Anda di halaman 1dari 229

PENYESUAIAN DIRI ANAK TERPIDANA NARKOBA

(STUDI KASUS DI LAPAS KELAS I MAKASSAR)

Diajukan Oleh:

NURISMI RAMADHANI

4513091069

SKRIPSI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2018
Halaman Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa penulisan skripsi

Yang berjudul “Penyesuaian Diri Anak Terpidana Narkoba (Studi Kasus Di Lapas

Klas I Makassar)” ini murni hasil karya sendiri berdasarkan hasil penelitian, tidak ada

didalamnya yang merupakan unsur plagiat dari hasil karya orang lain maupun

peniruan hasil orang lain. jika esok hari ditemukan suatu perbuatan yang tidak terpuji

karena melanggar etika dari keilmuan ataupun ada pihak yang mengklaim sebagian

hingga keseluruhan pada keaslian karya saya sendiri, maka saya siap menanggung

resikonya.

Makassar, 21 Maret 2018

Nurismi Ramadhani

4513091069

iii
Persembahan

segala puji dan syukur atas kenikmatan yang senantiasa diberikan


oleh Allah SWT karena telah menganugerahkan hidup, kesehatan,
dan pemikiran sehingga memiliki kesempatan dalam menyelesaikan
sebuah karya ini.

Karya ini akan kupersembahkan kepada kedua orangtua dan kakak


adik saya beserta seluruh keluarga besar tercinta, dosen-dosen yang
saya kagumi serta sahabat dan teman-teman yang saya sayangi.

iv
Motto

“Lakukan apa yang bisa di kerjakan, jangan mengerjakan apa yang


tidak diyakini untuk bisa dilakukan”

“Produktif lah dalam menikmati waktu yang merupakan kesempatan


hidup yang begitu berharga”

“Hiduplah diatas Prinsip apapun yang terjadi setelah kesulitan selalu


ada kemudahan”

“Diri kita diibaratkan sebagai Tombol dari bom waktu yang terus
berlangsung hingga titik penghidupan yang jauh lebih berkualitas”

“Jika selesai satu urusan, maka kerjakanlah urusan yang lain. jangan
berhenti belajar, hargai setiap proses yang selalu memberikan
stimulus dan respon diri akan selalu positif”

“Sejatinya diri kita sebenarnya adalah bergantung apa yang kita


pikirkan dan lakukan”

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala nikmat dan rahmat yang senantiasa dilimpahkan oleh

Allah SWT karena telah menganugerahkan hidup, kesehatan, dan akal sehat

sehingga memiliki banyak kesempatan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul

Penyesuaian Diri Anak Terpidana Narkoba (Studi Kasus Di Lapas Klas I Makassar)

sebagai tugas akhir ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Bosowa.

Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

yang turut terlibat maka penulis akan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih

kepada:

1. Orangtua dan keluarga dari penulis yaitu ibu dan kakak serta adik saya yang

sangat banyak memberikan dukungan baik itu dari segi materi maupun

motivasi serta memberikan semangat dengan penuh kesabaran dan kasih

sayang serta doa yang tidak pernah putus sehinggadapat menyelesaikan

skripsi ini.

2. Ibu Minarni S.Psi., MA. Sebagai dekan Fakultas Psikologi Universitas

Bosowa juga sebagai pembimbing I penulis. Terima kasih banyak telah

menjadi orangtua kedua selama ini yang banyak memberikan ilmu, motivasi,

dan semangat dan dukungan dalam membimbing penulis selama ini.

vi
3. Ibu Sulasmi Sudirman S.Psi.,MA sebagai dosen pembimbing kedua, terima

kasih banyak untuk ilmu, bimbingan, nasehat, dukungan dan masukan yang

sangat membangun bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. Seluruh dosen-dosen Fakultas Psikologi terima kasih atas bimbingan, arahan

dan dukungan dalam proses yang telah penulis ikuti selama menjadi

mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Bosowa.

5. Terima kasih juga kepada Pak Jufri dan kak indah yang sangat membantu

saya selama ini.

6. Terima kasih juga kepada kak Isti sebagai kakak di kampus yang selalu setia

membuka pintu perpustakaan setiap hari dengan semangat yang begitu luar

biasa dan itu sangat membantu saya dalam menyelesaiakn skripsi ini duduk

seharian diperpus dan pulang kerumah bisa beristirahat.tanpa menunda

pengerjaan, terima kasih kakak isti.

7. Terima kasih juga kepada teman saya Ramadhan yang turut serta membantu

saya dalam mengatasi kebingungan saya saat menghadapi situasi

kebuntuan yang tak terduga

8. Terima kasih juga kepada teman terbaik saya Ainun Pudjiastami dan Nana

Ramadhani yang turut membantu saya dalam mengarsipkan dan mem-back

up data-data penulis selama proses penyusunan juga saat penulis merasa

suntuk terima kasih telah menjadi teman olahraga sebagai coping stress

penulis sehingga sangat berefek dengan kesehatan kita bersama.

vii
9. Kepada A. Wina Oktaviana Aswan, Dwi Anggraeni, Widya Wiratama dan

Widya Shanti Ni Luh Gede terima kasih sudah menjadi teman sholat, teman

makan dan selalu memberikan informasi, dukungan dan semangat.

10. Kepada seluruh teman-teman angkatan saya yaitu 2013 yang turut

mendorong dan memberikan semangat selama ini.

11. Terima kasih juga kepada kak sari dan kak ulfa yang selalu bertanya ”sudah

sampai bab berapa dek ?” yang menurut penulis itu adalah motivasi

meskipun kita sama-sama berjuang dalam proses penyusunan dan selalu

berdiskusi bersama saat bertemu.

12. Terima kasih juga kepada semua adik-adik baik yang berada ditingkatan

kelembagaan KBM BEM Fakultas Psikologi Universitas Bosowa, UKM

Manuver Bosowa, Litimasi, KSR-PMI Unit 105 Universitas Bosowa,

viii
ABSTRAK
Penyesuaian Diri Anak Terpidana Narkoba
(Studi Kasus Di Lapas Klas I Makassar)

Nurismi Ramadhani
4513091069

Fakultas Psikologi Universitas Bosowa di Makassar

Email : Ismimiko51@gmail.com

Abstrak: anak-anak atau masa remaja adalah masa yang sangat rentan dalam
berbagai keinginan dan harapan untuk mencapai sesuatu atau melakukan
sesuatu. Terjadinya penyimpangan terhadap anak yang terpidana narkoba perlu
perhatian yang serius. Anak yang sedang menjalani masa pidana didalam
lembaga pemasyarakatan memiliki tingkatan kemampuan penyesuian diri yang
berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran
penyesuaian diri anak terpidana narkoba di lapas kelas I Makassar. Hasil
temuan penelitian pada kedua subjek diketahui bahwa kedua subjek memiliki
gambaran penyesuaian diri yang berbeda dilihat dari beberapa aspek dan faktor
dari penyesuaian diri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Adapun kriteria subjek pada penelitian ini yaitu anak
laki-laki atau telah memasuki masa remaja dengan rentan usia 14 dan 17 tahun
yang menjadi narapidana kasus narkoba di dalam lembaga pemasyarakatan klas
I Makassar.

Kata Kunci : Penyesuaian Diri, Anak, Narkoba

ix
DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Halaman Pengesahan .......................................................... ii

Halaman Pernyataan ........................................................... iii

Persembahan ....................................................................... iv

Motto..................................................................................... v

Kata Pengantar .................................................................... vi

Abstrak ................................................................................. ix

DAFTAR ISI .......................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................... 1

B. Fokus Penelitian ................................................... 11

C. Tujuan Penelitian.................................................. 11

D. Manfaat Penelitian ................................................ 11

1. Manfaat Teoritis .............................................. 12

2. Manfaat Praktis............................................... 12

a. Orang Tua ................................................ 12

b. Masyarakat ............................................... 12

c. Pemerintah ............................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................... 14

A. Penyesuaian Diri .................................................. 14

1. Pengertian ...................................................... 14

2. Faktor-Faktor Penyesuaian Diri ..................... 16

3. Jenis-Jenis Penyesuaian Diri .......................... 16

B. Anak Terpidana .................................................... 18

x
C. Narkoba................................................................ 20

1. Pengertian ...................................................... 20

2. Jenis-Jenis Narkoba ....................................... 23

D. Kerangka Konseptual ........................................... 26

E. Pertanyaan Penelitian .......................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN ............................................. 31

A. Jenis Penelitian .................................................... 31

B. Unit Analisis ......................................................... 32

a. Subjek Penelitian ............................................ 32

b. Informasi Penelitian ........................................ 33

C. Lokasi Penelitian .................................................. 33

D. Teknik Pengumpulan Data ................................... 33

E. Prosedur Penelitian .............................................. 35

F. Analisis Data ........................................................ 37

G. Keabsahan Data................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............. 41

A. Gambaran diri……………………………………….42

1. Identitas subjek ………………………………...42

2. Gambaran diri subjek…………………..………43

3. Kesan Peneliti saat Wawancara……………....45

B. Setting Penelitian…………………………………....47

C. Hasil penelitian……………………………………....48

a. Profil Subjek…………………………………….49

b. Relasi Sosial…………………………………….51

c. Persepsi terhadap Realitas…………………….59

xi
d. Gambaran Positif Diri…………………………..70

e. Kemandirian……………………………………..75

f. Kepercayaan……………………………………78

g. Kondisi Psikologis……………………………….80

h. Dukungan Sosial………………………………..85

D. Hasil Analisis Data………………………………….87

a. Dinamika penyesuaian diri personal…………..87

b. Dinamika Penyesuaian diri sosial……………...97

E. Pembahasan………………………………………..106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................... 112

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 115

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................ 119

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa depan suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas anak-anak

generasi penerus bangsa. Namun permasalahan bangsa kita akhir-akhir ini

justru banyak melibatkan kalangan anak-anak itu sendiri. Permasalahan

tersebut yang melibatkan anak-anak terjadi hampir disemua aspek kehidupan

dan lebih memprihatinkan lagi termasuk dalam aspek kriminalitas, artinya

kalangan anak-anak pun sudah mulai terpancing untuk terlibat langsung

dalam praktik kriminal yang tentunya merusak moral bangsa secara tidak

langsung.

Belakangan ini, kasus anak yang melakukan tindak pidana seperti

mencuri, melakukan pelecehan seksual, membunuh, hingga kasus narkoba

semakin meresahkan. Anak-anak tersebut pada akhirnya harus menjalani

proses-proses hukum dan dapat dikenakan sanksi pemidanaan berupa

pembinaan di lembaga permasyarakatan (LAPAS). Anak yang dipidana

berdasarkan keputusan pengadilan akan menjalani pembinaan di dalam

Lapas dan akan kehilangan kemerdekaannya. Berdasarkan data dari

direktorat jenderal pemasyarakatan (Ditjen PAS) menunjukkan jumlah anak

pidana meningkat setiap tahunnya, lebih dari 50% anak pidana tersebut

tersandung kasus Narkoba.

Anak merupakan individu yang membutuhkan topangan, sokongan dan

perlindungan dari orang dewasa, keluarga, masyarakat, pemerintah dan

negara. Perlindungan ini dibutuhkan oleh seorang anak karena adanya

kesenjangan tingkat kematangan antara orang dewasa dengan anak, baik

1
2

secara moral, kognitif, psikologis dan emosional. Pada dasarnya waktu

mereka selayaknya dimanfaatkan untuk bergembira, belajar, bermain, berada

dalam suasana damai, mendapatkan kesempatan dan fasilitas pelayanan

kesehatan maupun pendidikan yang nyaman untuk mencapai cita-citanya

sesuai dengan perkembangan fisik, psikologis, dan sosialnya.

Nani (2009) menjelaskan bahwa anak adalah putra kehidupan, masa

depan bangsa dan Negara. Oleh karena itu anak memerlukan pembinaan,

bimbingan khusus agar dapat berkembang fisik, mental, maupun spritualnya

secara maksimal. Dalam menjalani kehidupannya mungkin saja seorang

anak terlibat dalam masalah hukum yang menyebabkan dirinya harus

menjalani pidana. Sungguh merupakan suatu hal yang sangat sulit jika

melihat anak yang seharusnya belajar dan bermain dengan bebas harus

dirampas kemerdekaannya untuk menjalani hukuman didalam lembaga

pemasyarakatan (Lapas).

Lapas anak masih sangat terbatas sehingga beberapa daerah di

Indonesia masih ada anak dipidana yang ditempatkan bersama dengan

tahanan dewasa. Hasil FGD awal yang dilakukan oleh Global Inklusi

Perlindungan Aids (GIPA) bersama beberapa lembaga lainnya yang

tergabung dalam konsorsium dengan anak-anak dalam lapas klas IIA Maros

dan Klas I Makassar ditemukan bahwa selama dalam proses pembinaan

dalam Lapas, anak ternyata belum mendapatkan pembinaan yang sesuai

dengan hak-haknya dan kebutuhannya.

Untuk menangani anak-anak yang berkonflik dengan hukum, pemerintah

belum menyiapkan pengadilan khusus dan penjara khusus anak yang

berbentuk pusat rehabilitasi. Pengadilan anak disini sebaiknya diadakan


3

dengan prinsip dasar bukan untuk menghukum anak, melainkan untuk

memberikan kepentingan terbaik bagi anak. Penjara khusus anak dalam hal

ini sangat dibutuhkan, karena diharapkan dapat menerapkan sistem yang

berbeda dengan penjara umum dan memberikan keadilan sesuai dengan hak

anak. Penjara-penjara di Indonesia hanya diperuntukkan untuk umum atau

orang dewasa, walaupun memang dipisahkan antara ruang dewasa dan anak

(Sholikhati & Herdiana 2015).

Sholikhati & Herdiana (2015) menjelaskan mengenai gambaran psikologis

anak yang berkonflik dengan hukum pada seminar psikologi dan

kemanusiaan bahwa lingkungan Lapas yang seolah menjauhkan narapidana

anak dari lingkungan luar dan dukungan sosial orang terdekat pun

memberikan dampak buruk bagi anak. Lapas dapat mengakibatkan anak

semakin rentan untuk mengalami kecemasan, perasaan tertekan, ketakutan,

dan gangguan psikologis lainnya.

Pada kasus yang terjadi di lapas anak, penahanan anak mungkin bukan

solusi yang terbaik dalam menangani anak yang dipidana karena kasus

narkoba karena pemidanaan anak memiliki dampak yang sangat signifikan

terhadap kehidupan anak dimasa mendatang. Selain itu, pemberian hukuman

pidana tidak terbukti dapat mencegah perilaku kriminal dikemudian hari,

justru pemidanaan dapat menjadi sekolah kejahatan dimana seseorang akan

mempelajari perilaku dan sikap kriminal anak yang berada di Lapas yang

menjadi tempat mereka berkumpul sejumlah kriminal lain yang pada akhirnya

justru menjadi tempat anak-anak tersebut mengasah kecerdikan kriminalitas.

Ketua komisi nasional perlindungan anak, Arist Merdeka Sirait

menyatakan selama ini, keterbatasan fasilitas penjara khusus anak didaerah


4

maupun kota-kota besar, anak-anak yang bermasalah dengan hukum

tersebut harus menjalani hukuman di LP umum atau orang dewasa. Kondisi

ini jelas berdampak buruk terhadap mental anak dan merupakan pelanggaran

hak anak karena mengancam keselamatan, masa depan dan menggangu

tumbuh kembang anak (Aprionis, 2014)

Tahanan anak seringkali terabaikan hak-haknya. Padahal sebagai warga

Negara khususnya anak tetap berhak mendapatkan berbagai layanan. Jika

berdasarkan pada undang-undang, anak-anak tersebut sah mendapatkan

penahanan atau pemenjaraan. Namun, hal ini tidak berarti mencabut segala

hak-hak yang melekat pada dirinya semasa diluar. Dalam konteks Hak Asasi

Manusia (HAM) hanya hak kemerdekaannya saja yang dicabut dan mereka

tetap layak mendapatkan hak atas pendidikan, layanan kesehatan, layanan

sosial, perlindungan khusus dan lain-lain.

Sholikhati & Herdiana (2015) menjelaskan dalam pandangan masyarakat

pun, kedudukan seorang ABH memiliki stereotype negatif. ABH tidak hanya

dipandang sebagai anak yang bermasalah, namun ABH banyak kehilangan

hak dalam kehidupannya. Salah satu contoh adalah hak untuk mengenyam

bangku pendidikan sekolah seperti anak-anak pada umumnya. ABH yang

pernah menyandang status narapidana memiliki kemungkinan yang sangat

besar untuk dikeluarkan oleh pihak sekolah. Ketika ABH telah memiliki status

sebagai mantan narapidana, label negatif dari masyarakat akan senantiasa

melekat pada dirinya sebagai seorang penjahat. Dan itu akan sangat

berpengaruh pada psikologis para ABH. Ketika seorang anak diberi label oleh

lingkungannya, maka anak tersebut justru cenderung akan berperilaku sesuai

label tersebut.
5

Ada beberapa hasil pengamatan awal yang menjadi poin penting bagi

penulis selama di Lapas, tahanan anak yang berada disana telah banyak

kehilangan motivasi dan harapan hidup. Mereka merasa tidak diterima oleh

lingkungan masyarakat, itulah pengakuan dari beberapa tahanan anak.

Mereka banyak mengeluhkan soal pelayanan didalam lapas, banyak diantara

mereka yang masih ingin melanjutkan sekolah, ingin kembali berkumpul

bersama keluarga, ingin bekerja yang layak dan menghasilkan. Mereka

hanya membutuhkan dukungan sosial, karena ternyata tidak semua anak

yang ada dalam tahanan punya keluarga, ada beberapa anak korban

penelantaran sehingga untuk mempertahankan hidupnya ia harus berbuat

kriminal seperti mencuri, merampok dan menjadi kurir Narkoba dan lain-lain.

Dari hasil wawancara awal dengan beberapa anak ternyata ada juga

anak yang mengaku ia bukanlah seorang pelaku, melainkan seorang korban

salah tangkap pihak kepolisian. Salah seorang anak juga ada yang merasa

Lapas bukanlah tempat yang layak bagi dia, dia sangat meginginkan bebas

secepatnya karena sangat ingin kembali bersekolah, namun masa

tahanannya masih kurang lebih dua tahun lagi. Kemudian untuk perlindungan

didalam masih sangat minim, terlihat dari tercampurnya tahanan anak

dengan dewasa, ada juga anak yang mengaku bahwa mereka seringkali

mendapatkan perlakuan kasar seperti dipukul dan diberi kata-kata kasar.

Anak-anak yang berada didalam tahanan tersebut berada dikisaran usia 12-

18 tahun dan seluruhnya adalah anak laki-laki.

Berdasarkan Konvensi Hak Anak (KHA) yang terbagi kedalam delapan

kaluster, hasil FGD yang dilakukan penulis bersama dengan anak-anak

didalam lembaga pemasyarakatan menghasilkan temuan bahwa untuk


6

klauster hak sipil dan kebebasan anak-anak masih merasakan adanya

perlakuan yang berbeda antara anak yang sudah lama berada didalam lapas

dan yang baru, anak-anak juga tidak diperbolehkan berkumpul selalu merasa

dicurigai, merasa penting dan berhak mendapat pendidikan lanjutan didalam

lapas, disiapkan fasilitas khusus yang menunjang hobi atau bakat anak.

Selanjutnya diklauster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternative

anak menyatakan bahwa mereka merasa penting untuk disediakan alat

komunikasi untuk menghubungi keluarga selama berada didalam lembaga

pemasyarakatan, kemudian dalam hal proses pengurusan dapat dipermudah,

para pembina dan semua orang-orang yang berada didalam lingkup lembaga

pemasyarakatan tidak memanggil nama anak dengan kasar, berharap tidak

lagi terjadi kekerasan fisik dan mental, fasilitas/ pelayanan masih sangat

minim dan juga tidak dipersulit saat ingin bertemu keluarga yang sakit atau

meninggal dunia tanpa dipungut biaya.

Kemudian untuk klauster pendidikan, waktu luang dan kebudayaan anak-

anak menyatakan bahwa sebisa mungkin pendidikan atau sekolah tidak

bersifat diskriminatif dan dapat dirasakan secara gratis dengan mengikuti

kejar paket. Anak-anak juga berharap selama berada didalam lembaga

pemasyarakatan setidaknya dapat diajarkan pendidikan keagamaan,

keterampilan seperti bahasa inggiris, otomotif, komputer dan lainnya. Sera

disiapkan wadah untuk menyalurkan minat dan bakat.

Klauster terkait dengan kesehatan dasar dan kesejahteraan juga

menghasilkan temuan bahwa anak-anak mengakui tidak adanya

pemeriksaan kesehatan secara rutin, jika sakit anak-anak mengaku butuh

perawatan, tidak diberikan obat sesuai dengan penyakit, klinik kurang


7

terawat, makanan kurang matang, ketersediaan air bersih kurang, informasi

terkait kesehatan seperti narkoba dan HIV-Aids serta akses administrasi

dipersulit dan berbayar.

Terakhir dalam klauster perlindungan khusus anak-anak mengakui bahwa

mereka merasa perlu adanya pendamping hukum yang paham akan undang-

undang perlindungan anak, kemudian masa hukuman yang ringan, disipakan

rehabilitasi, kunjungan keluarga yang diperpanjang waktunya, dan tidak ada

diskriminasi tahanan.

Dalam perspektif hukum, sesuai dengan undang-undang No.11 tahun

2012 tentang system peradilan pidana anak, anak yang berkonflik dengan

hukum yang selanjutnya disebut anak adalah yang telah berusia 12 tahun

tetapi belum berumur 18 tahun. Pada rentang usia tersebut dalam perspektif

psikologis, yaitu anak yang berada dalam tahap perkembangan remaja.

Sedangkan untuk kepentingan telaah ini, maka istilah yang digunakan adalah

anak/remaja, atau akan digunakan kedua istilah tersebut secara bergantian.

Probowati (2005) menerangkan bahwa tahanan anak diumpamakan

sebagai orang yang sakit yang perlu diobati agar menyadari bahwa

pelanggaran hukum yang pernah dilakukannya adalah merusak diri, keluarga

dan lingkungannya, kemudian dibina dan dibimbing ke jalan yang benar

karena sebenarnya anak tersebut bukanlah orang-orang yang jahat,

melainkan mereka adalah anak yang tersesat dengan proses

perkembangannya yang tidak stabil sehingga menjadi orang-orang yang

berperilaku tidak sesuai dengan nilai-nilai dimasyarakat.

Anak yang melakukan tindakan kriminal tidak bisa ditangani hanya dalam

kaca mata hukum saja yang berujung pada konsekuensi pemenjaaraan.


8

Namun harus dilihat pula lingkungan sekitarnya yang mungkin saja menjadi

salah satu faktor penyebab anak melakukan tindak kriminal tersebut. Karena

pada dasarnya anak tersebut masih memiliki psikologis yang labil dan belum

bisa memikirkan secara matang akibat dari perbuatan buruk yang dilakukan.

Seharusnya keputusan pengadilan berupa penahanan sebaiknya

dikesampingkan dan mendahulukan untuk merehabilitasi anak yang ditahan

karena terkait penyalahgunaan Narkoba, bahkan saat anak menjadi

pengedar (kurir) karena besar kemungkinan anak-anak tersebut

dimanfaatkan dibawah kontrol oleh orang dewasa.

Pada kenyataannya sampai sekarang jumlah anak yang bermasalah

dengan hukum tersebut malah semakin meningkat setiap tahunnya dan hal

tersebut tentu menunjukkan bahwa system pembinaan yang dilakukan belum

maksimal. Jika melihat ke dalam UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkoba

sebenarnya menekankan prinsip rehabilitasi bagi penyalahguna Narkoba.

Artinya, anak yang dipidanakan dan harus ditahan setelah dijatuhi vonis

seharusnya mendapatkan pelayanan rehabilitasi baik rehabilitasi medis

maupun rehabilitasi psikologi dan sosialnya bukan dengan dilakukan

penggabungan lalu memberikan treatment yang sama dengan semua jenis

tahanan dari berbagai kasus yang berbeda-beda, kecenderungannya yaitu

anak akan belajar lebih banyak motif perilaku yang tidak diinginkan dari

pengalaman orang-orang yang ada di lingkungan tahanan tersebut dan akan

setingkat naik kelas pasca pembebasan dari tahanan.

Penelitian Dwidja (2009) yang menyatakan bahwa pola pembinaan

andikpas di Lapas anak khusus wanita di Tangerang belum maksimal

dilaksanakan, karena kegiatan-kegiatan di Lapas anak khusus wanita


9

tangerang masih terkesan mengisi waktu saja dan belum maksimal

dilaksanakan karena kegiatan-kegiatan di Lapas anak tersebut masih

terkesan mengisi waktu saja dan belum mengarah pada sasaran akhir yaitu

membina andikpas menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat,

bertanggung jawab, dan dapat mandiri saat kembali ke masyarakat.

Padahal jika melihat lagi tentang UU Perlindungan anak yang

menyatakan bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga dan orangtua

berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan

perlindungan anak, namun perlindungan anak dari bahaya Narkoba masih

jauh dari harapan baik anak pada umumnya maupun anak yang ada didalam

tahanan masih sangat rentan terhadap penyalahgunaan Narkoba.

Penelitian yang dilakukan Widianingsi & Widyarini (2009) menunjukkan

bahwa terdapat peranan yang sangat signifikan terhadap dukungan orangtua

terhadap penyesuaian diri remaja. Hasil penelitian tersebutlah yang

memberikan peneliti sedikit gambaran mengenai tahanan anak, yang pada

akhirnya membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan

sampel yaitu tahanan anak terpidana narkoba terkhusus dalam hal

memahami bagaimana penyesuaian dirinya terhadap lingkungan lembaga

pemasyarakatan yang belum memiliki program rehabilitasi khusus

penyalahguna narkoba.

Mu’tadin (Sholikhati & Herdiana 2015) menyatakan salah satu kasus

nyata, ada seorang anak yang berkonflik dengan hukum di Indonesia yang

memilih untuk bunuh diri ketika berada didalam tahanan karena tidak bisa

menyesuaikan diri. hal tersebut membuktikan bahwa anak memandang


10

bahwa kehidupan dalam tahanan sangat kejam sehingga ada yang memilih

untuk lebih baik mati daripada harus hidup didalam penjara/tahanan.

Hasil wawancara awal yang dilakukan peneliti terhadap pembina anak di

dalam lapas menunjukkan bahwa memang hingga saat ini perbaikan

terhadap program-program pembinaan anak didalam Lapas masih terus

diupayakan untuk perbaikan, terkhusus untuk tahanan terpidana narkoba

yang seharusnya mereka mendapatkan pelayanan untuk rehabilitasi namun

hingga saat ini anak-anak terpidana narkoba di Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Makassar belum ada, sehingga pembinaan dilakukan disama ratakan

dengan semua terpidana anak dari berbagai kasus.

Dari hasil-hasil penelitian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa gambaran penyesuaian diri semua tahanan anak terpidana narkoba

yang ada di Lapas melakukan aktivitas yang sama dengan semua tahanan

anak lainnya, mereka wajib mengikuti program pembinaan yang telah

ditetapkan oleh pihak Lapas, namun anak-anak tersebut kadang merasa

tidak nyaman seperti merasa cemas, tertekan dengan lingkungan atau situasi

di Lapas sehingga membuat mereka ingin bebas secepatnya. Hal tersebut

dimaksudkan oleh penulis agar tidak terjadi traumatik yang lebih berat ketika

anak kembali ke masyarakat jika tersedia rehabilitasi.

Hasil seminar penelitian yang dilakukan oleh Sholikhati & Herdiana

(2015) menyatakan bahwa peran orang tua dan Negara memegang peranan

vital untuk melindungi anak berkonflik dengan hukum secara fisik, psikis, dan

sosial. Peran orang tua yang meliputi menjaga interaksi dan komunikasi yang

hangat anak, agar anak terhindar dari perilaku kriminal, tidak menjauhi dan

tidak melebal negatif, memberikan pendidikan nilai-nilai benar yang berlaku di


11

masyarakat agar anak tidak bingung bagaimana tuntutan masyarakat

terhadap dirinya sebagai individu. Peran negara yaitu melindungi hak-hak

anak, optimalisasi restorative justice, membangun pusat rehabilitasi untuk

anak yang selama ini masih berkonsep “Penjara”, meningkatkan sinergi yang

kuat antara lembaga-lembaga penegak hukum, pemerintah, tokoh

masyarakat untuk menangani anak berkonflik dengan hukum.

Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui bagaimana gambaran

penyesuaian diri anak terpidana narkoba di lapas klas I Makassar selama

menjalani masa tahanan yang minim akan fasilitas pelayanan dan

perlindungan khusus sesuai dengan hak-hak anak.

B. Fokus Penelitian

Adapun fokus dalam penelitian ini yaitu bagaimana gambaran

penyesuaian diri terhadap anak yang terpidana kasus narkoba.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini bertujuan untuk memahami

gambaran penyesuaian diri anak terpidana kasus narkoba di Lapas klas I

Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Secara umum, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi secara mendalam yang dirangkai dalam bentuk yang sistematis

dan terperinci serta menjadi masukan/bahan pertimbangan bagi semua pihak

terkait anak yang berhadapan dengan hukum yang terpidana kasus narkoba,

informasi tersebut dapat memberikan manfaat sebagai berikut :


12

a. Manfaat teoritis

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi

khususnya dalam bidang psikologi perkembangan, sosial maupun

forensik.

b. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontibusi dalam

penanganan anak yang berkonflik dengan hukum dan masukan bagi :

a. Orang tua

Bagi orang tua diharapkan dapat memberikan dukungan

selama anak berkonflik dengan hukum hingga selesai masa

hukuman dan kembali kemasyarakat.

b. Masyarakat

Bagi masyarakat diharapkan dapat terintegrasi pasca

masa tahanan anak agar menerima kembali dan sama-sama

melakukan pembinaan terhadap anak tersebut agar tidak

mengulang tindakan-tindakan kriminal.

c. Pemerintah

Bagi pihak pemerintah penelitian ini juga diharapkan dapat

diharapkan membantu dalam penyajian informasi untuk

memberikan advokasi saat anak dinyatakan bersalah,

dihukum dan selama hukuman anak mendapatkan lingkungan

yang kondusif, ramah anak, serta bebas dari akses kekerasan

yang terjadi selama masa hukuman serta pemerintah juga

harus memberikan edukasi ke masyarakat agar dapat


13

menerima dan tidak melakukan diskriminasi terhadap anak

dengan stigma yang negatif pada anak yang sudah selesai

menjalani masa hukuman.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyesuaian Diri

1. Pengertian

Agustiani (2009) menjelaskan pada dasarnya manusiaa adalah makhluk

sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Di lingkungan

mana pun individu berada, ia akan berhadapan dengan harapan dan

tuntutan tertentu dari lingkungan yang harus dipenuhinya. Di samping itu

individu juga memiliki kebutuhan, harapan, dan tuntutan di dalam dirinya,

yang harus diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan. Bila individu

mampu menyelaraskan kedua hal tersebut, maka dikatakan bahwa individu

tersebut mampu menyesuaikan diri. jadi, penyesuaian diri dapat dikatakan

sebagai cara tertentu yang dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap

tuntutan dalam diri maupun situasi eksternal yang dihadapinya.

Penyesuaian diri seringkali disamakan dengan proses adaptasi

seseorang terhadap stimulus-stimulus yang hadir dilingkungan seseorang

sehingga Schneiders (Agustiani 2009) mengemukakan bahwa penyesuaian

diri merupakan satu proses yang mencakup respon-respon mental dan

tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi

kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang dIlami didalam dirinya.

Usaha individu tersebut bertujuan untuk memperoleh keselarasan dan

keharmonisan antar tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh

lingkungan. Schneiders juga mengatakan bahwa orang yang dapat

menyesuaikan dirinya dengan baik adalah orang yang dengan keterbatasan

14
15

yang ada pada dirinya, belajar untuk bereaksi terhadap dirinya dan

lingkungan dengan cara yang matang, bermanfaat, efisien dan memuaskan

serta dapat menyelesaikan konflik, frustasi, maupun kesulitan-kesulitan

pribadi dan sosial tanpa mengalami tingkah laku.

Seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik

(well adjusted person) jika mampu melakukan respons-respons yang

matang, efisien, memuaskan, dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu

melakukan respons dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat

mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respons-respons yang

dilakukannya sesuai dengan hakikat individu, lembaga, atau kelompok

antarindividu, dan hubungan antar individu dengan penciptanya. Bahkan

dapat dikatakan bahwa sifat sehat ini adalah gambaran karakteristik yang

paling menonjol untuk melihat atau menentukan bahwa suatu penyesuaian

diri itu dikatakan baik (Ali & Ansori, 2012).

Misalnya jika seorang anak dihadapkan oleh sebuah masalah maka

anak tersebut akan memberikan respon yang berbeda-beda bergantung

bagaimana situasi dan kondisi sifat sehat seseorang, Mighwar (2006)

menyatakan bahwa ketika remaja mampu merespons berbagai persoalan

secara matang, efisien, memuaskan dan sehat, dI dInggap telah memiliki

kemampuan penyesuaian diri yang baik.

Dari penjelasan pengertian penyesuaian diri di atas, dapat

disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan respon-respon mental dan

tingkah laku cenderung dengan keterbatasan yang ada pada dirinya, belajar
16

untuk bereaksi terhadap dirinya dan lingkungan dengan cara yang matang,

bermanfaat, efisien dan memuaskan serta dapat menyelesaikan konflik,

frustasi, maupun kesulitan-kesulitan pribadi dan sosial tanpa melakukan

tingkah laku yang tidak diharapkan terjadi.

2. Faktor-Faktor Penyesuaian Diri

Schneiders (Nurihsan & Agustin, 2011) mengungkapkan faktor-faktor

yang mempengaruhi penyesuaian diri yaitu :

1. Kondisi fisik,dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, meliputi

hereditas, kondisi fisik, kesahatan, system syaraf, kelenjar dan otot.

2. Perkembangan dan kematangan, khususnya intelektual, sosial,

moral, dan emosi.

3. Kondisi psikologis, meliputi pengalaman, proses belajar, pembisaan,

frustasi, dan konflik.

4. Kondisi lingkungan, khususnya lingkungan rumah, keluarga, sekolah,

dan masyarakat.

5. Faktor kebudayaan, termasuk agama.

3. Jenis-Jenis Penyesuaian Diri

Schneiders (Nurihsan & Agustin, 2011) menerangkan terdapat

beberapa jenis penyesuaian diri yaitu sebagai berikut :

1. Penyesuaian Diri Pribadi

Penyesuaian diri merupakan penyusunan kembali sikap dan

tingkah laku individu untuk berespon secara adekuat terhadap

keadaan dirinya sendiri, meliputi keadaan fisik, mental, dan emosi.


17

Ketiga hal ini menjadi syarat tercapainya penyesuaian sosial yang

baik. Keadaan fisik yang sehat, meliputi istirahat yang cukup,

keteraturan hidup, dan rekreasi merupakan hal yang penting

untuk mencapai penyesuaian diri. Sama halnya dengan emosi,

individu yang memiliki keadaan emosi yang stabil akan

memberikan respon-respon yang sesuai dengan tuntutan yang

ada dilingkungan masyarakat. Individu yang kurang dapat

mengendalikan emosi akan mengalami konflik dan frustasi.

Sebaliknya upaya pengendalIn yang berlebihan juga akan

memberikan dampak yang sama buruknya dengan

ketidakmampuan mengendalikan diri.

2. Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial merupakan kapasitas untuk bereaksi secara

efektif untuk adekuat terhadap kenyataan yang ada

dilingkungannya sehingga mampu untuk memenuhi tuntutan

sosial dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan bagi

dirinya ataupun lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan penyesuaian diri

adalah suatu proses mental yang akan memberikan respon terhadap situasi

yang terjadi baik respon fisik, psikis maupun sosialnya sesuai dengan

kemampuannya dan keadaan diri seorang individu terhadap kenyataan yang

dihadapi.
18

B. Anak Terpidana

Notosoedirdjo & latipun (2005) mengemukakan Anak/remaja merupakan

kelompok usia yang menjadi perhatian banyak kalangan. Secara fisik mereka

dalam kondisi yang optimal, karena berada pada puncak perkembangannya.

Namun dari sisi psikososial mereka berada pada fase yang mengalami

banyak masalah, baik menyangkut hubungan dengan dirinya maupun

dengan orang lain.

Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada masa ini tidak selalu

dapat tertangani dengan baik. Pada fase ini disatu sisi masih menunjukkan

sifat kekanak-kanakan, namun disisi lain dituntut untuk bersikap dewasa oleh

lingkungannya.sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih

konformitas pada kelompoknya, dan mulai melepas dari ikatan dan

kebergantungan kepada orangtuanya, dan sering menunjukkan sikap

menentang otoritas orangtuanya (Notosoedirdjo & latipun, 2005).

Pada pasal 1 konvensi hak-hak anak yang telah diratifikasi oleh

pemerintah IndonesI melalui Keppres No. 36 tahun 1990 menyebutkan yang

dimaksud dengan anak adalah orang yang berusia dibawah 18 tahun, kecuali

berdasarkan UU yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa

dicapai lebih awal.

Anak adalah individu yang belum berumur 21 tahun dan belum pernah

kawin (pasal 330 KUH perdata). UU No. 39 tahun 1999 juga menjelaskan

tentang hak asasi anak, pasal 1 bagian ke 5 disebutkan bahwa anak adalah

setiap manusia yang berusI dibawah 18 (delapan belas) tahun dan belum
19

menikah, termasuk anak yang ada didalam kandungan apabila hal tersebut

adalah demi kepentingannya.

Berdasarkan undang-undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak, Pasal 1 bagian ke 1, anak adalah orang yang dalam

perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum

mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin, dan

undang-undang no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Dari

pengertian ke tiga undang-undang tersebut dapat diberi kesimpulan yaitu

anak di bawah usI 18 tahun.

Anak pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan

menjalani pidana di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan

belas) tahun. Dalam hal ini anak pidana yaitu anak yang dikenakan sanksi

terhadap anak yang telah melakukan perbuatannya yaitu bertentangan

dengan pelanggaran ketertiban umum, atau kejahatan karena kondisinya

masih belum cakap demi hukum, disaat melakukan kejahatan atas ulah

kenakalannya, maka negara membuat kebijakan mengenai sistem anak didik

dan dari ketiga tersebut, yang terakhir diistilahkan sebagai anak pidana.

Sehingga anak pidana tergolong anak yang berbuat kejahatan dibandingkan

anak negara dan anak sipil.

Dalam hal penempatan anak pidana, anak pidana yang bersangkutan

tersebut telah berumur 18 tahun akan tetapi masa hukumannya di Lapas

Anak, belum habis maka harus dipindahkan ke Lapas orang dewasa. Bagi

anak pidana ditempatkan di Lapas karena umurnya sudah mencapai 18


20

tahun, tetapi belum mencapai 21 tahun maka di Lapas orang dewasa,

tempatnya akan di pisah dengan narapidana yang berumur 21 tahun ke atas.

Berdasarkan undang-undang No. 11 tahun 2012, tentang Pengadilan

Anak, Pasal 62 ayat (4), menyatakan narapidana yang telah menjalani

pidana penjara 2/3 (dua pertiga) dari pidana yang dijatuhkan, yang sekurang-

kurangnya 9 (Sembilan bulan) dan berkelakuan baik, dapat diberikan

pembebasan bersyarat, yang disertai dengan masa percobaan yang lamanya

sama dengan sisa pidana yang harus dijalaninya. Anak Pidana yang

ditempatkan di Lapas Anak wajib didaftarkan, beserta penggolongan

pembinaanya, persis sama seperti pendaftaran anak negara, yang berbeda

hanya penggolongan pembinaan anak pidana atas yang berdasarkan Pasal

20, undang-undang No.12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yaitu :

a. Umur

b. Jenis Kelamin

c. Lama pidana yang dijatuhkan

d. Jenis kejahatan, dan

e. Kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan

C. Narkoba

1. Pengertian

Purwatiningsih (2001) Penyalahgunaan narkoba (Narkotika, Psikotropika

dan bahan adiktif lainnya) merupakan kasus yang tIp hari meningkat baik dari

segi kuantitas maupun kualitas. Hal ini merupakan masalah yang tidak bisa

dInggap ringan karena kebanyakan kasus penyalahgunaan narkoba justru


21

dijumpai pada kaum muda, generasi penerus bangsa. Penyalahgunaan

narkoba ini mengakibatkan ketergantungan obat, yang menurut WHO

didefinisikan sebagai “kondisi intoksikasi yang peroiodik atau kronis, yang

dihasilkan oleh pemakaIn obat (natural atau sintesis) secara berulang. Ciri-

cirinya meliputi: (1) Munculnya keinginan atau kebutuhan yang kuat untuk

terus memakai obat dan mendapatkannya dengan segala cara; (2)

kecenderungan untuk meningkatkan dosis; (3) umumnya secara psikis

tergantung pada efek obat; (4) efek merusak diri dan masyarakat.

Penyalahgunaan obat-obatan adalah spektrum perilaku pada masing-

masing klasifikasi. Banyak ilmuan yang berpendapat bahwa penyalahgunaan

dimulai ketika individu mulai mengesampingkan tanggung jawab yang

semestinya dipikul, karena harus mendapatkan dan mengonsumsi obat-

obatan tersebut secara illegal. Soetomo (Purwaningsih, 2001) Penggunaan

narkoba sebenarnya telah lama ada dalam ilmu kedokteran yang bertujuan

untuk pengobatan. Kondisi ini menjadi suatu fenomena sosial yang menarik

manakala terjadi penyimpangan dari fungsi semula, apalagi penyimpangan

ini kemudIn berdampak negatif, baik secara fisik, psikis, maupun sosial.

Pada kenyataannya, tiga perempat pengguna narkoba adalah mereka

yang memiliki pekerjaan layaknya orang-orang normal. Hawari

(Purwaningsih, 2001) mengemukakan bahwa penyalahgunaan narkoba

dapat dibagi dalam tiga kelompok besar. Pertama, ketergantungan primer.

Kelompok pemakai ini ditandai dengan adanya gangguan kejiwaan

kecemasan dan depresi, yang pada umumnya terdapat pada orang dengan
22

kepribadian yang tidak stabil. Terhadap gangguan kejiwaan ini, mereka

berusaha mengobati diri sendiri tanpa berkonsultasi dengan dokter/psikIter.

Kedua, ketergantungan sistomatis. Kelompok pemakai ini adalah mereka

yang berkepribadIn antisosial (psikopatik). Akibat dari gejala penyalahgunaan

ini adalah munculnya seks bebas dan perilaku menyimpang lainnya. Ketiga,

ketergantungan reaktif, yaitu ketergantungan yang terdapat pada pemakai

yang ingin tahu, karena pengaruh lingkungan, dan tekanan kelompok

sebaya.

Setiap individu rentan menghadapi risiko tersebut. Langkah pencegahan

dan penanganan digunakannya narkoba secara illegal perlu dilakukan secara

terfokus. Hendrojowono (Purwatiningsih, 2001) penggunaan narkoba banyak

dilakukan oleh remaja atau kelompok usia muda. Hal ini tidak lepas dari sifar

remaja yang mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Faktor pribadi yang

dapat melatarbelakangi penyalahgunaan narkoba adalah rasa ingin tahu

remaja yang sangat besar terhadap narkoba dan keinginan untuk

mencobanya.

Secera eksplisit pembahasan mengenai penyalahgunan narkoba perlu

dIwali dengan sorotan tentang ketergantungan masyarakat pada zat-zat

adiktif yang telah terbukti merusak kesehatan anggota masyarakat. Dalam

peraturan pemerintah pasal 1 UU No.35 Tahun 2009 menyebutkan bahwa

narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan


23

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

narkotika merupakan zat atau obat yang dapat menyebabkan penurunan,

perubahan kesadaran, berkurang atau hilangnya rasa nyeri, serta me-

nimbulkan ketergantungan bagi penggunanya. Oleh karena itu, jika narkotika

disalahgunakan atau penggunaan narkotika tidak sesuai dengan standar

pengobatan, dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi setiap

orang dan masyarakat serta nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya

akan melemahkan ketahanan nasional.

2. Jenis- Jenis Narkoba

Darmono (Aztri, 2011) mengemukakan bahwa narkoba yang masuk

kedalam tubuh memiliki efek yang berbeda-beda. Karena masing-masing

jenisnya mempunyai sasaran utama pada saraf tertentu, sehingga

berdasarkan efeknya, narkoba bisa dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Depresan. Depresan menekan system saraf pusat dan mengurangi

aktivitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa

membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. bila kelebihan dosis bisa

mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda,

dan berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang

popular sekarang adalah putaw.

2. Stimulan. Stimulan merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan

kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulant : Kafein, kokain,


24

amphetamine. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah shabu-shabu

dan ekstasi.

3. Halusinogen. Efek utama halusinogen adalah mengubah daya persepsi

atau mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari

tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran.

Selain itu ada juga yang diramu dilaboratorium seperti LSD dan yang

paling banyak dipakai adalah marijuana dan ganja.

Partodiharjo (Aztri, 2011) juga menjelaskan bahwa narkoba yang

tergolong illegal adalah narkoba yang diperjual belikan secara illegal dan

melanggar hukum, karena narkoba tersebut disalah gunakan pemakaInnya,

jenis narkoba yang populer yang sering disalahgunakan adalah sebagai

berikut:

1. Cannabis, Contohnya : Mariyuana, ganja. Pengaruhnya dapat membuat

si pemakai releks dan jika penggunaan lebih maka akan menimbulkan

perasaan bahagI jasmani dan rohani, dan halusinasi, penggunaan jangka

panjang dapat membuat kecanduan dan merusak saraf.

2. Cocain, contohnya : kokain, crack-cocain, membuat si pemakai merasa

bahagI jasmani, rohani, meningkatkan kinerja tubuh, sebelum menuju

gejolak depresi dan paranoI, penggunaan bisa dengan dihisap, dihirup,

dibakar dan disuntik. Zat ini bisa menyebabkan kerusakan otak, tubuh

dan kecanduan.

3. Hallucinogens, contohnya, LSD, ecstasy, zat ini bisa mengubah

perasaaan, perubahan waktu, warna, suara dan pikiran mereka sendiri,


25

dan pemakai tetap akan menyebabkan kerusakan pada otak, sistem

saraf, dan perilaku emosi yang tidak terkontrol.

4. Phencyclidine (PCP), contohnya : angel dust, ketamin, zat ini

menyebabkan mati rasa, dan penggunaannya hanya untuk hewan,

pemakai zat ini bisa mengubah sifat seseorang menjadi keras, pemarah,

bunuh diri dan kontraksi otot serta retak tulang.

Dalam penelitian ini, tahanan anak yang terpidana narkoba yang

didunakan sebagai subjek adalah tahanan anak yang berumur, 14-18 tahun

dan belum pernah menikah. Berdasarkan terori perkembangan dalam

psikologi, tahanan anak tersebut tergolong dalam fase remaja. Jadi, dapat

dipahami bersama bahwa anak terpidana kasus narkoba yang sedang dalam

masa tahanan di lembaga pemasyarakatan klas I Makassar yang secara

teori perkembagan dalam psikologi tergolong dalam fase remaja dimana

remaja memiliki perkembangan yang begitu kompleks, karena merupakan

masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Penyesuaian diri

anak terpidana narkoba di Lapas klas I Makassar masih belum bisa diperoleh

gambaran jelasnya.

Penelitian ini perlu untuk dikaji agar dapat dipahami bersama bahwa

anak/remaja yang sedang menjalani masa hukuman tersebut sama dengan

anak/remaja lainnya yang akan terus bertumbuhkembang dalam menuju

masa kedewasaannya, perhatian khusus ditujukan kepada mereka yang

dikenakan pidana narkoba, baik karena anak/remaja tersebut tertangkap

sebagai penyalur ataupun sebagai orang yang mengonsumsi, yang pastinya


26

mereka hanyalah korban yang seharusnya mendapatkan pelayanan

rehabilitasi, namun karena mereka tertangkap oleh pihak kepolisian maka

anak/remaja tersebut dijatuhi vonis untuk menjalani masa tahanan di

Lembaga pemasyarakatan yang notabenenya tempat tersebut merupakan

gabungan pelaku tindak kriminal lainnya, yang terdiri dari kelompok usI

dewasa dan anak. Mereka sebenarnya Bukan pelaku yang harus dihukum

melainkan harus dibina sebaik-baiknya dengan pelayanan yang memadai.

D. Kerangka Konseptual

Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang bersifat dinamis. Dinamika

penyesuaian diri melibatkan sejumlah faktor-faktor psikologis dasar yang

mengantarkan seseorang kepada perilaku penyesuaian diri yang baik. Ali &
27

Asrori (2012) mengungkapkan bahwa ada sejumlah faktor psikologis dasar yang

memiliki pengaruh kuat terhadap penyesuaian diri, yaitu kebutuhan, motivasi,

persepsi, kemampuan, dan kepribadIn. Berbagai aspek penyesuaian diri

ditentukan oleh sikap dan cara individu merespon terhadap hal-hal yang ada

disekitarnya, baik benda-benda maupun hubungan-hubungan yang membentuk

realitas. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sikap yang sehat terhadap

realitas itu sangat diperlukan bagi proses penyesuaian diri yang sehat. Beberapa

perilaku seperti sikap antisosial, kurang berminat terhadap hiburan, sikap

bermusuhan, kenakalan, dan semaunya sendiri, semua hal tersebut tentu sangat

menganggu hubungan antara penyesuaian diri dengan realitas.

Dalam kehidupan keluarga, sekolah maupun masyarakat tentunya memiliki

ukuran-ukuran dasar yang dijunjung tinggi mengenai apa yang dikatakan baik

atau buruk, benar atau salah, yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dalam

bentuk norma-norma, hukum, nilai-nilai moral, sopan santun, maupun adat

istIdat. Berbagai bentuk aturan pada sekelompok masyarakat tertentu belum

tentu dapat diterima oleh sekelompok masyarakat yang lain. Ali & Asrori (2012)

mengungkapkan bahwa remaja yang cenderung membentuk kelompok

masyarakat tersendiri, seringkali juga membentuk dan memiliki kesepakatan dan

aturan tersendiri yang kadang-kadang kurang dapat dimengerti oleh lingkungan

masyarakat diluar kelompok remaja tersebut.

Dalam periode perkembangan kepribadian seseorang khususnya anak yang

terpidana narkoba yang masuk dalam kategori masa remaja merupakan periode

paling penting. Hal ini disebabkan karena masa remaja merupakan masa
28

peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan

adanya perubahan pertumbuhan secara cepat baik pada fisik, sikap maupun

pada perilaku. Pada kenyataannya, perubahan pertumbuhan tidak berjalan

seimbang, sehingga menimbulkan gejolak bagi remaja itu sendiri. Ali & Asrori

(2012) mengemukakan bahwa masa tersebut, remaja telah mencapai

kematangan fisik, mental, sosial dan emosional. Umumnya, masa remaja

berlangsung sekitar umur 13-18 tahun, yaitu masa anak duduk di bangku

sekolah menengah. Masa ini bisanya dirasakan sebagai masa sulit, baik bagi

remaja sendiri maupun bagi keluarga, atau lingkungannya.

Anak/remaja yang tertarik pada narkoba bisanya disebabkan karena dapat

membantu mereka beradaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah,

penggunaan narkoba dikalangan anak dInggap dapat meningkatkan rasa

percaya diri, mengurangi ketegangan dan frustasi, meringankan kebosanan dan

keletihan, serta dalam beberapa kasus dapat membantu remaja untuk melarikan

diri dari dunI yang keras. Santrock (2007) menjelaskan bahwa obat dapat

memberikan perasaan nikmat melalui ketenangan, kegembiraan, relaksasi,

persepsi yang selalu berubah-ubah, gelombang kegembiraan, atau

meningkatnya sensasi dalam waktu yang panjang. Ketika remaja masih

melanjutkan kebIsannya mengonsumsi obat, tubuh mereka membangun batas

toleransi (tolerance), yang berarti tubuh mereka membutuhkan obat dalam

jumlah yang lebih besar agar dapat memberikan efek yang sama.

Anak-anak yang terpidana narkoba di Lapas klas I Makassar adalah mereka

yang secara fisik telah mengalami ketergantungan yang disertai dengan gejala
29

ketagihan dimana anak tersebut akan merasakan hal yang tidak menyenangkan

ketika pemakaIn obat dihentikan. KemudIn dilanjutkan dengan ketergantungan

psikologis, dimana anak meiliki hasrat yang kuat dan kecanduan untuk

mengulangi penggunaan obat karena berbagai alasan emosional, seperti dapat

menimbulkan perasaan senang dan mengurangi stress. Ketergantungan fisik

maupun psikologis menunjukkan bahwa obat memainkan peran penting dalam

kehidupan remaja.

Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa perkembangan penyesuaian

diri remaja ditandai dengan dinamika psikologis yang sangat tinggi dan ternyata

di lembaga pemasyarakatan yang masih minim akan fasilitas pelayanan seperti

pendidikan serta kesehatan dan rehabilitasi khusus penyalahguna narkoba

belum ada dan jelas akan sangat berdampak pada penyesuaian diri remaja.

Pada faktanya, anak-anak yang dipidanakan karena kasus narkoba

merupakan akibat dari penyesuaian diri yang tidak sehat atau mengakibatkan

perilaku menyimpang sehingga anak harus dimasukkan ke lembaga pe-

masyarakatan karena perbuatannya tidak selaras dengan harapan dan nilai-nilai

dalam masyarakat, sehingga faktor-faktor dinamika psikologis penyesuaian diri

remaja di Lapas perlu menjadi sorotan agar penyesuaian diri anak/remaja

tersebut berlangsung dengan baik dan lancar, sehingga tidak terjadi ketidak-

harmonisan yang dapat menimbulkan konflik, kecemasan bahkan frustasi baik

kehidupan anak tersebut selama berada dalam lapas maupun pasca

tahanannya.
30

Harapan terbesarnya yaitu dapat kembali terintegrasi di masyarakat dengan

baik dan anak-anak tersebut tidak lagi mengulang perilaku yang tidak diinginkan.

Hal inilah yang membuat penulis tertarik melihat bagaimana penyesuaian diri

anak terpidana narkoba di Lapas Klas I Makassar.

E. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana penyesuaian diri anak terpidana narkoba di dalam lapas ?

2. Bagaimanakah bentuk-bentuk perilaku penyesuaian diri anak terpidana

narkoba selama berada di dalam lapas?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri anak

terpidana narkoba selama tinggal di dalam lapas?


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Masyhuri &

Zainuddin (2009) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian

yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris. Penelitian

kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan mengandalkan

manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif,

mengandalkan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran

penelitiannya pada usaha menemukan teori-teori dasar, bersifat deskriptif,

lebih mementingkan proses daripada hasil. Membatasi studi dengan fokus,

memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan

penelitiannya bersifat sementara dan penelitiannya disepakati oleh kedua

belah pihak, yaitu peneliti dan subjek penelitian.

Penelitian ini dilakukan secara cermat sehingga dapat mengungkapkan

makna sesuai dengan berbagai informasi yang diperoleh peneliti. Hanurawan

(2016) kemudian juga mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif

adalah penelitian yang berupaya secara cermat menjawab pertanyaan

pertanyaan penelitian melalui pengamatan terhadap latar belakang sosial

budaya individu yang tinggal di dalam latar belakang tersebut (Berg, 2001).

Selain itu, Smith (2009) menyatakan mereka yang ingin menyelidiki

pengalaman secara detail akan cenderung menoleh metode-metode kualitatif.

31
32

Konsentrasi pada pengalaman manusia sebagai topik sentral psikologi benar-

benar tidak dapat dipisahkan dari penelitian kualitatif.

B. Unit Analisis

Dalam penelitian ini juga mencoba untuk menjelaskan penyesuaian diri

anak terpidana narkoba yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Makassar. Anak yang ada dalam tahanan dengan kasus penyalahguna

narkotika memiliki banyak resiko terhadap penyesuaian dirinya yang

digabungkan dengan tahanan lain dari berbagai kasus dimana belum adanya

penanganan atau upaya dalam program rehabilitasi khusus anak dengan

kasus narkotika. Dengan melihat kondisi yang dihadapkan subjek saat ini,

maka peneliti merasa perlu untuk mengkaji hal tersebut sehingga judul

penelitian ini adalah penyesuaian diri anak terpidana narkoba (Studi kasus di

Lapas Klas I Makassar).

a. Subjek Penelitian

Pemilihan subjek penelitian dengan menggunakan teknik sampling

purposive dimana peneliti memilih subjek dengan kriteria tertentu yang

telah ditetapkan oleh peneliti. Adapun subjek yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah tahanan Anak Lembaga Pemasyarakatan Klas

IMakassar dengan kasus Narkotika yang rentan usianya antar 14-18 tahun,

berjenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SD dan SMP yang dianggap

telah mampu menyampaikan pengalamannya melalui bahasa verbal

dengan baik. Penulis memilih subjek penelitian berdasarkan pada

kasusnya yaitu pidana narkoba baik sebagai pelaku karena tertangkap


33

sebagai penyalur narkoba yang juga sebagai pengguna/pecandu ringan

hingga berat.

Pada penelitian ini, peneliti hanya meminta kesediaan dua orang untuk

menjadi subjek penelitian. Bukan berarti peneliti tidak mempertimbangkan

faktor kelengkapan dan kesediaan data yang efektif, namun sebagai

kompensasinya peneliti melengkapi data subjek dengan melakukan

wawancara melalui significant other subjek. Sehingga data yang diperoleh

nantinya akan lebih lengkap.

b. Infromasi Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan beberapa sumber

informasi yaitu dengan melakukan kunjungan langsung di Lembaga

pemasyarakatan Klas I Makassar dengan mengumpulkan informasi dari

penjaga tahanan maupun langsung dengan subjek.

C. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Makassar yang merupakan salah satu tempat yang

telah dilegitimasi oleh Negara untuk menertibkan individu yang melanggar

hukum.

D. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai peneliti mengutamakan

pengumpulan data melalui :

a. Wawancara
34

Data dalam penelitian dikumpulkan dengan menggunakan teknik

wawancara sebagai teknik utama. Esterberg (Sugiyono, 2012)

mengemukakan bahwa metode wawancara adalah merupaka pertemuan

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikontruksikan makna dalam satu topik tertentu. Metode wawancara

yang digunakan adalah wawancara semi tertruktur dimana jenis

wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept-interview,di mana

dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara

terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara

diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawacara, peneliti

perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan

oleh informan.

b. Observasi

Peneliti melakukan observasi terhadap obserview dan lingkungan

obserview. Observasi yang dilakukan ini sebagai sarana untuk melengkapi

data yang diperoleh dari proses wawancara. Angrosino (Creswell, 2015)

menjelaskan bahwa observasi/pengamatan adalah salah satu alat penting

untuk pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Mengamati berarti

memperhatikan fenomena dilapangan melalui kelima indera peneliti, sering

kali dengan instrument atau perangkat, dan merekamnya untuk tujuan

ilmiah. Kemudian Marshall (Sugiyono, 2012) juga menyatakan bahwa


35

melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku

tersebut.

Creswell (2015) Pengamatan tersebut didasarkan pada tujuan riset dan

pertanyaan riset. Kita mungkin menyaksikan lingkungan fisik, partisipan,

aktivitas, interaksi, percakapan, dan perilaku selama proses pengamatan

tersebut. Semua indera kita digunakan, termasuk penglihatan,

pendengaran, sentuhan, penciuman, dan perasa. Harus disadari bahwa

idak mungkin menuliskan fenomena tersebut semuanya. Maka dari itu,

harus dimulai dengan melakuklan pengamatan secara luas dan kemudia

berfokus pada pertanyaan riset. Hingga batas tertentu, sang pengamat

biasanya menjadi terlibat dengan sesuatu yang sedang diamatinya.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan

analisis data.

1. Persiapan Penelitian

Setelah melakukan perumusan permasalahan, peneliti kemudian

meninjau berbagai literatur untuk mendapatkan landasan teori yang kuat

untuk penelitian ini. Dari beberapa anak dan petugas di lapas, khususnya

Lapas Klas I Makassar. Informasi yang diperoleh telah dihimpun dalam

bab Tinjauan Pustaka.

Berdasarkan teori yang terangkum pada Bab Tinjauan Pustaka,

peneliti menyusun pedoman wawancara sementara yang berisi berbagai

pertanyaan yang meliputi aspek-aspek yang terdapat pada tinjauan


36

pustaka dan ditemukan selama interaksi dengan pihak-pihak di lapas.

Setelah itu peneliti mewawancarai beberapa orang anak di lapas sebagai

uji coba dan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai wawancara-

wawancara selanjutnya. Dari hasil wawancara dan observasi awal, maka

disusunlah pedoman wawancara dan observasi yang siap digunakan

dalam wawancara selanjutnya.

2. Pelaksanaan Penelitian

Peneliti meminta data dan nama anak yang terpidana kasus narkoba

kepada petugas lapas. Informasi mengenai anak yang terpidana kasus

narkoba juga diperoleh dari tim fasilitator yang sedang melakukan

program pembinaan mengenai hak-hak anak di lapas. Namun

selanjutnya peneliti melakukan trust building kepada subjek.

Dengan berbekal pedoman wawancara dan observasi serta alat

perekam, peneliti akan memulai wawancara terhadap kedua subjek

tersebut. Untuk subjek pertama akan dilakukan dua kali wawancara,

kemudian untuk subjek kedua akan dilakukan wawancara mendalam.

Pada saat wawancara, peneliti meminta izin kepada subjek untuk

menggunakan alat perekam dan peneliti juga akan menjelaskan bahwa

hasil wawancara ini akan digunakan untuk penelitian dengan tetap

menjaga kerahasiaan nama subjek. Selain menggunakan alat perekam

peneliti juga menggunakan buku dan alat tulis untuk menandai

pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan dan juga menuliskan

beberapa catatan penting.


37

Setelah proses wawancara dilakukan, peneliti membuat verbatim

wawancara. Selama pembuatan verbatim, peneliti beberapa kali akan

kembali mengunjungi subjek penelitian (subjek pertama dan kedua) untuk

mengklarifikasi jawaban yang masih belum atau kurang lengkap.

F. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung dan merupakan tahap yang mempunyai fungsi yang sangat

penting dan prosesnya hingga setelah pengumpulan data dalam suatu periode

tertentu. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012) menjelaskan bahwa yang

paling serius dan sulit dalam analisis data kualitatif adalah karena metode

analisis belum dirumuskan dengan baik.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis dengan menyiapkan dan mengorganisasikan data (yaitu, data teks

seperti transkrip, atau data gambar seperti foto) untuk analisis, kemudian

mereduksi data tersebut melalui proses pengodean dan peringkasan kode, dan

terakhir menyajikan data dalam bentuk bagan,table atau pembahasan

(Creswell, 2015).

Untuk studi kasus, analisisnya berupa pembuatan deskripsi detail tentang

kasus tersebut dan setting-nya. Jika kasus tersebut menyajikan kronologi

peristiwa maka (Creswell, 2015) merekomendasikan untuk menganalisis

beragam sumber data untuk menentukan bukti pada tiap langkah atau fase

dalam evolusi kasus tersebut.


38

Adapun proses atau tahapan dalam teknik analisis data yaitu :

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama

peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,

kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data

melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal pokok jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan

rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui

reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan

peralatan elektronik seperti computer mini, dengan memberikan

kode pada aspek-aspek tertentu.

b. Data display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks bersifat naratif.


39

Denan mendisplaykan data, maka peneliti akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Conclusin Drawing/ Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman (Sugiyono, 2010) adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten

saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid

apabila tidak ada perbedaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan apa

yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui

bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat

tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada kontruksi manusia, dibentuk

dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan

berbagai latar belakangnya (Sugiyono, 2012).


40

Sugiyono (2012) menyebutkan bahwa Pengujian keabsahan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan uji kredibilitas. Untuk menguji kredibilitas data

yang diperoleh, maka dilakukan dengan triangulasi, dimana triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian

terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan membahas dan memaparkan hasil dari penelitian

yang telah diperoleh di lapangan yang berfokus pada bagaimana penyesuaian diri

terhadap anak terpidana narkoba di lapas klas I Makassar. Jenis penelitian ini adalah

kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan dengan metode observasi

dan wawancara secara langsung.

Peneliti kualitatif meyakini realitas dan makna subjektif kehidupan manusia dan

berusaha mengungkapkannya. Penelitian kualitatif yang baik akan menampilkan

kedalaman dan detail informasi karena fokusnya memang suatu penyelidikan yang

mendalam pada sejumlah kecil kasus. Kasus yang dipilih sesuai minat dan tujuan

khusus. Studi kasus sangat bermanfaat ketika peneliti merasa perlu memahami suatu

kasus spesifik, orang-orang tertentu, kelompok dengan karakteristik tertentu ataupun

situasi secara mendalam.

Posisi peneliti dalam penelitian ini tidak ditentukan dan dipikirkan oleh peneliti

dalam menentukan segala hal dengan sebagaimana seharusnya tetapi berdasarkan

relaitas atau fakta-fakta yang terjadi di lapangan, apa yang dialami, apa yang

dirasakan dan dipikirkan oleh informan. Dalam hal mempermudah pembaca agar

memahami alur penelitian, maka akan disusun secara sistematis dengan

mendeskripsikan gambaran diri subjek penelitian terdiri dari identitas, gambaran diri

subjek, kesan peneliti saat wawancara. Bagian kedua setting penelitian dan terakhir

hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi penemuan, hasil analisis data, dinamika

penelitian dan bagian keempat yaitu pembahasan.

41
42

A. Gambaran diri

1. Identitas Subjek

a. Subjek Pertama

Nama :HA

Tempat Tanggal Lahir : Jeneponto, 31 Juli 2000

Usia : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Asal daerah : Jeneponto

Alamat : Pannampu Makassar

Pendidikan Terakhir : SD

Masuk Lapas : 30 Maret 2017

Lama Masa Tahanan : 1 Tahun

b. Subjek kedua

Nama :ZA

Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 22 Januari 2003

Usia : 15 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Asal daerah : Makassar

Alamat : Tamalanrea Makassar

Pendidikan Terakhir : SMP

Masuk Lapas : 14 Juli 2017


43

Lama Masa Tahanan : 1 Tahun 2 bulan

2. Gambaran Diri Subjek

a. Subjek Pertama H A

Dalam hal mendeskripsikan diri subjek, subjek pertama yaitu HA

memiliki penampilan yang cukup rapi setiap kali wawancara berlangsung,

menggunakan sandal jepit, baju kaos dan celana jeans hitam serta peci

yang selalu digunakan dikepalanya, subjek terlihat memperhatikan

penampilannya. Sedangkan subjek kedua yaitu ZA memiliki penampilan

yang berbeda dari subjek HA, subjek ZA terlihat cuek dengan

penampilannya,selalu menggunakan baju kaos lusuh dan celana pendek,

kadang tidak memakai sandal jepit, memakai atau mengalungkan sarung

dilehernya.

Subjek saat ini masih berusia 17 tahun, lahir di Jeneponto pada

tanggal 31 bulan Juli tahun 2000. Subjek merupakan anak pertama dari

empat bersaudara, memiliki satu orang saudara kandung dan 2 orang

saudara tiri, bapak kandung subjek telah meninggal dunia. Ibu subjek

sekarang berdomisili di palopo bersama ayah tiri dan adik-adik subjek.

Pendidikan terakhir subjek hanya sampai kelas enam SD karena tidak

lagi tinggal sama orangtua sejak pindah ke palopo melainkan tinggal

bersama tantenya dan terhambat masalah keungan. Subjek sejak putus

sekolah lebih memilih untuk bekerja dengan menjadi supir angkutan kota

milik sepupu subjek. Pengetahuan subjek terhadap narkoba masih sangat

minim baik bahaya maupun dampak-dampaknya.


44

Subjek memiliki sifat yang sabar dan pendiam, tidak mudah bagi

subjek untuk berinteraksi dengan orang yang tidak menyapa duluan. Pada

saat peneliti membangun rapport respon subjek sangat dingin dan volume

suara yang begitu kecil dan terkesan malu-malu saat diwawancarai.

Subjek memiliki hobi bermain bola, hobi tersebut sering dilakukan

saat masih berada diluar lapas dulu dan sekarang dianggap sebagai

hiburan selama berada didalam lapas.

b. Subjek Kedua Z A

Subjek disebut dengan inisial Z A dalam hal merahasiakan data,

subjek adalah seorang laki-laki yang memiliki bentuk badan yang tampak

kurus dengan tinggi badan sekitar 160 cm dan berat badan 45 kg dengan

memiliki bentuk wajah yang lonjong, kulit berwarna sawo matang, hidung

terlihat mancung dan alis yang juga cukup tebal.

Subjek berusia tujuh belas tahun, lahir di Makassar tanggal 22

bulan Januari tahun 2003. Subjek merupakan anak bungsu dari empat

bersaudara. Hubungan antara subjek dengan saudaranya sangat baik

namun interaksi antar kakak pertama dan kedua yang merupakan

perempuan tidak begitu dekat dibanding dengan kakak ketiga yang juga

laki-laki yang sangat dekat dengan subjek.

Subjek menempuh pendidikan hingga kelas dua SMP. Subjek tidak

lagi melanjutkan sekolahnya dikarenakan subjek terpengaruh dengan

pergaulan dan merasa bosan. Subjek memiliki sifat yang sangat ramah

dan terbuka pada orang tertentu saja, pada saat peneliti membangun
45

rapport subjek tampak memberikan senyum dan bercerita dengan sangat

lepas, awalnya tampak pemalu, tapi setelah beberapa waktu bertemu

subjek begitu terbuka dengan peneliti. suaranya sangat terdengar

bersemangat sehingga peneliti dengan mudah mengidentifikasi apa yang

dikatakan subjek.

Subjek memiliki hobi bermain alat musik gitar dan bola, namun lebih

sering bermain alat musik gitar. Subjek juga menganggap bukan hanya

sekedar hobi melainkan sebagai media hiburan saat senang bosan

dengan situasi didalam lapas.

3. Kesan Peneliti Saat Wawancara

Awalnya peneliti tertarik pada subjek pertama ini untuk dijadikan salah

satu subjek penelitian karena memperoleh data-data dari kegiatan peneliti

selama berada didalam lapas terkait dengan pendampingam pengajaran

pendidikan berbasis konvensi hak anak didalam tahanan untuk anak didik,

banyaknya anak baik yang masih sedang menjalani masa percobaan tahanan

maupun terpidana kasus narkoba membuat peneliti perlu untuk mengenali

anak-anak tersebut, namun subjek ini dipilih peneliti karena hanya subjek

tersebut yang telah menjalani masa tahanan murni sebagai narapidana yang

kurang lebih enam bulan pada saat itu.

Setelah kenal sebagai salah seorang dari anak didik yang masuk

dalam kelompok peneliti, maka peneliti pada saat itu mulai melangsungkan

observasi terhadap subjek pada bulan agustus, kemudian mengkonfirmasi ke


46

subjek terkait kesediaan subjek menjadi subjek dalam penelitian yang

dilakukan peneliti.

Awal bulan desember 2017 lalu, peneliti secara administratif mengurus

izin untuk melakukan penelitian dengan melakukan wawancara dan observasi

lanjutan langsung pada subjek. Saat itu peneliti mendapatkan informasi dari

bagian regist mengenai jumlah anak narapidana kasus narkoba hanya ada

dua orang.

Perjalanan menuju lembaga pemasyarakatan (lapas) klas I Makassar

mudah dijangkau oleh peneliti sehingga membuat peneliti lebih bersemangat

untuk mengunjungi subjek. Meskipun dengan begitu mudah dijangkau namun

peneliti tidak mudah dalam menemui subjek, ketika subjek dipanggil untuk

peneliti wawancarai kembali, subjek kadang datang dua hingga tiga jam

kemudian, sehingga peneliti harus bersabar menunggu minat dan mood

subjek untuk bersedia diwawancarai kembali.

Peneliti berhasil mewawancarai kedua subjek sebanyak tiga kali

meskipun berkunjung ke lembaga pemasyarakatan untuk tujuan formal

penelitian sebanyak enam kali, namun ketika berkunjung tiga kali tanpa

bertatap muka langsung dengan subjek peneliti mendapatkan banyak

informasi tambahan mengenai kedua subjek tersebut .

Peneliti sangat bersemangat dalam melaksanakan penelitian karena

kedua subjek tampak ramah dan menerima kehadiran peneliti dengan

menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti tanpa adanya hal-hal

yang mengganggu dan menghambat jalannya proses wawancara. Dengan


47

gaya dan bahasa sehari-hari yang digunakan subjek, maka peneliti pun

menyesuaikan agar subjek dengan mudah memahami maksud dari setiap

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

B. Setting Penelitian

Berdasarkan dari kedua subjek tersebut, peneliti melakukan tiga kali proses

wawancara untuk masing-masing subjek. Wawancara pertama dilakukan diruang

bimkemas pada hari selasa tanggal 12 desember 2017 , kemudian dilanjutkan

kembali pada hari jum’at tanggal 29 desember 2017 lalu dan terakhir pada hari

selasa tanggal 16 januari 2018. Lokasi wawancara pertama dan terakhir pada

kedua subjek sama diruang bimkemas lembaga pemasyarakatan klas I

Makassar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dalam penelitian ini terdapat

dua subjek utama yang sesuai dengan kriteria dalam penentuan subjek dan tiga

orang lainnya sebagai key informan (triangulasi data). Tiga orang tersebut yaitu

satu dari pihak Pembina yang mengenal mereka, kemudia teman kamar masing-

masing subjek yang sangat dekat dan mengenal baik subjek. Hal ini dilakukan

oleh peneliti sebagai upaya untuk memperkuat dan membandingkan hasil

wawancara dari subjek utama dan berdasarkan pengamatan dari pembina.

Proses wawancara yang dilakukan peneliti disertai dengan melakukan

observasi lanjutan secara langsung pada kedua subjek utama dengan tujuan

untuk melihat setiap perilaku dan respon-respon yang dapat diamati selama

proses wawancara berlangsung.


48

C. Hasil Penelitian

Pada deskripsi penemuan ini akan dipaparkan suatu tema yang diperoleh

dalam penelitian. Setalah melalui beberapa tahap yang dimulai dari verbatim,

coding hingga kategorisasi kemudian menghasilkan beberapa tema yang

diperoleh oleh subjek daei berbagai pernyataan. Adapun tema yang dihasilkan

tersebut yaitu dapat ditinjau pada table lampiran dan berikut akan di deskripsikan

dibawah ini:

Tema yang didapat terdiri dari profil subjek yang membahas mengenai

subjek itu sendiri dan hubungannya dengan keluarga, serta relasi sosial subjek

dengan lingkungan sekitar terkait dengan pertemanan. Lalu selanjutnya

mengenai persepsi terhadap realitas yang kaitannya dengan orientasi terhadap

realitas yang dijalani subjek yang juga berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan

dan dialami subjek, gambaran positif mengenai diri dan harapan subjek,

kemandirian, kepercayaan.

Setelah itu, pada tema umum selanjutnya yaitu kondisi psikologis yang

ditekankan pada kondisi yang dirasakan subjek saat ini, baik kondisi emosi,

mengatasi stress serta. Tema selanjutnya yaitu mengenai dukungan sosial yang

diperoleh subjek yang terdiri dari lingkungan keluarga, dan juga lingkungan

sekitar seperti teman dan kerabat. Tema terakhir mengenai harapan dan

keyakinan diri subjek.


49

a. Profil subjek

Profil subjek mengenai identitas subjek dengan usia subjek, pendidikan

terakhir subjek, jumlah saudara subjek, waktu masuk lapas subjek hingga

lama masa tahanan subjek.

Pada subjek pertama berusia 17 (tujuh belas) tahun dan anak pertama

dari empat bersaudara, terdiri dari satu adik kandung dan dua adik tiri dari

ibunya, pendidikan terakhir hanya sampai hingga kelas enam SD karena

persoalan ekonomi dan tidak tinggal bersama orangtua melainkan dengan

tantenya. Subjek bekerja sebagai supir angkutan kota milik sepupu subjek

untuk membiayai diri sendiri

“sekarang umur ku 17 tahun mi kak”…


(wwc1/S1HA/line4/12.12.2017)

“tidakmi, dulu ji waktu masih hidup bapak ku. Tapi setalah


meninggal mi, menikah lagi mamaku dan itu mi ada lagi
adek ku dua orang, karena berduaja sebenarnya
bersaudara, tapi sekarang berempatma. Tapi pindahmi
mamaku dipalopo”…(wwc1/S1HA/line9/12.12.2017)

“Berhentika sekolah sejak kelas enam SD, karena mauka


cari uang saja jadi kerja ma saja”…
(wwc1/S1HA/line5/12.12.2017)

”kerjaka jadi supir ptpt di daerah sekitar tol sana, saya


bawa mobil ptpt nya sepupuku”…
(wwc1/S1HA/line7/12.12.2017)

“Tanggal 30 maret 2017 kalau tidak salah kak”…


(wwc1/S1HA/line7/12.12.2017)

“Saya dapat satu tahun kak” ...


(wwc1/S1HA/line7/12.12.2017)

Pada subjek kedua yaitu ZA yang berusia 14 tahun merupakan anak

bungsu dari empat bersaudara, dua kakak subjek adalah perempuan dan ada
50

yang telah bekerja dan menikah dan satu kakak laki-lakinya yang sangat

akrab dengan subjek merupakan mantan narapidana. Pendidikan terakhirnya

hanya sampai kelas dua SMP, tidak dilanjutkan karena subjek merasa bosan

sekolah dan juga karena pengaruh pergaulan sehingga sering bolos sekolah

dan tertarik mengedar karena diajarkan oleh kakaknya.

“14 tahun kak” …(wwc1/S1ZA/line3/12.12.2017)

“saya anak bungsu dari empat bersaudara kak”…


(wwc1/S1ZA/line5/12.12.2017)

“ie kak yang pertama dan kedua kan perempuan, yang


kedua sudahmi menikah, yang pertama masih kerja.
Yang ketiga kan laki-laki, pernah juga ditahan gara-gara
merampokki” …(wwc1/S1ZA/line6-7/12.12.2017)

”saya sampai SMP kelas dua kak, nda lanjutma”…


(wwc1/S1ZA/line7/12.12.2017)

“saya lahir tanggal 22 januari 2003”...


(wwc1/S1ZA/line9/12.12.2017)

Diketahui dari profil subjek pertama dan kedua, subjek pertama yang

telah berusia tujuh belas tahun merupakan anak pertama dari empat

bersaudara yang memiliki satu orang adik kandung dan dua orang adik tiri,

subjek HA tidak tinggal bersama dengan orangtuanya lagi setelah ibunya

menikah dan tinggal di Palopo bersama suami ibunya yang tidak lain adalah

ayah tiri dari subjek HA. Kemudian dipahami bersama pula subjek tinggal

bersama tentenya sehingga merasa lebih membutuhkan untuk menghasilkan

dan membiayai diri sendiri dengan bekerja dibandingkan harus bersekolah.

Sedangkan subjek kedua yaitu ZA yang masih berusia empat belas tahun

merupakan anak bungsu dari empat bersaudara yang diketahui lebih akrab

dengan kakak laki-laki subjek ZA dibandingkan dengan kedua kakak


51

perempuannya dan kedua orangtuanya. Tidak melanjutkan sekolahnya lagi

dikarenakan terpengaruh dengan pergaulan dan merasa bosan untuk

bersekolah serta mengaku diajarkan mengedar oleh kakak laki-lakinya yang

juga mantan narapidana kasus perampokan.

b. Relasi sosial

Relasi sosial yang dimaksud disini adalah hubungan sosial hasil interaksi

terhadap orang lain yang ada disekitar lingkungan subjek terkait dengan

pertemanan.

Bagi subjek pertama yaitu HA memiliki hubungan pertemanan yang cukup

baik dengan teman-temannya diluar meskipun tidak memiliki banyak teman

yang akrab juga tidak pernah terlibat masalah dengan temannya diluar sana,

serta ada teman yang pernah datang membesuk sekali dengan membawa

makanan untuk subjek, namun subjek HA menunjukkan bahwa mampu

beradaptasi baik dengan temannya. Pernyataan subjek sebagai berikut:

“yah biasa ji juga kak, nda terlalu banyak temanku juga


belah”…(wwc1/S1HA/line12/12.12.2017)

“Tidak ada kak teman biasa semua


ji”…(wwc1/S1HA/line14/12.12.2017)

“Tidak pernah ji kak, baik-baikji. Pernahji juga sekali datang ke


sini besuk ka, na bawakan ka makanan.”
…(wwc1/S1HA/line16-17/12.12.2017)

Hasil wawancara yang penulis lakukan juga menunjukkan bahwa ternyata

tidak semua teman-teman subjek yang berada diluar memakai narkoba dan

mengetahui bahwa subjek mengkonsumsi narkoba jenis shabu, subjek

memakai narkoba karena awalnya perintahkan untuk mencoba oleh salah


52

seorang temannya yang juga menjual narkoba tersebut, pernyataan subjek

sebagai berikut :

“Tidak semuaji teman-temanku diluar sana


yang pakai, saya saja pakai karena disuruh coba
sama ada satu orang memang temanku yang
samaka biasa pakai dan dia jual juga itu barang,
tidak semua ji temanku yang tahu kalau saya
pakai shabu-shabu.” …
(wwc1/S1HA/line20-22/12.12.2017)

Selanjutnya kehidupan yang dijalani selama berada didalam lembaga

pemasyarakatan membuatnya harus beradaptasi dengan berbagai tahanan dari

beragam kasus tindak pidana kriminal lainnya, didalam kamar sel subjek

memiliki teman dengan kasus yang berbeda dengannya, kemudian subjek tidak

memiliki teman yang sangat akrab, selanjutnya subjek menceritakan

pengalaman pada saat pertama masuk lapas tidak langsung kenal dengan

teman-temannya dalam kurun waktu seminggu, berikut pernyataan subjek :

“Perampokan, pembunuhan, pemerkosaan,


pencurian sama kekerasan itu yang busur-busur
kak.” …(wwc1/S1HA/line57-58/12.12.2017)

“Tidak ada kak,sama semuaji teman-temanku


didalam. Tidak adaji yang akrab sekalika. Itu saja
dulu pertama masuk disini tidak langsung kenal,
hampir pi satu minggu baru mauka cerita”
…(wwc1/S1HA/line60-61/12.12.2017)

Subjek memiliki pribadi yang cukup diam dan tidak mudah akrab dengan

orang lain, maka untuk berinteraksi dengannya harus diajak cerita lebih dahulu

oleh orang lain agar subjek memberikan respon, hingga subjek dapat bercerita

dan bercanda sesama temannya didalam lapas saat waktu istirahat meskipun

jarang untuk berkumpul dengan teman-temanya.


53

“Saya yang diajak duluan cerita kak. Terus saya


respon mi juga. Saya pendiam ka kak, tidak
bisaka langsung akrab sama orang. jadi sampe
sekarang suka jki baku cerita-cerita dan
bercanda-bercanda sesama didalam.”…
(wwc1/S1HA/line64-65/12.12.2017)

“Cerita-cerita ji saja kak, atau bercanda sama


teman-teman saat jam istirahat”…
(wwc1/S1HA/line111/12.12.2017)

“Sama teman-teman ji kak, duduk-duduk dan


cerita-cerita kalau tidak ada besukan. Karena
saya jarangka ngumpul, kadang-kadangji”…
(wwc1/S1HA/line117/12.12.2017)

Setelah beberapa waktu berada didalam lapas subjek merasa akrab

dengan keberadaan teman-temannya, meskipun dengan begitu subjek tetap

memiliki teman yang tidak saling cocok dan menyadari itu hal yang sudah

biasa, subjek tidak suka dengan teman yang berkelakuan tidak baik bukan

hanya kepada dirinya tapi ke semua temannya serta subjek juga kadang

merasa jengkel dengan teman yang menganggunya.

“yah akrab”…(wwc2/S1HA/line34/29.12.2017)

“yah, ada kak. Tapi kan kalau masalah tidak


cocok yah sudah biasa kak.”
… (wwc2/S1HA/line36/29.12.2017)

“saya yang tidak suka”


… (wwc2/S1HA/line38/29.12.2017)

“tidak juga, tapi kelakuannya kepada semua


teman-teman memang tidak baik”.
…(wwc2/S1HA/line42/29.12.2017)

“ie sama kak”…(wwc2/S1HA/line73/29.12.2017)

“namanya jengkel sih yah, banyak. Biasa kalau


diam-diam na suka ka naganggui”
…(wwc3/S1HA/line36/16.01.2018)
54

“Itu ji kak, banyak teman-teman yang pakaballisi-


ballisi. Suka ki na ganggui. Itu juga orang-orang
tua didalam suka ki suruh-suruh. Na marahi ki
kalau tidak turuti”
…(wwc1/S1HA/line112-113/29.12.2017)

Berbeda dengan subjek Z A yang memiliki relasi sosial yang kurang sehat

terkait dengan pertemanan, subjek Z A mengakui memiliki banyak musuh

daripada teman karena jarang mendapat besukan dari orang yang di anggap

temannya. Berikut pernyataan subjek ZA terkait dengan tema relasi sosial

dalam kategori pertemanan.

“Yah biasa ji juga kak, nda terlalu banyak


temanku juga belah. Lebih banyak musuh”
…(wwc1/S1ZA/line22/12.12.2017)

“Banyak teman biasa kak, nda terlalu banyak


teman dekat karena itumi lebih banyak jadi
musuhku” …(wwc1/S1ZA/line24-25/12.12.2017)

“Tidak pernah kak, jangankan temanku yang


diluar mauka datang na liat. Yang didalam sini
saja saya tidak akrab. Karena itumi kak saya
bilang dimana-mana musuh.”
…(wwc1/S1ZA/line5/12.12.2017)

Hasil wawancara yang peneliti lakukan juga menunjukkan temuan serupa

dengan subjek pertama yaitu HA. Saat setelah berada didalam lingkungan

lembaga pemasyarakatan subjek mengakui dirinya bergaul dengan teman

ditahanan dewasa dengan kasus yang berbeda dari diri subjek, kemudian

begitu juga teman sekamar sel subjek yang berasal dari beragam kasus pidana

tindak kriminal, berikut kutipan pernyataan subjek :

“Kasus perampokan semua kak”…


(wwc1/S1ZA/line60/12.12.2017)
55

“yang saya tau itu kak perampokan,


pembunuhan, pemerkosaan, pencurian sama
kekerasan itu yang busur-busur kak.”…
(wwc1/S1ZA/line88-89/12.12.2017)

“ada semua mi didalam, kepala kamar


pembunuhan, yang lain itu ada 365, 363,
sendiriku ji narkoba.”...
(wwc2/S1ZA/line35-36/29.12.2017)

Setelah berpindah kamar dikamar sel yang menurut subjek dengan

kepala kamar yang tidak lain adalah kerabat kakak subjek maka subjek merasa

aman dan semua penghuni dalam kamar sel yang dihuni bagus, subjek merasa

semua teman. Berikut pernyataan subjek ZA saat menggambarakan dirinya

tersebut:

“bagus ji semua kak”…


(wwc2/S1ZA/line48/29.12.2017)

“temannya kakak ku ini yang kepala kamar ka


toh”… (wwc2/S1ZA/line85/29.12.2017)

“ie karena kakak ku mentong pesan sama itu


temannya bilang liat-liatki adekku itu. Jadi enakji
kurasa gampang ja langsung akrab” …
(wwc2/S1ZA/line131-132/29.12.2017)

Subjek mengakui merasa memiliki banyak musuh dan mengakui bahwa

teman-temannya pemakai dan juga mengedar, subjek juga mengakui bahwa

dirinya hanya mengedar tanpa memakai, berikut pernyataan hasil

wawancaranya :

“deh, lebih banyak musuh”…


(wwc2/S1ZA/line160/29.12.2017)

“Karena toh, memang dulu temanku ji semua,


tapi lama-lama berubah jadi musuh karena biasa
menjebak. Kalau ditangkap mki toh, berusaha
tong supaya saya juga ditangkap”…
56

(wwc1/S1ZA/line27-28/12.12.2017)

“Oh kalau temanku rata-rata pakai ki kak dan


mengedarki juga, kalau saya mengedar saja.
Tidak pakai ka saya…”
(wwc1/S1ZA/line31-32/12.12.2017)

Fakta yang mengejutkan juga adalah subjek mengenali penyidik yang

membantunya dalam memanipulasi berita acara penangkapannya, itu

dikarenakan subjek tidak lepas dari campur tangan dan pengaruh orang yang

dianggap bos, berikut kutipan pernyataan subjek :

“ie kenal ka” …


(wwc2/S1ZA/line12/12.12.2017)

“ie eheheh”…
(wwc2/S1ZA/line14/12.12.2017)

Kemudian teman akrab subjek yang berada ditahanan dewasa tidak lain

adalah orang yang tinggal dekat dengan lingkungan rumahnya yang biasa

menjadi tempat berkumpul, subjek juga merasa tidak ada perubahan pada

orang-orang yang dianggap musuh yang keadaannya masih seperti biasa serta

merasa diabaikan oleh teman yang ada diluar yang pernah merasakan keadaan

yang sama dengan dirinya namun tidak diperlakukan sebagaimana subjek dulu

memperlakukan temannya dengan tetap datang mengunjungi. Berikut kutipan

pernyataan hasil wawaancara oleh subjek ZA :

“karena dekat rumahka semua di BTP, baku


samping rumahji”…
(wwc2/S1ZA/line52/12.12.2017)

“ie, sering biasa ke rumah, kan biasa dirumah


sering anak-anak ngumpul”…
(wwc2/S1ZA/line54/12.12.2017)
57

“yah begitu-begituji kak, tetapji tidak saling


menyapa dan baku diam-diam”…
(wwc2/S1ZA/line60/12.12.2017)

“oh ituji kak, temanku yang diluar tidak pernahka


datang na besuk, padahal mereka yang sebelum-
sebelumnya juga pernah masuk seringka datang
besukki”…(wwc2/S1ZA/line62-63/12.12.2017)

Setelah beberapa waktu pindah kamar sel, subjek ZA merasa semua

teman-teman sekamarnya tidak ada yang tidak menyenangkan setelah pindah

kamar, begitu pun dengan keadaan subjek yang merasa sabar juga teman-

temannya, berikut kutipan pernyataan subjek :

“tidak adaji kalau teman-teman ku yang


sekarang” ”…(wwc3/S1ZA/line36/16.01.2018)

“tidak pernah ji saya, karena sabar-sabar ja saya,


teman-teman ku juga yang lain”…
(wwc3/S1ZA/line40/16.01.2018)

Berdasarkan hasil analisis wawancara personal terhadap subjek terdapat

beberapa aspek-aspek yang menjadi penekanan utama sebagai bagian dari tema

relasi sosial yaitu pola interaksi dan komunikasi serta kedekatan.

Aspek penyesuaian sosial sebagai awal dari adanya aspek pola interaksi

dan komunikasi. Seseorang yang mampu beradaptasi dengan baik di

lingkungannya akan menciptakan relasi sosial berupa bercerita, bercanda dan

berbagi yang mengarah pada kedekatan psikologis. Hubungan yang tercipta

antara seseorang dengan temannya tergantung pada kondisi psikologis dan

situasi lingkungan. kehidupan yang dijalani oleh kedua subjek selama berada

didalam lembaga pemasyarakatan membuat seseorang harus beradaptasi

dengan berbagai tahanan dari beragam kasus tindak pidana kriminal lainnya,
58

tidak memiliki teman yang sangat akrab didalam kamar sel adalah salah satu

indikator yang merepresentasikan penyesuaian sosial yang lemah.

Penyesuaian sosial lainnya terlihat dari keakraban, akrab direpresentasikan

sebagai ikatan emosional positif dimana didalamnya termasuk saling pengertian

dan dukungan. Seseorang yang terlibat pada sebuah pertemanan akan terjalin

dengan baik, meliputi orang-orang yang saling menyukai, menyenangi

kehadirannya satu sama lain, memiliki kesamaan minat dan kegiatan, saling

membantu dan memahami, saling mempercayai, menimbulkan rasa nyaman

dan saling menyediakan dukungan emosional. Subjek pertama memiliki pribadi

yang cukup diam dan tidak mudah akrab dengan orang lain, maka untuk

berinteraksi dengannya harus diajak cerita lebih dahulu oleh orang lain agar

subjek memberikan respon, hingga subjek dapat bercerita dan bercanda

sesama temannya didalam lapas saat waktu istirahat meskipun jarang untuk

berkumpul dengan teman-temanya. Selanjutnya subjek kedua yang merasa

memiliki banyak musuh daripada teman juga merepresentasikan penyesuaian

sosial yang lemah.

Pada konteks keakraban, secara perlahan berkembang antar individu

sepanjang waktu sebagai hasil interaksi melalui komunikasi dan dipengaruhi oleh

interaksi, dukungan dan penerimaan, setelah beberapa waktu berada didalam

lapas subjek pertama tersebut merasa akrab dengan keberadaan teman-

temannya, meskipun dengan begitu subjek tetap memiliki teman yang tidak saling

cocok dan menyadari itu hal yang sudah biasa. Rasa hangat, keterhubungan, dan

pengertian sangat penting bagi orang-orang sehingga keakraban psikologi adalah


59

hadiah utama dalam penyesuaian sosial. Sehingga hubungan yang sudah terjalin

akan menyebabkan seseorang mendapatkan dampak positif dan bermanfaat

untuk lingkungan pendidikan serta lingkungan sosialnya. Sedangkan subjek

kedua yang sudah menjalin keakraban lebih dulu dengan teman yang berada di

tahanan dewasa membuatnya merasa didukung dan diterima selama menjalani

kehidupan di dalam lembaga pemasyarakatan.

c. Persepsi terhadap realitas

Persepsi setiap orang terhadap realita berbeda-beda, meskipun realita

yang dihadapi sama. Perbedaan persepsi tersebut dipengaruhi oleh

pengalaman masing-masing orang yang berbeda satu sama lain. Meskipun

persepsi masing-masing individu berbeda dalam menghadapi realita, tetapi

saat seseorang memiliki penyesuaian personal yang baik memiliki persepsi

yang realtif objektif dalam memahami realita. Persepsi yang objektif tersebut

adalah bagaimana orang mengenali konsekuensi-konsekuensi dari tingkah

lakunya dan mampu bertindak sesuai dengan konsekuensi tersebut.

Subjek pertama yaitu HA menyebutkan bahwa dirinya sulit melibatkan

teman untuk turut melaporkan yang mempengaruhi subjek untuk

mengkonsumsi narkoba, kemudian subjek merasa tidak pernah dibesuk oleh

temannya tersebut. Subjek tertangkap di daerah Sapiria ketika sedang

berjalan kembali menuju kendarannya setelah melakukan transaksi kemudian

diringkus oleh pihak berwajib, Sapiria terkenal sebagai kampung narkoba,

subjek mengaku bahwa disanalah tempat subjek selalu membeli barang

haram tersebut.
60

“Susahki kak, tidak ada juga bukti, dan ada


bosnya yang lindungi jadi biarka laporkan juga itu
temanku percumaji. Baru itu temanku biar satu
kali tidak pernahka datang na besuk, sibuk ki
kayaknya mengedar hehe”…
(wwc1/S1HA/line26-28/12.12.2017)

“Dulu saya ditangkap di sapiria, waktu itu saya


mau kembali dimobil ptpt ku karena darika ambil
itu barang disana, pas saya jalan, langsung di
pergoki sama polisi, na ambil mi itu barang dari
tanganku, dan na bawa ma ke kantor polisi
didaerah tallo dipolsek tallo” …
(wwc1/S1HA/line39-41/12.12.2017)

“Ie kak disana ji disapiria selalu ka ambil itu


barang”… (wwc1/S1HA/line43/12.12.2017)

Sebelum tertangkap subjek ternyata sudah mengkonsumsi hampir setiap

hari saat memiliki uang selama kurang lebih satu bulan, pada saat tertangkap

subjek membawa narkoba jenis shabu dengan bungkusan shachet kecil

dengan harga seratus ribu rupiah

“Baru ka satu bulan lebih pakai”…


(wwc1/S1HA/line43/12.12.2017)

“Saya bawa satu sachet kecil sekali yang sekali


hisap, itu saya beli dari temanku harga 100 ribu”…
(wwc1/S1HA/line47/12.12.2017)

“kadang-kadang kalau ada uang saya pake terus


setiap hari”…
( wwc2/S1HA/line47/77.12.2017)

Saat setelah tertangkap dan menjalani proses hukum yang selanjutnya

putusan pengadilan keluar, subjek kemudian mengalami gejala putus zat dan

merasakan dampaknya secara fisiologis, saat berada didalam lembaga

pemasyarakatan, subjek mengakui fasilitas kesehatan dalam hal ini klinik


61

yang tersedia hanya memberikan obat tanpa ada penanganan khusus, berikut

pernyataan subjek :

“Deh, sakit sekali kak rasanya semua badanku.


tiga hari tiga malam menggigil teruska”…
(wwc1/S1HA/line49/12.12.2017)

“Dikasih ji saja obat dari klinik”…


(wwc1/S1HA/line51/12.12.2017)

“Tidak ada kodong. Obat saja dikasih”…


(wwc1/S1HA/line53/12.12.2017)

“Ededede siksa ki kodong kak, mahalki harganya


baru deh kalau tidak pakai ki setengah matiki
dirasa.”…(wwc1/S1HA/line75-76/12.12.2017)

“Di sini kalau subuh-subuh dikasih bangun mki


sholat, baru dikasih sarapan, sudah itu apel jam 7
pagi terus dikasih tugas disuruh mki membersihkan
sampai jam 10 pagi, sudah itu waktu ketemu
pembesuk sampai jam 2, tapi biasa kalau tidak
adaji besukka saya dikamar atau diluar bergaul
sembarangji, tapi biasa saya dikamar ja saja
sampenya lagi malam. karena sudah itu tidak
adami dikerja, menurutku kak sebenarnya bagusji,
diajarki sholat, diajarki untuk bersih-bersih, kalau
sakitki biasa juga dikasih jki obat dari klinik tapi
itumi bosan tong jki ia begini.”…
(wwc1/S1HA/line31-36/12.12.2017)

Terkait dengan persepsi subjek terhadap realitas kehidupan yang ada

didalam lembaga pemasyarakatan, subjek bercerita mengenai jumlah

penghuni yang terdapat didalam kamar sel yang ditempati subjek, kemudian

mengira bahwa awalnya lapas adalah tempat yang sangat mengerikan, itu

karena informasi maupun kesan yang melekat terhadap lembaga

pemasyarakatan selama ini sehingga mempengaruhi persepsi subjek diawal.

Fasilitas yang tersedia pun bagi subjek masih perlu untuk dibenahi untuk
62

mendukung hak-hak sebagai anak termasuk memberikan informasi yang

menunjang dirinya selama berada didalam lapas maupun setelah bebas

nantinya, berikut pernyataan subjek :

“Didalam ada dua belas orang ka kak” …


(wwc1/S1HA/line91/12.12.2017)

“Bagusji kak, saya kira lapas itu mengerikanki.


Disiksa ki atau diapai ki, tapi ternyata tidak ji.
Kadang ji ji dimarahi ki kalau ada salahta, ituji
biasa kepala kamar ku. Sembarang-sembarang
na lapor ke penjaga jadi kadang dihukum mki
lagi. Kalau makanan enakji juga karena dikasih
makan jki,biar mamo itu itu terusji makanannya
dikasihki. Bosan ki tapi yah dinikmati mami. Itu ji
pelayanan yang kutau”…
(wwc1/S1HA/line79-83/12.12.2017)

“Layaknya yah sudah cukup bersih, cukup untuk


ditempati 13 orang.”…
(wwc2/S1HA/line24/29.12.2017)

“yah layak ji kak” …


(wwc2/S1HA/line22/29.12.2017)

“di dalam ada telivisi, cuma itu dibagian luar


saja” …(wwc2/S1HA/line30/29.12.2017)

“Tidak kak, apa tong kodong kita ini ditaukan


yang begitu-begitu” …
(wwc1/S1HA/line91/29.12.2017)

Subjek kemudian juga bercerita tentang persepsinya mengenai proses

pendidikan yang dijalani selama berada didalam lembaga pemasyarakatan,

subjek mengakui bahwa dirinya malu untuk kembali sekolah karena

mengingat sudah lama meninggalkan bangku sekolah, jadi orientasi terhadap

realitas yang merupakan salah satu kategori dari persepsi subjek

menunjukkan bahwa lebih memilih untuk bekerja


63

“Mau sekalika lagi sebenarnya kodong kembali


sekolah, tapi besar mki kak. Malu-malu ma. Jadi
saya pikir lebih baik cari kerja"…
(wwc1/S1HA/line85-86/12.12.2017)

“yah kalau lanjut sekolah lagi mau bagaimana,


kan berhenti sekolah kan sudah lama saya juga
kan sudah kerja, mau apa lagi lanjut sekolah”
…(wwc2/S1HA/line58-59/29.12.2017)

“karena sudah lama tidak ada kerja, yah mau


kerja saja”…
(wwc2/S1HA/line16/29.12.2017)

Sebagai anak yang sedang mengalami masalah hukum, subjek HA

menceritakan tentang aktivitas dan keadaan yang terjadi selama berada

didalam lembaga permasyarakatan dengan memberikan respon yang

berbeda-beda terhadap apa yang dipikirkan dan dirasakan yang berdampak

pada persepsinya, subjek bercerita mengenai aktivitas yang dilakukan setelah

apel, kemudian kamar sel yang tutup setiap pukul 5 sore yang diberlakukan

khusus blok anak. Berikut kutipan pernyataan hasil wawacnara subjek :

“yah, kalau bangun tidur, sekitar jam 7 kan kamar


dibuka sama petugas jadi pagi langsung apel,
kemudian mengaji sampai jam 10 langsung
kembali lagi ke kamar, setelah itu kerjakan apa
saja kayak tugas.” …
(wwc2/S1HA/line2-4/29.12.2017)

“kalau sudah apel, mau kerjakan apa saja.


Bebas melakukan apa saja.” …
(wwc2/S1HA/line12/29.12.2017)

“yah kalau malam sudah tutup, jam 5 sudah tutup


dan semua warga binaan harus masuk kamar...”
(wwc2/S1HA/line12/29.12.2017)

“ie, cuma blok anak”…


(wwc2/S1HA/line17/29.12.2017)
64

Subjek juga mengakui merasa tidak nyaman soal besukan, saat tidak

mendapat besukan dari keluarga atau kerabatnya, subjek memilih untuk

melakukan hal yang positif seperti mengaji dan mambaca diperpustakaan.

Berikut kutipan pernyataan hasil wawancara subjek :

“kalau itu sih biasa kalau tidak punya besukan


sekali-sekali. cuma itu ji kak” …
(wwc2/S1HA/line83/29.12.2017)

“Jarangji” …(wwc3/S1HA/line6/16.01.2018)

“itu saja besukan jarang datang, itu saja


pengalaman yang paling tidak menyenangkan”
…(wwc2/S1HA/line133-134/29.12.2017)

“ie kak tidak ada, itu ji saja mengaji sama dikelas


atau perpustakaan baca-baca.” …
(wwc2/S1HA/line136/29.12.2017)

Selanjutnya berkaitan dengan kategori orientasi terhadap realitas yang

sangat dipengaruhi oleh apa yang dialami dan dirasakan oleh subjek, subjek

sangat berkeinginan kuat untuk segera merasakan kebebasan karena

banyak hal yang membuatnya tidak nyaman selama berada didalam

lembaga pemasyarakatan, berikut pernyataan subjek :

“itu saja mau sekali bebas”…


(wwc3/S1HA/line14/16.01.2018)

“yang bikin ki tidak nyaman itu didalam yang


pertama banyak nyamuk, susah tidur, pikirkan
kehidupan luar, susah makan, itu juga saja mau
sekali bebas untuk ketemu keluarga” …
(wwc3/S1HA/line33-34/16.01.2018)

Banyak keluhan yang dirasakan hingga merasakan hukuman yang tidak

pantas diberikan kepada anak dari pembina atas pelanggaran-pelanggaran

yang tidak diperbuat secara pribadi, berikut kutipan pernyataan subjek :


65

“apa yah, suka ki na suruh cepat bangun, ngaji,


harus rajin sholat, dan pembagian makan harus
juga cepat” …(wwc3/S1HA/line56-57/16.01.2018)

“pernah,kayak hukuman yang tidak pantas untuk


diberikan buat anak” …
(wwc2/S1HA/line64/29.12.2017)

“biasanya seperti pelanggaran-pelanggaran yang


sepele, satu orang berbuat semua kena satu
kamar dipanaskan kayak tentara” …
(wwc2/S1HA/line66-67/29.12.2017)

“sebenarnya bukan saya yang jual, teman satu


kamarku, tapi itumi satu berbuat harus semua
dapat, karena supaya tidak mengkhianati teman
yang lain, kayak tadi mi dijemur” …
(wwc2/S1HA/line69-70/29.12.2017)

“ie, dijemur kayak ikan kering, karena itumi


temanku jual kasur, selama satu jam dijemur,
baring dilapangan tidak pakai baju dilapangan
basket, baru panasnya bukan main” …
(wwc2/S1HA/line72/29.12.2017)

Subjek ZA yang kemudian menunjukkan persepsi terhadap realitas yang

dihadapi dengan menceritakan dirinya yang putus sekolah tidak lagi

melanjutkan sekolahnya, subjek yang diketahui melakukan tindak pidana

mengedarkan narkoba jenis shabu-shabu, berikut pernyataan subjek :

“Saya sampai SMP kelas dua kak, nda lanjutma”


…(wwc1/S1ZA/line9/12.12.2017)

“Shabu-shabu kak” (wwc1/S1ZA/line14/12.12.2017)

Subjek ZA menyadari bahwa dirinya lebih memilih untuk mengedarkan

daripada mengkonsumsi karena tahu bahaya dan tidak ingin merusak diri,

selain itu karena keuntungan yang di dapatkan juga sangat menggiurkan.

Subjek juga mengakui bahwa apa yang dijalaninya selama ini begitu

dipermudah oleh pihak tertentu terkait dengan berita acara penangkapan


66

yang bersifat manipulatif dimana subjek ZA sebagai pengedar namun juga

sebagai pengguna bahkan barang bukti pun dikurangi, berikut kutipan

pernyataan subjek :

“Yah nda mauja kak rusak diriku, edede, bahaya.


Mending mengedar saja. Dapatki uang yang
lumayan banyak, sehari itu bisa dapat kurang lebih
6 juta dan bisa disimpan-simpan. Kalau pakai ki
bisa-bisa habisji.” …
(wwc1/S1ZA/line34-36/12.12.2017)

“lebih bagus mengedar, bukan ji kita rusak orangji


yang rusak” (wwc2/S1ZA/line89/12.12.2017)

“dari sidrap, barang asli…”


(wwc2/S1ZA/line97/12.12.2017)

“kalau di berita acara penangkapan (BAP) itu


sebagai pemakai yang mengedar juga, kalau tidak
dimasukkan sebagai pemakai, dikira nanti
pengedar besar”…
(wwc2/S1ZA/line2-3/12.12.2017)

“dibantu toh sama penyidik”…


(wwc2/S1ZA/line10/12.12.2017)

“itu hari 1,1 gram harganya itu satu juta dua ratus,
tapi didalam BAP itu tidak segitu di kasih masuk
sedikitji, karena pas ditimbang waktu pemeriksaan
berkurangi, dikasih hilangi sebagian barang
buktinya” (wwc2/S1ZA/line18-20/12.12.2017)

Tema persepsi terhadap realitas yang berkaitan dengan kategori

orientasi terhadap realitas yang dialami subjek sehingga subjek meyakini

bahwa meskipun dirinya dalam keadaan dibatasi oleh kebebasan dirinya

tetap ada orang yang dianggap sebagai bos yang meskipun tidak pernah

datang bertemu langsung bos subjek hanya menitipkan dan juga meyakini

bahwa segala urusan dituntaskan oleh bosnya. Subjek kemudian


67

memberikan pandangan bahwa pembinanya bagik serta fasilitas seperti

pelayanan kesehatan dan pendidikan masih perlu ditingkatkan. Selanjutnya

subjek juga bercerita tentang dirinya yang pendiam. Berikut kutipan

pernyataan subjek :

“Tidak kak, tidak pernah ka ketemu. Biasa dia


Cuma menitip saja. Kalau soal urus mengurus
memang dia tidak ketemu langsung ka untuk
bicara, tapi saya rasa dia lakukan itu. Karena
pernahma di tangkap sebelumnya tahun 2015, dan
ditahanka 2 hariji, setelah itu dibebaskan ma. Itu
karena bosku. Sementara ini dalam proses
pengurusanma.” …
(wwc1/S1ZA/line50-53/12.12.2017)

“Yah, itu-itu terusji diliat kak. Disini ada klinik kak.


Kalau sakit-sakit bisa ke klinik dan dikasih mki obat.
kalau pendidikan, diajar jki juga didalam. Tapi sama
ji keluarki tidak bisa tong jki lanjut”…
(wwc1/S1ZA/line175-76/12.12.2017)

“Didalam ada 10 orang klo nda salahka kak. Ka


jarang saya perhatikan karena saya diam-diam
terusji. Ada yang kudengar-dengar maumi keluar,
ada juga mau masuk.”…
(wwc1/S1ZA/line85-86/12.12.2017)

“bagus ji kurasa”… (wwc3/S1ZA/line50/16.01.2018)

Subjek ZA menceritakan mengenai jumlah penghuni dikamar sel yang

baru, subjek merasa kamar sel saat ini bagus, rentan waktu pidana yang

dijalani mulai dari tanggal 14 juli 2017, awal subjek mengedarkan narkoba

karena kakaknya sebagai pengguna kemudian subjek pun ditawari untuk

mengedar, berikut pernyataan subjek :

”enam belas orang sekarang, tapi bagus


sekali disitu” …(wwc2/S1ZA/line31/29.12.2017)
68

”kurang lebih jalan 5 bulan ma, salah itu bukan


tanggal 14 juli tapi 12”…
(wwc2/S1ZA/line79/29.12.2017)

“kakak ku ji, kan kakak ku dulu pakai ki dia”…


(wwc2/S1ZA/line102/29.12.2017)

Kategori orientasi terhadap realitas subjek menunjukkan bahwa belum

bisa memastikan kedepan nantinya ada kemungkinan untuk kembali

mengedar lagi jika suatu saat tidak punya uang, subjek merasa mencari

uang banyak karena keinginannya untuk bersenang-senang dan berfoya-

foya bersama temannya, subjek kemudian memberikan pandangannya

terhadap rehabilitasi yang pernah dijalani oleh teman-temannya serta menilai

bahwa kedapan cenderung akan tertangkap lebih banyak orang yang

mengkonsumsi narkoba dibandingkan bandar besar narkoba, berikut adalah

kutipan pernyataannya :

“tidak tau ini nanti, kalau tidak ada uangku pastimi


mengedarka lagi”…
(wwc2/S1ZA/line141/29.12.2017)

“lebih senang kalau sama teman foya-foya”…


(wwc2/S1ZA/line158/29.12.2017)

“dehh banyak mi, tapi sama ji, begitu ji lagi. Direhab


selama tiga bulan sampai 6 bulan, pas keluar 1-2
minggu pakai ji lagi.” …
(wwc2/S1ZA/line166-167/29.12.2017)

“aih, tidak. Pasti ini lebih banyak tertangkap orang


yang pakai dibandingkan yang pengedar. Apalagi
Bandar-bandar besarnya. Susah ki didapat.” …
(wwc2/S1ZA/line169-170/29.12.2017)
69

Subjek juga menyatakan bahwa hal yang paling membuatnya

tidak nyaman yaitu saat pembagian jatah makan dan habis, kemudian

situasi saat sel kamar tertutup saat malam hari membuatnya harus

menahan lapar,subjek pun mengakui bahwa belum pernah mendapat

hukuman dengan melakukan pelanggaran berikut kutipan pernyataan

subjek :

“deh yang paling tidak enak itu biasa kalau habismi


nasi” …(wwc3/S1ZA/line25/16.01.2018)

“ie, biasa habis nasi, apalagi kalau malam”…


(wwc3/S1ZA/line27/16.01.2018)

“tidak ji, eh belumpi hehe”…


(wwc3/S1ZA/line52/16.01.2018)

Berdasarkan uraian hasil wawancara diatas, maka aspek yang

menunjang persepsi terhadap realitas yaitu keharmonisan dalam lingkungan dan

penyesuaian personal. Kemampuan seorang individu untuk menerima dirinya

sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan

lingkungan sekitarnya serta mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi

dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian personal ditandai dengan tidak

adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung jawab. Sebaliknya

kegagalan penyesuaian personal ditandai dengan keguncangan emosi,

kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai

akibat dari adanya benturan tuntutan antara individu dengan tuntutan yang

diharapkan dari lingkungan.


70

Pada penjelasan diatas memberikan penegasan bahwa pada

penyesuaian personal yang dibenturkan dengan lingkungan sangat dipengaruhi

oleh persepsi terhadap realitas seseorang. Pada kondisi yang dialami subjek

pertama yaitu HA yang mengarah ke penyesuaian personal yang berhasil,

kecenderungan terhadap apa yang dirasakan dan dipikirkan atas pengalaman-

pengalaman dan kenyataan hidup yang dialami meskipun kurang begitu

menyenangkan dan sangat menginginkan kebebasan namun subjek HA tetap

sabar untuk menghadapi situasi yang ada karena bagaimanapun subjek HA

hanyalah sebagai korban penyalahguna narkoba baru yang kemudian tertangkap

dan harus menjalani proses hukum. Sedangkan subjek kedua yaitu ZA mengarah

pada kondisi penyesuaian personal yang cenderung gagal mengingat dirinya juga

sebagai seorang pengedar yang sudah cukup lama, kondisi tersebut ditunjukkan

dengan emosi yang dirasakan atas kekecewaan terkait dengan relasi

pertemanan, kecemasan yang dialami terkait dengan musuh dan keluhan atas

kebosanan dan kenyamanan terhadap lingkungan.

d. Gambaran positif diri

Tema berikutnya yaitu mengenai gambaran diri seseorang tertanam

dalam pikiran yang akan menentukan siapa dirinya, terbentuk dari bagaimana

lingkungan dan kebiasaan, pengalaman masa lalu dan juga pengaruh orang

lain, dengan beragam karakter seseorang, subjek HA memberi gambaran

tentang keyakinannya untuk tidak lagi mengkonsumsi narkoba, meskipun

belum bisa memastikan karena menyadari bagitu besar pengaruh pergaulan


71

yang sulit dihadapinya. Selanjutnya, subjek juga menceritakan mengenai

aktivitas ibadah subjek,

“Insyaallah tidak mi kak, tapi tidak ditau mi juga ia


lagi nanti setelah bebas. Namanya pergaulan toh
kak susah dihadapi. Kalau saya tidak mauma ia
pakai lagi” …(wwc1/S1HA/line72-73/12.12.2017)

“Didalam selaluki diajarkan untuk sholat kalau


adzanmi dimasjid, semua harusmi ke masjid.
Setelah itu kalau mau tinggal mengaji, mengajiki
dimasjid. Saya biasa ji juga kalau habis sholat
tinggalka dulu mengaji...”
(wwc1/S1HA/ line93-95/12.12.2017)

“yah sholat dikamar saja kak.”…


(wwc2/S1HA/ line19/12.12.2017)

“bisa mengaji, rajin sholat, rajin bangun, sifat


berubah menjadi lebih baik begitu, yah lebih
dewasa”…(wwc3/S1HA/ line49-50/16.01.2018)

Subjek memandang dirinya sudah mengalami perubahan lebih baik,

subjek mengaku menjadi pendiam karena merasa bosan dan akan berdiam

diri dikamar, namun terkait dengan kondisi kesehatannya yang sudah

membaik, subjek juga menyadari bahwa dirinya akan sulit melanjutkan

pendidikannya karena menyadari umurnya yang sudah lama putus sekolah,

berikut kutipan pernyataan subjek :

“Saya rasa sekarang saya lebih sopan, lebih


pendiam dan lebih tenang kak”…
(wwc1/S1HA/ line101/12.12.2017)

“Karena tidak tau apa mau dibikin didalam kak,


bosan tong ki ia hidup begitu-begitu terus
didalam, mau sekalika bebas kak”…
(wwc1/S1HA/ line103-104/12.12.2017)

“Alhamdulillah sehat ma kak”…


(wwc1/S1HA/ line119/12.12.2017)
72

“Mauka sebenarnya kembali sekolah kak, mau


sekalika. Tapi bagaimana kak, umurku tidak
bisami kayaknya dan saya juga kodong sudahka
masuk penjara, mana ada sekolah mau terimaka
jadi siswanya. Jadi kalau keluarka ini mending
kerja ma lagi”…
(wwc1/S1HA/ line134-136/12.12.2017)

“Kalau rasa menyesal nda menyesal ja kak,


karena kurasa haruska bersyukur karena masih
bisaja bertahan hidup disini, kalau merasa
bersalah, ie merasaka bersalah memang. Tidak
saya tau haruska hidup bagaimana kak, saya jalani
saja. Karena rasanya tidak adami harapanku hidup
selain pakai shabu-shabu dlu kak.”…
(wwc1/S1HA/ line121-124/12.12.2017)

Dalam tema gambaran positif diri, salah satu kategori yang

menggambarkan subjek yaitu mengenai harapan, subjek mengaku harapan

yang tidak tercapai setelah berada didalam lapas yaitu bahagiakan orangua

dan subjek merasa pekerjaan juga harapan yang tidak tercapai setelah

berada didalam lapas berikut kutipan pernyataan subjek :

“Mauji kerja bengkel saja kak, kalau cita-cita tidak


ku tau mi apa cita-citaku. Yah itu mi saja, kerja
dibengkel ma saja, supaya nanti bisaka juga buka
bengkel sendiri.”…
(wwc1/S1HA/ line139-140/12.12.2017)

“yah itu, bahagiakan orangtua”…


(wwc2/S1HA/ line47/29.12.2017)

“pekerjaan”… (wwc2/S1HA/ line49/29.12.2017)

“apa yah, uhm mau sama keluarga saja dirumah,


kalau bebas kerjaan apa, dan bisa menjadi lebih
baik dari yang dulu lagi”…
(wwc3/S1HA/ line18-19/16.01.2018)
73

“mau ketemu orangtua saja yang diikuti dari dulu”…


(wwc3/S1HA/ line30/16.01.2018)

Kemudian subjek kedua yaitu ZA menunjukkan bahwa dirinya masih

menginginkan untuk bersekolah dan tidak ingin mengedar lagi meskipun

belum yakin sepenuhnya bagaimana kedepannya, subjek tersebut juga

menceritakan mengenai aktivitas ibadahnya yang kadang tidak menyadari

waktu. Berikut kutipan pernyataan subjek :

“kalau saya sebenarnya mau sekalika lagi kembali


sekolah kak, ahh tidak kak. Tidak mauma
mengedar, tapi belumpi ditau ia bagaimana
nantinya”…(wwc1/S1ZA/ line78-80/12.12.2017)

“Disini biasa ja sholat kak, tapi kadang juga kalau


saya ada ditahanan dewasa sama teman ku
nongkrong, nda sadar lewat lagi waktu.” …
(wwc1/S1ZA/ line82-83/12.12.2017)

“kalau diluar dulu jarang sekali sholat, sekarang


rajin sholat. Itu ji”…
(wwc3/S1ZA/ line48/16.01.2018)

Subjek juga nampak memiliki sikap yang peduli dengan orangtuanya

dengan mengasihani orangtuanya saat akan membesuknya karena jarak

yang cukup jauh. Subjek ZA juga mengakui bahwa dirinya serta teman-

temannya belum pernah mendapat hukuman atas pelanggaran karena dirinya

dan juga teman-temannya cukup sabar, berikut kutipan pernyataannya :

“tidakji kak, karena kukasihani ji orangtuaku,


apalagi mau datang kesini jauh sekali”…
(wwc2/S1ZA/ line145/29.12.2017)

“Kalau komunikasi baikji kak, selamaku disini


seringja datang dibesuk sama mama bapakku,
74

dulu-dulu orangtuaku perhatian sekaliji juga. Tapi


sayanya ji memang yang kadang tidak
mendengar.” (wwc1/S1ZA/ line16-18/29.12.2017)

“tidak pernah ji saya, karena sabar-sabar ja saya,


teman-teman ku juga yang lain”…
(wwc1/S1ZA/ line40/16.01.2018)

Subjek ZA juga menceritakan mengenai harapan mengenai dirinya untuk

bias menjadi lebih baik, kemudian subjek juga sangat menginginkan untuk

kembali melanjutkan pendidikannya tapi masih merasa ragu,berikut kutipan

pernyataan subjek :

“Ie kak, semoga. Saya berharap sekali juga bisa


jadi lebih baik”…(wwc1/S1ZA/ line100/12.12.2017)

“ituji kak, mau sekalika lagi sekolah lagi kak, tapi


takutka dan malu-maluka sama anak-anak yang
lain karena saya berbeda dari mereka yang
sekolah baru disayang sama guru.”…
(wwc1/S1ZA/ line122-123/12.12.2017)

“ie masih mauja kak lanjut sekolah”…


(wwc2/S1ZA/ line162/29.12.2017)

“ih banyak, mau lanjut sekolah, mau diluar sama


teman, mau sama orangtua dan sama-sama
keluarga”…
(wwc3/S1ZA/ line21-22/29.12.2017)

Uraian hasil wawancara terkait dengan tema gambaran positif diri yang

juga menunjukkan aspek penyesuaian personal yang mengarah pada diri

yang besifat positif, mampu memberikan pandangan yang mengarah pada

apakah individu tersebut dapat melihat dirinya secara harmonis atau

sebaliknya individu melihat konflik yang berkaitan dengan dirinya. Gambaran


75

diri yang terlihat melalui karakter-karakter diri merupakan hasil pemikiran

mengenai diri berdasarkan pengalaman-pengalaman, situasi, dan kondisi.

Selanjutnya, pada konteks gambaran positif diri yang direspresentasikan

dari aspek penyesuaian personal memposisikan subjek pertama yaitu HA

sebagai orang yang mampu dalam memberikan pandangan positif terhadap

dirinya, memiliki harapan dan keyakinan diri terhadap perubahan kearah yang

lebih baik. Sedangkan subjek kedua yaitu ZA menunjukkan pandangan positif

terhadap dirinya yang masih kurang diyakini, pada kondisi tertentu subjek

belum bisa memastikan terkait dengan keputusan terhadap perbuatan yang

akan dilakukan dimasa yang akan datang mengenai perilaku mengedarkan

narkoba, meskipun begitu subjek ZA tetap memiliki kesadaran terhadap

perilakunya dan kepedulian terhadap orangtuanya.

e. Kemandirian

Tema berikutnya yaitu mengenai kemandirian yang berarti suatu sikap

yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu

atas dorongan sendiri untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang

lain. kemandirian selanjutnya dibagi menjadi 2 kategori, mandiri secara

ekonomi dan melakukan sesuatu tanpa banyak mengharap bantuan. Subjek

HA kemudian menceritakan bahwa dirinya selama ini bekerja sebagai supir

angkutan umum, selain itu subjek HA juga bekerja dibengkel, setelah

tertangkap dan menjalani hidup didalam lapas, subjek pun tetap mandiri untuk

memenuhi kehidupan selama berada didalam lapas, berikut kutipan

pernyataan subjek :
76

“Kerja ka jadi supir ptpt di daerah tol sana, saya


bawa mobil ptptnya sepupuku” …
(wwc1/S1HA/ line2/12.12.2017)

“yah itu, bawa mobil, kerja dibengkel”…


(wwc2/S1HA/ line61/29.12.2017)

“cari uang sendiri didalam”…


(wwc2/S1HA/ line102/29.12.2017)

“sembarang seperti bantu orang didalam, seperti


kalau ada mau orang nge cat”…
(wwc2/S1HA/ line104/29.12.2017)

Selanjutnya, subjek memberikan keterangan mengenai aktivitas yang

dilakukan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anak

binaan didalam lembaga pemasyarakatan, berikut pernyataan subjek :

“seperti tugas dari kamar, karena semua penghuni


kamar punya tugas masing-masing, ada tugas nasi,
tugas kamar, tugas air”…
(wwc2/S1HA/ line6-7/29.12.2017)

“tugas nasi, saya pergi ambil nasi semua penghuni


kamar terus dibagi-bagi dan tempat makannya ada
petugas yang ambil.”…
(wwc2/S1HA/ line9-10/29.12.2017)

“sudah tidak lagi kak”…


(wwc2/S1HA/ line100/29.12.2017)

Selanjutnya tema kemandirian dari subjek ZA juga menunjukkan bahwa

didalam sel kamarnya, hanya dirinya sendiri yang berasal dari kasus tindak

pidana narkoba, subjek juga mengakui penghasilannya dari mengedar

narkoba yaitu minimal 5-6 juta perhari, berikut pernyataan subjek :

“Iee tidak sama sel kak. Dia kamarnya dikamar sel


sebelahnya lagi”..
77

(wwc1/S1ZA/ line91/12.12.2017)

“5-6 juta minimal”…


(wwc2/S1ZA/ line95/29.12.2017)

Subjek kemudian juga mengaku bahwa dirinya sudah terbiasa tidak lagi

bergantung dengan orangtua, tugas yang dilakukan secara mandiri dalam

menjalankan aktivitasnya dalam lapas menunjukkan sikap bertanggung jawab

“saya mau minta ? tidak mungkin mi karena sudah


terbiasa ma tidak meminta uang kak toh, jadi tidak
enakma kalau mau minta”…
(wwc2/S1ZA/ line149-150/29.12.2017)

“ie, 3 kali sehari pagi jam 10, sudah dhuhur, sama


selesai sholat ashar”…
(wwc3/S1ZA/ line33/29.12.2017)

“tidak ada, saya ji sendiri”…


(wwc3/S1ZA/ line54/29.12.2017)

Berdasarkan hasil analisis data wawancara personal terdapat beberapa

aspek yang menjadi penekanan utama sebagai gambaran dari kemandirian

seseorang. Aspek-aspek tersebut adalah kemandirian perilaku dan nilai.

Selanjutnya dalam menunjukkan kedua aspek tersebut yang mengarah pada

kemandirian secara ekonomi dan melakukan sesuatu tanpa banyak

mengharap bantuan oranglain.

Pada kenyataan yang dihadapi sebelumnya, subjek pertama yaitu HA

menunjukkan mampu mandiri secara ekonomi dan juga mampu

melaksanakan tanggung jawabnya. Begitupun juga dengan subjek kedua

yaitu ZA yang yang memang sudah lama dalam situasi mandiri secara

ekonomi, menjalankan tugas dan tanggung jawab selama berada didalam


78

lingkungan lembaga pemasyarakatan menunjukkan bahwa subjek ZA cukup

mandiri.

f. Kepercayaan

Tema berikutnya adalah kepercayaan. Kepercayaan adalah kemauan

seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan

pada oranglain, kepercayaan ini merupakan kondisi mental yang didasarkan

oleh seseorang dalam konteks sosialnya.

Subjek HA menceritakan bahwa dirinya tidak ingin menyebut dan

menyeret temannya yang juga terlibat dalam kasus narkoba, berikut

pernyataannya :

“Tidak kak, tidak mauja sebut-sebutki dia”…


(wwc1/S1HA/ line24/12.12.2017)

Subjek ZA juga menceritakan tentang bagaimana selama ini dirinya

memiliki keyakinan terhadap orang-orang tertentu, berikut kutipan pernyataan

subjek :

“Tidak kak, tidak mauja sebut-sebutki mereka.


Apalagi bos ku”…
(wwc1/S1ZA/ line38/12.12.2017)

“Susah kak, tidak ada juga bukti dan tidak mauka


kasih begitu temanku, karena saya tidak kusuka
dikasih begitu, kalau bos ku ia haruski
dilindungi.”… (wwc1/S1ZA/ line40-41/12.12.2017)

Subjek juga mengakui bahwa dirinya bukanlah pemakai, namun karena

berita acara penagkapannya diurus maka dugaannya pun berubah menjadi

pemakai, berikut kutipan pernyataan subjek :


79

“Sebenarnya kak, saya bukanka pemakai, cuma di


BAP diurus ki kak toh, jadi begitumi saya masukmi
sebagai pemakai. Dulu saya ditangkap sama
brimob pas transaksi di BTP.”…
(wwc1/S1ZA/ line63-63/12.12.2017)

Subjek ZA merasa dirinya dijebak oleh temannya saat akan tertangkap,

kemudian subjek juga mengaku pakai meskipun saat dites urin hasilnya

negative :

“Tidak kak, dijebak ka. Yang saya temani transaksi


itu anggota brimob. Temanku yang kasih tauki
kalau saya jg kurir.”…
(wwc1/S1ZA/ line66-67/12.12.2017)

“tidak ada kak, jujur ji saja bilang pakai, padahal


tidak pakai ka sama sekali”…
(wwc2/S1ZA/ line6/29.12.2017)

“sudahji pernah di tes urine, tapi sama ji negatif ji


juga”…
(wwc2/S1ZA/ line8/29.12.2017)

Berdasarkan uraian hasil analisis data wawancara mengenai

kepercayaan, penulis merepresentasikan bahwa kepercayaan yang

dimaksudkan disini yaitu bagaimana orang bergantung dengan orang yang

lainnya dalam memenuhi harapannya. Dalam konteks sosial yang didasarkan

pada kondisi mental seseorang. Adanya perhatian untuk menerima apa

adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku baik dari orang lain dan

menerima resiko dari tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa pihak

lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang memercayainya,

terlepas dari kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan tindakan

pihak yang dipercaya.


80

g. Kondisi Psikologis

Kondisi psikologis sangat berpengaruh pada penyesuaian diri subjek,

namun kondisi psikologis yang difokusnyan oleh penulis adalah penerimaan

dan pengendalian diri serta kemampuan menghadapi stress dan mengelola

emosi subjek.

Pada subjek pertama yaitu HA, mengakui bahwa dirinya memiliki hobi

bermain bola, kemudian memiliki keluhan merasa sangat ingin keluar saat

malam hari dari kamar sel untuk berkumpul atau nonton bersama dengan

teman-temannya, namun untuk mengatasi stress yang dirasakan maka subjek

melakukan kegiatan yang bias menghibur dirinya, berikut kutipan pernyataan

hasil wawancaranya :

“Saya hobiku main bola, Ie kak, adaji lapangan bola


didalam”… (wwc1/S1HA/ line98/12.12.2017)

”keluhannya itu, kalau malam mau sekali


keluar.”…
(wwc1/S1HA/ line26/12.12.2017)

“biasa mau nongkrong juga sama teman yang lain,


nonton”… (wwc2/S1HA/ line28/29.12.2017)

“yah sembarangji dikerja kak, kayak mengaji atau


main gitar apa-apa saja.”…
(wwc2/S1HA/ line32/29.12.2017)

Subjek HA juga merasa awalnya ketergantungan saat memakai narkoba,

gelaja putus zat yang dirasakan pun membuat subjek demam dan tidak enak

badan, namun saat ditemui subjek merasa sudah membaik karena sudah

tidak memakai lagi. Subjek juga merasa harus mengontrol diri saat jam besuk,

dimana kadang subjek merasa iri dengan teman lainnya. Kondisi subjek juga
81

merasa pusing dengan keadaan yang dihadapi selama berada didalam

lembaga pemasyarakatan. Berikut pernyataan subjek :

“ie kak merasa”…


(wwc2/S1HA/ line123/29.12.2017)

“panas kak, tidak enak sekali perasaan 3 hari


berturut-turut”…
(wwc2/S1HA/ line125/29.12.2017)

“kalau sekarang saya sudah merasa baikan,


karena sudah tidak pakai lagi”…
(wwc2/S1HA/ line127/29.12.2017)

“ituji kak, besukan karena kan selalu ada jam


besuk. Jadi kadang iri sama teman-teman yang
lain”… (wwc2/S1HA/ line133-134/29.12.2017)

“pusing sekali kak”…


(wwc3/S1HA/ line10/29.12.2017)

Subjek HA merasa pusing karena selalu memikirkan untuk segera bebas

dan terus menunggu SK nya, namun subjek mampu menghadapi rasa

stressnya karena tidak pernah merasa sendiri dan merasa biasa saja. Namun

kadang merasa sedih sekali saat melihat temannya dibesuk oleh keluarganya

sehingga pikiran subjek berada diluar dan membuatnya jarang makan dan

minum, berikut pernyataan subjek :

“pikir bebas terus dan tunggu SK”…


(wwc3/S1HA/ line12/29.12.2017)

“tidak pernahji saya merasa sendiri, biasa-biasa


saja”… (wwc3/S1HA/ line21/29.12.2017)

“yah sedih sekali”…


(wwc3/S1HA/ line28/29.12.2017)

“itu saja pikiran ada diluar terus, jadi jarang makan,


jarang minum”… (wwc3/S1HA/ line41/29.12.2017)
82

Selanjutnya, penerimaan diri subjek ditunjukkan karena subjek mensyukuri

makanan yang tersedia, subjek juga merasa menanggapi baik keadaan yang dialami

didalam sel meskipun kadang mendapat perlakuan yang tidak pantas, berikut

pernyataan subjek :

“ie masih ji, enakji dan syukur sekali mi itu karena


masih dikasih ji makan”…
(wwc3/S1HA/ line45/16.01.2018)

“ie saya memang tidak ada nafsu makan”…


(wwc3/S1HA/ line47/16.01.2018)

“kalau itu kan dari pribadi kita sendiri, tapi itu saja
seringki suka na suruh cepat masuk ke dalam
kamar sel”…
(wwc3/S1HA/ line61-62/16.01.2018)

"melebihi dari push up, kayak jalan jongkok, sambil


panas-panasan ke lapangan bola, jadi begitu kita
ini kayak ketakutan”…
(wwc3/S1HA/ line69-70/16.01.2018)

Dalam kategori kemampuan mengatasi stress, pengendalian diri dan

beberapa kategori lainnya yang mengarah pada tema kondisi psikologis, subjek

ZA menceritakan mengenai dirinya yang selama ini terjerat pengaruh

pergaulan, apa yang dirasakan selama berada dalam kehidupan dibalik jeruji

besi, subjek merasakan kebosanan dan dorongan yang besar untuk bebas

serta cara menghibur diri sendiri, Berikut adalah penggalan hasil wawancara

menunjukkan kondisi psikologis subjek :

“Karena bosan ma kak sekolah, seringka dulu


bolos sekolah, begitulah pergaulan. Ditawarika juga
untuk mengedar dulu, tertarikma karena lumayan
banyak uang bisa dapat”…
(wwc1/S1ZA/ line11-12/12.12.2017)
83

“Di sini kak sebenarnya bosan sekali ma. Mau


sekalima bebas. Makan tidur ji dikerja, saya biasa
dikamarja terus. Jarangka keluar-keluar. Itupun
kalau keluar pas jam istirahat, saya pergi ditahanan
dewasa, ada teman akrabku disana empat
orang.”…
(wwc1/S1ZA/ line56-58/12.12.2017)

“Yang saya rasakan itu mi kak, bosan sekali. Mau


sekali ma bebas kodong”…
(wwc1/S1ZA/ line115/12.12.2017)

“Disini kak, pokoknya membosankan ki. Tapi


banyak ji sebenarnya kegiatan ia, tapi saya ji
memang yang tidak nyaman”…
(wwc1/S1ZA/ line72-73/12.12.2017)

“Ie jelasmi kak,karena tidak bisaki leluasa disini tapi


maumi diapa. Ada tong hikmahnya toh, bisa ditau
mana teman mana musuh”…
(wwc1/S1ZA/ line97-98/12.12.2017)

“Main gitar sama main bola kak, tapi lebih suka ka


main gitar”… (wwc1/S1ZA/ line105/12.12.2017)

“Ie kak, karena disiapkan ji disinil apangan bola


dan ada juga beberapa alat”..
(wwc1/S1ZA/ line104-105/12.12.2017)

“ke blok dewasa ka diteman ku, nonton ja” …


(wwc3/S1ZA/ line8/16.01.2018)

Subjek ZA kemudian menceritakan saat awal berada didalam lapas yang

membuatnya merasa ketakutan, namun sudah terbiasa dengan

keadaan.subjek juga merasa saat ada teman yang tidak menyenanginya,

dirinya akan bersikap tidak peduli dan mendiami. Namun setelah memilih dan

memutuskan untuk pindah kamar sel sendiri, subjek merasa lebih baik.

Berikut penggalan pernyataan subjek :


84

“Yah biasaji kak, awalnya takut-takutka, tapi lama-


lama terbiasa ma kak, meskipun masih takut
karena banyak musuh dimana-mana.”…
(wwc1/S1ZA/ line117 -118/12.12.2017)

“dicueki saja kak, saya diami ji mereka.”…


(wwc1/S1ZA/ line120/12.12.2017)

“ie nyaman ia karena disitu pusat rokok apa,


makanan juga pokoknya banyak”…
(wwc2/S1ZA/ line33/29.12.2017)

“tidak nyamanja ku rasa saja”…


(wwc2/S1ZA/ line38/29.12.2017)

“Pindah sendiri ja kak”…(wwc2/S1ZA/ line42/29.12.2017)

“sekarang jarangmi sejak pindah kamarka,


dikamarja terus”…
(wwc2/S1ZA/ line58/29.12.2017)

Berdasarkan uraian hasil analisis data wawancara tersebut, mengarah

pada aspek-aspek keharmonisan pribadi, mengatasi ketegangan. Pada

situasi ini, kecenderungan diri individu terhadap bagaimana pengendalian dan

penerimaan diri serta kemampuan mengatasi stress.

Pada kondisi psikologis subjek pertama yaitu HA merujuk pada

bagaimana hal-hal yang tidak terlepas dari perasaan-perasaan yang dialami.

Antara situasi lingkungan dilembaga pemasyarakatan seperti kebosanan,

besukan dan masalah terhadap pola pembinaan dan kondisi psikologis subjek

HA yang saling mempengaruhi menggambarkan bahwa subjek HA mampu

menghadapi situasi tersebut dengan baik meskipun kadang memunculkan

perasaan negative pada situasi tertentu.


85

Sedangkan pada kondisi subjek kedua yaitu ZA yang begitu sulit dalam

menghadapi keadaan yang dialami membuatnya memiliki perasaan-perasaan

yang tidak nyaman sehingga dalam kemampuan menghadapi tegangan dan

menciptakan keharmonisan diri subjek akan berusaha untuk menciptakan

kenyamanan dengan melakukan hal-hal yang bersifat menghibur diri.

h. Dukungan Sosial

Setiap individu tidak lepas dari hubungan dan interaksi dengan orang lain

terutama keluarga dan lingkungan sekitar seperti teman, jadi individu akan

merasa sangat senang bila mendapatkan dukungan dari orang lain terutama

orang-orang terdekat dengan kita disaat kebebasan dan kemerdekaan

terbatasi oleh ruang, namun tidak semua orang mampu menyesuaikan diri jika

tidak mendapat dukungan seperti yang diinginkan oleh orang tersebut.

Berikutnya subjek pertama yaitu HA menceritakan bagaimana dirinya

diberi dukungan oleh orang-orang terdekatnya terutama keluarga dan

kerabatnya, subjek merasa perhatian orangtuanya sudah cukup, berikut

penggalan pernyataan hasil wawancara :

“Awalnya kagetji kak, sempatji marah, tapi lama-


lama tidakmi, malah sekarang baik ji dan saya
rasa didukung sekalika sama mereka”…
(wwc1/S1HA/line107-108/12.12.2017)

“Kalau sama teman tidak adaji pengaruh


bagaimana-bagaimananya kak, kalau sama
keluarga jadi jarang sama-sama, saya kayak
menjauh begitu kak”…
(wwc1/S1HA/line127-128/12.12.2017)

“yah perhatiannya sih sudah cukup baik


namanya juga orangtua”…
86

(wwc2/S1HA/line94/29.12.2017)

tidak ada kak, kalau keluarga adaji pernah tapi


lama sekalimi lupa ma” …
(wwc2/S1HA/line87/29.12.2017)

Pada subjek kedua yaitu ZA bercerita bahwa yang menjadi wali sebagai

penjamin dalam menjalani proses masa pidananya yaitu orangtuanya,

kemudian dirinya juga rutin mendapat kunjungan oleh orangtuanya, selain

orangtuanya subjek ZA seringkali merasa dibantu dan diperhatian oleh orang

yang disebut sebagai bosnya, komunikasi dengan orangtua pun juga berjalan

dengan baik, berikut kutipan pernyataan subjek :

“Setiap sekali seminggu kak”…


(wwc1/S1ZA/line20/12.12.2017)

“Karena dia selalu ki juga na lindungi dan na


uruskan segala hal kalau dalam keadaan
susahka. Seperti sekarang ini, di sini ka tapi dia
bantu juga urus selain orangtuaku. Sering juga
dia bawakanka makanan.”…
(wwc1/S1ZA/line43-45/12.12.2017)

“Kalau sama keluarga tidak masalahji kak,


keluargaku selaluja na kasih dukungan selama
masukka dalam sini. Kalau sama temanku
berpengaruh sekali, contohnya itumi saling tidak
baku baik mi orang.”…
(wwc1/S1ZA/line108-110/12.12.2017)

“orangtua ku ji kapan”…
(wwc3/S1ZA/line2/16.02.2018)

“tidak apaji kak, eh pernahji datang satu kali


datang sama kakak ku”…
(wwc3/S1ZA/line44/16.02.2018)

Berdasarkan uraian analisis hasil data wawancara personal dengan

subjek terdapat beberapa aspek yang menjadi penekan utama dalam


87

kaitannya dengan anak terpidana narkoba yang sedang menjalani proses

tuntutan pidananya yaitu aspek emosional, aspek instrumental dan aspek

informatif.

Pada aspek emosional melibatkan kelekatan, jaminan dan keinginan

untuk percaya pada orang lain, sehingga seseorang menjadi yakin bahwa

oran lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang. Selanjutnya

aspek instrumental yang dimaksudkan disini yaitu meliputi penyediaan sarana

untuk mempermudah menolong orang lain,meliputi peralatan, perlengkapan

dan sarana pendukung yang lain termasuk didalamnya memberikan peluang

waktu. Dan terakhir aspek informatif meliputi pemberian informasi untuk

mengatasi masalah pribadi yang terdiri atas pemberian nasihat, pengarahan

dan keterangan lain yang dibutuhkan.

D. Hasil Analisis Data

a. Dinamika penyesuaian diri personal

Penyesuaian diri memiliki ragam makna namun secara garis besar

penyesuaian diri dapat dipahami sebagai adjustment dan adaptasi.

Adjustment adalah penyesuaian diri dimana lingkungan diubah supaya lebih

sesuai dengan kondisi individu, sedangkan adaptasi adalah individu yang

mengubah dirinya sehingga sesuai dengan lingkungan.

Dalam hal aktivitas yang dilakukan, subjek HA mampu menghadapi

kondisi realitas yang dihadapinya meskipun subjek merasa bosan namun

tetap memiliki arah pemikiran yang positif terhadap situasinya, berikut

pernyataannya :
88

“Di sini kalau subuh-subuh dikasih bangun mki


sholat, baru dikasih sarapan, sudah itu apel jam 7
pagi terus dikasih tugas disuruh mki membersihkan
sampai jam 10 pagi, sudah itu waktu ketemu
pembesuk sampai jam 2, tapi biasa kalau tidak
adaji besukka saya dikamar atau diluar bergaul
sembarangji, tapi biasa saya dikamar ja saja
sampenya lagi malam. karena sudah itu tidak
adami dikerja, menurutku kak sebenarnya bagusji,
diajarki sholat, diajarki untuk bersih-bersih, kalau
sakitki biasa juga dikasih jki obat dari klinik tapi
itumi bosan tong jki ia begini.”…
(wwc1/S1HA/line31-36/12.12.2017)

“Bagusji kak, saya kira lapas itu mengerikanki.


Disiksa ki atau diapai ki, tapi ternyata tidak ji.
Kadang ji ji dimarahi ki kalau ada salahta, ituji
biasa kepala kamar ku. Sembarang-sembarang
na lapor ke penjaga jadi kadang dihukum mki
lagi. Kalau makanan enakji juga karena dikasih
makan jki,biar mamo itu itu terusji makanannya
dikasihki. Bosan ki tapi yah dinikmati mami. Itu ji
pelayanan yang kutau”…
(wwc1/S1HA/line79-83/12.12.2017)

“yang bikin ki tidak nyaman itu didalam yang


pertama banyak nyamuk, susah tidur, pikirkan
kehidupan luar, susah makan, itu juga saja mau
sekali bebas untuk ketemu keluarga” …
(wwc3/S1HA/line33-34/16.01.2018)

Sedangkan subjek kedua yaitu ZA mengalami kondisi yang sangat

diamana dirinya merasa bosan dan sangat menginginkan kebebasan, dalam

hal ini subjek ZA mengalami emosi yang cukup berlebihan atas perasaan

yang dialami, berikut pernyataannya :

“Di sini kak sebenarnya bosan sekali ma. Mau


sekalima bebas. Makan tidur ji dikerja, saya biasa
dikamarja terus. Jarangka keluar-keluar. Itupun
kalau keluar pas jam istirahat, saya pergi ditahanan
dewasa, ada teman akrabku disana empat
orang.”…
(wwc1/S1ZA/ line56-58/12.12.2017)
89

“Yang saya rasakan itu mi kak, bosan sekali. Mau


sekali ma bebas kodong”…
(wwc1/S1ZA/ line115/12.12.2017)

“Disini kak, pokoknya membosankan ki. Tapi


banyak ji sebenarnya kegiatan ia, tapi saya ji
memang yang tidak nyaman”…
(wwc1/S1ZA/ line72-73/12.12.2017)

“Ie jelasmi kak,karena tidak bisaki leluasa disini tapi


maumi diapa. Ada tong hikmahnya toh, bisa ditau
mana teman mana musuh”…
(wwc1/S1ZA/ line97-98/12.12.2017)

Seseorang bisa mengalami kondisi maladjusted ketika mengalami

tekanan dalam hidup dan masih dalam proses melakukan penyesuaian.

Namun bila seseoarang tidak mampu mengatasi keadaan yang membuat

mereka tertekan tersebut secara konstruktif, akhirnya dia akan mengalami

abnormalitas, yaitu gangguan mental dimana sumber tekanan sudah tidak

dialami lagi, namun seseorang yang bersangkutan sudah terlanjur membentuk

kebiasaan berperilaku menyimpang.

Seperti subjek kedua yang mengalami suatu proses penyesuaian yang

membuatnya tidak mampu mengatasi keadaan yang membuatnya tertekan

sehingga sumber tekanan tersebut sudah tidak disadari sehingga membuat

subjek membentuk kebiasaan perilaku menyimpang, berikut pernyataan

subjek :

“Yah nda mauja kak rusak diriku, edede, bahaya.


Mending mengedar saja. Dapatki uang yang
lumayan banyak, sehari itu bisa dapat kurang lebih
6 juta dan bisa disimpan-simpan. Kalau pakai ki
bisa-bisa habisji.” …
(wwc1/S1ZA/line34-36/12.12.2017)
90

“lebih bagus mengedar, bukan ji kita rusak orangji


yang rusak” (wwc2/S1ZA/line89/12.12.2017)

“dari sidrap, barang asli…”


(wwc2/S1ZA/line97/12.12.2017)

“kalau di berita acara penangkapan (BAP) itu


sebagai pemakai yang mengedar juga, kalau tidak
dimasukkan sebagai pemakai, dikira nanti
pengedar besar”…
(wwc2/S1ZA/line2-3/12.12.2017)

“dibantu toh sama penyidik”…


(wwc2/S1ZA/line10/12.12.2017)

“itu hari 1,1 gram harganya itu satu juta dua ratus,
tapi didalam BAP itu tidak segitu di kasih masuk
sedikitji, karena pas ditimbang waktu pemeriksaan
berkurangi, dikasih hilangi sebagian barang
buktinya” (wwc2/S1ZA/line18-20/12.12.2017)

tidak tau ini nanti, kalau tidak ada uangku pastimi


mengedarka lagi”…
(wwc2/S1ZA/line141/29.12.2017)

Anak/remaja terpidana narkoba yang sedang menjalani masa pidana di

dalam lembaga pemasyarakatan mengalami perubahan hidup yang berbeda

jauh dengan kehidupan normal seperti yang dirasakan oleh anak remaja

lainnya, jadi perlu dipahami bahwa penyesuaian diri yang dimaksudkan

penulis adalah sebagai suatu proses.

Selama menjalani kehidupan didalam lembaga pemasyarakatan, subjek

merasakan banyak hal yang membuatnya merasa tidak nyaman, sebagai

seorang anak yang sedang menjalani masa tahanan meskipun jarang dibesuk

namun dapat melakukan aktivitas yang dapat mereduksi perasaan negatifnya.

Berikut pernyataan subjek :


91

“itu saja besukan jarang datang, itu saja


pengalaman yang paling tidak menyenangkan”
…(wwc2/S1HA/line133-134/29.12.2017)

“ie kak tidak ada, itu ji saja mengaji sama dikelas


atau perpustakaan baca-baca.” …
(wwc2/S1HA/line136/29.12.2017)

“Karena tidak tau apa mau dibikin didalam kak,


bosan tong ki ia hidup begitu-begitu terus
didalam, mau sekalika bebas kak”…
(wwc1/S1HA/ line103-104/12.12.2017)

”keluhannya itu, kalau malam mau sekali


keluar.”…
(wwc1/S1HA/ line26/12.12.2017)

“biasa mau nongkrong juga sama teman yang lain,


nonton”… (wwc2/S1HA/ line28/29.12.2017)

“yah sembarangji dikerja kak, kayak mengaji atau


main gitar apa-apa saja.”…
(wwc2/S1HA/ line32/29.12.2017)

“kalau sekarang saya sudah merasa baikan,


karena sudah tidak pakai lagi”…
(wwc2/S1HA/ line127/29.12.2017)

“ituji kak, besukan karena kan selalu ada jam


besuk. Jadi kadang iri sama teman-teman yang
lain”… (wwc2/S1HA/ line133-134/29.12.2017)

“pusing sekali kak”…


(wwc3/S1HA/ line10/29.12.2017)

“ie masih ji, enakji dan syukur sekali mi itu karena


masih dikasih ji makan”…
(wwc3/S1HA/ line45/16.01.2018)

“ie saya memang tidak ada nafsu makan”…


(wwc3/S1HA/ line47/16.01.2018)

Begitupun yang dirasakan dengan subjek kedua, dalam mereduksi

perasaan negatif subjek ZA melakukan berbagai aktivitas untuk menghibur

diri, berikut pernyataannya :


92

“Main gitar sama main bola kak, tapi lebih suka ka


main gitar”… (wwc1/S1ZA/ line105/12.12.2017)

“Ie kak, karena disiapkan ji disinil apangan bola


dan ada juga beberapa alat”..
(wwc1/S1ZA/ line104-105/12.12.2017)

“ke blok dewasa ka diteman ku, nonton ja” …


(wwc3/S1ZA/ line8/16.01.2018)

Faktor-faktor psikologi yang menentukan proses penyesuaian diri

seorang anak remaja yaitu pengalaman menyenangkan yang dialami selama

berada didalam lembaga pemasyaratan akan berpengaruh baik dalam proses

penyesuaian diri, sedangkan pengalaman buruk (traumatik) dapat

berpengaruh buruk terhadap proses penyesuaian diri, subjek HA merasa

mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dengan diberikan hukuman

yang tidak wajar, berikut pernyataan subjek :

“pernah,kayak hukuman yang tidak pantas untuk


diberikan buat anak” …
(wwc2/S1HA/line64/29.12.2017)

“kalau itu kan dari pribadi kita sendiri, tapi itu saja
seringki suka na suruh cepat masuk ke dalam
kamar sel”…
(wwc3/S1HA/ line61-62/16.01.2018)

"melebihi dari push up, kayak jalan jongkok, sambil


panas-panasan ke lapangan bola, jadi begitu kita
ini kayak ketakutan”…
(wwc3/S1HA/ line69-70/16.01.2018)

Kemudian bagaimana proses belajar seorang anak remaja tersebut

sepanjang hayat karena dari proses belajar itulah yang juga akan menunjang

terbentuknya watak, karakteristik, sikap dan pola penyesuaian diri terbentuk,

determinasi diri juga merupakan faktor dalam penyesuaian diri individu untuk
93

menjadi lebih baik atau lebih buruk dalam pencapaian penyesuaian diri ditaraf

yang lebih tinggi.

“Mau sekalika lagi sebenarnya kodong kembali


sekolah, tapi besar mki kak. Malu-malu ma. Jadi
saya pikir lebih baik cari kerja"…
(wwc1/S1HA/line85-86/12.12.2017)

“Insyaallah tidak mi kak, tapi tidak ditau mi juga ia


lagi nanti setelah bebas. Namanya pergaulan toh
kak susah dihadapi. Kalau saya tidak mauma ia
pakai lagi”…(wwc1/S1HA/line72-73/12.12.2017)

“Saya rasa sekarang saya lebih sopan, lebih


pendiam dan lebih tenang kak”…
(wwc1/S1HA/ line101/12.12.2017)

“Alhamdulillah sehat ma kak”…


(wwc1/S1HA/ line119/12.12.2017)

“Mauka sebenarnya kembali sekolah kak, mau


sekalika. Tapi bagaimana kak, umurku tidak
bisami kayaknya dan saya juga kodong sudahka
masuk penjara, mana ada sekolah mau terimaka
jadi siswanya. Jadi kalau keluarka ini mending
kerja ma lagi”…
(wwc1/S1HA/ line134-136/12.12.2017)

“Kalau rasa menyesal nda menyesal ja kak,


karena kurasa haruska bersyukur karena masih
bisaja bertahan hidup disini, kalau merasa
bersalah, ie merasaka bersalah memang. Tidak
saya tau haruska hidup bagaimana kak, saya jalani
saja. Karena rasanya tidak adami harapanku hidup
selain pakai shabu-shabu dlu kak.”…
(wwc1/S1HA/ line121-124/12.12.2017)

Lain halnya dengan subjek kedua yaitu ZA yang merasa belum yakin atas

dirinya kedepan akan seperti apa, pengalaman yang dialami selama ini akibat

pergaulan yang membuatnya tertarik melakukan perilaku yang menyimpang,

berikut pernyataan subjek :


94

“kalau saya sebenarnya mau sekalika lagi kembali


sekolah kak, ahh tidak kak. Tidak mauma
mengedar, tapi belumpi ditau ia bagaimana
nantinya”…(wwc1/S1ZA/ line78-80/12.12.2017)

“Karena bosan ma kak sekolah, seringka dulu


bolos sekolah, begitulah pergaulan. Ditawarika juga
untuk mengedar dulu, tertarikma karena lumayan
banyak uang bisa dapat”…
(wwc1/S1ZA/ line11-12/12.12.2017)

Terakhir, dalam kasus ini kultur dan agama juga ikut menjadi faktor

penentu terhadap pola penyesuaian diri anak remaja tersebut. Kedua anak

tersebut cenderung mencoba untuk menyesuaikan cara bergaul dan

bertingkah laku terhadap kebuadayaan dimana mereka tinggal, agama pun

turut menjadi penentu pola perkembangan pemikiran anak, memberikan

suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan

ketegangan lainnya. Berikut pernyataan subjek :

“bisa mengaji, rajin sholat, rajin bangun, sifat


berubah menjadi lebih baik begitu, yah lebih
dewasa”…(wwc3/S1HA/ line49-50/16.01.2018)

“Didalam selaluki diajarkan untuk sholat kalau


adzanmi dimasjid, semua harusmi ke masjid.
Setelah itu kalau mau tinggal mengaji, mengajiki
dimasjid. Saya biasa ji juga kalau habis sholat
tinggalka dulu mengaji...”
(wwc1/S1HA/ line93-95/12.12.2017)

“yah sholat dikamar saja kak.”…


(wwc2/S1HA/ line19/12.12.2017)

Begitupun dengan subjek kedua yaitu ZA yang menyadari bahwa dirinya

rajin dalam menjalankan aktivitas ibadah, kadang melewatkan waktu jika

sedang bergaul dengan temannya, berikut pernyatannya :


95

“Disini biasa ja sholat kak, tapi kadang juga kalau


saya ada ditahanan dewasa sama teman ku
nongkrong, nda sadar lewat lagi waktu.” …
(wwc1/S1ZA/ line82-83/12.12.2017)

“kalau diluar dulu jarang sekali sholat, sekarang


rajin sholat. Itu ji”…
(wwc3/S1ZA/ line48/16.01.2018).

Temuan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Reza

(2017) mengenai pengaruh tipe kepribadian dan harapan terhadap

penyesuaian diri anak didik pemasyarakatan yang menerangkan bahwa

tingkat harapan dan kemampuan penyesuaian diri yang dimiliki andikpas

tergolong rendah dan tipe kepribadian seseorang andikpas memiliki kontribusi

terbesar pada penyesuaian diri. Anak didik dalam lembaga pemasyarakatan

memiliki harapan yang dapat menggambarkan bagaimana dirinya memiliki

penyesuaian personal yang kuat selama berada didalam lembaga

pemasyarakatan.

Schneiders (1960) menjelaskan bahwa seseorang dengan kemampuan

penyesuaian personal yang baik memiliki pengetahuan diri yang berarti

memiliki kesadaran dan perspektif mengenai dasar seseorang motivasi, efek

yang dirasakan ketika dimotivasi dan motivasi tersebut dapat membuat

seseorang berpikir dengan keberadaan dan fungsi kekhasan pribadi,

mekanisme, dan kebiasaan. Misalnya, orang yang gagal memahami

kesalahannya akan menyalahkan orang lain atas kesalahan dan

kelemahannya adalah hal yang menandakan proyeksi ketidakmampuan

dirinya sendiri yang kurang dalam wawasan diri. Bila seseorang kurang
96

memahami motif diri sendiri, perilaku, atau sifat kepribadian, akan dengan

mudah menjadi bingung oleh tuntutan, konflik, atau masalah. Kemudian,

seseorang cenderung, untuk menemukan kesalahan orang lain atau dengan

lingkungannya, untuk memaafkan atau merasionalisasi perilaku yang tidak

memadai, untuk memproyeksikan kesalahan atas ketidakbertanggung jawab

diri sendiri, dan melihat perkembangan mekanisme pertahanan diri yang

kesemuanya sesuai dengan penyesuaian yang baik. Dalam mengenali kriteria

good personal adjustment yang dimiliki seseorang maka pengetahuan atas

diri sendiri, kontrol diri dan pengembangan diri, penerimaan diri, tujuan diri,

serta perspektif yang kuat mengenai realitas, memiliki rasa humor dan

tanggung serta memiliki skala nilai atau filosofi kehidupan.

Hasil temuan selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fathunnisa

(2012) yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh penyesuaian diri terhadap

kecemasan komunikasi interpersonal remaja dimana semakin baik

penyesuaian diri maka semakin rendah kecemasan komunikasi interpersonal.

Jadi kemampuan menyesuaiakna diri merupakan usaha untuk mencapai

keharmonisan dan keseimbangan dengan lingkungan, jadi apabila seseorang

mengalami kecemasan dalam berkomunikasi maka seseorang itu sulit untuk

menyesuaikan diri.

Secara umum penyesuaian yang baik adalah terutama sesuai dengan

norma atau standar psikologis, yaitu ditentukan dengan mengacu pada

hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan orang lain serta lingkungan

dimana dirinya berada . Norma psikologis ini dapat dianggap sebagai kriteria
97

umum penyesuaian yang baik atau normalitas. Ini berarti bahwa respons yang

disesuaikan dapat dievaluasi baik atau buruk, sehat atau tidak baik, dengan

membandingkannya dengan apa yang manusia harus lakukan. Dari sudut

pandang umum ini, dapat dikatakan bahwa kenakalan dan kriminalitas

(perilaku antisosial), semuanya tidak normal dan tidak sesuai. Masing-masing,

seperti yang bisa dilihat, melanggar satu atau aspek lain dari kriteria

pengaturan psikologis yang sehat.

b. Dinamika penyesuaian diri sosial

Pada penyesuaian sosial terdapat tiga aspek penting yang perlu

diperhatikan dalam proses dinamika penyesuaian seseorang yang sangat

erat kaitannya dengan suatu pertimbangan bahwa hampir selalu melibatkan

hal yang lain. Rumah, sekolah dan masyarakat merupakan aspek-aspek

tertentu dalam tatanan sosial dan melibatkan pola hubungan dekat masing-

masing yang mengikat dengan lainnya. Dalam situasi kasus ini, temuan

serupa yang menunjang ketiga aspek tersebut digambarkan oleh anak

terpidana narkoba yang sedang menjalani proses hukum di dalam lembaga

pemasyarakatan.

Temuan pada subjek pertama yaitu HA yang harus menjalani keadaan

hidup dalam lembaga pemasyarakatan dan terpisah dari lingkungan rumah,

sekolah dan masyarakat mengindikasikan bahwa dari aspek tersebut tidak

terintegrasi sebelum diri subjek mengalami hidup dalam lembaga

pemasyarakatan, berikut pernyataan subjek :

“Tidak semuaji teman-temanku diluar sana


yang pakai, saya saja pakai karena disuruh coba
sama ada satu orang memang temanku yang
98

samaka biasa pakai dan dia jual juga itu barang,


tidak semua ji temanku yang tahu kalau saya
pakai shabu-shabu.” …
(wwc1/S1HA/line20-22/12.12.2017)

“Tidak ada kak,sama semuaji teman-temanku


didalam. Tidak adaji yang akrab sekalika. Itu saja
dulu pertama masuk disini tidak langsung kenal,
hampir pi satu minggu baru mauka cerita”
…(wwc1/S1HA/line60-61/12.12.2017)

“Saya yang diajak duluan cerita kak. Terus saya


respon mi juga. Saya pendiam ka kak, tidak
bisaka langsung akrab sama orang. jadi sampe
sekarang suka jki baku cerita-cerita dan
bercanda-bercanda sesama didalam.”…
(wwc1/S1HA/line64-65/12.12.2017)

“Cerita-cerita ji saja kak, atau bercanda sama


teman-teman saat jam istirahat”…
(wwc1/S1HA/line111/12.12.2017)

“Sama teman-teman ji kak, duduk-duduk dan


cerita-cerita kalau tidak ada besukan. Karena
saya jarangka ngumpul, kadang-kadangji”…
(wwc1/S1HA/line117/12.12.2017)

“yah, ada kak. Tapi kan kalau masalah tidak


cocok yah sudah biasa kak.”
… (wwc2/S1HA/line36/29.12.2017)

“namanya jengkel sih yah, banyak. Biasa kalau


diam-diam na suka ka naganggui”
…(wwc3/S1HA/line36/16.01.2018)

“Itu ji kak, banyak teman-teman yang pakaballisi-


ballisi. Suka ki na ganggui. Itu juga orang-orang
tua didalam suka ki suruh-suruh. Na marahi ki
kalau tidak turuti”
…(wwc1/S1HA/line112-113/29.12.2017)

“Awalnya kagetji kak, sempatji marah, tapi lama-


lama tidakmi, malah sekarang baik ji dan saya
rasa didukung sekalika sama mereka”…
(wwc1/S1HA/line107-108/12.12.2017)

“Kalau sama teman tidak adaji pengaruh


bagaimana-bagaimananya kak, kalau sama
99

keluarga jadi jarang sama-sama, saya kayak


menjauh begitu kak”…
(wwc1/S1HA/line127-128/12.12.2017)

“yah perhatiannya sih sudah cukup baik


namanya juga orangtua”…
(wwc2/S1HA/line94/29.12.2017)

tidak ada kak, kalau keluarga adaji pernah tapi


lama sekalimi lupa ma” …
(wwc2/S1HA/line87/29.12.2017)

Kemudian subjek kedua yaitu ZA juga hampir mendekati temuan yang

serupa dengan subjek pertama yaitu HA, namun yang membedakan yaitu

subjek ZA lebih menekankan pada hubungannya dengan teman-temannya

yang menandakan hubungan yang tidak begitu sehat, berikut pernyatannya :

“Yah biasa ji juga kak, nda terlalu banyak


temanku juga belah. Lebih banyak musuh”
…(wwc1/S1ZA/line22/12.12.2017)

“Banyak teman biasa kak, nda terlalu banyak


teman dekat karena itumi lebih banyak jadi
musuhku” …(wwc1/S1ZA/line24-25/12.12.2017)

“Tidak pernah kak, jangankan temanku yang


diluar mauka datang na liat. Yang didalam sini
saja saya tidak akrab. Karena itumi kak saya
bilang dimana-mana musuh.”
…(wwc1/S1ZA/line5/12.12.2017)

“deh, lebih banyak musuh”…


(wwc2/S1ZA/line160/29.12.2017)

“Karena toh, memang dulu temanku ji semua,


tapi lama-lama berubah jadi musuh karena biasa
menjebak. Kalau ditangkap mki toh, berusaha
tong supaya saya juga ditangkap”…
(wwc1/S1ZA/line27-28/12.12.2017)

“Karena dia selalu ki juga na lindungi dan na


uruskan segala hal kalau dalam keadaan
susahka. Seperti sekarang ini, di sini ka tapi dia
bantu juga urus selain orangtuaku. Sering juga
dia bawakanka makanan.”…
100

(wwc1/S1ZA/line43-45/12.12.2017)

“Kalau sama keluarga tidak masalahji kak,


keluargaku selaluja na kasih dukungan selama
masukka dalam sini. Kalau sama temanku
berpengaruh sekali, contohnya itumi saling tidak
baku baik mi orang.”…
(wwc1/S1ZA/line108-110/12.12.2017)

“orangtua ku ji kapan”…
(wwc3/S1ZA/line2/16.02.2018)

“tidak apaji kak, eh pernahji datang satu kali


datang sama kakak ku”…
(wwc3/S1ZA/line44/16.02.2018)

Sebelum berada pada situasi kenyataan hidup didalam lembaga

pemasyarakatan, anak hidup dalam lingkup hubungan dekat dengan keluarga,

kemudian lingkup sekolah yang menghantarkan mereka untuk terlibat dalam

hubungan sebaya yaitu pertemanan, dan terakhir yang lebih meluas yaitu

penyesuaian dalam masyarakat yang merupakan kelanjutan dari kedua aspek

sebelumnya. Penyesuaian sosial menandakan kapasitas untuk bereaksi

secara efektif dan professional terhadap realitas sosial, situasi dan relasi

sehingga persyaratan untuk kehidupan sosial dipenuhi dengan cara yang

dapat diterima. Indikator penentunya adalah anak seharusnya dapat

mengenali dan menghormati hak orang lain, konflik sosial adalah hasil yang

tidak terelakkan dari kegagalan asas yang sangat fundamental ini.

Selanjutnya untuk bergaul dengan orang lain dan untuk menumbuhkan

perkembangan persahabatan yang bertahan lama diperlukan penyesuaian

sosial yang efektif. Dalam hal ini, setiap anak seharusnya dapat

menyesuaikan diri dalam kelompok dan membangun hubungan yang

menyenangkan.
101

Temuan ini juga didukung oleh hasil penelitian mengenai hubungan

antara penyesuaian sosial dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan

kecenderungan perilaku delikuen pada remaja yang dilakukan oleh

Setiyaningsih, Uyun & Wiyono (2006) yang menjelaskan bahwa seseorang

berperilaku baik tentu saja harus didasari adanya kemampuan untuk

menyesuaikan dirinya dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya,

sedangkan bila gagal dalam mengadakan penyesuaian diri akan dimanifestasi

dalam kelainan tingkah laku yang dimunculkan dalam bentuk tingkah laku

yang agresif, penganiayaan, penipuan, pemakaian obat terlarang atau

narkotika.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sopiah, Krisnatuti dan Simanjuntak

(2017) mengenai kerentanan, strategi koping, dan penyesuaian anak di

Lembaga pembinaan khusus anak (LPKA) menjelaskan bahwa penyesuaian

pada penelitian tersebut mengukur dua dimensi utama yaitu kesulitan

menyesuaikan dan menahan diri. Dimensi kesulitan menyesuaikan diri

menemukan bahwa hampir dua per tiga andikpas berada pada kategori

rendah. Pada dimensi menahan diri ditemukan bahwa hampir dua per tiga

andikpas berada pada kategori tinggi. Penyesuaian tersebut di ukur menurut

persepsi anak dalam mengelola atau mengatasi setiap tantangan kehidupan

sehari-hari selama di dalam penjara. sebelum melakukan sesuatu. Selama

berada di dalam penjara, andikpas tidak dapat berperilaku secara bebas. Hal

ini yang menyebabkan andikpas menjadi terbiasa untuk memikirkan dampak

terlebih dahulu sebelum melakukan perbuatan atau memastikan apa yang


102

dilakukan tidak berdampak atau merugikan orang lain. Pada dimensi kesulitan

menyesuaikan diri diperoleh bahwa enam dari sepuluh andikpas berada pada

kategori rendah, hal ini ditunjukkan dengan andikpas memiliki kepercayaan

terhadap diri sendiri, menghargai diri apa adanya, dan memiliki keyakinan

terhadap kemampuan yang dimiliki. Hasil penelitian tersebut juga

menunjukkan bahwa dukungan internal penjara berpengaruh positif signifikan

terhadap penyesuaian anak, sedangkan kontrol penjara, strategi koping fokus

pada masalah dan strategi koping menghindar berpengaruh negatif signifikan

terhadap penyesuaian anak. Temuan ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan

satu satuan dukungan internal penjara akan menaikkan penyesuaian anak,

sedangkan setiap penurunan kontrol penjara strategi koping fokus pada

masalah, dan strategi koping menghindar akan menaikkan penyesuaian anak.

Berdasarkan hasil penelitian persentase tertinggi jenis pelanggaran yang

dilakukan andikpas adalah tiga dari sepuluh andikpas melakukan tindak

kekerasan dan pelecehan, dua dari sepuluh andikpas melakukan tindak

pencurian dan perampokan, serta pengedaran narkotika Hal ini menunjukkan

bahwa andikpas diusianya yang masih tergolong remaja sangat rentan terlibat

perilaku beresiko tinggi.

Penyesuaian sosial adalah suatu kapasitas atau kemampuan yang

dimiliki oleh setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan

bermanfaat terhadap realitas, situasi dan relasi sosial, sehingga kriteria yang

harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi dengan cara-

cara yang dapat diterima dan memuaskan (Schneiders, 1964). Berdasarkan


103

uraian tersebut, maka dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi penyesuaian sosial adalah terdapat kondisi fisik,

perkembangan dan kematangan, faktor psikologis, kondisi lingkungan dan

budaya selain itu terdapat pula faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi penyesuaian sosial seseorang.


104
Penyesuaian Diri Anak Terpidana Narkoba

Personal
Adjusment Memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan terkait besukan yang Social
jarang datang dan mendapat perlakuan proses pembinaan yang tidak wajar Adjusment
seperti diberikan sanksi yang tidak pantas diberikan untuk anak

Proses belajar yang dilalui selama menjalani kehidupan didalam lapas


membuat ingin kembali bersekolah namun merasa rendah diri dengan usia Relasi Sosial
dan hanya memilih untuk bekerja dan merasa bersyukur dengan keadaan
yang dijalani serta merasa perubahan diri menjadi lebih baik
Kondisi
Psikologis

Memiliki determinasi diri yang kuat untuk menghadapi tantangan dalam


pengaruh pemakaian kembali narkoba Memakai narkoba
karena pengaruh
teman dan dengan
Kultur & Agama yang dimiliki begitu kuat dalam menunjang perubahan diri begitu meskipun
selama proses pembinaan yang dilalui dengan rajin melaksanakan aktivitas tidak memiliki banyak
ibadah. teman, merasa
masih memiliki
keluarga yang
mendukung

Mampu menghadapi
keadaan yang dihadapi Adjusted Response

Bagan 1. Gambaran Penyesuaian Diri Subjek HA


Penyesuaian Diri Anak Terpidana Narkoba 105

Personal Social
Adjusment Adjusment

Memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan terkait dengan teman yang


jarang datang membesuk dan juga merasa tidak nyaman atau dengan kata
lain merasakan kebosanan dalam menghadapi rutinitas yang ada.
Relasi Sosial

Proses belajar yang dilalui selama menjalani kehidupan sebelum berada


dalam lembaga pemasyarakatan yaitu menjadi seorang pengedar narkoba
karena mendapatkan keuntungan penghasilan yang tidak sedikit tanpa
memakai karena memahami itu akan merusak diri, meskipun dengan begitu
berharap ingin kembali bersekolah dan bias menjadi lebih baik
Kondisi Psikologis Mengedarkan
narkoba karena
Memiliki determinasi diri yang lemah dalam menghadapi tantangan terhadap ditawari oleh
pengaruh mengedarkan kembali narkoba karena hal itu sangat member kakak dan
ikesempatan besar jika tidak memiliki uang mendapat
dukungan yang
Kultur & Agama yang dimiliki termasuk lemah dalam menunjang perubahan besar dari bos,
diri selama proses pembinaan yang dilalui dengan kurang rajin dalam kakak dan
melaksanakan aktivitas ibadah. orang-orang
terdekat
termasuk
orangtua
Adjusted Response Maladjusted

Mampu menghadapi
keadaan yang dihadapi
Bagan 2. Gambaran Penyesuaian Diri Subjek ZA
106

E. PEMBAHASAN

Pada bagian ini, penulis akan mengulas dari hasil analisis data,

wawancara dan observasi mengenai gambaran penyesuaian diri anak

terpidana narkoba di lembaga pemasyarakatan klas I Makassar. Seorang

anak yang menjalani masa pidana karena kasus narkoba baik

menyalahgunakan atau mengedarkan. Pada bagian ini peneliti juga

menambah teori-teori lain yang menunjang dan berkaitan dengan penelitian

ini.

Masa anak-anak adalah masa yang sangat rawan melakukan tindakan

karena masa anak-anak atau dalam hal ini remaja adalah suatu masa yang

sangat rentan dengan berbagai keinginan dan harapan untuk mencapai

sesuatu ataupun melakukan sesuatu. Terjadinya penyimpangan terhadap

anak yang menjadi pengguna narkoba perlu perhatian yang serius. Sejalan

dengan Mighwar (2006) mengemukakan ada seperangkat hal yang harus

dimiliki remaja dalam mempersiapkan diri memasuki masa dewasa agar

memiliki keutuhan pribadi seperti perkembangan pikiran, sikap dan perasaan,

kemauan dan perbuatan nyata karena banyak tuntutan dari factor-faktor

sosial, religiutas, serta nilai dan norma yang mendorong remaja memikul

beban tugas dan tanggung jawab. Harapan dan tuntutan itulah yang melatar

belakangi lahirnya tugas-tugas perkembangan remaja.

Masa remaja yang merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke

masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai

kematangan fisik, mental, sosial dan emosional. Umumnya masa ini


107

berlangsung sekitar usia 13 tahun sampai usia 18 tahun, yaitu masa duduk

dibangku sekolah menengah dimana masa ini biasanya dirasakan sebagai

masa sulit (Ali & Asrori, 2010).

Banyaknya tugas dan peran baru yang diterima oleh anak setelah

menjadi narapidana tentunya penyesuaian diri akan menjadi salah satu faktor

yang perlu diperhatikan meskipun penyesuaian diri belum bias digunakan

sebagai tolok ukur derajad kesehatan mental seseorang. Siswanto (2007)

menegaskan bahwa penyesuaian diri tetap merupakan faktor yang harus

diperhitungkan untuk mempertimbangkan kesehatan mental seseorang,

karena salah satu ciri orang yang sehat adalah mampu menyesuaikan dirinya

dengan lingkungannya.

Hasil analisis data yang ditunjukkan dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa masing-masing subjek memiliki sedikit kecenderungan perbedaan

dalam menggambarkan dinamika penyesuaian diri. Temuan dalam dinamika

penyesuiaian diri subjek pertama yaitu HA menunjukkan adjustment response

yang kuat. Hal ini terlihat dari subjek yang banyak mengalami perubahan yang

cukup signifikan selama menjalani masa tahanan. Begitupun dengan subjek

ZA yang menunjukkan dinamika penyesuaian diri yang masih cenderung

lemah selama menjalani proses pidana didalam lembaga pemasyarakatan

karena jelas terlihat dari personal adjustment dan social adjustment dari

subjek ZA yang cenderung dinamis.

Sejalan dengan hasil penelitian mengenai hubungan antara optimisme

dan penyesuaian diri dengan stress pada narapidana kasus napza di lapas
108

Kelas IIA Bulak Kapal Bekasi yang dilakukan oleh Ekasari (2009) dalam

penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara optimisme,

penyesuaian diri dengan stress hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat

optimisme dan penyesuaian diri, maka semakin rendah tingkat stress dan

sebaliknya, semakin rendah tingkat optimisme dan penyesuaian diri maka

semakin tinggi tingkat stressnya. Hal tersebut mendukung temuan pada

subjek HA yang memiliki tingkat optimisme yang tinggi ditunjukkan dalam

tema gambaran positif diri.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sholichatun (2011) mengenai stress dan strategi coping pada anak didik di

lembaga pemasyarakatan anak yang menjelaskan bahwa masalah-masalah

yang memunculkan stress pada para anak didik di lembaga pemasyarakatan

adalah kerinduan pada keluarga, kejenuhan di lapas baik karena bosan

dengan kegiatan-kegiatannya, kurangnya kegiatan maupun bosan dengan

makanannya adanya masalah dengan teman serta bingung ketika memikirkan

masa depannya nanti setelah keluar dari lapas, serta respon stress yang

dialami oleh para anak yang paling umum dirasakan berupa kesedihan selain

afektif juga respon kognitif berupa bingung, fisiologis berupa pusing dan

perilaku berupa kebosanan terhadap makanan serta malas mengikuti

kegiatan-kegiatan di lapas.

Selanjutnya hasil penelitian yang juga dilakukan oleh Komalasari (2017)

mengenai kondisi psikologis narapidana narkotika di lembaga

pemasyarakatan narkotika klas II karang intan martapura Kalimantan selatan


109

mendukung temuan penelitian ini bahwa ada empat aspek kondisi psikologis

yang dialami narapidana kasus narkotika yaitu aspek kognitif yang

digambarkan narapidana rentan mengalami disfungsi kognitif yang berkaitan

dengan kemampuan persepsinya yaitu daya tangkap dan sering kehilangan

konsentrasi, selanjutnya afektif yaitu kesedihan yang mendalam, kecurigaan

dan kewaspadaan yang berlebihan dan merasa tertekan dan cemas,

kemudian aspek sosial menunjukkan perilaku cenderung menarik diri dari

pergaulan antar sesama narapidana yang sering duduk termenung dan

menjadi penyendiri atau menutup diri, terakhir aspek psikomotorik dilihat dari

tingkah laku maladaptive yang termanifestasikan dalam bentuk perilaku sulit

tidur, tidak bersemangat dan kehilangan minat bahkan keinginan untuk

melukai sampai mengakhiri hidup.

Selanjutnya, dari hasil analisis data yang diperoleh setelah melakukan

wawancara langsung kepada subjek penelitian, peneliti merangkum menjadi

delapan tema besar yang dilalui masing-masing subjek dalam proses

penyesuian diri didalam lembaga pemasyarakatan yaitu profile subjek, relasi

sosial, persepsi terhadap realitas, gambaran positif diri, kondisi psikologis,

kemandirian, kepercayaan dan dukungan sosial. Jadi, delapan faktor ini yang

membuat masing-masing subjek penelitian dalam menjalani proses

pidananya.

Walgito (2011) mengemukakan bahwa dalam mengontruksi realitas

personal kebutuhan akan harga diri menduduki posisi sentral, orang akan

menunjukkan berbagai cara untuk memaksimalkan sifat-sifat positif dan


110

meminimalkan sifat-sifat yang negatif. Sejalan dengan hal tersebut sangat

berbanding terbalik dengan keadaan dari subjek ZA yang menunjukkan

bahwa dirinya lebih memilih menjadi pengedar narkoba dibandingkan

mengkonsumsi karena menyadari jika dikonsumsi itu akan merusak diri

sehingga berpikir untuk menjadikan kegiatan mengedar sebagai hal yang

menguntungkan dan memilih untuk lebih baik merusak orang lain.

Sedangkan subjek HA yang ternyata hanyalah sebagai korban akibat

pengaruh teman dan rasa ingin mencoba untuk mengkonsumsi narkoba.

Sejalan dengan penjelasan oleh Gerungan (2010) seorang manusia normal

bukan ditentukan sejak lahir untuk menjadi kriminal oleh faktor

pembawaannya yang saling berpengaruh dengan lingkungannya

menimbulkan tingkah laku kriminal, melainkan faktor-faktor yang terlibat dalam

interaksi dengan lingkungan sosial itulah yang memberikan pengaruhnya

bahwa ia benar-benar menjadi kriminal dalam pengaruh-pengaruh lingkungan

yang memudahkan itu. Santrock (2002) menjelaskan bahwa selama masa

pertengahan dan akhir anak-anak meluangkan banyak waktunya dalam

berinteraksi dengan teman sebaya.

Kupersmidt & Patterson (1993) mengemukakan bahwa anak-anak yang

diabaikan (neglected children) menerima sedikit perhatian dari teman-teman

sebaya mereka, tetapi tidak berarti mereka tidak disukai oleh teman-teman

sebaya mereka. Sedangkan anak-anak yang ditolak (rejected children) adalah

anak-anak yang tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka dan

cenderung lebih bersifat mengganggu dan agresif dibandingkan anak-anak


111

yang diabaikan. Anak yang ditolak seringkali mengalami masalah

penyesuaian diri yang lebih serius dikemudian hari dalam hidupnya

dibandingkan anak-anak yang diabaikan (Santrock, 2002).

Masuk lembaga pemasyarakatan dan menjalani kehidupan sebagai

narapidana adalah suatu penyesuaian diri yang tidak mudah. Secara umum,

permasalahan yang menuntut napi untuk menyesuaikan diri adalah

kehilangan akan kebebasan, hidup berjauhan dengan keluarga, fasilitas lapas

yang serba terbatas, serta stigma negatif dari masyarakat terhadap lapas dan

status sebagai napi.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

faktor yang melatarbelakangi narapidana anak kasus narkoba memiliki

tingkat penyesuaian diri yang berbeda bergantung bagaimana kepribadian

dari seorang anak dari dua aspek utama yaitu :

1. Melihat gambaran respon penyesuaian yang baik melalui aspek personal

adjustment. Dari aspek personal adjustment, kondisi psikologis yang

melibatkan pengalaman, proses belajar, keyakinan diri serta kultur dan

agama. Subjek HA sebagai narapidana yang mengkonsumsi dapat

katakan sebagai korban dan ZA pengedar jenis shabu keduanya memiliki

kecenderungan memiliki respon penyesuaian yang cukup baik selama

berada didalam lembaga pemasyarakatan karena mampu menghadapi

keadaan yang sedang dihadapi,

2. Aspek social adjusment yang melibatkan bagaimana peranan lingkungan

baik dari rumah atau keluarga, kemudian lingkup pendidikan atau sekolah

dan lingkungan masyarakat yang melibatkan dukungan atau relasi sosial

secara umum dimana pola hubungan dekat masing-masing yang saling

mengikat. berbeda dengan subjek ZA seorang anak yang menjadi

pengedar tanpa mengkonsumsi dan kemudian sebagai narapidana yang

tuntutan pidananya dipalsukan sebagai pengguna yang memiliki

kecenderungan yang mengarah pada maladjusted.

112
113

Keduanya memiliki adjusted response yang cukup baik namun memiliki

tingkatan perbedaan pada tataran social adjustment.

B. SARAN

Saran yang dapat diberikan oleh penulis terutama bagi pihak Lembaga

Pemasyarakatan sebaiknya memang perlu mengadakan program

pendampingan psikologis bagi anak terpidana narkoba khususnya, apalagi

jika narapidana yang masih tergantung perlu penyembuhan secara medis

dan mental, proses detoksifikasi sangat penting artinya untuk proses

kesembuhan secara menyeluruh.

Kondisi psikologis narapidana anak yang masih perlu dukungan dan

penguatan dalam membentuk karakter mereka agar dapat bina semaksimal

mungkin sebelum memasuki masa dewasa maka ada baiknya peran petugas

di lapangan perlu untuk berinteraksi lebih dalam kepada anak narapidana

agar merasa lebih baik dan menerima serta memiliki tujuan hidup yang

benar-benar mereka inginkan hingga bebas dan dapat terintegrasi dengan

baik didalam masyarakat serta disarankan juga kepada peneliti lain untuk

melakukan penelitian lebih lanjut tentang upaya peningkatan penyesuaian

diri anak yang sedang berhadapan dengan hukum terkhusus yang terpidana

karena kasus narkoba.

Bagi orangtua hendaknya dapat meluangkan waktu untuk anak-anak dan

menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis. Salah satu upaya yang


114

dapat ditempuh adalah dengan cara membangun komunikasi yang intens

dengan anak untuk mendengarkan permasalahan yang dihadapi anak.

Bagi masyarakat diharapkan dapat saling mendukung untuk menciptakan

lingkungan yang baik dengan menerima kembali dan mengadakan kegiatan

positif khususnya bagi anak yang mantan narapidana agar waktu luang yang

dimiliki anak remaja lebih bermanfaat.


DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika Aditama.

Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi Remaja: Petunjuk bagi guru dan Orangtua.


Bandung: Pustaka Setia

Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara

Aprionis. 2014. 70 Ribu Anak dihukum di LP Umum. Diakses pada 16 September


2017 pukul 21.30 Wita
(http://www.antaranews.com/berita/460372/70-ribu-anak-dihukum-di-lp-
umum)

Ali, Muhammad & Asrori, Muhammad. 2012. Psikologi Remaja Perkembangan


Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Azrti, Sherly. 2011. Skripsi Rasa Berharga dan Pelajaran Hidup Mencegah
Kekambuhan Kembali Pada Pecandu Narkoba. Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim: Riau.

Creswell, W., John. 2015. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Dwidja, Prayitno. (2009). Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Ekasari, Agustina. 2009. HubunganAntara optimisme dan penyesuaian diri dengan


stress pada narapidana kasus napza di lapas kelas IIA bulak kapal
bekasi. Jurnal soul, vol. 2. No. 2.

Fathunnisa, Aghina. 2012. Pengaruh Penyesuaian Diri Terhadap Kecemasan


Komunikasi Interpersonal Pada Remaja di Panti Asuhan Muslimin.
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi. Fakultas Ilmu Pendidikan:
Universitas negeri Jakarta. Vol.1, No.1.

Gerungan, W. A. (2010). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama

115
116

Hanurawan, Fattah. 2016. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi. Jakarta:
Jajawali Pers.

Komalasari, S & Hairina, Y. 2017. Kondisi Psikologis Narapidana Narkotika Di


Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II Karang Intan Martapura,
Kalimantan Selatan. Jurnal Studia Insania. Hal 94-104 vol. 5 No 1.
ISSN 2355-1011, e-ISSN 2549-3019 DOI:
http://dx.doi.org/10.18592/jsi.v5i1.1353.

Lembaran Negara Republik Indonesia. 2013. Undang-undang No. 35 Tahun 2009


tentang narkotika.di akses pada hari Jumat tanggal 15 september 2017
Pukul 17.13 Wita.
(http://www.kemendagri.go.id/media/documents/2013/07/12/p/p/pp_no.4
0-2013.pdf)

Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia.

Masyhuri & Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif.
Bandung: Refika Aditama.

Notosoedirdjo, Moeljono & Latipun.2005. Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan.


Malang: UMM Press.

Nani, W. S. 2009. Efektifitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga


Pemasyarakatan Anak.
(Source: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14979)

Nurihsan, Juntika, A & Agustin, Mubiar. 2011. Dinamika Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung: PT Refika Aditama.

Probowati, Y. 2005. Model Pembinaan Anak Binaan di Lembaga Pemasyarakatan


Anak ( Suatu Alternatif dari Kajian Psikologi). Makalah disajikan pada
Workshop Pengembangan Model Lapas Anak yang Ramah Anak di
Bogor, Plan Indonesia, Dirjen Pemasyarakatan, PKBI, Bogor 1-2
Februari.
117

Purwatiningsi, Sri. 2001. Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia. Populasi. 12, 1,


37-54. ISSN: 0853-0262.

Reza, A. M. 2017. Pengaruh Tipe Kepribadian dan Harapan Terhadap Penyesuaian


Diri Anak Didik Pemasyarakatan. Jurnal Psikologi Insight: Psikologi
Universitas Pendidikan Indonesia. Vol. 1. No.1doi:10.5281/zenodo.579555.

Santrock, J. W. 2007. Remaja. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup.


Jakarta: Erlangga.

Schneiders, A. A. 1960. Personal Adjusment and mental Health. Chicago: United


States Of Amerika

Setianingsih, E., Uyun, Zahrotul & Yuwono, Susatyo. 2006. Hubungan Antara
Penyesuaian Sosial dan Kemampuan Menyelesaikan Masalah dengan
Kecenderungan Perilaku Delikuen pada Remaja. Jurnal Psikologi
Universitas Diponegoro. Vol. 3 No. 1

Siswanto. (2007). Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya.


Yogyakarta: Penerbit Andi

Smith, Jonathan., A. 2008. Psikologi Kualitatif Panduan Praktis Metode Riset.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sholichatun, Yulia. 2011. Stress dan Strategi Coping pada Anak Didik di Lembaga
Pemasyarakatan Anak. Psikoislamika. Lembaga Penelitian Pengembangan
dan Keislaman (LP3K). Vol 8. No. 11.

Sholikhati, Yunisa & Herdiana, Ike. 2015. Anak Berkonflik dengan Hukum (ABH)
Tanggung Jawab Orangtua atau Negara ?. Seminar psikologi &
Kemanusiaan: Psychology Forum UMM, ISBN: 978-979-796-324-8

Sopiah, N. N., Krisnatuti, Diah & Simanjuntak, M. 2017. Kerentanan, Srtategi Koping
dan Penyesuaian Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Jur.
118

Ilm. Kel. & Kons. Vol. 10, No.3 ISSN : 1907–6037 e-ISSN : 2502–3594
http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2017.10.3.192

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Walgito, B. (2011). Teori-teori Psikologi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Andi

Widianingsih, Retno & Widyarini, Nilam. 2009. Dukungan Orangtua dan


Penyesuaian diri Remaja Mantan Pengguna Narkoba. Jurnal Psikologi. Vol.
3, No. 1.
GUIDE WAWANCARA

ASPEK INDIKATOR PERTANYAAN

Penyesuaian Sosial • Hubungan • Bagaimana komunikasi anda


interperpersonal yang dengan Keluarga ?
baik • Bagaimana hubungan anda
• Kemampuan dengan teman-teman biasa
mengekspresikan anda ?
emosi dengan baik • Bagaimana dengan hubungan
anda bersama teman-teman
yang juga sebagai
penyalahguna narkoba ?
• Bisakah anda menceritakan
mengenai bagaimana proses
selama anda mengikuti
program di lapas ?
• Faktor apa saja yang
mendorong anda untuk hidup
kembali dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat
seperti teman-teman anda
pada umumnya ?
• Apakah anda punya teman
akrab di lapas ? kenapa bisa
akrab ?
Penyesuaian diri • Persepsi terhadap • Apakah ada keinginan lagi
personal
realitas untuk memakai narkoba?
• Gambaran diri yang • Bisakah anda ceritakan apa
positif yang anda pikirkan tentang
pelayanan yang anda
dapatkan selama di lapas ?
• Apa yang ingin anda lakukan
setelah keluar dari Lembaga
Pemasyarakatan?
• Apa yang Anda alami selama
di lapas ?
• Ceritakan apa yang anda
rasakan selama menjalani
masa tahanan?
• Menurut anda, nasib anda
akan berubah dimasa yang
akan datang ?
• Apakah anda rajn beribadah
secara teratur ?
• Apa saja hobi anda dan mana
yang paling anda minati ?
Keharmonisan dalam • Persepsi terhadap • Bagaimana kehidupan yang
lingkungan realitas anda rasakan selama di
• Kemampuan Lembaga Permasyarakatan?
mengekspresikan • Bagaimana reaksi keluarga
emosi dengan baik ketika mengetahui anda
• Kemampuan sedang dalam proses
mengatasi stress menjalani masa hukuman?
• Bagaimana cara anda
beradaptasi dengan
lingkungan dalam Lembaga
Pemasyarakatan?
• Bagaimana perlakuan teman
terdekat terhadap anda
setelah anda ada di
Lembaga Pemasyarakatan?
• Bagaimana perlakuan
sipir/pembina anak lapas
terhadap anda setelah anda
ada di Lembaga
Pemasyarakatan?
• Biasanya kalau lagi kumpul
sama siapa saja dan apa
saja yang dilakukan ?

Keharmonisan pribadi • Kemampuan • Bagaimana kondisi kesehatan


mengatasi stress anda ? apakah lebih baik ?
• Kemampuan • Berapa lama masa hukuman
mengekspresikan anda akibat kasus narkoba ?
emosi dengan baik • Apakah Anda merasa
menyesal atau bersalah telah
masuk tahanan?
• Bisakah anda ceritakan
bagaimana rutinitas selama di
lapas ?
• Menurut anda, apakah
selama di dalam lapas anda
bisa dengan leluasa
menyalurkan hobi ?
Mengatasi • Kemampuan • Apakah ada pengaruh akibat
ketegangan
mengatasi stress memakai/ mengedarkan
• Hubungan narkoba dalam hubungan
interperpersonal yang sosial (teman atau keluarga)
baik Anda?
• Bagaimana cara dan
perasaan Anda menghadapi
teman/keluarga yang tidak
senang dengan perilaku
Anda memakai/
menggunakan narkoba?
• Bagaimana respon anda
ketika anda tertangkap oleh
pihak berwajib (Polisi) saat
Menyalahgunakan narkoba ?
• Bagaimana harapan-harapan
anda setelah nanti anda
bebas ? apakah ingin kembali
bersekolah ?
118

HASIL WAWANCARA I
Identitas Diri

Nama :HA
Jenis kelamin : laki-laki
Tempat, tanggal Lahir : Jeneponto,31 Juli 2000
Usia : 17 tahun
Alamat : Pannampu, Capoa
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat Asal : Jeneponto
Masuk Lapas : 30 Maret 2017
Lama masa tahanan : 1 Tahun
Hari/tanggal wawancara : selasa, 12 desember 2017

Tempat wawancara : Ruang Bimkemas, Lapas Makassar

1 P : Oh, kalau begitu setelah putus sekolah apa kita bikin ?

2 S : Kerja ka jadi supir ptpt di daerah tol sana, saya bawa mobil ptptnya sepupuku

3 P : Oh jadi ibu dan bapak ta di jeneponto ji ?

4 S : Tidakmi, duluji waktu masih hidup bapak ku. Tapi setelah meninggalmi, menikah
5 lagi mamaku dan itu mi ada lagi adek ku dua orang, karena berduaja sebenarnya
6 bersaudara, tapi sekarang berempatma. Tapi pindahmi mamaku dipalopo

7 P : Jadi bagaimana mi komunikasi ta sama keluarga (ibu dan adek-adek) ta ?

8 S : Yah baikji, biasaja baku telpon. pernahji juga datang kesini besuk ka

9 P : Kapan itu datangki na besuk ?

10 S : Ih kulupaimi, kalau nda salah tiga bulan yang lalu

11 P : Kalau dengan teman-teman biasa ta diluar sana ia bagaimana hubungan ta ?

12 S : Yah biasa ji juga kak, nda terlalu banyak temanku juga belah.

13 P : Teman dekat atau sahabat ta ada ?


119

14 S : Tidak ada kak teman biasa semua ji

15 P : Tapi sama teman-teman ta diluar sana pernahki punya masalah sama mereka ?

16 S: Tidak pernah ji kak, baik-baikji. Pernahji juga sekali datang ke sini besuk ka, na
17 bawakan ka makanan.

18 P: Terus bagaimana dengan teman-teman ta yang juga sebagai orang yang


19 memakai narkoba ?

20 S: Tidak semuaji teman-temanku diluar sana yang pakai, saya saja pakai karena
21 disuruh coba sama ada satu orang memang temanku yang samaka biasa pakai dan
22 dia jual juga itu barang, tidak semua ji temanku yang tahu kalau saya pakai shabu-
23 shabu.

24 P: Terus, kita nda sebut juga itu teman ta pada saat kita ditangkap?

25 S: Tidak kak, tidak mauja sebut-sebutki dia

26 P: Kenapa ? Tapi itu biasa temanta, pernah jki datang na liat di sni ?

27 S: Susahki kak, tidak ada juga bukti, dan ada bosnya yang lindungi jadi biarka
28 laporkan juga itu temanku percumaji . Baru itu temanku biar satu kali tidak pernahka
29 datang na besuk, sibuk ki kayaknya mengedar hehe

30 P: Oh seperti itu di’, terus tolong ceritakan ke saya mengenai proses selama kita
31 mengikuti program pembinaan di dalam lapas ini

32 S: Di sini kalau subuh-subuh dikasih bangun mki sholat, baru dikasih sarapan, sudah
33 itu apel jam 7, terus dikasih tugas disuruh mki membersihkan sampai jam 10 pagi,
34 sudah itu waktu ketemu pembesuk sampai jam 2, tapi biasa kalau tidak adaji
35 besukka saya dikamar atau diluar bergaul sembarangji tapi biasa saya dikamar ja
36 saja sampenya lagi malam. karena sudah itu tidak adami dikerja, menurutku kak
37 sebenarnya bagusji, diajarki sholat, diajarki untuk bersih-bersih, kalau sakitki biasa
38 juga dikasih jki obat dari klinik tapi itumi bosan tong jki ia begini.

39 P: Oh begitu yah, terus ini kan kita narapidana kasus narkoba sebagai pemakai.
40 Bisa kita ceritakan ka lagi waktu pertama kali ditangkap sama polisi sebelum
41 diproses hukum ?

42 S: Dulu saya ditangkap di sapiria, waktu itu saya mau kembali dimobil ptpt ku karena
43 darika ambil itu barang disana, pas saya jalan, langsung di pergoki sama polisi, na
44 ambil mi itu barang dari tanganku, dan na bawa ma ke kantor polisi didaerah tallo
45 dipolsek tallo.
120

46 P: Jadi, selama ini di sapiria ki ambil barang (shabu)?

47 S: Ie kak disana ji disapiria selalu ka ambil itu barang.

48 P: Berapa lama mki pakai sebelum kita ditangkap?

49 S: Baru ka satu bulan lebih pakai

50 P: Jadi berapa banyak kita bawa shabu itu waktu pas ditangkap polisi ?

51 S: Saya bawa satu sachet kecil yang sekali hisap, itu saya beli dari temanku harga
52 100 ribu

53 P: Jadi dulu, pas di tangkap kita kan sudah tidak pakai lagi toh, apa yang kita
54 rasakan itu ?

55 S: Deh, sakit sekali kak rasanya semua badanku. tiga hari tiga malam menggigil
56 teruska.

57 P: Jadi, apa perawatan dikasihki pada waktu itu ?

58 S: Dikasih ji saja obat dari klinik

59 P: Tidak ada perawatan khusus, atau dibawa kerumah sakit atau apa yang
60 melibatkan dokter ?

61 S: Tidak ada kodong. Obat saja dikasih

62 P: Kalau dikamar sel yang kita tempati ada berapa banyak teman ta didalam ?

63 S: Didalam ada dua belas orang ka kak

64 P: Apa-apa saja semua kasusnya itu ?

65 S: Perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian sama kekerasan itu yang


66 busur-busur kak.

67 P: Terus didalam itu ada teman akrab ta ?

68 S: Tidak ada kak,sama semuaji teman-temanku didalam. Tidak adaji yang akrab
69 sekalika. Itu saja dulu pertama masuk disini tidak langsung kenal, hampir pi satu
70 minggu baru mauka cerita

71 P: Kenapa bisa ? jadi siapa yang duluan cerita ini ? kita yang diajak cerita atau kita
72 yang mengajak cerita-cerita itu teman-teman satu kamarta ?
121

73 S: Saya yang diajak duluan cerita kak. Terus saya respon mi juga. Saya pendiam ka
74 kak, tidak bisaka langsung akrab sama orang. jadi sampe sekarang suka jki baku
75 cerita-cerita dan bercanda-bercanda sesama didalam.

76 P: Kalau konflik atau bermasalah sama teman ta pernah tidak ? terutama pada saat
77 selamaki didalam lapas ini ?

78 S: Kalau diluar tidak pernah ja ada masalah sama temanku. Di dalam pernah,
79 karena suka sekalika kodong na ganggui temanku. Makanya pernahka melawan.

80 P: Apakah ada lagi keinginan ta mau memakai narkoba (Shabu) ?

81 S: Insyaallah tidak mi kak, tapi tidak ditau mi juga ia lagi nanti setelah bebas.
82 Namanya pergaulan toh kak susah dihadapi. Kalau saya tidak mauma ia pakai lagi

83 P: Kenapa ?

84 S: Ededede siksa ki kodong kak, mahalki harganya baru deh kalau tidak pakai ki
85 setengah matiki dirasa.

86 P: Tolong kita ceritakan lagi apa yang kita pikirkan tentang pelayanan yang kita
87 dapatkan selama dilapas ?

88 S: Bagusji kak, saya kira lapas itu mengerikanki. Disiksa ki atau diapai ki, tapi
89 ternyata tidak ji. Kadang ji ji dimarahi ki kalau ada salahta, ituji biasa kepala kamar
90 ku. Sembarang-sembarang na lapor ke penjaga jadi kadang dihukum mki lagi. Kalau
91 makanan enakji juga karena dikasih makan jki,biar mamo itu itu terusji makanannya
92 dikasihki. Bosan ki tapi yah dinikmati mami. Itu ji pelayanan yang kutau

93 P: Kalau nanti bebas mki, apa yang akan kita lakukan ?

94 S: Mau sekalika lagi sebenarnya kodong kembali sekolah, tapi besar mki kak. Malu-
95 malu ma. Jadi saya pikir lebih baik cari kerja

96 P: Nah, untuk pendidikan setara atau penyesuaian didalam saya kira ada ?

97 S: Ie kak, dikasih sekolah ji juga orang didalam kyk diajar membaca, menghitung
98 dan menulis, tapi sudah itu ndada mi. nda tau kalau bebas bagaimana caranya
99 lanjut.

100 P: Lah tidak ada pernah diinformasikan yah sama pembinanya di dalam ?

101 S: Tidak kak, apa tong kodong kita ini ditaukan yang begitu-begitu

102 P: Kemudian, ceritakan lagi bagaimana aktivitas ibadah ta didalam ?


122

103 S: Didalam selaluki diajarkan untuk sholat kalau adzanmi dimasjid, semua harusmi
104 ke masjid. Setelah itu kalau mau tinggal mengaji, mengajiki dimasjid. Saya biasa ji
105 juga kalau habis sholat tinggalka dulu mengaji

106 P: Kalau hobi ta ia apa ? dan adaji didalam sana sarana atau fasilitas yang
107 menunjang itu hobi ta?

108 S: Saya hobiku main bola. Ie kak, adaji lapangan bola didalam

109 P: Bagaimana kehidupan yang kita rasakan selama di dalam lapas ? perubahan apa
110 yang kita rasakan ?

111 S: Saya rasa sekarang saya lebih sopan, lebih pendiam dan lebih tenang kak

112 P: Kenapa bisa menjadi lebih pendiam ?

113 S: Karena tidak apa mau dibikin didalam kak, bosan tong ki ia hidup begitu-begitu
114 terus didalam, mau sekalika bebas kak

115 P: Terus, saat keluarga ta tahu kita ditangkap karena kasus ini, dan harus menjalani
116 proses hukum, bagaimana reaksinya ?

117 S: Awalnya kagetji kak, sempatji marah, tapi lama-lama tidakmi, malah sekarang
118 baik ji dan saya rasa didukung sekalika sama mereka

119 P: Kalau cara ta beradaptasi dengan lingkungan didalam lapas selama ini
120 bagaimana ?

121 S: Cerita-cerita ji saja kak, atau bercanda sama teman-teman saat jam istirahat

122 P: Kemudia perlakuan-perlakuan yang kurang mengenakkan yang didapatkan


123 selama dilapas ?

124 S: Itu ji kak, banyak teman-teman yang pakaballisi-ballisi. Suka ki na ganggui. Itu
125 juga orang-orang tua didalam suka ki suruh-suruh. Na marahi ki kalau tidak turuti

126 P: Biasanya kalau jam istirahat, dan kalau ngumpul ki sama siapa saja ki itu dan apa
127 saja yang dilakukan ?

128 S: Sama teman-teman ji kak, duduk-duduk dan cerita-cerita kalau tidak ada
129 besukan. Karena saya jarangka ngumpul, kadang-kadangji

130 P: Jadi, sekarang bagaimana dengan kondisi kesehatan ta ?

131 S: Alhamdulillah sehat ma kak


123

132 P: Apakah ada rasa penyesalan atau merasa bersalah telah masuk tahanan ?

133 S: Kalau rasa menyesal nda menyesal ja kak, karena kurasa haruska bersyukur
134 karena masih bisaja bertahan hidup disini, kalau merasa bersalah, ie merasaka
135 bersalah memang. Tidak saya tau haruska hidup bagaimana kak, saya jalani saja.
136 Karena rasanya tidak adami harapanku hidup selain pakai shabu-shabu dlu kak.

137 P: Selanjutnya, apakah ada pengaruh akibat memakai shabu-shabu ini sama
138 hubunganta dengan teman atau keluarga ta ?

139 S: Kalau sama teman tidak adaji pengaruh bagaimana-bagaimananya kak, kalau
140 sama keluarga jadi jarang sama-sama, saya kayak menjauh begitu kak.

141 P: Terus bagaimana cara ta dan perasaan ta hadapi keluarga/teman ta yang tidak
142 senang atau tidak suka dengan perilaku memakai ini narkoba ?

143 S: Kalau saya santai ji kak, kudiamkan saja. Tidak saya respon ji mereka yang tidak
144 suka dengan saya

145 P: bagaimana harapan-harapan ta setelah nanti kita bebas ?

146 S: Mauka sebenarnya kembali sekolah kak, mau sekalika. Tapi bagaimana kak,
147 umurku tidak bisami kayaknya dan saya juga kodong sudahka masuk penjara, mana
148 ada sekolah mau terimaka jadi siswanya. Jadi kalau keluarka ini mending kerja ma
149 lagi.

150 P: Pekerjaan seperti apa yang kita mau lakukan ? terus cita-cita ta selama ini itu
151 sebenarnya apa ?

152 S: Mauji kerja bengkel saja kak, kalau cita-cita tidak ku tau mi apa cita-citaku. Yah itu
153 mi saja, kerja dibengkel ma saja, supaya nanti bisaka juga buka bengkel sendiri.
124

1 P : Tolong ceritakan aktivitas mulai bangun tidur hingga tidur lagi

2 S : yah, kalau bangun tidur, sekitar jam 7 kan kamar dibuka sama petugas jadi pagi
3 langsung apel, kemudian mengaji sampai jam 10 langsung kembali lagi ke kamar,
4 setelah itu kerjakan apa saja kayak tugas.

5 P : tugas dari mana dan seperti apa saja itu ?

6 S : seperti tugas dari kamar, karena semua penghuni kamar punya tugas masing-
7 masing, ada tugas nasi, tugas kamar, tugas air

8 P: kalau kita sendiri tugasnya apa ?

9 S : tugas nasi, saya pergi ambil nasi semua penghuni kamar terus dibagi-bagi dan
10 tempat makannya ada petugas yang ambil.

11 P : terus setelah makan siang, aktivitasnya apa saja ?

12 S : kalau sudah apel, mau kerjakan apa saja. Bebas melakukan apa saja.

13 P : kalau malam bagaimana ?

14 S : yah kalau malam sudah tutup, jam 5 sudah tutup dan semua warga binaan harus
15 masuk kamar.

16 P : oh jadi jam 5 sudah tidak boleh berkeliaran lagi yah

17 S : ie, cuma blok anak

18 P : terus bagaimana kalau mau sholat ?

19 S : yah sholat dikamar saja kak.

20 P : terus, bagaimana menurut ta kondisi kamar ta ? apakah menurut ta layak ji atau


21 kah bagaimana ?

22 S : yah layak ji kak

23 P : maksud saya layak seperti apa ?

24 S : layaknya yah sudah cukup bersih, cukup untuk ditempati 13 orang.

25 P : terus apakah ada keluhan-keluhan lain terkait dengan kondisi kamar ta ?

26 S : keluhannya itu, kalau malam mau sekali keluar.

27 P : keluar mau ngapain ?


125

28 S : biasa mau nongkrong juga sama teman yang lain, nonton.

29 P : memang didalam tidak pernah nonton ?

30 S : di dalam ada telivisi, cuma itu dibagian luar saja.

31 P : jadi kalau malam, apa aktivitasnya didalam kamar ?

32 S : yah sembarangji dikerja kak, kayak mengaji atau main gitar apa-apa saja.

33 P : tapi akrab jki sama semua teman-teman ta didalam kamarta ?

34 S : yah akrab.

35 P : tapi ada tidak diantara teman-teman ta yang sekamarta tidak cocok ki ?

36 S : yah, ada kak. Tapi kan kalau masalah tidak cocok yah sudah biasa kak.

37 P : itu temannya, kita yang tidak suka, atau kita yang tidak disuka atau tidak saling
38 menyukai ?

39 S : saya yang tidak suka

40 P : Kenapa ?

41 S : karena apa yah, sifatnya dan kelakuan yang tidak baik

42 P : suka ki diganggu ?

43 S : tidak juga, tapi kelakuannya kepada semua teman-teman memang tidak baik

44 P : terus bagaimana dengan rasa menyesal yang pernah kita bilang saat wawancara
45 pertama ?

46 S : yah kalau menyesal sudah biasa terjadi kan, namanya juga kalau sudah
47 dipenjara kayak begini kan pastinya menyesal kalau sudah didalam

48 P : terus harapan ta yang tidak tercapai sejak masuk didalam sini ?

49 S : yah itu, bahagiakan orangtua

50 P : selain itu ?

51 S : pekerjaan

52 P : menurut ta sebagai seorang anak yang berada didalam lapas, hak-hak apa saja
53 yang belum terpenuhi selama berada didalam sini ?
126

54 S : kalau sebagai seorang anak yah kadang mau bebas saja, bebas dari lingkungan
55 negative dan selalu berpikiran positif saja, dan bebas untuk bisa mendapatkan
56 pekerjaan untuk bagaimana bisa menghasilkan uang, mau kerja ini bisa kerja itu
57 bisa

58 P : jadi selama ini sejak berada didalam lapas itu yang kita rasakan ?

59 S : iya kak

60 P : jadi untuk pendidikan ta bagaimana ? niat untuk melanjutkan sekolah ?

61 S : yah kalau lanjut sekolah lagi mau bagaimana, kan berhenti sekolah kan sudah
62 lama saya juga kan sudah kerja, mau apa lagi lanjut sekolah.

63 P : kerjaan ta selama ini saat masih diluar apa lagi ?

64 S : yah itu, bawa mobil, kerja dibengkel

65 P : terus kalau misal masih diberikan peluang atau kesempatan untuk melanjutkan
66 sekolah dan ambil paket C misalnya bagaimana?

67 S : mau kalau memang bisa begitu dikasih kesempatan

68 P : terus bagaimana dengan pengaruh orangtua ta atau keluarga ta pas tahu kalau
69 kita tertangkap karena kasus narkoba ?

70 S : yah berpengaruh, karena orangtua langsung batasi saya harus bergaul sama
71 teman-teman karena mereka saya masuk disini

72 P : tapi seumpama kalau keluar mki nanti apakah mauki kembali berteman dengan
73 teman-teman ta atau bagaimana ?

74 S : yah kembali bersaman saja, tapi yah sudah tidak begitu lagi

75 P : jadi selama ini kalau pake ki samaki teman-teman ta ?

76 S : ie sama kak

77 P : terus kita pake jenis shabu apa ?

78 S : yang dihisap

79 P : berapa banyak itu ?

80 S : kadang-kadang kalau ada uang saya pake terus setiap hari


127

81 P : nah, waktu itu pas tertangkap berapa banyak shabu yang kita bawa ?

82 S : paketan seratus

83 P : bagaimana besarnya itu ?

84 S : sedikit sekali ji kak. Satu kali pakai

85 P : hal-hal yang buatki tidak nyaman selama didalam lapas ?

86 S : kalau itu sih biasa kalau tidak punya besukan sekali-sekali. Cuma itu ji kak

87 P : kapan lagi terakhir kali orangtua ta datang membesuk ?

88 S : waktu lebaran haji

89 P : terus teman-teman tai a atau keluarga lainnya ?

90 S : tidak ada kak, kalau keluarga adaji pernah tapi lama sekalimi lupa ma

91 P : telponan sama ibu ta pernah ?

92 S : ie pernah ji

93 P : kapan itu terakhir ?

94 S : sekitar seminggu yang lalu

95 P : tapi, bagaimana perasaanta sekarang. Apakah merasa perhatian orangtua sudah


96 cukup atau bagaimana ?

97 S : yah perhatiannya sih sudah cukup baik namanya juga orangtua

98 P : kemudian harapan-harapan ta sebagai seorang anak yang belum terpenuhi dari


99 orangtua ?

100 S : itu saja, pekerjaan. Tunggu sampai saya bebas saya akan melanjutkan lagi
101 pekerjaanku supaya saya bisa lebih baik lagi

102 P : maksudku harapan ta yang masih belum terpenuhi dari orangtua ta, misalkan kita
103 masih di biayai sama orangtua ta ?

104 S : sudah tidak lagi kak

105 P : terus selama ini, didalam yang kasih uang untuk belanja ?

106 S : cari uang sendiri didalam


128

107 P : Kerja apa didalam ?

108 S : sembarang seperti bantu orang didalam, seperti kalau ada mau orang nge cat

109 P : pada saat menelpon ibu ta terakhir kali itu pesannya apa ?

110 S : dia cuma bilang saja yah sabar saja, kan sudah tidak lama lagi bebas

111 P : oh ya sudah hampir bebas yah, berarti bulan berapi ki keluar itu ?

112 S : bulan 3 ini nanti pidana murni ku

113 P : terus kan ada bapak tiri kalau tidak salah, bagaimana perhatiannya ke kita ?
114 apakah kita dibiayai ji juga ?

115 S : iya perhatian, pernah mengirim uang tapi saya tidak mau, lebih baik kasih adikku
116 yang lain daripada saya.

117 P : tapi masih ada tidak kemauan untuk pake kembali ?

118 S : sudah tidak mi kak

119 P : sebagai pemakai kalau dikasih pilihan, rehabilitasi atau masuk lapas disini ?

120 S : apa itu rehabilitasi kak ?

121 P : rehabilitasi tidak tahu yah ?

122 S : ie kak, apa itu ?

123 P : Jadi rehabilitasi itu adalah memang tempat khusus memulihkan orang yang
124 sudah kecanduan seperti yang disiapkan BNN, jadi memang tidak dipenjarakan tapi
125 dipulihkan. Tapi sayangnya kita tertangkap yah. Seandainya datang melaporkan diri
126 pasti tidak akan ditangkap. Merasa tidak kita ketergantungan sebelum masuk sini ?

127 S : ie kak merasa

128 P : pas setelah tertangkap kan sudah tidak pake lagi, apa yang kita rasakan pas
129 masuk disini?

130 S : panas kak, tidak enak sekali perasaan 3 hari berturut-turut

131 P : terus perubahan yang kita rasa selama ada didalam sini apa ?

132 S : kalau sekarang saya sudah merasa baikan, karena sudah tidak pakai lagi

133 P : terus harapan-harapan ta nanti setelah bebas ?


129

134 S : itu saja, mau kembali ke pekerjaan yang dulu lagi

135 P : terus hal yang paling ki tidak nyaman di dalam itu apa saja ?

136 S : itu saja, yang paling bikin tidak nyaman itu besukan, mau liat keluarga

137 P : kalau untuk program pembinaannya sendiri ada tidak yang buatki tidak nyaman ?

138 S : ituji kak, besukan karena kan selalu ada jam besuk. Jadi kadang iri sama teman-
139 teman yang lain

140 P : jadi memang didalam tidak ada program pembinaan khusus untuk anak di’ ?

141 S : ie kak tidak ada, itu ji saja mengaji sama dikelas atau perpustakaan baca-baca.
130

1 P : Siapa yang jamin ki lagi disini ?

2 S : daeng loe, nda tau nama lengkapnya itu ji yang ku tau

3 P : apa ta itu ? keluarga apa ta ?

4 S : tante ku

5 P : jadi, ini tante ta daeng loe sering jki datang na besuk ?

6 S : jarangji

7 P : yang besuk ki terakhir kali siapa itu ?

8 S : nenek ku ji

9 P : bagaimana perasaan ta setelah hampir setahun berada didalam sini ?

10 S : pusing sekali kak

11 P : kenapa pusing ?

12 S : pikir bebas terus dan tunggu SK

13 P : waktu pertama kali ki masuk kemarin apa yang kita rasa ?

14 S : itu saja mau sekali bebas

15 P : kenapa ki mau sekali bebas ?

16 S : karena sudah lama tidak ada kerja, yah mau kerja saja

17 P : selama ini, saat sendirian ki didalam apa yang kita pikirkan ?

18 S : apa yah, uhm mau sama keluarga saja dirumah, kalau bebas kerjaan apa, dan
19 bisa menjadi lebih baik dari yang dulu lagi

20 P : yang kita pikirkan dan rasakan saat-saat kita merasa sendiri ?

21 S : tidak pernahji saya merasa sendiri, biasa-biasa saja

22 P :seumpama tidak ada yang datang besukki, apa yang akan kita lakukan ?

23 S : yah cari kegiatan supaya bisa tersenyum

24 P : kegiatan seperti apa itu ?

25 S : kayak nongkrong, menyanyi-nyanyi atau main bola sama teman-teman


131

26 P : apa yang kita rasakan melihat teman-teman ta ada yang selalu datang besuk ki
27 sedang kita tidak /

28 S : yah sedih sekali

29 P : apa yang buatki mau sekali keluar ?

30 S : mau ketemu orangtuasaja yang diikuti dari dulu

31 P : tolong ceritakan ke saya hal apa saja yang bikin ki tidak nyaman dan tidak
32 mengenakkan selamaki didalam ?

33 S : yang bikin ki tidak nyaman itu didalam yang pertama banyak nyamuk, susah
34 tidur, pikirkan kehidupan luar, susah makan, itu juga saja mau sekali bebas untuk
35 ketemu keluarga

36 P : kalau dari teman-teman ta sendiri, tidak adaji yang suka bikin ki jengkel ?

37 S : namanya jengkel sih yah, banyak. Biasa kalau diam-diam na suka ka naganggui

38 P : pengalaman yang paling tidak mengenakkan atau yang paling tidak


39 menyenangkan yang kita ingat?

40 S : itu saja besukan jarang datang, itu saja pengalaman yang paling tidak
41 menyenangkan

42 P : kalau keluah kesahta saat ini yang kita rasakan ?

43 S : itu saja pikiran ada diluar terus, jadi jarang makan, jarang minum

44 P : kalau makanananya didalam ia bagaimana ?

45 S :yah bagusji karena masih dikasih jki makan

46 P : maksudku makanannya layakji untuk dimakan ?

47 S : ie masih ji, enakji dan syukur sekali mi itu karena masih dikasih ji makan

48 P : oh berarti kitanya ji memang yang tidak ada nafsu makan ?

49 S : ie saya memang tidak ada nafsu makan

50 P : bagaimana perubahan hidup yang kita alami selama ki berada didalam ?

51 S : bisa mengaji, rajin sholat, rajin bangun, sifat berubah menjadi lebih baik begitu,
52 yah lebih dewasa.
132

53 P : ada tidak teman dekat ta yang dekat sama kita sekamarta yang paling kenal kita
54 ?

55 S :oh ie ada ji, pandi namanya

56 P : bisaki panggilkan ka, saya juga mau wawancarai ki

57 S : oh ie sebentar saya panggilki

58 P : oh ia, kalau penilaian ta terhadap pembinanya disini ?

59 S : apa yah, suka ki na suruh cepat bangun, ngaji, harus rajin sholat, dan pembagian
60 makan harus juga cepat

61 P : maksudku tidak ada ji hal yang tidak menyenangkan yang kita rasa dari pembina
62 ?

63 S : pasti ada

64 P : biasa bentuk perlakuannya yang seperti apa yang kita tidak suka ?

65 S : kalau itu kan dari pribadi kita sendiri, tapi itu saja seringki suka na suruh cepat
66 masuk ke dalam kamar sel

67 P : pernah tidak dapat sentuhan fisik, misal seperti pukulan ?

68 S : pernah,kayak hukuman yang tidak pantas untuk diberikan buat anak

69 P : apa biasa hukumannya ?

70 S : biasanya seperti pelanggara-pelanggaran yang sepele, satu orang berbuat


71 semua kena satu kamar dipanaskan kayak tentara

72 P : dihukum seperti apa itu ?

73 S : melebihi dari push up, kayak jalan jongkok, sambil panas-panasan ke lapangan
74 bola, jadi begitu kita ini kayak ketakutan

75 P : pelanggaran-pelanggaran apa saja yang biasa dilanggar ?

76 S : misalkan kayak berkelahi.

77 P : kalau kita pernah dihukum ?

78 S : pernah, hehe

79 P : kenapa ?
133

80 S : karena jual kasur pemberian

81 P : dimana di jual ?

82 S : ke blok lain

83 P : kita sendiri yang jual ?

84 S : sebenarnya bukan saya yang jual, teman satu kamarku, tapi itumi satu berbuat
85 harus semua dapat, karena supaya tidak mengkhianati teman yang lain, kayak tdai
86 mi dijemur

87 P : oh ya masa kenapa bisa ?

88 S : ie, dijemur kayak ikan kering, karena itumi temanku jual kasur, selama satu jam
89 dijemur, baring dilapangan tidak pakai baju dilapangan basket, baru panasnya bukan
90 main

91 P : terus kita aktif jki ikuti pelajaran kayak sekolah didalam ?

92 S : ie aktif karena harus

93 P : kalau pembinaan-pembinaan seperti keterampilan ?

94 S : ada, tapi jarang dan sesekali ji kayak bikin-bikin lampion

95 Oh ya. Untuk hari ini cukup sekian untuk informasi yang diberikan, terima kasih nah
134

HASIL WAWANCARA I
Identitas Diri

Nama :ZA
Jenis kelamin : laki-laki
Tempat, tanggal Lahir : Makassar, 22 Januari 2003
Usia : 14 tahun
Alamat : BTP
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat Asal : Makassar
Masuk Lapas : 14 juli 2017
Lama masa tahanan : 1 Tahun 2 bulan
Hari/tanggal wawancara : selasa, 12 desember 2017
Tempat wawancara : Ruang Bimkemas, Lapas Makassar

1 P : Terus nama dan pekerjaan ibu dan bapak ta ?

2 S: Mama namanya bu Marwah dia IRT ji kak, kalau bapak Edi ali Ahmad kerja di
3 Toyota

4 P: Oh, terus kita anak ke dari berapa bersaudara ?

5 S: Saya anak bungsu dari empat bersaudara

6 P: Berarti kakak-kakanya sudah kerja semua ?

7 S: Ie kak yang pertama dan kedua kan perempuan, yang kedua sudahmi menikah,
8 yang pertama masih kerja. Yang ketiga kan laki-laki, pernah juga ditahan gara-gara
9 merampokki.

10 P: Pendidikan terakhir ta apa ?

11 S: Saya sampai SMP kelas dua kak, nda lanjutma

12 P: Kenapa bisa putus sekolah ?


135

13 S: Karena bosan ma kak sekolah, seringka dulu bolos sekolah, begitulah pergaulan.
14 Ditawarika juga untuk mengedar dulu, tertarikma karena lumayan banyak uang bisa
15 dapat.

16 P:Oh ya ? kita mengedar jenis narkoba apa ?

17 S:Shabu-shabu kak

18 P:Terus komunikasi ta sama keluarga (Orangtua) bagaimana selama ini ?

19 S: Kalau komunikasi baikji kak, selamaku disini seringja datang dibesuk sama mama
20 bapakku, dulu-dulu orangtuaku perhatian sekaliji juga. Tapi sayanya ji memang yang
21 kadang tidak mendengar

22 P:Kapan itu datangki na besuk ?

23 S: Setiap sekali seminggu kak

24 P: Kalau dengan teman-teman biasa ta diluar sana ia bagaimana hubungan ta ?

25 S: Yah biasa ji juga kak, nda terlalu banyak temanku juga belah. Lebih banyak
26 musuh

27 P : Teman dekat atau sahabat ta ada ?

28 S: Banyak teman biasa kak, nda terlalu banyak teman dekat karena itumi lebih
29 banyak jadi musuhku

30 P: Kenapa bisa banyak jadi musuh ?apa ada masalah sama mereka ?

31 S:Karena toh, memang dulu temanku ji semua, tapi lama-lama berubah jadi musuh
32 karena biasa menjebak. Kalau ditangkap mki toh, berusaha tong supaya saya juga
33 ditangkap.

34 P: Terus bagaimana dengan teman-teman ta yang juga sebagai orang yang


35 memakai narkoba ?

36 S:Oh kalau temanku rata-rata pakai ki kak dan mengedarki juga, kalau saya
37 mengedar saja. Tidak pakai ka saya.

38 P:Kenapa kita nda pakai ?

39 S: Yah nda mauja kak rusak diriku, edede, bahaya. Mending mengedar saja. Dapatki
40 uang yang lumayan banyak, sehari itu bisa dapat kurang lebih 6 juta dan bisa
41 disimpan-simpan. Kalau pakai ki bisa-bisa habisji.
136

42 P: Terus, kita nda sebut juga itu teman ta pada saat kita ditangkap?

43 S:Tidak kak, tidak mauja sebut-sebutki mereka. Apalagi bos ku.

44 P: Kenapa nda mau disebut teman ta apalagi bos ta?

45 S:Susah kak, tidak ada juga bukti dan tidak mauka kasih begitu temanku, karena
46 saya tidak kusuka dikasih begitu, kalau bos ku ia haruski dilindungi.

47 P: Kenapa bos dilindungi ?

48 S: Karena dia selalu ki juga na lindungi dan na uruskan segala hal kalau dalam
49 keadaan susahka. Seperti sekarang ini, di sini ka tapi dia bantu juga urus selain
50 orangtuaku. Sering juga dia bawakanka makanan.

51 P: Tapi itu biasa temanta, pernah jki datang na liat di sni ?

52 S: Tidak pernah kak, jangankan temanku yang diluar mauka datang na liat. Yang
53 didalam sini saja saya tidak akrab. Karena itumi kak saya bilang dimana-mana
54 musuh

55 P: Berarti biasa jki ketemu kalau datang kesini besukk ki ?

56 S: Tidak kak, tidak pernah ka ketemu. Biasa dia Cuma menitip saja. Kalau soal urus
57 mengurus memang dia tidak ketemu langsung ka untuk bicara, tapi saya rasa dia
58 lakukan itu. Karena pernahma di tangkap sebelumnya tahun 2015, dan ditahanka 2
59 hariji, setelah itu dibebaskan ma. Itu karena bosku. Sementara ini dalam proses
60 pengurusanma.

61 P :Oh seperti itu ya, terus tolong ceritakan ke saya mengenai proses selama kita
62 mengikuti program pembinaan di dalam lapas ini

63 S: Di sini kak sebenarnya bosan sekali ma. Mau sekalima bebas. Makan tidur ji
64 dikerja, saya biasa dikamarja terus. Jarangka keluar-keluar. Itupun kalau keluar pas
65 jam istirahat, saya pergi ditahanan dewasa, ada teman akrabku disana empat orang.

66 P : Oh ya ? kasus apa saja itu teman ta yag ditahanan dewasa ?

67 S: Kasus perampokan kak

68 P: Oh begitu yah, terus ini kan kita narapidana kasus narkoba sebagai pemakai.
69 Bisa kita ceritakan ka lagi waktu pertama kali ditangkap sama polisi sebelum
70 diproses hukum ?
137

71 S: Sebenarnya kak, saya bukanka pemakai, Cuma di BAP diurus ki kak toh, jadi
72 begitumi saya masukmi sebagai pemakai. Dulu saya ditangkapsama brimob pas
73 transaksi di BTP .

74 P: Oh, jadi pas waktu itu, orang yang kita temani transaksi juga ditangkap ?

75 S: Tidak kak, dijebak ka. Yang saya temani transaksi itu anggota brimob. Temanku
76 yang kasih tauki kalau saya jg kurir.

77 P: Berapa lama mki mengedar sebelum kita ditangkap?

78 S: Lama ma kak, dari kelas 6 SD

79 P: Terus bisaki ceritakan apa yang kita rasakan dan pikirkan tentang pelayanan
80 yang anda dapatkan selama ini dilapas ?

81 S: Disini kak, pokoknya membosankan ki. Tapi banyak ji sebenarnya kegiatan ia,
82 tapi saya ji memang yang tidak nyaman

83 P: Tidak nyaman bagaimana ? kalau pelayanan kesehatan dan pendidikannya


84 bagaimana ?

85 S: Yah, itu-itu terusji diliat kak. Disini ada klinik kak. Kalau sakit-sakit bisa ke klinik
86 dan dikasih mki obat. kalau pendidikan, diajar jki juga didalam. Tapi sama ji keluarki
87 tidak bisa tong jki lanjut

88 P: Nah, nanti kalau semisal bebas mki, apa yang mau kita lakukan ? apa mau
89 kembali mengedar ?

90 S: kalau saya sebenarnya mau sekalika lagi kembali sekolah kak, ahh tidak kak.
91 Tidak mauma mengedar, tapi belumpi ditau ia bagaimana nantinya

92 P: Oh yaa, terus coba ceritakan lagi tentang aktivitas ibadah ta !

93 S: Disini biasa ja sholat kak, tapi kadang juga kalau saya ada ditahanan dewasa
94 sama teman ku nongkrong, nda sadar lewat lagi waktu.

95 P: Kalau dikamar sel yang kita tempati ada berapa banyak teman ta didalam ?

96 S: Didalam ada 10 orang klo nda salahka kak. Ka jarang saya perhatikan krn saya
97 diam-diam terusji. Ada yang kudengar-dengar maumi keluar, ada juga mau masuk.

98 P: Apa-apa saja semua kasusnya itu ?


138

99 S: yang saya tau itu kak perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian sama
100 kekerasan itu yang busur-busur kak.

101 P: Oh tidak sama kamar sama H di’ ?

102 S: Iee tidak sama sel kak. Dia kamarnya dikamar sel sebelahnya lagi.

103 P: Bagaimana dengan perlakukan sipir/pembina anak lapas yang kita rasakan
104 selama ini ?

105 S: Baik ji kak, biasa tong jki ditegur atau dimarahi kalau tidak mendengarki tapi tidak
106 pernah ja kena saya pukulan, biasa ada temanku dipukuli ka tidak mendengarki
107 kalau ada dikasih taukan ki.

108 P:Apakah kita merasa menyesal atau bersalah telah masuk disini ?

109 S: Ie jelasmi kak,karena tidak bisaki leluasa disini tapi maumi diapa. Ada tong
110 hikmahnya toh, bisa ditau mana teman mana musuh

111 P: Menurut ta kedepan nasib ta berubah dimasa yang akan datang ?

112 S: Ie kak, semoga. Saya berharap sekali juga bisa jadi lebih baik

113 P:Kalau hobi ta, apa saja dan yang paling kita minati untuk dikembangkan ?

114 S: Main gitar sama main bola kak, tapi lebih suka ka main gitar

115 P:Kalau menurut ta selama didalam lapas, leluasa jki salurkan hobi ta ?

116 S:Ie kak, karena disiapkan ji disini lapangan bola dan ada juga beberapa alat musik.
117 Itu hiburanku.

118 P: Kalau pengaruh akibat mengedarkan narkoba dalam hubungan sosial (teman
119 atau keluarga) ta ?

120 S: Kalau sama keluarga tidak masalahji kak, keluargaku selaluja na kasih dukungan
121 selama masukka dalam sini. Kalau sama temanku berpengaruh sekali, contohnya
122 itumi saling tidak baku baik mi orang.

123 P: Terus reaksinya keluargata/orangtua ta waktu tau kita ditangkap polisi karena
124 kasus ta ?

125 S: Yah pastinya kagetki kak, marahki pertama ia tapi lama-lama tidakmi, malah lebih
126 perhatianmi sekarang.
139

127 P:Tolong kita ceritakan lagi bagaimana kehidupan yang kita rasakan selama dilapas
128 ini ?

129 S:Yang saya rasakan itu mi kak, bosan sekali. Mau sekali ma bebas kodong.

130 P: Kalau cara ta beradaptasi selama ini didalam ?

131 S:Yah biasaji kak, awalnya takut-takutka, tapi lama-lama terbiasa ma kak, meskipun
132 masih takut karena banyak musuh dimana-mana.

133 P:Bagaimana cara dan perasaan ta hadapi teman ta yang tidak senang dengan kita
134 ?

135 S : Yah dicueki saja kak, saya diami ji mereka.

136 P: Terus untuk harapan-harapan ta setelah nanti bebas ki ?

137 Subjek: ituji kak, mau sekalika lagi sekolah lagi kak, tapi takutka dan malu-maluka
138 sama anak-anak yang lain karena saya berbeda dari mereka yang sekolah baru
139 disayng sama guru..

140 P: Oh begitu yah, untuk wawancara hari ini cukup sekian dulu, nanti kalau masih ada
141 informasi yang saya mau kembali konfirmasi tidak apa-apa yah saya kembali.
142 Terima kasih
140

1 P : kasus yang sebenar ta apa ?

2 S : kalau di berita acara penangkapan (BAP) itu sebagai pemakai yang mengedar juga, kalau
3 tidak dimasukkan sebagai pemakai, dikira nanti pengedar besar

4 P : jadi, bagaimana caranya diketahui sama pihak kepolisian kalau kita pemakai ? apakah ada
5 tes urin atau tes narkoba lainnya ?

6 S : tidak ada kak, jujur ji saja bilang pakai, padahal tidak pakai ka sama sekali

7 P : kenapa bisa tidak ada tes urine ?

8 S : sudahji pernah di Tes Urine, tapi sama ji negatif ji juga

9 P : terus kalau negative kenapa bisa di BAP sebagai pemakai ?

10 S : dibantu toh sama penyidik

11 P : oh diuruskan di’, tapi kenal memang sama penyidik ?

12 S : ie kenal ka

13 P : dimanaki kemarin lagi di tangkap ?

14 S : BTP ditangkap sama brimob pa’baeng-baeng

15 P : nah waktu kita transaksi itu, siapa lagi kita temani transaksi ?

16 S : sama itumi brimob ka yang menyamar sebagai pembeli

17 P : itu hari berapa banyak yang ditransaksikan sama itu brimob ?

18 S : itu hari 1,1 gram harganya itu satu juta dua ratus, tapi didalam BAP itu tidak segitu di kasih
19 masuk sedikitji, karena pas ditimbang waktu pemeriksaan berkurangi, dikasih hilangi sebagian
20 barang buktinya

21 P : oh jadi itu barangkali berkat bos ta yang bantu di’?

22 S : ie eheheh

23 P : besar sekali pengaruhnya ini bos ta di’ ?

24 S : ie

25 P : kalau itu teman akrab ta ? kan kita jarang bergaul sesama teman kamar sel ta toh, berapa
26 orangki lagi sekamar ?

27 S : pindah kamar ka lagi

28 P : oh ya pindah kamar ki lagi ? kenapa bisa pindah ?


141

29 S : yah mau ja saja pindah karena ku sukaki di kamar 6

30 P : berapa orangki di kamar yang sekarang ?

31 S : enam belas orang sekarang, tapi bagus sekali disitu

32 P : tapi nyaman ji kita rasa d situ daripada kamar sebelumnya ?

33 S : ie nyaman ia karena disitu pusat rokok apa, makanan juga pokoknya banyak

34 P : apa-apa saja kasusnya itu teman sekamarta yang sekarang ?

35 S : ada semua mi didalam, kepala kamar pembunuhan, yang lain itu ada 365, 363, sendiriku ji
36 narkoba.

37 P : kenapa ki pindah kamar ? dikamar sebelumnya ada apa dengan situasinya ?

38 S : tidak nyamanja ku rasa saja

39 P : berapa lama mki pindah kekamar 6 ?

40 S : baru ka 2 hari

41 P: kita yang dikasih pindah atau pindah sendiri

42 S : Pindah sendiri ja kak

43 P : oh memang bagaimana bisa ?

44 S : melapor saja kak sama petugas bilang mau pindah kamar, jadi langsung dikasih pindah

45 P : yang dikamar sebelumnya berapa orangki ?

46 S : dua belas orang

47 P : bagaimana teman-teman yang didalam sana yang sekamarta ?

48 S : bagus ji semua kak

49 P : selamaki didalam lapas, itu teman-teman ta yang ditahanan dewasa sering ki ke sana ?

50 S : ie sering sekali, disanaka selalu nongkrong biasa

51 P : kenapaki bisa akrab sama mereka ?

52 S : karena dekat rumahka semua di BTP, baku samping rumahji

53 P : oh kenal akrab berarti diluar yah ?

54 S : ie, sering biasa ke rumah, kan biasa dirumah sering anak-anak ngumpul

55 P :itu teman-teman ta yang di tahanan dewasa apa-apa saja semua kasusnya ?


142

56 S : pembunuhan dan perampokan kak itu 4 cs

57 P : jadi sekarang, masih kesanaki nongkrong sama temanta yang ditahanan dewasa ?

58 S : sekarang jarangmi sejak pindah kamarka, dikamarja terus

59 P : yang waktu lalu, terkait tentang musuh didalam sekarang bagaimana situasinya ?

60 S : yah begitu-begituji kak, tetapji tidak saling menyapa dan baku diam-diam

61 P : terus keluhan-keluhan ta selama didalam terkait dengan teman ?

62 S : oh ituji kak, temanku yang diluar tidak pernahka datang na besuk, padahal mereka yang
63 sebelum-sebelumnya juga pernah masuk seringka datang besukki

64 P : orangtua ta bagaimana sekarang ?

65 S : jarang ma komunikasi

66 P : kenapa ?

67 S : karena tidak mauma tergantung sama orangtua

68 P : kapan ki terakhir kali datang na besuk ?

69 S : minggu lalu

70 P : kalau kakak-kakak ta yang mana paling akrab ki ?

71 S : yang ke tiga yang laki-laki

72 P : itu kakak ta yang laki-laki kerja dimana ?

73 S : tidak kerjami kak, dulu waktunya keluar dari sini ada om ku wakil kepala lapas di Jakarta
74 juga, tapi pensiunmi sekarang, kakak ku mau daftar kerja disana tapi tidak diterimai. Jadi tidak
75 adami kerjanya sekarang

76 P : kakak ta kapan keluar dari sini ?

77 S : waktu bulan dua 2016

78 P : disini sudah berapa lama mki lagi kan dari tanggal 14 juli toh?

79 S : kurang lebih jalan 5 bulan ma, salah itu bukan tanggal 14 juli tapi 12.

80 P : jadi pas awal-awalki masuk disini bagaimana ki rasa ?

81 S : deh tidak enak sekali kurasa

82 P : jadi adaptasi sama teman-temanta bagaimana dan berapa lama ?

83 S : kalau saya memang susahka akrab sama orang, kecuali kalau diajak pa cerita duluan
143

84 P : tapi ini yang dikamar enam yang kita tempati sekarang kenapa bisa nyaman kita rasa ?

85 S : temannya kakak ku ini yang kepala kamar ka toh

86 P : tapi itu kepala kamar ta memang masih anak ?

87 S : dewasa mi sebenarnya, tapi di BAP nya diubah toh sebagai anak

88 P : itu sebelumnya kita bilang kalau lebih mending mengedar daripada pakai, kenapa ?

89 S : lebih bagus mengedar, bukan ji kita rusak orangji yang rusak

90 P : dari kelas enam SD kit oh mengedar ?

91 S : ie

92 P : terus, sehari itu kita dapat berapa lagi ?

93 S : addehh, tidak bisa dihitung itu

94 P : sanking banyaknya itu di, minimal berapa ?

95 S : 5-6 juta minimal

96 P : tapi kita memang dapat itu barang dari mana ?

97 S : dari sidrap, barang asli

98 P : oh ya asli ? memang banyak yang tidak asli yah berarti ?

99 S : deh ie banyak sekalimi sekarang yang campuran, kalau yang asli dilidah itu deh tembus ki
100 dirasa, kalau palsu dia tidak tembuski.

101 P : pertama kali yang tawariki untuk mengedar waktu itu masih kelas 6 SD ki siapa ?

102 S :kakak ku ji, kan kakak ku dulu pakai ki dia.

103 P : sampai sekarang ?

104 S : tidak ku taumi ia diluar karena tidak pernahma liatki pakai

105 P : tapi menurut ta sendiri ?

106 S : deh pastimi masih pakai itu kak

107 P : berarti ada kecenderungan sudah ketergantungan

108 S : ie sepertinya begitu, ketergantungan mi

109 P : tapi orang tua ta tau tidak kalau kita mengedar dari kelas enam SD ?

110 S : tidak, setaunya itu dari 2016 karena dulu ditangkap waktu itu, jadi na tau mi disitu
144

111 P : pas tau, bagaimana reaksinya ?

112 S : tidak bagaimana-bagaimana ji, mau dibilang dimarahi, dimarahi ji, tidak dipukul ji

113 P : oh tidak pernah jki dipukul sama orangtua ta di’ ?

114 S : tidak ji, seringji dinasehati, bilang satu kali dua kali kau lakukan itu memang tidak tertangkap
115 ji, tapi pasti akan tertangkap.

116 P : kakak ta kan sebagai pengguna aktif, tidak pernah direhabilitasi kakak ta ?

117 S : tidak pernah kak, tertangkap saja tidak pernah

118 P : oh ya ? jadi dia kemarin tertangkap karena apa ?

119 S : karena na parangi tentara

120 P : berapa usianya sekarang itu kakak ta ?

121 S : 22 tahun kalau tidak salah

122 P : antara mama dan bapak ta yang paling kita akrab pi siapa ?

123 S : tidak akrab untuk kedua-duanya, sama kakak ku ji

124 P : terus antara mama, bapak ta dan kakak ta yang laki-laki, siapa yang paling sering datang
125 besukki ?

126 S : kakak ku paling sering datang besukka dan paling sering perhatikan ka, na jagai sekali ka
127 karena banyak juga temannya didalam.

128 P : tapi itu kakak ta memang akrab dari kecil di’ ?

129 S : ie dari kecil akrab sekalima memang

130 P : jadi yang satu kamar ta ini gampangki akrab karena temannya kakak ta ?

131 S : ie karena kakak ku mentong pesan sama itu temannya bilang liat-liatki adekku itu. Jadi
132 enakji kurasa gampang ja langsung akrab.

133 P: tapi sampai sekarang kakak ta masih konsumsi juga di’ ?

134 S : ie

135 P : selain kakak ta, itu bos ta sering atau pernah datang tidak ke sini besuk ki ?

136 S : dulu ji waktu pertama tertangkap di polsek sama di depsus, datang na liatka, disini tidak
137 pernah, paling menitip ji, atau orang nasuruh bawa, atau kakak ku nasuruh

138 P : oh satu bos jki di’ ?


145

139 S : ie

140 P : kalau keluar mki nanti, menurut ta kembali lagi mngedar atau bagaimana ?

141 S : tidak tau ini nanti, kalau tidak ada uangku pastimi mengedarka lagi

142 P : bantuan-bantuannya itu bos ta seperti apa biasa ?

143 S : uang, makanan, hp juga, deh sebenarnya 3 mi hp ku sekarang

144 P : kenapa merasa ki lebih bergantung sama bos ta dibanding dengan orang tua ta ?

145 S : tidakji kak, karena kukasihani ji orangtuaku, apalagi mau datang kesini jauh sekali

146 P : kenapa bisa bilang kalau keluar ki nanti kalau tidak ada uang akan kembali mengedar,
147 padahal kan orangtua masih ada dan masih mampu, kenapa tidak meminta saja sama orangtua
148 ?

149 S : saya mau minta ? tidak mungkin mi karena sudah terbiasa ma tidak meminta uang kak toh,
150 jadi tidak enakma kalau mau minta

151 P : jadi dari kelas 6 SD tidak pernah mki minta uang ?

152 S : ie tidak pernah ka minta, tapi seringja dikasih uang kalau ke sekolah.

153 P : tidak pernah ji bertanya orangtua ta kenapa tidak pernahki minta uang ?

154 S : deh itu saja pernah waktuku beli motor kagetki bilang diamana ka ambil uang

155 P : apa kita jawabkan ki ?

156 S : kan sudah ma tertangkap disitu, jadi bilang ma uang sabu-sabu ku heheh

157 P : tapi kenapa harus cari uang lebih banyak ?

158 S : lebih senang kalau sama teman foya-foya

159 P :menurut ta sekarang lebih banyak musuh atau teman ?

160 S : deh, lebih banyak musuh

161 P : terus, ini kan kita putus sekolah, nanti setelah keluar masih mau nda lanjut sekolah ?

162 S : ie masih mauja kak lanjut sekolah

163 P : selain sabu-sabu, dulu jual barang jenis apa saja ?

164 S : Flaka, ganja, sinte’, banana speed. Pokoknya banyak sekali saya jual dulu.

165 P : tpi teman-teman ta yang pemakai ada tidak yang pernah direhabilitasi ?
146

166 S : dehh banyak mi, tapi sama ji, begitu ji lagi. Direhab selama tiga bulan sampai 6 bulan, pas
167 keluar 1-2 minggu pakai ji lagi.

168 P : menurut ta, apakah semua pengedar bisa tertangkap ?

169 S : aih, tidak. Pasti ini lebih banyak tertangkap orang yang pakai dibandingkan yang penegdar.
170 Apalagi Bandar-bandar besarnya. Susah ki didapat.
147

1 P : kita siapa yang jamin ki ?

2 S : orangtua ku ji kapan

3 P : tolong ceritakan bagaimana perasaan ta selama berada didalam sini ?

4 S : yah biasa-biasa ji

5 P : saat-saat sendirianki selama ki berada didalam apa yang kita pikirkan ?

6 S : pikirkan waktu diluar

7 P : apa yang kita lakukan saat jam besuk, tidak ada yang datang besukki ?

8 S : ke blok dewasa ka diteman ku, nonton ja

9 P : terus yang kita pikirkan, saat semua teman ta ada datang pembesuknya,kita
10 tidak ?

11 S : tidakji, biasa ji

12 P : kapanki kah terakhir dibesuk ?

13 S : minggu lalu

14 P : oh rutin jki kita di besuk di’?

15 S : tidak tong ji ia, ku telpon-telpon pi baru biasa datang

16 P : jadi kita telpon lewat mana ?

17 S : ada hp temanku didalam

18 P : yang paling sering datang besukki siapa ?

19 S : kakak ku ji yang paling sering saya telpon, biasa kakakku ji juga yang
20 menyampaikan sama orangtua untuk datang besukka, datang mi biasa bawakan ka
21 makanan apa

22 P : siapa saja yang dorongki untuk segera bebas ?

23 S : ih banyak, mau lanjut sekolah, mau diluar sama teman, mau sama orangtua dan
24 sama-sama keluarga

25 P : tolong ceritakan ki hal apa saja yang kita rasakan kurang menyenangkan dan
26 mengenakkan selama berada didalam lapas
148

27 S :deh yang paling tidak enak itu biasa kalau habismi nasi

28 P : oh ya ?

29 S : ie, biasa habis nasi, apalagi kalau malam

30 P : itu nasi yang ambil siapa ?

31 S : temanku ji juga

32 P : kenapa bisa habis nasi, kan ada jatah ya masing-masing ?

33 S : biasa di diminta sama blok dewasa

34 P : jadi kita ada juga jadwal tugas ta ambil makanan ?

35 S : ie, 3 kali sehari pagi jam 10, sudah dhuhur, sama selesai sholat ashar

36 P : kemudian apa lagi yang paling tidak menyenangkan yang kita rasakan baik dari
37 teman-teman ta atau yang lain ?

38 S : tidak adaji kalau teman-teman ku yang sekarang

39 P : kalau yang pembina-pembinanya bagaimana ?

40 S : tidak adaji juga

41 P : tidak pernahji dapat hukuman atau pukulan atau apalah ?

42 S : tidak pernah ji saya, karena sabar-sabar ja saya, teman-teman ku juga yang lain

43 P : kalau pengalaman yang paling tidak menyenangkan ?

44 S : tidak adaji

45 P : kalau teman yang jarang membesuk bagaimana ?

46 S : tidak apaji kak, eh pernahji datang satu kali datang sama kakak ku

47 P : ada tidak musuh ta didalam yang bikin ki tidak nyaman ?

48 S : deh banyak, tapi tidak kupikir ji juga ka tidak pentingji

49 P : ceritakan perubahan hidup yang kita alami selama berada didalam ?

50 S : kalau diluar dulu jarang sekali sholat, sekarang rajin sholat. Itu ji

51 P : penilaian-penilaian sama pembiana tai a ?


149

52 S : bagus ji kurasa

53 P : dari kondisi lingkungan ta sendiri, tidak pernah ji kena hukuman ?

54 S : tidak ji, eh belumpi hehe

55 P : kalau dikamarta yang sekarang ada kasus narkoba ?

56 S : tidak ada, saya ji sendiri

57 P : okay, cukup informasi yang diberikan untuk hari ini, terima kasih banyak yah
150

HASIL WAWANCARA PEMBINA


Identitas Diri

Nama : Ibu Sira


Jenis kelamin : Perempuan
Hari/tanggal wawancara : 15 Januari 2018
Tempat wawancara : Ruang Bimkemas, Lapas Makassar

1 P : assalamualaikum bu, selamat siang. Perkenalkan saya nurismi ramadhani dari fakultas
2 psikologi universitas bosowa yang sedang melakukan proses penelitian disini. Bisa minta
3 waktunya sebentar ?

4 S : oh ya bisa-bisa, penelitian tentang apa ?

5 P : tentang penyesuaian diri anak terpidana narkoba bu, sebelumnya kalau boleh kenal, ibu
6 namanya siapa ?

7 S : saya disini biasa dipanggil dengan ibu sira

8 P : kalau boleh tau disini ibu sebagai apa ?

9 S : saya sebagai pembina khusus wb anak disini

10 P : sudah berapa lama ibu menjadi pembina khusus wb anak disini ?

11 S : saya sejak tahun 2016 jadi sudah hampir setahun lebih disini

12 P : oh lumayan juga yah bu disini, terus ibu kenal yah berarti dengan subjek penelitian saya Z
13 A dan H A ?

14 S : oh iya, saya kenal sama mereka, narapidana narkoba.

15 P : saya mau tanya soal dua anak tersebut bu, tolong ibu menceritakan bagaimana ZA dan
16 HA yang ibu kenal selama berada disini

17 S : oh yaa, kalau si Z dan H itu dia anaknya selama berada disini baik kok, Z setau saya yang
18 saya kenal dia anak yang pendiam sekali, keseringan dikamar daripada berkeliaran dan
19 nongrong atau ngumpul bareng teman-temannya, nah kalau si H itu yang biasa aja sih, kalau
20 saya melihatnya dia lumayan mampu menyesuaikan dengan ingkungannya, tapi cukup
21 pendiam juga sih, diantara teman-temannya kalau saya perhatikan saat berkumpul dia yang
22 paling sabar
151

23 P : kegiatan/jadwal kegiatan pembinaan khusus anak yang ada apa saja bu ?

24 S : kegiatan kerohanian seperti ngaji, belajar juga setiap hari kecuali hari jumat dan minggu
25 seperti biasa kayak disekolah

26 P : itu wajib yah bu ?

27 S : iya wajib diikuti sama semua anak

28 P : terus bagaimana dengan anak yang tidak ingin mengikuti kegiatan ?

29 S : jarang sih ada yang tidak mau ikut kegiatan, rata-rata mereka ikut/paling tidak kalau sakit
30 atau sedang tugas jaga kamar

31 P : tapi ada tidak sanksi yang diberikan keanak jika tidak mengikuti program ?

32 S : ia jadi sanksinya itu berbentuk penilaian bahan laporan dari pengajar, jadi kalau misal ada
33 catatan perilaku baik, itu akan dipertimbangkan untuk percepatan kebebasannya ka nada
34 absen juga kan yang diberlakukan untuk melihat keaktifan anak.

35 P : kalau terkait dengan perubahan sikap nya bu ZA dan HA ?

36 S : kalau soal perubahan sikap sejauh ini dua anak tersebut tidak jauh berbeda, pastilah ada
37 perubahan walaupun tidak signifikan langsung berubah 100% bisa menjadi baik. Sejauh ini
38 mereka masih dalam proses pembinaan dan pemantauan, kebiasaan-kebiasaan mereka
39 sejauh ini mencerminkan sikap mereka yang juga dinamis.

40 P : dinamis seperti apa itu bu ?

41 S : yah, namanya juga anak kan yah, mereka juga sudah masuk kategori remaja, nah
42 emosinya kan masih begitu belum stabil, maka dari itu mereka perlu dukungan dan
43 perhatian yang lebih

44 P : terus bagaimana dengan orangtua maupun keluarganya bu terhadap bentuk-bentuk


45 dukungan dan komunikasinya serta intensitas membesuknya ?

46 S : kalau setau saya dan yang saya perhatikan sejuah ini yang paling baik sering datang
47 dibesuk sama orangtuanya itu si Z, komunikasi sepertinya juga baik kekeluarganya,
48 dukungannya, dibandingkan dengan si H memang dia kalau bisa dihitung selama berada
49 disini baru dua kali dapat kunjungan keluarga, itupun ibunya sekali, dan sepertinya tantenya
50 atau neneknya kalau tidak salah yang pernah datang membesuk, kemudian komunikasinya
51 tidak begitu lancar juga begitupun dengan dukungan keluarganya.
152

52 P : bagaimana dengan teman-temannya ? adakah yang ibu tahu teman tertentu yang
53 dikenali yang paling sering datang mengunjugi ZA dan HA ?

54 S : oh kalau itu saya tidak sampai sejauh itu memperhatikan siapa temannya disini apalagi
55 yang diluar yang biasa datang membesuk

56 P : apakah ZA dan HA pernah bercerita ke ibu tentang keluh kesah ataupun harapan-
57 harapannya selama berada disini ?

58 S : kalau untuk bercerita sejauh ini itu anak-anak masih canggung sekali untuk bercerita

59 P : jadi bu yang melanggar kedisiplinan atau yang tidak mengikuti kegiatan yang diwajibkan
60 seperti sanksi atau hukumannya bagaimana bu ?

61 S : oh kalau soal sanksi atau hukuman tidak ada, paling dikasih peringatan saja, jadi anak
62 tidak diapa-apakan.

63 P : kalau bentuk-bentuk pembinaan baik pendidikan lainnya bu untuk pembinaan skilnya


64 apa bu ?

65 S : oh ia disini anak juga diajarkan keterampilan, seperti buat lampion dan lain-lain

66 P : kalau boleh tau menurut ibu faktor-faktor penghambat dalam proses pembinaan apa saja
67 bu ?

68 S : tenaga pengajar yang selalu terlambat datang, ketersediaan tenaga pembina, belum ada
69 fungsi rehabilitasi bagi mereka, pembinaan masih sama rata

70 P : oh kalau layanan untuk tes urin ada disini yah bu ?

71 S : kan tes urin itu dilakukan oleh penyidik dikepolisian dulu jadi mereka yang menentukan
72 status tersangka dia pemakai atau bukan, jadi disini sudah tidak dites urin kecuali saat mau
73 bebas, juga didalam itu sebenarnya tidak bisa dijamin orang didalam pakai atau tidaknya,
74 tapi sampai sejauh ini yang saya tahu, tidak ada yang terindikasi pakai lagi didalam.

75 P : terus bagaimana bu dengan jam masuk kamar sel untuk anak ?

76 S : jadi anak itu jam 7 pagi sel kamarnya dibuka, kalau tutup sebelum sholat isya.

77 P : untuk memudahkan komunikasi dengan orangtua atau keluarga anak didalam bagaimana
78 bu ?
153

79 S : oh ia, itu sebenarnya juga menjadi kelemahan kami disini, anak dan semua narapidana
80 kan tidak diperbolehkan bawa alat komunikasi didalam, dulu disediakan, tapi sekarang
81 sudah tidak ada fasilitas seperti itu lagi.

82 P : oh begitu yah bu, ok terima kasih bu untuk informasinya


151

Tabel 2. ANALISIS DATA HASIL WAWANCARA I

Data Interviewee 1

Nama :HA
Jenis kelamin : laki-laki
Tempat, tanggal Lahir : Jeneponto, 31 Juli 2000
Usia : 17 tahun
Alamat : Pannampu, Capoa
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat Asal : Jeneponto
Masuk Lapas : 30 Maret 2017
Lama masa tahanan : 1 Tahun
Hari/tanggal wawancara : selasa, 12 desember 2017

Tempat wawancara : Ruang Bimkemas, Lapas Makassar

Line Pernyataan Impresi Ide Utama Coding Tema


Number
2 Kerja ka jadi supir ptpt di daerahsubjek mengakui kerja sebagai supir kerja untuk kemandirian
tol sana, saya bawa mobil bekerja sebagai angkot milik menghidupi diri
ptptnya sepupuku supir angkot milik sepupunya sendiri
sepupunya
4-6 Tidakmi, duluji waktu masih hidup tidak tinggal setelah bapak hubungan dengan kondisi keluarga
bapak ku. Tapi setelah bersama ibu dan kandungnya keluarga dekat
meninggalmi, menikah lagi saudaranya setelah meninggal, ibunya
mamaku dan itu mi ada lagi adek bapak kandungnya menikah lagi dan
ku dua orang, karena berduaja telah meninggal dan memiliki dua orang
sebenarnya bersaudara, tapi ibunya menikah lagi adik lagi dan
152

sekarang berempatma. Tapi dan kemudian tinggal terpisah


pindahmi mamaku dipalopo memiliki dua orang
adik lagi dari bapak
tirinya dan tinggal
bersama dipalopo
8 Yah baikji, biasaja baku telpon. mengakui biasa mengobrol dengan komunikasi kesan komunikasi
pernahji juga datang kesini besuk ngobrol dengan ibu ibu lewat telpon melalui telpon
ka via telpon
10 Ih kulupaimi, kalau nda salah tiga Dibesuk sekitar tiga awal masuk irrelevant irrelevant
bulan yang lalu bulan yang lalu, bertemu dengan
sekitar awal-awal keluarga
masuk
12 Yah biasa ji juga kak, nda terlalu mengakui hubungan hubungan dengan tidak memiliki pertemanan
banyak temanku juga belah. dengan teman- teman-teman diluar banyak teman
teman diluar sana sana baik diluar namun
baik, namun tidak meskipun tidak hubungannya baik
begitu memiliki memiliki begitu
banyak teman banyak teman
14 Tidak ada kak teman biasa subjek mengakui tidak memiliki teman akrab dan pertemanan
semua ji tidak memiliki teman teman akrab sahabat tidak ada
akrab maupun maupun sahabat
sahabat
16-17 Tidak pernah ji kak, baik-baikji. subjek merasa tidak tidak pernah ada teman yang pertemanan
Pernahji juga sekali datang ke pernah punya bermasalah sesekali datang
sini besuk ka, na bawakan ka masalah dengan dengan teman menemui dan
makanan. teman diluar sana, diluar sana dan tidak pernah
sesekali ada teman sesekali ada teman bermasalah
yang datang yang datang dengan teman
membesuk menemuinya
membawakan
makanan
20-22 Tidak semuaji teman-temanku Tidak semua mencoba memakai pakai shabu pertemanan
diluar sana yang pakai, saya saja temannya memakai, shabu karena karena ditawarkan
pakai karena disuruh coba sama subjek mencoba ditawarkan oleh oleh salah
ada satu orang memang temanku awalnya karena salah seorang seorang teman
yang samaka biasa pakai dan dia ditawari oleh salah temannya yang
153

jual juga itu barang, tidak semua seorang temannya juga sebagai
ji temanku yang tahu kalau saya yang juga memakai pemakai dan
pakai shabu-shabu. dan mengedar serta pengedar juga
tidak semua tidak semua
temannya tahu temannya pakai
kalau subjek pakai dan sebagian juga
narkoba jenis shabu tidak tahu kalau
dia memakai
24 Tidak kak, tidak mauja sebut- mengakui tidak ingin tidak ingin tidak menyebut kepercayaan
sebutki dia menyebut teman menyebut teman orang lain untuk
saat tertangkap saat tertangkap ditangkap
26-28 Susahki kak, tidak ada juga bukti, Hal yang sulit untuk sulit melaporkan melapor tanpa persepsi terhadap
dan ada bosnya yang lindungi melaporkan teman teman tersebut barang bukti dan realitas
jadi biarka laporkan juga itu yang lain tanpa tanpa barang bukti, takut dengan
temanku percumaji . Baru itu barang bukti yang juga takut karena otoritas yang
temanku biar satu kali tidak juga ada orang yang ada orang yang melindungi
pernahka datang na besuk, sibuk disebut sebagai bos melindungi temannya
ki kayaknya mengedar hehe yang melindungi temannya yang
teman subjek. disebut sebagai
Temannya tsb tidak bos.
pernah datang
melihatnya.
31-36 Di sini kalau subuh-subuh dikasih Menjalankan seluruh aktivitas beribadah setelah aktivitas persepsi terhadap
bangun mki sholat, baru dikasih aktivitas yang ada dijalankan dengan ibadah dijalankan realitas
sarapan, sudah itu apel jam 7 telah diatur, diluar baik kemudian dengan mudah,
pagi terus dikasih tugas disuruh dari itu, subjek lebih setelah itu berdiam berdiam diri
mki membersihkan sampai jam memilih untuk diri dikamar, dikamar dan
10 pagi, sudah itu waktu ketemu berdiam diri dikamar pelayanan yang merasa bosan
pembesuk sampai jam 2, tapi jika tidak ada dirasakan bagus terhadap situasi
biasa kalau tidak adaji besukka besukan. Subjek meskipun merasa meski pelayanan
saya dikamar atau diluar bergaul merasa proses bosan lumayan baik
sembarangji, tapi biasa saya pembinaan bagus
dikamar ja saja sampenya lagi tapi dilain sisi
malam. karena sudah itu tidak merasa bosan
adami dikerja, menurutku kak
sebenarnya bagusji, diajarki
154

sholat, diajarki untuk bersih-


bersih, kalau sakitki biasa juga
dikasih jki obat dari klinik tapi
itumi bosan tong jki ia begini.

39-41 Dulu saya ditangkap di sapiria, subjek mengaku ditangkap disapiria ditangkap di persepsi tehadap
waktu itu saya mau kembali ditangkap di sapiria, saat berjalan sapiria saat realitas
dimobil ptpt ku karena darika diperjalanan kembali kembali menuju sedang berjalan
ambil itu barang disana, pas saya ke mobil angkotnya angkotnya
jalan, langsung di pergoki sama
polisi, na ambil mi itu barang dari
tanganku, dan na bawa ma ke
kantor polisi didaerah tallo
dipolsek tallo.

43 Ie kak disana ji disapiria selalu ka mengaku tempat tempat untuk tempat persepsi terhadap
ambil itu barang tersebut dimana ia mendapatkan dan mendapatkan dan realitas
selalu mendapatkan membeli shabu- membeli shabu-
dan membeli shabu disapiria shabu
narkoba jenis
“shabu”
45 Baru ka satu bulan lebih pakai mengakui selama sebulan mengkonsumsi persepsi terhadap
mengkonsumsi mengkonsumsi shabu selama realitas
selama sebulan shabu-shabu sebulan
47 Saya bawa satu sachet kecil Membawa satu membeli satu jumlah dan harga persepsi terhadap
sekali yang sekali hisap, itu saya shacet dari shacet sekali pakai shabu yang realitas
beli dari temanku harga 100 ribu temannya seharga dari temannya dipakai
100 ribu sekali pakai seharga 100 ribu
dari teman
49 Deh, sakit sekali kak rasanya Merasakan sakit efek memakai efek penggunaan persepsi terhadap
semua badanku. tiga hari tiga pada seluruh shabu narkoba jenis realitas
malam menggigil teruska. badannya selama mengakibatkan shabu
tiga hari dan juga merasakan sakit
menggigil dan juga menggigil
selama tiga hari
51 Dikasih ji saja obat dari klinik mengakui diberi hanya diberi obat fasilitas pelayanan persepsi terhadap
155

obat dari klinik kesehatan Lapas realitas


53 Tidak ada kodong. Obat saja merasa tidak ada penanganan fasilitas pelayanan persepsi terhadap
dikasih penanganan khusus khusus tidak kesehatan Lapas realitas
selain diberikan obat tersedia selain
dari klinik pemberian obat
55 Didalam ada dua belas orang ka Didalam kamar satu sekamar dalam sel kapasitas kamar persepsi terhadap
kak sel terdapat dua berjumlah duabelas sel realitas
belas orang orang
57-58 Perampokan, pembunuhan, teman sekamar sel sekamar sel terdiri interaksi dengan relasi sosial
pemerkosaan, pencurian sama kasus tindak pidana dari pidana kriminal teman
kekerasan itu yang busur-busur kriminal pasal 363, 365, 81
kak.
60-61 Tidak ada kak,sama semuaji mengakui tidak tidak ada teman interaksi dengan relasi sosial
teman-temanku didalam. Tidak memiliki teman akrab, masuk ke teman
adaji yang akrab sekalika. Itu akrab, semua lapas tidak
saja dulu pertama masuk disini temannya sama,dan langsung kenal,
tidak langsung kenal, hampir pi pertama kali masuk baru bercerita
satu minggu baru mauka cerita kedalam tidak setelah seminggu
langsung kenal, berada didalam
subjek bercerita ke lapas
teman sekamar
selnya hampir
seminggu
64-66 Saya yang diajak duluan cerita subjek yang diajak tidak bisa langsung pola interaksi relasi sosial
kak. Terus saya respon mi juga. cerita lebih dulu akrab dengan
Saya pendiam ka kak, tidak baru kemudian orang lain tanpa
bisaka langsung akrab sama merespon. Subjek diajak cerita lebih
orang. jadi sampe sekarang suka mengakui tidak bisa dulu oleh orang
jki baku cerita-cerita dan langsung akrab
bercanda-bercanda sesama dengan orang lain
didalam.
69-70 Kalau diluar tidak pernah ja ada tidak pernah terlibat selama hidup diluar tidak pernah ada kemampuan
masalah sama temanku. Di masalah dengan lapas, tidak pernah masalah dengan mengekspresikan
dalam pernah, karena suka temannya diluar ada masalah teman sewaktu emosi
sekalika kodong na ganggui lapas. Sedang dengan temannya, masih diluar
temanku. Makanya pernahka selama berada namun setelah lapas, setelah
156

melawan. didalam lapas sering didalam sering didalam pernah


diganggu oleh diganggu dan mencoba
temannya dan pernah mencoba melawan karena
pernah mencoba melawan terganggu
melawan
72-73 Insyaallah tidak mi kak, tapi tidak tidak lagi mau tidak yakin untuk belum memiliki gambaran diri
ditau mi juga ia lagi nanti setelah memakai, meskipun bisa berhenti keyakinan diri yang positif
bebas. Namanya pergaulan toh belum begitu yakin memakai shabu untuk berhenti
kak susah dihadapi. Kalau saya karena masih susah lagi setelah bebas memakai shabu
tidak mauma ia pakai lagi membentengi diri karena sulit lepas karena sulit lepas
dari pergaulan dari pengaruh dari pengaruh
pergaulan meski teman
sangat ingin tidak
lagi memakai
75-76 Ededede siksa ki kodong kak, merasa tersiksa menyiksa karena berdampak pada persepsi terhadap
mahalki harganya baru deh kalau karena harganya harganya mahal kecanduan dan realitas
tidak pakai ki setengah matiki mahal dan merasa dan selalu ingin menyiksa karena
dirasa. harus menggunakan menggunakan harga yang mahal
seterusnya
79-83 Bagusji kak, saya kira lapas itu awalnya subjek merasa lapas awalnya merasa persepsi terhadap
mengerikanki. Disiksa ki atau merasa lapas tempat yang takut tapi setelah realitas
diapai ki, tapi ternyata tidak ji. tempat yang menakutkan menjalani proses
Kadang ji ji dimarahi ki kalau ada menakutkan. Dan meskipun beberapa waktu
salahta, ituji biasa kepala kamar mengakui kadang kenyataannya subjek merasa
ku. Sembarang-sembarang na diberi sanksi jika hanya diberi sanksi pelayanan yang
lapor ke penjaga jadi kadang ada salah serta jika ada salah pada ada dinikmati dan
dihukum mki lagi. Kalau makanan mengakui saat menjalankan disyukuri
enakji juga karena dikasih makan makanannya enak aktivitas, meskipun bosan
jki,biar mamo itu itu terusji karena merasa pelayanan
makanannya dikasihki. Bosan ki menikmati karena dinikmati dan
tapi yah dinikmati mami. Itu ji masih bisa makan disyukuri meski
pelayanan yang kutau meskipun merasa merasa bosan
bosan.
85-86 Mau sekalika lagi sebenarnya mengakui bahwa berkeinginan untuk memikirkan untuk persepsi terhadap
kodong kembali sekolah, tapi sangat ingin kembali kembali bersekolah bekerja daripada realitas
besar mki kak. Malu-malu ma. sekolah, tapi tapi terbebani sekolah
157

Jadi saya pikir lebih baik cari terbebani oleh usia karena usia dan
kerja jadi lebih lebih berpikir untuk
memikirkan untuk bekerja
berkerja
88-89 Ie kak, dikasih sekolah ji juga mengakui mengikuti mengikuti proses minim informasi persepsi terhadap
orang didalam kayak diajar proses belajar belajar mengajar pelayanan realitas
membaca, menghitung dan mengajar tapi dan bingung cara pendidikan dalam
menulis, tapi sudah itu ndada mi. bingung cara untuk melanjutkan pembinaan
nda tau kalau bebas bagaimana lanjut sekolah ketika sekolah saat bebas
caranya lanjut. bebas nanti
91 Tidak kak, apa tong kodong kita mengakui tidak tidak adanya informasi cara persepsi terhadap
ini ditaukan yang begitu-begitu pernah memperoleh informasi cara untuk lanjut realitas
informasi tentang untuk lanjut sekolah bagi
cara untuk lanjut sekolah setelah mantan napi tidak
sekolah setelah bebas tersedia
bebas
93-95 Didalam selaluki diajarkan untuk subjek mengakui aktivitas ibadah menjalankan gambaran diri
sholat kalau adzanmi dimasjid, aktivitas ibadahnya dijalankan sesuai aktivitas ibadah yang positif
semua harusmi ke masjid. berjalan dengan dengan waktu
Setelah itu kalau mau tinggal baik sesuai dengan
mengaji, mengajiki dimasjid. waktunya
Saya biasa ji juga kalau habis
sholat tinggalka dulu mengaji
98 Saya hobiku main bola, Ie kak, hobi subjek bermain hobi bermain bola tersedia lapangan kemampuan
adaji lapangan bola didalam bola dan ditunjang dan disiapkan bola yang mengatasi stress
dengan adanya lapangan menunjang hobi dengan
lapangan yang menyalurkan hobi
tersedia
101 Saya rasa sekarang saya lebih subjek mengakui perubahan menjadi terjadi perubahan gambaran diri
sopan, lebih pendiam dan lebih merasa dirinya ada lebih sopan, menjadi lebih yang positif
tenang kak perubahan menjadi pendiam, dan sopan, diam dan
lebih sopan, tenang tenang
pendiam dan tenang
103-104 Karena tidak apa mau dibikin subjek mengakui menginginkan menjadi pendiam gambaran diri
didalam kak, bosan tong ki ia menjadi lebih untuk segera karena bingung yang positif
hidup begitu-begitu terus pendiam karena bebas karena apa yang akan
158

didalam, mau sekalika bebas kak merasa bingung bosan dan menjadi dilakukan, bosan
dengan apa yang lebih diam dan dan ingin bebas
harus dilakukannya bingung apa yang
stelah berada mau dilakukan
didalam, merasa
bosan dan sangat
menginginkan untuk
bebas
107-108 Awalnya kagetji kak, sempatji mengakui reaksi awalnya keluarga respon keluarga dukungan sosial
marah, tapi lama-lama tidakmi, keluarganya kaget karena awalnya kaget
malah sekarang baik ji dan saya awalnya kaget tersandung kasus disandung kasus
rasa didukung sekalika sama karena ia narkoba, namun narkoba, tapi
mereka tersandung kasus saat ini keluarga setelah menjalani
narkoba. Namun memberi dukungan proses keluarga
saat ini subjek untuk tidak pakai member
merasa lagi dukungan
mendapatkan
dukungan dari
keluarganya
110 Cerita-cerita ji saja kak, atau cara beradaptasi beradaptasi bercerita dan relasi sosial
bercanda sama teman-teman subjek selama dengan cara bercanda dengan
saat jam istirahat berada didalam bercerita dan teman adalah cara
yaitu dengan cerita bercanda dengan beradaptasi
ataupun bercanda teman lainnya
dengan teman
lainnya saat waktu
istirahat
112-113 Itu ji kak, banyak teman-teman mengakui mendapatkan perlaku yang persepsi terhadap
yang pakaballisi-ballisi. Suka ki mendapatkan perlakuan yang kurang realitas
na ganggui. Itu juga orang-orang perlakuan yang kurang mengenakkan
tua didalam suka ki suruh-suruh. kurang mengenakkan yang didapatkan
Na marahi ki kalau tidak turuti mengenakkan seperti diganggu
seperti diganggu dan disuruh oleh
ataupun disuruh- tahanan dewasa
suruh oleh tahanan
dewasa
159

116-117 Sama teman-teman ji kak, duduk- saat waktu-waktu kadang berkumpul berinteraksi relasi sosial
duduk dan cerita-cerita kalau istirahat subjek dengan temannya dengan teman
tidak ada besukan. Karena saya kadang berkumpul jika tidak ada sesama warga
jarangka ngumpul, kadang- dengan teman- besukan binaan lapas
kadangji temannya jika tidak
ada besukan namun
mengakui tidak
sering.
119 Alhamdulillah sehat ma kak mengakui kondisi kondisi kesehatan terjadi perubahan gambaran diri
kesehatannya membaik kesehatan yang yang positif
merasa baik membaik
121-124 Kalau rasa menyesal nda merasa tidak ada tidak ada tidak menyesal gambaran diri
menyesal ja kak, karena kurasa hal yang perlu penyesalan karena dan bersyukur positif
haruska bersyukur karena masih disesalkan karena bersyukur masih karena masih
bisaja bertahan hidup disini, subjek merasa dapat bertahan bertahan hidup
kalau merasa bersalah, ie bersyukur karena hidup juga merasa serta merasa
merasaka bersalah memang. masih bisa bertahan bersalah dan bersalah
Tidak saya tau haruska hidup hidup dan mengakui bingung mau hidup
bagaimana kak, saya jalani saja. merasa bersalah seperti apa karena
Karena rasanya tidak adami karena bingung mau tidak memiliki
harapanku hidup selain pakai hidup bagaimana harapan selain
shabu-shabu dlu kak. dan tidak memiliki memakai shabu
harapan selain
memakai shabu-
shabu
127-128 Kalau sama teman tidak adaji mengakui tidak ada ada pengaruh pengaruh narkoba dukungan sosial
pengaruh bagaimana- pengaruh akibat akibat memakai jenis shabu
bagaimananya kak, kalau sama subjek memakai shabu terhadap terhadap
keluarga jadi jarang sama-sama, shabu terhadap hubungan dengan hubungan
saya kayak menjauh begitu kak. hubungan teman- keluarganya, yaitu keluarga
temannya , tapi menjauhkan diri
dengan keluarganya dari lingkungan
berpengaruh karena keluarga
subjek merasa
menjauhkan diri dari
lingkungan keluarga
160

131-132 Kalau saya santai ji kak, santai dan orang-orang yang sikap atas
kudiamkan saja. Tidak saya mendiamkan atau tidak senang atau perlakuan
respon ji mereka yang tidak suka tidak merespon tidak suka disikapi oranglain
dengan saya orang-orang yang dengan santai dan
tidak suka atau didiamkan serta
senang dengan tidak direspon
subjek
134-136 Mauka sebenarnya kembali subjek berharap mengurungkan niat berpikir untuk gambaran positif
sekolah kak, mau sekalika. Tapi sangat ingin kembali untuk lanjut bekerja daripada diri
bagaimana kak, umurku tidak bersekolah, namun sekolah setelah lanjut sekolah
bisami kayaknya dan saya juga karena faktor usia bebas karena karena faktor usia
kodong sudahka masuk penjara, dan merasa rendah faktor usia dan dan statusnya
mana ada sekolah mau terimaka diri dengan rendah diri dengan
jadi siswanya. Jadi kalau statusnya, maka statusnya dan lebih
keluarka ini mending kerja ma mengurungkan niat memikirkan untuk
lagi. untuk sekolah dan kerja
lebih memilih
berpikir untuk kerja
139-140 Mauji kerja bengkel saja kak, subjek lebih tidak tahu cita-cita berkeinginan harapan
kalau cita-cita tidak ku tau mi apa menginginkan kerja sebenarnya namun untuk bekerja dan
cita-citaku. Yah itu mi saja, kerja dibidang otomotif sangat memiliki usaha
dibengkel ma saja, supaya nanti dan tidak tau cita- menginginkan bidang otomotif
bisaka juga buka bengkel sendiri. cita sebenarnya, untuk kerja
namun berkeinginan dibidang otomotif
untuk bisa memiliki dan ingin memiliki
usaha otomotif usaha dibidang
sendiri tersebut
161

Line Pernyataan Impresi Ide Utama Coding Tema


Number
2-4 yah, kalau bangun tidur, subjek mengakui kamar aktivitas yang beraktivtas dalam persepsi terhadap
sekitar jam 7 kan kamar sel terbuka jam 7 pagi, dilakukan saat menunjang realitas
dibuka sama petugas jadi kemudian aktivitas diluar kamar sel terbuka pengembangan diri
pagi langsung apel, kamar sel yaitu apel,
kemudian mengaji sampai mengaji, setelah itu
jam 10 langsung kembali lagi kembali ke kamar dan
ke kamar, setelah itu mengerjakan tugas
kerjakan apa saja kayak
tugas.
6-7 seperti tugas dari kamar, subjek mengakui semua tugas-tugas untuk rasa tanggung kemandirian
karena semua penghuni penghuni kamar sel semua penghuni jawab
kamar punya tugas masing- memiliki tugasnya kamar sel
masing, ada tugas nasi, masing-masing
tugas kamar, tugas air
9-10 tugas nasi, saya pergi ambil subjek mengakui bahwa tugas yang rasa tanggung kemandirian
nasi semua penghuni kamar tugasnya yaitu mengambil dilaksanakan jawab
terus dibagi-bagi dan tempat makanan untuk semua subjek
makannya ada petugas yang teman penghuni kamar
ambil. selnya
12 kalau sudah apel, mau subjek mengaku setelah aktivitas setelah kegiatan yang persepsi terhadap
kerjakan apa saja. Bebas apel bebas melakukan apel belum terprogram realitas
melakukan apa saja. aktivitas apapun dengan baik
14-15 yah kalau malam sudah subjek mengakui semua jam 5 harus waktu yang orientasi terhadap
tutup, jam 5 sudah tutup dan wb harus masuk sel masuk ke kamar ditentukan masuk realitas
semua warga binaan harus kamar saat jam 5 sel kamar sel
masuk kamar.

17 ie, cuma blok anak subjek mengakui hanya tidak batasan waktu persepsi terhadap
blok anak yang tutup diperbolehkan lagi dalam realitas
pukul 5 dan tidak boleh berkeliaran menjalankan
lagi berkeliaran setelah jam 5 kegiatan
19 yah sholat dikamar saja kak. subjek mengakui hanya ibadah sholat yang pelaksanaan gambaran positif diri
menjalankan ibadah dilaksanakan ibadah didalam
sholat didalam kamar sel didalam kamar kamar sel
162

setelah ditutup
22 yah layak ji kak subjek mengakui kondisi kamar sel dengan persepsi pada persepsi terhadap
kamar selnya layak kondisinya layak kondisi kamar realitas
24 layaknya yah sudah cukup subjek merasa layak kamar sel yang kondisi kamar sel persepsi terhadap
bersih, cukup untuk ditempati karena cukup bersih dan cukup bersih dan yang layak realitas
13 orang. cukup dihuni oleh 13 muat dihuni 13
orang orang
26 keluhannya itu, kalau malam subjek mengeluhkan saat keluhan terhadap kemampuan kondisi psikologis
mau sekali keluar. malam ingin keluar dari keinginan untuk mengatasi stress
kamar sel keluar saat malam
hari
28 biasa mau nongkrong juga subjek mengakui ingin merasa memiliki ingin berkumpul kondisi psikologis
sama teman yang lain, berkumpul dengan teman keinginan dan mendapatkan
nonton. yang lain juga menonton berkumpul dan hiburan
menonton
30 di dalam ada telivisi, cuma itu subjek mengakui fasilitas menonton tersedianya televisi persepsi terhadap
dibagian luar saja. ketersediaan fasilitas televisi yang realitas
seperti televisi disiapkan tersedia
hanya dibagian luar sel
kamar
32 yah sembarangji dikerja kak, subjek mengaku aktivitas aktivitas yang kegiatan kemampuan
kayak mengaji atau main saat malam hari apa saja dilakukan dimalam menghibur diri menghadapi stress
gitar apa-apa saja. untuk menghibur diri hari untuk didalam kamar sel
ketika didalam kamar sel menghibur diri
seperti mengaji atau
bermain gitar
34 yah akrab. subjek mengaku merasa keakraban dengan hubungan baik pertemanan
akrab dengan semua teman sekamar dengan orang lain
teman-teman penghuni sel
kamar selnya
36 yah, ada kak. Tapi kan kalau subjek mengakui merasa ketidakcocokan kematangan pertemanan
masalah tidak cocok yah sudah hal biasa jika dengan teman respon terhadap
sudah biasa kak. memiliki teman sekamar sudah menjadi hal oranglain
yang tidak cocok dengan yang biasa
dirinya
38 saya yang tidak suka subjek merasa tidak tidak menaruh minat terhadap pertemanan
163

menyukai temannya yang minat dengan oranglain


tidak memiliki kecocokan teman yang tidak
cocok
40 karena apa yah, sifatnya dan subjek merasa tidak tidak menyukai kematangan pengendalian diri
kelakuan yang tidak baik cocok dengan sifat dan kelakuan dan sifat respon terhadap
kelakuan tidak baik yang tidak baik oranglain
temannya
42 tidak juga, tapi kelakuannya subjek mengaku kelakuan kelakuan teman objektivitas diri pertemanan
kepada semua teman-teman tidak baik teman yang yang tidak disukai
memang tidak baik tidak disenanginya itu ke teman lainnya
juga kesemua teman
lainnya
44-45 yah kalau menyesal sudah subjek merasa menyesal menyesali keberadaan diri penyesalan diri
biasa terjadi kan, namanya karena telah berada keberadaannya yang disesali
juga kalau sudah dipenjara didalam penjara didalam penjara
kayak begini kan pastinya
menyesal kalau sudah
didalam
47 yah itu, bahagiakan orangtua subjek mengaku harapan bahagiakan pengharapan yang harapan
yang tidak tercapai orangtua adalah tidak tercapai
setelah berada didalam harapan yang
lapas yaitu bahagiakan tidak dicapai
orangua setelah berada
didalam lapas
49 pekerjaan subjek merasa pekerjaan pekerjaan yang pengharapan yang harapan
juga harapan yang tidak juga menjadi salah tidak tercapai
tercapai setelah berada satu harapan yang
didalam lapas tidak tercapai
164

52-54 kalau sebagai seorang anak subjek merasa sebagai ingin bebas dari berharap bisa harapan
yah kadang mau bebas saja, seorang anak ingin bebas pengaruh menjadi lebih baik
bebas dari lingkungan negatif dari lingkungan yang lingkungan dan
dan selalu berpikiran positif negatif dan selalu ingin menjadi
saja, dan bebas untuk bisa berpikiran positif dan juga pribadi yang lebih
mendapatkan pekerjaan bebas untuk baik agar
untuk bagaimana bisa mendapatkan pekerjaan mendapat
menghasilkan uang, mau apa saja yang mampu pekerjaan
kerja ini bisa kerja itu bisa dilakukan agar dapat
menghasilkan uang
56 iya kak subjek mengakui merasa hal tidak perasaan tidak persepsi terhadap
merasakan hal yang tidak baik selama baik dilingkungan realitas
baik selama berada didalam lapas lapas
dilapas
58-59 yah kalau lanjut sekolah lagi subjek merasa sudah sejak lama tidak minat orientasi terhadap
mau bagaimana, kan lama berhenti sekolah berhenti sekolah melanjutkan realitas
berhenti sekolah kan sudah dan merasa enggan untuk dan tidak minat pendidikan
lama saya juga kan sudah melanjutkan sekolah lanjut
kerja, mau apa lagi lanjut
sekolah
61 yah itu, bawa mobil, kerja subjek mengakui selama pekerjaan sebagai kepuasan dalam kemandirian
dibengkel ini bekerja sebagai supir supir dan bekerja bekerja
dan kerja dibengkel dibengkel
64 mau kalau memang bisa subjek mengakui masih ingin melanjutkan berharap diberi harapan
begitu dikasih kesempatan ingin lanjut pendidikannya pendidikan jika kesempatan dan
jika diberi kesempatan diberi kesempatan kemudahan
dan kemudahan dan kemudahan melanjutkan
pendidikan
67-68 yah berpengaruh, karena subjek merasa ada pengaruh akibat pembatasan pengendalian diri
orangtua langsung batasi pengaruh saat orangtua tertangkap yaitu pergaulan oleh
saya harus bergaul sama dan keluarganya orangtua dan orangtua dan
teman-teman karena mereka mengetahui tertangkap keluarga keluarga
saya masuk disini karena kasus narkoba membatasi
dengan dibatasi pergaulan
pergaulannya
71 yah kembali bersaman saja, subjek mengakui setelah ingin kembali berharap harapan
165

tapi yah sudah tidak begitu bebas nanti akan kembali bersama dengan hubungan dengan
lagi bersama teman-temannya teman-teman temannya baik
namun berharap tidak tanpa memakai dengan
memakai lagi lagi pengendalian diri
yang baik
73 ie sama kak subejk mengakui selama memakai narkoba pengaruh pertemanan
ini memakai narkoba bersama dengan lingkungan
bersama dengan teman- teman-temannya pergaulan
temannya selama ini
75 yang dihisap subjek mengaku memakai shabu irrelevant irrelevant
menggunakan jenis shabu dengan dihisap
hisap
77 kadang-kadang kalau ada subjek mengakui kadang memakai hampir memiliki orientasi terhadap
uang saya pake terus setiap memakai terus setiap hari setiap hari saat kecenderungan realitas
hari jika ada uang memiliki uang kecanduan
79 paketan seratus subjek mengaku saat membawa irrelevant irrelevant
tertangkap membawa paketan seratus
paketan seratus saat tertangkap
81 sedikit sekali ji kak. Satu kali subjek mengaku besaran besaran paket irrelevant irrelevant
pakai paketan seratus yang seratus yang
sedikit dan sekali pakai sedikit dan sekali
pakai
83 kalau itu sih biasa kalau tidak subjek merasa hal yang merasa tidak tidak nyaman saat persepsi terhadap
punya besukan sekali-sekali. membuat tidak nyaman nyaman saat tidak tidak dibesuk realitas
cuma itu ji kak yaitu tidak memiliki ada besukan
pembesuk
85 waktu lebaran haji subjek mengakui dibesuk saat irrelevant irrelevant
orangtuanya membesuk lebaran haji
terakhir kali saat lebaran terakhir kali oleh
haji orangtua
87 tidak ada kak, kalau keluarga subjek mengaku tidak tidak pernah jarang mendapat persepsi terhadap
adaji pernah tapi lama pernah ada teman yang dibesuk teman, besukan realitas
sekalimi lupa ma datang membesuk, dibesuk keluarga
keluarga pernah sekali pernah sekali
tapi sudah lama
89 ie pernah ji subjek mengaku pernah melalui telpon komunikasi melalui kesan komunikasi
166

berkomunikasi melalui berkomunikasi telpon


telpon dengan ibunya dengan ibu
91 sekitar seminggu yang lalu subjek mengaku berkomunikasi irrelevant irrelevant
berkomunikasi dengan dengan ibunya
ibunya melaui telpon melalui telpon
sekitar seminggu yang sekitar seminggu
lalu yang lalu
94 yah perhatiannya sih sudah subjek merasa perhatian perhatian orangtua perhatian orangtua persepsi terhadap
cukup baik namanya juga orangtuanya sudah cukup sudah cukup baik realitas
orangtua baik

96-97 itu saja, pekerjaan. Tunggu subjek mengakui harapan pekerjaan yang merasa belum harapan
sampai saya bebas saya yang belum tercapai dari merupakan mencapai harapan
akan melanjutkan lagi orangtua yaitu tentang harapan untuk dalam pekerjaan
pekerjaanku supaya saya pekerjaan untuk bisa menjadikannya yang
bisa lebih baik lagi menjadi lebih baik lebih baik yang menjadikannya
belum tercapai lebih baik
dari orangtua
100 sudah tidak lagi kak subjek mengakui sudah tidak lagi dibiayai orangtua tidak kemandirian
tidak lagi dibiayai sama oleh orangtua membiayai
orangtuanya
102 cari uang sendiri didalam subjek mengaku selama mendapat uang berusaha sendiri kemandirian
ini mendapatkan uang belanja dengan untuk memenuhi
belanja selama didalam berusaha sendiri kebutuhan
lapas dengan cari uang selama berada
sendiri didalam lapas
104 sembarang seperti bantu subjek mengakui bekerja bekerja apa saja bekerja apa saja kemandirian
orang didalam, seperti kalau apa saja seperti dengan cara dengan membantu
ada mau orang nge cat membantu pekerjaan membantu pekerjaan orang
orang lain pekerjaan orang lain
lain
106 dia cuma bilang saja yah subjek mengaku saat ibunya berpesan pesan komunikasi pesan komunikasi
sabar saja, kan sudah tidak telponan dengan ibunya melalui telpon orangtua untuk
lama lagi bebas berpesan untuk bersabar untuk bersabar anak
karena tidak lama lagi
bebas
167

108 bulan 3 ini nanti pidana murni subjek mengaku bulan waktu bebas irrelevant irrelevant
ku maret adalah waktu pidana murni
kebebasannya untuk bulan maret
pidana murni
111-112 iya perhatian, pernah subjek mengaku ayah tiri menolak diberi menolak diberi madiri secara
mengirim uang tapi saya nya cukup perhatian perhatian dengan perhatian untuk ekonomi
tidak mau, lebih baik kasih dengan pernah akan diberikan uang persoalan
adikku yang lain daripada dikirimkan uang namun keuangan
saya. subjek menolak dan lebih
memilih untuk diberikan
keadik-adiknya
114 sudah tidak mi kak
116 apa itu rehabilitasi kak ? subjek mengakui tidak tidak tahu seputar tidak mendapatkan tidak terinformasi
mengetahui tentang rehabilitasi informasi
rehabilitasi mengenai
rehabilitasi
118 ie kak, apa itu ? subjek merasa tidak tidak tahu seputar tidak mendapatkan tidak terinformasi
mengetahui tentang rehabilitasi informasi
rehabilitasi mengenai
rehabilitasi
123 ie kak merasa subjek mengaku merasa sebelum gejala kondisi psikologis
ketergantungan memakai tertangkap merasa ketergantungan
shabu sebelum ketergantungan
tertangkap
125 panas kak, tidak enak sekali subjek merasa panas, merasa sakit saat gelaja putus zat kondisi psikologis
perasaan 3 hari berturut-turut dan tidak enak bada tidak memakai yang dirasakan
selama 3 hari berturut-
turut ketika tidak pakai
lagi saat tertangkap
127 kalau sekarang saya sudah subjek mengaku merasa merasa baik tidak memakai lagi kondisi psikologis
merasa baikan, karena baik karena sudah tidak karena sudah dan merasa baik
sudah tidak pakai lagi memakai lagi tidak memakai lagi

129 itu saja, mau kembali ke subjek berharap setelah keinginan kembali berharap kembali harapan
pekerjaan yang dulu lagi bebas ingin kembali bekerja setelah bekerja
bekerja bebas
168

131 itu saja, yang paling bikin subjek merasa hal yang merasa tidak sangat ingin harapan
tidak nyaman itu besukan, membuatnya tidak nyaman saat jam bertemu keluarga
mau liat keluarga nyaman yaitu besukan, besuk karena saat jam besuk
subjek ingin melihat sangat ingin
keluarganya bertemu keluarga
133-134 ituji kak, besukan karena kan subjek mengakui hal yang merasa tidak ketidaknyamanan kondisi psikologis
selalu ada jam besuk. Jadi paling membuatnya tidak nyaman dengan saat waktu besuk
kadang iri sama teman- nyaman yaitu saat jam jam besukan
teman yang lain besukan yang setiap saat
tidak ada yang
membesuknya sehingga
membuatnya iri dengan
teman lainnya
136 ie kak tidak ada, itu ji saja subjek mengaku tidak ada ketidaktersediaan program khusus persepsi terhadap
mengaji sama dikelas atau program pembinaan program khusus belum tersedia realitas
perpustakaan baca-baca. khusus anak didalam didalam lapas
lapas kecuali mengaji dan
belajar dikelas atau
membaca buku
diperpustakaan
169

Line Pernyataan Impresi Ide Utama Coding Tema


Number
2 daeng loe, nda tau nama subjek mengakui orang orang yang menjamin relevant relevant
lengkapnya itu ji yang ku tau yang menjadi
penjaminnya
4 tante ku subjek mengakui yang menjamin tante relevant relevant
keluarga yang sebagai subjek
penjaminnya adalah
tantenya
6 jarangji subjek mengaku jarang jarang dibesuk oleh perhatian keluarga persepsi terhadap
dibesuk oleh keluarga realitas
penjaminnya
8 nenek ku ji subjek mengakui yang dibesuk terakhir besukan terakhir lingkungan
membesuk terakhir kali adalah nenek subjek keluarga keluarga
adalah neneknya
10 pusing sekali kak subjek merasa pusing merasa pusing situasi kondisi psikologis
sekali setelah hampir selama berada ketidaknyamanan
berada setahun didalam lapas
didalam lapas
12 pikir bebas terus dan tunggu subjek mengaku pusing memikirkan faktor yang kemampuan
SK merasa pusing karena kebebasan dan SK membuat pusing mengatasi stress
selalu memikirkan
untuk bebas dan
menunggu SK
14 itu saja mau sekali bebas subjek mengakui keinginan untuk keinginan bebas orientasi terhadap
merasa sangat ingin segera bebas realitas
bebas
16 karena sudah lama tidak ada subjek mengakui ingin bebas dengan bebas untuk orientasi terhadap
kerja, yah mau kerja saja alasan keinginannya alasan pekerjaan bekerja realitas
untuk bebas karena
sudah lama tidak kerja
dan ingin kerja
18-19 apa yah, uhm mau sama subjek merasa selama memikirkan keluarga, minat terhadap harapan
keluarga saja dirumah, kalau berada didalam pekerjaan dan orientasi diri
bebas kerjaan apa, dan bisa tahanan memikirkan harapan menjadi
menjadi lebih baik dari yang keinginannya untuk lebih baik
170

dulu lagi bersama keluarga


dirumah, kerjaan
setelah bebas nantinya
dan ingin menjadi lebih
baik lagi
21 tidak pernahji saya merasa subjek mengaku tidak tidak merasa sedang tidak kesepian kemampuan
sendiri, biasa-biasa saja pernah merasa sendiri berada disituasi mengatasi stress
dan merasa biasa- kesendirian
biasa saja
23 yah cari kegiatan supaya subjek mengakui mencari kegiatan alasan untuk kemampuan
bisa tersenyum mencari kegiatan untuk menghibur diri menghibur diri mengatasi stress
dengan alasan dapat saat tidak ada yang
tersenyum jika tidak membesuk
ada yang datang
membesuk
25 kayak nongkrong, menyanyi- subjek mengakui kegiatan yang relevant relevant
nyanyi atau main bola sama kegiatannya untuk dilakukan
teman-teman menghibur diri
28 yah sedih sekali subjek mengaku merasa sedih respon emosi pengendalian diri
merasa sedih saat terhadap situasi terhadap situasi
melihat teman- besukan
temannya dibesuk
keluarga
30 mau ketemu orangtua saja subjek mengakui alasan keinginan berharap segera harapan
yang diikuti dari dulu keinginannya untuk bebas untuk bertemu bertemu orangtua
keluar karena alasan orangtua
ingin ketemu orangtua
33-34 yang bikin ki tidak nyaman itu subjek mengakui situasi yang situasi persepsi terhadap
didalam yang pertama keluhan atas situasi membuat merasa ketidaknyamanan realitas
banyak nyamuk, susah tidur, yang membuat tidak tidak nyaman
pikirkan kehidupan luar, nyaman selama berada
susah makan, itu juga saja didalam tahanan
mau sekali bebas untuk
ketemu keluarga
36 namanya jengkel sih yah, subjek mengaku jengkel dengan respon emosi pertemanan
banyak. Biasa kalau diam- merasa jengkel dengan teman yang terhadap situasi
171

diam na suka ka naganggui temannya dengan mengganggu teman


alasan kadang
diganggu
39 itu saja besukan jarang subjek mengakui pengalaman yang jarang dibesuk hal persepsi terhadap
datang, itu saja pengalaman pengalaman yang tidak menyenangkan yang tidak realitas
yang paling tidak paling tidak jarang dibesuk meneyanangkan
menyenangkan menyenangkan yaitu
jarang dibesuk
41 itu saja pikiran ada diluar subjek mengakui keluh keluh kesah selama keluhan pikirkan kemampuan
terus, jadi jarang makan, kesahnya jarang berada didalam lapas dunia luar mengatasi stress
jarang minum makan dan minum
karena memikirkan
dunia luar
43 yah bagusji karena masih subjek menanggapi tanggapan atas layanan persediaan persepsi terhadap
dikasih jki makan fasilitas makanan fasilitas makanan makan realitas
dengan merasa cukup
bagus karena masih
diberi makanan
45 ie masih ji, enakji dan syukur subjek merasa bersyukur dengan mensyukuri penerimaan diri
sekali mi itu karena masih bersyukur dengan pelayanan yang keadaan
dikasih ji makan layanan yang ada tersedia
karena masih
disediakan makanan
47 ie saya memang tidak ada subjek mengaku jarang alasan tidak makan sikap terhadap pengendalian diri
nafsu makan makan karena tidak karena tidak nafsu kesediaan layanan
memiliki nafsu makan makan
49-50 bisa mengaji, rajin sholat, subjek mengakui terjadi perubahan berubah menjadi gambaran diri
rajin bangun, sifat berubah perubahan hidup yang menjadi lebih baik lebih baik dan positif
menjadi lebih baik begitu, dirasakan dengan dan dewasa dengan dewasa
yah lebih dewasa. menjalani aktivitas menjalani aktivitas
beribadah membuat ibadah
menjadi lebih baik dan
dewasa
52 oh ie ada ji, pandi namanya subjek mengakui memiliki teman dekat relevant relevant
memiliki teman yang mengenali
sekamar sel yang
172

sangat dekat dan


mengenalinya
54 oh ie sebentar saya panggilki irrelevant irrelevant
56-57 apa yah, suka ki na suruh subjek menilai pembina memiliki pembina pembina yang persepsi terhadap
cepat bangun, ngaji, harus bersikap disiplin yang disiplin disiplin realitas
rajin sholat, dan pembagian dengan rutinitas yang terhadap rutinitas
makan harus juga cepat ada
59 pasti ada subjek mengaku memastikan memiliki relevant relevant
memastikan ada hal hal yang tidak
yang tidak disenangi disenangi dari
dari pembina pembina
61-62 kalau itu kan dari pribadi kita subjek sendiri respon positif diri menghargai sikap penerimaan diri
sendiri, tapi itu saja seringki mengakui menanggapi sendiri terhadap pembina
suka na suruh cepat masuk baik meskipun sering sikap disiplin
ke dalam kamar sel disuruh cepat masuk pembina
kedalam kamar sel
64 pernah,kayak hukuman yang subjek mengakui pernah mendapatkan hukuman yang persepsi terhadap
tidak pantas untuk diberikan pernah mendapatkan hukuman yang tidak tidak pantas relitas
buat anak hukuman sentuhan wajar diberikan
fisik yang tidak pantas kepada anak
diberikan kepada
seorang anak
66-67 biasanya seperti pelanggara- subjek mengakui hukuman yang faktor diberikan persepsi terhadap
pelanggaran yang sepele, dihukum diakibatkan diberikan atas sanksi realitas
satu orang berbuat semua pelanggaran sepele pelanggaran sepele
kena satu kamar dipanaskan yang dibuat oleh satu yang berdampak
kayak tentara orang namun besar ke semua anak
berdampak kesemua
anak dalam satu kamar
sel
69-70 melebihi dari push up, kayak subjek mengakui takut dengan respon emosi pengendalian diri
jalan jongkok, sambil panas- hukuman fisik yang hukuman fisik yang terhadap situasi
panasan ke lapangan bola, diberikan membuatnya diberikan
jadi begitu kita ini kayak merasa ketakutan
ketakutan
72 misalkan kayak berkelahi. subjek mengakui perbuatan berkelahi relevant relevant
173

pelanggaran yang yang dilakukan


dilanggar seperti sebagai pelanggaran
berkelahi
74 pernah, hehe subjek mengaku pernah dihukum relevant relevant
pernah mendapatkan
hukuman
76 karena jual kasur pemberian subjek mengakui penyebab dihukum relevant relevant
sebab ia dihukum
karena menjual kasur
pemberian
78 ke blok lain irrelevant irrelevant
80-81 sebenarnya bukan saya yang subjek mengakui akibat sanksi berakibat kondisi pemberian persepsi terhadap
jual, teman satu kamarku, ia dihukum karena kesemua teman sanksi terhadap realitas
tapi itumi satu berbuat harus sebenarnya perbuatan anak
semua dapat, karena supaya teman sekamar oleh
tidak mengkhianati teman karena itu satu berbuat
yang lain, kayak tadi mi semua dapat
dijemur
83-84 ie, dijemur kayak ikan kering, subjek mengakui diberi sanksi yang diberikan pemberian sanksi persepsi terhadap
karena itumi temanku jual hukuman dengan kepada anak yang yang tidak wajar realitas
kasur, selama satu jam dijemur dilapangan melanggar
dijemur, baring dilapangan tanpa menggunakan
tidak pakai baju dilapangan baju dan berbaring
basket, baru panasnya bukan dilapangan dibawah
main terik matahari
86 ie aktif karena harus subjek mengaku aktif aktif belajar relevant relevant
mengikuti kegiatan
pembelajaran
88 ada, tapi jarang dan sesekali subjek mengakui pembinaan relevant relevant
ji kayak bikin-bikin lampion tersedia pembinaan keterampilan jarang
keterampilan namun dilakukan
jarang
177

Tabel 3. ANALISIS DATA HASIL WAWANCARA I

Data Interviewee 2

Nama :ZA

Jenis kelamin : laki-laki

Tempat, tanggal Lahir : Makassar, 22 Januari 2003

Usia : 14 tahun

Alamat : BTP

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Alamat Asal : Makassar

Masuk Lapas : 14 juli 2017

Lama masa tahanan : 1 Tahun 2 bulan

Hari/tanggal wawancara : selasa, 12 desember 2017

Tempat wawancara : Ruang Bimkemas, Lapas Makassar

Line Number Pernyataan Impresi Ide Utama Coding Tema


4 Saya anak bungsu dari subjek mengaku anak keempat dari anak bungsu profile subjek
empat bersaudara anak bungsu dari empat bersaudara
empat bersaudara
6-7 Ie kak yang pertama dan mengaku memiliki dua kakak saudara profile subjek
kedua kan perempuan, dua saudara perempuannya telah perempuannya
yang kedua sudahmi perempuan yang menikah dan bekerja telah menikah
menikah, yang pertama telah menikah dan dan satu kakak laki- dan bekerja, satu
masih kerja. Yang ketiga bekerja dan satu lakinya pernah kakanya mantan
kan laki-laki, pernah juga orang kakak laki- menjadi narapidana narapidana
ditahan gara-gara laki mantan
178

merampokki narapidana
9 Saya sampai SMP kelas mengaku sekolah pendidikan formal putus sekolah persepsi
dua kak, nda lanjutma sampai kelas dua sampai kelas dua terhadap realitas
SMP dan tidak SMP
melanjutkan lagi
11-12 Karena bosan ma kak merasa bosan subjek bosan sekolah pengaruh kondisi psikologis
sekolah, seringka dulu sekolah karena dan sering bolos pergaulan
bolos sekolah, begitulah pengaruh karena pengaruh
pergaulan. Ditawarika juga pergaulan dan pergaulan juga
untuk mengedar dulu, mangaku sering menjadi pengedar
tertarikma karena lumayan bolos dan tertarik narkoba
banyak uang bisa dapat. mengedar narkoba
karena dapat
banyak penghasilan
14 Shabu-shabu kak mengaku mengedar mengedarkan pengedar persepsi
narkoba jenis narkoba jenis shabu narkoba jenis terhadap realitas
shabu shabu-shabu
16-18 Kalau komunikasi baikji subjek merasa komunikasi dengan komunikasi gambaran diri
kak, selamaku disini komunikasi dengan orangtua berjalan dengan orangtua positif
seringja datang dibesuk orangtua berjalan dengan baik dan baik tapi tidak
sama mama bapakku, dulu- baik dan mengaku orangtuanya didengarkan
dulu orangtuaku perhatian orangtua perhatian memberikan
sekaliji juga. Tapi sayanya ji namun subjek tidak perhatian tapi subjek
memang yang kadang tidak mendengarkan tidak peduli
mendengar orangtua
20 Setiap sekali seminggu kak subjek mengaku orangtua datang perhatian dukungan sosial
dibesuk sekali membesuk anaknya orangtua
seminggu oleh sekali seminggu
orangtuanya
22 Yah biasa ji juga kak, nda subjek mengaku hubungan dengan memiliki banyak pertemanan
terlalu banyak temanku hubungan dengan teman-teman yang musuh daripada
juga belah. Lebih banyak teman-temannya tidak banyak biasa teman
musuh diluar sana biasa saja karena memiliki
saja, juga mengaku lebih banyak musuh
punya banyak
musuh daripada
179

teman
24-25 Banyak teman biasa kak, subjek mengaku memiliki beberapa teman dekat yang Relasi sosial
nda terlalu banyak teman punya banyak teman dekat tidak banyak dari
dekat karena itumi lebih teman biasa, tapi dibandingkan teman teman biasa yang
banyak jadi musuhku untuk teman dekat biasa yang bisa saja menjadi
tidak begitu banyak berpotensi menjadi musuh
karena banyak musuh
yang jadi musuh
27-28 Karena toh, memang dulu merasa dijebak memusuhi teman teman yang pertemanan
temanku ji semua, tapi oleh teman saat yang menjebak menjadi musuh
lama-lama berubah jadi ada yang
musuh karena biasa tertangkap maka
menjebak. Kalau ditangkap teman tersebut
mki toh, berusaha tong dimusuhi
supaya saya juga ditangkap
31-32 Oh kalau temanku rata-rata subjek mengaku hanya mengedar mengedar tanpa pertemanan
pakai ki kak dan tidak tanpa memakai memakai dan
mengedarki juga, kalau mengkonsumsi berbeda dengan temannya
saya mengedar saja. Tidak hanya teman-temannya memakai juga
pakai ka saya. mengedarkan yang mengedar juga mengedar
sedang teman- memakai
temannya
mengkonsumsi
narkoba juga
mengedarkan
34-36 Yah nda mauja kak rusak subjek merasa lebih mengedarkan menyadari persepsi
diriku, edede, bahaya. memilih menjadi narkoba akan dampak terhadap realitas
Mending mengedar saja. pengedar karena menguntungkan penyalahgunaan
Dapatki uang yang lumayan menguntungkan secara ekonomi narkoba sehingga
banyak, sehari itu bisa secara ekonomi dibandingkan lebih konsentrasi
dapat kurang lebih 6 juta dan tidak ingin memakai yang menjadi pengedar
dan bisa disimpan-simpan. merusak diri karena dampaknya
Kalau pakai ki bisa-bisa sadar narkoba berbahaya
habisji. berbahaya.
38 Tidak kak, tidak mauja subjek mengaku melindungi teman melakukan kepercayaan
sebut-sebutki mereka. lebih memilih untuk dan orang yang perlindungan dari
180

Apalagi bos ku tutup mulut tanpa disebut “Bos” dari masalah hukum
menyebut teman masalah hukum yang dapat
apalagi bos nya menyeret teman
untuk diseret ke dan bos nya
masalah hukum
40-41 Susah kak, tidak ada juga merasa kesulitan menyeret teman sulit untuk kepercayaan
bukti dan tidak mauka kasih menyeret teman untuk dilaporkan menyeret dan
begitu temanku, karena karena terkait bukti adalah hal yang sulit melaporkan
saya tidak kusuka dikasih dan tidak ingin dan tidak ingin teman serta bos
begitu, kalau bos ku ia memperlakukan memperlakukan yang harus
haruski dilindungi. teman sama teman seperti itu juga dilindunginya
dengan subjek harus melindungi
diperlakukan oleh bosnya
teman yang telah
menjadi musuh
serta merasa harus
melindungi bosnya
43-45 Karena dia selalu ki juga na mengaku selama ini dilindungi membalas dukungan sosial
lindungi dan na uruskan melindungi bos oleh bos dan juga perlakuan orang
segala hal kalau dalam karena subjek subjek mencoba yang disebut bos
keadaan susahka. Seperti merasa dilindungi merahasiakan dan yang selalu
sekarang ini, di sini ka tapi selama ini dan melindungi si bos membantu
dia bantu juga urus selain selalu dibantu yang suka
orangtuaku. Sering juga dia memudahkan membantunya dalam
bawakanka makanan. urusan dan segala urusan
dibawakan
makanan
47-48 Tidak pernah kak, subjek mengakui teman diluar lapas memiliki banyak pertemanan
jangankan temanku yang tidak pernah ada tidak ada yang musuh karena
diluar mauka datang na liat. teman yang diluar datang menemui, tidak ada teman
Yang didalam sini saja saya datang menemui, teman yang bersama yang pernah
tidak akrab. Karena itumi sedang teman yang didalam juga tidak datang menemui,
kak saya bilang dimana- bersama didalam akrab dan merasa tidak akrab
mana musuh tidak akrab, maka memiliki banyak dengan teman
dari itu subjek musuh didalam
mengatakan musuh
181

dimana-mana
50-53 Tidak kak, tidak pernah ka subjek mengakui bos tidak pernah dibantu oleh bos persepsi
ketemu. Biasa dia Cuma orang yang datang menemui tanpa ditemui terhadap realitas
menitip saja. Kalau soal dianggap bos tidak langsung, namun selama menjalani
urus mengurus memang pernah bertemu bantuannya masa hukuman
dia tidak ketemu langsung selama dilapas, dirasakan langsung
ka untuk bicara, tapi saya kadangkala hanya oleh subjek selama
rasa dia lakukan itu. Karena member titipan, dan menjalani masa
pernahma di tangkap merasa diuruskan tahanan
sebelumnya tahun 2015, dan dimudahkan
dan ditahanka 2 hariji, semua urusan yang
setelah itu dibebaskan ma. terkait masalah
Itu karena bosku. hukum.
Sementara ini dalam
proses pengurusanma.

56-58 Di sini kak sebenarnya subjek merasa menginginkan aktivitas yang kondisi psikologis
bosan sekali ma. Mau bosan dengan kebebasan karena membosankan
sekalima bebas. Makan aktivitas dilapas bosan dengan dan
tidur ji dikerja, saya biasa dan menginginkan aktivitas dilapas dan menginginkan
dikamarja terus. Jarangka untuk segera bebas lebih sering berada kebebasan
keluar-keluar. Itupun kalau juga mengakui dikamar sel dan ke
keluar pas jam istirahat, bahwa lebih sering teman akrabnya
saya pergi ditahanan berada dikamar sel ditahanan dewasa
dewasa, ada teman dan saat tertentu
akrabku disana empat pergi ke tahanan
orang. dewasa karena
memiliki teman
akrab
60 Kasus perampokan semua mengakui teman perampokan yang kasus empat lingkungan
kak subjek yang menjadi kasus teman orang teman pertemanan
ditahanan dewasa subjek yang berada ditahanan
kasus perampokan ditahanan dewasa dewasa yaitu
semua perampokan
63-64 Sebenarnya kak, saya mengaku bukan tertangkap di BTP tertangkap di BTP kepercayaan
bukanka pemakai, Cuma di sebagai pemakai, oleh brimob dan dan BAP nya di
182

BAP diurus ki kak toh, jadi namun diurus di pengedar yang dimanipulasi
begitumi saya masukmi berita acara dimanipulasi BAP
sebagai pemakai. Dulu penangkapan nya menjadi pemakai
saya ditangkap sama sebagai pemakai
brimob pas transaksi di dan tertangkap oleh
BTP. brimob di BTP
66-67 Tidak kak, dijebak ka. Yang mengakui merasa dijebak oleh teman ditangkap karena ketidakpercayaan
saya temani transaksi itu dijebak oleh dengan memberi dijebak oleh dengan teman
anggota brimob. Temanku temannya yang tahu ke polisi yang teman
yang kasih tauki kalau saya memberitahu ke menyamar menjadi
jg kurir. brimob yang pembeli tentang
menyamar sebagai dirinya
pembeli
69 Lama ma kak, dari kelas 6 subjek mengakui Kelas enam SD mulai menjadi pengedar persepsi
SD mengedarkan mengedarkan sejak SD kelas terhadap realitas
narkoba sejak narkoba enam
duduk di bangku
kelas enam SD
72-73 Disini kak, pokoknya subjek merasa berada didalam lapas bosan dan tidak kondisi psikologis
membosankan ki. Tapi sangat bosan hal yang nyaman
banyak ji sebenarnya berada dilapas dan membosankan dan
kegiatan ia, tapi saya ji juga mengakui tidak nyaman
memang yang tidak ketidaknyamanan ditengah banyaknya
nyaman meskipun banyak aktivitas yang
kegiatan yang bisa sebenarnya bisa
dilakukan dilakukan
75-76 Yah, itu-itu terusji diliat kak. subjek merasa tidak merasa tidak nyaman ruang gerak persepsi
Disini ada klinik kak. Kalau nyaman karena dengan situasi ruang terbatasi dan terhadap realitas
sakit-sakit bisa ke klinik dan pandangan gerak yang terbatas mendapatkan
dikasih mki obat. kalau terhadap dunia dan pelayanan fasilitas
pendidikan, diajar jki juga luarnya terbatas kesehatan maupun pelayanan yang
didalam. Tapi sama ji juga mengakui pendidikan masih kurang
keluarki tidak bisa tong jki pelayanan kurang memuaskan memuaskan
lanjut kesehatan tersedia
klinik yang jika sakit
diberi obat,
183

pelayanan
pendidikan juga
tersedia namun
tidak terintegrasi
saat bebas
79-80 kalau saya sebenarnya subjek berharap memiliki harapan harapan sekolah gambaran positif
mau sekalika lagi kembali setelah bebas ingin kembali bersekolah lagi dan tidak diri
sekolah kak, ahh tidak kak. kembali dan tidak ingin ingin kembali
Tidak mauma mengedar, melanjutkan kembali mengedar mengedar tapi
tapi belumpi ditau ia sekolah dan tidak lagi setelah bebas belum yakin
bagaimana nantinya ingin mengedar lagi namun belum yakin
namun belum yakin
82-83 Disini biasa ja sholat kak, subjek mengakui saat berada pengaruh gambaran positif
tapi kadang juga kalau saya biasa menjalankan ditahanan dewasa pergaulan diri
ada ditahanan dewasa aktivitas ibadahnya, bersama dengan
sama teman ku nongkrong, namun lupa waktu teman akrabnya
nda sadar lewat lagi waktu. saat berada terkadang lupa
ditahanan dewasa menjalankan aktivitas
bersama dengan ibadahnya
teman akrabnya
85-86 Didalam ada 10 orang klo subjek mengakui mengira jumlah selalu berdiam persepsi
nda salahka kak. Ka jarang kurang teman sekamar diri dan kurang terhadap realitas
saya perhatikan krn saya memperhatikan selnya sekitar 10 memperhatikan
diam-diam terusji. Ada yang jumlah teman orang karena selalu jumlah teman
kudengar-dengar maumi sekamar selnya berdiam diri dan sekamar selnya
keluar, ada juga mau hingga mengira kurang
masuk. sekitar 10 orang memperhatikan
dikarenakan subjek
selalu berdiam diri
88-89 yang saya tau itu kak sepengetahuan kasus teman teman sekamar lingkungan
perampokan, pembunuhan, subjek kasus teman sekamar sel subjek sel yaitu tindak pertemanan
pemerkosaan, pencurian sekamar selnya terdiri atas pidana kejahatan
sama kekerasan itu yang terdiri dari tindak perampokan, kriminal selain
busur-busur kak. kriminal pembunuhan, narkoba
perampokan, pemerkosaan,
pembunuhan, pencurian sama
184

pemerkosaan, kekerasan
pencurian dan
kekerasan
91 Iee tidak sama sel kak. Dia mengaku tidak sesama narapidana narapidana kemandirian
kamarnya dikamar sel sekamar sel narkoba dipisahkan narkoba tidak
sebelahnya lagi. dengan subjek sekamar sel
yang sesama
narapidana narkoba
93-95 Baik ji kak, biasa tong jki subjek merasa mendapat perlakuan diperlakukan baik gambaran positif
ditegur atau dimarahi kalau diperlakukan baik yang baik dari diri
tidak mendengarki tapi oleh pembina Pembina, namun
tidak pernah ja kena saya namun kadang ditegur saat tidak
pukulan, biasa ada ditegur jika tidak mengikuti aturan
temanku dipukuli ka tidak mengikuti aturan
mendengarki kalau ada
dikasih taukan ki.
97-98 Ie jelasmi kak,karena tidak subjek mengakui ada perasaan rasa bersalah dan kemampuan
bisaki leluasa disini tapi merasa bersalah bersalah dan penyesalan atas mengatasi stress
maumi diapa. Ada tong dan menyesal menyesal atas perbuatannya
hikmahnya toh, bisa ditau masuk kelapas perbuatannya dan
mana teman mana musuh karena sadar ada hikmah
perbuatannya, yang membuat lebih
namun menyadari paham antara teman
hikmahnya dan musuh
mengetahui mana
teman dan musuh
100 Ie kak, semoga. Saya subjek berharap menginginkan ada pengharapan harapan
berharap sekali juga bisa merubah nasibnya perubahan nasib dan menjadi lebih baik
jadi lebih baik dan menjadi lebih menjadi lebih baik dengan
baik perubahan nasib
102 Main gitar sama main bola hobi subjek hobi bermain alat hobi memainkan kemampuan
kak, tapi lebih suka ka main bermain gitar dan musik yaitu gitar alat musik gitar mengatasi stress
gitar bermain bola
104-105 Ie kak, karena disiapkan ji subjek merasa menyalurkan hobi menghibur diri kemampuan
disinil apangan bola dan menyalurakn ditunjang dengan dengan mengatasi stress
ada juga beberapa alat hobinya selama tersedianya fasilitas menyalurkan hobi
185

musik. Itu hiburanku berada didalam yang menjadi hiburan


lapas karena
tersedia lapangan
bola dan juga
beberapa alat
musik yang menjadi
hiburannya
108-110 Kalau sama keluarga tidak subjek merasa akibat perilaku pengaruh dukungan sosial
masalahji kak, keluargaku akibat perilakunya mengedarkan mengedar
selaluja na kasih dukungan mengedarkan narkoba hubungan berdampak pada
selama masukka dalam narkoba tidak dengan temannya hubungan
sini. Kalau sama temanku berpengaruh mempegaruhi sosialnya dengan
berpengaruh sekali, terhadap hubungan menjadi tidak lebih pertemanan
contohnya itumi saling tidak dengan baik dibandingkan
baku baik mi orang. keluarganya yang hubungan dengan
selalu memberi keluarganya yang
dukungan sejak tetap harmonis
berada dilapas,
sedangkan
hubungan dengan
temannya sangat
berpengaruh
menjadi tidak lebih
baik
112-113 Yah pastinya kagetki kak, subjek mengakui keluarga/orangtuanya lebih diperhatikan keharmonisan
marahki pertama ia tapi reaksi menjadi lebih oleh
lama-lama tidakmi, malah keluarga/orangtua perhatian setelah orangtua/keluraga
lebih perhatianmi sekarang saat mengetahui mengetahui anaknya sejak tertangkap
tertangkap yaitu tertangkap karena
kaget, akan tetapi kasus narkoba
saat ini menjadi
lebih perhatian
115 Yang saya rasakan itu mi subjek merasa bosan dengan bosan dan ingin kondisi psikologis
kak, bosan sekali. Mau dirinya sangat kehidupan didalam bebas
sekali ma bebas kodong. bosan terhadap lapas dan sangat
kehidupan yang menginginkan untuk
186

dirasakan selama bebas


berada didalam
lapas dan sangat
menginginkan
kebebasan
117-118 Yah biasaji kak, awalnya mengaku awalnya awal masuk merasa takut dengan kecemasan
takut-takutka, tapi lama- merasa takut, takut, kemudian musuh
lama terbiasa ma kak, meskipun telah terbiasa dengan
meskipun masih takut terbiasa berada kondisi namun masih
karena banyak musuh didalam lapas tapi merasa takut dengan
dimana-mana. masih merasa takut musuh yang
karena dianggap ada
mengganggap dimana-mana
musuh dimana saja
120 dicueki saja kak, saya diami memilih untuk sikap cuek dan diam kontrol diri kemampuan
ji mereka. bersikap cuek dan saat ada seorang dengan cuek dan mengatasi stres
diam jika ada teman yang tidak diam pada orang
teman yang tidak senang dengan yang tidak
menyenangi dirinya menyenangi
122-123 ituji kak, mau sekalika lagi subjek sangat harapan ingin malu untuk harapan
sekolah lagi kak, tapi berharap ingin sekolah kembali kembali
takutka dan malu-maluka kembali tetapi malu dengan bersekolah
sama anak-anak yang lain melanjutkan teman lain juga meskipun
karena saya berbeda dari sekolahnya tetapi merasa berbeda berharap
mereka yang sekolah baru merasa malu
disayang sama guru. karena berbeda
dari yang lain yang
disekolah disayang
sama gurunya
187

Line Pernyataan Impresi Ide Utama Coding Tema


Number
2-3 kalau di berita acara subjek mengakui BAP nya manipulasi BAP untuk penghindaran orientasi terhadap
penangkapan (BAP) itu dimanipulasi sebagai menghindari dugaan terhadap hukum realitas
sebagai pemakai yang pemakai yang juga sebagai pengedar
mengedar juga, kalau mengedar untuk besar
tidak dimasukkan sebagai mencegah dugaan sebagai
pemakai, dikira nanti pengedar besar
pengedar besar
6 tidak ada kak, jujur ji saja subjek mengaku membuat pengakuan yang bukan ketidakjujuran kepercayaan
bilang pakai, padahal pengakuan yang tidak sebenarnya
tidak pakai ka sama sebenarnya
sekali
8 sudahji pernah di tes subjek mengaku pernah menjalani tes urine tes urine kepercayaan
urine, tapi sama ji negatif melakukan tes urine dengan hasil yang negative
ji juga namun hasilnya negatif
menunjukkan negatif
10 dibantu toh sama subjek mengaku dibantu mendapat bantuan dari dibantu penyidik persepsi terhadap
penyidik oleh penyidik penyidik realitas
12 ie kenal ka subjek mengakui mengenali penyidik saling mengenali relasi sosial
mengenali penyidik
14 BTP ditangkap sama subjek mengakui ditangkap brimob relevant relevant
brimob pa’baeng-baeng ditangkap oleh brimob pa’baeng-baeng
pa’baeng-baeng
16 sama itumi brimob ka subjek mengakui saat transaksi yang relevant relevant
yang menyamar sebagai transaksi dilakukan dilakukan bersama
pembeli bersama anggota brimob seorang brimob yang
ya g menyamar sebagai menyamar
pembeli
18-20 itu hari 1,1 gram subjek mengakui transaksi transaksi sejumlah 1,1 menipulasi BAP persepsi terhadap
harganya itu satu juta dua barang sejumlah 1,1 gram g seharga 1,2 juta untuk realitas
ratus, tapi didalam BAP seharga dengan 1,2 juta rupiah dengan kepentingan
itu tidak segitu di kasih rupiah, namun di BAP mengurangi jumlah di tertentu
masuk sedikitji, karena jumlah yang dimasukkan BAP untuk tujuan
pas ditimbang waktu berkurang dengan tujuan menghilangkan barang
pemeriksaan berkurangi, menghilangkan sebagian bukti
188

dikasih hilangi sebagian barang bukti


barang buktinya
22 ie eheheh subjek mengakui dibantu mendapat bantuan dari campur tangan relasi sosial
berkat campur tangan bos bos otoritas
nya
24 ie subjek mengakui pengaruh pengaruh bos yang relevant relevant
bosnya sangat besar mendominasi
27 pindah kamar ka lagi mengaku telah pindah pindah kamar sel tidak menetap lingkungan
kamar sel
29 yah mau ja saja pindah subjek mengakui keinginan pindah pindah kamar sel eksplorasi
karena ku sukaki di keinginannya pindah kamar karena
kamar 6 kamar karena menyukai menyukai kamar 6
kamar 6
31 enam belas orang subjek mengakui kamar merasa kamar sel saat lingkungan persepsi terhadap
sekarang, tapi bagus sel yang ditempati saat ini ini lebih bagus meski kamar sel realitas
sekali disitu berjumlah enam belas jumlah sekamar sel ada
orang dan merasa lebih 16 orang
bagus
33 ie nyaman ia karena subjek mengaku merasa merasa nyaman karena mekanisme kemampuan
disitu pusat rokok apa, nyaman dikamar sel saat banyak rokok dan substitusi mengatasi stress
makanan juga pokoknya ini karena banyak rokok makanan
banyak dan makanan

35-36 ada semua mi didalam, subjek mengakui kasus kasus teman sekamar sendiri kasus lingkungan
kepala kamar teman sekamar sel saat ini sel dan sendiri narkoba pertemanan
pembunuhan, yang lain diantaranya yaitu narapidana narkoba
itu ada 365, 363, pembunuhan,
sendiriku ji narkoba. perampokan,pemerkosaan
dan subjek hanya sendiri
kasus narkoba didalam
kamar sel
38 tidak nyamanja ku rasa subjek mengakui pindah merasa tidak nyaman ketidaknyamanan kondisi psikologis
saja kamar karena kamar sel dikamar sel terhadap
sebelumnya subjek sebelumnya lingkungan
merasa tidak nyaman
40 baru ka 2 hari subjek mengaku baru 2 irrelevant irrelevant irrelevant
189

hari pindah sel kamar


42 Pindah sendiri ja kak subjek mengakui pindah pindah kamar dengan bertindak dengan kemampuan
kamar sendiri sendirinya kemauan sendiri menghadapi
stress
44 melapor saja kak sama subjek mengakui prosedur pindah kamar prosedur pindah penguasaan
petugas bilang mau prosedurnya pindah kamar yang langsung kamar dengan terhadap situasi
pindah kamar, jadi dengan langsung melapor dilaporkan ke petugas mudah
langsung dikasih pindah ke petugas
46 dua belas orang subjek mengakui jumlah jumlah penghuni kamar relevant relevant
teman sekamar sebelumnya 12 orang
sebelumnya ada 12 orang
48 bagus ji semua kak subjek mengaku bahwa teman-teman sekamar lingkungan pertemanan
teman-teman sekamar sel sel bagus pertemanan
saat ini bagus dikamar sel
50 ie sering sekali, disanaka subjek mengakui sering bergaul dengan relevant relevant
selalu nongkrong biasa bergaul bersama dengan tahanan dewasa
teman akrabnya ditahanan
dewasa
52 karena dekat rumahka subjek mengakui akrab akrab dengan teman lingkup pergulan pertemanan
semua di BTP, baku dengan temannya ditahanan dewasa
samping rumahji ditahanan dewasa karena karena berdekatan
mereka berdekatan rumah rumah
di BTP
54 ie, sering biasa ke rumah, subjek mengakui teman- akrab dengan teman lingkup pergulan pertemanan
kan biasa dirumah sering temannya tersebut kenal karena berkumpul
anak-anak ngumpul akrab karena sering bersama
bergaul dirumah subjek
56 pembunuhan dan subjek mengakui kasus kasus teman akrab relevant relevant
perampokan kak itu 4 cs temannya ditahanan ditahanan dewasa
dewasa yaitu perampokan
dan pembunuhan
58 sekarang jarangmi sejak subjek mengakui betah merasa betah berada pengendalian diri kemampuan
pindah kamarka, dikamar terus setelah dikamar dan jarang terhadap situasi mengatasi stress
dikamarja terus pindah kamar jarang bergaul bersama teman
bergaul bersama dengan ditahanan dewasa
teman akrab ditahana setelah pindah kamar
190

dewasa
60 yah begitu-begituji kak, subjek mengakui kondisi kondisi permusuhan menunjukkan pertemanan
tetapji tidak saling dengan musuhnya belum sesama tahanan sikap
menyapa dan baku diam- ada perubahan dengan didalam lapas permusuhan
diam tetap bersikap saling tidak secara terbuka
menyapa dan saling
berdiam diri
62-63 oh ituji kak, temanku subjek mengakui teman merasakan lingkungan relasi sosial
yang diluar tidak yang berada diluar yang kekecewaan karena pertemanan
pernahka datang na sebelumnya juga pernah tidak diperlakukan
besuk, padahal mereka berada diposisinya merasa sesuai harapan oleh
yang sebelum- tidak diperlakukan sama teman yang pernah
sebelumnya juga pernah yang dulu pernah datang berada diposisi yang
masuk seringka datang membesuknya sama
besukki
65 jarang ma komunikasi subjek mengakui jarang komunikasi tidak kurang hubungan
berkomunikasi dengan berjalan lancar dengan berkomunikasi keluarga
orangtuanya orangtua
67 karena tidak mauma subjek mangakui tidak menginginkan ingin mandiri mandiri
tergantung sama ketidakinginannya untuk bergantung dengan tanpa bergantung
orangtua bergantung dengan orangtua kepada orangtua
orangtua
69 minggu lalu subjek mengakui dijenguk jadwal dibesuk terakhir irrelevant irrelevant
minggu lalu oleh kali oleh orangtua
orangtuanya
71 yang ke tiga yang laki-laki mengakui akrab dengan keakraban dengan hubungan hubungan
kakak laki-lakinya saudara kakak laki-laki keakraban antar keluarga
saudara
73-75 tidak kerjami kak, dulu subjek mengakui saudara saudara laki-laki yang irrelevant irrelevant
waktunya keluar dari sini laki-lakinya saat ini sudah tidak bekerja
ada om ku wakil kepala tidak memiliki pekerjaan
lapas di Jakarta juga, tapi
pensiunmi sekarang,
kakak ku mau daftar kerja
disana tapi tidak
diterimai. Jadi tidak
191

adami kerjanya sekarang


77 waktu bulan dua 2016 subjek mengaku kakak saudara laki-laki irrelevant irrelevant
laki-lakinya menjadi menjadi mantan
mantan narapidana waktu narapidana pada bulan
bulan dua 2016 dua 2016
79 kurang lebih jalan 5 bulan subjek mengaku saat ini memasuki masa lama masa persepsi terhadap
ma, salah itu bukan sudah menjalani masa tahanan 5 bulan tahanan yang realitas
tanggal 14 juli tapi 12. tahanan kurang lebih 5 terhitung tanggal 12 juli sementara
bulan dimulai dari tanggal dijalani
12 juli
81 deh tidak enak sekali subjek merasa tidak enak awal masuk lapas respon terhadap ketidaknyamanan
kurasa ketika awal masuk lapas merasa tidak nyaman kondisi realitas
83 kalau saya memang subjek mengakui bahwa kesulitan akrab dengan sulit gambaran positif
susahka akrab sama dirinya sulit akrab dengan oranglain mengakrabkan diri
orang, kecuali kalau oranglain diri
diajak pa cerita duluan
85 temannya kakak ku ini subjek mengaku merasa merasa akrab dan keakraban relasi sosial
yang kepala kamar ka toh nyaman dan bisa akrab nyaman dengan dengan oranglain
dengan kepala kamar seorang yang sudah
karena merupakan teman dikenali sebelumnya
kakak subjek
87 dewasa mi sebenarnya, subjek mengakui teman manipulasi usia di BAP irrelevant irrelevant
tapi di BAP nya diubah kakaknya yang juga
toh sebagai anak sebagai kepala kamar
selnya saat ini sudah usia
dewasa namun BAP
diubah sebagai anak
89 lebih bagus mengedar, subjek memilih mengedar memilih menjadi berniat untuk persepsi terhadap
bukan ji kita rusak orangji karena berpandangan pengedar daripada merusak realitas
yang rusak bahwa yang rusak orang menjadi pemakai
lain daripada merusak diri
sendiri
91 ie subjek mengakui mengedar sejak kelas 6 relevant relevant
mengedar dari kelas 6 SD SD
93 addehh, tidak bisa subjek mengakui tidak bisa pendapatan perhari relevant relevant
dihitung itu menghitung jumlah pasti
192

pendapatan sehari
95 5-6 juta minimal subjek mengakui jumlah pendapatan sehari penghasilan yang mandiri secara
minimal pendapatan mencapai minimal 5-6 diperoleh ekonomi
perhari adalah 5 hingga 6 juta
juta
97 dari sidrap, barang asli subjek mengaku mendapat wilayah yang penjangkauan persepsi terhadap
barang asli dari sidrap dijangkau guna jaringan realitas
mendapat barang
99-100 deh ie banyak sekalimi subjek mengakui saat ini banyak jenis narkoba relevant relevant
sekarang yang sudah banyak narkoba dengan campuran
campuran, kalau yang jenis campuran yang palsu palsu
asli dilidah itu deh tembus
ki dirasa, kalau palsu dia
tidak tembuski.

102 kakak ku ji, kan kakak ku subjek mengakui ditawari menjadi pengedar pengaruh persepsi
dulu pakai ki dia. pertama kali untuk ditawari oleh saudara saudara terhadap realitas
mengedar oleh kakaknya
yang juga sebagai
pemakai
104 tidak ku taumi ia diluar subjek mengakui tidak tidak mengetahui pasti irrelevant irrelevant
karena tidak pernahma tahu kakaknya masih pakai detail informasi
liatki pakai atau tidak diluar mengenai saudara
106 deh pastimi masih pakai subjek merasa masih yakin meyakini saudaranya keyakinan atas relevant
itu kak jika kakaknya masih masih memakai diri terhadap
memakai narkoba realitas oranglain
108 ie sepertinya begitu, subjek merasa kakaknya saudaranya meyakini realitas relevant
ketergantungan mi sudah ketergantungan ketergantungan
narkoba
110 tidak, setaunya itu dari subjek merasa orangtua yang tidak ketidaktahuan lingkungan
2016 karena dulu orangtuanya tidak mengetahui sejak orangtua keluarga
ditangkap waktu itu, jadi mengetahui bahwa ia kapan anaknya
na tau mi disitu mengedar sejak kelas 6 mengedar
SD, baru mengetahui
ketika tertangkap pada
2016 lalu
193

112 tidak bagaimana- subjek mengakui reaksi reaksi orangtua yaitu respon lingkungan
bagaimana ji, mau orangtua ketika hanya memarahi tanpa emosional keluarga
dibilang dimarahi, mengetahui bahwa ia memukul orangtua
dimarahi ji, tidak dipukul ji tertangkap karena
mengedar yaitu dimarahi
namun tidak sampai
dipukuli
114-115 tidak ji, seringji subjek mengakui tidak dinasehati oleh respon gambaran positif
dinasehati, bilang satu pernah dipukuli oleh orangtua tanpa emosional diri
kali dua kali kau lakukan orangtua namun hanya mendapat pukulan orangtua
itu memang tidak dinasehati
tertangkap ji, tapi pasti
akan tertangkap
117 tidak pernah kak, subjek mengakui kakaknya memiliki saudara pecandu yang persepsi terhadap
tertangkap saja tidak sebagai pengguna aktif pecandu yang tidak tidak direhab dan realitas
pernah tidak pernah direhabilitasi pernah direhab dan tertangkap
dan tertangkap ditangkap
119 karena na parangi tentara subjek mengakui kakaknya memiliki saudara yang irrelevant irrelevant
pernah tertangkap karena juga pernah menjadi
membacok seorang narapidana
tentara
121 22 tahun kalau tidak subjek mengaku usia memiliki saudara laki- irrelevant irrelevant
salah kakak laki-lakinya saat ini laki dengan usia 22
22 tahun tahun
123 tidak akrab untuk kedua- subjek mengaku tidak merasa akrab dengan menjalin hubungan
duanya, sama kakak ku ji akrab dengan kedua saudara laki-laki hubungan keluarga
orangtuanya dan lebih dibandingkan dengan keakraban dalam
akrab dengan kakaknya kedua orangtua keluarga
126-127 kakak ku paling sering subjek mengakui merasa memiliki saudara yang perhatian dari hubungan
datang besukka dan kakaknya yang paling memperhatikan dan kakak untuk keluarga
paling sering perhatikan sering datang membesuk menjaga adiknya
ka, na jagai sekali ka dan memperhatikan serta
karena banyak juga sangat menjaga adiknya
temannya didalam. memalui teman yang juga
berada didalam lapas
129 ie dari kecil akrab subjek mengakui sangat akrab dengan sudara relevant relevant
194

sekalima memang akrab dengan kakaknya dari kecil


sejak dari kecil
131-132 ie karena kakak ku subjek mengakui mudah akrab dengan orang kepercayaan relasi sosial
mentong pesan sama itu akrab dengan teman yang kepercayaan yang kepada oranglain
temannya bilang liat-liatki dikenali karena kakaknya dimiliki saudaranya
adekku itu. Jadi enakji menitip subjek ke teman
kurasa gampang ja yang juga berada didalam
langsung akrab lapas
134 ie subjek mengakui bahwa memiliki saudara yang irrelevant irrelevant
kakaknya masih hingga kini masih
mengkonsumsi memakai narkoba
136-137 dulu ji waktu pertama subjek mengakui pernah pernah mendapat relevant relevant
tertangkap di polsek datang dibesuk langsung besukan langsung oleh
sama di depsus, datang oleh bosnya saat bos, saat ini dilapas
na liatka, disini tidak tertangkap pertama kali, hanya dititipi oleh orang
pernah, paling menitip ji, namun saat masuk dilapas suruhan atau melalui
atau orang nasuruh kadang menitip oleh orang kakaknya
bawa, atau kakak ku suruhannya atau melalui
nasuruh kakaknya
139 ie subjek mengakui kalau ia memiliki bos yang irrelevant irrelevant
dan kakaknya satu bos sama dengan
saudaranya
141 tidak tau ini nanti, kalau
subjek merasa ragu untuk tidak meragukan diri untuk kemampuan orientasi terhadap
tidak ada uangku pastimi mengedar lagi, karena jika tidak mengedar jika mengendalikan realitas
mengedarka lagi tidak memiliki uang subjek suatu saat tidak diri mengedar
memastikan akan memiliki uang kembali
mengedar kembali
143 uang, makanan, hp juga, subjek mengakui bantuan bantuan yang diberikan relevant relevant
deh sebenarnya 3 mi hp bos berupa uang, oleh bos
ku sekarang makanan, dan saat ini
sudah memiliki hp
sebanyak 3
145 tidakji kak, karena subjek merasa merasa kasihan memiliki sikap gambaran diri
kukasihani ji orangtuaku, mengasihani orangtuanya dengan orangtua jika peduli terhadap positif
apalagi mau datang karena saat membesuk membesuk yang orangtua
kesini jauh sekali jarak wilayahnya yang jaraknya cukup jauh
195

cukup jauh
149-150 saya mau minta ? tidak subjek mengaku tidak terbiasa tidak meminta rasa tanggung mandiri
mungkin mi karena sudah enak minta uang dengan kepada orangtua jawab dan
terbiasa ma tidak orangtuanya karena sudah perkembangan
meminta uang kak toh, terbiasa tidak meminta kebiasaan yang
jadi tidak enakma kalau uang kepada orangtuanya baik
mau minta
152 ie tidak pernah ka minta, subjek mengakui tidak tetap diberikan uang relevant relevant
tapi seringja dikasih uang pernah meminta uang tapi oleh orangtua saat
kalau ke sekolah. orangtua sering akan kesekolah
memberikan uang saat ke meskipun tidak
sekolah meminta
154 deh itu saja pernah subjek mengakui orangtua terkejut irrelevant irrelevant
waktuku beli motor orangtuanya kaget saat dengan apa yang
kagetki bilang diamana mengetahui mendapatkan dihasilkan anaknya
ka ambil uang uang darimana untuk beli
motor
156 kan sudah ma tertangkap subjek memilih mengakui memilih jujur dengan sikap kemampuan
disitu, jadi bilang ma ke orangtuanya dan apa yang dilakukan penerimaan diri mengekspresikan
uang sabu-sabu ku mengatakan yang kepada orangtuanya yang baik emosi
heheh sebenarnya bahwa ia
menggunakan uang hasil
shabu-shabu saat
tertangkap pertama kali
158 lebih senang kalau sama subjek mengaku merasa mencari uang banyak bersikap realistis orientasi terhadap
teman foya-foya cari uang banyak untuk guna bersenang- dalam realitas
bersenang-senang atau senang dan berfoya- pengarahan diri
foya-foya bersama foya bersama teman
temannya
160 deh, lebih banyak musuh subjek merasa lebih memiliki lebih banyak sikap hubungan
banyak memiliki musuh musuh dibandingkan permusuhan pertemanan
dibandingkan teman teman secara terbuka
162 ie masih mauja kak lanjut subjek mengaku masih berkeinginan melanjutkan harapan
sekolah memiliki keinginan untuk melajutkan sekolah pendidikan
lanjut sekolah
196

164 Flaka, ganja, sinte’, subjek mengakui banyak jenis-jenis narkoba menjual beragam pengetahuan atas
banana speed. Pokoknya jenis-jenis narkoba yang yang pernah jual jenis narkoba diri sendiri
banyak sekali saya jual pernah dijual diantaranya
dulu. flaka, ganja, sinte’ dan
banana speed
166-167 dehh banyak mi, tapi subjek mengakui banyak yang telah efektifitas persepsi terhadap
sama ji, begitu ji lagi. temannya sudah banyak menjalani rehabilitasi rehabilitasi realitas
Direhab selama tiga yang menjalani rehabilitasi namun kembali relaps
bulan sampai 6 bulan, selama 3-6 bulan namun
pas keluar 1-2 minggu kembali relaps pasca
pakai ji lagi. rehab 1-2 minggu
169-170 aih, tidak. Pasti ini lebih subjek berpendapat bahwa memandang bahwa pandangan persepsi terhadap
banyak tertangkap orang nantinya yang lebih pemakai akan terhadap kondisi realitas
yang pakai dibandingkan banyak tertangkap adalah tertangkap lebih permasalahan
yang pengedar. Apalagi pemakai daripada banyak dibandingkan yang ada
Bandar-bandar besarnya. pengedar dengan kondisi pengedar
Susah ki didapat. bandar-bandar besar yang
susah ditangkap
197

Line Pernyataan Impresi Ide Utama Coding Tema


Number
2 orangtua ku ji kapan subjek mengaku yang yang menjamin yaitu dijamin orangtua dukungan sosial
menjaminnya adalah orangtua
orangtuanya
4 yah biasa-biasa ji subjek mengakui merasa biasa saja irrelevant irrelevant
perasaanya selama ini
biasa-biasa saja
6 pikirkan waktu diluar subjek mengakui memikirkan waktu relevant relevant
selama berada didalam berada diluar
lapas memikirkan
waktu diluar
8 ke blok dewasa ka diteman subjek mengakui menonton ketika tak kegiatan kemampuan
ku, nonton ja menonton di blok ada yang menghibur diri menghadapi
ketemannya ketika tak membesuknya stress
di besuk
10 tidakji, biasa ji subjek merasa biasa merasa biasa saja biasa saja ketika persepsi terhadap
saja melihat temannya ketika tak di besuk tak di besuk realitas
di besuk ketika tak ada
membesuknya
12 minggu lalu subjek mengakui seminggu yang lalu irrelevant irrelevant
terakhir kali di besuk terakhir di besuk
seminggu yang lalu

14 tidak tong ji ia, ku telpon- subjek mengakui untuk mendapatkan menjalin hubungan
telpon pi baru biasa datang harus menelepon besukkan harus komunikasi keluarga
dahulu untuk menelepon dahulu dalam keluarga
mendapatan besukkan
16 ada hp temanku didalam subjek mengakui teman memiliki telepon komunikasi
mempunyai teman handphone
yang memiliki
handphone
18-19 kakak ku ji yang paling sering subjek mengakui sering menghubungi menjalin hubungan
saya telpon, biasa kakakku ji sering menghubungi kakaknya agar komunikasi keluarga
juga yang menyampaikan kakaknya agar orangtuanya datang dalam keluarga
sama orangtua untuk datang orangtuanya datang dan membawakannya
198

besukka, datang mi biasa menjenguknya dan makanan


bawakan ka makanan apa kedatangan
orangtuanya akan
membawakannya
makanan
21-22 ih banyak, mau lanjut subjek mengakui ingin melanjutkan sekolah berharap untuk harapan
sekolah, mau diluar sama melanjutkan sekolah agar dapat berkumpul sekolah dan
teman, mau sama orangtua dan berkumpul dengan teman, berkumpul
dan sama-sama keluarga bersama teman, orangtua dan keluarga
orangtua dan keluarga
25 deh yang paling tidak enak subjek mengaku hal yang tidak situasi yang tidak persepsi terhadap
itu biasa kalau habismi nasi kehabisan nasi adalah mengenakkanadalah nyaman realitas
hal yang paling tidak kehabisan nasi
mengenakan
27 ie, biasa habis nasi, apalagi subjek mengaku terkadang tidak ketidaksesuaian persepsi terhadap
kalau malam terkadang kehabisan mendapatkan jatah harapan realitas
jatah makan ketika makan ketika makan
makan malam malam
29 temanku ji juga subjek mengaku jatah jatah makan malam di irrelevant irrelevant
makan malam di minta minta oleh temannya
oleh temannya
31 biasa di diminta sama blok subjek mengaku jatah makan di minta
dewasa meskipun setiap orang oleh blok dewasa
sudah memiliki jatah
makan tetapi blok
dewasa terkadang
meminta jatah
makannya
33 ie, 3 kali sehari pagi jam 10, subjek mengaku tugas yang melaksanakan kemandirian
sudah dhuhur, sama selesai memiliki tugas dilaksanakan subjek tugas dengan
sholat ashar mengambil makanan 3 baik
kali sehari dimulai dari
pagi jam 10 kemudian
setelah dhuhur dan
sholat ashar
199

36 tidak adaji kalau teman- subjek merasa teman- teman yang kematangan pertemanan
teman ku yang sekarang teman yang sekarang menyenangkan respon terhadap
menyenangkan oranglain
38 tidak adaji juga subjek mengaku pembina-pembina pembina yang persepsi terhadap
pembina-pembinannya menyenangkan disenangi realitas
meyenangkan
40 tidak pernah ji saya, karena subjek mengaku sifat sabar sikap sabar yang Gambaran diri
sabar-sabar ja saya, teman- memiliki sifat sabar dan menghindarkannya dari mempengaruhi positif
teman ku juga yang lain begitu juga teman- hukuman dan keadaan
temannya sehingga kekerasan
tidak pernah
mendapatkan hukuman
atau kekerasan
42 tidak adaji subjek mengakui tidak keadaan yang baik
memiliki pengalaman
tidak menyenangkan
44 subjek mengaku tidak jarang mendapat dukungan sosial
temannya hanya sekali mempermasalahkan besukan
datang bersama jika temannya datang
kakaknya dan tidak hanya sekali maupun
mempermasalkannya tidak datang
jika teman-teman yang
lain tidak membesunya
46 deh banyak, tapi tidak kupikir subjek mengaku tidak banyak musuh dan menunjukkan hubungan
ji juga ka tidak pentingji mempermasalahkan membuat tidak nyaman sikap pertemanan
jika memiliki banyak permusuhan
musuh dan
membuatnya tidak
nyaman
48 kalau diluar dulu jarang subjek mengakui rajin sholat setelah di menunjukan gambaran positif
sekali sholat, sekarang rajin sekarang rajin sholat tahanan perubahan diri diri
sholat. Itu ji semenjak di dalam yang baik
tahanan berbeda
dengan di luar dulu
yang jarang sholat
200

50 bagus ji kurasa subjek memberikan pembina mendapatan penilaian persepsi terhadap


penilian yang bagus penilaiannya yang terhadap realitas
kepada pembina bagus pembina
52 tidak ji, eh belumpi hehe subjek mengakui belum pernah persepsi terhadap
belum pernah mendapatkan hukuman realitas
mendapatkan hukuman di area lingkungannya
di area lingkungannya

54 tidak ada, saya ji sendiri subjek mengaku hanya dirinya yang sendiri kasus mandiri
diantara teman terjerat kasus narkoba narkoba
kamarnya hanya dia diantara teman
yang terjerat kasus sekamarnya
narkoba
200

Tabel 4. HASIL ANALISIS WAWANCARA PEMBINA


Identitas Diri

Nama : Ibu Sira


Jenis kelamin : Perempuan
Hari/tanggal wawancara : 15 Januari 2018
Tempat wawancara : Ruang Bimkemas, Lapas Makassar

Line Pernyataan Impresi Ide Utama Coding Tema


Number
8 saya sebagai pembina khusus Pembina khusus seorang pembina orang yang profile
wb anak disini warga binaan anak anak dilapas melakukan
di lembaga pembinaan
pemasyarakatan
10 saya sejak tahun 2016 jadi sudah menjadi pembina masuk menjadi telah menjadi profile
hampir setahun lebih disini anak sejak tahun Pembina tahun Pembina sejak
2016 2016 tahun 2016
12 oh iya, saya kenal sama mereka, mengakui mengenali mengenali kedua mengenal subjek
narapidana narkoba. kedua subjek HA subjek narapidana HA dan ZA
dan ZA yang narkoba
seorang narapidana
narkoba
15-19 oh yaa, kalau si Z dan H itu dia mengakui bahwa mengenali sosok menggambarkan gambaran diri
anaknya selama berada disini kedua subjek baik pribadi kedua sosok pribadi
baik kok, Z setau saya yang saya selama berada subjek subjek
kenal dia anak yang pendiam didalam lapas,
sekali, keseringan dikamar subjek Z dikenali
daripada berkeliaran dan sebagai pribadi yang
nongkrong atau ngumpul bareng pendiam sedangkan
teman-temannya, nah kalau si H subjek H merupakan
itu yang biasa aja sih, kalau saya pribadi yang mampu
melihatnya dia lumayan mampu menyesuaikan diri
201

menyesuaikan dengan dengan lingkungan


lingkungannya, tapi cukup meskipun cukup
pendiam juga sih, diantara pendiam dan sabar.
teman-temannya kalau saya
perhatikan saat berkumpul dia
yang paling sabar

21-22 kegiatan kerohanian seperti ngaji, mengakui adanya dilaksanakannya pelaksanaan kegiatan lapas
belajar juga setiap hari kecuali kegiatan kegiatan kegiatan
hari jumat dan minggu seperti keagamaan yang keagamaan keagamaan
biasa kayak disekolah hampir tiap hari
diikuti oleh anak
24 iya wajib diikuti sama semua mengakui bahwa kegiatan pelaksanaan kegiatan lapas
anak kegiatan keagamaan wajib kegiatan wajib
keagamaan wajib diikuti
diikuti oleh semua
anak
26-27 jarang sih ada yang tidak mau mengakui bahwa hampir semua keikutsertaan persepsi
ikut kegiatan, rata-rata mereka hanya sebagian anak didik anak didik dalam
ikut/paling tidak kalau sakit atau kecil anak didik yang mengikuti kegiatan, mengikuti
sedang tugas jaga kamar tidak ingin mengikuti rata-rata yang tidak kegiatan
kegiatan atau jika ikut memiliki alasan
tidak ikut ada alasan tertantu
tertentu yang
membuatnya tidak
ikut
29-31 ia jadi sanksinya itu berbentuk mengakui bahwa perilaku baik untuk prosedur
penilaian bahan laporan dari catatan perilaku baik menjadi mendaparkan
pengajar, jadi kalau misal ada akan menjadi pertimbangan remisi penilian
catatan perilaku baik, itu akan pertimbangan untuk remisi perilaku baik
dipertimbangkan untuk remisi menjadi
percepatan kebebasannya kan pertimbangan
ada absen juga kan yang
diberlakukan untuk melihat
keaktifan anak.
202

33-36 kalau soal perubahan sikap mengakui bahwa dalam proses perubahan yang proses pembinaan
sejauh ini dua anak tersebut tidak dalam proses pembinaan dan tidak signifikan
jauh berbeda, pastilah ada pembinaan dan pemantauan tidak dalam proses
perubahan walaupun tidak pemantauan ZA dan mengalami pembinaan dan
signifikan langsung berubah HA tidak mengalami perubahan yang dan pemantauan
100% bisa menjadi baik. Sejauh perubahan yang signifikan
ini mereka masih dalam proses signifikan dan
pembinaan dan pemantauan, sejauh ini mereka
kebiasaan-kebiasaan mereka mencerminkan sikap
sejauh ini mencerminkan sikap yang dinamis
mereka yang juga dinamis

mengakui jika emosi dengan kondisi kebutuhan akan dukungan social


38-39 yah, namanya juga anak kan yah, remaja belum begitu yang belum stabil dukungan dan
mereka juga sudah masuk stabil sehingga memerlukan perhatian
kategori remaja, nah emosinya memerlukan dukungan dan
kan masih begitu belum stabil, dukungan dan perhatian
maka dari itu mereka perlu perhatian yang lebih
dukungan dan perhatian yang
lebih

42-47 kalau setau saya dan yang saya mengakui jika orang perbedaan antara perbedaan komunikasi
perhatikan sejuah ini yang paling tua Z yang rutin Z dan H dalam komunikasi
baik sering datang dibesuk sama membesuk dan berkomunikasi dengan keluarga
orangtuanya itu si Z, komunikasi mereka memiliki kepada
sepertinya juga baik komunikasi yang keluarganya
kekeluarganya, dukungannya, baik berbeda
dibandingkan dengan si H dengan H sejauh ini
memang dia kalau bisa dihitung baru dua kali dapat
selama berada disini baru dua kunjungan dari
kali dapat kunjungan keluarga, keluarga dan
itupun ibunya sekali, dan mereka tidak
sepertinya tantenya atau memiliki komunikasi
neneknya kalau tidak salah yang yang baik
pernah datang membesuk,
kemudian komunikasinya tidak
203

begitu lancar juga begitupun


dengan dukungan keluarganya.

50-51 oh kalau itu saya tidak sampai mengakui jika tidak tidak ada perhatian tidak prosedur
sejauh itu memperhatikan siapa memperhatikan kepada siapa memperhatikan
temannya disini apalagi yang terhadap orang- pengunjung anak siapa yang dating
diluar yang biasa datang orang yang datang mengunjungi anak
membesuk membesuknya
54 bercerita sejauh ini itu anak-anak mengakui jika anak- anak-anak keterbukaan komunikasi
masih canggung sekali untuk anak memiliki rasa canggung dalam komunikasi masih
bercerita canggung untuk bercerita kurang
bercerita
57-58 oh kalau soal sanksi atau mengakui hanya pemberian proses pembinaan
hukuman tidak ada, paling akan memberikan peringatan dan
dikasih peringatan saja, jadi anak peringatan dan tidak tidak
tidak diapa-apakan. memberlakukan memberlakukan tidak diberlakukan
sanksi atau sanksi atau sanksi terhadap
hukuman hukuman anak

60 oh ia disini anak juga diajarkan mengakui anak- pemberian pembelajaran proses pembinaan
keterampilan, seperti buat anak diberikan keterampilan dalam
lampion dan lain-lain keterampilan berupa membuat lampion
membuat lampion dan keterampilan
dan lain-lain yang lain
62-63 tenaga pengajar yang selalu mengakui jika tidak ketidakdisplinan hambatan dalam system
terlambat datang, ketersediaan disiplinya tenaga tenaga pengajar pelaksanaan pemasyarakatan
tenaga pembina, belum ada pengajar dan belum dan ketersediaan pembinaan
fungsi rehabilitasi bagi mereka, memiliki tenaga pembina
pembinaan masih sama rata pembina sehingga
fungsi rehabilitasi
masih sama rata
204

65-68 kan tes urin itu dilakukan oleh mengakui jika tidak ada jaminan
penyidik dikepolisian dulu jadi didalam tahanan di dalam tahanan
mereka yang menentukan status tidak ada yang bisa terbebas dari
tersangka dia pemakai atau menjamin mereka peredaran narkoba
bukan, jadi disini sudah tidak untuk terbebas dari dan tes urin
dites urin kecuali saat mau narkoba tetapi dilakukan pada
bebas, juga didalam itu sejauh ini belum saat pada masa
sebenarnya tidak bisa dijamin terindikasi pembebasan
orang didalam pakai atau menggunkan
tidaknya, tapi sampai sejauh ini narkoba lagi dan tes
yang saya tahu, tidak ada yang urin akan dilakukan
terindikasi pakai lagi didalam. lagi pada saat
mereka akan bebas
karena tes urin
sudah pernah
dilakukan oleh
penyidik kepolisian

70 jadi anak itu jam 7 pagi sel mengakui jika sel waktu membuka jadwal
kamarnya dibuka, kalau tutup akan di buka pada sel dan menutup
sebelum sholat isya jam 7 pagi dan di sel
tutup sebelum sholat
isya
72-74 oh ia, itu sebenarnya juga mengakui jika peraturan larangan kedisplinan
menjadi kelemahan kami disini, fasilitas komunikasi tidak di patuhi
anak dan semua narapidana kan tidak tersedia karena fasilitas
tidak diperbolehkan bawa alat sehingga mereka komunikasi yang
komunikasi didalam, dulu melanggar tidak tersedia
disediakan, tapi sekarang sudah peraturan larangan
tidak ada fasilitas seperti itu lagi. dengan membawa
alat komunikasi
201

Tabel 5. KERANGKA TEORI PENYESUAIAN DIRI DAN HASIL ANALISIS SUBJEK


PENELITIAN

No. Jenis- Hasil wawancara kedua subjek


Jenis
Penyesuai
an diri
1. Personal Subjek 1 : “Di sini kalau subuh-subuh dikasih
bangun mki sholat, baru dikasih sarapan, sudah itu
adjusment apel jam 7 pagi terus dikasih tugas disuruh mki
membersihkan sampai jam 10 pagi, sudah itu waktu
ketemu pembesuk sampai jam 2, tapi biasa kalau
tidak adaji besukka saya dikamar atau diluar bergaul
sembarangji, tapi biasa saya dikamar ja saja
sampenya lagi malam. karena sudah itu tidak adami
dikerja, menurutku kak sebenarnya bagusji, diajarki
sholat, diajarki untuk bersih-bersih, kalau sakitki
biasa juga dikasih jki obat dari klinik tapi itumi bosan
tong jki ia begini.”…
(wwc1/S1HA/line31-36/12.12.2017)

“Bagusji kak, saya kira lapas itu mengerikanki.


Disiksa ki atau diapai ki, tapi ternyata tidak ji. Kadang
ji ji dimarahi ki kalau ada salahta, ituji biasa kepala
kamar ku. Sembarang-sembarang na lapor ke
penjaga jadi kadang dihukum mki lagi. Kalau
makanan enakji juga karena dikasih makan jki,biar
mamo itu itu terusji makanannya dikasihki. Bosan ki
tapi yah dinikmati mami. Itu ji pelayanan yang
kutau”…
(wwc1/S1HA/line79-83/12.12.2017)

“yang bikin ki tidak nyaman itu didalam yang pertama


banyak nyamuk, susah tidur, pikirkan kehidupan luar,
susah makan, itu juga saja mau sekali bebas untuk
ketemu keluarga” …
(wwc3/S1HA/line33-34/16.01.2018)

“itu saja besukan jarang datang, itu saja


pengalaman yang paling tidak
menyenangkan”…
(wwc2/S1HA/line133-134/29.12.2017)

“ie kak tidak ada, itu ji saja mengaji sama


dikelas atau perpustakaan baca-baca.” …
(wwc2/S1HA/line136/29.12.2017)

“Karena tidak tau apa mau dibikin didalam


kak, bosan tong ki ia hidup begitu-begitu
terus didalam, mau sekalika bebas kak”…
(wwc1/S1HA/ line103-104/12.12.2017)
202

”keluhannya itu, kalau malam mau sekali


keluar.”…
(wwc1/S1HA/ line26/12.12.2017)

“biasa mau nongkrong juga sama teman yang lain,


nonton”…
(wwc2/S1HA/ line28/29.12.2017)

“yah sembarangji dikerja kak, kayak mengaji


atau main gitar apa-apa saja.”…
(wwc2/S1HA/ line32/29.12.2017)

“kalau sekarang saya sudah merasa baikan,


karena sudah tidak pakai lagi”…
(wwc2/S1HA/ line127/29.12.2017)

“ituji kak, besukan karena kan selalu ada jam


besuk. Jadi kadang iri sama teman-teman
yang lain”…
(wwc2/S1HA/ line133-134/29.12.2017)

“pusing sekali kak”…


(wwc3/S1HA/ line10/29.12.2017)

“ie masih ji, enakji dan syukur sekali mi itu


karena masih dikasih ji makan”…
(wwc3/S1HA/ line45/16.01.2018)

“ie saya memang tidak ada nafsu makan”…


(wwc3/S1HA/ line47/16.01.2018)

“pernah,kayak hukuman yang tidak pantas


untuk diberikan buat anak” …
(wwc2/S1HA/line64/29.12.2017)

“kalau itu kan dari pribadi kita sendiri, tapi itu


saja seringki suka na suruh cepat masuk ke
dalam kamar sel”…
(wwc3/S1HA/ line61-62/16.01.2018)
"melebihi dari push up, kayak jalan jongkok,
sambil panas-panasan ke lapangan bola,
jadi begitu kita ini kayak ketakutan”…
(wwc3/S1HA/ line69-70/16.01.2018)

“Mau sekalika lagi sebenarnya kodong


kembali sekolah, tapi besar mki kak. Malu-
malu ma. Jadi saya pikir lebih baik cari
kerja"…
(wwc1/S1HA/line85-86/12.12.2017)
203

“Insyaallah tidak mi kak, tapi tidak ditau mi


juga ia lagi nanti setelah bebas. Namanya
pergaulan toh kak susah dihadapi. Kalau
saya tidak mauma ia pakai lagi”
…(wwc1/S1HA/line72-73/12.12.2017)

“Saya rasa sekarang saya lebih sopan,


lebih pendiam dan lebih tenang kak”…
(wwc1/S1HA/ line101/12.12.2017)

“Alhamdulillah sehat ma kak”…


(wwc1/S1HA/ line119/12.12.2017)

“Mauka sebenarnya kembali sekolah kak,


mau sekalika. Tapi bagaimana kak, umurku
tidak bisami kayaknya dan saya juga
kodong sudahka masuk penjara, mana ada
sekolah mau terimaka jadi siswanya. Jadi
kalau keluarka ini mending kerja ma lagi”…
(wwc1/S1HA/ line134-136/12.12.2017)

“Kalau rasa menyesal nda menyesal ja kak,


karena kurasa haruska bersyukur karena
masih bisaja bertahan hidup disini, kalau
merasa bersalah, ie merasaka bersalah
memang. Tidak saya tau haruska hidup
bagaimana kak, saya jalani saja. Karena
rasanya tidak adami harapanku hidup selain
pakai shabu-shabu dlu kak.”…
(wwc1/S1HA/ line121-124/12.12.2017)

“bisa mengaji, rajin sholat, rajin bangun,


sifat berubah menjadi lebih baik begitu, yah
lebih dewasa”…
(wwc3/S1HA/ line49-50/16.01.2018)

“Didalam selaluki diajarkan untuk sholat kalau


adzanmi dimasjid, semua harusmi ke masjid.
Setelah itu kalau mau tinggal mengaji,
mengajiki dimasjid. Saya biasa ji juga kalau
habis sholat tinggalka dulu mengaji...”
(wwc1/S1HA/ line93-95/12.12.2017)

“yah sholat dikamar saja kak.”…


(wwc2/S1HA/ line19/12.12.2017)

Subjek 2 : “Di sini kak sebenarnya bosan


sekali ma. Mau sekalima bebas. Makan tidur
ji dikerja, saya biasa dikamarja terus.
Jarangka keluar-keluar. Itupun kalau keluar
pas jam istirahat, saya pergi ditahanan
204

dewasa, ada teman akrabku disana empat


orang.”…
(wwc1/S1ZA/ line56-58/12.12.2017)

“Yang saya rasakan itu mi kak, bosan sekali.


Mau sekali ma bebas kodong”…
(wwc1/S1ZA/ line115/12.12.2017)

“Disini kak, pokoknya membosankan ki. Tapi


banyak ji sebenarnya kegiatan ia, tapi saya ji
memang yang tidak nyaman”…
(wwc1/S1ZA/ line72-73/12.12.2017)

“Ie jelasmi kak,karena tidak bisaki leluasa disini tapi


maumi diapa. Ada tong hikmahnya toh, bisa ditau
mana teman mana musuh”…
(wwc1/S1ZA/ line97-98/12.12.2017)

“Yah nda mauja kak rusak diriku, edede,


bahaya. Mending mengedar saja. Dapatki
uang yang lumayan banyak, sehari itu bisa
dapat kurang lebih 6 juta dan bisa disimpan-
simpan. Kalau pakai ki bisa-bisa habisji.” …
(wwc1/S1ZA/line34-36/12.12.2017)

“lebih bagus mengedar, bukan ji kita rusak


orangji yang rusak” …
(wwc2/S1ZA/line89/12.12.2017)

“dari sidrap, barang asli…”


(wwc2/S1ZA/line97/12.12.2017)

“kalau di berita acara penangkapan (BAP) itu


sebagai pemakai yang mengedar juga, kalau
tidak dimasukkan sebagai pemakai, dikira
nanti pengedar besar”…
(wwc2/S1ZA/line2-3/12.12.2017)

“dibantu toh sama penyidik”…


(wwc2/S1ZA/line10/12.12.2017)

“itu hari 1,1 gram harganya itu satu juta dua


ratus, tapi didalam BAP itu tidak segitu di
kasih masuk sedikitji, karena pas ditimbang
waktu pemeriksaan berkurangi, dikasih
hilangi sebagian barang buktinya”
(wwc2/S1ZA/line18-20/12.12.2017)

tidak tau ini nanti, kalau tidak ada uangku


pastimi mengedarka lagi”…
205

(wwc2/S1ZA/line141/29.12.2017)

“Main gitar sama main bola kak, tapi lebih


suka ka main gitar”…
(wwc1/S1ZA/ line105/12.12.2017)

“Ie kak, karena disiapkan ji disinil apangan


bola dan ada juga beberapa alat”..
(wwc1/S1ZA/ line104-105/12.12.2017)

“ke blok dewasa ka diteman ku, nonton ja” …


(wwc3/S1ZA/ line8/16.01.2018)

“kalau saya sebenarnya mau sekalika lagi


kembali sekolah kak, ahh tidak kak. Tidak
mauma mengedar, tapi belumpi ditau ia
bagaimana nantinya”…
(wwc1/S1ZA/ line78-80/12.12.2017)

“Karena bosan ma kak sekolah, seringka


dulu bolos sekolah, begitulah pergaulan.
Ditawarika juga untuk mengedar dulu,
tertarikma karena lumayan banyak uang bisa
dapat”…
(wwc1/S1ZA/ line11-12/12.12.2017)

“Disini biasa ja sholat kak, tapi kadang juga


kalau saya ada ditahanan dewasa sama
teman ku nongkrong, nda sadar lewat lagi
waktu.” …
(wwc1/S1ZA/ line82-83/12.12.2017)

“kalau diluar dulu jarang sekali sholat,


sekarang rajin sholat. Itu ji”…
(wwc3/S1ZA/ line48/16.01.2018)
2. Social Subjek 1 : “Tidak semuaji teman-temanku
diluar sana yang pakai, saya saja pakai
adjusment karena disuruh coba sama ada satu orang
memang temanku yang samaka biasa
pakai dan dia jual juga itu barang, tidak
semua ji temanku yang tahu kalau saya
pakai shabu-shabu.” …
(wwc1/S1HA/line20-22/12.12.2017)

“Tidak ada kak,sama semuaji teman-


temanku didalam. Tidak adaji yang akrab
sekalika. Itu saja dulu pertama masuk disini
tidak langsung kenal, hampir pi satu
minggu baru mauka cerita”…
(wwc1/S1HA/line60-61/12.12.2017)
206

Saya yang diajak duluan cerita kak. Terus


saya respon mi juga. Saya pendiam ka kak,
tidak bisaka langsung akrab sama orang.
jadi sampe sekarang suka jki baku cerita-
cerita dan bercanda-bercanda sesama
didalam.”…
(wwc1/S1HA/line64-65/12.12.2017)

“Cerita-cerita ji saja kak, atau bercanda


sama teman-teman saat jam istirahat”…
(wwc1/S1HA/line111/12.12.2017)

“Sama teman-teman ji kak, duduk-duduk


dan cerita-cerita kalau tidak ada besukan.
Karena saya jarangka ngumpul, kadang-
kadangji”…
(wwc1/S1HA/line117/12.12.2017)

“yah, ada kak. Tapi kan kalau masalah


tidak cocok yah sudah biasa kak.”…
(wwc2/S1HA/line36/29.12.2017)

“namanya jengkel sih yah, banyak. Biasa


kalau diam-diam na suka ka naganggui”…
(wwc3/S1HA/line36/16.01.2018)

“Itu ji kak, banyak teman-teman yang


pakaballisi-ballisi. Suka ki na ganggui. Itu
juga orang-orang tua didalam suka ki
suruh-suruh. Na marahi ki kalau tidak turuti”
…(wwc1/S1HA/line112-113/29.12.2017)

“Awalnya kagetji kak, sempatji marah, tapi


lama-lama tidakmi, malah sekarang baik ji
dan saya rasa didukung sekalika sama
mereka”…
(wwc1/S1HA/line107-108/12.12.2017)

“Kalau sama teman tidak adaji pengaruh


bagaimana-bagaimananya kak, kalau sama
keluarga jadi jarang sama-sama, saya
kayak menjauh begitu kak”…
(wwc1/S1HA/line127-128/12.12.2017)

“yah perhatiannya sih sudah cukup baik


namanya juga orangtua”…
(wwc2/S1HA/line94/29.12.2017)

tidak ada kak, kalau keluarga adaji pernah


tapi lama sekalimi lupa ma” …
207

(wwc2/S1HA/line87/29.12.2017)

Subjek 2 : “Yah biasa ji juga kak, nda


terlalu banyak temanku juga belah. Lebih
banyak musuh”…
(wwc1/S1ZA/line22/12.12.2017)

“Banyak teman biasa kak, nda terlalu


banyak teman dekat karena itumi lebih
banyak jadi musuhku”…
(wwc1/S1ZA/line24-25/12.12.2017)

“Tidak pernah kak, jangankan temanku


yang diluar mauka datang na liat. Yang
didalam sini saja saya tidak akrab. Karena
itumi kak saya bilang dimana-mana
musuh.” …
(wwc1/S1ZA/line5/12.12.2017)

“deh, lebih banyak musuh”…


(wwc2/S1ZA/line160/29.12.2017)

“Karena toh, memang dulu temanku ji


semua, tapi lama-lama berubah jadi musuh
karena biasa menjebak. Kalau ditangkap
mki toh, berusaha tong supaya saya juga
ditangkap”…
(wwc1/S1ZA/line27-28/12.12.2017)

“Karena dia selalu ki juga na lindungi dan


na uruskan segala hal kalau dalam
keadaan susahka. Seperti sekarang ini, di
sini ka tapi dia bantu juga urus selain
orangtuaku. Sering juga dia bawakanka
makanan.”…
(wwc1/S1ZA/line43-45/12.12.2017)

“Kalau sama keluarga tidak masalahji kak,


keluargaku selaluja na kasih dukungan
selama masukka dalam sini. Kalau sama
temanku berpengaruh sekali, contohnya
itumi saling tidak baku baik mi orang.”…
(wwc1/S1ZA/line108-110/12.12.2017)

“orangtua ku ji kapan”…
(wwc3/S1ZA/line2/16.02.2018)

“tidak apaji kak, eh pernahji datang satu kali


datang sama kakak ku”…
(wwc3/S1ZA/line44/16.02.2018)
208

Anda mungkin juga menyukai