SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas karunia
dan rahmat-Nya yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya penulis tidak akan mungkin dapat
dalam bentuk bagaimana cara memperoleh data atau cara menulis desain
penelitian skripsi dengan baik dan benar. Karena itu penulis menyampaikan rasa
1. Bapak Prof. Dr. Tamrin Usman, DEA, selaku Rektor Universitas Tanjungpura
Pontianak;
i
6. Ibu Hj. Herlina, S.H M.H,selaku Pembahas Pendamping dalam Penulisan
Skripsi ini;
7. Bapak Sahata Simamora, S.H.M.H, selaku Ketua Bagian Hukum Pidana pada
kasih sayang serta terima kasih kepada Papa,Mama dan Adik, beserta seluruh
keluarga yang telah memberikan Doa dan dukungan kepada Penulis selama ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb
ii
ABSTRAK
iii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I : PENDAHULUAN
E. Hipotesis .................................................................................. 19
iv
F. Pengertian Kriminologi ............................................................ 41
A. Analisis Data............................................................................ 53
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 68
B. Saran ........................................................................................ 69
LAMPIRAN ………………………………………………………………. . 72
v
DAFTAR TABEL
vi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
sendiri, tetapi dapat juga membawa dampak negatif. Dampak negatif ini
untuk menjaga hak-hak atau kepentingan orang lain tersebut agar tidak
berprilaku, maka hukum dan masyarakat dapat menilai perilaku mana yang
boleh dilakukan dan perilaku mana yang tidak boleh dilakukan masyarakat.
tertentu dan agar hukum tersebut ditaati oleh masyarakat, maka hukum
harus dilengkapi pula dengan adanya sanksi yang dapat dijatuhkan kepada
1
2
atau mengambil hak-hak milik orang lain baik berupa materi maupun
adalah mengambil hak-hak milik orang lain dengan cara melakukan suatu
kejahjatan. Hal ini dikarenakan bahwa bukan tidak mungkin ketika seorang
hal ini adalah salah satunya melakukan suatu kejahjatan pencurian, baik
yang isertai dengan kekerasan yang dapat berupa dari pemukulan sehingga
terjadi krisis ekonomi tetapi juga terjadi krisis moral, terjadi peningkatan
beranekaragam. Hal ini dilihat dari segi sosial, ekonomi dan budaya yang
pula. Salah satu fenomena kejahatan yang semakin sering terjadi di kota-
tahun ke tahun pula selalu berkembang dan bertambah banyak dari motif
terdapat sanksi pidana yang harus diterima bagi pelaku kejahatan tersebut
lama sembilan tahun, dan apabila perbuatan tersebut dilakukan oleh dua
orang atau lebih dan menyebabkan luka berat diancam dengan pidana
penjara dua belas tahun, dan apabila akibat dari perbuatan tersebut
untuk penegakan hukumnya sudah pasti melalui proses hukum, mulai dari
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut
di Kota Pontianak;
di Kota Pontianak;
D. Kerangka Pemikiran
1. Tinjauan Pustaka
1
Sudirman Kartohadiprodjo, “Pengantar tata hokum Indonesia “ Hal.11 dan 18.
2
Drs.C.S.T.kasil,SH “Pengantar ilmu Hukum dan tata Hukum Indonesia “, Balai Pustaka.
Jakarta 1989 Hal. 38
8
tindakan).”4
ketentuan pidana.
pada abad ke-19 yang pada intinya merupakan ilmu pengetahuan yang
3
Ibid
4
S.R.Sianturi,SH, “ Asas-asas hukum Pidana Di indonesia dan Penerapannya”, Alumni
Ahaem- Patehaem Jakarta 1996 Hal.9
5
Bambang Poernomo,SH, “ Asas-asas hukum pidana “, Ghalia Indonesia,Jakarta Timur
1983 hal.91
6
Ibid
9
dengan apa yang telah ditentukan dalam kaidah hukum, atau lebih
perintah yang telah ditetapkan dalam kaidah hukum yang berlaku dalam
kejahatan.8
normal (tidak selaras dengan norma) atau abnormal, yang jika dilihat dari
7
Frandana, 2014, Definisi Kamus Hukum Online. Universitas Sumatra Utara.
8
Soedjono. D, 1977, Ilmu Jiwa Kejahatan dalam Studi Kejahatan, Bandung: Karya
Nusantara, hal. 15.
10
masyarakat, sesuai apa yang terkandung dalam prinsip KUHAP yaitu asas
legalitas.10
9
Soerdjono D, Opcit, hal. 19.
10
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
11
lakukanlah proses hukum sesuai dengan prosedur atau aturan hukum yang
11
Moelyana W Kusuma, Kejahatan Penjahat dan Reaksi Sosial, Alumni,Bandung, 1983
hal 3.
12
terjadinya atau timbulya suatu kejahatan yaitu faktor yang berasal atau
dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor keturunan
dan kejiwaan (penyakit jiwa). Faktor yang kedua adalah faktor yang
berasal atau terdapat di luar diri pribadi pelaku. Maksudnya adalah bahwa
timbul dari luar diri pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor rumah
Pengertian Kejahatan
nulla poena sine praevia poenali yang artinya tiada ada suatu perbuatan
12
Ibid, hal 4.
13
Andi Hamzah,Hukum Pidana Dan Acara Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1986,hal
64.
13
perbuatan apa saja yang dapat dikenakan pidana dan pidana yang
dipahami secara benar. Istilah pidana banyak diberikan oleh para ahli.
Menurut Roeslan Saleh, pidana adalah reaksi atas delik dan ini
delik.”14
masyarakat (dalam hal ini negara) dan penderitaan ini hanya dapat
14
A. Hamzah dan Siti Rahayu, 2000, Suatu Tinjauan Ringkas Sistem
Pemidanaan di Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo, hal. 24.
15
W.A Bonger, 2003, Pengantar Tentang Kriminologi, Jakarta: Pustaka Sarjana,
hal. 24-25.
14
kejahatan atau tindak pidana.17 Jadi dalam arti luas hal ini
16
R. Sugandhi, 2001, KUHP dan Penjelasannya, Surabaya: Usaha Nasional, hal.
12-13
17
S.R. Sianturi, 2002, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya,
Cet. 3, Jakarta: Storia Grafika, hal. 204.
15
sosial, ekonomi dan kebudayaan pada masa dan di tempat tertentu). Istilah
samping istilah tindak pidana, ada istilah lain yang dipakai oleh
dan melawan hukum dan diancam pidana dan dilakukan oleh seseorang
Pasal 365
18
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2004, Pokok-pokok Hukum
Pidana, Jakarta: Pradnya Paramita, hal. 54.
16
merusak atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
6. Diaancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, bila
oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah
mulai dari pasal 362 sampai dengan 367, KUHP sendiri telah
1. Pencurian biasa;
3. Pencurian ringan;
bagian yaitu:
1. Pencurian biasa;
3. Pencurian ringan;
2.Kerangka konsep
serta kemanfaatan bagi seluruh warga negara Indonesia pada umumnya dan
khususnya pada Kota Pontianak sehingga tertib hukum yang diinginkan akan
bahwa ke 3 (tiga) tujuan dari hukum tersebut sangat sulit untuk dilaksanakan
secara bersamaan.
19
Prof. Moeljatno, S.H, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), PT. Bumi
Aksara, Jakarta, 2001
20
R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),Politea Bogor, 1989.
18
terhadap hukum positif yaitu hukum pidana. Kejahatan dan pelanggaran yang
diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana bisa dilihat sebagai hukum
ketentuan hukum itu sendiri dan hukum pidana subjektif yaitu ketentuan-
dengan kekerasan yang dilakukan oleh pecandu Narkotika, pada dasarnya hal
dalam hal ini adalah kejahatan pencurian dengan kekerasan yang dilakukan
oleh pecandu Narkotika, maka pada dasarnya agar hal tersebut tidak terjadi
atau dapat kita cegah, bukan hanya tanggungjawab aparat penegak hukum
saja yang harus mencegah hal tersebut terjadi, melainkan tanggungjawab kita
bersama, artinya bahwa agar hal tersebut tidak terjadi maka kita sebagai
pidana, misalnya hal yang paling kecil adalah mencegah anak-anak dan sanak
E. Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hypo (lemah) dan tesis (pernyataan), jadi
hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah, maka perlu dibuktikan untuk
fakta atau data empirik yang telah dikumpulkan dalam penelitian.21 Kemudian
21
Amiruddin, H.Zainal Asikin,Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali
Press, 2010, hal 58.
22
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Social, Bandung: Penerbit Alumni,
1976.
20
F. Metode Penelitian
sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu atau untuk
hubungan antar suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. keadaan
teoritis dengan fakta hukum sebagaimana adanya pada saat penelitian ini
dilakukan.
1. Bentuk penelitian
berlaku serta tulisan dan pendapat para sarjana yang ada relevansinya
mengumpulkan data.
jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumen, atau bahan pustaka,
23
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta :UI Press, 1986, hal 201
21
yang menjadi teknik dan alat pengumpulan data penulis yaitu teknik
penelitian ini, yaitu dua orang hakim dan Ketua Pengadilan Negeri
responden.24
1. Populasi
atau seluruh unit yang akan diteliti atau dapat dikatakan populasi
24
Kerlinger, Fred N, Asas-asas Behavioral, Diterjemahkan Landung R. Simatupang,
gajah Mada University Press, Yogyakarta,Cet, Kelima, 1996, hal 770
25
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1988,hal, 52.
22
kasus-kasus, waktu atau tempat, dengan sifat atau ciri yang sama.26
Pontianak.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data dalam
berikut :
26
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007, hal 118.
27
Amiruddin, H.Zainal Asikin,Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali
Press, 2010, hal 95.
28
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES,
Jakarta, 1981, Halaman 125.
23
BAB II
PENGERTIAN TINDAK PIDANA, PENCURIAN,
KEKERASAN, NARKOTIKA, KRIMINOLOGI
Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah stratbaar feit dan dalam kepustakaan
istilah peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana. Tindak
dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam
Tindak pidana merupakan suatu dasar yang pokok dalam menjatuhi pidana
pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar pertanggung jawaban
seseorang atas perbuatan yang telah dilakukannya, tapi sebelum itu mengenai
dilarang dan diancamnya suatu perbuatan yaitu mengenai perbuatan pidanya sendiri,
yaitu berdasarkan azas legalitas (Principle of legality) asas yang menentukan bahwa
tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan
terlebih dahulu dalam perundang-undangan, biasanya ini lebih dikenal dalam bahasa
latin sebagai Nullum delictum nulla poena sine praevia lege (tidak ada delik, tidak
ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu), ucapan ini berasal dari von feurbach,
sarjana hukum pidana Jerman. Asas legalitas ini dimaksud mengandung tiga
pengertian yaitu tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau
23
24
hal itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang, Untuk
sifat-sifat yang ada dalam suatu tindak pidana adalah sifat melanggar hukum,
suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana, dan pelaku
29
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana, Bina
Aksara, Yogyakarta, 1983, hal. 55
30
` Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Iindonesia, Bandung, Refika
Aditama, 2003, hal 1
31
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, PT.Eresco Bandung,
1989, hal 55
25
pidana adalah suatu perbuatan yang bertentangan dengan tata atau ketertiban
yang dikehendaki oleh hukum, syarat utama dari adanya perbuatan pidana
maka dapat kita simpulkan bahwa pengertian dari tindak pidana yang
merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai atau melanggar suatu aturan
hukum atau perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum yang disertai dengan
melakukan atau orang yang menimbulkan kejadian tersebut. Dalam hal ini
pelaku perbuatan pidana atau pelaku tindak pidana. Akan tetapi haruslah
diingat bahwa aturan larangan dan ancaman mempunyai hubungan yang erat,
aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang siapa
32
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan pertanggungjawaban Pidana, Bina Aksara baru,
Jakarta, 1983, hal 9.
26
Kemudian maksud dan tujuan dari istilah tindak pidana, perbuatan melanggar
hukum dan lain sebagainya adalah untuk mengalihkan bahasa dari istilah
pengertiannya, juga oleh karena sebagian besar kalangan ahli hukum belum
selain itu juga ditengan-tengan masyarakat juga dikenal istilah kejahatan yang
unsur subjektif dan unsur objektif. Maksud dari unsur subjektif itu sendiri
yaitu unsur-unsur yang melekat pada diri pelaku atau yang berhubungan
dengan diri pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang
dan lain-lain;
e. Perasaan takut yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana
meliputi :
1. Teori Klasik
Teori ini muncul di Inggris pada pertengahan abad ke-19 dan tersebar di
pertimbangan rasa senang dan rasa tidak senang (sakit). Setiap manusia
berhak memilih mana yang baik dan mana yang buruk, perbuatan mana
33
Made Darma Wede, 1996, Kriminologi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
hal. 15-20.
29
rasa sakit yang diperoleh dan perbuatan tersebut. That the act which i do
is the act which i think will give me most pleasure. Lebih lanjut menurut
Beccaria bahwa:
Konsep keadilan menurut teori ini adalah suatu hukuman yang pasti
tersebut.
30
dikontrol oleh rasa ketakutannya terhadap hukum. Ciri khas teori neo-
34
Purnianti dan Moh. Kemal Darmawan. 1994. Mashab Dan Penggolongan Teori
Dalam Kriminologi, Citra Aditya Bakti: Bandung, hal.30.
31
atas dasar rasio dan intelegensia dan karena itu bertanggung jawab atas
3. Teori Kartografi/Geografi
sosial yang ada. Dengan kata lain bahwa kejahatan itu muncul disebabkan
4. Teori Sosialis
Teori sosialis mulai berkembang pada tahun 1850 M. Para tokoh aliran
ini banyak dipengaruhi oleh tulisan dari Marx dan Engels, yang lebih
32
5. Teori Tipologis
asumsi bahwa terdapat perbedaan antara orang jahat dengan orang yang
yaitu:35
35
Ibid, hal.16
36
Ibid, hal.17.
34
Setiap penjahat adalah orang yang otaknya lemah, karena orang yang
otaknya lemah tidak dapat menilai perbuatanya, dan dengan
demikian tidak dapat pula menilai akibat dari perbuatanya tersebut
atau menangkap serta menilai arti hukum.
kejahatan.
6. Teori Psikiatrik
karena pewaris. Pokok teori ini adalah organisasi tertentu dari pengaruh
situasi-situasi sosial.
7. Teori Lingkungan
Teori ini biasa juga disebuat sebagai mazhab Perancis. Menurut teori
37
Ibid, hal.18.
35
luar negeri seperti televisi, buku-buku serta film dengan bebagai macam
tingkat kejahatan.
8. Teori Biososiologis
Tokoh dari aliran ini adalah A,D, Prins,Van Humel, D. Simons dan lain-
seperti keadaan psikis dan fisik dari si penjahat dan juga karena faktor
lingkungan yang baik tidak ada atau sulit untuk terjadinya tindak
tindak pidana.
38
Ibid, hal.20.
36
D. Pengertian Pencurian
barang milik orang lain. Kemudian dari segi bahasa (etimologi) penurian
berasal dari kata “curi” yang mendapat awalan “pe” dan memperoleh
Askhiran “an”. Dan arti dari pada curi adalah sembunyi-sembunyi atau
diam-diam atau tidak dengan cara yang sah atau juga melakukan pencurian
tersebut. Orang yang mencuri barang yang merupakan barang milik orang
barang milik orang lain secara tidak sah atau dengan cara melawan hukum.
E. Pengertian Kekerasan
kata sifat yang dibentuk dari akar kata “jahat” yang berarti sangat jelek,
buruk dan sangat tidak baik.Pengertian ini mengacu kepada prilaku atau
a. Dari sudut pandang hukum (a crime from the legal point of view),
b. Dari sudut pandang masyarakat (a crime from the social point of view),
dalam masyarakat.
perihal yang berciri atau bersifat keras dan atau perbuatan seseorang atau
lain. Maksud daripada penjelasan ini adalah bahwa kekerasan kekerasan itu
luka, cacat, sakit atau penderitaan pada orang lain. Salah satu unsur penting
yang harus adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan atau tidak adanya
berbeda. Kata “violence” diartikan di sini sebagai suatu serangan atau invasi
Mansour Faqih itu menunjuk pengertian kekerasan pada objek fisik maupun
fisik-fisik tertentudan dapat pula yang terjadi adalah kekerasan fisik namun
berdampak lebih lanjut pada aspek psikologis. Orang yang menjadi korban
38
tidak kecil secara tidak syah misalnyamemukul dengan tangan atau dengan
terdapat dalam pasal 89 juga telah diatur terkait megenai kekerasan, yang
bunyi dari pasal tersebut adalah membuat orang pingsan atau tidak berdaya
39
S.R. Sianturi, 1986, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Alumni
Ahaem-Petehean, Jakarta.
40
R. Soesilo, 1996, KUHP dan Komentar-Komentarnya Lengkap, Politeia, Bogor
39
kejahatan dengan kekerasan ini Pasal 170 KUHP (Moeljatno, 1996 : 65)
menjelaskan bahwa :
peperangan;
dari masyarakat.
dalam kejahatan.
terorganisir.
bawah yang tingkat ekonominya lebih rendah atau lebih kecil, mudah untuk
sumber-sumber daya.
F. Pengertian kriminologi
Pengertian Kriminologi
kata “crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang
Kriminologi tidak hanya tentang peristiwa dan bentuk kejahtan, tetapi juga
41
Romli Atmassasmita, 2010, Teori dan kapita selekta Kriminologi, Bandung,
hal. 3.
42
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2010, Kriminoiogi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, hal. 9.
43
pengetahuan.”44
waktu dan tempat yang berbeda, cirri-ciri khas pelaku kejahatan, seperti
43
Indah Sri Utari, 2012, Aliran dan Teori dalam Kriminologi, Thafa Media, Semarang,
hal.3.
44
Ibid, hal 4.
45
Made Darma Weda, 1996, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.2.
44
yang terjadi merupakan suatu akibat dari beberapa sebab yang dapat
pencurian ringan.
berlaku di masyarakat.
hukuman.”46
warga masyarakat.
ilmiah).
46
W.A Bonger, 1981. Pengantar Tentang Krimiologi, PT.Pembangunan, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hal 9-10.
47
d. Usia, jenis kelamin dan ciri khas lainnya dari pelaku kejahatan;
menyimpang yang selalu ada dan melekat pada setiap masyarakat, dan tidak
masalah dunia, artinya bahwa kejahatan akan selalu ada dalam setiap
ke waktu.
47
Romli Atmasasmita, Op. Cit, hal. 2.
48
A.S. Alam, 2010, Pengantar Kriminologi. Makassar: Pustaka Refleksi, hal 45-46.
48
yang sah (legitimate means) untuk mencapai tujuan tersebut seperti gaji
tinggi, bidang usaha yang maju dan lain-lain, mereka menjadi frustasi dan
kelompok domain.
norma baru yang tumbuh dalam proses dan pergeseran sosial yang
1. Pelaku
faktor yaitu :
d. Kelainan-kelainan fisik.
e. Lingkungan.”49
ii. Kesengsaraan.
iv. Alkoholisme.
49
Yurisal D. Aesong, 2013, Sebab dan Masalah Kejahatan, pada 15 November 2014,
hal.15.
16.Ibid, hal 16
50
v. Kurangnya Peradaban.
2. Korban
Dilihat dari sudut pandang korban bahwa suatu tindak pidana penurian
1. Upaya Represif
dari ahli psikologi maupun ahli sosial dari BISPA sehingga diketahui
50
51
denda
1. Pidana tidak terletak pada prsoalan tujuan yang hendak dicapai tapi
menggunakan paksaan.
2. Upaya Preventif
BAB III
PENGOLAHAN DATA
A. Analisis Data
Sebagai langkah awal dari analisis data ini terlebih dahulu perlu
wilayah hukum Kota Pontianak tiga tahun terakhir mulai dari tahun 2011
hingga tahun 2014. Untuk lebih jelasnya dapat diketahui pada tabel berikut :
53
54
TABEL 1
PONTIANAK
No. Tahun F %
1 2012 10 27,7
2 2013 11 30,5
3 2014 15 41,6
Jumlah 36 100
Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 terjadi 10
sebanyak 41,6%.
kekerasan selama kurun waktu mulai tahun 2012 hingga tahun 2014 masih
55
dengan kekerasan agar masyarakat dapat hidup aman, tenang dan damai dan
TABEL 2
lingkungan, faktor dendam, dan faktor dari diri sendiri tidak ada.
berikut ini :
TABEL 3
1 1 - Tahun 3 100
2 6 -10 tahun - 0
3. Di atas 10 Tahun - 0
3 100
TABEL 4
3. Malam hari 1 40
3 100
Dari tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa waktu, kondisi dan situasi
malam hari, dan tidak ada responden yang menjawab pelaku melakukan
narapidana dari korban dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
TABEL 5
No Alternatif F %
2. Handphone 1 33,3
Jumlah 3 100
Pada tabel di atas mengenai barang atau objek apa yang dicuri
menjawab bahwa barang atau objek apa yang dicuri narapidana tindak
60
dari korban adalah beraneka ragam. Hal ini dilakukan oleh narapidana
TABEL 6
No Alternatif F %
2
1. GANJA 60
1
2. KOKAIN 40
Jumlah 3 100
TABEL 7
No Alternatif F %
1. Memukul 2 60
Jumlah 3 100
TABEL 8
No Alternatif F %
2. Sering 2 60
3. Kadang kadang 1 40
Jumlah 3 100
Tidak ada responden yang menjawab baru pertama kali melakukan kejahatan
TABEL 9
No Alternatif F %
1. meningkatkan patroli oleh 2 60
penegak hukum
Jumlah 3 100
patroli pada tempat tempat yang disinyalir rawan terjadi pencurian dengan
macam kasus;
Kewenangan
membeli narkotika
kejahatan lain
lain maka akan diproses sesuai dengan ketentuan huum yang berlaku
B. Pembuktian Hipotesis
menggunakan Narkotika.
Memukul.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
membeli narkotika;
penyalahgunaan narkotika;
kewaspadaan.;
B. Saran 68
sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah,Hukum Pidana Dan Acara Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1986.
Kansil CST, Pengantar Ilmu HALukum dan Tata HALukum Indonesia, PN.Balai
Pustaka, 197
70
7171
Satochid kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Dua, Balai Lektur
Mahasiswa.