SKRIPSI
Oleh:
M FIRMAN ZULFAN
NIM. 19111.110.69
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BHAYANGKARA
SURABAYA 2023
PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP
SKRIPSI
Oleh:
M FIRMAN ZULFAN
NIM. 19111.110.69
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BHAYANGKARA
SURABAYA
2023
i
USULAN PENELITIAN SKRIPSI INI TELAH
Oleh
Pembimbing
Juli Nurani,S.H.,M.H
Mengetahui:
Siti Ngaisah,S.H.,M.H
ii
HALAMAN PENETAPAN TIM PENGUJI
Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Hukum
1. Dr.Yahman.,S.H.,M.H. (.......................................)
Mengesahkan,
iii
SURAT PERNYATAAN
NIM : 1911111069
Bhayangkara Surabaya adalah benar benar hasil karya cipta sendiri, yang saya
buat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan bukan hasil jiplakan (plagiat).
Apabila di kemudian hari ternyata Skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya serta dengan penuh
M. Firman Zulfan
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT, berkat rahmatserta
kematian ( studi di wilayah polda jatim)”. Proposal skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada fakultas hukum
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami
v
6. Staf Akademik di Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Surabaya,
sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda saya dan
dengan sabar mendidik saya untuk menjadi anak yang lebih baik lagi
9. Dan tak lupa para sahabat pembangkang terima kasih sudah selalu
10. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam
skripsi ini, maka dengan kerendahan hati penulis mengharap masukan yang
bermanfaat dari para pembaca sekalian untuk memberikan kritik dan saran-saran
Penulis,
M. Firman Zulfan
vi
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Tinjauan Terhadap Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Anak
Dibawah Umur Diwilayahn kepolisian jawa timur. yang sering terjadi
pelanggaran lalu lintas baik yang disengaja maupun tidak di sengaja mungkin
karena sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku pelanggaran lalu lintas tersebut
terlalu ringan maka tidak heran jika makin banyak terjadi pelanggaran lalu lintas.
Tujuan penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan
terjadinya pelanggaran lalu lintas oleh anak di bawah umur dan untuk Untuk
mengetahui penerapan hukum terhadap tindak pidana pelanggaran lalu lintas yang
dilakukan oleh anak dibawah umur Dalam pembahasan judul ini penulis ingin
memberikan penjelasan mengenai proses pertang gungjawaban pidana terhadap
seseorang yang masih dibawah umur yang melakukan pelanggaran pidana.
Belakangan ini banyaknya anak-anak dibawah umur yang sering melakukan
perbuatan pidana dan bahkan sampai menghilangkan nyawa orang lain. Perbuatan
pidana yang dilakukan sering terjadi di jalan raya, dengan ini menimbulkan
kehawatiran masyarakat karena anak-anak yang masih dibawah umur sering
menimbulkan bahaya yang mengancam keselamatan, karena menggunakan alat
trasnportasi mobil dan motor tidak dengan aturan yang telah ada. Banyaknya
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan anak yang masih dibawah umur, sangat
meresahkan masyarakat karena tidak jarang kecelakaan lalu lintas menimbulkan
korban dan tabrakan hingga beberapa nyawa melayang. Aksi anak di bawah umur
mengendarai mobil dan motor sudah bukan pemandangan yang luar biasa. Tanpa
adanya kerjasama dari masyarakat khususnya pihak sekolah dan orang tua, maka
akan terjadi kecelakaan yang tidak diharapkan
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
BAB I..................................................................................................................................
PENDAHULUAN..............................................................................................................
A. LATAR BELAKANG MASALAH................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................
C. TUJUAN PENELITIAN...............................................................................................
D. MANFAAT PENELITIAN...........................................................................................
E. KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................
1. Pertanggung jawaban pidana.....................................................................................
2. Pengertian tindak pidana...........................................................................................
3. Kesengajaan dan kealpaan.........................................................................................
4. Anak..........................................................................................................................
5. Faktor – factor penyebab kecelakaan........................................................................
F. METODE PENELITIAN..............................................................................................
1. Jenis penelitian..........................................................................................................
3. Sumber bahan hukum dan data..................................................................................
4. Prosedur pengumpulan bahan hukum dan data.........................................................
5. Metode analisis data dan pengelolaan bahan hukum................................................
6. Lokasi penelitian.......................................................................................................
G. SISTEMATIKA PENULISAN.....................................................................................
BAB II..............................................................................................................................
A. Ketentuan Umum Pelanggaran lalu lintas ...................................................................
B. Ketentuan Hukum Terhadap Anak Di Bawah Umur Yang Mengakibatkan
Meninggalnya Orang Lain Dalam Kecelakaan Lalu Lintas
…………......358
BAB III.............................................................................................................................
A. Bentuk Sanksi Terhadap Anak Di Bawah Umur Yang Menghilangkan
Nyawa Orang Lain.......................................................................................................
BAB IV.............................................................................................................................
A. KESIMPULAN.............................................................................................................
ix
B. SARAN.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN
jawa timur. Persoalan masalh ini sering kali dikaitkan dengan bertambahnya
dan kepadatan di jalan raya. Lalu lintas kendaraan yang beraneka ragam serta
umur menjadi perhatian serius bagi orang tua dan pemerintah. Longgarnya
rentan menjadi pelaku dan korban kecelakaan lalu lintas.Anak sebagai pelaku
tindak pidana disebut dengan anak yang delikuen atau dalam hukum pidana
bahwa juvenile delinquency adalah setiap perbuatan atau tingkah laku seorang
anak di bawah umur 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin yang
pidana mengandung makna bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana
nilai moral atau kesusilaan umum yang dianut oleh suatu masyarakat atau
untuk menentukan sanksi atas pertanggung jawaban oleh anak tersebut. Pada
1
Romli Atmasasmita, Problema Kenakalan Anak-Anak Remaja, (Bandung: Armico,
1983). hal. 40
2
Andi Hamzah. Asas-Asas Hukum Pidana,Jakarta:Rineka Cipta, 2001, hlm.12
3
Hanafi, Mahrus, Sisitem Pertanggungjawaban Pidana, Cetakan pertama, Jakarta,
Rajawali Pers, 2015, hlm.16
3
jalan raya itu sendiri sehingga membawa resiko bagi semua yang terlibat
untuk menentukan sanksi atas pertanggung jawaban oleh anak tersebut. Pada
jalan raya itu sendiri sehingga membawa resiko bagi semua yang terlibat
dalam pemakainya.4
berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang
telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas)
pembalasan.
4
Saleh Muliadi, Tinjauan Tentang Kewajiban Penggunaan Helem Dalam Hubungannya
Dengaan Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan,Skripsi, STRATA 1- Universitas
Hasanudin, Ujung Pandng, 1986 hlm
4
orang tua wali/orang tua asuh, hubungan antara anggota keluarga, keadaan
pada waktu dilakukan perbuatan atau yang terjadi kemudian dapat dijadikan
Banyaknya kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anak dibawah umur dan
penyebabnya yaitu kurangnya pengawasan oleh orang tua serta pihak yang
maupun roda dua tanpa memiliki SIM, hal ini mengakibatkan seorang anak
serta Pelanggaran kedua yang dilakukan oleh anak yaitu pelanggaran pidana,
benda.
seakanakan tidak dapat dihindari, karena dari tahun ke tahun terus meningkat.
Tidak disiplin dalam berkendara juga menunjukkan bahwa tidak ada etika
berkendara. Faktor usia adalah salah satu faktor yang penting dalam timbulnya
suatu kejahatan atau kenakalan anak. Dimana dalam hal ini usia anak
dianggap belum mampu untuk mengontrol emosinya atau emosi anak yang
Hal inilah yang dapat menyebabkan anak melakukan suatu pelanggaran lalu
No 22 Thn 2009 tentang LAJ, pada kenyataannya masih belum bisa terwujud
karena tingkat kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi dan meresahkan
kejadian yang paling sulit di prediksi kapan dan dimana terjadinya musibah
kecelakaan lalu lintas acap kali terjadi. Sekelumit persoalan muncul menjadi
faktor penyebab terjadinya angka kecelakaan lalu lintas yang cukup tinggi,
antara lain faktor manusia (human error), faktor sarana seperti kelayakan
Kecelakaan lalu lintas dapat juga dialami akibat pelanggaran oleh. Anak-
anak dapat menjadi pelaku adanya kecelakaan lalu lintas serta perbuatan
sebagaimana sanksi yang telah diatur oleh UU Nomor 22 Thn 2009 tentang
LAJ dalam Pasal 310 ayat (3) dan ayat (4). Yaitu :
korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4)
6
Anggela N. Mogi. Pertanggungjawaban pidana anak dalam perkara kecelakaan lalu
lintas , Lex Crimen, Vol. IV No. 2. 2015, hlm. 80
7
Darwan Prinst, Hukum Anak di Indonesia,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997, hlm.
2
7
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan /denda
Ayat (4) Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
Ketentuan sanksi pelanggaran pidana yang diatur dalam pasal 310 ayat (3)
dan ayat (4) dimaksudkan untuk memberikan efek jera terhadap seseorang
(UU SPPA), ringannya perbuatan, keadaan pribadi anak, atau yang terjadi
dan kemanusiaan.
Kasus pelanggaran lalu lintas yang telah tertulis diatas perlu adanya tindak
lanjut supaya aturan hukum harus bisa diterapkan dan memberikan kepastian
pelanggaran lalu lintas. Sudah menjadi tugas berat dalam aparat kepolisian
kendaraan bermotor roda dua maupun kendaraan bermotor roda empat, karena
kerugian bagi mereka sendiri. Anggota kepolisian lalu lintas sebagai pencegah
pengaman) dan fungsi bestuur dalam hal perizinan atau begunstiging ( misal
anak tidak hanya dari peran orang tua saja, akan tetapi dari pihak kepolisian
lalu lintas yang dilakukan oleh pengendara anak. Polisi lalu lintas adalah unsur
bidang lalu lintas guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas.9
atau yang sudah memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) akan tetapi
8
Soerjono Soekanto 2, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah-Masalah
Sosial, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989, h.58.
9
http://www.repository.usu.ac.id, diakses lewat internet tanggal 28 januari 2023, 22:38.
9
bermotor sudah banyak melakukan pelanggaran lalu lintas. Sudah jelas diatur
dalam Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang No.2 Tahun 2009 yaitu ; Untuk
dan lulus ujian. Bagian terpenting dari suatu sistem pemidanaan adalah
mengenai apa yang seharusnya dijadikan sanksi dalam suatu tindak pidana
Jenis dan karakteristik perbuatan tersebut tidak ada bedanya dengan tindak
pidana yang dilakukan oleh orang dewasa.11 Pelanggaran yang dilakukan oleh
anak bukan hanya dari satu faktor saja namun banyak faktor yang
10
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana Kajian Kebijakan
Kriminalisasi dan Deskriminalisasi, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005.h.82.
11
Endang Sri Melanie, Pelanggaran Hak-Hak Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana
Sebelum Pemutusan Perkara, Kontras media, Yogyakarta, 2004, hlm. 37
12
Muhhamad Mustofo, Kriminologi : Kajian Sosiologi terhadap Kriminalitas, Perilaku
Menyimpang dan Pelanggaran Hukum, Fisip UI Press, 2007, hlm.25
10
pidana lalu lintas yang akan dituangkan dalam sebuah skripsi dengan judul “
JATIM)
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN PENELITIAN
kota Surabaya.
Surabaya.
4. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
5. KAJIAN PUSTAKA
kesalahan (green straf zonder schuld; Actus non facid reumnisimen sis rea)
12
asas in tidak dalam hukum tertulis melainkan dalam buku tertulis yang
disasan orang kalau telah melanggar ketentuan dia diberi pidana denda
atau rampas.
dijalankan atas pelanggaran tetapi sejak adanya arrest susu dari HR 1969
Selain dari dua hal di atas orang juga dapat melakukan perbuatan pidana
dari asas legalitas yang harus dirumuskan secara eksplisit dalam undang-
undang. Ditegaskan dalam konsep (pasal 35), bahwa, “asas tiada pidana
hingga orang itu dapat dicela karena melakukan perbuatan tadi. Dan
sebagai berikut:
dipadana. Sebab pada pertamanya pasal 37 (44 KUHP) juga berlaku bagi
Tetapi pasal tersebut tidak dapat digunakan atas dasar umur yang masih
tidak dipidana jika tidak ada kesalahan dia dapat dikecualikan. Jadi,
tidak dapat dipidananya anak yang demikian itu tidak didasarkan atas
suatu pasal dalam wet, melainkan atas hukum yang tidak tertulis.
tidak baik sesuai baginya. Bagi mereka tidak ada guna diadakan
Tindak pidana berasal dari suatu istilah dalam hukum belanda yaitu
13
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana.. Renika Cipta.Cetakan 8. Jakarta ,2009, hal.165
16
dari bahasa latin delictum. Hukum pidana negara Anglo Saxon memakai
yang menjadi unsur tindak pidana. Menurut moeljatno hanya lah unsur
– unsur yang melekat pada criminal act (perbuatan yang dapat dipidana).
Moeljatno, Asas – Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal 59
14
Abdoel Djamali, Pengantar hukum Indonesia, Raja Grafindo persada, Edisi Revisi, Jakarta, 2008.
15
Hal, 200
17
a) Kesengajaan
dalam KUHP. Lain halnya dengan KUHP Swiss dimana dalam pasal
itu dengan sengaja Definisi seperti ini, dalam Memorie Van Toelicting
itu dalam teori tentang hal ini ada dua aliran, yaitu :
16
Roeslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara Baru, Cetakan I, Jakarta, 1987, Hal, 4
18
b) Kealpaan
serius. wet harus bertindak pula terhadap mereka yang tidak berhati-
17
Moeljatno.Asas-Asas Hukum Pidana. Renika Cipta.Cetakan ke5.Jakarta, 1993. hal.171
19
bidang hukum pidana adalah unsur kesengajaan, atau opzet. Jika ada
akibat dari apa yang ia perbuat Disini dikaitkan dengan teori kehendak
itu.
9. Anak
(Minderjarig under voordij). Pengertian anak itu sendiri jika ditinjau lebih
tempat, waktu dan untuk keperluan apa hal ini juga dapat mempengaruhi
dan anak yang menjadi korban tindak pidana selanjutnya disebut sebagai
anak korban adalah anak yang belum berumur 18 tahun yang mengalami
sendiri.
laki itu belum keluar sperma dan bagi perempuan belum haid atau ihtilam
19
Abdussalam,Hukum Perlindungan Anak, (Restu Agung, Jakarta 2007) h 5.
20
Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ al Jina’i al –Islami, Juz I, (Lebanon: Dar Al-Kutub Al
Ilmiyah, 2001), h. 603 .
21
Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, Juz II, (t.p.: Wahriyai al-Kitab al – Arabiyah, t.t.), h.
211.
22
menyebrang jalan.
yang ada.
2) Kendaraan
selip.
secara optimal.
3) Lingkungan
diperbaiki.
lintas.
licin.22
22
Di akses melalui internet pada tanggal 29 januari 2023, pukul 23.30
23
Agar penelitian berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang dapat
tertentu. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
langsung dan menganalisa peristiwa secara nyata. Dalam hal ini mengenai
2. Pendekatan Masalah
dilakukan dengan pemilihan satu atau sejumlah teori yang relevan untuk
a) Tindak pidana
2009), hlm. 4.
24
culpa)
Pencurian, Penipuan
24
Dikutip oleh Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad, Intisari Hukum Pidana, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 26.
25
Leden Merpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005),
hlm. 9.
25
KUHP;
kenyataan akibat.
b) Pembunuhan
26
Dekdipbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 157.
26
c) Kejahatan
d) pengertian anak
dan seimbang.28
tahun, pendewasaan.
28
https://www.bersosial.com/threads/pengertian-anak-menurut-para-ahli-adalah, di akses
pada hari rabu tanggal 18 januari 2023, pukul 01.00 WIB.
28
b. Anak terlantar
disebabkan :
tuanya.
Pasal 2
1. Pelindungan;
2. Keadilan;
3. Nondiskriminasi;
8. Proporsional;
dan;
10.Penghindaran pembalasan.
mendapatkan perlindungan.
yang dilakukan anak, keadaan kondisi fisik, mental dan sosial anak.
diperbuatnya.29
a. Data primer
29
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam sistem Peradilan Anak di
Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 30.
31
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk mencari data terkait
b. Data sekunder
Perlindungan Anak;
Kesejahteraan Anak;
pembahasan.30
sesuai dengan pokok permasalahan dan data yang diperoleh akan disusun
5. Lokasi penelitian
lokasi yang dipilih oleh peneliti adalah kepolisian daerah jawa timu (polda
jatim).
Penulisan Hukum yang disusun oleh penulis terdiri dari 5 (lima) bab yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Pembagian bab per bab ini
BAB II: Bab ini menguraikan mengenai pengertian lalu lintas dan
BAB III: Bab ini menguraikan sanksi terhadap anak dibawah umur yang
BAB II
31
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian, Fungsi
Teknis Lalu Lintas, (Semarang: kompetensi Utama, 2009), h. 6
36
Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 326, pelanggaran yang disengaja terjadi
apabila pasal ini dilanggar.
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Menteri Kehakiman, Jaksa
Agung, dan Kapolri, dalam putusannya tertanggal 23 Desember 1992,
mencantumkan 27 jenis pelanggaran lalu lintas yang terbagi dalam tiga
kategori::
1. Klasifikasi pelanggaran ringan
2. Klasifikasi pelanggaran sedang
3. Klasifikasi jenis pelanggaran berat
32
Kartini Kartono, 1995, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Mandar Maju,
Bandung, hlm. 9.
33
Kartini Kartono, 2014, Patologi Sosial Jilid 1, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
hlm.300.
41
34
Soerjono Soekanto, 1990, Polisi Dan Lalu Lintas (Analisis Menurut Sosiologi Hukum),
Mandar Maju, Bandung, Hlm. 5.
42
35
Heri Tahir, 2010, Proses Hukum Yang Adil Dalam Sistem Peradilan Pidana Di
Indonesia, LaksBang PRESSindo Yogyakarta, Yogyakarta, Hlm. 5.
43
TAHUN
N
USIA JAN SD
O 2020 2021 2022
MEI 2023
1 USIA 0-4 TAHUN 422 410 635 285
BAB III
pembalasan dan teori tujuan. Teori ini terbagi menjadi 2 golongan (titik
berat pada teori pembalasan dan titik berat pada usaha mempertahankan
ketetiban pada masyarakat)37.
Kepentingan terbaik anak sekarang dan di masa depan harus
diperhitungkan saat menetapkan kesalahan kriminal kepada anak-anak.
Bahkan di zaman sekarang ini, anak-anak dapat bertindak dengan cara
yang dilakukan orang dewasa, baik dengan cara yang baik atau buruk. Bisa
dibayangkan jika anak-anak memiliki niat untuk mencapai apapun.
Kapasitas mental anak saat ini tidak sesuai dengan usianya, sehingga
memungkinkan untuk menegaskan bahwa dia benar-benar memahami
perbedaan antara benar dan salah. Seorang anak mungkin memiliki niat
buruk sebelum melakukan kejahatan.
Perbuatan menghilangkan nyawa seseorang yang dikenal dengan
pembunuhan dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu kejahatan
terhadap nyawa yang didasarkan pada komponen rasa bersalah dan
kejahatan terhadap nyawa yang didasarkan pada unsur benda, dalam hal
ini nyawa seseorang. Kejahatan terhadap nyawa yang didasarkan pada
aspek kesalahan, seperti kejahatan yang dilakukan dengan sengaja atau
tidak sengaja, diatur dalam Bab XIX jilid II KUHP, yang terdiri dari 13
pasal mulai dari Pasal 338 dan berakhir dengan Pasal 350. Kejahatan
terhadap nyawa yang tidak disengaja adalah diatur berdasarkan Bab XXI
Pasal 359 undang-undang.
Unsur-unsur tindak pidana pembunuhan adalah sebagaimana pada
Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan biasa dengan bunyi pasal “Barang
siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, di pidana karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.
Rincian unsurnya adalah unsur obyektifnya yaitu “menghilangkan nyawa
orang lain”, dan unsur subyektifnya: dilakukan “dengan sengaja”. Pasal
338 KUHP tentang perbuatan menghilangkan nyawa orang lain tersebut
harus memenuhi 3 (tiga) syarat, yaitu: adanya wujud/bentuk dari suatu
37
Surya Dharma jaya. Et.al, 2016, Klinik Hukum Pidana, Udayana Press, Denpasar, h.
117.
46
residiv Pasal 8 menyangkut para pihak yang turut serta dalam upaya
diversi dengan melalui proses musyawarah dan asas diversi Pasal 9
pertimbangan para apart penegak hukum dalam proses melakukan diversi
dan kesepakatan diversi Pasal 10 lanjutan Pasal 9 atau jo Pasal 9 Pasal 11
mengenai bentuk hasil kesepakatan diversi Pasal 12 lanjutan Pasal 11 atau
jo Pasal 11 dan syarat pihak dalam penyampaian hasil kesepakatan diversi
beserta kurung waktu penyampaian kesepakatan diversi terhitung sejak
kesepakatan tersebut dicapai untuk memperoleh penetapan dan jangka
waktu penetapan serta sampai pada penerbitan penetapan penghentian oleh
penyidik dan penuntut umum.
Menurut Pasal 14 ayat 1, atasan langsung pejabat yang berwenang
pada setiap tingkat pemeriksaan bertanggung jawab mengawasi proses
diversi dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan darinya. Menurut
ayat (2), Community Advisor diharapkan memberikan dukungan, arahan,
dan pengawasan selama proses diversi sampai dengan berlakunya
kesepakatan diversi. Menurut ayat (3), dalam hal perjanjian pengalihan
tidak dilaksanakan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Penasihat
Masyarakat segera memberitahukan kepada pejabat yang ditunjuk pada
ayat (1) tentang tidak dilaksanakannya perjanjian pengalihan. Pejabat yang
bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dijelaskan pada
ayat (4).wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama 7 (tujuh)
hari. Tahapan-Tahapan diversi terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor
62 Tahun 2012 wajib dilakukan pada tahap penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di pengadilan melalui persidangan.
Terhadap anak yang sudah ditangkap oleh polisi, diversi dapat
dilakukan oleh polisi (diskresi) tersebut kepada anak tanpa dengan
meneruskannya ke jaksa penuntut umum. Kemudian jika kasus tersebut
sudah sampai di tahap pengadilan, hakim berwenang sesuai dengan
kehendaknya melakukan peradilan sesuai dengan prosedurnya dan
mengutamakan anak agar bebas dari penjatuhan pidana penjara. Apabila
anak ternyata terbukti bersalah dan hakim menjatuhkan pidana penjara
50
sehingga anak telah berada di dalam Lapas Anak tersebut maka petugas
Lapas Anak dapat membuat suatu kebijakan diversi terhadap anak
sehingga anak dapat dilimpahkan ke lembaga sosial, atau sanksi alternatif
yang lebih berguna untuk masa depannya40. Kasus Pembunuhan dalam hal
ini dilakukan oleh anak tidak dapat untuk ditempuhkan proses diversi oleh
karena sebagaimana dalam pasal 7 Undang-Undang SPPA dijelaskan
bahwa diversi itu sendiri dapat dilakukan hanya apabila ancaman
pidananya dibawah 7 tahun dan bukan merupakan pengulangan tindak
pidana, sedangkan kasus pembunuhan itu sendiri menurut pasal 338
KUHP ancaman pidananya 15 tahun untuk orang dewasa sedangkan untuk
anak yang melakukan delik tersebut maka dikurangi ½ dari ancaman
pidana orang dewasa yakni 7,5 tahun.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
tidak mengikuti ketentuan pidana pada Pasal 10 KUHP, dan membuat
sanksinya secara tersendiri. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada
anak nakal terdapat dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1997 ialah:
a) pidana penjara.
b) pidana kurungan
c) pidana denda
d) pidana pengawasan
Terhadap anak nakal tidak dapat dijatuhkan pidana mati, maupun
pidana seumur hidup, akan tetapi pidana penjara bagi anak nakal maksimal
sepuluh tahun. Jenis pidana baru dalam undang– undang ini adalah pidana
40
Fransiska Novita, 2013, Makalah Ilmiah “SIstem Pemidanaan Terhadap Anak Yang
Melakukan Tindak Pidana “, Volume 10, No.3 , Fakultas Hukum Universitas Mpu Tantular,
Jakarta.
51
pengawasan yang tidak terdapat dalam KUHP. Pidana tambahan bagi anak
pidana penjara bagi orang dewasa. Dalam hal tindak pidana yang
dilakukan diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup, maka
remaja jika kejahatan tersebut dilakukan sebelum usia delapan tahun tetapi
anak, yaitu bagi anak yang masih berumur 8 sampai 12 tahun hanya
anak.
52
latihan kerja
1. Pasal 26
(sepuluh) tahun
53
2. Pasal 27
orang dewasa
3. Pasal 28
4. Pasal 30
2 (dua) tahun.
(2) KUHP, yakni pidana penjara selama waktu tertentu paling pendek 1
(satu) hari dan paling lama 15 (lima belas) tahun berturut – turut. Jadi
tahun. Adapun yang dimaksud dengan maksimum pidana dalam Pasal 26,
27, dan 28 tersebut di atas adalah pidana maksimum khusus, yaitu apabila
pidana khusus).
terakhir (ultimum remedium) jika segala upaya lain telah gagal karena
tindakan mereka..
dan undang-undang tentang hak asasi manusia. Setiap anak berhak diasuh
Tahun 2002, kecuali ada alasan yang kuat dan/atau persyaratan hukum
bagi anak dan merupakan yang utama. faktor. Selain itu, Pasal 16 ayat (3)
atau tindak pidana pemenjaraan anak hanya dapat dilakukan apabila sesuai
BAB IV
diantaranya karena usia anak masih dalam proses pencarian jati diri,
mengenai peraturan yang ada serta fasilitas dan sumber daya personel
pidana
58
B. Saran
Dengan banyaknya kecelakaan lalu lintas yang pelakuya anak di
SMA.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Bacaan :
Darwan Prinst, Hukum Anak di Indonesia,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997,
Heri Tahir, Proses Hukum Yang Adil Dalam Sistem Peradilan Pidana Di
Bayumedia, 2006),
2005),
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam sistem Peradilan Anak di Indonesia,
Soerjono Soekanto, Polisi Dan Lalu Lintas (Analisis Menurut Sosiologi Hukum),
Teguh Prasetyo, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana, Nusa Media, Bandung, 2010
Undang-undang :
Indonesia
Jalan Undang Nomor 11 Tahun 2012 tetang Sistem Peradilan Pidana Anak
Artikel Jurnal :
Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad, Intisari Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2004),