Anda di halaman 1dari 4

Baca berita tanpa iklan.

 Gabung Kompas.com+

Kompas.com

 
Skola

 Biografi Tokoh Indonesia

Biografi Kapitan Pattimura, Pahlawan dari Maluku


Kompas.com, 14 November 2022, 12:40 WIB  Baca di App

3
 Lihat Foto
tribunnewswiki.com

Kapitan Pattimura
Penulis: Serafica Gischa

 | 
Editor: Serafica Gischa

KOMPAS.com - Tindakan monopoli perdagangan yang dilakukan Belana di Maluku


membawa kesengsaraan bagi rakyat, terutama adaya kebijakan penyerahan wajib berupa ikan
asin, kopi, dan hasil laut lainnya kepada Belanda. 

Perlakukan Belanda yang tidak manusiawi terhadap rakyat Maluku menyulut amarah Thomas
Matulessy atau sering disebut Kapitan Pattimura untuk melawan Belanda.

Dikutip dari buku Mengenal Pahlawan Indonesia (2010) oleh Arya Ajisaka, Pattimura lahir
pada 8 Juni 1783 di Saparua, Maluku. Pattimura merupakan anak dari pasangan Frans
Matulessy dan Fransina Silahoi. 

Pattimura lahir sebagai anak keturunan bangsawan dari Raja Sahulau, kerajaan yang berada
di Teluk Seram Selatan. Pattimura memiliki seorang adik laki-laki bernama Yohanis. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Pattimur dewasa menerima pelatihan militer dari passukan Inggris yang merebut Maluku dari
Belanda pada 1810. Dalam pelatihan militer tersebut, Pattimura mencapai pangkat mayor. 

Baca juga: Sikap Kapitan Pattimura Mencerminkan Nilai Sila Kelima Pancasila

Perjuangan melawan Belanda


Setelah penandatanganan Perjanjian Inggris-Belanda pada 13 Aguistus 1814, kepulauan
Maluku kembali di bawah kekuasaan Belanda.

Seluruh rakyat Saparua melakukan perlawanan kepada Belanda untuk mempertahankan


daerahnya. Perlawanan tersebut terjadi pada 14 Mei 1817.

Kebanyakan rakyat Maluku memilih Thomas Matulessy sebagai Kapitan Pattimura untuk
memimpin pemberontakan tersebut. Sejak saat itu Thomas Matulessy dikenal sebagai
Kapitan Pattimura.

Di bawah pimpinannya, Benteng Duustede berhasil direbut dari tangan Belanda dan semua
tentaranya tewas, termasuk Residen Van den Berg.

Berdasarkan buku Kumpulan Pahlawan Indonesia (2012) oleh Mirnawati, Belanda membalas
peristiwa itu dengan membawa senjata modern.

Anda mungkin juga menyukai