tempat : Ruang Rapat Dit. PL, Gd. Adhyatma Kemenkes RI, Lt.7, RR 721,
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5, Kavling 4-9, Jakarta Selatan
agenda : Sinergitas Implementasi Desa Sehat Iklim
Bersama undangan ini, kami sertakan kerangka acuan kegiatan. Untuk informasi
lebih lanjut dapat menghubungi Sdri. Tengku Nazly (0895324011899) dan Sutrisno
(085719954306).
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Lampiran 1
Nomor : KL.04.01/C.VI/810/2023
Tanggal : 21 Juli 2023
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Lampiran 2
Nomor : KL.04.01/C.VI/810/2023
Tanggal : 21 Juli 2023
AGENDA KEGIATAN
SINERGITAS IMPLEMENTASI DESA SEHAT IKLIM
SELASA – RABU, 25 – 26 JULI 2023
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Palembang, Sumatera Selatan Provinsi Jawa Tengah
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Isu perubahan iklim telah menjadi isu utama selama dekade terakhir karena dampaknya
yang serius dan masif terhadap kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Risiko perubahan
iklim terhadap kesehatan manusia telah dianggap sebagai tantangan global yang
mengancam kehidupan manusia. Laporan Sixth Assessment Report IPCC (AR-6) pada
tahun 2023 menunjukkan bahwa masalah dampak merugikan dari perubahan iklim yang
disebabkan oleh manusia akan menyebabkan kelangkaan air dan produksi pangan, masalah
kesehatan dan kesejahteraan, mengancam infrastruktur kota dan pemukiman serta
perubahan struktur ekosistem dan kisaran (daerah) spesies dan perubahan waktu
Berdasarkan Climate Risk Profile Indonesia (2021), bahaya bencana alam yang terkait
iklim di Indonesia terdiri dari gelombang panas dan kekeringan, banjir, kenaikan muka air
laut dan topan. Sebanyak 3.622 bencana alam terjadi pada tahun 2019, dimana 90% adalah
bencana dengan fenomena hidrometeriologis (terkait perubahan iklim). Sekitar 75% kota di
Indonesia berada di pesisir pantai dan rentan terhadap dampak peningktan muka air laut
serta 42 juta orang tinggal di dataran rendah kurang dari 10 meter diatas permukaan laut.
Berdasarkan WHO 2021 diperkirakan terjadi peningkatan penularan malaria (53%) dan DBD
(10%) pada tahun 2050 dikarenakan peningkatan curah hujan dan suhu, 10 juta anak
terancam polusi udara dari kebakaran hutan lahan gambut di pulau Kalimantan dan Sumatra
pada tahun 2019, serta penurunan tangkapan ikan (23%) karena suhu laut yang lebih tinggi
yang memungkinkan menyebabkan penurunan hasil tangkapan ikan sehingga mengancam
nutrisi kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu, diperlukan aksi untuk dapat menanggulangi
timbulnya/meningkatnya kejadian penyakit akibat dampak buruk dari perubahan iklim.
Melalui Desa sehat iklim (Desa-Desi) dapat mendorong aksi adaptasi perubahan iklim di
tingkat tapak (desa/kelurahan), yang difokuskan pada dorongan kegiatan lokal melalui
partisipasi aktif masyarakat. Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan adaptasi
perubahan iklim sangat bervariasi tergantung pada potensi dan kondisi di masing-masing
lokasi. Penetapan lokasi Desa Sehat Iklim dilakukan dengan mengacu pada peta risiko iklim
yang berfokus pada 4 penyakit yaitu DBD, Malaria, Pneumonia dan Diare. Kegiatan aksi
adaptasi perubahan iklim banyak bersinggungan/bersisian dengan para pihak, oleh karena
itu harus berkerja bersama lintas program, lintas sektor, masyarakat, akademisi dan swasta.
Lintas Sektor yang sudah menjalankan program terkait iklim adalah Program Kampung Iklim
(PROKLIM), Desa Tangguh Bencana, Desa Tangguh Nelayan dan Desa Pesisir
Upaya adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim bidang kesehatan dalam
membangun dan memperkuat kemitraan berbagai pemangku kepentingan dalam
menghadapi perubahan iklim serta memfasilitasi penyebarluasan dan pertukaran informasi
mengenai upaya baik (good practises) adaptasi perubahan iklim berfokus pada bidang
Kesehatan. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan sinergi dengan para pemangku kepentingan
untuk tersedianya informasi desa yang sudah menjadi program penguatan kapasitas
adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan kebencanaan lingkungan di lintas sector.
Pemetaan risiko kemudian digunakan sebagai bahan koordinasi dengan pemangku
kepentingan dan dapat diimplementasikan untuk menentukan lokasi kegiatan kegiatan
Desa/Kelurahan Sehat Iklim
B. TUJUAN KEGIATAN
Terlaksananya pendampingan implementasi desa sehat iklim dan adanya siinergitas
antara lintas sector dan lintas program dalam intervensi kegiatan adaptasi perubahan iklim
yang berbasis masyarakat.
C. OUTPUT KEGIATAN
Tersedianya informasi desa yang sudah melakukan aksi program penguatan kapasitas
adaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang berbasis masyarakat
D. SASARAN
1. Lintas program Kemkes
2. Lintas Sektor terkait (Bappenas, BNPB, BMKG, KLHK,Kemenpupera)
3. Mitra Pembangunan (Badan PBB, LSM, Swasta)
4. Organisasi Profesi
5. Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota dan Puskesmas
E. METODE PELAKSANAAN
1. Pelaksana
Kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola oleh Direktorat Penyehatan Lingkungan,
Ditjen P2P, Kemkes
2. Lokasi dan waktu pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan di Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kemenkes pada tanggal 25
– 26 Juli 2023
3. Tahapan kegiatan
- Penyusunan kerangka acuan sinergitas dan implementasi adaptasi perubahan iIklim
dan kebencanaan lingkungan
- Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk hybrid diselenggarakan selama 2 hari yang
terdiri dari lintas program Kemkes (BKPK, Roren, Dit. P2M, Dit. SKK, Ditjen Kesmas,
Sesditjen P2P), Lintas Sektor (KLHK, BPNB, Bappenas, BMKG), Organisasi Profesi
(HAKLI), dan mitra pembangunan.
Narasumber pada pertemuan :
Eselon II : Bappenas, BNPB, BMKG, KLHK, Kemenpupera
Eselon III : Ketua kelompok Masyarakat
Moderator :
1) Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintah Daerah III, Kemendagri
2) Direktur Kesehatan Gizi Masyarakat, Bappenas
Pelaksanaan pertemuan dengan metode:
• Presentasi dari narasumber
• Diskusi dan tanya/jawab
- Dokumentasi dan laporan kegiatan