Anda di halaman 1dari 65

materi78.co.

nr MAT 2

Logika Matematika
A. KALIMAT TERBUKA DAN PERNYATAAN (∀.x∈P)(∃.y∈Q)(p(x,y)) : Untuk setiap x pada P, ber-
hubungan dengan beberapa y pada Q,
Kalimat terbuka adalah kalimat yang tidak
sedemikian hingga x adalah kakak dari y.
mempunyai nilai kebenaran yang pasti.
Berarti, setiap anggota P adalah salah satu kakak
Contoh: Biarkan dia pergi!
dari anggota Q (Dita/Rina).
Kapan kau menemuinya?
Negasi (ingkaran) adalah lawan atau kebalikan
x + 1 > 0, x ∈ R
dari suatu pernyataan.
2+x=5
Negasi dilambangkan dengan ~p, dan dibaca
Pernyataan (proposisi) adalah kalimat tertutup
bukan atau tidak.
yang mempunyai nilai kebenaran benar/salah,
tidak keduanya pada saat yang bersamaan. Contoh:

Pernyataan dilambangkan dengan huruf kecil (p, p : Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta.
q, r, dst.) dan nilai kebenaran dilambangkan [τ(p) = B]
dengan τ(x), dengan B = benar, S = salah. ~p : Ibukota negara Indonesia bukan Jakarta.
Contoh: p : Hasil kali 5 dengan 6 adalah 30. [τ(~p) = S]
[τ(p) = B] q : 3 > 5 [τ(q) = S]
q : Seluruh bilangan prima adalah ~q : 3 ≤ 5 [τ(~q) = B]
ganjil. [τ(q) = S] r : x² = 25 [τ(r) = B]
r : 20 + 3 > 1 [τ(r) = B] ~r : x² ≠ 25 [τ(~r) = S]
s : x2 – x + 2 < 0. [τ(s) = S] Tabel kebenaran:
B. KUANTOR DAN NEGASI p ~p q ~q r ~r
Kuantor adalah simbol yang melambangkan B S S B B S
kalimat terbuka dalam semesta pembicaraan
C. PERNYATAAN MAJEMUK
pernyataan.
Pernyataan majemuk adalah dua buah
Kuantor terbagi menjadi dua:
pernyataan atau lebih yang dihubungkan dengan
1) Kuantor universal (∀)
operasi logika matematika.
Menyatakan adanya ‘seluruh’ atau ‘setiap’
Operasi logika matematika antara lain:
hal yang terdapat dalam pernyataan.
konjungsi (Λ), disjungsi (V), implikasi (→), dan
∀x.p : semua x bersifat/berlaku bagi p. biimplikasi (↔).
a. Bernilai benar jika tidak ditemukan
Nilai kebenaran pernyataan majemuk biasanya
nilai x yang membuat p salah.
dituliskan dalam tabel kebenaran.
b. Bernilai salah jika ditemukan x
D. KONJUNGSI & DISJUNGSI
yang membuat p salah.
Konjungsi menyatakan hubungan ‘p
2) Kuantor eksistensial (∃)
dan/meskipun/tetapi/walaupun q’, dan
Menyatakan hanya adanya ‘beberapa’ atau
dilambangkan dengan Λ.
‘sebagian’ hal yang terdapat dalam
pernyataan. Nilai konjungsi bernilai benar jika kedua
pernyataan benar (B Λ B).
∃x.p : ada/beberapa x bersifat/berlaku bagi p.
Tabel kebenaran:
a. Bernilai benar jika ditemukan nilai
x yang membuat p benar. p q pΛq

b. Bernilai salah jika tidak ditemukan B B B


x yang membuat p benar. B S S
Contoh: S B S
P = {Adi, Ida, Rani} S S S
Q = {Dita, Rina} Contoh:
p(x,y) = “x adalah kakak y” p : Hari ini hujan. [τ(p) = B]
q : Hari ini berangin. [τ(q) = B]
p Λ q : Hari ini hujan dan berangin. [τ(p Λ q) = B]

LOGIKA MATEMATIKA 1
materi78.co.nr MAT 2
Disjungsi menyatakan hubungan ‘p atau q’, dan p q rangkaian pVq
dilambangkan dengan V. 1 1 tertutup 1
Nilai disjungsi bernilai salah jika kedua 1 0 tertutup 1
pernyataan salah (S V S). 0 1 tertutup 1
Tabel kebenaran: 0 0 terbuka 0
p q pVq Analogi rangkaian listrik dari pernyataan logika
B B B matematika:
B S B Contoh pernyataan:
S B B [p V (q Λ r )] Λ [s V t]
S S S
Contoh: p s
p : 5 + 10 = 20. [τ(p) = S]
q : 20 bukan bilangan genap. [τ(q) = S]
q r t
p V q : 5 + 10 = 20 atau 20 bukan bilangan
genap. [τ(p V q) = S]
Disjungsi terdiri dari dua: E. IMPLIKASI
1) Disjungsi inklusif, yaitu disjungsi yang biasa Implikasi menyatakan hubungan ‘jika p maka q’
digunakan, dimana kemungkinan benar ada atau ‘q jika p’, dan dilambangkan dengan →.
tiga, yaitu hanya p yang benar, hanya q yang Pernyataan jika (p) dari implikasi disebut
benar, atau benar kedua-duanya.
hipotesis/premis, sedangkan pernyataan maka
p q pVq (q) dari implikasi disebut konsekuen/kesimpulan.
B B B Nilai implikasi bernilai salah jika hipotesis
B S B benar namun konsekuennya salah (B → S).
S B B Tabel kebenaran:
S S S
p q p→q
2) Disjungsi eksklusif, yaitu disjungsi yang B B B
bernilai benar jika hanya ada salah satu B S S
pernyataan yang benar, dilambangkan S B B
dengan ⊕ atau ⊻. S S B
p q p⊻q Contoh:
B B S p : Hari ini mendung. [τ(p) = B]
B S B q : Hari ini tidak akan hujan. [τ(q) = S]
S B B p → q : Jika hari ini mendung maka hari
S S S ini tidak akan hujan. [τ(p Λ q) = S]
Macam-macam implikasi:
Konjungsi dan disjungsi dapat dianalogikan ke 1) Konvers, merupakan kebalikan dari implikasi
dalam rangkaian listrik. biasanya.
Rangkaian listrik seri bersifat konjungsi, karena p→q menjadi q→p
jika seluruh elemen terhubung (B Λ B), maka 2) Invers, merupakan implikasi yang kedua
barulah arus listrik akan mengalir (B). pernyataannya dinegasikan.
Rangkaian listrik paralel bersifat disjungsi, p→q menjadi ~p → ~q
karena apabila seluruh elemen tidak terhubung (S 3) Kontraposisi, merupakan kebalikan dari
V S), maka arus listrik akan terputus (S). implikasi biasa yang kedua pernyatannya
p q rangkaian pΛq dinegasikan.
1 1 tertutup 1 p→q menjadi ~q → ~p
1 0 terbuka 0 p q ~p ~q p → q q → p ~p →~q ~q →~p
0 1 terbuka 0 B B S S B B B B
0 0 terbuka 0 B S S B S B B S
S B B S B S S B
S S B B B B B B

LOGIKA MATEMATIKA 2
materi78.co.nr MAT 2
F. BIIMPLIKASI DE MORGAN
Bimplikasi menyatakan hubungan ‘p jika dan ~(p Λ q) ≡ ~p V ~q
hanya jika q’ atau ‘jika p maka q dan jika q maka ~(p → q) ≡ p Λ ~q
p’, dan dilambangkan dengan ↔.
~(p V q) ≡ ~p Λ ~q
Biimplikasi bernilai benar jika kedua
~(p ↔ q) ≡ ~p ↔ q ≡ p ↔ ~q
pernyataan bernilai sama (X ↔ X).
~(∃.p) ≡ ∀.(~p)
Tabel kebenaran:
~(∀.p) ≡ ∃.(~p)
p q p↔q
B B B IMPLIKASI
B S S p → q ≡ ~p V q
S B S p → q ≡ ~q → ~p
S S B
q → p ≡ ~p → ~q
Contoh:
p : Hari ini tidak hujan. [τ(p) = S] p ↔ q ≡ (p → q) Λ (q → p)
q : Hari ini tidak mendung. [τ(q) = S] Contoh:
p ↔ q : Hari ini tidak hujan jika dan hanya Buktikan bahwa ~(p ↔ q) ekuivalen dengan p ↔
jika hari ini tidak mendung. [τ(p Λ q) = B] q dengan tabel kebenaran dan aljabar logika
G. EKUIVALENSI DAN ALJABAR LOGIKA matematika!
MATEMATIKA Dengan tabel kebenaran
Ekuivalensi dua pernyataan majemuk dapat ~ p ↔ q p ↔ q
dicari menggunakan tabel kebenaran dan aljabar S B B B B B B
logika matematika, dan dilambangkan dengan ≡. B B S S B S S
Jenis-jenis tabel kebenaran dari hasil akhir nilai B S S B S S B
kebenarannya:
S S B S S B S
1) Tautologi, hasil akhirnya benar semua.
(2) (1) (3)
2) Kontradiksi, hasil akhirnya salah semua.
Dengan aljabar logika matematika
3) Kontingensi, hasil akhirnya ada yang benar
= ~(p ↔ q) De Morgan
dan ada yang salah.
= ~[(p → q) Λ (q → p)] sifat implikasi
Aljabar/sifat dalam operasi logika matematika:
= ~[(~p V q) Λ (~q V p)] De Morgan
IDEMPOTEN INVOLUSI
= ~(~p V q) V ~(~q V p) De Morgan
pΛp≡p ~(~p) ≡ p
= (p Λ ~q) V (q Λ ~p) distributif
pVp≡p
IDENTITAS = [(p Λ ~q) V q] Λ [(p Λ ~q) V ~p] distributif
p Λ (B) ≡ p = [(p V q) Λ (~q V q)] Λ [(p V ~p) Λ (~q V ~p)]
KOMPLEMEN
p V (B) ≡ (B) P (B) (B) P
p Λ ~p ≡ (S)
p Λ (S) ≡ (S) komplemen lalu identitas
p V ~p ≡ (B)
p V (S) ≡ p = (p V q) Λ (~q V ~p) sifat implikasi
= (~p → q) Λ (q → ~p) pengertian biimplikasi
ABSORPSI KOMUTATIF
= ~p ↔ q ekuivalen
p Λ (p V q) ≡ p pΛq≡qΛp
p V (p Λ q) ≡ p pVq≡qVp

ASOSIATIF
p Λ (q Λ r) ≡ (p Λ q) Λ r
p V (q V r) ≡ (p V q) V r

DISTRIBUTIF
p Λ (q V r) ≡ (p Λ q) V (p Λ r)
p V (q Λ r) ≡ (p V q) Λ (p V r)

LOGIKA MATEMATIKA 3
materi78.co.nr MAT 2
H. PENARIKAN KESIMPULAN Contoh:
Kesimpulan dikatakan sah apabila: Jika A berteman dengan B, maka A tidak berteman
Premis 1 :a dengan C. C berteman dengan D atau C tidak
berteman dengan A. Jika A berteman dengan D, maka
Premis 2 :b
C tidak berteman dengan D. Diketahui A berteman
∴c
dengan D.
logis bila (a Λ b) → c nilai akhirnya tautologi.
Jawab:
Tiga rumus logis premis-premis:
Analogi:
1) Modus Ponen
p = “A berteman dengan B”
Premis 1 :p→q
q = “A berteman dengan C”
Premis 2 :p
r = “C berteman dengan D”
∴q
s = “A berteman dengan D”
Jika p terjadi maka q terjadi, dan p terjadi
Pernyataan:
lagi, maka dipastikan q terjadi.
1) p → ~q
2) r V q ≡ ~r → q
2) Modus Tollen
3) s → ~r
Premis 1 :p→q
4) s
Premis 2 : ~q
Kesimpulan:
∴ ~p
s → ~r ~r → q p → ~q
Jika p terjadi maka q terjadi, namun q
s ~r q
sebenarnya tidak terjadi, maka dipastikan p
tidak terjadi. ∴ ~r (Ponen) ∴ q (Ponen) ∴ ~p (Tollen)
3) Silogisme Jadi, kesimpulannya adalah, A tidak berteman dengan
B.
Premis 1 :p→q
Premis 2 :q→r
∴p→r
Jika p terjadi maka q terjadi, dan jika q terjadi
maka r terjadi, maka dipastikan jika p terjadi
maka r terjadi juga.

LOGIKA MATEMATIKA 4
materi78.co.nr MAT 2

Statistika
A. PENDAHULUAN Diagram lingkaran (sudut atau presentase)
Statistika adalah ilmu yang mempelajari
NILAI MATEMATIKA
pengambilan, penyajian, pengolahan, dan
penafsiran data. 56 60 65 70 75
Data terdiri dari dua jenis, yaitu data kualitatif 80 85 90 100
(sifat) dan data kuantitatif (angka).
B. PENYAJIAN DATA 8% 10%
Penyajian data terdiri dari dua: 7%
18%
1) Penyajian data tunggal
10%
2) Penyajian data kelompok
Data tunggal dapat disajikan dalam bentuk: 10%
Berjajar 15%
56 60 65 75 75 70 75 12%
10%
70 70 70 70 85 85 80
70 60 56 85 85 80 100
90 90 90 90 90 90 65 Diagram batang-daun
80 90 100 65 65 80
56 56 60 75 80 100 5 6666

Tabel distribusi frekuensi 6 0005555


Nilai Frekuensi
56 4 7 0000005555
60 3 8 000005555
65 4
70 6 9 0000000
75 4
10 000
80 5
85 4 Data tunggal dapat diubah penyajiannya
90 7 menjadi data kelompok, dengan cara berikut:
100 3 1) Penentuan range/jangkauan data.
x maks = data terbesar
Diagram batang
R = x maks – x min x min = data terkecil
R = 100-44 = 56
NILAI MATEMATIKA
2) Penentuan banyak kelas/kelompok data
8
yang akan dibuat.
6
n = banyak data
4 k = 1 + 3,3.log n k = 1 + 3,3.log40
2 k = 1 + 5,28 = 6,28 ≈ 6

0 3) Penentuan panjang atau lebar kelas/


56 60 65 70 75 80 85 90 100 kelompok, yaitu interval data dari tiap
kelompok.
Diagram garis
R c = 56 : 6
NILAI MATEMATIKA c= c = 9,33 ≈ 9
k
8
6
4
2
0
56 60 65 70 75 80 85 90 100 95 100

STATISTIKA 1
materi78.co.nr MAT 2
Setelah dihitung, data majemuk dapat disajikan Ogif positif
dalam bentuk: Data yang digunakan untuk ogif positif berasal
Tabel distribusi frekuensi kumulatif/kelompok dari tabel distribusi kumulatif kurang dari
Nilai Frekuensi dengan tambahan tepi bawah dari kelas
56-64 7 3+4 terendah. Ciri dari ogif positif adalah grafiknya
4+6 menaik.
65-73 10
74-82 9 4+5
NILAI MATEMATIKA
83-91 11 4+7
45
92-100 3 40
Unsur-unsur dalam penyajian data majemuk 35
berdasarkan pendekatan t.d. frekuensi kumulatif: 30
25
1) Batas bawah (BB), merupakan nilai terkecil
20
dalam suatu interval.
15
2) Batas atas (BA), merupakan nilai terbesar 10
dalam suatu interval. 5
Contoh: Pada interval 65-73, batas bawah adalah 0
65 dan batas atas adalah 73. 55,5 64,5 73,5 82,5 91,5 100,5
3) Nilai tengah interval, dengan rumus:
Ogif negatif
BB + BA (65 + 73) Data yang digunakan untuk ogif negatif berasal
M= M= = 69
2 2 dari tabel distribusi kumulatif lebih dari
dengan tambahan tepi atas dari kelas tertinggi.
4) Tepi bawah, dengan rumus:
Ciri dari ogif negatif adalah grafiknya menurun.
TB = BB – 1/2 ketelitian data TB = 65 – ½.1
TB = 64,5 NILAI MATEMATIKA
5) Tepi atas, dengan rumus: 45
40
TA = BA + 1/2 ketelitian data TA = 73 + ½.1
TA = 73,5 35
6) Panjang kelas, merupakan panjang interval 30
kelas dengan rumus: 25
20
c = 73,5 – 64,5 15
c = TA - TB c=9
10
Bentuk lain tabel distribusi frekuensi kelompok: 5
T.d. frekuensi kumulatif kurang dari (≤) 0
55,5 64,5 73,5 82,5 91,5 100,5
Nilai yang digunakan adalah tepi atas tiap kelas.
Nilai F. Kumulatif Histogram (diagram batang)
≤64,5 7 Data yang diperlukan histogram adalah tepi atas
≤73,5 17 7 + 10 dan tepi bawah tiap kelas.
≤82,5 26 17 + 9 NILAI MATEMATIKA
≤91,5 37 26 + 11 11
≤100,5 40 37 + 3 10
9
T.d. frekuensi kumulatif lebih dari (≥) 8
7
Nilai yang digunakan adalah tepi bawah tiap kelas.
6
Nilai F. Kumulatif 5
≥55,5 40 4
≥64,5 33 40 - 7 3
2
≥73,5 23 33 - 10
1
≥82,5 14 23 - 9 0
≥91,5 3 14 - 11 55,5 64,5 73,5 82,5 91,5
100,5

STATISTIKA 2
materi78.co.nr MAT 2
Poligon frekuensi (diagram garis) Modus adalah data yang paling sering muncul
Data yang diperlukan poligon frekuensi adalah dari seluruh data yang ada setelah diurutkan.
nilai tengah dari tiap kelas, dan nilai tengah satu Contoh: Pada data berikut,
kelas sebelum dan sesudah data kelas yang ada. 1, 2, 3, 3, 3, 4, 5 modusnya 3.
1, 1, 2, 2, 3, 3, 4 modusnya 1, 2 dan 3.
NILAI MATEMATIKA
1, 1, 2, 2, 3, 3 modusnya tidak ada.
12
Kuartil adalah batas-batas nilai yang terdapat
10 pada data apabila sekelompok data telah
8 diurutkan dan dibagi menjadi 4 bagian (3 batas).
Kuartil terbagi menjadi tiga:
6
a. Kuartil bawah (Q1), adalah nilai tengah data
4 pada pertengahan data pertama.
2 b. Kuartil tengah/median (Q2), adalah nilai
tengah seluruh data.
0
51 60 69 78 87 96 105 c. Kuartil atas (Q3), adalah nilai tengah data
pada pertengahan data terakhir.
C. PENGOLAHAN DATA TUNGGAL Kuartil tengah/median dapat ditentukan
Pengolahan data tunggal terdiri dari: dengan rumus:
a. Ukuran pemusatan data, terdiri dari mean, Data ganjil
modus, dan kuartil. (mediannya terletak pada satu data)
b. Ukuran penyebaran data (dispersi), terdiri
n+1
dari range, hamparan, simpangan kuartil, Q2 = x ke
2
langkah, pagar luar, pagar dalam, simpangan
rata-rata, ragam, dan simpangan baku. Data genap

D. PEMUSATAN DATA TUNGGAL (median terletak di antara dua data)

Mean adalah nilai rata-rata hitung seluruh data 1 n n


Q2 = [(x ke )+ (x ke +1)]
yang ada. 2 2 2

Σ xi Σ xi .fi xi = data Kuartil atas dan kuartil bawah dapat


x̄ = = n = banyak data ditentukan dengan rumus:
n Σ fi fi = frekuensi data
Data ganjil
Mean juga dapat dicari dengan nilai rata-rata
sementara. 1 3
Q1 = x ke (n+1) Q3 = x ke (n+1)
4 4
Σ di Σ di .fi
x̄ = x̄s + = x̄s + Data genap
n Σ fi
1 3
x̄s = rata-rata sementara, diambil dari salah satu data Q1 = x ke (n+2) Q3 = x ke (n+2) - 1
4 4
di = selisih data dengan rata-rata sementara (x̄i – x̄s)
Batas-batas nilai lain yang memiliki konsep
Contoh:
sama dengan kuartil:
Dari data berikut: 114, 114, 115, 117, 117, 117,
a. Desil, membagi data menjadi 10 bagian (9
119, 120, 121, 125, tentukan mean!
batas) dengan desil ke 5 sebagai median.
114+114+115+…+125
x̄ = = 117,9
10 i(n + 1)
Misalnya jika rata-rata sementara yang dipilih Di = x ke
10
adalah 117, maka:
b. Persentil, membagi data menjadi 100
-3 -3 -2 0 0 0 +2 +3 +4 +8
114 114 115 117 117 117 119 120 121 125 bagian (99 batas), dengan persentil ke 50
sebagai median.
-3-3-2+0+0+0+2+3+4+8
x̄ = 117 +
10
9
i(n + 1)
x̄ = 117 + = 117,9 Pi = x ke
10 100

STATISTIKA 3
materi78.co.nr MAT 2
Statistik lima serangkai adalah penyajian data Jika suatu data berada di luar pagar, maka data
berupa diagram garis-kotak atau tabel yang tersebut tidak normal atau menyimpang
memuat data kuartil, batas bawah, dan batas atas. (sangat berbeda dari data yang lain).
Diagram garis-kotak Simpangan rata-rata adalah penyebaran dari
nilai rata-rata.
+
Σ |xi -x̅ | Σ |xi -x̅|.fi
SR = =
n Σ fi
xmin Q1 Q2 Q3 xmaks
Ragam/varian adalah jumlah kuadrat dari
Tabel deviasi nilai-nilai data terhadap rata-rata.
Q2
Σ (xi -x̅ )2 Σ (xi -x̅)2 .fi
Q1 Q3 R = S2 = =
n Σ fi
xmin xmaks
Simpangan baku/standar deviasi adalah akar
E. PENYEBARAN DATA TUNGGAL
kuadrat dari ragam yang menunjukkan
Qd homogenitas kelompok.
L
2
H Σ (xi -x̅)2 .fi
S = √R = √Σ (xi-x̅ ) =√
n Σ fi
R
Pd Pl Makin kecil nilai simpangan baku maka datanya
data xmin Q1 Q2 Q3 xmaks data makin homogen.
tidak tidak Pada pengolahan data tunggal, jika setiap data
data normal
normal normal dikali/dibagi a dan/atau ditambah/dikurang b:
Range adalah jangkauan dari seluruh data. 1) Ukuran pemusatan data berubah sesuai
urutan perubahan data yang terjadi.
J = x maks – x min Contoh:
Hamparan adalah jangkauan antarkuartil yang Jika setiap data berikut: 2, 2, 4, 4, 6, 7, 8, 10
merupakan selisih kuartil atas dengan kuartil ditambah satu, kemudian dikali dua, maka
bawah. rata-ratanya menjadi?
Pembuktian:
H = Q3 – Q 1 Rata-rata awal:
2+2+4+4+6+7+8+10
Simpangan kuartil adalah setengah dari x̄ = = 5,375
8
hamparan. Perubahan data menjadi:
2, 2, 4, 4, 6, 7, 8, 10
Qd = 1/2 H
3, 3, 5, 5, 7, 8, 9, 11 ditambah 1
Langkah adalah satu setengah kali dari 6, 6, 10, 10, 14, 16, 18, 22 dikali 2
hamparan. Rata-rata setelah perubahan:
6+6+10+10+14+16+18+22
L = 3/2 H x̄’ = = 12,75
8
Nilai rata-rata 12,75 didapat dari:
Pagar dalam adalah satu langkah dibawah
x̄’ = (x̄ + 1) x 2 = (5,375 + 1) x 2
kuartil bawah.
x̄’ = 12,75
Pd = Q 1 - L 2) Ukuran penyebaran data selain ragam
hanya berubah sesuai perubahan
Pagar luar adalah satu langkah di atas kuartil dikali/dibagi.
atas. Contoh:
Jika setiap data berikut: 2, 2, 4, 4, 6, 7, 8, 10,
Pl = Q 3 + L
a. Jika dikali 2
Pagar dalam dan pagar luar berfungsi sebagai b. Jika dikali 2 kemudian ditambah 2
patokan untuk menyatakan suatu data normal c. Jika ditambah 1 kemudian dikali 4
atau tidak normal. maka jangkauan masing-masingnya adalah?

STATISTIKA 4
materi78.co.nr MAT 2
Pembuktian: 2) Metode simpangan
Range awal:
Σ di .fi
J = 10 – 2 = 8 x̄ = x̄s +
Σ fi
a. Perubahan: 4, 4, 8, 8, 12, 14, 16, 20,
J’ = 20 – 4 = 16 x̄s = rata-rata sementara, diambil dari salah satu
nilai tengah kelas
(didapat dari J’ = 2J) di = selisih nilai tengah tiap kelas dengan rata-
b. Perubahan: 6, 6, 10, 10, 14, 16, 18, 22, rata sementara (x̄i – x̄s)
J’ = 22 – 6 = 16 3) Metode coding
(didapat dari J’ = 2J)
di Σ μi .fi
c. Perubahan: 12, 12, 20, 20, 28, 32, 36, 44, μi = x̄ = x̄s + .c ui = kode kelas i
c Σ fi c = panjang kelas
J’ = 44 – 12 = 32
(didapat dari J’ = 4J) Modus terletak pada kelas/interval dengan
3) Untuk ragam, hanya berubah sesuai frekuensi terbanyak.
perubahan dikali/dibagi, namun faktornya Modus dapat dicari:
dikuadratkan terlebih dahulu sebelum
S1
dikali/dibagi. Mo = TB + ( ).c
S1 +S2
Contoh:
Jika setiap data berikut: 5, 5, 8, 9, 14, 16, 20, TB = tepi bawah kelas modus
dikali dua, maka ragamnya menjadi? S1 = selisih frekuensi dengan kelas sebelum kelas modus
S2 = selisih frekuensi dengan kelas sesudah kelas modus
Pembuktian: c = panjang kelas
Rata-rata awal:
Median, kuartil, desil, persentil terletak pada
5+5+8+9+14+16+20
x̄ = = 11 kelas yang merupakan batas dari kuartil, desil
7
atau persentil tersebut.
Ragam awal:
Cara menentukan batas kuartil, desil dan
(5-11)2 +(5-11)2 +(8-11)2 +…+(20-11)2
R= persentil sama dengan caradata tunggal.
7
62 +62 +32 +22 +32 +52 +92 200 Median dapat dihitung dengan rumus:
R= =
7 7
1
Perubahan data menjadi: n - fkq
2 2
Q2 = T B + .c
5, 5, 8, 9, 14, 16, 20 fq
2
10, 10, 16, 28, 32, 40 dikali 2
TB = tepi bawah kelas median
Rata-rata setelah perubahan:
fkq = frekuensi kumulatif kelas sebelum kelas median
x̄’ = 2x̄ = 22 fq = frekuensi kelas median
Ragam setelah perubahan: Kuartil dapat dihitung dengan rumus:
(10-22)2 +(10-22)2 +(16-22)2 +…+(40-22)2
R’ = i
7 n - fkq
4 i
122 +122 +62 +42 +62 +102 +182 800 Qi = T B + .c
R’ = = fq
7 7 i

(didapat dari R’ = (2)2R) TB = tepi bawah kelas Qi


fkq = frekuensi kumulatif kelas sebelum kelas Qi
F. PENGOLAHAN DATA MAJEMUK fq = frekuensi kelas Qi
Pengolahan data majemuk pada dasarnya sama
Desil dapat dihitung dengan rumus:
dengan data tunggal namun memiliki cara yang
berbeda untuk menghitungnya. i
n - fkdi
10
G. PEMUSATAN DATA MAJEMUK Di = TB + .c
fdi
Mean dapat dihitung dengan tiga cara:
1) Metode biasa TB = tepi bawah kelas Di
fkd = frekuensi kumulatif kelas sebelum kelas Di
Σ xi .fi fd = frekuensi kelas Di
x̄ = xi = nilai tengah tiap kelas
Σ fi

STATISTIKA 5
materi78.co.nr MAT 2
Persentil dapat dihitung dengan rumus: Simpangan rata-rata dapat dirumuskan:

i Σ |xi -x̅|.fi
n - fkp SR = xi = nilai tengah tiap kelas
100 i
Pi = T B + .c Σ fi
fp
i
Ragam dan simpangan baku dapat dihitung
TB = tepi bawah kelas Pi dengan cara:
fkp = frekuensi kumulatif kelas sebelum kelas Pi
fp = frekuensi kelas Pi
1) Metode biasa
Ragam
Daerah batasan selain kuartil, desil dan persentil
dapat ditentukan melalui persamaan: Σ (xi -x̅)2 .fi
R = S2 =
Σ fi
x - fks
N = TB + .c
fk Simpangan baku
N = nilai tertinggi dari x data yang pertama
TB = tepi bawah kelas batasan Σ (xi -x̅)2 .fi
x = banyak data daerah sebelum N
S = √R = √
Σ fi
fks = frekuensi kumulatif kelas sebelum kelas batasan
fk = frekuensi kelas batasan 2) Metode simpangan
Contoh: Ragam
Diketahui nilai ulangan Matematika suatu kelas:
Nilai Jumlah murid
Σ di 2 .fi Σ di .fi 2
R = S2 = -( )
60-64 3
Σ fi Σ fi
65-69 4 Simpangan baku
70-74 6
75-79 2 Σ di 2 .fi Σ di .fi 2

80-84 20 S = √R = √ −( )
Σ fi Σ fi
85-89 5
Ternyata, guru Matematika kelas tersebut 3) Metode coding
menyatakan 45% murid di kelas tersebut lulus Ragam
ulangan. Tentukan KKM untuk lulus!
Σ μ 2 .f Σ μ .f 2
Jawab: R = S2 = [ Σ if i - ( Σ if i) ].c
i i
Sementara, kita anggap batas nilai terendah
untuk lulus adalah nilai tertinggi dari murid yang Simpangan baku
tidak lulus.
Jumlah murid tidak lulus = 55% x 40 = 22 murid Σ μi 2 .fi Σ μi .fi 2

Berarti, batasan terletak pada nilai 80-84. S = √R = √[ - ( ) ] .c


Σ fi Σ fi
22-15
N = 79,5 + x5
20
N = 79,5 + 1,75 = 81,25
H. PENYEBARAN DATA MAJEMUK
Range dapat dirumuskan:

J = x maks – x min

Hamparan dapat dirumuskan:

H = Q3 – Q1

Simpangan kuartil dapat dirumuskan:

Qd = 1/2 H

STATISTIKA 6
materi78.co.nr MAT 2

Baris dan Deret


A. POLA BILANGAN Deret atau jumlah n suku pertama [Sn]
Pola bilangan adalah suatu susunan/baris 1
bilangan yang memiliki keunikan membentuk Sn =
2
n(2a + (n - 1)b)
suatu pola yang teratur.
Contoh pola bilangan: 1
Sn =
2
n(a + Un)
1) Pola bilangan ganjil
1, 3, 5, 7, 9, …
Sn = n(Ut)
2) Pola bilangan genap
2, 4, 6, 8, 10, … Jika baris aritmetika disisipkan k buah bilangan,
3) Pola persegi/kuadrat akan terbentuk baris aritmetika baru.
1, 4, 9, 16, 25, … BA : U1 b Ut Un
4) Pola persegi panjang b’

2, 6, 12, 20, 30, … BA’ : U1 O O O Ut O O O Un


5) Pola segitiga k bilangan
Perubahan yang terjadi:
1, 3, 6, 10, 15, …
1) Suku pertama, tengah dan akhir sama
6) Bilangan Fibonacci
dengan barisan sebelumnya.
Tambah dua suku sebelumnya.
2) Banyak suku baru menjadi
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, …
7) Segitiga Pascal n’ = n + (n – 1)k
Tambah dua suku diatasnya.
3) Beda baris baru menjadi
1
1 1
b
1 2 1 b’ =
1 3 3 1 k+1
1 4 6 4 1
Persamaan yang dapat diturunkan:
B. BARIS DAN DERET ARITMETIKA
Sn' n'
Baris aritmetika adalah barisan bilangan yang =
Sn n
mempunyai selisih dua suku yang berurutan
selalu tetap. C. BARIS DAN DERET GEOMETRI
1, 2, 3, 4, 5, 6, … beda 1 tiap suku Baris geometri adalah barisan bilangan yang
3, 7, 11, 15, 19, … beda 4 tiap suku mempunyai perbandingan/rasio dua suku yang
90, 87, 85, 82, 79, … beda -3 tiap suku berurutan dan selalu tetap.
Rumus-rumus baris aritmetika: 2, 4, 6, 8, 10, … rasio 2
Beda [b] 60, 30, 15, 7.5, … rasio ½
dimana a ≠ 0
b = Un – U(n-1)
Rumus-rumus baris geometri:
Rumus suku ke-n [Sn] Rasio [r]
a = U1 = suku pertama Un
Un = a + (n - 1)b n = banyak bilangan r=
U(n - 1)
b = beda suku

Sn = jumlah n suku pertama dimana r ≠ -1 ≠ 0 ≠ 1


Un = Sn – S(n-1) S(n-1) = jumlah n-1 suku Rumus suku ke–n [Un]
pertama
a = U1 = suku pertama
Rumus suku tengah [Ut] (n – 1) n = banyak bilangan
Un = a.r
Berlaku untuk banyak bilangan ganjil. r = rasio suku

1 1 Sn = jumlah n suku pertama


Ut = (a + Un) t= (n + 1) Un = Sn – S(n-1) S(n-1) = jumlah n-1 suku
2 2
pertama

BARIS DAN DERET 1


materi78.co.nr MAT 2
Rumus suku tengah [Ut]
Berlaku untuk banyak bilangan ganjil.

1
Ut = √a.Un t= (n + 1)
2

Deret atau jumlah n suku pertama [Sn]

a.(rn -1) a.(1 - rn )


Sn = Sn =
r-1 1-r

Jika baris geometri disisipkan k buah bilangan,


akan terbentuk baris geometri baru.
BG : U1 r Ut Un
r’

BG’ : U1 O O O Ut O O O Un
k bilangan
Perubahan yang terjadi:
1) Suku pertama, tengah dan akhir sama
dengan barisan sebelumnya.
2) Banyak suku baru menjadi

n’ = n + (n – 1)k

3) Rasio baris baru menjadi


k genap

k+1
r’ = √r

k ganjil

k+1 k+1
r’ = √r atau r’ = - √r

D. BARIS GEOMETRI TAK HINGGA


Baris geometri tak hingga adalah baris
geometri yang sukunya dapat mencapai
mendekati tak hingga.
Baris geometri tak hingga (BGTH) dibagi
menjadi:
1) Baris geometri tak hingga divergen
Nilai sukunya membesar, tidak memiliki limit
jumlah, rasio r < -1 atau r > 1 (bukan
pecahan).
2) Baris geometri tak hingga konvergen
Nilai sukunya mengecil, memiliki limit
jumlah, rasio -1 < r < 1 dan r ≠ 0 (pecahan).
Baris geometri tak hingga yang dapat dihitung
adalah BGTH konvergen, karena memiliki suku
yang nilainya mendekati nol.
Limit jumlah [S∞] BGTH konvergen dapat
dihitung:

a
S∞ =
1-r

BARIS DAN DERET 2


materi78.co.nr MAT 2

Invers dan Komposisi Fungsi


A. INVERS FUNGSI Fungsi kuadrat: f(x) = x2 – 6x – 7, x ≥ 3
Invers fungsi (f-1(x)) adalah kebalikan dari fungsi f-1(x2 – 6x – 7) = x y = x2 – 6x – 7
f(x) yang juga merupakan sebuah fungsi. x2 – 6x = y + 7
Syarat agar suatu fungsi memiliki invers: (x -3)2 – 9 = y + 7
a. f(x) harus merupakan fungsi bijektif. x – 3 = ± √y+16
b. Grafik fungsi tidak boleh membalik. x = 3 ± √y+16
Contoh invers fungsi dari berbagai cara
karena x ≥ 3, maka f-1(x) = 3 + √x+16
penyajian fungsi:
Fungsi polinomial: f(x) = x3 +2
1) Diagram panah
f-1(x3 +2) = x y = x3 +2
Dapat dilakukan dengan membalik arah
x3 = 2 - y
panah.
3
Contoh: x = 3√2 - y f-1(x) = √2 - x
Fungsi akar: f(x) = √2x - 5
A B
f-1(√2x - 5) = x y = √2x - 5
h
1● ●a y2 = 2x – 5
2● ●b 2x = y2 + 5
3● ●c
y2 + 5 x2 + 5
4● ●d x= f-1(x) =
2 2
Fungsi logaritma: f(x) = 2log(x-3) – 4
A B f-1(2log(x -3) – 4) = x
h-1 y = 2log(x -3) – 4
1● ●a
2● ●b y + 4 = 2log(x -3)
3● ●c 2y + 4 = x – 3
4● ●d x = 2y + 4 + 3 f-1(x) = 2x + 4 + 3
Fungsi eksponen: f(x) = 3x+1 – 5
2) Pasangan berurutan f-1(3x+1 – 5) = x y = 3x+1 – 5
Berlaku: Df = Rf-1
y + 5 = 3x+1
Rf = Df-1 3
log(y + 5) = x + 1
Contoh:
x = 3log(y + 5) – 1 f-1(x) = 3log(x + 5) – 1
f = {(1, 5)(2, 8)(3, 10)(4, 13)}
4) Grafik
f-1 = {(5, 1)(8, 2)(10, 3)(13, 4)}
Invers f-1(x) pada grafik adalah sebuah garis
3) Rumus fungsi yang simetris terhadap f(x) pada cermin y =
Berlaku: f(x) = a, maka inversnya: x.
f-1(a) = x Grafik yang memiliki invers fungsi adalah
Contoh: grafik yang jika dibuat garis mendatar hanya
Tentukan invers dari fungsi berikut! memotong satu titik saja.
Fungsi linear : f(x) = 2x + 1
f-1
f-1(2x +1) = x y = 2x + 1 y=x
y-1 x-1
x= , maka f-1(x) =
2 2
3-x f
Fungsi pecahan: f(x) = , x ≠ - 5/2
2x + 5
3-x 3-x
f-1( )=x y=
2x + 5 2x + 5
2xy + 5y = 3 – x
2xy + x = 3 - 5y
x(2y + 1) = 3 – 5y
3 - 5y 3 - 5x
x= f-1(x) =
2y + 1 2x + 1

FUNGSI 1
materi78.co.nr MAT 2
B. KOMPOSISI FUNGSI b. g∘f∘g(3)
Komposisi fungsi (o) adalah kejadian dimana = g(f(g(3)))
fungsi f yang memetakan anggota x ke y, = g(f(2(3) + 2)) = g(f(8))
dilanjutkan oleh fungsi g yang memetakan y ke z. = g(√8 - 4) = g(2)
x y z = 2(2) + 2 = 6
f g
C. SIFAT DAN ALJABAR FUNGSI
1● ●a● Sifat-sifat invers dan komposisi fungsi:
●d
2● ●b●
●e (f-1)-1 = f
3● ●c● Involusi

f∘I = I∘f = f
g∘f Identitas
f∘f-1 = f-1∘f = I = x
f(x) = y atau f = {(x, y)}
g(y) = z atau g = {(y, z)} Tidak
f∘g ≠ g∘f
komutatif
sehingga, g∘f(x) = g(f(x)).
atau g∘f = {(x, z)} Asosiatif (f∘g∘h) = ((f∘g)∘h) = (f∘(g∘h))
Penulisan komposisi fungsi:
(f∘g)-1 = g-1∘f-1
g∘f(x) dibaca f dilanjutkan g Invers
dapat ditulis gf(x) atau g(f(x)). komposisi (f∘g∘h)-1 = h-1∘g-1∘f-1
Pada komposisi fungsi:
Jika f∘g = h, maka:
1) Irisan daerah hasil fungsi f dengan daerah
asal fungsi g bukan himpunan kosong. f = h∘g-1 g = f-1∘h

2) Daerah asal fungsi komposisi g∘f adalah Lain-lain Jika f∘g∘h = k, maka:
daerah asal fungsi f. f = k∘(g∘h)-1 g = f-1∘k∘h-1
3) Daerah hasil fungsi komposisi g∘f adalah
daerah hasil fungsi g. h = (f∘g)-1∘k
Komposisi fungsi dalam berbagai penyajian
Sifat-sifat aljabar fungsi:
data:
1) Penjumlahan
1) Pasangan berurutan
Jika diketahui: (f+g)(x)= f(x)+g(x) Df ∩ Dg= Df+g
f = {(1, 2)(2, 3)(3, 4)(4, 1)}
g = {(1, 3)(2, 2)(3, 1)(4, 4)} 2) Pengurangan
Maka Rg = Df. Tentukan:
(f-g)(x)= f(x)-g(x) Df ∩ Dg= Df-g
f∘g = {(1, 4)(2, 3)(3, 2)(4, 1)}
g∘f = {(1, 2)(2, 1)(3, 4)(4, 3)} 3) Perkalian
f∘g∘f = {(1, 3)(2, 2)(3, 1)(4, 4)}
2) Rumus fungsi (f.g)(x)= f(x).g(x) Df ∩ Dg= Dfg
Jika diketahui:
4) Pembagian
x + 2, jika x < -1
f(x) = x2 – 3, jika -1 ≤ x < 4 f f(x)
(g)(x)=
√x - 4, jika x ≥ 4 g(x)
g(x) = 2x + 2
Tentukan: Df ∩ Dg = Df/g g(x) ≠ 0
a. f∘f∘f∘f(5)
= f(f(f(f(5))))
= f(f(f(√5 - 4))) = f(f(f(1)))
= f(f(12 – 3)) = f(f(-2))
= f(-2 + 2) = f(0)
= 02 – 3 = –3

FUNGSI 2
materi78.co.nr MAT 2

Fungsi
A. PENDAHULUAN h = {(2, 1)(2, 2)(3, 2)(4, 4)} (bukan fungsi)
Relasi adalah suatu hubungan perkawanan Dh = {2, 3, 4}

antara daerah asal dan daerah kawan. Ch = {1, 2, 4}


Rh = {1, 2, 4}
Fungsi (pemetaan) adalah relasi yang
memasangkan setiap anggota daerah asal 3) Rumus fungsi
dengan tepat satu anggota daerah kawan. Dituliskan dalam bentuk:
Istilah-istilah dalam fungsi: f:xda atau f(x) = a
1) Daerah asal/domain (Df) 4) Grafik fungsi
2) Daerah kawan/co-domain (Cf) Pada grafik, sumbu x merupakan domain,
3) Daerah hasil/range (Rf) dan sumbu y merupakan kodomain.
Bentuk penyajian relasi dan fungsi: Grafik yang merupakan fungsi adalah grafik
yang tidak membalik sejajar sumbu x (kanan
1) Diagram panah
atau kiri).
A B
f Df = {1, 2, 3, 4} h(x) g(x)
1● ●a
Cf = {a, b, c, d} f(x)
2● ●b
3● ●c Rf = {a, b, c, d}
4● ●d

A B
g
Dg = {1, 2, 3, 4}
1● ●a
2● ●b Cg = {a, b, c, d}
3● ●c Rg = {a, b, c}
4● ●d 3
bukan fungsi
2
A bukan fungsi B

1● ●a -3
2● ●b
3● ●c
4● ●d Grafik di atas bukan fungsi, karena grafik
membalik, sehingga ada dua titik yang
memiliki nilai x (domain) yang sama.
A bukan fungsi B
B. JENIS-JENIS FUNGSI
1● ●a Jenis fungsi secara umum:
2● ●b
1) Fungsi injektif (satu-satu)
3● ●c
4● ●d Merupakan fungsi yang anggota ko-
domainnya hanya mempunyai satu pasangan
2) Pasangan berurutan dari anggota domain.
f = {(1, a)(2, b)(3, c)(4, d)} A B
Df = {1, 2, 3, 4} f
Cf = {a, b, c, d} 1● ●a
Rf = {a, b, c, d} 2● ●b
g = {(1, a)(2, b)(3, c)(4, c)} 3● ●c
●d
Dg = {1, 2, 3, 4}
Cg = {a, b, c}
Pada grafik, fungsi injektif adalah fungsi yang
Rg = {a, b, c}
grafiknya tidak membalik.

FUNGSI 1
materi78.co.nr MAT 2
2) Fungsi surjektif/onto 3) Fungsi linear
Merupakan fungsi yang seluruh anggota ko- Fungsi dengan pangkat terbesar satu.
domainnya terpasang dengan anggota f(x) = ax + b Df: x ϵ R
domain (Rf = Cf).
A B f

1● f
●a
2●
●b
3●
●c
4●

Pada grafik, fungsi surjektif adalah fungsi 4) Fungsi kuadrat


yang grafiknya tidak berujung. Fungsi dengan pangkat terbesar dua.
3) Fungsi bijektif (korespondensi satu-satu) f(x) = ax2 + bx + c Df: x ϵ R
Merupakan fungsi injektif dan fungsi surjektif. f
A B
f
1● ●a
2● ●b
3● ●c
4● ●d
5) Fungsi pecahan
Pada grafik, fungsi bijektif adalah fungsi yang Fungsi dengan bentuk pecahan.
grafiknya tidak membalik dan tidak berujung. a
f(x) = b≠0
4) Fungsi into b
Bukan fungsi injektif, surjektif maupun 6) Fungsi polinomial dan eksponen
bijektif. Fungsi dengan x berpangkat atau pangkat
Pada grafik, fungsi into adalah fungsi yang yang mengandung x.
grafiknya membalik dan berujung. f(x) = axn xϵR
x+b
Jenis fungsi lain menurut rumus beserta domain f(x) = a xϵR
alaminya: 7) Fungsi akar kuadrat
1) Fungsi identitas (I) Fungsi dengan bentuk akar kuadrat.
I = f(x) = x Df: x ϵ R f(x) = √a a≥0
8) Fungsi logaritma
Fungsi dengan x yang berada dalam bentuk
f logaritma.
f(x) = alog c a≠1≠0 c>0
9) Fungsi bersyarat
y=x
Rumus fungsi tiap nilai x berbeda-beda.
x2 + 1, jika x ≥ 2
f(x) = 2x – 5, jika -1 ≤ x < 2 xϵR
3
2) Fungsi konstan x , jika x < -1
f(x) = k Df: x ϵ R 10) Fungsi modulus
Fungsi dengan x yang berada dalam tanda |x|
(mutlak).
f(x) = |a| xϵR
k f -a, jika a < 0
f(x) =
a, jika a ≥ 0
g(x) = |a| + b
-a + b, jika a < 0
g(x) =
a + b, jika a ≥ 0

FUNGSI 2
materi78.co.nr MAT 2
Fungsi tangen
f f(x) = tan x xϵR

11) Fungsi tangga 90 270 360


Merupakan fungsi yang grafiknya berbentuk 0 180
interval-interval yang sejajar/tangga.
Merupakan nilai bilangan bulat terbesar
sebelum harga di dalam tanda ||x||. Fungsi cosecan
Contoh: f(x) = cosec x xϵR
Jika f(x) = ||x||, maka:
f(1,20) = 1 f(4) = 4
f(-2,35) = -3 f(3,9) = 3
f(x) = ||a||
-2, jika -2 ≤ x < -1 1
0 180 360
-1, jika -1 ≤ x < 0
f(x) =
0, jika 0 ≤ x < 1 -1
1, jika 1 ≤ x < 2
Fungsi secan
f f(x) = sec x xϵR

1
0 180
360
-1
12) Fungsi trigonometri (dipelajari di Matematika 3)
Fungsi sinus
f(x) = sin x xϵR Fungsi cotangen
f(x) = cot x xϵR

180
0 360

-1
360
Fungsi cosinus 0 180
f(x) = cos x xϵR

Domain alami dan range fungsi berbeda-beda


1
tiap fungsi.
180 Domain alami dan range dapat ditentukan dari
0 360 ketentuan dari masing-masing jenis fungsi,
sehingga tidak terbentuk bilangan tidak
-1
terdefinisi, tak terhingga atau imajiner.

FUNGSI 3
materi78.co.nr MAT 2
2
Contoh: b + 4b + 4
f(b) = 4 ( ) – 4b - 8 +16
Tentukan domain alami dan range fungsi berikut: 4
x+4 f(b) = b2 + 4b + 4 – 4b - 8 + 16
a. f(x) = b. f(x) = x2 + 4x - 1
x-3 f(b) = b2 + 12, jadi f(x) = x2 + 12
Jawab: Soal 5: Jika f(5 – x ) = 55 – 20x + 2x4, tentukan f(x)!
2 2

a. Df : x – 3 ≠ 0, jadi x ≠ 3 Kita harus menyamakan domain dengan kodomain:


x+4
Rf : f(x) = y = 5 – x2 = 55 – 20x2 + 2x4
x-3
xy – 3y = x + 4 (5 – x2)2 = 55 – 20x2 + 2x4 dipangkat 2
2 2 2 4
xy – x = 3y + 4 2(5 – x ) = 55 – 20x + 2x dikali 2
2 2 2 4
x(y - 1) = 3y + 4 2(5 – x ) + 5 = 55 – 20x + 2x ditambah 5
3y +4 sehingga kedua ruas sama.
x= , jadi y ≠ 1
y-1 Dengan mengubah 5 – x2 menjadi x, maka:
b. Df : x ϵ R f(x) = 2x2 + 5
b 4 D. FUNGSI GENAP DAN GANJIL
x=- = x = -2 (titik puncak)
2a -2(1)
Suatu fungsi disebut fungsi genap apabila:
Rf: f(x) = y = (-2)2 + 4(-2) – 1 = -5
grafik terbuka ke atas, jadi y ≥ -5  Nilai f(-x) = f(x).
 Fungsi dengan x berpangkat genap.
C. NILAI FUNGSI
 Fungsi dengan grafik simetris terhadap
Nilai fungsi dapat dicari dengan mengganti
sumbu y.
variabel domain dengan harga lain.
 Fungsi trigonometri berupa cosinus,
Karena domain merupakan x, maka seluruh
secan, dan cotangen.
rumus fungsi yang mengandung variabel x juga
diubah menjadi harga yang sesuai dengan x2 + 1
Buktikan bahwa f(x) = adalah fungsi genap!
pengganti domain. x2 – 5

Soal 1: Tentukan nilai fungsi dari f(x) = x2 - 9 (1)2 + 1 2 1


f(1) = = =-
(1)2 – 5 -4 2
berikut:
(-1)2 + 1 2 1
a. x=2 f(2) = 22 - 9 f(-1) = = = -2
(-1)2 – 5 -4
f(2) = -5 Suatu fungsi disebut fungsi ganjil apabila:
b. f(3 – x) f(3 - x) = (3 - x)2 – 9
 Nilai f(-x) = -f(x).
f(3 – x) = 9 - 6x + x2 – 9
 Fungsi dengan x berpangkat ganjil.
f(3 – x) = x2 – 6x
 Fungsi dengan grafik simetris terhadap
Soal 2: Tentukan nilai fungsi dari g(x) = 2x - 3√x
titik pusat.
berikut!
 Fungsi trigonometri berupa sinus, cosecan
a. g(8) g(8) = 2(8) – 3√8 dan tangen.
g(8) = 16 – 3.2√2
Buktikan bahwa f(x) = 3x – x3 adalah fungsi ganjil!
g(8) = 16 - 6√2
f(1) = 3(1) - (1)3 = 2
2
b. g(x ) g(x2) = 2(x2) – √x2 f(-1) = 3(-1) - (-1)3 = -2
g(x2) = 2x2 – x Fungsi dapat bukan merupakan fungsi genap
Soal 3: Jika f(x) = x2+5, dan nilai f(a - 1) = 14, maupun fungsi ganjil apabila:
tentukan a!
 Nilai f(-x) ≠ f(x).
f(a - 1) = (a – 1)2 + 5 = 14
 Nilai f(-x) ≠ -f(x).
a2 - 2a + 1 + 5 = 14
a2 - 2a – 8 = 0 (a + 2) (a - 4) = 0 Buktikan bahwa fungsi berikut bukan fungsi
genap maupun ganjil!
a = -2 V a = 4
2
a. f(x) = x3 – x2 b. f(x) = |2x + 4| + 5
Soal 4: Jika f(2x – 2) = 4x - 8x + 16, tentukan f(x)!
Jawab:
Kita gunakan permisalan:
a. f(1) = (1)3 – (1)2 = 0
b+2
2x – 2 = b x= f(-1) = (-1)3 – (-1)2 = -2
2
b+2 2 b+2
b. f(1) = | 2(1) + 4 | + 5 = 11
Maka: f(b) = 4 ( ) –8( ) + 16 f(-1) = | 2(-1) + 4 | + 5 = 7
2 2

FUNGSI 4
materi78.co.nr MAT 2

Program Linear
A. PENDAHULUAN Persamaan 1 dan 2
Program linear adalah suatu program untuk
menyelesaikan permasalahan yang batas- y≥0
batasannya berbentuk sistem pertidaksamaan
linear dua variabel (SPTLDV).
Program linear mempelajari empat hal utama:
1) Menggambar daerah penyelesaian (DP) dari
PTLDV atau SPTLDV.
x≥0
2) Menentukan PTLDV atau SPTLDV dari daerah
penyelesaian.
3) Menentukan nilai optimum (nilai maksimum
Persamaan 3
dan minimum) pada daerah penyelesaian.
2x + 5y = 10
4) Menyelesaikan masalah mengenai optimasi
yang berkaitan dengan program linear. x 0 5
y 2 0
B. MENENTUKAN DAERAH PENYELESAIAN
Daerah penyelesaian merupakan himpunan
penyelesaian (nilai benar) dari PTLDV atau
SPTLDV.
Daerah penyelesaian dapat dibuktikan melalui
pendekatan grafik pada bidang kartesius.
Langkah menentukan DP: 2
1) Tentukan dua buah titik sembarang dari
5
pertidaksamaan.
2) Tarik garis sehingga kedua titik terhubung 2x + 5y ≥ 10
dan membagi bidang kartesius menjadi dua
bagian. Uji nilai untuk koordinat (0, 0)

3) Periksa/uji nilai titik di salah satu bagian 2(0) + 5(0) = 10


yang telah terbagi tadi, dengan memasukkan 0 = 10 pernyataan awal adalah ≥, maka daerah
nilai x dan y titik ke pertidaksamaan. tempat titik yang diuji nilai bernilai salah.
4) Jika daerah yang terdapat titik yang diuji Persamaan 4
nilainya bernilai benar, maka itulah daerah 4x + y = 8
penyelesaian. x 0 2
Jika tidak, maka daerah penyelesaiannya y 8 0
berada di bidang lawannya.
5) Jika pertidaksamaan mempunyai sama
dengan, maka titik-titik pada garis juga
8
merupakan daerah penyelesaian.
Jika pertidaksamaan tidak mempunyai sama
daerah penyelesaian
dengan, maka titik-titik pada garis bukan
daerah penyelesaian.
Contoh:
Tentukan daerah penyelesaian dari SPTLDV
berikut ini: 2
x ≥ 0 …(1)
y ≥ 0 …(2) Uji nilai untuk koordinat (0, 0)

2x + 5y ≥ 10 …(3) 4(0) + (0) = 10

4x + y > 8 … (4) 0 = 10 pernyataan awal adalah >, maka daerah


tempat titik yang diuji nilai bernilai salah.

PROGRAM LINEAR 1
materi78.co.nr MAT 2
C. PERSAMAAN GARIS D. MENENTUKAN SPTLDV DARI DAERAH
Persamaan garis dapat dibentuk dari suatu garis PENYELESAIAN
pada bidang kartesius. Cara menentukan PTLDV dan SPTLDV dari grafik
1) Garis yang melewati satu titik daerah penyelesaian:
1) Jumlah garis pembatas daerah penyelesaian
adalah jumlah SPTLDV.
(a, b) 2) Tentukan semua persamaan garis dengan
y – b = m(x – a)
rumus-rumus pada pembahasan sebelumnya.
3) Uji nilai titik di salah satu bagian yang
dibagi garis untuk menentukan tanda
2) Garis yang memotong sumbu x dan
pertidaksamaan yang tepat.
sumbu y
Contoh:
Tentukan pertidaksamaan-pertidaksamaan yang
(0, b) memenuhi daerah penyelesaian berikut ini!

1
2
(a, 0)

3
2
bx + ay = ab
daerah
3) Garis yang melewati dua titik sembarang penyelesaian
3
(x2, y2) 4 1
y - y1 x - x1
= 4 8 12
y2 - y1 x2 - x1
(x1, y1)
-4
4) Dua garis yang sejajar
Garis 1
-4x + 8y = -4. 8
x – 2y =8
Uji titik koordinat untuk (0, 0) (daerah benar)
(0) – 2(0) = 8
(m, n) 0 = 8, tandanya adalah ≤ dan titik berada di daerah
benar, maka
x – 2y ≤ 8
5) Dua garis yang tegak lurus Garis 2 (tegak lurus dengan garis 1)
Tentukan titik potongnya terlebih dahulu dengan
garis 1 (diketahui x = 12)
x - 2y = 8
12 – 2y = 8
y =2 berpotongan pada (12, 2), maka
2x + y = 2. 12 + 1. 2
(q, r) 2x + y = 26
Uji titik koordinat untuk (0, 0) (daerah benar)
2(0) + (0) = 26
0 = 26, tandanya adalah ≤ dan titik berada di daerah
benar, maka
2x + y ≤ 26

PROGRAM LINEAR 2
materi78.co.nr MAT 2
Garis 3 (berpotongan dengan garis 2)
Tentukan titik potongnya dengan garis 2 (diketahui
y = 12) D
6
2x + y = 26
2x + 12 = 26 5 daerah penyelesaian
C
x = 7 berpotongan pada (7, 12), dan ada
titik pada 0, 0, maka 3
12x + 7y = 0 B
Uji titik koordinat untuk (1, 0) (daerah benar) A
12(1) + 7(0) = 0 3 5 6
12 = 0, tandanya adalah ≥ dan titik berada di daerah (1) (2) (3)
benar, maka Titik yang tidak diketahui koordinatnya adalah titik B
12x + 7y ≥ 0 dan titik C.
Garis 4 Persamaan garis (1): Persamaan garis (2):
3x + 4y = 4. 3 6x + 3y = 3. 6 5x + 5y = 5. 5
3x + 4y = 12 2x + y = 6 x+y=5
Uji titik koordinat untuk (0, 0) (daerah salah) Persamaan garis (3):
3(0) + 4(0) = 12 3x + 6y = 6. 3
0 = 12, tandanya adalah ≤ dan titik berada di daerah x + 2y = 6
salah, maka Titik B (titik potong garis 2 dan 3)
3x + 4y ≥ 12 Eliminasi: x + 2y = 6
E. NILAI OPTIMUM x+ y =5 -
Nilai optimum adalah nilai maksimum dan nilai y =1 x=4 B = (4, 1)
minimum dari fungsi objektif/sasaran [f(x, y)] Titik C (titik potong garis 1 dan 2)
suatu daerah penyelesaian pada program linear. Eliminasi: 2x + y = 6
Letak nilai optimum adalah pada titik-titik x +y=5 -
pojok batas daerah penyelesaian. x =1 y=4 C = (4, 1)
Cara menentukan nilai optimum ada dua, yaitu Uji nilai titik pojok (dari fungsi sasaran):
cara uji titik pojok dan cara garis selidik. A = 500(6) + 400(0) = 3000
Langkah-langkah cara uji titik pojok: B = 500(4) + 400(1) = 2400
1) Buat gambar DP jika belum ada. C = 500(1) + 400(4) = 2100 (nilai minimum)
2) Menentukan koordinat masing-masing titik D = 500(0) + 400(6) = 2400
pojok. Contoh 2: (cara garis selidik)
3) Memasukkan nilai x dan y ke persamaan Tentukan nilai maksimum serta minimum dari 2x –
garis. 6y pada daerah penyelesaian dibawah ini!
Langkah-langkah cara garis selidik: D
1) Menentukan skala garis selidik meng- (4, 8)
gunakan fungsi objektif/sasaran. [f(x, y) = k] E (1, 6)
2) Garis selidik yang tidak memotong daerah C
daerah
penyelesaian saat menyelidiki suatu titik (8, 4)
penyelesaian
pojok adalah nilai optimum.
3) Jika nilai x positif, maka nilai maksimum
(2, 0)
berada di titik yang lebih kanan, dan nilai A
3 B
minimum di titik yang lebih kiri. -1 (6, 0)
4) Jika nilai x negatif, maka nilai maksimum
berada di titik yang lebih kiri, dan nilai Maka, x – 3y = k
minimum di titik yang lebih kanan. Titik optimum yang memenuhi ketentuan garis
Contoh 1: (cara uji titik pojok) selidik adalah titik B dan titik D (tidak memotong).
Tentukan nilai minimum dari 500x + 400y pada Karena nilai x adalah positif, maka titik B adalah nilai
daerah penyelesaian dibawah ini! maksimum, dan titik D adalah nilai minimum.

PROGRAM LINEAR 3
materi78.co.nr MAT 2
B = 2(6) – 6(0) = 12 (nilai maksimum) Uji titik pojok:
D = 2(4) – 6(8) = -40 (nilai minimum) A = 1000(120) + 500(0) = 120 000 (maks)
F. PENYELESAIAN MASALAH DENGAN B = 1000(0) + 500(120) = 60 000 (min)
PROGRAM LINEAR Contoh 2:
Cara menyelesaikan masalah (soal cerita) Perusahaan air minum akan mengangkut galon air
menggunakan metode program linear: seberat 65 ton dari Malang ke Bandung
1) Soal cerita hanya boleh memiliki dua menggunakan dua jenis truk. Truk C berkapasitas 1
peubah (variabel). ton dengan harga sewa Rp300.000,00, sedangkan
truk D berkapasitas 3 ton dengan harga sewa
2) Mengubah soal cerita menjadi model
Rp500.000,00. Jika perusahaan tersebut harus
matematika berupa pertidaksamaan,
menyewa setidaknya 40 truk dari kedua truk,
persamaan, atau fungsi sasaran. Bila perlu,
tentukan:
dapat dibuat grafik daerah penyelesaian.
a. Banyak masing-masing truk agar biaya
3) Suatu pertidaksamaan terdiri dari suatu
pengangkutan sekecil mungkin.
jenis yang sama (misalnya harga).
b. Biaya pengangkutan yang paling murah.
Contoh 1:
Jawab:
Seorang penjual makanan keliling menggunakan
tasnya untuk menjual roti dan kacang goreng. Tas- Banyak Ongkos sewa
Truk Kapasitas
nya hanya dapat memuat 120 bungkus makanan saja. truk per truk
C x 300000x x
Harga pembelian roti Rp5.000,00 per bungkus, dan
D y 500000y 3y
harga pembelian kacang goreng Rp4.000,00 per Total 40 k 65
bungkus. Dalam penjualannya, ia memiliki modal
Rp600.000,00 dan mendapat untung Rp1.000,00 per Maka model matematika yang dapat dibuat:
bungkus roti, Rp500,00 per bungkus kacang goreng. x ≥ 0, x є C …(1) y ≥ 0, x є C …(2)
Jawab: x + y ≥ 40 …(3) x + 3y ≥ 65 …(4)
Banyak Harga beli Keuntungan 300000x + 500000y = k (fungsi sasaran)
Makanan
bungkus per bungkus per bungkus Titik potong: x + 3y = 65
Roti x 5000x 1000x
x + y = 40 -
Kacang
y 4000y 500y 2y = 25
goreng
Total 120 600 000 k y = 12,5 x = 27,5
Maka model matematika yang dapat dibuat: Karena x dan y bukan bilangan cacah, maka titik di
x ≥ 0, x є C y ≥ 0, x є C sekitar titik potong lah yang merupakan nilai
x + y ≤ 120 5x + 4y ≤ 600 minimum (biaya terkecil).
1000x + 500y = k (fungsi sasaran) Uji nilai titik di sekitar titik potong dengan
Grafik daerah penyelesaian pertidaksamaan 3 dan 4:
Titik potong: 5x + 4y = 600 Titik (27, 12) : (27) + (12) ≥ 40 (salah)
4x + 4y = 480 Titik (28, 12) : (28) + (12) ≥ 40 (benar)
x = 120 y=0 (28) + 3(12) ≥ 65 (salah)
Cari titik lain: Titik (27, 13) : (27) + (13) ≥ 40 (benar)
x 120 0 (27) + 3(13) ≥ 65 (benar)
y 0 150 Titik (28, 13) : (28) + (13) ≥ 40 (benar)
(28) + 3(13) ≥ 65 (benar)
Titik (27, 13) adalah nilai terendah benar dari uji titik
di sekitar titik potong.
150
B Jadi, jumlah truk C ada 27 truk, dan jumlah truk D ada
120
13 truk.
Maka biaya terkecil yang dapat digunakan adalah:
D 300000(27) + 500000(13) = Rp14.600.000
P A

120

PROGRAM LINEAR 4
materi78.co.nr MAT 3

Dalil-Dalil Trigonometri
A. ATURAN SINUS Contoh:
Aturan sinus adalah: Diketahui pada ΔABC nilai AB = 4, AC = 6, dan BC
= 2√7. Tentukan nilai dari sin A.
Perbandingan sisi depan sudut sama dengan
Jawab:
perbandingan nilai sinus sudut.
2
C 62 + 42 - (2√7)
C cos A =
2. 6. 4
6
36 + 16 - 28
4 B cos A =
A B A 48
c
24 1 A = 60o
cos A = =
a b c 48 2 sin60 = 1/2√3
= =
sin A sin B sin C
C. ATURAN LUAS SEGITIGA
Contoh: Luas segitiga dapat dihitung dengan nilai
Sebuah kapal meninggalkan C dengan arah 060 o perbandingan trigonometri bila:
ke D yang berjarak 9 mil. Dari D, kapal tersebut 1) Diketahui besar sudut dan besar dua sisi yang
melaju dengan arah 150o menuju E pada jurusan mengapit sudut tersebut (ss-sd-ss)
90o. Tentukan jarak DE. 2) Diketahui besar sisi dan besar dua sudut yang
Jawab: terletak di antara sisi tersebut (sd-ss-sd)
3) Diketahui besar ketiga sisi (ss-ss-ss)
D 150 Luas segitiga jika diketahui ss-sd-ss:
o

45o 30o L = 1/2 bc sin A L = 1/2 ac sin B

45o
45o 60o L = 1/2 ab sin C
C E
Contoh:
Hitung luas segitiga ABC dengan sudut B sebesar
DE 9
= 1 1
/2√3. DE = /2√2. 9 60o, AB = 5 cm dan BC = 8 cm!
sin45 sin60
Jawab:
9√2 2
DE = x = 3√6 mil L = 1/2 x 5 x 8 x sin60
2 √3
L = 5 x 4 x 1/2√3 L = 10√3 cm2
B. ATURAN COSINUS
Luas segitiga jika diketahui sd-ss-sd adalah:
Aturan cosinus adalah:
C a2 sinB.sinC 2
b sinA.sinC
L= L=
2sinA 2sinB
A B
c c2 sinA.sinB
L=
a2 = b2 + c2 – 2bc.cos A 2sinC

Contoh:
b2 = a2 + c2 – 2ac.cos B
Hitunglah luas segitiga MNP jika diketahui ∠M =
∠P = 40o dan MN = 10 m. (sin N = 0,98)
c2 = a2 + b2 – 2ab.cos C
Jawab:
2
a 2 + c2 - b
2 ∠N = 180o – (40+40)o = 100o
b + c2 - a 2
cos A = cos B = 102 sin40.sin100 100 × 0,8
2bc 2ac
L= =
2.sin40 2
a 2 + b - c2
2 L = 50 x 0,8 = 40 m2
cos C =
2ab

TRIGONOMETRI 1
materi78.co.nr MAT 3
Luas segitiga jika diketahui ss-ss-ss adalah E. RUMUS SUDUT RANGKAP DAN PERTENGAHAN
menggunakan setengah keliling segitiga. Nilai perbandingan trigonometri sudut
rangkap dua dan tiga dapat dihitung dengan
L = √s(s − a)(s − b)(s − c)
mengubah sudut menjadi setengah atau
sepertiganya menggunakan rumus.
s = 1/2 (a + b + c)
Rumus sudut rangkap dua:
Contoh: Sinus
Hitung luas segitiga yang sisi-sisinya memiliki
sin2A = 2.sinA.cosA
panjang 4 cm, 6 cm dan 8 cm!
Jawab: Cosinus
1
s = /2 (4 + 6 + 8) = 9 cm
cos2A = cos2A – sin2A
s – a = 9 – 4 = 5 cm s – b = 9 – 6 = 3 cm
s – c = 9 – 8 = 1 cm cos2A = 2cos2A – 1 cos2A = 1 – 2sin2A
L = √9×5×3×1 = √135 L = 3√15 cm2
Tangen
D. RUMUS JUMLAH DAN SELISIH
TRIGONOMETRI 2tanA
tan2A =
Nilai perbandingan trigonometri dua buah 1−tan2 A
sudut yang dijumlahkan atau dikurangkan dapat
Rumus sudut rangkap tiga:
dihitung melalui rumus.
Sinus Cosinus
Rumus jumlah dan selisih sudut:
Sinus sin3A = 3sinA – 4sin3A cos3A = 4cos3A – 3cosA

sin(A + B) = sinA.cosB + cosA.sinB Tangen

sin(A – B) = sinA.cosB – cosA.sinB 3tanA−tan3 A


tan3A =
1−3tan2 A
Cosinus
Rumus sudut pertengahan digunakan untuk
cos(A + B) = cosA.cosB – sinA.sinB mengubah sudut menjadi dua kalinya.
Rumus sudut pertengahan:
cos(A – B) = cosA.cosB + sinA.sinB
Sinus
Tangen
1 1 − cosA
tanA+tanB sin( A) = ±√
tan(A + B) = 2 2
1−tanA.tanB
Bernilai positif jika terletak di kuadran I dan II.
tanA−tanB Cosinus
tan(A – B) =
1+tanA.tanB
1 1 + cosA
Rumus jumlah dan selisih fungsi: cos( A) = ±√
2 2
Sinus
Bernilai positif jika terletak di kuadran I dan IV.
1 1
sinA + sinB = 2. sin (A + B). cos (A – B) Tangen
2 2

1 1
sinA – sinB = 2. cos (A + B). sin (A – B) 1 1 − cosA
2 2 tan( A) = ±√
2 1 + cosA
Cosinus
1 1 1 1 − cosA sinA
cosA + cosB = 2. cos (A + B). cos (A – B) tan( A) = =
2 2 2 sinA 1 + cosA
1 1 Bernilai positif jika terletak di kuadran I dan III.
cosA – cosB = –2. sin (A + B). sin (A – B)
2 2

TRIGONOMETRI 2
materi78.co.nr MAT 3

Vektor
A. PENDAHULUAN Vektor pada ruang dinotasikan oleh sumbu x, y
dan x dengan vektor satuan i, j dan k.
Vektor adalah besaran yang mempunyai nilai
dan arah yang digambarkan dalam anak panah +z
(garis).
Vektor diberi nama dengan huruf kecil bergaris 1
atas atau menyebut titik pangkal dan ujungnya. C B
1) Anak panah menunjuk arah yang ditunjuk A
k 2
vektor.
O j
2) Besar kecilnya vektor dilambangkan +y
dengan besar kecilnya anak panah. i
2
Bentuk penulisan vektor:
3
1) Vektor posisi, ditulis dalam notasi vektor
terhadap titik acuan. +x
̅̅̅̅.
Contoh: vektor posisi titik A dari O adalah OA Vektor basis dapat ditentukan dengan
2) Vektor basis, ditulis dalam vektor satuan. menghitung vektor satuan mulai dari ujung ke
Vektor satuan sumbu x adalah i, sumbu y pangkal vektor.
adalah j, dan sumbu z adalah k. Vektor basis AB dengan koordinat titik A (x1, y1,
z1) dan B (x2, y2, z2) diketahui dapat dihitung:
a̅ = x.i + y.j + z.k
Dalam bidang
Vektor satuan (e̅ ) yang searah dengan vektor a̅ : x - x1
̅̅̅̅
AB= b̅ – a̅ = ( 2
y2 - y1 )

e̅ =
|a̅ | Dalam ruang

3) Vektor kolom dan baris, ditulis dalam x2 - x1


̅̅̅̅
AB= b̅ – a̅ = (y2 - y1 )
matriks kolom atau baris.
z2 - z1
x
a̅ = (y) Panjang vektor dapat dihitung:
z a̅ = (x y z)
Dalam bidang Dalam ruang
̅ dikatakan searah apabila sejajar
Vektor a̅ dan b ̅̅̅̅| = √x2 +y2
|AB ̅̅̅̅| = √x2 +y2 +z2
|AB
dan menunjuk arah yang sama (a̅ = b ̅), dan
dikatakan berlawanan apabila sejajar namun Contoh:
menunjuk arah yang berlawanan (a̅ = -b
̅).
Nyatakan vektor OA dan BC (pada gambar 1)
Dua vektor dikatakan sama besar apabila searah, dalam vektor basis, dan tentukan panjangnya!
sama besar (panjang) dan sama vektor basisnya. Jawab:
B. VEKTOR PADA BIDANG DAN RUANG ̅̅̅̅
OA = 4i + 3j
Vektor pada bidang dinotasikan oleh sumbu x ̅̅̅̅| = √42 +32 = √25 = 5
|OA
dan sumbu y dengan vektor satuan i dan j.
̅̅̅̅
BC = 3i – 2j
+y
B ̅̅̅̅| = √32 +22 = √13
|OA
Contoh:
A Nyatakan vektor OA dan BC (pada gambar 2)
C
dalam vektor basis, dan tentukan panjangnya!
̅̅̅̅
OA = 2i + 3j + 2k
j ̅̅̅̅| = √22 +32 +22 = √17
|OA
-x +x
O i ̅̅̅̅
BC = 2i – 3j + k
-y ̅̅̅̅| = √22 +32 +12 = √14
|OA

VEKTOR 1
materi78.co.nr MAT 3
C. PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN Perkalian skalar/titik (•) menghasilkan besaran
VEKTOR skalar, memiliki definisi:
Penjumlahan dan pengurangan vektor ̅ = |a||b|cosθ
a̅ • b
digunakan untuk mencari resultan vektor.
Resultan vektor dapat dicari dengan Perkalian skalar dengan vektor basis dengan a̅
menghubungkan pangkal vektor awal dengan = (x1, y1, z1) dan b
̅ = (x2, y2, z2) diketahui dapat
ujung vektor akhir. dihitung:
1) Cara segitiga (dua vektor) x1 . x2
̅ = ( y1 . y2 )
̅a • b
̅
B z1 . z2
̅
A
Sifat-sifat perkalian skalar:

Identitas a • a = |a|2
2) Cara jajar genjang (dua vektor)
i•i=j•j=k•k=1
Vektor
̅ satuan i•j=j•k=k•i=0
A

̅
B Komutatif a•b=b•a

3) Cara poligon (lebih dari dua vektor) Distributif a • (b ± c) = (a • b) ± (a • c)

Asosiatif (m.a) • (n.b) = (m.n)(a • b)


̅
A
Tegak lurus a • b = 0, maka a ┴ b

̅
B ̅
C Perkalian vektor/silang (×) menghasilkan
Sudut antara dua vektor adalah sudut yang besaran vektor yang tegak lurus terhadap dua
terbentuk ketika pangkal dua vektor vektor yang dikali silang, memiliki definisi:
dihubungkan.
̅ = |a||b|sinθ e̅
a̅ × b
Penjumlahan dan pengurangan vektor dengan
panjang vektor dan sudut vektor:
Perkalian vektor dengan vektor basis dengan a̅
̅ | = √|a|2 +|b|2 +2|a||b|cosθ = (x1, y1, z1) dan b
̅ = (x2, y2, z2) diketahui dapat
|a̅ + b
dihitung:
i j k i j
̅ | = √|a|2 +|b|2 - 2|a||b|cosθ
|a̅ - b a × b = |x1 y1 z1 | x1 y2
x2 y2 z2 x2 y2
Penjumlahan dan pengurangan vektor dengan
vektor basis dengan a̅ = (x1, y1, z1) dan b
̅ = (x2, y2,
̅ = (y1.z2 – y2.z1) i + (z1.x2 – z2.x1) j +
a̅ × b
z2) diketahui dapat dihitung:
(y1.x2 – y2.x1) k
x1 + x2 x1 - x2
̅ = ( y1 + y2 )
a̅ + b ̅ = (y1 - y2 )
a̅ - b Sifat-sifat perkalian vektor:
z1 + z2 z1 - z2
Identitas a×a=0
Sifat penjumlahan dan pengurangan vektor
adalah komutatif. i×i=j×j=k×k=0
Vektor
i×j=k j×k=i k×i=j
A+B=B+A satuan
j × i = -k k × j = -i i × k = -j
D. PERKALIAN SKALAR DAN VEKTOR
Anti-
Perkalian matriks dengan suatu bilangan a×b≠b×a a × b = -(b × a)
Komutatif
dioperasikan dengan:
a × (b ± c) = (a × b) ± (a × c)
x k.x
Distributif
k(y) = (k.y) (b ± c) × a = (b × a) ± (c × a)
z k.z k. a̅ = k.|a̅ |

VEKTOR 2
materi78.co.nr MAT 3
Sudut dua vektor dapat dicari menggunakan 2) Koplanar, yaitu ketiga titik terletak pada satu
perkalian skalar. bidang, berlaku:

̅
a̅ • b ̅ +n.c̅
a̅ = m.b ̅ = p.a̅ +q.c̅
b ̅
c̅ = r.a̅ +s.b
cosθ = ̅|
|a̅ ||b
dst.
E. PERBANDINGAN VEKTOR Dalil Menelaus pada perbandingan ruas garis:

Perbandingan vektor pada ruas garis dapat C


memenuhi dua ketentuan:
F
1) Titik C membagi ruas garis AB pada ruas
E
garis
B

A B D
n
̅
b
C AD BE CF AC FE DB
c̅ . . =1 . . =1
m DB EC FA CF ED BA
O A
a̅ F. PROYEKSI VEKTOR
Perbandingan ruas garis Proyeksi vektor adalah penjatuhan ujung suatu
̅̅̅̅ : ̅̅̅̅ vektor secara tegak lurus terhadap suatu acuan.
AC CB = m : n
(sama tanda)
Vektor pembagi ruas garis
̅
b
̅ +n.a̅
m.b
c̅ =
m+n
O
2) Titik C membagi ruas garis AB di luar ruas c̅ a̅
garis Proyeksi vektor pada suatu vektor/ruas garis
B lain disebut proyeksi ortogonal.
Proyeksi ortogonal terdiri dari:
̅ 1) Proyeksi vektor ortogonal, adalah vektor
b n baru hasil penjatuhan vektor secara tegak
lurus.

O A
m ̅
a̅ • b
c̅ c̅ = [ 2 ]. b̅
C ̅|
|b
Perbandingan ruas garis 2) Proyeksi skalar ortogonal, adalah panjang
̅̅̅̅ vektor baru.
AC : ̅̅̅̅
CB = m : -n
̅
a̅ • b
Vektor pembagi ruas garis |c̅| = ̅|
|b
̅ -n.a̅
m.b
c̅ =
m-n

Ketentuan perbandingan vektor menurut


letaknya:
1) Kolinear, yaitu ketiga titik satu terletak pada
satu garis, berlaku:

AB = k. ̅̅̅̅
̅̅̅̅ AC ̅̅̅̅
AC = m. ̅̅̅̅
AB ̅̅̅̅
AC = n. ̅̅̅̅
CB

dst.

VEKTOR 3
materi78.co.nr MAT 3

Geometri
A. TITIK, GARIS, BIDANG PADA RUANG 2) Titik berada di luar bidang
Geometri adalah ilmu matematika yang Titik berada di luar bidang karena:
mempelajari bentuk, ukuran, posisi relatif dan a. Bidang tidak melalui titik.
sifat ruang. b. Titik tidak berada pada garis yang berada
Elemen-elemen pada geometri adalah titik, garis pada bidang itu.
dan bidang. Kedudukan garis terhadap bidang:
Titik tidak memiliki definisi. Titik diberi nama S
dengan huruf kapital.
Q
Aksioma/postulat hubungan titik, garis dan
R
bidang: D C
1) Garis hanya dapat dibentuk dari dua titik
berbeda.
Garis diberi nama dengan huruf kecil atau A B
menyebut dua titik yang dilewati garis.
2) Bidang adalah sebuah luasan (bidang datar), P
dan hanya dapat dibentuk dari: 1) Garis berada di/pada bidang (AB, AC, dll.)
a. Tiga titik berbeda Garis berada pada bidang karena karena ada
b. Satu titik dan satu garis dua titik yang dilalui garis pada bidang itu.
c. Dua garis yang berpotongan atau sejajar 2) Garis menembus/memotong bidang (PQ)
Bidang diberi nama dengan huruf kecil atau Garis menembus/memotong bidang karena
menyebut minimal tiga titik yang terdapat ada satu titik yang dilalui garis pada bidang
pada bidang. itu (titik tembus).
B. KEDUDUKAN TITIK, GARIS & BIDANG 3) Garis sejajar dengan bidang (RS)
Kedudukan titik terhadap garis: Garis sejajar dengan bidang karena garis itu
A B
sejajar dengan salah satu garis pada bidang
P
itu.
Hubungan antar garis:
Q
1) Garis sejajar
1) Titik berada di/pada garis (P) D C
Titik berada pada garis karena garis itu
melalui titik.
2) Titik berada di luar garis (Q) A B
Titik berada di luar garis karena garis itu tidak Dua garis sejajar apabila:
melalui titik. a. Tidak terbentuk titik perpotongan garis
Kedudukan titik terhadap bidang: dan terletak pada bidang yang sama.
Q b. Hanya dapat dibuat satu buah bidang
dari garis tersebut.
D C
2) Garis berpotongan
P D C

A B

A B
Dua garis berpotongan apabila:
1) Titik berada di/pada bidang (P)
a. Terbentuk suatu titik perpotongan (juga
Titik berada pada bidang karena:
sudut perpotongan) dan terletak pada
a. Bidang melalui titik.
bidang yang sama.
b. Titik berada pada garis yang terletak
pada bidang itu.

GEOMETRI 1
materi78.co.nr MAT 3
b. Hanya dapat dibuat satu buah bidang Garis yang terletak pada bidang frontal
dari garis tersebut. disebut garis frontal.
3) Garis bersilangan 3) Bidang ortogonal adalah bidang yang tegak
H G lurus terhadap bidang frontal.
Garis pada bidang orthogonal yang
D C sebenarnya tegak lurus bidang frontal
E F disebut garis ortogonal.
4) Sudut surut/menyisi adalah sudut yang
A B terbentuk pada bidang gambar dari garis
frontal horizontal ke kanan dengan garis
Dua garis bersilangan apabila tidak terbentuk
ortogonal ke belakang.
titik perpotongan garis dan tidak terletak
5) Perbandingan ortogonal/proyeksi adalah
pada bidang yang sama.
perbandingan antara garis ortogonal terlukis
Hubungan antar bidang:
dengan garis ortogonal sesungguhnya.
1) Bidang sejajar
D. PERPOTONGAN DUA BIDANG
H G
Perpotongan dua bidang adalah berupa \garis
perpotongan bidang, yaitu garis persekutuan
D C
yang merupakan bagian dari kedua bidang.
E F Cara menentukan perpotongan bidang:
1) Tentukan dua titik perpotongan dari dua
A B
pasang garis yang berasal dari kedua bidang.
Dua bidang sejajar apabila tidak ada satupun
2) Buat garis dari kedua titik dengan
garis perpotongan bidang dari kedua bidang.
menghubungkan keduanya. Garis itu adalah
2) Bidang berpotongan garis perpotongan bidang.
F E Contoh 1: Perpotongan ABGH dengan BDHF
H G

D C
E F

A B
Dua bidang berpotongan apabila terdapat
garis perpotongan bidang, yaitu garis D C
persekutuan yang merupakan bagian dari
kedua bidang.
A B
Aksioma/postulat pada kedudukan titik, garis
dan bidang: Perpotongan kedua bidang ada pada titik H dan
titik B, sehingga perpotongan bidangnya adalah
1) Apabila dua buah bidang berpotongan tegak
garis HB.
lurus, maka seluruh garis dari bidang 1
terhadap bidang 2 juga tegak lurus. H G
2) Hasil perpotongan dua bidang adalah garis,
sedangkan hasil perpotongan tiga bidang E F
dapat berupa garis atau titik.
C. PENGGAMBARAN RUANG
Perspektif dalam penggambaran ruang:
1) Bidang gambar adalah tempat untuk D C
menggambar.
2) Bidang frontal adalah bidang yang sejajar A B
dengan bidang gambar dan digambar
dengan ukuran sesungguhnya.

GEOMETRI 2
materi78.co.nr MAT 3
Contoh 2: Perpotongan BDG dan ACH Contoh 4: Perpotongan DCFE dengan BGM
H G H G

E F E F

M
D C D C

A B A B

Perpotongan kedua bidang ada pada titik X Bidang BGM belum memenuhi sisi terluar kubus,
(pusat ABCD) dan titik Y (pusat DCGH), sehingga sehingga GM harus diperluas menjadi BGNM.
perpotongan bidangnya adalah garis XY. Caranya adalah dengan membuat garis yang
H G sejajar dengan salah satu garis pembentuk sisi
bidang di sisi kubus yang belum terpenuhi (garis
BG).
E F
Y H G
N
E F
D C

X
A B M
D C
Contoh 3: Perpotongan TAE dengan TMD
T
A B

Perpotongan kedua bidang ada pada titik X


(pusat BCGF) dan titik Y, sehingga perpotongan
bidangnya adalah garis XY.
H G
N
E E
D F
A
Y
M X
B C M
Perpotongan kedua bidang dicari dengan D C
memperpanjang garis AE dan MD hingga
berpotongan di titik X. Perpotongan bidang A B
adalah garis TX.
T E. PROYEKSI TITIK DAN GARIS PADA BIDANG
Proyeksi adalah penjatuhan (pemindahan) titik
dan garis pada suatu bidang.
Proyeksi dibuat dengan menjatuhkan titik atau
titik pada garis tegak lurus terhadap bidang,
biasanya dilambangkan dengan tanda aksen (‘).
Dalam menjatuhkan garis tegak lurus bidang,
E keakuratan tidak diperhatikan karena kita tidak
A D tahu bagaimana ukuran sudut yang tepat dalam
M perspektif ruang.
X B C

GEOMETRI 3
materi78.co.nr MAT 3
Contoh 1: Proyeksi T ke bidang alas Contoh 1: Tentukan titik tembus CE dengan BDG
T H G

E F

D C

T’ D C
Q
A B

Contoh 2: Proyeksi A ke bidang TBC A B


T
Langkah 1
Buat bidang ACGE (dilalui CE).
H G
D C
P
E F
T’
Q
A B

Contoh 3: Proyeksi MN ke bidang ACGE D C


H G
M’
M
A B
E F
Langkah 2
Tentukan perpotongan bidang BDG dengan
ACGE. Titik X adalah titik tembusnya.
D C H
N’ G
N
A B
E F
Contoh 4: Proyeksi DG ke BDHF
H X
G
G’
D C
E F

A B

Contoh 2: Tentukan titik tembus PQ dengan ABFE,


D = D’ C
jika Q ada di bidang BCGF.
P
A B
H G
F. TITIK TEMBUS
Titik tembus adalah titik perpotongan antara
garis yang menembus/memotong bidang. E F
Cara menentukan titik tembus:
1) Buat bidang β yang dilalui garis yang
menembus bidang α.
D C
2) Tentukan perpotongan antara bidang α dan β.
3) Titik tembus adalah titik potong antara garis
yang menembus bidang dengan per- A B
potongan antar bidang. Q

GEOMETRI 4
materi78.co.nr MAT 3
Langkah 1 K
P
Buat bidang MQNP (dilalui PQ). Dapat digunakan
G J
garis bantu untuk memperlebar kubus acuan.
P Q”
H I
H G
Q
E
E F P’ D
A
Q’
B C

D Langkah 2
C
Tentukan perpotongan bidang BDJH dengan
P’Q’Q”P. Titik X adalah titik tembusnya.
A B
K
P
Q
G J
Langkah 2
Tentukan perpotongan bidang ABFE dengan Q”
H X I
MQNP. Titik X adalah titik tembusnya.
P
Q
E
H G P’ D
A
Q’
E F B C

Contoh 4: Tentukan titik tembus PQ dengan


X TCD, jika Q ada pada bidang TBC.
T
D C

A B
D
Q C
P
Contoh 3: Tentukan titik tembus PQ dengan BDJH
K Q
P A B
G J
Langkah 1
Buat bidang TAQ (dilalui PQ) dengan menggeser
H I titik Q sejajar bidang TBC (ke M), dan titik P sejajar
bidang TAB (ke A).
Q T
E
D
A

B C D
C
P
Langkah 1
M
Buat bidang P’Q’Q”P (dilalui PQ) dengan
Q
memproyeksikan titik P dan Q ke bidang alas dan A B
bidang tutup ruang.

GEOMETRI 5
materi78.co.nr MAT 3
Langkah 2: H G
Tentukan perpotongan bidang TBC dengan R
TAM dengan memperpanjang garis yang berada E F
pada alas limas. Titik tembus adalah perpotongan
PQ dengan perpotongan bidang tidak dapat
P Q
dilukis karena bidang gambar tidak mencukupi.
D C
T

A B
Langkah 1
D C Y Jatuhkan titik P, Q dan R ke alas ruang, dan buat
P garis PR, QR, P’R’ dan Q’R’.
M H
Q G
A B R

E F
G. PENAMPANG IRISAN Q
Penampang irisan adalah bidang/penampang
yang terbentuk jika: P
D C
1) Diketahui minimal tiga titik yang dilalui R’
bidang. Q’
2) Diketahui satu titik dan satu bidang yang A = P’ B
dilalui bidang Langkah 2
Sumbu afinitas adalah garis persekutuan yang Perpanjang garis-garis yang telah dibentuk
terbentuk dari dua titik persekutuan antara sampai berpotongan di alas ruang. Garis yang
bidang tegak pengiris dengan bidang alas ruang. terbentuk adalah sumbu afinitas.
Cara membuat sumbu afinitas: H G
1) Buat dua garis berbeda dari titik-titik R
pembentuk penampang dan perpanjang
E F
hingga bidang alas.
2) Jatuhkan dua garis tadi ke bidang alas dan
tentukan titik persekutuan garis dengan P Q
penjatuhan garis (bukan proyeksi). D C
3) Hubungkan kedua titik persekutuan menjadi
sumbu afinitas. A B
Cara menentukan penampang irisan dengan
sumbu afinitas:
1) Buat sumbu afinitas. Langkah 3
2) Perpanjang garis perpotongan bidang alas Hubungkan AD dan BC dengan sumbu afinitas,
dengan bidang tegak (rusuk alas) menuju lalu tarik garis dari perpotongan menuju P (garis
sumbu afinitas. AD) dan menuju Q (garis BC).
3) Dari perpotongan sumbu afinitas dengan H G
rusuk alas, tarik garis menuju titik irisan R
penampang pada bidang tegak. Tujuannya E F
adalah menentukan titik irisan penampang
lain yang belum diketahui.
4) Penampang irisan dibentuk dengan P Q
menghubungkan titik-titik irisan penampang. D C
Contoh 1: Lukis penampang bidang yang melalui
titik P, Q dan R pada kubus berikut! A B

GEOMETRI 6
materi78.co.nr MAT 3
Langkah 4
Hubungkan titik P, Q, R dan titik-titik yang
terbentuk pada langkah 3, sehingga terbentuk
penampang irisan.
H G
R
E F

P Q
D C

A B

GEOMETRI 7
materi78.co.nr MAT 3

Matriks
A. PENDAHULUAN b. Matriks segitiga bawah
Matriks adalah kelompok bilangan yang disusun a 0 0
A = ( d e 0)
dalam suatu jajaran berbentuk persegi atau
g h i
persegi panjang.
c. Matriks diagonal
Contoh:
a 0 0
4 5 6 2 -4 A = ( 0 e 0)
A=( ) B=( )
3 -1 0 9 10 0 0 i
Komponen-komponen matriks: d. Matriks identitas
1) Elemen 1 0 0
1 0
Elemen adalah bilangan-bilangan yang I=( ) I = (0 1 0)
0 1
menyusun suatu matriks, ditulis dalam tanda 0 0 1
kurung. C. KESAMAAN DAN TRANSPOS MATRIKS
2) Baris dan kolom Kesamaan dua buah matriks adalah dimana
Baris adalah susunan elemen yang ditulis kedua matriks berordo sama dan elemen
mendatar/horizontal. seletaknya bernilai sama.
Kolom adalah susunan elemen yang ditulis a=e
menurun/vertikal. a b e f b=f
jika ( ) = ( ) , maka
Contoh: c d g h c=g
4 5 b1 d=h
A=( )
3 -1 b2 Kesamaan dua buah matriks dapat digunakan
k1 k2 untuk menentukan elemen yang tidak diketahui.
3) Ordo Contoh:
Ordo menyatakan banyak baris (m) diikuti 4a-1 2b+6 7 5
A=( ) B=( )
banyak kolom (n). 3 a+3c 3 8
Jika A = B, tentukan nilai a, b, dan c!
Ordo matriks = m x n Jawab:
4a – 1 = 7 2b + 6 = 5 a + 3c = 8
4) Diagonal
4a = 8 2b = -1 3c = 8 – 2
Diagonal matriks terdapat pada matriks
1
persegi, yaitu diagonal utama dan diagonal a=2 b = - /2 c=2
t
samping. Transpos matriks (A’ atau A ) adalah putaran
matriks dari ordo m x n menjadi n x m.
3 -2 9 d. samping
(4 1 0) Transpos matriks mengubah kolom matriks asli
1 5 6 d.utama menjadi barisnya.

B. JENIS-JENIS MATRIKS a b
t
a c
( ) =( )
Matriks berdasarkan ukuran dibagi menjadi: c d b d
1) Matriks baris Contoh:
A = (a b c) 1 7 3
2) Matriks kolom/lajur H = ( 5 8 1), tentukan transposnya!
a -4 2 3
A = ( b) Jawab:
c 1 5 -4
3) Matriks persegi H’ = (7 8 2 )
a b c 2 1 3
a b
A2x2 = ( ) A3x3 = (d e f) Matriks yang matriks asalnya sama dengan
c d g h i transposnya disebut matriks simetris/setangkup.
a. Matriks segitiga atas
D. OPERASI HITUNG MATRIKS
a b c
A = (0 Penjumlahan dan pengurangan matriks dapat
e f)
0 0 i dilakukan pada matriks berordo sama.

MATRIKS 1
materi78.co.nr MAT 3
Penjumlahan dan pengurangan matriks dilakukan Contoh:
dengan menjumlah atau mengurang elemen- 1 2 1 -1 2
A=( ), B = ( ), maka A2.B adalah?
elemen seletak matriks yang dioperasikan. -4 3 3 0 -2
Jawab:
a b e f a±e b±f 1 2 1 2 1-8 2+6 -7 8
( )±( )=( ) A2 = ( ). ( ) =( ) =( )
c d g h c±g d±h -4 3 -4 3 -4-12 -8+9 -16 1
-7 8 1 -1 2
A2.B = ( ). ( )
Sifat penjumlahan dan pengurangan matriks -16 1 3 0 -2
adalah komutatif. -7+24 7+0 16+(-16)
=( )
-16-48 16+0 -32+32
A+B=B+A 17 7 0
A2.B = ( )
-64 16 0
Contoh:
E. MINOR, KOFAKTOR DAN ADJOINT MATRIKS
2y-3 8 z 1 -1 x
Jika ( )+( )=( ) Minor adalah nilai dari elemen lain yang tidak
-1 4z+1 -2 y+5 a 0
sebaris dan tidak sekolom dengan suatu elemen.
Tentukan nilai a, x, y dan z!
Minor elemen pada matriks persegi:
Jawab:
Ordo 2x2
a = -1 + (-2) x=8+1
a b minor a = d minor c = b
a = -3 x=9 ( )
c d minor b = c minor d = a
2y – 3 + z = -1 4z + 1 + y + 5 = 0
Ordo 3x3
4z + y + 6 = 0
e f| minor b = |d f|
2y + z – 3 = -1 a c minor a = |
b g i
h i
8z + 12 + 2y = 0 + 4(-2) + y + 6 = 0 (d f)e
g i minor c = |d e| minor d = |b c|
h
–7z – 15 = -1 y = -6 + 8 g h h i
z = -2 y =2 a c a b
minor e = |g i | minor f = | |
g h
Perkalian matriks dengan suatu bilangan
b c a c
dioperasikan dengan: minor g = | | minor h = | |
e f d f
a b k.a k.b a b
k( )=( ) minor i = | |
c d k.c k.d d e
Kofaktor elemen ditentukan dari minor.
Perkalian matriks dapat dilakukan pada matriks
1) Jika nomor baris + nomor kolom ganjil, maka
berordo m x n dengan ordo n x p (jumlah kolom
kofaktor bernilai negatif.
matriks 1 = jumlah baris matriks 2).
2) Jika nomor baris + nomor kolom genap,
Perkalian matriks berordo m x n dengan ordo n
maka kofaktor bernilai positif.
x p menghasilkan matriks berordo m x p.
Kofaktor elemen pada matriks persegi:
a b e f g ae+bh af+bi ag+bj Ordo 2x2
( )( )=( )
c d h i j ce+dh cf+di cg+dj +d -c
C=( )
mxn nxp mxp -b +a
Ordo 3x3
Sifat-sifat perkalian matriks:
e f d f d e
+|| -| | +| |
Identitas A.I = I.A = A h i g i g h
a c a b
C = - | b c| + |g -|
Tidak
A.B ≠ B.A h i i| g h
|
komutatif b c a c a b
(+ | e f | -|
d f
| +|
d e)
|
A.(B ± C) = A.B ± A.C
Distributif F. DETERMINAN MATRIKS
(B ± C).A = B.A ± C.A
Determinan matriks (|A|) adalah hasil
Pangkat A2 = A.A A3 = A2.A = I penjumlahan elemen matriks yang dikalikan
dengan kofaktornya.
Transpos (A.B)t = Bt.At Determinan matriks hanya berlaku pada matriks
persegi, dan ditulis dalam tanda mutlak.

MATRIKS 2
materi78.co.nr MAT 3
Determinan matriks menurut aturan Sarrus: 4 5 11
det A = 5. |-1 1 0 | (k3 + k2)
Ordo 2x2
1 1 0
a b maka, determinan A adalah,
|A| = | | |A| = a.d – b.c
c d
4 5 11 4 5
Ordo 3x3 det A = 5. |-1 1 0 | -1 1 = 5. (-11-11)
1 1 0 1 1
a b c a b
|A| = |d e f| d e det A = -110
g h i g h Determinan matriks berordo 3x3 atau lebih
dapat dihitung dengan mudah menggunakan
|A| = (aei + bfg + cdh) – (ceg+ afh + bdi) ekspansi matriks.
Determinan matriks menurut ekspansi matriks:
Berdasarkan determinannya, matriks persegi
1) Pilih satu baris atau satu kolom matriks.
dibagi menjadi:
2) Jumlahkan seluruh elemen dalam baris atau
1) Matriks singular, determinannya bernilai
kolom tersebut yang dikalikan kofaktornya
nol, dan tidak mempunyai invers.
masing-masing.
2) Matriks non-singular, determinannya
Contoh:
bernilai bukan nol, dan mempunyai invers.
3 6 2
Sifat-sifat determinan matriks: |Z| = |1 3 1| mempunyai determinan 4. Bukti-
1) Determinan A sama dengan determinan A’. 0 2 2
kan dengan cara ekspansi bahwa determinannya
|A| = |A’| sama!
2) Jika salah satu baris atau kolom matriks dikali Jawab:
dengan k, maka determinannya menjadi: Pertama, sederhanakan matriks dengan operasi
hitung antar baris dan kolom.
det A baru = k.|A|
1 0 0
3) Jika seluruh elemen matriks dikali dengan k, |Z| = |1 1 -1| (b1 – 2b2 dan b2 – b3)
0 2 2
maka determinannya menjadi:
Lalu, pilih baris 1 agar mempermudah hitungan.
det An x n baru = kn.|A| Jumlahkan seluruh elemen dalam baris tersebut
yang dikalikan kofaktornya masing-masing.
4) Jika dua buah baris atau dua buah kolom
1 -1 1 -1 1 1
saling bertukar posisi dalam matriks, maka |Z| = +1. | | – 0. | | + 0. | |
2 2 0 2 0 2
determinannya menjadi: 1 -1
|Z| = | | = 2.1 – (-1).2 = 4
2 2
det A baru = -|A|
G. ADJOINT DAN INVERS MATRIKS
Operasi hitung antar baris atau kolom pada Adjoint (Adj A) adalah transpos matriks dari
matriks tidak mengubah nilai determinan. kofaktor suatu matriks persegi.
Apabila baris ke i ditambah dengan k kali baris Adjoint matriks pada matriks persegi:
ke j atau kolom ke m ditambah dengan k kali Ordo 2x2
kolom n, nilai determinan tidak berubah. t
d -c d -b
Contoh: Adj A = ( ) =( )
-b a -c a
20 25 30 Ordo 3x3
det A = |23 31 35| dapat disederhanakan
t
24 36 41 e f d f d e
+| | -| | +| |
untuk mempermudah perhitungan dengan: h i g i g h
a c a b
4 5 6 Adj A - |b c| + |
det A = 5. |23 31 35| (k = 5 dari baris 1) h i g i | - |g h |
24 36 41 b c a c a b
(+ | e f | - | d f | + | d e | )
4 5 6
det A = 5. |-1 1 -1| (b2 – 6.b1 dan b3 – 7.b1) Transpos dari kofaktor matriks berordo 3x3
1 1 -1 sebaiknya dilakukan setelah kofaktor tiap elemen
agar makin mempermudah hitungan, buat dihitung agar tidak ada kekeliruan.
matriks mengandung banyak bilangan 0.

MATRIKS 3
materi78.co.nr MAT 3
Invers matriks (A-1) adalah kebalikan dari suatu H. SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA
matriks persegi. VARIABEL DAN TIGA VARIABEL
Invers matriks pada matriks persegi: Sistem persamaan linear dapat diselesaikan
Rumus umum menggunakan matriks.
Bentuk sistem persamaan linear dalam matriks
1
A-1 = .Adj A (ordo matriks koefisien variabel mengikuti jumlah
|A|
variabel):
Ordo 2x2 a1x + b1y = c1 a1 b1 x c
( ) ( ) = (c1 )
a2x + b2y = c2 a2 b2 y 2
1 d -b
A-1 = .( )
|A| -c a Penyelesaian sistem persamaan linear
menggunakan matriks dapat dihitung dengan
Ordo 3x3 determinan.

t
Penyelesaian SPLDV dapat ditentukan:
e f d f d e
+| | -| | +| | Determinan matriks
h i g i g h
1 a c a b
A-1 = . - | b c| + |g -| Dx Dy a1 b1
|A| h i i| g h
|
x= y= D=| |
D D a2 b2
b c a c a b
(+ | e f | -|
d f
| +|
d e)
|
c1 b1 a1 c1
Sifat-sifat invers matriks: Dx = | | Dy = |a c2 |
c2 b2 2

Involusi (A-1)-1 = A
D = determinan matriks koefisien variabel
Dx = D dengan mengganti koefisien x menjadi
Identitas A.A-1 = A-1.A = I konstantanya
Dy = D dengan mengganti koefisien y menjadi
Transpos (At)-1 = (A-1)t konstantanya

1 Invers matriks
Determinan |A-1| = |A|
x 1 b2 -b1 c1
(y ) = .( )( )
a1 .b2 -b1 .a2 -a2 a 1 c2
Invers (AB)-1 = B-1A-1
perkalian (ABC)-1 = C-1B-1A-1 Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari 2x – 3y = 1
Jika AB = I, maka: dan x + 2y = 4.
A = B-1 B = A-1 Jawab:
2 -3
Jika AB = C, maka: D=| | = 2.2 – (-3).1 = 7
1 2
Lain-lain A = C.B-1 B = A-1.B 1 -3
Dx = | | = 1.2 – (-3).4 = 14
4 2
Jika ABC = D, maka: 2 1
Dy = | | = 2.4 – 1.1 = 7
A = D(BC)-1 B = A-1DC-1 1 4
14
x= =2
C = (AB) D -1 7
7
y= =1
7
Contoh:
5 2
Tentukan invers dari A = ( )!
4 2
Jawab:
2 -2
|A| = 5.2 – 2.4 = 2 Adj A = ( )
-4 5
2 -2 1 -1
A-1 = 1/2 x ( ) A-1 = ( 5 )
-4 5 -2
2

MATRIKS 4
materi78.co.nr MAT 3

Trigonometri Dasar
A. PENDAHULUAN 4) Radian (rad)
Trigonometri adalah ilmu matematika yang Satu radian didefinisikan sebagai ukuran
mempelajari tentang segitiga siku-siku. sudut yang dibentuk oleh suatu juring
lingkaran yang busurnya bernilai sama
Pada segitiga siku-siku berlaku teorema
dengan jari-jari lingkaran.
Phytagoras dan nilai perbandingan sisi-sisi
segitiga siku-siku. A
AB
B. NILAI PERBANDINGAN TRIGONOMETRI r
Nilai perbandingan trigonometri adalah nilai B
perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku. r
Macam definisi dari nilai perbandingan trigonometri:
opposite

Nilai satu radian adalah:


depan

180 o
π
1 rad = 1o = rad
θ π 180
samping
adjacent D. KOORDINAT KARTESIUS DAN POLAR
sinus cosecan Suatu sudut dapat dinyatakan dalam koordinat
depan 1 miring kartesius dan koordinat polar.
sinθ = cosecθ = =
miring sinθ depan
cosinus secan P
samping 1 miring
cosθ = secθ = = r
miring cosθ samping y
tangen cotangen
depan 1 samping
α
tanθ = cotθ = = x
samping tanθ depan
sinθ cosθ
tanθ = cotθ = Koordinat kartesius Koordinat polar
cosθ sinθ
P = (x, y) P = (r, αo)
C. SATUAN SUDUT
Sudut dapat dinyatakan dalam berbagai macam Hubungan koordinat polar dengan kartesius:
satuan, yaitu:
y
1) Derajat (o) r = √x2 +y2 tanα =
x
Satu derajat didefinisikan sebagai 1/360
putaran penuh satu lingkaran. Hubungan koordinat kartesius dengan polar:

1 x = r cos α y = r sin α
1o = putaran penuh lingkaran
360
E. SUDUT ISTIMEWA
2) Menit (‘)
Perbandingan nilai sisi-sisi segitiga istimewa
Satu menit didefinisikan sebagai 1/60 derajat,
dan sudutnya antara lain:
sehingga 1o bernilai 60’.

1 45o 60o
1’ = o 1o = 60’
60 1 1

3) Detik (“) 45o 30o


Satu detik didefinisikan sebagai 1/60 menit 1 3
atau 1/3600 derajat, sehingga 1o bernilai
3600” dan 1’ bernilai 60”.
a a2 + b2 = c2
1 1
1” = ’= o 1o = 3600”
60 3600 b

TRIGONOMETRI 1
materi78.co.nr MAT 3
Nilai perbandingan trigonometri pada sudut- Sudut dapat bernilai negatif jika arah putarannya
sudut istimewa: searah jarum jam. Sudut juga dapat bernilai lebih
0o 30o 45o 60o 90o dari 360o jika melakukan lebih dari satu putaran
π π π π penuh.
0
6 4 3 2 Untuk mengubah sudut negatif atau besarnya
1
sin 0 /2 1
/2 2 1
/2 3 1 lebih dari 360o, dapat digunakan konsep:
1
cos 1 1
/2 3 1
/2 2 /2 0
α = α ± k.360o
tan 0 1
/3 3 1 3 ∞
dengan k merupakan bilangan bulat.
csc ∞ 2 2 2
/3 3 1
Nilai perbandingan trigonometri sudut pada
sec 1 2
/3 3 2 2 ∞
kuadran II, III dan IV memiliki suatu hubungan
cot ∞ 3 1 1
/3 3 0 atau relasi dengan kuadran I (≥90o).
Sudut berelasi yang dapat dibentuk:
F. KUADRAN KOORDINAT KARTESIUS
Kuadran Sudut
Nilai perbandingan trigonometri suatu sudut
I β atau 90 – α
yang besarnya <90o dapat dijelaskan melalui
II 90 + α atau 180 – α
kuadran koordinat kartesius.
III 180 + α atau 270 – α
90o
IV 270 + α atau 360 – α
Nilai-nilai sudut berelasi:

r sin(90- α) = cosα sin(180- α) = sinα


β y
cos(90- α) = sinα cos(180- α) = -cosα
α tan(90- α) = cotα tan(180- α) = -tanα
180o 0o
x
y csc(90- α) = secα csc(180- α) = cscα
sinα =
r x = absis sec(90- α) = cscα sec(180- α) = -secα
x
cosα = y = ordinat cot(90- α) = tanα cot(180- α) = -cotα
r
y r = jari-jari
tanα = sin(90+ α) = cosα sin(180+ α) = -sinα
x
270o cos(90+ α) = -sinα cos(180+ α) = -cosα
Tanda nilai perbandingan trigonometri tan(90+ α) = -cotα tan(180+ α) = tanα
berbeda di masing-masing kuadrannya. csc(90+ α) = secα csc(180+ α) = -cscα
90o
II I sec(90+ α) = -cscα sec(180+ α) = -secα
90 ≤ α ≤ 180 0 ≤ α ≤ 90 cot(90+ α) = -tanα cot(180+ α) = cotα
sin + cosec + sin + cosec + sin(270- α) = -cosα sin(360- α) = -sinα
cos – sec – cos + sec +
cos(270- α) = -sinα cos(360- α) = cosα
tan – cot – tan + cot +
180o 0o tan(270- α) = cotα tan(360- α) = -tanα
sin – cosec – sin – cosec – csc(270- α) = -secα csc(360- α) = -cscα
cos – sec – cos + sec + sec(270- α) = -cscα sec(360- α) = secα
tan + cot + tan – cot –
cot(270- α) = tanα cot(360- α) = -cotα
180 ≤ α ≤ 270 270 ≤ α ≤ 360
sin(270+ α) = -cosα sin(360+ α) = sinα
III IV
270o cos(270+ α) = sinα cos(360+ α) = cosα
Hubungan kelipatan sudut dengan sudut lain: tan(270+ α) = -cotα tan(360+ α) = tanα
1) Sudut 360o atau 2π rad dan kelipatan
csc(270+ α) = -secα csc(360+ α) = cscα
bilangan bulatnya bernilai 0o atau 0 rad.
sec(270+ α) = cscα sec(360+ α) = secα
2) Sudut 180o atau π rad dan kelipatan
ganjilnya bernilai 180o atau π rad, sedangkan cot(270+ α) = -tanα cot(360+ α) = cotα
kelipatan genapnya bernilai 0o atau 0 rad.

TRIGONOMETRI 2
materi78.co.nr MAT 3
Pola yang dapat diambil:
1) Pada sudut 90± α dan 270± α , nama
perbandingan berubah dengan tanda sesuai
kuadran awal.
2) Pada sudut 180± α dan 360± α , nama
perbandingan tetap dengan tanda sesuai
kuadran awal.
Contoh:
Tentukan nilai trigonometri sudut-sudut berikut:
1. sin(-30o) = -sin(30) = -1/2
2. cos150o = -cos(30) = -1/2 3
3. cos(-300o) = cos(60) = 1/2
23π π
4. tan( ) = tan(4π– ) = tan(-30)
6 6
= -tan30 = -1/3 3
41π π
5. cot(− ) = cot(-14π+ ) = cot60 = 1/3 3
3 3
6. sec870o = sec510 = sec150
= -sec(30) = -2/3 3

TRIGONOMETRI 3
materi78.co.nr MAT 3

Identitas dan Persamaan Trigonometri


A. IDENTITAS TRIGONOMETRI Hubungan antara dua persamaan tangen
mempunyai penyelesaian.
Identitas trigonometri digunakan untuk
membuktikan kebenaran suatu persamaan tan x = tan a
trigonometri. apabila,
Identitas nilai perbandingan trigonometri
x = a + k.180
didapat dari:
y dengan k merupakan bilangan bulat.
P sinα =
r Contoh:
x
r cosα = Tentukan himpunan penyelesaian dari:
y r a. sin(2x) + cos(x-15) = 0, dengan 90o < x < 360o
α
b. cos(3x) + cos(x) = 0, dengan –π < x < π
x r = √x2 +y2
Jawab:
y x
2
sin α + cos α = ( 2 2
) +( 2
) a. sin(2x) = -cos(x - 15)
r r
sin(2x) = sin(270+(x - 15)) (kuadran IV)
x2 + y2
2
sin α + cos α = 2 sin(2x) = sin(255+x)
r2
Himpunan penyelesaian di kuadran I:
2 2
sin α + cos α = 1 2x = 255 + x + k.360
x = 255 + k.360 (masukkan nilai k)
Identitas nilai perbandingan trigonometri lain
x = {-105, 255, 615}
didapat dari:
2
k = -1 k = 0 k = 1
sin α cos2 α 1
+ =
2
1 + cot α = cosec α 2 Himpunan penyelesaian di kuadran II:
2 2 2
sin α sin α sin α 2x = 180 – (255 + x) + k.360
2
sin α cos2 α 1 2 2 2x = –75 – x +k.360
+ = tan α + 1 = sec α
cos2 α cos2 α cos2 α 3x = –75 + k.360
B. PERSAMAAN TRIGONOMETRI x = –25 + k.120 (masukkan nilai k)
Hubungan antara dua persamaan sinus x = {-25, 95, 215, 335, 455}
mempunyai penyelesaian. k=0k=1 k=2 k=3 k=4
Himpunan penyelesaian akhir:
sin x = sin a
apabila, x = {95, 215, 255, 335}
b. sin(2x) = -cos(x - 15)
x = a + k.360
(kuadran I) sin(2x) = sin(270+(x - 15)) (kuadran IV)
sin(2x) = sin(255+x)
x = (180 – a) + k.360
(kuadran II) Himpunan penyelesaian di kuadran I:
dengan k merupakan bilangan bulat. 2x = 255 + x + k.360
Hubungan antara dua persamaan cosinus x = 255 + k.360 (masukkan nilai k)
mempunyai penyelesaian. x = {-105, 255, 615}
Himpunan penyelesaian di kuadran II:
cos x = cos a
apabila, 2x = 180 – (255 + x) + k.360
2x = –75 – x +k.360
x = a + k.360
(kuadran I) 3x = –75 + k.360
x = –25 + k.120 (masukkan nilai k)
x = –a + k.360
(kuadran IV) x = {-25, 95, 215, 335, 455}
dengan k merupakan bilangan bulat. k=0k=1 k=2 k=3 k=4
Himpunan penyelesaian akhir:
x = {95, 215, 255, 335}

TRIGONOMETRI 1
materi78.co.nr MAT 3
C. PERSAMAAN FUNGSI TRIGONOMETRI
periode π y = cotx
Grafik fungsi trigonometri antara lain:
1) Fungsi sinus dan cosinus

y = sinx
1 π 3π
π 2 2π
π 2
0
0 2π

-1
periode 2π Bentuk umum persamaan fungsi sinus dan cosinus:

y = ±a.sin(bx ± c) ± d y = ±a.cos(bx ± c) ± d
y = cosx
1 Makna persamaan fungsi sinus dan cosinus:

π 1) Amplitudo fungsi
0 2π
±a
-1
Jika a > 0 (positif), maka grafik bergerak
periode 2π naik ke amplitudo tertinggi lebih dulu.
2) Fungsi cosecan dan secan Jika a < 0 (negatif), maka grafik bergerak
turun ke amplitudo terendah lebih dulu.
y = cosecx
periode 2π 2) Periode fungsi

360°
b
Satu periode dibagi menjadi 4 daerah yang
1
0 π 2π sama besar.
3) Pergeseran horizontal grafik
-1
c
b
y = secx Jika c/b > 0 (positif), maka grafik bergeser
periode 2π
ke kiri sebesar c/b.
Jika c/b < 0 (negatif), maka grafik bergeser
ke kanan sebesar c/b.

1
4) Pergeseran vertikal grafik
0 π
d

-1
Jika d > 0 (positif), maka grafik naik ke atas
sebesar d.
3) Fungsi tangen dan cotangen Jika d < 0 (negatif), maka grafik turun ke
bawah sebesar d.
periode π y = tanx
5) Nilai maksimum dan minimum grafik
Nilai maksimum: Nilai minimum:

|a|+d -| a | + d

Hubungan persamaan fungsi sinus dan cosinus:


π 3π 1) Sudut persamaan sinus ke cosinus ditambah

2 π 2 270o sesuai konsep sudut berelasi.
0
2) Sudut persamaan cosinus ke sinus ditambah
90o sesuai konsep sudut berelasi.

TRIGONOMETRI 2
materi78.co.nr MAT 3
3) Sudut yang terlalu kecil atau terlalu besar Grafik fungsi sinus dan cosinus juga dapat
dapat disederhanakan menggunakan diubah menjadi sebuah persamaan, dengan:
konsep: Nilai a Nilai b

α = α ± k.360o amaks −amin 360°


a= b=
2 p
dengan k merupakan bilangan bulat.
Contoh: Nilai c
Ubah ke persamaan berikut ke sinus atau cosinus! Fungsi sinus Fungsi cosinus
a. y = 2. sin(3x + 100)
c = 90 – b. xpuncak c = – b. xpuncak
y = 2. cos(270+(3x + 100))
y = 2. cos(370 + 3x) y = 2. cos(3x + 10) Nilai d
b. y = -3. cos(x + 4) amaks +amin
d=
y = -3. sin(90+(x + 4)) y = -3. sin(x + 94) 2
Cara menggambar grafik sinus dan cosinus:
Cara menentukan persamaan fungsi sinus dan
Contoh: cosinus dari grafik:
Buatlah gambar grafik satu periode dari Contoh:
persamaan fungsi y = -2. sin(3x-60) + 1!
Langkah 1:
4
Buat grafik dasar sebelum pergeseran, yaitu
persamaan menjadi y = -2.sin(3x), dengan:
2
- Amplitudo grafik adalah 2 dan grafik bergerak
turun ke -2 lebih dulu. 0
- Periode grafik adalah 360/3 atau 120o. 20 80
-1

Tentukan persamaan fungsi grafik di atas!


2
Jawab:
0 60 4-0
a= =2
120 2
Periode grafik di atas adalah 2 kali jarak antar
-2
puncak, yaitu 120o.
360°
Langkah 2: b= =3
120°
Buat grafik persamaan y = -2.sin(3x-60), dengan c = 90 - 3.80 = 90 - 240 = -150
pergeseran horizontal ke kiri sebesar 20o. 4+0
d= =2
2
Maka persamaan yang dapat dibentuk:
2
y = 2. sin(3x - 150) + 2 (fungsi sinus)
0 60 y = 2. cos(3x + 120) +2 (fungsi cosinus)
120

-2

Langkah 3:
Buat grafik persamaan y = -2.sin(3x-60) + 1,
dengan pergeseran vertikal ke atas sebesar 1.

0 60
120
-1

TRIGONOMETRI 3
materi78.co.nr MAT 4

Penerapan Turunan
A. PENDAHULUAN D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA
Turunan dapat digunakan untuk: Persamaan garis singgung suatu kurva f(x) pada
1) Perhitungan nilai limit dengan dalil l’Hôpital sembarang titik dapat dibentuk dengan turunan.
2) Menentukan persamaan fungsi kecepatan Gradien garis singgung
dan percepatan dari persamaan fungsi posisi
m = f’(x)
3) Membentuk persamaan garis singgung suatu
fungsi kurva Pada garis ax + by + c = 0 dengan kemiringan α,
4) Menentukan sifat dan grafik fungsi kurva nilai gradien:
5) Menentukan nilai maksimum dan minimum a
suatu fungsi kurva m= – = tanα
b
B. DALIL L’HÔPITAL
0 Gradien dua garis Gradien dua garis tegak
Nilai limit fungsi dengan bentuk tak tentu dan
0 sejajar: lurus:

dapat diselesaikan dengan dalil l’Hôpital:

1
m1 = m2 m1 = –
f(x) f'(x) m2
lim = lim
x→a g(x) x→a g'(x)
Membentuk persamaan garis singgung
Contoh: y – y1 = m(x – x1)
2x3 -5x2 -2x-3 6x2 -10x-2
lim 3 = lim 2 Contoh 1:
x→3 4x -13x2 +4x-3 x→3 12x -26x+4
Tentukan persamaan garis singgung pada kurva
6(3)2 -10(3)-2 11
= = y = 8 – 5x + x2 di titik:
12(3)2 -26(3)+4 17
a. (1, 7), c. berordinat 2.
C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK b. berabsis 4,
Pada kinematika gerak, terdapat tiga besaran Jawab:
utama, yaitu posisi (s), kecepatan (v), dan
m = f’(x) = –5 + 2x
percepatan (a).
a. m = –5 + 2(0) = –5
Besaran tersebut dapat dibentuk persamaan
y – 7 = –5(x – 1) y = –5x + 12
yang nilainya berubah terhadap waktu (t).
b. berabsis 4: x = 4
Kecepatan (v) merupakan turunan pertama dari
fungsi posisi. m = –5 + 2(4) = 3
y = 8 – 5(4) + (4)2 = 4
ds
v = s’ = y – 4 = 3(x – 4) y = 3x – 8
dt
c. berordinat 2: y = 2
Percepatan (a) merupakan turunan pertama fungsi 2 = 8 – 5x + x2 m1 = –5 + 2(2) = –1
kecepatan dan turunan kedua fungsi posisi. 0 = 6 – 5x + x 2
m2 = –5 + 2(3) = 1
2 0 = (x – 2)(x – 3)
dv ds
a = v’ = s” = = 2 x=2 y – 2 = –1(x – 2) y = –x + 4 (pers. 1)
dt dt
x=3 y – 2 = 1(x – 3) y = x – 1 (pers. 2)
Contoh: Contoh 2:
Tentukan kecepatan dan percepatan pada t = 1 s Tentukan persamaan garis singgung pada kurva
dari fungsi posisi s = 2t2 + 3t - 5! y = x3 + 5 yang tegak lurus garis x + 3y = 2!
Jawab: Jawab:
s’ = 2.2.t(2-1) + 1.3.t(1-1) + 0.1 Gradien garis singgung dapat dihitung:
v = 4t + 3 m/s v(1) = 4(1) + 3 1
m1 = – 3 , m1 m2, maka m2 = 3
v(1) = 7 m/s
Cari titik singgung:
s’’ = 1.4.t(1-1) + 0.3 a = 4 m/s2 (konstan)
m = y’ = 3x2 = 3

TURUNAN 1
materi78.co.nr MAT 4
x2 = 1 x=1 y = (1)3 + 5 = 6 Jenis titik stasioner dilihat dari garis bilangan
x = -1 3
y = (-1) + 5 = 4 turunan pertama fungsi (f’(x)):
y – 6 = 3(x – 1) y = 3x + 3 (pers. 1) 1
3
y – 4 = 3(x – (–1)) y = 3x + 7 (pers. 2)
E. SIFAT DAN GRAFIK FUNGSI
4
Sifat dan grafik fungsi suatu kurva f(x) dapat 2
ditentukan dengan turunan.
Sifat-sifat fungsi pada interval tertentu:
1) Titik balik maksimum
f’(x) = 0

f’(x) < 0 x<a x=a x>a


2) Titik balik minimum
f’(x) > 0

Sifat fungsi Syarat x<a x=a x>a


Fungsi naik f’(x) > 0 3) Titik belok positif

Fungsi turun f’(x) < 0


Titik stasioner f’(x) = 0
Selalu naik f’(x) > 0 x<a x=a x>a
Selalu turun f’(x) < 0 4) Titik belok negatif
Tidak pernah naik f’(x) ≤ 0
Tidak pernah turun f’(x) ≥ 0

Sketsa grafik dapat dilihat dari: x<a x=a x>a


Grafik turunan fungsi (f’(x))
Jenis titik stasioner juga dapat ditentukan dari
f’(x) turunan kedua fungsi (f’’(x)).
1) Jika pada suatu titik f’(x) = 0 dan f’’(x) ≠ 0,
maka titik itu adalah titik balik.
a. Titik balik maksimum bila f’’(x) < 0.

x=a x=b x=c b. Titik balik minimum bila f’’(x) > 0.


2) Jika pada suatu titik f’(x) = 0 dan f’’(x) = 0,
maka titik itu adalah titik belok yang jenisnya
1) Grafik f’(x) di atas sumbu x menunjukkan diuji dengan turunan pertama fungsi (f’(x)).
interval fungsi naik pada f(x), Contoh 1:
2) Titik pada sumbu x grafik f’(x) menunjukkan f(x) = 3x4 + 4x3 + 2, tentukan:
titik stasioner pada f(x), a. Interval naik dan turun
3) Grafik f’(x) di bawah sumbu x menunjukkan b. Nilai dan titik stasioner, beserta jenisnya
interval fungsi turun pada f(x). Jawab:
Garis bilangan turunan pertama fungsi (f’(x)) f'(x) = 12x3 + 12x2 = 0
0 = 12x2(x + 1)
x=0 x=0 x = -1

x=a x=b x=c


1) Garis bilangan dan nilai x adalah himpunan -1 0
penyelesaian turunan fungsi (f’(x)). a. Interval naik : x > -1, x ≠ 0
2) Tanda +/– dan garis biru menunjukkan sifat Interval turun : x < -1
fungsi naik, turun, dan titik stasioner pada f(x).

TURUNAN 2
materi78.co.nr MAT 4
b. Terdapat dua titik stasioner: b. Syarat: f’(x) > 0
Balik minimum di x = -1, f’(x) = 3x2 + 4x + 8
Nilai balik minimum : f(-1) = 12(-1)3 + 12(-1)2 8 4
f’(x) = 3.(x2 + x + ) (kuadrat sempurna)
f(-1) = 0 3 3
Titik balik minimum : (-1, 0) 2 2 20
f’(x) = 3.([x + ] + )
Belok positif di x = 0, 3 9
Nilai belok positif : f(0) = 12(0)3 + 12(0)2 2 2 20
f’(x) = 3.(x + ) + (selalu positif), f’(x) > 0
f(0) = 0 3 3
Titik belok positif : (0, 0) (ada konstanta), f’(x) ≠ 0
Contoh 2: Dari sketsa grafik, dapat dibuat gambar grafik
2 2
f(x) = (x – 4) , tentukan: fungsi kurva f(x).
a. Interval naik dan turun Langkah-langkah menggambar grafik fungsi:
b. Titik dan nilai stasioner, beserta jenisnya 1) Menentukan titik potong kurva f(x) dengan
Jawab: sumbu y.
f'(x) = 2.(x2 – 4).(2x) = 0 2) Menentukan sketsa grafik dengan garis
0 = 4x(x – 2)(x + 2) bilangan.
x=2 x=0 x = -2 3) Menentukan titik stasioner dengan turunan
pertama fungsi kurva f(x).

f’(x) = 0
-2 0 2
a. Interval naik : -2 < x < 0 V x > 2 4) Menentukan titik belok dengan turunan
kedua fungsi kurva f(x).
Interval turun : x < -2 V 0 < x < 2
b. Terdapat tiga titik stasioner: f’’(x) = 0
Balik minimum di x = -2,
5) Menentukan titik bantu di sekitar titik
Nilai balik minimum : f(-2) = ((-2)2 – 4)2
stasioner untuk mempertajam grafik.
f(-2) = 0
Contoh:
Titik balik minimum : (-2, 0)
Gambarlah grafik dari y = x3 – 3x2 – 9x + 11.
Balik maksimum di x = 0,
Jawab:
Nilai belok positif : f(0) = ((0)2 – 4)2
Titik potong dengan sumbu y (x = 0),
f(0) = 16
y = (0)3 – 3(0)2 – 9(0) + 11 = 11 (0, 11) …(1)
Titik belok positif : (0, 16)
Titik stasioner,
Balik minimum di x = 2,
y’ = 3x2 – 6x – 9 = 0
Nilai balik minimum : f(2) = ((2)2 – 4)2
0 = x2 – 2x – 3
f(2) = 0
(x – 3)(x + 1)
Titik balik minimum : (2, 0)
x=3 y = (3)3 – 3(3)2 – 9(3) + 11 = -16
Contoh 3:
(3, -16) …(2)
Tunjukkan bahwa fungsi berikut:
3 2
x = -1 y = (-1) – 3(-1) – 9(-1) + 11 = 16
a. f(x) = –x3 + 6x2 – 12x + 8 tidak pernah naik.
(-1, 16) …(2)
b. g(x) = x3 + 2x2 + 8x + 6 selalu naik.
Titik belok,
Jawab:
y’’ = 6x – 6 = 0
a. Syarat: f’(x) ≤ 0
x=1 y = (1)3 – 3(1)2 – 9(1) + 11 = 0
f’(x) = –3x2 + 12x – 12
(1, 0) …(4)
f’(x) = –3(x2 – 4x + 4)
Titik bantu,
f’(x) = –3. (x – 2)2 (selalu negatif), f’(x) < 0
x -2 2 4
(f’(x) = 0 di x = 2), f’(x) ≤ 0
y 9 -11 -9

TURUNAN 3
materi78.co.nr MAT 4
Maka grafik dapat digambar: 3) Cari suatu persamaan yang dapat
(-1, 16) menghubungkan variabel-variabel agar
dapat dilakukan substitusi sehingga fungsi
yang ingin dicari menjadi dalam satu variabel
(0, 1)
saja.
(-2, 9) 4) Lakukan langkah-langkah menentukan nilai
maksimum dan minimum fungsi.
Contoh 1:
(1, 0)
Diketahui jumlah dua bilangan positif adalah 24,
tentukan kedua bilangan tersebut dan hasil kali
maksimumnya.

(4, -9) Jawab:


Misalkan kedua bilangan adalah a dan b, maka:
(2, -11)
a + b = 24 b = 24 – a
HK = a.b
(3, -16)
HK = a(24 – a) = 24a – a2
F. NILAI MAKSIMUM DAN MINIMUM HK’ = 24 – 2a = 0
Nilai maksimum dan minimum suatu sfungsi a = 12 HK maks = 12.12
kurva f(x) pada suatu interval dapat ditentukan b = 24 – 12 b = 12 HK maks = 144
dengan turunan. Contoh 2:
Langkah-langkah menentukan nilai maksimum Biaya suatu pekerjaan per hari mengikuti
dan minimum fungsi f(x) pada interval a ≤ x ≤ b: persamaan f(x) = (24 – 2x2) dalam ribu rupiah. Jika
1) Tentukan nilai titik a dan titik b (f(a) dan f(b)), pekerjaan tersebut selesai dalam x hari, tentukan
2) Tentukan titik-titik dan nilai-nilai stasioner biaya pekerjaan minimum!
pada interval tersebut, Jawab:
3) Tentukan mana nilai terbesar (maksimum) Karena persamaan f(x) memenuhi biaya
dan nilai terkecil (minimum) dari semua nilai pekerjaan per hari, maka persamaan yang
di atas. memenuhi biaya pekerjaan x hari adalah:
Contoh: BP = x(24 – 2x2) = 24x – 2x3
Tentukan nilai maksimum dan minimum f(x) = x 3 BP’ = 24 – 6x2 = 0
– 6x2 – 15x + 20 pada interval 0 ≤ x ≤ 6! 0 = 4 – x2 x = -2 hari (tidak mungkin)
Jawab: (2 – x)(2 + x) x = 2 hari
f(0) = (0)3 – 6(0)2 – 15(0) + 20 f(0) = 20 …(1) BP min = 24(2) – 2(2) 3

f(6) = (6)3 – 6(6)2 – 15(6) + 20 f(6) = -70 …(2) BP min = 32 ribu rupiah (Rp32.000)
f’(x) = 3x2 – 12x – 15 = 0 Contoh 3:
0 = x2 – 4x – 5 x=5 Perusahaan memproduksi x unit mobil tiap hari
(x – 5)(x + 1) x = -1 (tidak memenuhi) dengan biaya produksi P(x) = x2 + 30x + 50 dalam
f(5) = (5)3 – 6(5)2 – 15(5) + 20 f(5) = -80 …(3) juta rupiah.
Maka, pada interval 0 ≤ x ≤ 6, Jika harga jual tiap unit mobil Rp150.000.000,
Nilai maks f(x) = 20 Nilai min f(x) = -80 tentukan keuntungan maksimum perusahaan
Nilai maksimum dan minimum dapat tersebut setiap harinya!
diterapkan dalam permasalahan sehari-sehari. Jawab:
Langkah-langkah menyelesaikan permasalahan keuntungan = harga jual – biaya produksi
yang berkaitan dengan nilai maksimum dan K = 150x – (x2 + 30x + 50) = –x2 + 120x – 50
minimum: K’ = –2x + 120 = 0 x = 60 unit
1) Buat persamaan menggunakan permisalan 2
K maks = –x + 120x – 50
dengan variabel-variabel (misalnya x dan y). K maks = –(60)2 + 120(60) – 50
2) Nyatakan fungsi yang ingin dicari nilai K maks = 3550 juta rupiah (Rp3.550.000.000)
maksimum dan minimumnya dalam satu
variabel saja.

TURUNAN 4
materi78.co.nr MAT 4
Contoh 4: Dari garis bilangan, diketahui bahwa nilai
Sebuah kerucut tegak dengan jari-jari alasnya 6 maksimum terjadi pada x = 1, maka:
cm, tingginya 9 cm, di dalamnya dibuat tabung p = 8 – 2(1) p = 6 dm
yang alas dan titik pusatnya berimpit dengan alas l = 5 – 2(1) l = 3 dm
dan titik pusat kerucut. Tentukan volume t = (1) t = 1 dm
maksimum dari tabung tersebut.
Contoh 6:
Jawab:
Diketahui sebuah kotak beralas persegi. Jika luas
permukaan kotak 192 cm2. Tentukan ukuran
r 9–t
9–t = kotak agar volumenya maksimum jika,
6 9
9 r a. Kotak tidak memiliki tutup,
9r = 54 – 6t
b. Kotak memiliki tutup.
6t = 54 – 9r
t Jawab:
3
t=9– r Jika kotak beralaskan persegi maka,
2
6
p=x t=y
V = πr2t l=x V = p.l.t = x2y
3 3
V = πr2(9 – r) = 9πr2 – πr3 192 – x2
2 2 a. x2 + 4xy = 192 y=
9 4x
V’ = 18πr – πr2 = 0
2 192 – x2 1
9 V = x2. = 48x – x3
18πr = πr 2
r = 4 cm 4x 4
2
3
3 V’ = 48 – x2 = 0
t = 9 – (4) t = 3 cm 4
2
x2 = 64 x = –8 (tidak mungkin)
V maks = π.(4)2.(3) V maks = 48π cm3
x=8
Contoh 5:
Karton berbentuk persegi panjang dengan 192 – (8)2 128
y= = =4
ukuran 5 x 8 dm, keempat pojoknya dipotong 4(8) 32
persegi dengan sisi x dm. V maks = (8)2.4
Dari bangun yang didapat, dibuat sebuah kotak V maks = 256 cm3
tanpa tutup. Tentukan ukuran kotak agar 96 – x2
volumenya maksimum! b. 2x2 + 4xy = 192 y=
2x
Jawab: 96 – x 2
1
V = x2. = 48x – x3
Misalkan daerah yang diarsir adalah bangun yang 2x 2
didapat, 3
V’ = 48 – x2 = 0
2
x
x2 = 32 x = –4√2 (tidak mungkin)
x
p = 8 – 2x x = 4√2
5 – 2x

l = 5 – 2x 192 – (4√2)
2
160
t=x y= = = 5√2
x 4(4√2) 16√2
V maks = (4√2)2. 5√2
x 8 – 2x
V maks = 160√2 cm3
V = p.l.t
V = (8 – 2x).(5 – 2x).(x) = 48x – 26x2 + 4x3
V’ = 40 – 52x + 12x2 = 0
0 = 3x2 – 13x + 10 x=1
10
(3x – 10)(x – 1) x=
3
Uji dengan turunan pertama untuk menentukan
mana titik maksimum (titik balik maksimum),

10
1 /3

TURUNAN 5
materi78.co.nr MAT 4

Sistem Persamaan Polinom


A. PENDAHULUAN b. Metode Horner
Sistem persamaan polinom (suku banyak) 5 -8 0 1 -3 2
adalah sistem persamaan dengan pangkat 2 ● 10 4 8 18 30 +
tertinggi >2. 5 2 4 9 15 32
Bentuk umum polinom:
C. KESAMAAN POLINOM
P(x) = anxn + an-1xn-1 + an-2xn-1 + … + a1x + ao Kesamaan polinom dilambangkan dengan:

Istilah pada polinom: f(x) ≡ g(x)


1) Derajat (n), adalah pangkat tertinggi dalam
suatu suku banyak. Dua buah sistem persamaan polinom
dikatakan memiliki kesamaan jika keduanya:
2) Variabel (x), adalah bilangan yang dimisalkan
dengan huruf, misalnya x. 1) Memiliki derajat yang sama.

3) Koefisien (a), adalah bilangan yang mengikuti 2) Memiliki variabel dan koefisien seletak yang
variabel. sama antara polinom ruas kiri dengan kanan.
Pada kesamaan polinom tidak berlaku pindah
B. SUBSTITUSI POLINOM
ruas atau kali silang.
Substitusi polinom dilakukan untuk
Contoh:
mendapatkan nilai polinom.
Diketahui x4 + px2 + qx – 6 ≡ (x2 – 2)(x2 + r).
Substitusi polinom P(x) dengan x = k dapat
Tentukan nilai p, q dan r!
dilakukan dengan:
Jawab:
1) Metode substitusi normal
Jabarkan terlebih dahulu ruas kanan,
Mengganti seluruh variabel x sistem
x4 + px2 + qx – 6 ≡ x4 + rx2 – 2x2 – 2r
persamaan polinom dengan k.
x4 + px2 + qx – 6 ≡ x4 + (r – 2)x2 – 2r
2) Metode Horner
Sesuai konsep kesamaan maka,
Bentuk bagan Horner untuk substitusi:
p=r–2 r=3
xn xn-1 xn-2 … x1 x0
q=0 p=3–2
an an-1 an-2 … a1 ao
-6 = -2r p=1
k ● +
an = P(k) D. PEMBAGIAN POLINOM, TEOREMA SISA DAN
TEOREMA FAKTOR
a. Letakkan seluruh koefisien dari derajat
tertinggi sampai nol di bagian atas. Konsep pembagian polinom:
b. Letakkan substitusi di samping kiri. 19 4
=3+
c. Hasil akhir adalah nilai polinom. 5 5
yg dibagi sisa
Aturan penggunaan metode Horner: = hasil bagi +
pembagi pembagi
1 3
P(x) S(x)
● dst. + = H(x) +
Q(x) Q(x)
2 4 = P(k)
a. Perkalian dengan substitusi, P(x) = H(x).Q(x) + S(x)
penjumlahan ke bawah.
1) Derajat hasil bagi [H(x)] adalah derajat yang
b. Ulang tahap di atas sampai mencapai dibagi [P(x)] dikurang derajat pembagi [Q(x)].
nilai P(k).
2) Derajat sisa [S(x)] adalah derajat pembagi
Contoh: [Q(x)] dikurang satu.
Diketahui f(x) = 5x5 – 8x4 + x2 – 3x + 2. Tentukan Pembagian polinom dapat dilakukan dengan:
nilai dari f(2)!
1) Metode pembagian biasa/susun
Jawab:
Membagi bilangan seperti biasa dengan
a. Metode substitusi normal kurung bagi.
f(2) = 5(2)5 – 8(2)4 + (2)2 – 3(2) + 2 = 32

SISTEM PERSAMAAN POLINOM 1


materi78.co.nr MAT 4
2) Metode Horner Aturan penggunaan:
Aturan penggunaan: 1 5 9
2 6
a. Letakkan seluruh koefisien dari derajat ● ● ●
tertinggi sampai nol di bagian atas. 3
● ● 7 ●
b. Letakkan faktor pengali di samping kiri. 8
● ● ● +
4
c. Baris bawah bagian kiri adalah hasil bagi,
sedangkan bagian kanan adalah sisa.
Contoh:
kolom bagian kiri Tentukan hasil bagi 4x5 + 3x3 – 6x2 – 5x + 1 bila
hasil bagi =
koef derajat pembagi dibagi dengan 2x – 1!
Jawab:
sisa = kolom bagian kanan a. Metode pembagian biasa/susun
Bagan Horner tingkat satu 2x4 + x3 + 2x2 – 2x – 7/2
Pembagi ax + b 2x – 1 4x5 + 3x3 – 6x2 – 5x + 1
xn xn-1 xn-2 … x1 x0 4x5 – 2x4 -
an an-1 an-2 … a1 ao 2x4 + 3x3 – 6x2 – 5x + 1
- /ab
● + 2x4 – x3 -
3 2
hasil c 4x – 6x – 5x + 1
4x3 – 2x2 -
xn-1 xn-2 xn-3 … x0 sisa
2
– 4x – 5x + 1
Sisa = c
– 4x2 + 2x -
Aturan penggunaan:
– 7x + 1
1 3
7
/2 -
● 4 +
2 5
– /2
Hasil bagi = 2x + x + 2x – 2x – 7/2
4 3 2
Bagan Horner tingkat dua
Sisa = – 5/2
Pembagi ax2 + bx + c
b. Metode Horner
xn xn-1 xn-2 … x2 x1 x0
Pembagi ax + b
an an-1 an-2 … a2 a1 ao
4 0 3 -6 -5 1
-b/a ● ● 1 7
/2 ● 2 1 2 -2 - /2 +
-c/a ● ● +
4 2 4 -4 -7 - 5/2
xn-1 xn-2 xn-3 … x0 m n
4x4 + 2x3 + 4x2 – 4x – 7
Sisa = mx + n Hasil bagi =
2
Aturan penggunaan: Hasil bagi = 2x4 + x3 + 2x2 – 2x – 7/2
1 4 Sisa = – 5/2
● 3 5 ● Teorema sisa menjelaskan bahwa:
● ● + 1) Derajat sisa adalah derajat pembagi dikurang
2 6
satu.
Bagan Horner tingkat tiga 2) Jika P(x) dibagi q(x) bersisa, dan k adalah nilai
Pembagi ax3 + bx2 + cx + d x pembuat q(x) menjadi nol, maka P(k) = sisa.
b
xn xn-1 xn-2 … x3 x2 x1 x0 a. Jika P(x) : (ax + b), maka sisanya P(– ).
a
an an-1 an-2 … a3 a2 a1 ao b. Jika P(x) : (ax2 + bx + c), maka sisanya
-b/a ● ● ● adalah P(x1) dan P(x2).
-c/a ● ● ● Teorema sisa dapat digunakan untuk
-d/a ● ● ● + menentukan sisa pembagian polinom tanpa
mengetahui polinom dan/atau hasil baginya.
hasil p q r
n-1 n-2 n-3 0
x x x … x sisa
2
Sisa = px + qx + r

SISTEM PERSAMAAN POLINOM 2


materi78.co.nr MAT 4
Contoh: Faktor/akar-akar polinom dapat dicari
Suku banyak g(x) jika dibagi (x – 1) bersisa 6, menggunakan teorema faktor.
sedangkan apabila dibagi (x – 2) sisanya 3. Sifat-sifat akar-akar polinom:
Tentukan sisanya apabila f(x) dibagi (x2 – 3x + 2)! 1) Persamaan kuadrat
Jawab: Bentuk umum:
f(2) = 3
ax2 + bx + c
f(1) = 6
f(x) : (x2 – 3x + 2), sisa = mx + n, maka dengan akar-akar x1 dan x2,
f(2) = 2m + n = 3 b c
x 1 + x2 = – x1.x2 =
f(1) = m+n =6 – a a
m = -3 n=9
2) Persamaan pangkat tiga
maka, f(x) bila dibagi (x2 – 3x + 2) bersisa –3x + 9.
Bentuk umum:
Teorema faktor menjelaskan bahwa:
1) Jika P(x) habis dibagi q(x) atau mempunyai ax3 + bx2 + cx + d
sisa nol, maka q(x) adalah faktor dari P(x).
dengan akar-akar x1, x2 dan x3,
2) Jika P(x) = f(x).g(x) maka f(x) dan g(x) adalah
faktor dari P(x). b
x 1 + x2 + x3 = –
Teorema faktor dapat digunakan untuk a
menentukan faktor lain atau akar-akar rasional
dari sistem persamaan polinom menggunakan c d
x1.x2 + x1.x3 + x2.x3 = x1.x2.x3 = –
metode Horner. a a
Contoh:
3) Persamaan pangkat empat
Jika salah satu akar dari f(x) = x4 + mx3 – 6x2 + 7x
Bentuk umum:
– 6 adalah 2, tentukan akar linear lainnya!
Jawab: ax4 + bx3 + cx2 + dx + e
Pertama-tama, cari terlebih dahulu nilai m
dengan akar-akar x1, x2, x3 dan x4,
dengan substitusi polinom f(2) = 0, karena 2
adalah akar/faktor dari f(x). b
x 1 + x2 + x3 + x4 = –
f(2) = 0 a
4 3 2
0 = (2) + m(2) – 6(2) + 7(2) – 6
c
0 = 8m x1.x2 + x1.x3 + x1.x4 + x2.x3 + x2.x4 + x3.x4 =
a
m=0
Kemudian gunakan metode Horner dan cara
d
tebak untuk menentukan faktor/akar lain. x1.x2.x3 + x1.x2.x4 + x1.x3.x4 + x2.x3.x4 = –
a
1 0 -6 7 -6
2 ● 2 4 -4 6 + e
x1.x2.x3.x4 =
1 2 -2 3 0 a

-3 ● -3 3 -3 +
1 -1 1 0
Faktor f(x) antara lain adalah (x – 2), (x + 3), dan
(x2 – x + 1).
Jadi, faktor/akar linear selain 2 adalah -3.
E. SISTEM PERSAMAAN POLINOM
Sistem persamaan polinom (suku banyak)
mempunyai faktor/akar linear atau himpunan
penyelesaian seperti persamaan kuadrat atau
linear.

SISTEM PERSAMAAN POLINOM 3


materi78.co.nr MAT 4

Turunan
A. PENDAHULUAN Contoh pengerjaan bentuk U ± V:
Turunan/differensial adalah laju sesaat Contoh 1: y = x4 – 5x2 – 7, tentukan turunannya!
perubahan fungsi f(x) pada interval x2 dan x1 yang y' = 4.x4-1 – 2.5.x2-1 – 0
mendekati nol. y’ = 4x3 – 10x
Laju rata-rata perubahan fungsi Contoh 2: f(x) = (x – 5)(x + 7), tentukan turunan
Jika x1 = a, x2 = a + b, dan a adalah domain dari pertama dan keduanya!
f(x), maka: f(x) = x2 + 2x – 35
∆y f(x2 ) - f(x1 ) f(a+b) - f(a) f’(x) = 2.x2-1 + 2 – 0
= =
∆x x2 - x1 (a+b) - a f’(x) = 2x + 2
f’’(x) = 2
∆y f(x+b) - f(x)
= Contoh 3: f(x) = 3x√x - 7√x - 5x, tentukan f’(x)!
∆x b
3 1
f(x) = 3x ⁄2 – 7x ⁄2 – 5x
Laju sesaat perubahan fungsi (turunan) 3 1⁄ 1 1⁄
f’(x) = 3. . x 2 – 7. . x– 2 –5
Adalah nilai limit dari laju rata-rata perubahan 2 2

fungsi f(x) pada interval x2 dan x1 mendekati nol. 9 7


f’(x) = √x – –5
2 2√x
Jika x1 = a, x2 = a + b, a adalah domain dari f(x),
dan nilai b mendekati nol, maka: Contoh 4: y = 2a2x2 – 3ax4 + 5x + a + 7, tentukan
turunan y terhadap x!
dy ∆y f(x2 ) - f(x1) f(a+b) - f(a)
= lim = lim = lim dy
= 2.2a2.x2-1 – 4.3a.x4-1 + 5 + 0
dx b→0 ∆x b→0 x2 - x1 b→0 (a+b) - a dx
dy
= 4a2x – 12ax3 + 5
dy d[f(x)] f(x+b) - f(x) dx
= = y’ = f’(x) = lim Contoh pengerjaan bentuk U.V:
dx dx b→0 b
Contoh 1: Turunan pertama dari y = 2x2√2–x
B. RUMUS-RUMUS TURUNAN adalah?
Rumus-rumus turunan fungsi pada beberapa U = 2x2 U’ = 4x
bentuk: 1⁄ 1 1⁄
V = √2–x = (2-x) 2 V’ = . (2-x)– 2 .(-1)
Fungsi (f(x)) Turunan fungsi (f’(x)) 2
-1
U±V U’ ± V’ =
2√2–x
U.V U’.V + U.V’ y’ = U’V + U.V’
U.V.W U’.V.W + U.V’.W + U.V.W’ y’ = 4x√2–x + 2x2.
-1
2√2–x
U U’.V - U.V’
V V2 8x - 4x2 - x2 8x - 5x2
y’ = y’ =
Un n.Un-1.U’ √2–x √2–x
U∘V = U(V(x)) U’(V(x)).V’(x) Contoh 2: f(x) = (3x + 4)(8 – x), tentukan f’(x)!
U = 3x + 4 U’ = 3
U∘V∘W = U(V(W(x)) U’(V(W(x))).(V(W(x))’
V=8–x V’ = -1
y = f(u) dy du dy
. = f’(x) = U’V + U.V’
u = g(x) du dx dx
f’(x) = (3)(8 – x) + (3x + 4)(-1)
y = f(u) v = h(x) dy du dv dy
. . = f’(x) = 24 – 3x – 3x – 4
u = g(v) du dv dx dx
f’(x) = 20 – 6x
C. TURUNAN FUNGSI ALJABAR Contoh 3: f(x) = (x – 2)2(3 – x), tentukan turunan
Aturan-aturan yang digunakan pada turunan kedua dari f(x) dan nilai f’’(1).
fungsi aljabar: U = (x – 2)2 U’ = 2(x– 2)(1) = 2x – 4
f(x) f’(x) V=3–x V’ = -1
k (konstanta) 0 f’(x) = U’V + U.V’
k.x k f’(x) = (2x – 4)(3 – x) + (x – 2)2(-1)
k.xn n.k.xn-1 f’(x) = 6x – 2x2 – 12 + 4x – x2 + 4x – 4

TURUNAN 1
materi78.co.nr MAT 4
f’(x) = –3x2 + 14x – 16 y’ = 3(x – 2)2 = 3(x2 – 4x + 4)
f’’(x) = (2)(-3x2-1) + 14 – 0 y’ = 3x2 – 12x + 12
f’’(x) = -6x + 14 y’’ = 2.3.x2-1 – 12
f’’(1) = -6(1) + 14 f’’(1) = 8 y’’ = 6x – 12
da Contoh 3: g(x) = (√x – 5)2 + 2√x + 2, nilai g’(x)?
Contoh 4: a = (2b – 4)(b – 1)(3 – b), tentukan !
db 1 1 1⁄ 1
U = √x – 5 = x ⁄2 – 5 U’ = . x– 2 =
U = 2b – 4 U’ = 2 2 2√x
V=b–1 V’ = 1 1⁄ 1 1 1
V = 2√x = 2x 2 V’ = 2. .x– ⁄2 =
2 √x
W=3–b W’ = -1
da
W=2 W’ = 0
= U’.V.W + U.V’.W + U.V.W’ n-1
db g’(x) = n.U .U’ + V’ + W’
= 2(b–1)(3–b) + (2b–4)(1)(3–b) + (2b–4)(b–1)(-1) 1 1
g’(x) = 2(√x – 5). + +0
2
= 2(3b – b – 3 + b) + (6b – 2b – 12 + 4b) – 2 2√x √x

(2b2 – 2b – 4b + 4) √x - 5 1 √ x - 4 √ x x - 4√ x
g’(x) = + = . =
2 2
= 8b – 2b – 6 + 10b – 2b – 12 – 2b + b – 4 2 √x √x √x √x x
da
= 19b – 6b2 – 22 4√ x
db g’(x) = 1 –
U
x
Contoh pengerjaan bentuk : Contoh pengerjaan bentuk komposisi fungsi dan
V
3x+2 turunan berantai:
Contoh 1: Tentukan y’ dari y = !
2x+3 Contoh 1: Jika f(x) = x2 + 4, g(x) = 3x + 6, dan h(x)
U = 3x + 2 U’ = 3 = f∘g(x), tentukan h’(x)!
V = 2x + 3 V’ = 2 f’(x) = 2x g’(x) = 3
U’.V - U.V’ h’(x) = f’(g(x)).g’(x)
y’ = 2
V h’(x) = 2(3x + 6)(3) h’(x) = 18x + 36
(3)(2x+3) - (3x+2)(2)
y’ = 2 Contoh 2: y = √x+√5x–1 , tentukan y’.
(2x+3)
6x + 9 - 6x - 4 5 Kita anggap bahwa:
y’ = y’ = 2
4x +12x+9
2
4x +12x+9 y = √u u = x + √5x–1
1 maka,
Contoh 2: Tentukan nilai f’(x) dari f(x) = 1 !
1+x dy dy du
= .
dx du dx
U=1 U’ = 0
1 5 1 5
V = 1 + x-1 V’ = -x-2 = . (1+ )= . (1+ )
2√ u 2√5x+1 2√x+√5x–1 2√5x+1
U’.V - U.V’
f’(x) = 2 1 1 5
V
= + .( )
(0)(1+x-1 ) - (1)(-x-2 ) 2√x+√5x–1 2√x+√5x–1 2√5x+1
f’(x) = 2
(1+x-1 ) dy 2√5x+1+5
1 =
x-2 x2
dx
f’(x) = = 4√(x+√5x–1)(√5x+1)
1+2x-1 +x-2 2 1
1+x +x2
1 D. TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI
f’(x) =
2 Aturan-aturan yang digunakan pada turunan
x +2x+1
Contoh pengerjaan bentuk Un: fungsi trigonometri:
Contoh 1: y = (1 – 5x)6, maka nilai y’? f(x) f’(x)
n-1
y’ = n.U .U’ sin U cos U. U’
6-1
y’ = 6.(1 – 5x) . (-5) cos U -sin U. U’
5
y’ = -30(1 – 5x) tan U sec2 U. U’
Contoh 2: y = (x – 2)3, tentukan turunan pertama sec U sec U. tan U. U’
dan kedua y. cot U -cosec2 U. U’
n-1
y’ = n.U .U’ cosec U cosec U. cot U. U’
y’ = 3.(x – 2)3-1. (1)

TURUNAN 2
materi78.co.nr MAT 4
Contoh pengerjaan bentuk U ± V: U’.V - U.V’
f’(x) = 2
Contoh 1: f(x) = 2.cosx – sin4x + tanx, maka f’( 4 )?
π V
(1 + cosx)(1 + cosx) – (x+sinx)(–sinx)
f’(x) = –2.sinx – 4.cos4x + sec2x f'(x) = 2
(1 + cosx)
π π π π
f’(4 ) = –2.sin( 4 ) – 4.cos4(4 ) + sec2( 4 ) 2
1 + 2.cosx + cos2 x + x.sinx + sin x
π 1 π f’(x) =
f’(4 ) = –2. /2√2 – 4.(–sin(2 )) + (√2)2
2
(1 + cosx)
π π 2 + x.sinx + 2.cosx
f’(4 ) = –√2 + 4(1) + 2 f’(4 ) = 6 – √2 f’(x) = 2
(1 + cosx)
Contoh 2: h(x) = cosx + x.sinx – x3 + 5, maka h’(x)?
Contoh pengerjaan bentuk Un:
2
h’(x) = –sinx + (1)(sinx) + (x)(cosx) – 3x + 0 π
Contoh 1: Tentukan turunan dari y = sin7(5x2 - 2 )!
2
h’(x) = –sinx + sinx + x.cosx – 3x
y’ = n.Un-1.U’
h’(x) = x.cosx – 3x2 π π
y’ = 7.sin7-1(5x2 - 2 ).cos(5x2 - 2 ).(2.5x2-1 – 0)
Contoh pengerjaan bentuk U.V:
π π
Contoh 1: y = (sinx – cosx)(sinx + cosx), tentukan y’ = 70x.sin6(5x2 - 2 ).cos(5x2 - 2 )
turunan pertama dan kedua dari y. Contoh 2: f’(x) dari f(x) = sec10(3 – 5x) adalah?
U = sinx – cosx U’ = cosx + sinx f’(x) = 10.sec10-1(3 – 5x).sec(3 – 5x).tan(3 – 5x).(-5)
V = sinx + cosx V’ = cosx – sinx f’(x) = –50.sec10(3 – 5x).tan(3 – 5x)
1 1
y’ = U’V + UV’ Contoh 3: y = 5.cot5x – 3.cot3x + cotx + x, maka
y’ = (cosx + sinx)(sinx + cosx) + (sinx – cosx)(cosx – sinx) turunan pertama dan kedua y adalah?
2 2 2
y’ = sin x + 2.sinx.cosx + cos x – (sin x 1 1
y’ = 5.5.cot5-1x.(–cosec2x) – 3.3.cot3-1x.(–cosec2x)
– 2.sinx.cosx + cos2x)
+ (–cosec2x) + 1
y’ = 4.sinx.cosx
y' = –cot4x.cosec2x – cot2x.cosec2x – cosec2x + 1
y’ = 2.sin2x y’’ = 4.cos2x
y’ = –cot4x.cosec2x – cot2x.cosec2x + cot2x
Contoh 2: Tentukan y’ dari y = 4.sin2x.cos2x !
y’ = cot2x(–cot2x.cosec2x – cosec2x + 1)
U = 4.sin2x U’ = 2.4.sinx.cosx
y’ = cot2x(–cot2x.cosec2x + cot2x)
U’ = 8.sinx.cosx = 4.sin2x
y’ = cot4x(–cosec2x + 1)
V = cos2x V’ = –2.sin2x
y’ = cot6x
y' = U’V + UV’
y’’ = 6.cot6-1x.(–cosec2x) y = –6.cot5x.cosec2x
y’ = (4.sin2x)(cos2x) + (4.sin2x)(–2.sin2x)
Contoh pengerjaan bentuk komposisi fungsi dan
y’ = 2.sin4x – 8.sin2x.sin2x turunan berantai:
U
Contoh pengerjaan bentuk : Contoh 1: Jika g(x) = x2, dan h(x) = sin4x, maka
V
sinx turunan dari g∘h(x) adalah?
Contoh 1: Jika y = , tentukan nilai y’! g’(x) = 2x h’(x) = 4.cos4x
1 - cosx
U = sinx U’ = cosx (g∘h(x))’ = g’(h(x)).h’(x)
V = 1 – cosx V’ = sinx = 2(sin4x).4.cos4x = 8.sin4x.cos4x
U’.V - U.V’ (g∘h(x))’ = 4.sin8x
y’ = 2
V Contoh 2: y =√sin√cos2x, maka y’?
(cosx)(1 – cosx) – (sinx)(sinx)
y' = 2 y = √u u = sinv v = √w w = cos2x
(1 – cosx)
2 dy dy du dv dw
cosx – cos2 x – sin x = . . .
y’ = dx du dv dw dx
(1 – cosx)(1 – cosx)
2 1 1
–(–cosx+(cos x + sin x)) –(–cosx+1)
2
= . cosv. .(–2.sin2x)
y’ = = 2√ u 2√ w
(1–cosx)(1–cosx) (1–cosx)(1–cosx)
1 1 1
y’ = = .cos√cos2x. .(–2.sin2x)
cosx – 1 2√sin√cos2x 2√cos2x
x + sinx dy –sin2x
Contoh 2: f(x) = , maka f’(x)? =
1 + cosx dx (2√sin√cos2x)(√cos2x)
U = x + sinx U’ = 1 + cosx
V = 1 + cosx V’ = -sinx

TURUNAN 3
materi78.co.nr MAT 4
Contoh pengerjaan dengan menyederhanakan
menggunakan dalil-dalil trigonometri:
2
3 (sin2x+cos2x)
Contoh 1: y = √ , tentukan y’!
sec4x+tan4x

2
2.sin2x.cos2x+sin x+cos x
2
3
y=√ 1 sin4x
+
cos4x cos4x

3 (2.sin2x.cos2x+1)(cos4x)
y=√
1+sin4x

3 (sin4x+1)(cos4x) 1
y=√
3
= √cos4x = cos3 4x
1+sin4x
2 4.sin4x
y’ = 3.cos–3 4x.(-sin4x)(4) y’ = -
1
3
3√cos2 4x
Contoh 2: f(x) = (sin5x – cos5x)2, maka nilai f’’(x)
adalah?
f(x) = sin25x – 2.sin5x.cos5x + cos25x
f(x) = 1 – sin10x f’(x) = –10.cos10x
f’’(x) = 100.sin10x
Contoh 3: Tentukan turunan pertama dari
sin3x – sin2x + sinx
persamaan y = !
cos3x – cos2x + cosx
(sin3x + sinx) – sin2x 2.sin2x.cosx – sin2x
y= =
(cos3x + cosx) – cos2x 2.cosx.cosx – cos2x
(2cosx - 1).sin2x
y= = tan2x
(2cosx - 1).cos2x
y’ = 2.sec22x

TURUNAN 4
materi78.co.nr MAT 4

Lingkaran
A. PENDAHULUAN Persamaan lingkaran dapat dibentuk jika
diketahui beberapa variabel untuk mencari
Lingkaran adalah koordinat kedudukan titik-titik
variabel lain:
yang memiliki jarak sama terhadap suatu titik
tertentu. 1) Titik pusat dan satu titik pada lingkaran
Jari-jari lingkaran adalah jarak lingkaran
terhadap titik pusat lingkaran yang besarnya
selalu sama terhadap titik dimanapun pada P(xp, yp)
lingkaran.
r
B. PERSAMAAN LINGKARAN
A(x1, y1)
Persamaan lingkaran diturunkan dari teorema
Phytagoras. Pusat lingkaran : (xp, yp)
Titik pada lingkaran : (x1, y1)
A Jari-jari
y2
y2 – y1

r = √(x1 - xp)2 + (y1 - yp)2

y1 B Membentuk persamaan lingkaran


x2 – x1
(x – xp)2 + (y – yp)2 = r2
x1 x2
2) Titik pusat dan menyinggung sumbu x
atau y
AB2 = (x2 – x1)2 + (y2 – y1)2

Persamaan dasar lingkaran adalah:

P(xp, yp)
yp
r
P(xp, yp)
xp
r
A(x, y) Pusat lingkaran : (xp, yp)
Titik pada lingkaran : (xp, 0) atau (0, yp)
Bentuk dasar Jari-jari
Menyinggung sb x Menyinggung sb y
(x – xp)2 + (y – yp)2 = r2
r = |yp| r = |xp|
Pusat lingkaran : (xp, yp)
Jari-jari :r Membentuk persamaan lingkaran
Bentuk persamaan terbuka
(x – xp)2 + (y – yp)2 = r2
2 2
x + y + Ax + By + C = 0
3) Titik-titik ujung diameter
A = –2xp B = –2yp
B(x2, y2)
C = xp2 + yp2 – r2
r P
1 1
Pusat lingkaran : (– A, – B)
2 2
r
Jari-jari : √xp2 + yp2 - C
A(x1, y1)

LINGKARAN 1
materi78.co.nr MAT 4
Titik pada lingkaran : (x1, y1) dan (x2, y2) 1) Jika K < 0, maka titik berada di dalam
Pusat lingkaran lingkaran.

1 1
2) Jika K = 0, maka titik berada pada lingkaran
P( (x1 + x2) , (y1 + y2)) (memenuhi persamaan lingkaran).
2 2
3) Jika K > 0, maka titik berada di luar lingkaran.
Jari-jari
Kedudukan garis terhadap lingkaran terdiri dari
1 tiga macam:
r= √(x2 - x1) + (y2 - y1)
2 2
2

Membentuk persamaan lingkaran

(x – xp)2 + (y – yp)2 = r2

atau garis garis garis tidak


memotong menyinggung memotong
(x – x1)(x – x2) + (y – y1)(y – y2) = 0
lingkaran lingkaran lingkaran
4) Titik pusat dan persamaan garis singgung Kedudukan garis terhadap lingkaran dapat
lingkaran ditentukan menggunakan nilai determinan.
ax + by + c = 0 1) Ubah agar persamaan lingkaran hanya
memuat satu variabel saja (x atau y), dengan
r mensubstitusi persamaan garis ke persamaan
lingkaran.
P(xp, yp) 2) Persamaan lingkaran akan menjadi per-
samaan garis parabola dengan bentuk umum:

ax2 + bx + c = 0
Pusat lingkaran : (xp, yp)
Titik pada lingkaran : tidak diketahui 3) Cari nilai determinan (D) persamaan tersebut:
Jari-jari
D = b2 – 4ac
a.xp+b.yp+c
r=| | a. Jika D < 0, maka garis memotong
√a2 +b2
lingkaran (di dua titik perpotongan).
Membentuk persamaan lingkaran b. Jika D = 0, maka garis menyinggung
lingkaran (di satu titik perpotongan).
(x – xp)2 + (y – yp)2 = r2
c. Jika D > 0, maka garis tidak memotong
lingkaran (tidak ada titik perpotongan).
C. KEDUDUKAN TITIK DAN GARIS TERHADAP
LINGKARAN D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN
Kedudukan titik terhadap lingkaran terdiri dari Garis singgung lingkaran adalah garis yang
tiga macam: memotong lingkaran hanya pada satu titik
perpotongan dan tegak lurus dengan jari-jari
A(x1, y1) lingkaran pada titik itu
A(x1, y1)
A(x1, y1) Persamaan garis singgung lingkaran dapat
dibentuk jika diketahui persamaan lingkaran:

titik di dalam titik pada titik di luar x2 + y2 + Ax + By + C = 0


lingkaran lingkaran lingkaran
1) Gradien garis singgung lingkaran
Kedudukan titik terhadap lingkaran dapat Membentuk persamaan garis singgung
ditentukan menggunakan nilai kuasa.
Kuasa (K) adalah persamaan lingkaran yang telah y – yp = m(x – xp) ± r √m2 +1
disubstitusi oleh koordinat titik yang diuji.
(xp, yp) = pusat lingkaran
K = x12 + y12 + Ax1 + By1 + C r = jari-jari
m = gradien garis singgung lingkaran

LINGKARAN 2
materi78.co.nr MAT 4
2) Titik pada lingkaran/titik singgung (K = 0)

A(x1, y1)

Melalui satu titik pada lingkaran hanya dapat


dibuat satu buah garis singgung lingkaran
saja.
Membentuk persamaan garis singgung

(x – xp)(x1 – xp) + (y – yp)(y1 – yp) = r2

3) Titik di luar lingkaran (K > 0)

d
B(x1, y1)

Melalui satu titik di luar lingkaran dapat


dibuat dua buah garis singgung lingkaran.
Nilai gradien garis singgung dapat dicari
menggunakan persamaan:

y1 – yp = m(x1 – xp) ± r √m2 +1

Membentuk persamaan garis singgung

y – y1 = m(x – x1)

Panjang garis singgung dari titik di luar ke


titik singgung

d = √x12 + y12 + Ax1 + By1 + C

LINGKARAN 3
materi78.co.nr MAT 4

Limit
A. PENDAHULUAN (2+2)(2+√6-2) 16
= =
Limit adalah batas nilai suatu fungsi f(x) untuk (2+3) 5
nilai x mendekati a dari kanan (a+) dan kiri (a-), Contoh 2:
dapat dinotasikan: x-√x (x-√x)(x-√x)
lim = lim
lim f(x) x→0 x+ √ x x→0 x2 -x
x→a
x2 -2x√x+x x(x-2√x+1)
= lim = lim
B. LIMIT FUNGSI ALJABAR x→0 x2 -x x→0 x(x-1)
Limit fungsi aljabar dapat dicari dengan (0-2√0+1)
memasukkan nilai x ke dalam fungsi. = = -1
(0-1)
Limit fungsi aljabar tak dapat berupa bentuk tak Contoh pengerjaan dalil L’Hospital:
0 ∞
tentu, yaitu , , dan ∞ – ∞. Contoh 1:
0 ∞

Limit fungsi aljabar x → a dengan bentuk tak 2x3 -5x2 -2x-3 6x2 -10x-2
tentu, dapat diselesaikan dengan cara lim 3 = lim 2
x→3 4x -13x2 +4x-3 x→3 12x -26x+4
menghilangkan pembuat nol, dengan: 2
6(3) -10(3)-2 11
= 2 =
f(x) 0 12(3) -26(3)+4 17
lim =
x→a g(x) 0 Contoh 2:
2x+3
1) Pemfaktoran. 4-
4x-6-√x2 +3x+18 2√x2 +3x+18
2) Perkalian dengan bentuk sekawan. lim = lim
x→3 3-x x→3 -1
3) Dalil L’Hospital dengan turunan, yaitu: 2(3)+3
4-
13
2√(3)2 +3(3)+18
f(x) f'(x) = =-
lim = lim -1 4
x→a g(x) x→a g'(x) Grafik limit fungsi aljabar dapat menggambar-
kan nilai f(x) kontinu dan diskontinu pada limit.
Contoh pengerjaan yang dapat langsung
dimasukkan nilai x nya: Nilai f(x) kontinu adalah nilai dimana grafik
limit di sekitar titik x = a berkelanjutan.
Contoh 1:
lim x2 -5x+4 = (3)2 – 5(3) + 4 = -2
x→3
Contoh 2:
x-1 1 f(x) = lim
lim = =∞
x→2 x-2 0
Contoh pengerjaan dengan pemfaktoran: a

Contoh 1:
Syarat f(x) kontinu di x = a:
x2 -1 (x+1)(x-1)
lim = lim =1+1=2 1) Nilai f(a) dan limit f(x) x → a terdefinisi.
x→1 x-1 x→1 (x-1)
2) Nilai f(x) sama dengan nilai limit f(x) x → a.
Contoh 2:
x2 -4 (x-2)(x+2) (2+2) 4 f(a) = lim f(x)
x→a
lim 2 = lim = =
x→2 x +x-6 x→2 (x-2)(x+3) (2+3) 5
Contoh:
Contoh pengerjaan dengan perkalian sekawan:
x2 +x-2
Contoh 1: , x ≠ -2
f(x)= {√x+6-2
2
x2 -4 (x -4)(x+√6-x) 3a+6, x = -2
lim = lim
x→2 x-√6-x x→2 x2 -(6-x) Jika f(x) kontinu di x = -2, maka nilai a adalah?
(x-2)(x+2)(x+√6-x) Jawab:
= lim
x→2 x2 +x-6 Nilai f(-2) dicari menggunakan persamaan 2,
(x-2)(x+2)(x+√6-x) sedangkan nilai limit f(x) x → -2 dicari
= lim menggunakan persamaan 1.
x→2 (x-2)(x+3)

LIMIT 1
materi78.co.nr MAT 4
x2 +x-2 (x+2)(x-1)(√x+6-2) 3) Jika n < m,
lim = lim
x→-2 √x+6-2 x→-2 x+6-4 f(x)
= (-2-1)(√-2+6-2) = -12 lim =0
x→∞ g(x)
f(-2) = lim f(x)
x→-2
Contoh pengerjaan:
3a + 6 = -12 a = -6
Contoh 1:
Nilai f(x) diskontinu adalah nilai dimana grafik
di sekitar titik x = a tidak terdefinisi dan tidak 2x2 -x+1 2x2 … 2
lim = 2 =-
mempunyai nilai limit. x→∞ (1-3x)(x+2) -3x … 3
Contoh 2:
f(x)
2x2 +x-3 2x2 …
lim lim = =∞
x→∞ x+1 x…
Limit fungsi aljabar x → ∞ dengan bentuk tak
a tentu:

n-1
lim √axn +bx +…–√pxn +qxn-1 +… = ∞ – ∞
x→∞
f(x) f(x)
lim dapat diselesaikan dengan:
lim
1) Jika a = p,

a a b-q
lim f(x) - g(x) = n
x→∞ n √an-1
Contoh:
x2 -9 2) Jika a > p,
Pada interval berapa f(x) = diskontinu?
√x2 -4x-5 lim f(x) - g(x) = +∞
x→∞
Jawab:
a
Agar f(x) tidak terdefinisi (bentuk dan √<0 ), 3) Jika a < p,
0
maka dapat dibuat:
lim f(x) - g(x) = -∞
x→∞
x2 – 4x - 5 ≤ 0
+ – +
(x – 5)(x + 1) Contoh:
x = 5 x = -1 -1 5
lim √4x2 +x+1-2x+3 = lim √4x2 +x+1-√(2x-3)2
x→∞ x→∞
f(x) tak terdefinisi pada interval -1 ≤ x ≤ 5.
= lim √4x2 +x+1-√2x2 -12x+9
Limit fungsi aljabar x → ∞ dengan bentuk tak x→∞

tentu, dapat diselesaikan dengan: 1


=-
12
n-1
axn +bx +… ∞ Sifat-sifat operasi bilangan tak hingga (∞):
lim =
m
x→∞ px +qx
m-1 +… ∞ 1. a ± ∞ = ±∞
2. a.∞ = ∞
n = pangkat x tertinggi (derajat) pembilang
3. ∞.∞ = ∞
m = pangkat x tertinggi (derajat) penyebut
4. k∞ = ∞
1) Jika n = m, a
5. =0

f(x) a a
lim = 6. = ∞, a ≠ 0
x→∞ g(x) p 0

C. LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI


Untuk mempercepat hitungan, hanya hitung
x yang mungkin memiliki pangkat tertinggi. Limit fungsi trigonometri dapat dicari dengan
memasukkan nilai x ke dalam fungsi.
2) Jika n > m,
Limit fungsi trigonometri tak dapat berupa
f(x) bentuk tak tentu, yaitu .
0
lim = ±∞ 0
x→∞ g(x)

LIMIT 2
materi78.co.nr MAT 4
Limit fungsi trigonometri dengan bentuk tak 3) Jika seluruh fungsi pada limit adalah fungsi
tentu, dapat diselesaikan dengan cara sinus dan tangen, keduanya dapat dicoret
menghilangkan pembuat nol, dengan: (dianggap 1), lalu limit dikerjakan seperti
biasa.
f(x) 0
lim = Contoh pengerjaan limit trigonometri:
x→a g(x) 0
Contoh 1:
1) Fungsi trigonometri istimewa (x → a) cos x - sin x cos x- sin x
limπ = limπ 2
x→ cos2x x→ cos x-sin x
2
sin h h 4 4
lim = lim =1
x→a h x→a sin h cos x- sin x
= limπ
x→ ( cos x- sin x)( cos x+ sin x)
4
tan h h
lim = lim =1 1 1
x→a h x→a tan h = limπ = √2
x→ ( cos x+ sin x)
2
4
2) Mengubah fungsi trigonometri lain menjadi Contoh 2:
fungsi trigonometri istimewa dengan meng-
3.sin4x 3.sin4x 3.4x 2
gunakan identitas dan rumus trigonometri. lim = lim = =
x→0 5.tan6x x→0 5.tan6x 5.6x 5
Identitas Contoh 3:
2 2
sin2α + cos2α = 1 1-cos4x 1-(1-2sin 2x) 2sin 2x)
lim = lim = lim
x→0 x.tan3x x→0 x.tan3x x→0 x.tan3x
2
1 + cot2α = cosec2α tan2α + 1 = sec2α 2(2x) 8
= =
x.3x 3
Rumus sudut rangkap Contoh 4:
(2a+x)sin(a-x) (2a+x)sin(a-x)
sin2A = 2.sinA.cosA lim 2 2
= lim
x→a x -a x→a -(-x+a)(x+a)
(2a+a) 3
cos2A = cos2A – sin2A = =−
-(a+a) 2
Contoh 5:
cos2A = 2cos2A – 1 = 1 – 2sin2A
x4 -9x2 -x2 (-x2 +9)
lim 2
= lim 2
= -(3)2 = -9
x→3 sin(9-x ) x→3 sin(9-x )
2tanA
tan2A = Contoh 6:
1−tan2 A
1+cos2x 1+2cos2 x-1
limπ = limπ = limπ 2cosx = 0
Rumus jumlah dan selisih sudut x→ cosx x→ cosx x→
2 2 2

sin(A + B) = sinA.cosB + cosA.sinB D. SIFAT-SIFAT LIMIT


Sifat-sifat operasi hitung limit:
sin(A – B) = sinA.cosB – cosA.sinB
1) Penjumlahan dan pengurangan

cos(A + B) = cosA.cosB – sinA.sinB


lim f(x)±g(x) = lim f(x) ± lim g(x)
x→a x→a x→a
cos(A – B) = cosA.cosB + sinA.sinB
2) Perkalian dan pembagian
Rumus jumlah dan selisih fungsi
1 1 lim f(x).g(x) = lim f(x) .lim g(x)
sinA + sinB = 2. sin (A + B). cos (A – B) x→a x→a x→a
2 2

1 1 lim f(x)
sinA – sinB = 2. cos (A + B). sin (A – B) f(x) x→a
2 2
lim =
x→a g(x) lim g(x)
x→a
1 1
cosA + cosB = 2. cos (A + B). cos (A – B)
2 2
3) Perpangkatan
1 1 2 2
cosA – cosB = –2. sin (A + B). sin (A – B) lim [f(x)] = [ lim f(x)]
2 2 x→a
x→a

LIMIT 3
materi78.co.nr MAT 3

Tranformasi Geometri
A. PENDAHULUAN B. JENIS-JENIS TRANSFORMASI GEOMETRI
Transformasi geometri adalah proses Jenis-jenis transformasi geometri terdiri dari
pemindahan atau pembentukan hasil atau translasi (pergeseran), transformasi bersesuaian
bayangan dari suatu titik atau kurva. matriks, refleksi (pencerminan), rotasi
(perputaran), dan dilatasi (perkalian).
Jenis Keterangan Persamaan Matriks Hasil Bayangan
Translasi (T)
pergeseran searah sumbu x sejauh a dan x' a x a x’ = a + x
( ) = ( )+(y) ( )
searah sumbu y sejauh b. y' b b y’ = b + x
Transformasi bersesuaian matriks (M)
transformasi oleh matriks berordo 2 x 2. x' a b x a b x’ = ax + by
( )=( )( ) ( )
y' c d y c d y’ = cx + dy
Refleksi
a. Sumbu x x' 1 0 x x’ = x
( )=( )( )
(y = 0) y' 0 -1 y 1 0 y’ = –y
( )
b. Garis y = b x' 1 0 x 0 -1 x’ = x
( )=( ) (y-b)
y'-b 0 -1 y’ = 2b – y
c. Sumbu y x' -1 0 x x’ = –x
( )=( )( )
(x = 0) y' 0 1 y -1 0 y’ = y
( )
d. Garis x = a x'-a -1 0 x-a 0 1 x’ = 2a – x
( )=( )( y )
y' 0 1 y’ = y
e. Garis y = x x' 0 1 x 0 1 x’ = y
( )=( )( ) ( )
pencerminan dengan y' 1 0 y 1 0 y’ = x
f. Garis y = –x cermin berupa suatu x' 0 -1 x 0 -1 x’ = –y
( )=( )( ) ( )
sumbu, garis atau titik. y' -1 0 y -1 0 y’ = –x
g. Titik O (0,0) x' -1 0 x x’ = –x
( )=( )( )
y' 0 -1 y -1 0 y’ = –y
( )
h. Titik P (a,b) x'-a -1 0 x-a 0 -1 x’ = 2a – x
( )=( )( )
y'-b 0 -1 y-b y’ = 2b – y
i. Garis y = mx x + 2my – m2 x
x' 1 1-m2 2m x x’ =
1-m2 2m 1+m2
( )= .( )( )
y' 1+m 2
2m -(1-m2 ) y 1+m2 1+m2
-y + 2mx + m2 y
y’ =
1+m2
2m -(1-m2 )
j. Garis x' 1 1-m2 2m x 1+m 2 1+m2 ) …
( )= .( ) (y-n) (
y = mx + n y'-n 1+m2 2m -(1-m2 )
Rotasi (R)
a. Pusat O(0,0) perputaran terhadap x' cosα – sinα x x’ = x.cosα – y.sinα
( )=( )( )
sejauh α suatu pusat dengan y' sinα cosα y y’ = x.sinα + y.cosα
sudut tertentu. cosα – sinα
b. Pusat P(a,b) ( )
x'-a cosα – sinα x-a sinα cosα
sejauh α -α jika searah jarum jam, ( )=( )( ) …
y'-b sinα cosα y-b
+α jika berlawanan.
Dilatasi (D)
a. Pusat O(0,0), perkalian dari suatu x' k 0 x x’ = kx
( )=( )( )
faktor skala k pusat dengan faktor y' 0 k y y’ = ky
b. Pusat P(a,b), skala k. (
k 0
)
faktor skala k k > 0 dilatasi searah, x'-a k 0 x-a 0 k x’ = k(x – a) + a
( )=( )( )
k < 0 dilatasi y'-b 0 k y-b y’ = k(y – b) + b
berlawanan arah.

GEOMETRI 1
materi78.co.nr MAT 3
C. BAYANGAN TITIK, KURVA DAN BANGUN Jawab:
DATAR Gunakan invers matriks,
Bayangan titik dapat ditentukan menggunakan 8 2 0 x-(2)
( )=( )( )
-2 0 2 y-(-1)
persamaan-persamaan transformasi.
x-2 1 -2 0 8
Contoh 1: ( )= ( )( )
y+1 2(2) - 0(0) 0 -2 -2
Tentukan bayangan titik B(2, -1) oleh transformasi: x-2 4
( )=( )
y+1 -1
a. T(4,5)
x–2=4 x=6 Q(6, -2)
x’ = 2 + 4 = 6 B’(6,4)
y + 1 = -1 y = -2
y’ = -1 + 5 = 4
Bayangan kurva dapat ditentukan dengan
b. Transformasi bersesuaian matriks (-12 0
5
)
memasukkan nilai x’ dan y’ ke dalam persamaan
x’ = (2).2 + (0).(-1) = 4 B’(4, -7) kurva y = f(x) sehingga menjadi y’ = f(x’).
y’ = (-1).2 + (5).(-1) = -7 Translasi
c. Refleksi terhadap sumbu x
x' a x
x’ = 2 B’(2, 1) ( ) = ( )+(y)
y' b
y’ = -(-1) = 1
d. Refleksi terhadap sumbu y x x' a
(y ) = ( ) – ( )
x’ = -2 B’(-2, -1) y' b
y’ = -1
Transformasi geometri selain translasi
e. Refleksi terhadap titik P (4,5)
x' = 2(4) – 2 = 6 B’(6, 11) x' a b x
( )=( )( )
y’ = 2(5) –(–1) = 11
y' c d y

f. Refleksi terhadap garis y = 3x


x 1 d -b x'
x' 1 1-(3)2 2.3 2 (y ) = ( )( )
( )= 2 .( )( ) ad-bc -c a y'
y' 1+(3) 2.3 -(1-(3)2 ) -1
x' 1 -8 6 2 Persamaan bayangan kurva tidak perlu diberi
( ) = .( )( )
y' 10 6 8 -1 tanda aksen pada x dan y nya.
(-8).2 + 6.(-1)
x’ = = -2,2 B’(-2,2, 0,4) Contoh 1:
10
(6).2 + 8.(-1) Tentukan y = f(x’) dari parabola y = x2 – 2x + 3 oleh
y’ = = 0,4
10 refleksi terhadap garis x = 2!
g. Refleksi terhadap garis y = 3x + 1 Jawab:
1 2
x' 1-(3) 2.3 2 x’ = 2(2) – x, sehingga x = 4 – x’
( )= .( )( )
y'-1 1+(3)2 2.3 -(1-(3)2 ) -1-1 y’ = y, sehingga y = y’
x' 1 -8 6 2
( ) = .( )( ) (y’) = (4 – x’)2 – 2(4 – x’) + 3
y'-1 10 6 8 -2
(-8).2 + 6.(-2) y’ = 16 – 8x’ + x’2 – 8 + 2x’ + 3 (hilangkan aksen)
x’ = = -2,8
10 y = x2 – 6x + 11
(6).2 + 8.(-2)
y’ – 1= = -0,4 + 1 = 0,6 Contoh 2:
10
Tentukan bayangan dari garis 2x + 4y – 3 = 0 oleh
B’(-2,8, 0,6) 1 -4
transformasi yang bersesuaian dengan (-1 )!
Contoh 2: 6
Jawab:
Tentukan bayangan titik C(2, -4) yang diputar 30o
x 1 6 4 x' 1 6 4 x'
searah jarum terhadap titik O. (y) = .( ) ( ) = .( )( )
(1)(6) - (-4)(-1) 1 1 y' 2 1 1 y'
Jawab:
x = 3x’ + 2y’
x’ = 2.cos(-30) – (-4).sin(-30) = 2. 1/2√3 – 4.1/2 = √3 – 2
y = 1/2 x’ + 1/2 y’
y’ = 2.sin(-30) + (-4).cos(-30) = –2.1/2 – 4.1/2√3 = –1 – 2√3
2(3x’ + 2y’) + 4(1/2 x’ + 1/2 y’) – 3 = 0
C’(√3 – 2, –1 – 2√3)
6x’ + 4y’ + 2x’ + 2y’ – 3 = 0 (hilangkan aksen)
Contoh 3:
8x + 6y – 3 = 0
Tentukan titik Q jika Q’(8, -2) terjadi karena dilatasi
pusat R(2,-1) dan faktor skala 2.

GEOMETRI 2
materi78.co.nr MAT 3
Contoh 3: 2) Transformasi (M2 ∘ M1)
2 2
Tentukan bayangan persamaan 4x + 4y – 3 = 0 oleh Matriks bersesuaian untuk komposisi
dilatasi dengan pusat X(1,2) dan faktor skala 2! transformasi bersesuaian matriks 1 dilanjut-
Jawab: kan transformasi bersesuaian matriks 2:
x’ = 2(x – 1) + 1 y’ = 2(y – 2) + 2 p q a b
M2 ∘ M1 = ( )( )
x’ = 2x – 2 + 1 y’ = 2y – 4 + 2 r s c d
x'+1 y'+2
x= y= 3) Refleksi (Rf2 ∘ Rf1)
2 2
x'+1 y'+2 Komposisi refleksi Hasil bayangan
4( )2 + 4( )2 – 3 = 0
2 2 Terhadap garis x = a
x’2 + 2x’ + 1 + y’2 + 4y’ + 4 – 3 = 0 (hilangkan aksen) x’ = 2(b – a) + x
dilanjutkan
x2 + y2 + 2x + 4y + 2 = 0 y’ = y
garis x = b
Bayangan bangun datar dapat ditentukan
Terhadap garis y = a
dengan mentransformasikan titik-titiknya x’ = x
dilanjutkan
menjadi bayangannya, sehingga terbentuk y’ = 2(b – a) + y
bangun bayangan. garis y = b

Luas bangun datar bayangan berubah jika rotasi pada


Terhadap garis yang
mengalami dilatasi dan transformasi bersesuaian perpotongan garis
tegak lurus
matriks, namun tetap sebangun. sejauh 180o

Luas bangun datar bayangan dapat ditentukan: Terhadap garis yang rotasi pada
berpotongan perpotongan garis
Dilatasi
(m1 = tanα, m2 = tanβ) sejauh 2(β – α)
L’ = k2 + L k = faktor skala
4) Rotasi (R2 ∘ R1)
Transformasi bersesuaian matriks Rotasi 1 pada pusat P sejauh α dilanjutkan
|M| = determinan matriks rotasi 2 pada pusat P sejauh β adalah rotasi
L’ = |M|. L bersesuaian dengan pusat P sejauh (α + β).
Contoh:
D. KOMPOSISI TRANSFORMASI GEOMETRI
Tentukan bayangan garis 10x – 5y + 3 = 0 oleh
Komposisi transformasi (o) adalah kejadian
dimana suatu titik atau kurva P mengalami transformasi yang bersesuaian dengan ( 1 0)
-2 1
transformasi A sehingga menghasilkan P’, dan dilanjutkan ( 1 2)!
-2 1
dilanjutkan oleh transformasi B sehingga
Jawab:
menghasilkan P”.
M2 o M 1 = ( 1 2 1
)(
0
)=(
-3 2
)
A -2 1 -2 1 -4 1
B
P P’ P” x 1 -3 2 x'
(y) = .( )( )
(-3)(1) - (2)(-4) -4 1 y'
1
x= (-3x’ + 2y’)
B∘A 5
1
Penulisan komposisi transformasi: y = (-4x’ + y’)
5
B∘A, dibaca transformasi A dilanjutkan 1 1
10.( (-3x’ + 2y’)) – 5.( (-4x’ + y’)) + 3 = 0
transformasi B. 5 5

Bayangan akhir dicari dengan mentrans- 2(-3x’ + 2y’) –(–4x’ + y’) + 3 = 0


formasikan titik atau kurva secara bertahap, atau -6x’ + 4y’ + 4x’ – y’ + 3 = 0 (hilangkan aksen)
dengan komposisi transformasi istimewa. 3y – 2x + 3 = 0
Komposisi transformasi istimewa:
1) Translasi (T2 ∘ T1)
Matriks bersesuaian untuk komposisi
translasi 1 dilanjutkan translasi 2:

c a c+a
T2 ∘ T1 = ( )+( ) = ( )
d b d+b

GEOMETRI 3

Anda mungkin juga menyukai