersier, yaitu berbagai bahan seperti teori/ pendapat para
C. Penentuan Narasumber
Jumlah : 4 orang
a. Studi Kepustakaan
b. Studi Lapangan
b. Identifikasi data, adalah kegiatan menyusun data yang saling berhubungan dan
merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan
kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-
E. Analisis Data
Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara
ini adalah analisis kualitatif dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode
induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus lalu menarik kesimpulan
yang bersifat umum sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.
78
V. PENUTUP
A. Simpulan
terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor
yang berasal dari dalam diri pelaku, terdiri dari adanya hubungan di dalam
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri pelaku, yaitu pergaulan
remaja yang salah dan perkembangan media massa atau media sosial
dilakukan oleh Polresta Yogyakarta melalui sarana non penal dan penal.
Yogyakarta dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang kejahatan geng motor (klitih) di tengah malam yang terjadi dan
B. Saran
mencegah terjadinya kejahatan geng motor (klitih). Selain itu masyarakat agar
tinggalnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Huda, Choerul. 2006, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan MenujuKepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana tanpa Kesalahan, Kencana. Jakarta
Muladi. 1997. Hak Asasi Manusia. Politik dan Sistem Peradilan Pidana. Badan
Penerbit UNDIP. Semarang.
Nawawi Arief, Barda. 2001. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. PT Citra .
Aditya Bakti. Bandung.
Rahardjo, Satjipto. 1996. Hukum dalam Perspektif Sejarah dan Perubahan Sosial
dalam Pembangunan Hukum dalam Perspektif Politik Hukum Nasional.
Rajawali. Jakarta.
----------. 1997. Polisi Pelaku dan Pemikir. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Santoso, Topo dan Eva Achajani Zulfa, 2012 Kriminologi, Rajawali Pers Jakarta.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
http://jogja.tribunnews.com/2017/12/22/5-pelaku-aksi-klitih-di-jalan-am-sangaji-
yogya-diringkus -polisi-ternyata-mereka-masih-pelajar-smp.
https://kumparan.com/@kumparannews/sejarah-klitih-di-yogyakarta.
https://mojok.co/mod/esai/bicara-klitih-di-yogyakarta-dari-mantan-pelakunya/
https://www.kaskus.co.id/thread/5850db35dc06bde2388b4570/jogja-darurat-
quotklitihquot-savejogja-update/