PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat memerlukan penambahan fasilitas
pelayanan umum untuk mengimbanginya, dengan penyediaan fasilitas kesehatan baru termasuk
“KLINIK FAJAR DATARI” yang dibangun di Dukuh Krajan, Desa Pulung, Kecamatan
Pulung, Kabupaten Ponorogo ini diperkirakan akan menimbulkan dampak positif dan negatif
terhadap lingkungan hidup di daerah sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung.
Klinik sebagai sarana pelayanan kesehatan, merupakan tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat. Klinik Kesehatan sangat rentan menjadi tempat penularan penyakit
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Untuk menghindari resiko dan
gangguan kesehatan perlu usaha-usaha pengelolaan dan pemantauan lingkungan dan kesehatan
sesuai persyaratan kesehatan.
Klinik Kesehatan adalah merupakan fasilitas sosial yang tak mungkin dapat dipisahkan
dengan masyarakan, karena sebagai manusia atau masyarakat tentu menginginkan agar
kesehatan tetap terjaga. Oleh karena itu Klinik Kesehatan mempunyai kaitan yang erat dengan
keberadaan kumpulan manusia atau masyarakat tersebut. Sejalan dengan perkembangan
penduduk yang sangat pesat, lokasi Klinik Kesehatan yang dulunya jauh dari daerah pemukiman
penduduk tersebut sekarang umumnya telah berubah dan berada di tengah pemukiman penduduk
yang cukup padat, sehingga masalah pencemaran akibat limbah Klinik Kesehatan baik limbah
padat atau limbah cair sering menjadi pencetus konflik antara pihak Klinik Kesehatan dengan
masyarakat yang ada di sekitarnya.
1
Tahun 2012) maka kegiatan pembangunan “KLINIK FAJAR DATARI” di Dukuh Krajan,
Desa Pulung, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo tidak wajib AMDAL, tetapi wajib
menyusun dokumen DPLH yang penyusunannya berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup bagi usaha dan/atau kegiatan yang telah Memiliki Izin Usaha
dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup. Melalui penyusunan
dokumen DPLH ini nantinya diharapkan dampak yang akan timbul dapat diupayakan langkah-
langkah penanganannya. Sehingga hasil studi ini dapat menjadi pedoman bagi pemrakarsa dan
instansi/lembaga yang terlibat dan terkait dengan rencana tersebut, terutama dalam menentukan
kebijaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup baik pada skala tapak proyek
maupun skala Kabupaten Ponorogo.
2
pengelolaan dan pemantauan baik secara rutin maupun incidental pada tahap
operasional dari kegiatan ini.
Peningkatan lapangan kerja bagi masyarakat dengan prioritas penyerapan tenaga
kerja dari Desa Pulung selama konstruksi proyek dan setelah operasional
berlangsung yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan tenaga kerja
yang bersangkutan.
Bagi Pemerintah :
3
Bagi masyarakat :
C. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dokumen lingkungan ini
adalah :
I. UNDANG – UNDANG
1. Undang-Undang RI No. 1 tahun 1970, tentang keselamatan Kerja.
2. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya.
3. Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman.
4. Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan.
5. Undang-Undang RI No. 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang.
6. Undang-Undang RI No. 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
7. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009, tentang Kesehatan.
4
III. PERATURAN MENTERI
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 718/MENKES/PER/XII/1987 tentang Kebisingan yang
Berhubungan dengan Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 2 tahun 1999 tentang Ijin lokasi.
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/IV/2010 tentang Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 tahun 2012 tentang pedoman
Penyusunan Dokumen lingkungan Hidup.
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 09/MENKES/PER/II/2014 tentang Klinik.
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Dan Kehutanan No. P56/Menlhk-
Setjen/2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kesehatan No.
P68/Menlhk/Setjen/Kum 1/8 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah.
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki Izin Usaha
dan/atau Kegiatan tetapi belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup.
9. Peraturan Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2017 tentang Standart Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Hygiene Sanitasi Kolam
Renang, Solus Per Aqua dan Pemandian Umum.
5
V. PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR
1. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 5 tahun 2000 tentang Pengendalian Pencemaran Air
di Provinsi Jawa Timur.
2. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 10 tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara Ambien
dan Emisi Sumber Tidak Bergerak di Jawa Timur.
3. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 30 tahun 2011 tentang Jenis Usaha/ Kegiatan yang
wajib dilengkapi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL).
4. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah
Untuk usaha/kegiatan di wilayah Provinsi Jawa Timur.
6
VII. KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN PONOROGO
1. Surat Keputusan Bupati nomor 188.45/1398/405.25/2019 tentang Perubahan Atas
Keputusan Bupati Ponorogo Nomor 188.45/1729/405.25/2017 tentang Pembentukan
Tim Pemeriksa UKL-UPL dan Tim Pemeriksa SPPL di Kabupaten Ponorogo.
7
BAB II
URAIAN KEGIATAN
A. IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN DOKUMEN
1. Identitas Pemrakarsa
a. Nama Pemilik : Katini, SST
b. Nama Penanggung Jawab usaha : Dr. Made Jeren, Sp. THT
c. Nomor KTP : 3502064205710001
d. Nomor NPWP : 84.419.943.0-647.000
e. Jabatan : Ketua
f. No. Telepon/No. Fax : 085204108555
g. Jenis Usaha/Kegiatan : Klinik Kesehatan dan apotek
h. Nama Usaha/Kegiatan : KLINIK FAUZIAH
i. Alamat Usaha/Kegiatan : Dukuh Krajan, Desa Pulung, Kecamatan
Pulung, Kabupaten Ponorogo
8
B. TUJUAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
Tujuan utama operasional “KLINIK FAJAR DATARI” di Dukuh Krajan, Desa Pulung,
Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo ini adalah untuk menyediakan fasilitas kesehatan
yang memadai bagi masyarakat sehingga diharapkan dapat mereduksi dan menanggulangi
tingkat penyebaran penyakit khususnya di Desa Pulung dan sekitarnya di Kecamatan Pulung,
Kabupaten Ponorogo pada umumnya.
Sedangkan kegunaan operasional “KLINIK FAJAR DATARI” Ini mencakup kegunaan
untuk berbagai pihak antara lain :
1. “KLINIK FAJAR DATARI” (Pemrakarsa) :
Tersedianya Fasilitas kesehatan berupa Klinik kesehatan yang memadai di Kelurahan
Nologaten, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo
Menyediakan fasilitas Klinik dengan pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat.
2. Masyarakat
Sarana untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang lebih baik.
Terciptanya kesempatan kerja dan terutama untuk masyarakat disekitar lokasi.
Letak “KLINIK FAJAR DATARI” berdasarkan foto satelit disajikan pada gambar 2.1
9
Gambar 2.1. Foto Satelit “KLINIK FAJAR DATARI”
10
Gambar 2.2. Lay Out “KLINIK FAJAR DATARI”
11
Gaambar 2.3. Denah Klinik ‘KLINIK FAJAR TADARI’
12
13
2. Batas-Batas Usaha dan/atau Kegiatan
Lokasi kegiatan operasional “KLINIK FAJAR DATARI” ini berada di wilayah
Kelurahan Nologaten, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo. Adapun batas-batas
lahan-lahannya sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Jalan Bathoro Katong
- Sebelah Timur : Jalan Lingkungan
- Sebelah Selatan : Tanah Milik Sdri. Nanik Ratna dewi
- Sebelah Barat : Tanah Milik sdr. Komari, SH, M.Hum, H. Hasanun Fadli
14
Jingglong 725 745 1.470
Beduri 1.139 1.043 2.182
Jumlah 38.418 39.127 77.545
Sumber : Kecamatan Ponorogo Dalam Angka 2018
Dari tabel 2.1. dapat diketahui bahwa penduduk terbanyak di Kecamatan Ponorogo ialah laki-
laki dengan jumlah 38.418 jiwa dan perempuan sejumlah 39.127. Penduduk terbanyak di
Kelurahan Keniten yaitu 8.715 jiwa. Penduduk di Kelurahan Nologaten berjumlah 4.617 jiwa
dengan penduduk laki-laki sebanyak 2.240 jiwa dan perempuan sebanyak 2.377 jiwa
15
Pinggirsari 331 4 17 89 156 230 26 853
Mangkujayan 257 - 137 95 1.705 1.943 338 4.475
Banyudono 198 - 118 66 962 1.089 158 2.591
Nologaten 60 - 56 65 1.085 842 74 2.182
Cokromenggalan 321 - 43 55 947 730 66 2.162
Keniten 549 - 79 108 1.168 1.622 87 3.613
Jingglong 311 - 28 33 319 251 32 974
Beduri 466 - 29 80 233 271 30 1.109
Jumlah 5.486 4 1.184 1.279 11.632 14.604 1.559 35.748
Sumber : Kecamatan Ponorogo Dalam Angka 2018
Dari tabel 2.3. diketahui bahwa di semua desa mata pencaharian yang terbanyak ialah di bidang
jasa.
E. KLIMATOLOGI
Kondisi curah hujan berdasarkan data statistik sebagai berikut :
Tabel 2.4 Curah hujan tiap bulan (mm) di kabupaten Ponorogo tahun 2018
Nama Lokasi BULAN
No Stasiun Hujan jan feb Mrt Apr Mei Jun jul ags spt okt nov Des
1 Ponorogo 10 13 9 7 0 1 1 - 2 1 11 7
(Ponorogo)
2 Babadan 10 15 10 9 3 5 1 - 2 2 11 6
(Babadan)
3 Jenangan 7 14 11 10 3 3 0 - 2 1 14 7
(Bollu)
4. Pulung 8 14 10 17 3 2 1 1 2 1 17 6
(kesugihan)
5. Ngebel 5 11 3 13 2 0 0 1 2 4 23 10
(Ngebel)
6. Ngebel (Talun) 9 23 12 20 7 3 0 1 3 6 22 10
7. Pulung 8 14 9 13 2 - 1 - 3 1 18 7
(pulung)
8. Pudak (Pudak) 11 16 9 14 3 0 3 2 2 6 10 9
9. Sooko (Sooko) 8 13 8 12 3 1 1 0 3 4 14 5
10. Purwantoro/S 8 12 4 8 2 4 1 - 2 1 10 5
umorobangun
11. Jambon 10 8 5 6 1 2 0 - 2 2 8 4
(Sungkur)
12. Badegan 9 14 5 9 1 4 1 - 2 1 11 5
(Badegan)
13. Kauman 8 9 7 6 1 4 1 - 2 1 10 6
(Sumoroto)
14. Sampung 18 12 6 11 2 3 1 - 1 1 9 5
(Pohijo)
16
15. Slahung 9 13 5 7 1 2 0 - 3 0 13 7
(Slahung)
16. Balong 11 13 6 9 1 1 1 0 3 0 11 7
(Balong)
18. Ngrayun 13 12 11 12 0 1 0 - 2 0 13 6
(Ngrayun)
19. Sawoo 9 14 8 9 0 - 1 0 3 0 9 10
(Sawoo)
20. Sambit 11 12 10 10 0 0 0 - 2 0 11 12
(WIlangan)
21. Kori 9 10 5 9 0 0 0 - 3 0 7 10
22. Sewatu 9 11 8 10 0 1 0 0 2 0 8 7
Sumber : Bid.Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kab.Ponorogo tahun 2018
F. KONDISI KESEHATAN
17
Sumber : Data Puskesmas Ponorogo Utara tahun 2018
Nama Puskesmas
Rumah Sakit Puskesmas Balai Pengobatan
Desa Pembantu
Paju - - - -
Brotonegaran - - 1 -
Pakunden 1 - - -
Kepatihan - - - 1
Surodikraman 1 - - -
Purbosuman - - - -
Tonatan - 1 - -
Bangunsari 2 1 - 1
Tamanarum - - - -
Kauman - - - 1
Tambakbayan - - - -
Pinggirsari - - 1 -
Mangkujayan 1 - - 2
Banyudono - - - -
Nologaten 1 - - 1
Cokromenggalan - - 1 -
Keniten - - - -
Jingglong - - - -
Beduri - - - -
Jumlah 6 2 3 6
18
Paju - 2 1 3
Brotonegaran 3 3 - 3
Pakunden 2 2 1 3
Kepatihan 3 3 1 4
Surodikraman 2 2 1 4
Purbosuman 1 2 1 3
Tonatan 3 2 - 4
Bangunsari 5 - - 7
Tamanarum 1 1 1 1
Kauman 2 1 1 3
Tambakbayan 1 1 1 2
Pinggirsari - 2 - 2
Mangkujayan 4 2 1 9
Banyudono 5 4 1 4
Nologaten 2 2 1 4
Cokromenggalan - 2 - 4
Keniten 3 2 1 7
Jingglong - 1 1 2
Beduri 1 2 1 2
Jumlah 38 36 14 71
Sumber : Kecamatan Ponorogo Dalam Angka 2018
Kualitas air dan kualitas udara melalui pemeriksaan laboratorium di Envilab. Pemeriksaan
dilakukan tanggal 8 april 2019. Hasil pemeriksaan air sedang dalam proses dan hasil
pemeriksaan udara seperti tertera pada tabel 2.7. Hasil laboratorium udara menunjukkan bahwa
sebagian besar komponen udara menunjukkan bahwa memenuhi aturan yang telah ditetapkan.
Hanya ada debu dan Pb yang kadarnya sangat kecil karena terletak di jalan protokol dan tidak
menimbulkan masalah kesehatan.
19
Tabel 2.7. Hasil Pemeriksaan Kualitas Ambient Udara
No TEST DESCRIPTION SAMPLE REGULATORY UNIT METHOD
RESULT LIMIT*
Ambient Air Quality :
1 Sulfur Dioxide, SO2 < 8.25 262 µg/Nm3 SNI 19-7119.7-2017
3
2 Carbon Monoxide, CO < 1150 22600 µg/Nm EI 36.087 (CO Meter)
3 Nitrogen Dioxide, NO2 20.68 92.5 µg/Nm3 SNI 19-7119.7-2017
4 Oxidant, O3 < 6.8 200 µg/Nm3 SNI 19-7119.7-2017
3
5 Dust** 0.045 - mg/Nm SNI 19-7119.7-2017
6 Lead, Pb** < 0.000002 - mg/Nm3 SNI 19-7119.7-2017
3
7 Hydrogen Sulfide,H2S < 0.017 42 µg/Nm EI 36.059 (Spectrophothometry)
8 Amomonia, NH3 < 9.5 1360 µg/Nm3 SNI 19-7119.1-2005
3
9 Hydrocarbon, HC 25.5 160 µg/Nm EI 36.079 (Sensor)
* Govermor of East Java Regulatory No. 10/2009 for Ambient Air Standard Quality
**Based on sampling duration 60 minutes
20
BAB III
OPERASIONAL KEGIATAN KLINIK
B. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan “KLINIK FAJAR DATARI” adalah :
1. Menyelenggarakan pelayanan medis umum dan spesialis serta apotek, meliputi rawat jalan
umum, pelayanan gigi, UGD, spesialis bedah, layanan konsultasi dan apotek. Untuk
pelayanan laboratorium kerjasama dengan Lab IMA dan pelayanan kebidanan kerjasama
dengan bidan jejaring.
2. Memberikan alternatif pelayanan kesehatan yang lebih dijangkau masyarakat sekitar lokasi.
3. Memberikan sarana/wadah bagi sumber daya tenaga kesehatan atau peluang pekerjaan.
4. Menunjang program pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
21
D. SKALA/BESARAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
1. Sarana dan Fasilitas Operasional
a. Ruang Tunggu
Ruang Tunggu “KLINIK FAJAR DATARI” terletak di depan dengan ukuran 2 x
2,5 m dan samping Klinik dengan ukuran 12 x 2,5 m. Jumlah kursi untuk ruang
tunggu cukup untuk 10 orang
b. Ruang Pendaftaran
Ruang pendaftaran dengan luas 4,2 x 2,4 m2 terletak di bagian depan bangunan
klinik. Berfungsi untuk tempat pendaftaran pasien. Dilengkapi dengan computer,
meja pendaftaran, kursi dan lemari. Lokasi ruang pendaftaran tertera di gambar 3.2
22
c. Ruang Praktek Dokter Umum
Ruang periksa yaitu ruang konsultasi dokter umum. Ruangan ini dilengkapi dengan
seperangkat peralatan medis yang mendukung kegiatan praktik dokter. Ruang periksa
atau Konsultasi dokter berukuran 4,2 x 3,6 m2
d. Ruang Tindakan
Ruang ini berfungsi untuk perlakukan tindakan terhadap pasien. Ruang tindakan
Dilengkapi dengan sarana dan peralatan medis yang mendukung seperti tempat
tidur, lemari, timbangan, tensi dan tempat sampah medis dan non medis. Ruang
tindakan berukuran 2,4 x 2,5 m2 seperti tertera pada gambar 3.4.
Gambar 3.4. Ruang Tindakan
23
e. Ruang UGD
Ruang UGD merupakan ruangan pertama untuk menerima pasien khususnya yang
mengalami ke gawat daruratan yang segera memerlukan perawatan. Ukurannya
ruang UGD 6 x 2,5 m2 seperti tertera pada gambar 3.5.
Gambar 3.5. Ruang UGD
24
g. Ruang Praktek Dokter Gigi
Ruang ini disediakan untuk pasien yang membutuhkan pelayanan perawatan gigi di
klinik. Ruang ini berukuran 3,9 x 3,6 m2 seperti tertera pada gambar 3.7.
h. Apotik
Apotik disediakan klinik untuk Penyediaan obat bagi pasien dan masyarakat umum.
Apotik ini berukuran 8 x 2,4 m2 tertera seperti gambar 3.8. Untuk obat-obatan tidak
ada yang kadaluwarsa selama ini karena tidak meyediakan obat dalam jumlah yang
banyak. Seandainya ada akan di lakukan pemisahan dan akan di ambil pihak ke 3 dan
akan dimusnahkan di Incenerator.
Gambar 3.8 Apotik
25
i. Kamar mandi / WC
Kamar mandi/WC ada 2 yaitu disebelah belakang apotik dan satu di dalam ruang
rekam medik. Dua kamar mandi belakang masing-masing berukuran 1,5 x 2,4 m2 dan
berukuran 1,5 x 1,5 m2 seperti tertera pada gambar 3.9
j. Ruang Kantor
Ruang Kantor digunakan untuk urusan perkantoran CV. Fajar Datari Group. Ruang
kantor ini berukuran 3 x 3,6 m2 seperti tertera pada gambar 3.10.
Gambar 3.10. Ruang Kantor
26
k. Ruang Admin
Ruang Admin digunakan untuk dministrasi. Ruang admin ini berukuran 3 x 2,5 m2
seperti tertera pada gambar 2.11.
27
b. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang Terbuka Hijau (RTH) terletak di bagian belakang bangunan klinik seluas 373
m2 seperti tertera pada gambar 3.13. Ruang Terbuka Hijau ini sudah memenuhi
standart yaitu 30% dari total lahan.
Gambar 3.14. Gambar RTH
c. Mushola
Mushola berada di dekat Ruang santai dengan ukuran 2 x 3 m seperti tertera pada
gambar 3.14.
Gambar 3.14. Mushola
c. Sumur Resapan
Sumur Resapan berfungsi meresapkan atau untuk menyimpan air hujan. Hal ini
untuk perlindungan air tanah agar run off tidak semua masuk saluran drainase dan
mengalir ke sungai. Sudah dibangun 2 sumur resapan dalam dengan lokasi di
28
sebelah timur ruang terbuka hijau di sebelah selatan bangunan klinik yang
disambungkan dengan pipa pengalir air hujan dari atap.
Pemeriksaan medis
Penanganan medis
Rawat jalan
Pembayaran obat
Kasir
29
4. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energy untuk kegiatan Klinik ini berasal dari PLN dengan daya 5500 watt.
Listrik ini digunakan untuk sumber daya peralatan, penerangan dan aktivitas lainnya.
Untuk mengantisipasi waktu pemadaman listrik PLN maka disediakan satu genset
dengan 10.000 PK.
5. Kebutuhan Air Bersih
a. Kebutuhan Air Bersih Operasional
Pemenuhan kebutuhan air bersih dengan air sumur dangkal dan disediakan dua
tendon air dengan kapasitas 250 Liter. Rata pengisian per hari sebanyak 3 kali.
Sehingga persediaan air dibuat 750 Liter per hari.
Kebutuhan air bersih untuk karyawan yaitu 15 orang x 50 liter air/hari = 750
liter/hari. Sedangkan perkiraan kebutuhaan air untuk pengunjung klinik yaitu
pasien perhari yang datang sekitar kurang lebih 30 orang dan asumsi kebutuhan
air 10 liter air/hari sehingga Kebutuhan air untuk pasien yaitu 30 x 10 liter air/hari
= 300 liter/hari sehingga kebutuhannya 1.050 liter air/hari.
b. Neraca Penggunaan Air
Pengelolaan sumber daya air yang dimanfaatkan untuk operasional sebagaimana
sehrusny dijelaskan dalam bagan neraca penggunaan air pada gambar 3.17
AIR SUMUR
DALAM/PDAM
IPAL
SALURAN
DRAINASE/REUSE
30
6. Pemadam Kebakaran
Alat pemadam kebakaran merupakan peralatan yang wajib dimiliki oleh “KLINIK
FAJAR DATARI” dan harus dalam kondisi siap pakai. Alat pemadam kebakaran
yang ada di “KLINIK FAJAR DATARI” ini adalah APAR yang berjumlah 2 buah,
sehingg masih kurang 2 buah. Peletakan APAR yang digunakan yaitu jenis dry power
dengan penilaian berganda ABC. Pemilih apangestyn jenis dan penilaian ini sudah
memenuhi standar untuk memadamkan kebakaranyang disebabkan oleh zat padat,
cair, gas, dan listrik. Syarat-syarat pemasangan dan pemelihaan APAR yaitu :
- APAR mudah dilihat,dicapai, diambil, dan tidak terhalangi benda apapun.
- Pemasangan dan penempatan APAR harus sesuai dengan penggolongan jenis
kebakaran.
- APAR memiliki penanda APAR berbentuk segitiga sama sisi berwarna merah
- APAR memiliki kartu inspeksi APAR
- Pemasangan APAR dengan bagian paling atas pada ketinggian 1,5 m untuk berat
APAR kurang dari 20 kg.
- Jarak antar APAR satu dengan APAR yang lain tidak boleh melebihi 15 m.
31
Pemasangan rambu-rambu / tanda-tanda diseluruh bagian penting di Klinik dengan
jelas dan mudah dimengerti/diikuti, misalnya arah, tanda pengamanan dan pintu
keluar, tanda dilarang merokok, arah evakuasi dan titik kumpul.
Semua karyawan paham dengan program keselamatan
Peralatan pemadaman api (APAR) ditempatkan pada tempat-tempat yang strategis
dan mudah dicapai.
Melakukan uji coba perlengkapan K3 tersebut minimal 6 kali dengan memberikan
perhatian khusus pada daerah-daerah yang beresiko tinggi.
Terdapat pintu keluar yang memadai di seluruh bagian gedung untuk
menyelamatkan diri apabila terjadi kebakaran.
Tata letak bangunan diatur sedemikian rupa agar apabila terjadi kebakaran selang
mobil pemadaman kebakaran dapat masuk hingga bagian yang terjauh.
32
j. Selang penyemprot air
33
f. Setiap karyawan bertanggung jawab untuk mengamati keadaan-keadaan di
daerah kegiatan nya dan menanggulangi atau melaporkan segera setiap
kejadian yang tidak biasa di daerah itu.
g. Petugas yang menemukan adanya korsleting atau keadaan emergency lainnya
harus segera melaporkan pada kepala klinik tentang masalah dan situasinya.
Sesudah melapor dan atas petunjuk
h. Kepala klinik, karyawan akan mengambil tindakan langsung untuk mengatasi
atau menjaga agar tidak meluas sampai bantuan tiba. Tindakan emergency
yang harus dilakukan : 1) mencoba mengatasi dan menghentikan keadaan
darurat tersebut. 2) Memberi peringatan untuk tidak merokok, menyalakan api
dan menjalankan mesin. 3) Menghubungi pemadam kebakaran terdekat. 4)
Memutuskan aliran listrik.
34
6. Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadaluarsa
7. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan
8. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh
distributor
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1. Dilakukan pemilahan jenis limbah mulai dari sumber yang terdiri
dari limbah infeksius, benda tajam, farmasi. Tempat pewadahan
limbah padat medis
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat,
kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada
bagian dalamnya, misalnya fiberglass
Disetiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia
tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah padat
nonmedis
Kantong plastic diangkat setihap hari atau kurang sehari
apabila 2/3 bagian telah terisi limbah
Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat
khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman
Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan
dengan larutan disinfektan apabila akan dipergunakan
kembali, sedangkan untuk kantong plastic yang telah dipakai
dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh
digunakan lagi. Pewadahan limbah medis padat harus
memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan label
seperti pada Tabel 3.1
35
Tabel 3.1 Jenis Wadah dan label Limbah Padat Medis Sesuai Kategori
No. Kategori Warna Kontainer/ Lambang Keterangan
Kantong Plastik
36
Tabel 3.2 Sumber limbah padat medis
c. Tempat Penyimpanan
1) Limbah B3 infeksius, benda tajam, dilakukan penyimpanan paling
lama 90 hari.
2) Limbah B3 bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, atau sisa kemasan,
farmasi, peralatan medis yang mengandung logam berat tinggi, dan
tabung gas dilakukan
Penyimpanan paling lama :
90 hari untuk limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg per
hari atau lebih
180 hari untuk limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg
per hari atau lebih
37
Tempat penampungan sementara limbah padat medis (TPS B3) dapat berupa tempat yang
terlindung dari vector ataupun gangguan lain, kedap air, serta diberi penerangan serta harus
betul-betul diperhatikan aagar tidak tercecer dimana-manaa untuk antisipasi terjadinya
penyebaran penyakit lewat limbah B3.
d. Transportasi
Pengangkutan limbah padat medis akan dilakukan melalui kerjasama
dengan pihak lain yang telah memiliki ijin pengangkutan limbah padat
medis. Klinik Fajar Datari telah bekerjsama dengn PT ARAH
ENVIROMENTAL INDONESIA (MoU terlampir).
38
1) Tersedia tempat penampungan limbah padat non-medis sementara
dipisahkan antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang
tidak dapat dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut tidak merupakan
sumber bau, dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk
cairan.
2) Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, bertutup
dan selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah
dibersihkan
3) Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau petugas pengangkut limbah
padat
4) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1x24 jam
e. Pengolahan Limbah Padat
Upaya untuk mengurangi volume, mengubah bentuk atau memusnahkan
limbah padat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang masih dapat
dimanfaatkan akan dipakai kembali dan untuk limbah padat organic dapat
diolah menjadi pupuk.
f. Lokasi Pembuangan Akhir Limbah Padat
Limbah padat (domestic) diambil dibuang oleh petugas sampah ke lokasi TPS
untuk selnjutnya ke TPA yang dikelola oleh pemerintah daerah ( Pemda )
Ponorogo dan tidak boleh melakukan pembakaran sampah serta menyediakan
tempat pemilahan sampah organic dan an organic. Penyediaan tempat sampah
di depan halaman supaya sampah tidak tercecer kemana-mana. Untuk limbah
sampah medis yaitu limbah sampah infeksius menggunakan kantong sampah
plastic berwarna kuning.
39
3. Limbah Cair (1.000 L/hari)
a. Jenis dan Sumber Air Limbah yang Harus dikelola
Air limbah adalah seluruh air buangan yang berasal dari hasil proses
kegiatan sarana pelayanan kesehatan yang meliputi : air limbah domestic
(air buangan kamar mandi,dapur, air bekas pencucian pakaian), air limbah
klinis (air limbah yang berasal dari kegiatan klinis, misalnya air bekas
cucian luka, cucian darah, dll). Air limbah klinis jika tidak diolah sangat
berpotensi mencemari lingkungan. Pengaruh air limbah dapat dilihat pada
Tabel 3.3
40
b. Pengelolaan Air Limbah
1. Saluran pembuangan limbah menggunakan sistem saluran tertutup,
kedap air, serta terpisah dengan saliran air hujan.
2. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui
debit harian limbah yang dihasilkan.
3. Air limbah dari dapur dilengkapi penangkapan lemak dan saluran air
limbah dilengkapi dengan Gril.
4. Seluruh air limbah hasil kegiatan klinik seharusnya dilakukan
pengolahan air limbah pada IPAL dengan Frekuensi pemeriksaan
kualitas air limbah terolah dilakukan setiap satu tahun sekali. Klinik
Fajar Datari belum mempunyai IPAL, sehingga akan dibangun
IPAL.
Kimia
pH 6-9
BOD 30 mg/L
COD 100 mg/L
Minyak dan Lemak 5 mg/L
Amonia 10 mg/L
41
Total coliform 3.000 (MPN/100ml)
Sumber : Permen LHK, 2016
4. Limbah Gas
a. Monitoring limbah gas berupa NO2, SO2, dan logam berat
b. Menggunakan bahan bakar untuk genset yang lebih rendah emisi
c. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi
gas oksigen dan dapat menyerap debu
Tanaman ayoman
Sumber Pencemar:
- Emisi gas buang genset
- Kendaraan
- Debu
Daya dukung lingkungan
Sumber daya manusia yang menjadi salah satu fakor terpenting dalam ketata laksanaan
pelayanan operasional “KLINIK FAJAR DATARI” Tenaga kerja yang mendukung
operasional Klinik sebanyak 14 orang yang terdiri dari :
ADMINISTRASI KEUANGAN
Ettie Kristiyaningsih Elly Hendriati
ASISTEN APOTEKER
Anang Baihaqi, AMd. Farm
Suprihatin, AMd. Farm
Indarti
43
E. PENDEKATAN TEKNIS PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
Dari hasil inventarisasi pendugaan dampak penting terhadap pencemaran lingkungan baik
positif ataupun negative baik secara langsung ataupun tidak langsung, maka perlu tindakan-
tindakan khusus dalam upaya pencegahan pencemaran lingkungan.
1. Pemantauan Kualitas Lingkungan
Pemantauan kualitas lingkungan secara berkala akan diberlakukan kepada semua
aspek di unit usaha ini. Apabila diperlukan secara kualitatif akan dilakukan pengukuran
secara berkala terhadap kualitas air badan yang ada di dekat Klinik dengan menggunakan
uji laboratorium terakreditasi. Demikian pula terhadap tingkat kebisingan, kualitas udara
dan sebagainya akan diukur secara mandiri maupun melibatkan pihak lain untuk
dilaporkan secara berkala kepada instansi terkait. Secara visual akan dipantau tingkat
kebersihan dan ketertiban lingkungan, baik di dalam maupun sekitar Klinik, yang
selanjutnya akan dilakukan pembenahan apabila dipandang perlu.
2. Sistem Isolasi Terhadap Bahan Mudah Terbakar dan Mudah Meledak dan
Infeksius
Sistem isolasi dengan penerapan tehnologi (isolator) yang tepat. Pembuatan
isolator dimaksudkan untuk mencegah rembesan air limbah,obat-obatan maupun media
berbahaya lain untuk operasional klinik yang mungkin terjadi akibat kebocoran yang bisa
mencemari kualitas tanah dan air tanah maupun udara. Untuk bahan-bahan yang mudah
terbakar maupun mudah meledak akan dilokalisir di tempat yang aman jauh dari sumber
api. Demikian pula akan dilaksanakan pemasangan instalasi listrik yang aman dan
terpantau secara berkala.
3. Menyiapkan Alat dan Peralatan Pemadam Kebakaran
Bahan kebakaran tidak dapat diprediksi kejadiannya. Dalam menangani bahaya
kebakaran perlu kesiapan alat dan peralatan pemadam kebakaran yang jumlahnya
memadai dan penempatannya mudah dilihat dan dijangkau, dengan menyediakan tabung
pemadam kebakaran dengan jenis yang sesuai dengan peruntukannya. Tabung pemadam
kebakaran perlu di cek masa kadaluarsanya dan kesiapan penggunaannya. Apabila sudah
mendekati masa kadaluarsa maka perlu diganti dengan segera.
44
4. Terdapat Peraturan yang Jelas dan Tegas
Peraturan/larangan khusus lokasi “KLINIK FAJAR DATARI” yang
penempatannya di tempat yang strategis, tulisannya jelas dan mudah dibaca oleh
pengunjung, dilengkapi dengan gambar yang mudah dimengerti yang menerangkan
peraturan tersebut (misalnya: DILARANG MEROKOK DI AREA “KLINIK FAJAR
DATARI”).
5. Pelatihan tentang Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja kepada Karyawan
Telah dilakukan pelatihan dan pemahaman tentang dasar-dasar kesehatan,
keselamatan dan keamanan kerja di lingkungan “KLINIK FAJAR DATARI” kepada
para karyawan sebelum terjun ke lapangan dan selalu dievaluasi dalam pelaksanaannya.
Ketegasan dalam penerapan standar kerja yang aman dan nyaman harus ditegakkan,
termasuk penggunaan peralatan safety equipment unyuk karyawan.
Kemampuan melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan ataupun kebakaran
merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan untuk karyawan untuk mengantisipasi ketika
terdapat kecelakaan kerja tidak harus menunggu petugas pemadam kebakaran atau
petugas lain, sehingga karyawan dapat melakukan pertolongan pertama pada saat terjadi
kecelakaan ataupun kebakaran.
6. Penanaman Tanaman
Arus mobilisasi kendaraan yang keluar masuk “KLINIK FAJAR DATARI”
mengakibatkan peningkatan emisi gas buang dari mesin kendaraan bermotor maupun
aktivitas lainnya. Hal ini bisa memicu terjadinya peningkatan pencemaran udara akibat
emisi gas buang dan resuspensi debu. Untuk mengurangi pencemaran udara perlu
penambahan tanaman.
7. Mengelola Limbah Cair
Pengelolaan limbah cair dilakukan dengan pengelolaan pada IPAL dengan
beberapa tahap pengolahan limbah pada proses biofilter anaerob-aerob, sehingga limbah
yang dikeluarkan dari outlet sudah memenuhi baku mutu air limbah.
45
F. GARIS BESAR KOMPONEN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
1. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan RT RW Kabupaten Ponorogo
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo Rencana sistem
perkotaan wilayah Kabupaten Ponorogo dilihat dari penetapan kawasan pedesaan
dan perkotaan dan penetapan kawasan perdesaan berdasarkan kondisi,
kelengkapan fasilitas dan karakteristik kegiatan yang terdapat pada setiap
kecamatan sehingga dapat ditetapkan kawasan perdesaan dan kawasan
perdesaannya. Berdasarkan Perda 01 tahun 2012 tentang RT RW Kabupaten
Ponorogo Pasal 7.
1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 ditetapkan Kebijakan dan strategi perencanaan ruang
wilayah; dan
2) Kebijakan dan strategi perencanaan ruang wilayah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi :
struktur ruang wilayah, pola ruang wilayah, serta penetapan kawasan
strategis. Pengembangan kawasan perdesaan berbasis hasil perkebunan
pada wilayah Pengembangan kawasan agropolitan Kecamatan Babadan,
Kecamatan Jenangan, kecamatan Pulung, Kecamatan Slahung, Kecamatan
Balong, Kecamatan Sukorejo, dan dijadikan sebagai pengembangan pusat
pengolahan hasil pertanian.
Berdasarkan Perda RTRW Kabupaten Ponorogo maka lokasi klinik ini tidak
masuk wilayah kawasan lindung maupun cagar alam.
H. CSR
CSR yang telah diberikan ialah bantuan dana untuk acara kenegaraan, sosial dan hari besar
agama di kelurahan Nologaten dan kecamatan Ponorogo.
46
1. PERIJINAN YANG DIMILIKI
Tabel 3.6 jenis perijinan yang dimiliki
47
BAB 4
DAMPAK LINGKUNGAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Dampak lingkungan yang ditimbulkan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bagian ini
pada dasarnya berisi satu tabel/matriks, yang merangkum mengenai :
1. Dampak lingkungan yang ditimbulkan rencana usaha dan/atau Kegiatan Kolom Dampak
Lingkungan terdiri atas empat sub kolom yang berisi informasi.
a. sumber dampak yang diisi dengan informasi mengenai jenis sub kegiatan penghasil dampak
untuk setiap tahapan kegiatan (prakontruksi,kontruksi,operasional dan pasca operasi);
b. jenis dampak yang diisi dengan informasi tentang seluruh dampak lingkungan yang mungkin
timbul dari kegiatan pada setiap tahapan kegiatan; dan
c. besaran dampak yang diisi dengan informasi mengenai; untuk parameter yang bersifat
kuantitatif, besaran dampak harus dinyatakan secara kuantitatif.
2. Bentuk upaya pengelolaan lingkungan hidup Kolom Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
terdiri atas tiga sub Kolom yang berisi informasi :
a. bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang diisi dengan informasi mengenai
bentuk/jenis pengelolaan lingkungan hidup yang direncanakan untuk mengelola setiap
dampak lingkungan yang ditimbulkan ;
b. lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang diisi dengan informasi mengenai lokasi dimana
pengelolaan lingkungan dimaksud dilakukan (dapat dilengkapi dengan narasi yang
menerangkan bahwa lokasi tersebut disajikan lebih jelas dalam peta pengelolaan lingkungan
pada lampiran UKL-UPL; dan
c. periode pengelolaan lingkungan hidup yang diisi dengan informasi mengenai waktu/periode
dilakukannya bentuk upaya pengelolaan lingkungan hidup yang direncanakan.
3. Bentuk upaya pemantauan lingkungan hidup
Kolom Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup terdiri atas tiga sub kolom yang berisi
informasi :
a. bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang diisi dengan informasi mengenai cara,
metode, dan/atau teknik untuk melakukan pemantauan atas kualitas lingkungan hidup yang
48
menjadi indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup (dapat termasuk didalamnya;
metode pengumpulan dan analisis data kualitas lingkungan hidup, dan lain sebagainya) ;
b. lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup, yang diisi dengan informasi mengenai lokasi dimana
pemantauan lingkungan dimaksud dilakukan (dapat dilengkapi dengan narasi yang
menerangkan bahwa lokasi tersebut disajikan lebih jelas dalam peta pemantauan lingkungan
pada lampiran UKL-UPL ; dan
c. periode pemantauan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi mengenai waktu/periode
dilakukannya bentuk upaya pemantauan lingkungan hidup yang direncanakan.
4. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup
Kolom Insitusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup, yang diisi dengan informasi
mengenai berbagai institusi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup dan
pemantauan lingkungan hidu yang akan :
a. melakukan/melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup;
b. melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan
lingkungan hidup ; dan
c. menerima pelaporan secara berkala atas hasil pelaksaan komitmen pengelolaan lingkungan
hidup dan pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan lingkup tugas instansi yang
bersangkutan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
A. DAMPAK LINGKUNGAN
1. Tahap Operasionalisasi
Kegiatan yang dialakukan pada “KLINIK FAJAR DATARI” diantaranya Sebagai berikut:
A. Perekrutan tenaga Kerja
Tahap perekrutan tenaga kerja banyak dinantikan oleh warga akan tetapi bisa
menimbulkan kecemburuan juga. Ada beberapa hal yang memungkinkan terjadi
dengan recruitment tenaga kerja. Dengan adanya klinik ini banyak masyarakat
berharap bisa menjadi karyawan. Terjadinya interaksi sosial dari para karyawan klinik
yang berasal dari luar daerah, yang akan berpengaruh pada kantibmas.
Sumber Dampak : Perekrutan tenaga kerja
49
Jenis Dampak :
a. Keresahan masyarakat akibat kecemburuan sosial khususnya bagi yang merasa
mempunya kemampuan akan tetapi tidak terserap sebagai tenaga kerja.
b. Adanya interaksi sosial masyarakat antara pendatang terhadap kondisi sosial
budaya setempat sehingga mempengaruhi kantibmas.
Besaran Dampak :
a. Sejumlah masyarakat yang kecewa dengan sistem penerimaan karyawan
b. Banyaknya pengaduan masyarakat terhadap pengelola
B. Kegiatan Operasionalisasi Klinik
Tahap Operasionalisasi klinik berarti mulai melakukan pelayanan kesehatan kepada
pasien.
1. Dampak yang mungkin terjadi : kegiatan transportasi
Sumber Dampak : Kegiatan pengangkutan obat obat-obatan dan peralatan medis
Serta penurunan pasien.
Jenis Dampak : Penurunan Kualitas udara dan kebisingan dan kemacetan lalu
lintas
Besaran Dampak : Tingkat pencemaran udara dibandingkan dengan baku mutu
(Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 10 Tahun 2009) dan laju
Kendaraan kurang dari 40 km/jam terutama pada sekitar jalan
masuk klinik
2. Sumber Dampak : Pelayanan Kesehatan di UGD
Jenis Dampak :
a. Terjadinya penularan penyakit baik kepada karyawan maupun pengunjung
b. Terjadinya kecelakaan kerja
c. Terjadinya mal praktik
d. Terdapatnya penumpukan sampah medis
Besaran Dampak :
a. Sejumlah pengunjung yang tertular penyakit
b. Sejumlah karyawan yang tertular penyakit
c. Sejumlah pasien yang berobat tertular penyakit nosokomial.
d. Sejumlah sampah medis tertumpuk/ limbah B3 medis (7,5 gr/pasien/hari) yang
50
menimbulkan gangguan kesehatan.
3. Sumber dampak : Pelayanan Kesehatan di Pemeriksaan Umum
Jenis Dampak :
a. Terjadinya penularan penyakit kepada karyawan
b. Terjadinya kecelakaan kerja
c. Terjadinya mal praktik
d. Terdapatnya penumpukan sampah medis
Besaran Dampak :
a. Sejumlah karyawan yang tertular penyakit
b. Sejumlah pasien yang berobat tertular penyakit nosokomial.
c. Sejumlah sampah medis tertumpuk/ limbah B3 medis (7,5 gr/pasien/hari) yang
menimbulkan gangguan kesehatan.
4. Sumber dampak : Pelayanan Kesehatan di Pemeriksaan Gigi
Jenis Dampak :
a. Terjadinya penularan penyakit kepada karyawan
b. Terjadinya kecelakaan kerja
c. Terjadinya mal praktik
d. Terdapatnya sampah medis
Besaran Dampak :
a. Sejumlah karyawan yang tertular penyakit
c. Sejumlah pasien yang berobat tertular penyakit nosokomial.
d. Sejumlah sampah medis tertumpuk/limbah B3 medis (7,5 gr/pasien/hari) yang
menimbulkan gangguan kesehatan.
5. Sumber Dampak : Kegiatan penggunaan air
Jenis Dampak : Berkurangnya pasokan air untuk masyarakat sekitar
Besaran Dampak : Penggunaan air 1050 L/hari.
6. Sumber Dampak : Aktifitas Karyawan dan pasien
Jenis Dampak : Kebersihan, estetika lingkungan dan kesehatan lingkungan
Besaran Dampak : Sejumlah sampah (0,3 kg/orang/hari) dan air limbah (1.050
L/Hari) dan limbah B3 medis (7,5 gr/pasien/hari) yang
menimbulkan gangguan kesehatan.
51
7. Sumber Dampak : Kegiatan di Apotek
Jenis Dampak : Terdapatnya obat kadaluwarsa
Besaran Dampak : Sejumlah sampah B3 (obat kadaluwarsa), sejumlah sampah (0,3
Kg/orang/hari) dan limbah B3 medis (7,5 gr/pasien/hari) yang
Menimbulkan gangguan kesehatan.
52
E. Kegiatan pengoperasian Peralatan Medis dan obat-obatan
Peralatan Medis pada “KLINIK FAJAR DATARI” mempunyai spesifikasi masing-
masing dan merupakan peralatan dengan teknologi di bidang medis yang terkadang
masih merupakan hal yang baru bagi karyawan, sehingga setiap alat selalu di beri
panduan SOP untuk teknis pengoperasian untuk menjaga keamanan peralatan dan juga
pekerja (operator alat).
Sumber Dampak : Pengoperasian Peralatan medis
Jenis Dampak :
a. Bahaya kebakaran/Arus pendek
b. Kecelakaan kerja
Besaran Dampak :
a. Sejumlah peralatan dan bahan medis yang dapat memicu kebakaran
b. sejumlah karyawan
53
B. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Berikut ini bentuk pengelolaan lingkungan dari dampak yang di timbulkan kegiatan
“KLINIK FAJAR DATARI” :
1. Tahap Operasionalisasi
Tahap Operasionalisasi Klinik berarti mulai melakukan pelayanan kesehatan kepada
pasien. Kegiatan yang dilakukan pada “KLINIK FAJAR DATARI” Diantaranya sebagai
berikut :
A. Perekrutan tenaga kerja
Bentuk pengelolaan :
a. Memberikan sosialisasi/pengumuman tentang penerimaan karyawan dan tata
penerimaan dengan terbuka dan transparan
b. Memberikan pengarahan kepada karyawan pendatang untuk bisa beradaptasi dan
bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
Lokasi pengelolaan : area klinik di kelurahan Nologaten dan sekitarnya.
Periode pengelolaan : Periode penerimaan karyawan
54
Periode pengelolaan : selama masa operasionalisasi klinik
3. Kegiatan Pelayanan Kesehatan di Pemeriksaan Umum
a. Memberikan SOP pelayanan medis
b.Memberikan pelatihan K3 dan SOP penggunaan alat kepada karyawan
Lokasi pegelolaan : area klinik
Periode pengelolaan : selama masa operasionalisasi klinik
4. Kegiatan Pelayanan Kesehatan di Pemeriksaan Gigi
a. Memberikan SOP pelayanan pemeriksaan Gigi
b.Memberikan pelatihan K3 dan SOP penggunaan alat kepada karyawan
Lokasi pegelolaan : area klinik
Periode pengelolaan : selama masa operasionalisasi klinik
5. Kegiatan penggunaan air
Bentuk pengelolaan :
a. Pembuatan sumur resapan dan/atau biopori
b. penanaman tanaman dan ruang terbuka hijau
c. Himbauan hemat air
Lokasi pengelolaan : Di bagian ruang terbuka hijau
Periode pengelolaan : selama masa operasionalisasi klinik
6. Aktifitas karyawan dan pasien
Bentuk pengelolaan :
a. Melakukan pengelolaan sampah dengan pemilihan dan melakukan metode 3R
(Reduce, Re-Use, Re-Cycle)
b. Pengelolaan Limbah cair dengan IPAL.
c. Pengelolaan limbah B3 sesuai ketentuan
Lokasi pengelolaan : Area Klinik
Periode pengelolaan : selama masa Operasional Klinik
7.Kegiatan di Apotek :
Bentuk pengelolaan :
a. Melakukan pengelolaan obat dengan baik
b. Melakukan pemeriksaan obat kadaluwarsa secara berkala
c. Pengelolaan limbah B3 (obat kadaluwarsa) sesuai ketentuan
55
Lokasi pengelolaan : Area Apotek Klinik
Periode pengelolaan : selama masa Operasional Klinik
56
2. Tahap Pasca Operasionalisasi
Kegiatan ini mungkin menimbulkan dampak :
A. Kegiatan Pemutusan kerja bagi karyawan Klinik
Bentuk Pengelolaan :
a. Mengupayakan jenis tunjangan khusus sesuai dengan kondisi dan situasi di
masa yang akan datang.
b. Pemberian aturan yang jelas untuk pekerja baik dari segi penerimaan,
penggajian, mutasi dan PHK dan ada perjanjian kontrak yang sudah di setujui
masing-masing pihak.
c. Upaya-upaya dari pihak manajemen Klinik untuk membantu tenaga kerja yang
di lepas agardapat meraih peluang kerja baru.
Lokasi pengelolaan : Klinik Fajar Datari
Periode pengelolaan : Selama masa Operasionalisasi dan masa berhenti operasi
klinik.
57
Periode pemantauan : Periode penerimaan karyawan
58
Periode Pemantauan : 1 x 1 bulan selama masa Operasionalisasi Klinik
59
BAB 5
PENUTUP
A. IJIN PPLH
B. KEPEDULIAN SOSISAL
Program Kegiatan sosial “KLINIK FAJAR DATARI” bagi masyarakat sekitarnya
sudah terlaksana dan akan tetap dilanjutkan Klinik Kesehatan dalam menjalankan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat tidak hanya bertujuan semata-mata provit oriented namun juga
menjalankan fungsi sosisal kemasyarakatan bagi masyarakat sekitar Klinik Diantaranya :
1. Bantuan pengobatan bagi masyarakat tidak mampu
2. Pengobatan Gratis/ Khitan gratis pada anak yatim
3. Bantuan bencana alam berupa pengobatan gratis
60
SURAT PERNYATAAN
Tunjung Ariwibowo,SE.
61
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 16 Tahun 2012 tentang
jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis
Mengeneai Dampak Lingkungan hidup, Kementrian Lingkungan Hidup RI.
Anonim, 2012, Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 01 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo
Anonim, 2012, Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Anonim, 2016, Kecamatan Ngrayun Dalam Angka 2017, Badan Pusat statistik Kabupaten
Ponrogo.
Chay Asdak, 2010, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Djajadiningrat, Surna T. dan Harry Harsono amir, 1990, Penilaian Secara Cepat Sumber –
sumber Pencemaran Air, Tanah dan Udara, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Djajadiningrat, Surna T. dan Harry Harsono amir, 1992, Kualitas Lingkungan Hidup
Indonesia, Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta.
62
Dixon, J.A. dan Hufschmidt, M.H., 1988, Teknik Penilaian Ekonomi Terhadap
Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakata.
Hadi, sudharta, 1995, Aspek Sosial AMDAL Sejarah, Teori dan Metode, Gadjah Mada
University Press.
Sampurno dan H. Samodra, 1997, Peta Geologi Lembar Ponorogo, Jawa, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
63