Panduan Pelaksanaan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Olah Bawang Merah Di Kabupaten Brebes
Panduan Pelaksanaan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Olah Bawang Merah Di Kabupaten Brebes
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Ymang Maha Esa, karena atas rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, Pedoman Pelaksanaan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat melalui Kewirausahaan
Olahan Bawang di Kabupaten Brebes diselesaikan dengan baik.
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR........................................................................................................................... 1
E. PENGERTIAN ............................................................................................................................... 5
G. PESERTA ...................................................................................................................................... 6
H. NARASUMBER/FASILITATOR ....................................................................................................... 6
I. KURIKULUM.................................................................................................................................. 6
J. PERSIAPAN PELAKSANAAN........................................................................................................... 7
R. PEMBIAYAAN .............................................................................................................................. 9
S. PENUTUP .................................................................................................................................... 10
4
A. LATAR BELAKANG
Para pakar pertanian menyatakan bahwa bawang merah merupakan jenis tanaman pangan yang
mudah rusak baik pada proses pertumbuhan dan pasca panen. Produk pertanian yang mudah
rusak mengakibatkan harga bawang merah fluktuatif di pasaran sehingga perubahan harga
sangat cepat (Asmara, R., & Ardhiana, R, 2010). Selain harga yang cepat berubah tanaman
bawang merah juga dapat mengalami berubahan yang dapat cenderung merugikan para petani
akibat kegiatan pasca panen yang buruk, sehingga petani bawang merah secara terpaksa harus
tetap menjual hasil panen bawang merah ketika harga bawang merah dipasaran sedang rendah
atau dengan kata lain para petani bawang merah tidak bisa menunggu harga bawang merah
stabil dulu di pasaran.
Selama ini cara petani bawang merah untuk menanggulangi dan meningkatkan harga jual
bawang merah kualitas rendah agar laku dipasaran yaitu dengan menjual hasil panen bawang
merah kualitas rendah dalam bentuk bawang merah kupasan, akan tetapi hal ini tetap kurang
efektif untuk dilakukan karna proses pengupasan secara manual membutuhkan waktu yang
sangat lama yaitu sekitar 1 jam untuk 1 kg bawang merah kualitas rendah. Hal ini karena
semakin rendah kualitas bawang merah maka ukuran umbi juga kecil sehingga sulit untuk
mengupas bawang merah secara manual. Waktu dan tenaga yang dibutuhkan dalam proses
pengupasan juga tidak sebanding dengan kenaikan harga yang didapat karna kenaikan bawang
merah kupasan hanya berkisar 2000 per kg.
Alasan lain para petani bawang merah di Desa Sekoto Kecamatan Badas langsung menjual hasil
panen mereka dipasaran tanpa melalui proses pengolahan menjadi produk pangan lainya yaitu
karna para petani bawang merah belum mengetahui cara pengolahan, cara pemasaran, dan
prospek produk bawang merah menjadi produk pangan yang berkualitas tunggi, nilai jual tinggi
dan harga yang stabil dipasaran. Sehingga berdasarkan masalah dilapangan dibutuhkan inovasi
alat, sosialisasi dan pelatihan tentang pengolahan bawang merah kualitas rendah menjadi
produk pangan lain kepada para petani bawang merah, dengan kegiatan tersebut maka para
petani bawang merah tidak akan risau jika harga bawang merah sedang rendah dipasaran atau
hasil panen bawang merah banyak yang memiliki kualitas yang rendah.
Sebagai langkah awal dari pengolahan bawang merah kualitas rendah menjadi produk pangan
kualitas tinggi yaitu dibutuhkan inovasi berupa pelatihan olah bawang merah, mulai dari cara
pengolahan, pengemasan, dan pemasaran produk olahan bawang merah. Setelah itu dilakukan
proses pendampingan kepada para petani bawang merah dalam mengolah dan memasarkan
hasil produksi bawang merah olahan yang diyakini dapat meningkatkan nilai jual bawang merah
kualitas rendah dan meningkatkan pendapatan petani bawang merah di Desa Pakijangan,
Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
Meningkatkan kompetensi penyelenggara diklat dalam memberikan pelatihan
pemberdayaan bagi penerima manfaat
2. Tujuan
Pedoman Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat bertujuan:
5
1) Registrasi peserta
2) Pengarahan Teknis
3) Pre test
4) Pembukaan
5) Pemberian Materi
6) Post test dan evaluasi
7) Penutupan
G. PESERTA
1. Peserta Pelatihan meliputi:
Penerima Manfaat yang meliputi PM PKH, BPNT, Atensi, Rutilahu, dan masyarakat umum
Non DTKS
2. Persyaratan peserta:
a. Memiliki komitmen untuk mengikuti pelatihan
b. Masyarakat yang terdiri dari unsur PM PKH, atensi, Rutilahu ataupun masyarakat
c. umum Non DTKS
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Pengusulan peserta berkoordinasi dengan Aparatur setempat, dalam hal ini Kepala Desa
Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, Kab. Brebes.
H. NARASUMBER FASILITATOR
1. Fasilitator merupakan Praktisi/ Profesional yang memiliki keahlian/ kepakaran/ kompetensi
dan pengalaman pada bidang kewirausahaan sosial dan pengembangan usaha.
2. Fasilitator Pelatihan berasal dari:
a. Praktisi/ Profesional sebagai narasumber
b. Pengusaha UMKM sukses
c. Dinas Sosial Kabupaten setempat
d. Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta.
e. Pejabat/Personil dari Kementerian Sosial RI
I. KURIKULUM
1. Jumlah Jam pelatihan keseluruhan terdiri dari : ….. Jam Pelatihan, dan akan ditempuh selama
4 (empat) hari efektif.
2. Materi Pelatihan teridiri dari 3 besaran, yaitu: Materi dasar, Materi Inti, dan lain-lain.
PENJELASAN
PRA PELATIHAN:
1. Sebelum Pelaksanaan Pelatihan, BBPPKS telah melakukan Quick Assessment terkait
kebutuhan Pemberdayaan Masyarakat yang perlu dikembangkan sesuai dengan konteks
lokal daerah setempat/ lokasi pelatihan/ calon peserta pelatihan.
2. Asessment kebutuhan pelatihan dilakukan dengan berkoordinasi dengan Staf Khusus
Menteri (SKM) terkait untuk memetakan kebutuhan pelatihan dan sasaran/target
peserta pelatihan.
3. Assessment kebutuhan pelatihan dilakukan menggunakan pendekatan Partisipatif atau
melibatkan masyarakat dan aparat daerah untuk memotret/mengetahui kebutuhan,
sumber daya yang dimiliki di suatu daerah serta potensi pasar di daerah setempat.
4. Assessment kebutuhan pelatihan dapat dilakukan dengan teknik wawancara ataupun
Focus Group Discussion (FGD) dengan perwakilan masyarakat dan aparat pemerintah/
desa setempat.
5. Setelah melakukan assessment, BBPPKS mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang
dibutuhkan masyarakat dan merancang kurikulum serta silabus pelatihan dengan
melibatkan praktisi/professional/Lembaga, yaitu Peneliti dari Institut Pertanian Bogor
(IPB).
6. Hasil assessment pelatihan yang dilakukan, telah ditetapkan beberapa keputusan antara
lain: jumlah sasaran peserta, lokus kegiatan pelatihan, jenis pelatihan teknis usaha yang
akan dilakukan, kurikulum pelatihan, narsum/ praktisi inti, metodologi pelatihan, jangka
waktu dan jadwal diklat, pembiayaan, serta rencana tindak lanjut pendampingan.
7. Pelaksanaan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat (metodologi, mekanisme, sarana dan
prasarana, dll).
8. Materi pelatihan disusun/disiapkan oleh para narasumber dan praktisi/professional yang
akan menjadi fasilitator pelatihan sesuai dengan silabus yang telah disusun
9
9. BBPPKS mengumpulkan bahan materi yang telah dibuat oleh Praktisi/ fasilitator
pelatihan dan mengorganisir menjadi satu kesatuan materi pelatihan.
M. WAKTU DAN TEMPAT
1. Waktu
Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan secara konvensional atau tatap muka
dengan jumlah hari disesuaikan dengan kebutuhan bobot materi yang akan dilatihkan dalam
pelatihan.
2. Tempat
Proses pembelajaran dilaksanakan di lokasi masyarakat setempat (community-based
training) atau di lokasi yang telah ditentukan oleh BBPPKS.
N. SARANA DAN PRASARANA
1. Panitia menyediakan sarana dan prasarana berupa akomodasi, transport (dengan bukti
pengeluaran real (at cost)) dan uang saku peserta.
2. Panitia menyediakan perlengkapan pelatihan.
O. KELEMBAGAAN DAN SDM
1. Lembaga dan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Pelatihan Pemberdayaan
Masyarakat, yaitu:
a. BBPPKS: terkait dengan penyiapan calon peserta, waktu dan tempat pelaksanaan
pelatihan, assessment kebutuhan pelatihan, koordinasi dengan stakeholder terkait serta
evaluasi pelaksanaan pelatihan.
b. Dinas Sosial Kab. Brebes: Menugaskan pendamping lokal (TKSK dan Personil Dinas Sosial)
c. Pemerintah Desa Pakijangan: Penyediaan Tempat Pelatihan.
2. Tim Penyelenggara
Tim pelaksana Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat, terdiri dari:
a. Panitia Penyelenggara yang berjumlah 4 orang
b. Praktisi/ Narasumber yang berjulah 1-2 orang
c. Fasilitator lokal yang berjumlah 1-2 orang
d. Panitia Lokal/ Daerah yang berjumlah 2 orang
e. Supervisor pelatihan berjumlah 1 orang.
P. FASILITAS, HAK DAN KEWAJIBAN
1. Peserta mendapatkan sarana dan prasarana berupa akomodasi, transport (dengan bukti
pengeluaran real (at cost)), uang harian dan perlengkapan pelatihan.
2. Peserta wajib mengikuti seluruh pembelajaran
Q. EVALUASI PENYELENGGARAAN
Evaluasi dan penilaian peserta dalam mengikuti penyelenggaraan Pelatihan Pemberdayaan
Masyarakat meliputi:
1. Evaluasi Peserta
Komponen penilaian untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta dalam penguasaan
materi pembelajaran, meliputi:
a. Pre test (0%)
b. Keaktifan dan disiplin peserta dalam pembelajaran (100%). Peserta dianggap lulus
dengan minimal 90% kehadiran.
c. Post Test (0%)
2. Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan:
a. Evaluasi Fasilitator/ Praktisi
b. Evaluasi Panitia Penyelenggara
R. PEMBIAYAAN
10