Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS LANJUT

Post SC + Preeklampsia + Obesitas

DI RSUD MANGUSADA

Oleh :
PUTU EKA RINA SAVITRI
NIM. P07131220 118

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSANGIZI PROGRAM DIPLOMA IV
DENPASAR
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jurusan Gizi merupakan institusi yang mendidik tenaga profesional dalam
bidang gizi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi dan Kurikulum Inti Pendidikan
Diploma IV Gizi tahun 2016 (SK Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kemenenkes RI
nomor HK.01.07/III/001169/2016, mencantumkan 4 (empat) peran lulusan Pendidikan
Program D IV Gizi, yaitu: 1) Pengelola Gizi Masyarakat, 2) Pengelola Gizi
KlinikDietetik, 3) Pengelola Gizi Institusi, 4)Edukator dan Konselor Gizi.
Kompetensi lulusan Diploma IV Gizi (Ahli Gizi) didasarkan pada Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.374/Menkes/SK/III/2007, tentang Standar Profesi, terdapat
10 kompetensi yang harus dikuasai oleh lulusan Diploma IV Gizi. Kompetensi tersebut
terbagi dalam 3 (bidang) kompetensi yaitu Gizi Klinik, Gizi Masyarakat, dan
Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi.
Kurikulum Inti Pendidikan Program D IV Gizi tahun 2020, mengamanatkan
bahwa mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Program Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM), Asuhan Gizi Klinik (AGK), Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi/Masal (SPMI/M) di semester VII. Praktik Kerja
Lapangan ini merupakan bentuk pembelajaran untuk mempraktikkan teori dalam
rangka mencapai jenjang Sarjana Terapan Gizi (SST) dan juga merupakan bentuk
internship untuk mencapai sebutan profesi Dietisen (RD).
Praktik kerja lapangan AGK memberikan pengalaman kerja di Rumah Sakit
tipe A/B dalam melaksanakan kegiatan manajemen asuhan gizi klinik (Nutritional care
Process / NCP) pada pasien rawat inap dan rawat jalan dengan bimbingan instruktur
menuju kemandirian.PKL AGK dilakukan untuk menguasai Kompetensi Utama dan 1
Kompetensi Pendukung.Setelah melaksanakan kegiatan praktik ini, mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan gizi di Rumah Sakit kelas A/B.
Praktik kerja lapangan ini sekaligus sebagai persiapan uji kompetensi
mahasiswa. Hasil PKL ini juga sebagai bentuk manifestasi dari Penilaian Pencapaian
Kompetensi (PPK) di semester VII, oleh karena itu pada kegiatan PKL ini, mahasiswa
juga diwajibkan menyampaikan laporan kegiatannya sesuai dengan kompetensi yang
tercantum pada Logbook PKL.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
PKL ini merupakan penjabaran dari kelompok mata kuliah yang bertujuan
untuk memberikan pengalaman belajar dan keterampilan kepada mahasiswa agar
memperoleh hasil yang efisien, efektif dan optimal untuk dapat mencapai kompetensi
sebagai Sarjana Terapan Gizi, sekaligus sebagai profesi Dietesien pada bidang materi
Asuhan Gizi Klinik

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan penapisan gizi (nutrition screening) pada klien
atau pasien secara individu.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian gizi (nutrition assesment) dalam
keadaan umum tanpa komplikasi dan dengan komplikasi.
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa gizi (nutrition diagnosa) pasien
dengan komplikasi.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan gizi terstandar untuk klien di ruang
rawat inap.
e. Mahasiswa mampu melakukan monev intervensi gizi pasien dan tindak lanjut.
f. Mendidik pasien dalam rangka promosi kesehatan,pencegahan penyakit, dan
terapi gizi untuk kondisi dengan komplikasi.
g. Menggunakan teknologi terbaru dalam kegiatan informasi dan komunikasi.
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan kegiatan pelayanan gizi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PREEKLAMPSIA

1. Pengertian
Preeklampsia adalah gangguan multistem yang bersifat spesifik terhadap
kehamilan dan masa nifas. Lebih tepatnya, penyakit ini merupakan penyakit
plasenta karena juga terjadi pada kehamilan dimana terdapat trofoblas tetapi tidak
ada jaringan janin (kehamilan mola komplet). Sedangkan menurut Buku Ilmu
Kebidanan karangan Sarwono Prawirohardjo4 , pada preeklampsia terjadi
peningkatan reaktivitas vaskular dimulai umur kehamilan 20 minggu, tetapi
hipertensi dideteksi umumnya trimester II. Tekanan darah yang tinggi pada
preeklampsia bersifat labil dan mengikuti irama sirkardian normal.
2. Gejala Preeklamsia
Preeklamsia umumnya berkembang secara bertahap. Tanda dan gejala yang akan
muncul seiring dengan perkembangan preeklamsia adalah:
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
2. Proteinuria (ditemukannya protein di dalam urin)
3. Sakit kepala berat atau terus-menerus
4. Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau sensitif terhadap
cahaya
5. Nyeri di perut kanan atas
6. Sesak napas
7. Pusing, lemas, dan tidak enak badan
8. Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun
9. Mual dan muntah
10. Bengkak pada tungkai, tangan, wajah, dan beberapa bagian tubuh lain
11. Berat badan naik secara tiba-tiba

Pada kehamilan yang normal, jadwal pemeriksaan rutin ke dokter adalah


sebagai berikut:

1. Minggu ke-4 sampai ke-28: sebulan sekali

2. Minggu ke-28 sampai ke-36: 2 minggu sekali

3. Minggu ke-36 sampai ke-40: seminggu sekali

Jika didiagnosis mengalami preeklamsia, ibu hamil akan diminta untuk lebih
sering melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter, agar kondisinya dan kondisi
janinnya dapat terus terpantau.Jika ibu hamil memiliki kondisi yang dapat

4
meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, seperti hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit autoimun, diabetes, gangguan darah, atau pernah mengalami preeklamsia
pada kehamilan sebelumnya, pemeriksaan kehamilan ke dokter juga perlu lebih
sering dilakukan untuk memantau kondisi ibu hamil.

3.Penyebab Preeklamsia

Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti.Meski demikian,


ada dugaan bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan perkembangan dan fungsi
plasenta, yaitu organ yang berfungsi menyalurkan darah dan nutrisi untuk
janin.Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh darah menyempit dan timbulnya
reaksi yang berbeda dari tubuh ibu hamil terhadap perubahan hormon.Akibatnya,
timbul gangguan pada ibu hamil dan janin.Meskipun penyebabnya belum diketahui,
sejumlah faktor berikut ini dinilai dapat memicu gangguan pada plasenta:

1. Pernah atau sedang menderita diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit


autoimun, dan gangguan darah

2. Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya

3. Baru pertama kali hamil

4. Hamil lagi setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya

5. Hamil di usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun

6. Mengandung lebih lebih dari satu janin

7. Mengalami obesitas saat hamil, yang ditandai dengan indeks massa tubuh
(IMT) ≥30 kg/m2

8. Kehamilan yang sedang dijalani merupakan hasil metode bayi tabung (in


vitro fertilization)

9. Ada riwayat preeklamsia dalam keluarga

4. Diagnosis Preeklamsia

Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami ibu hamil, serta
riwayat kesehatan ibu hamil dan keluarganya.Selanjutnya, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk tekanan darah, denyut nadi, frekuensi
pernapasan, suhu tubuh, pembengkakan pada tungkai, kaki, dan tangan, serta
kondisi kandungan.

5
Jika tekanan darah ibu hamil lebih dari 140/90 mmHg pada 2 kali
pemeriksaan dengan jeda waktu 4 jam, dokter akan melakukan pemeriksaan
penunjang berikut untuk memastikan diagnosis preeklamsia:

1. Tes urine, untuk mengetahui kadar protein dalam urine

2. Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, ginjal, dan jumlah trombosit darah

3. Ultrasonografi (USG), untuk melihat pertumbuhan janin

4. USG Doppler, untuk mengukur efisiensi aliran darah ke plasenta

5. Nonstress test (NST) dengan cardiotocography atau CTG, untuk mengukur


detak jantung janin saat bergerak di dalam kandungan

5. Pembagian Preeklampsia

Preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan, preeklampsia berat, dan


eklampsia. Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan
menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah
dan aktivasi endotel. Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/ atau edema setelah kehamilan 20
minggu. - Hipertensi: sistolik/ diastolik ≥ 140/90 mmHg. - Proteinuria: ≥ 300 mg/
24 jam atau ≥ 1 + disptik. - Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria
preeklampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5g/ 24 jam.
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala
sebagai berikut:

- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.

- Proteinuria lebih 5 g/ 24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.

- Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/ 24 jam.

- Kenaikan kadar kreatinin plasma.

- Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur.

- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson).

6
- Edema paru-paru dan sianosis. - Hemolisis mikroangiopatik.

- Trombositopenia berat: < 100.000 sel/ mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat.

- Gangguan fungsi hepar; peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase.

- Sindrom HELLP.

6. Pengobatan Preeklamsia

Preeklamsia akan teratasi jika janin dilahirkan. Namun ibu hamil yang
mengalami preeklamsia akan diberikan beberapa penanganan berikut untuk
mengatasi keluhan dan mencegah komplikasi:

7. Obat-obatan

Sambil tetap menerapkan pola hidup sehat, dokter mungkin akan memberikan
obat-obatan berikut pada ibu hamil yang mengalami preeklamsia:

1. Obat antihipertensi

Obat antihipertensi biasanya diberikan jika tekanan darah ibu hamil


sangat tinggi.Umumnya jika tekanan darah ibu hamil masih berkisar pada
140/90 mmHg, tidak diperlukan pemberian obat antihipertensi.

2. Obat kortikosteroid

Obat ini digunakan pada preeklamsia berat atau saat terjadi sindrom
HELLP.Selain itu, obat ini dapat mempercepat pematangan paru-paru janin.

3. Obat MgSO4

Pada preeklamsia berat, dokter akan memberikan suntikan MgSO4


untuk mencegah komplikasi, seperti kejang.

8. Perawatan di rumah sakit

Bila preeklamsia cukup berat atau semakin parah, ibu hamil akan dirawat
agar kondisinya terpantau. Selama perawatan, dokter akan melakukan pemeriksaan
darah, NST, dan USG secara rutin guna memantau kesehatan ibu hamil dan janin.

9. Perawatan setelah melahirkan

Setelah melahirkan, pemantauan tetap perlu dilakukan.Biasanya, pasien


perlu menjalani rawat inap beberapa hari setelah melahirkan.Pasien juga tetap perlu

7
mengonsumsi obat antihipertensi yang diresepkan oleh dokter dan melakukan
kontrol rutin sampai sekitar 6 minggu setelah melahirkan.

10. Komplikasi Preeklamsia

Jika tidak ditangani, preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi, seperti:

1. Eklampsia, yaitu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah


tinggi dan kejang

2. Kerusakan organ, seperti edema paru, gagal ginjal, dan gagal hati

3. Penyakit jantung

4. Gangguan pembekuan darah

5. Solusio plasenta

6. Stroke hemoragik

7. Sindrom HELLP

Komplikasi juga bisa menyerang janin. Komplikasi pada janin meliputi:

1. Pertumbuhan janin terhambat

2. Lahir prematur

3. Lahir dengan berat badan rendah

4. Neonatal respiratory distress syndrome (NRDS)

11. Pencegahan Preeklamsia

Tidak ada cara khusus untuk mencegah preeklampsia. Namun, ada beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk menurukan risiko terjadinya preeklamsia, yaitu:

1. Melakukan kontrol rutin selama kehamilan

2. Mengontrol tekanan darah dan gula darah jika memiliki kondisi hipertensi
dan diabetes sebelum kehamilan

3. Menerapkan pola hidup sehat, antara lain dengan menjaga berat badan ideal,
mencukupi kebutuhan nutrisi, tidak mengonsumsi makanan yang tinggi
garam, rajin berolahraga, dan tidak merokok

4. Mengonsumsi suplemen vitamin atau mineral sesuai saran dokter

B. OBESITAS

8
1. Pengertian Obesitas

Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan sehingga membuat


berat badan di atas normal.Penilaian berat badan ideal umumnya dilakukan dengan
menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang. Cara menghitungnya adalah
dengan rumus: Berat badan (kg)  Tinggi badan x Tinggi badan (m2)

Klasifikasi internasional IMT oleh World Health Organization (WHO) untuk


populasi Asia-Pasifik adalah sebagai berikut:

1. IMT < 18.5 kg/m2 = kekurangan berat badan (underweight)

2. IMT 18.5 – 22.9 kg/m2 = berat badan normal

3. IMT 23.0 – 24.9 kg/m2 = kelebihan berat badan (overweight)

4. IMT 25.0 – 29.9 kg/m2 = obesitas derajat I

5. IMT  30.0 kg/m2 = obesitas derajat II

Namun, penentuan apakah seseorang obesitas atau tidak dapat dilakukan


secara spesifik, yakni dengan menghitung persentase lemak tubuh.Hal ini dapat
meningkatkan keakuratan penentuan obesitas. Karena bila hanya menggunakan
IMT, seseorang dengan massa otot yang tinggi dapat terkategorikan sebagai
obesitas juga, dan ini tentunya kurang sesuai.Jika Anda termasuk obesitas,
lakukanlah perubahan gaya hidup sesegera mungkin. Obesitas dapat menimbulkan
berbagai jenis komplikasi, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
serta kanker.

2. Penyebab Obesitas

Secara umum, penyebab utama dari obesitas adalah ketidakseimbangan antara


asupan dan pengeluaran energi yang diukur menggunakan unit kalori (Kal) dan
kilokalori (kKal).Di satu pihak, sebagian orang memiliki kecenderungan lebih mudah
untuk mengalami peningkatan berat badan. Sebaliknya, sebagian orang lainnya
merasa lebih mudah untuk mengalami penurunan berat badan tanpa upaya apa pun.

Hal ini dikarenakan terdapat beberapa faktor tertentu, yang bisa meningkatkan
kecenderungan terjadinya obesitas. Faktor- faktor tersebut adalah:

1. Faktor metabolik

2. Faktor genetik

3. Tingkat aktivitas fisik

4. Faktor hormonal

5. Faktor usia, jenis kelamin, dan ras

9
6. Pola makan

7. Merokok

8. Kehamilan dan menopause

3. Gejala Obesitas

Obesitas dapat cukup jelas terlihat dari segi fisik.Sebagian besar pasien datang
dengan masalah terkait peningkatan berat badan yang berlebihan dan bentuk tubuh
yang tidak proporsional.Ada juga sebagian pasien obesitas yang memiliki gangguan
asupan makanan, seperti makan berlebihan, tidak merasa kenyang, kebiasaan makan
sebelum tidur, dan sebagainya.Namun, terkadang gejala yang timbul dapat
diakibatkan oleh komplikasi dari obesitas itu sendiri, seperti:

1. Pada komplikasi serangan jantung: nyeri dada, dada terasa berat, dan
sebagainya.

2. Pada komplikasi diabetes: rasa sering lapar, rasa sering haus, sering buang air
kecil, dan peningkatan atau penurunan berat badan berlebihan yang tidak dapat
dijelaskan.

3. Pada komplikasi penyakit paru-paru: sesak napas.

4. Diagnosis Obesitas

Secara umum, dokter akan melakukan wawancara medis yang mengarah


terhadap diagnosis obesitas. Misalnya: pola makan, riwayat gangguan makan
sebelumnya, dan sebagainya.Pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan dari bentuk
tubuh dan evaluasi proporsi lemak dalam tubuh.Pemeriksaan ini dapat dilakukan
secara manual maupun elektronik.Untuk mendiagnosis obesitas, dokter juga
menggunakan penilaian IMT seperti yang sudah dicantumkan sebelumnya.Namun,
perlu ditekankan bahwa IMT saja belum lengkap untuk mendiagnosis obesitas.Selain
itu, karena obesitas terkait dengan berbagai komplikasi, beberapa pemeriksaan
penunjang juga disarankan. Seperti profil lipid, tes fungsi hati, tes fungsi kelenjar
tiroid, gula darah puasa dan hemoglobin A1c (HbA1c).

5. Pengobatan Obesitas

Pilihan pengobatan terbaik untuk obesitas adalah dengan melakukan perubahan gaya
hidup, seperti:

1. Perubahan pola makan.

Hal ini mencakup pelaksanaan diet konvensional seperti diet rendah


lemak, diet rendah karbohidrat, diet mid-level, atau diet khusus untuk

10
penderita penyakit tertentu (diabetes atau penyakit jantung). Umumnya,
penentuan diet yang sesuai dapat dilakukan setelah pasien berkonsultasi
dengan dokter spesialis gizi klinik.

2. Aktivitas fisik

Untuk pasien obesitas, aktivitas fisik yang paling sesuai adalah


aktivitas fisik aerobik.Lakukan sebanyak 5-7 kali per minggu, dengan durasi
30-60 menit setiap harinya.Aktivitas fisik aerobik dapat berupa jalan cepat,
berlari, bersepeda, serta olahraga kompetitif (sepak bola, bola basket, tenis,
bulu tangkis, dan sebagainya).

3. Perubahan perilaku

Perubahan perilaku merupakan salah satu hal yang penting untuk


diterapkan.Tidak hanya mencakup pengaturan jadwal makan, tetapi juga
pencegahan kebiasaan buruk terkait makan seperti ngemil, makan sebelum
tidur, dan sebagainya.

Penggunaan obat-obatan tertentu untuk menangani obesitas dapat dilakukan,


tetapi harus sesuai resep dokter Jika perubahan gaya hidup sudah dilakukan dan
tidak memberikan hasil, disarankan untuk berkunjung ke dokter. Dokter dapat
memberikan salah satu dari dua kategori obat ini:

1. Golongan sibutramine, yang menekan rasa lapar di otak.

2. Golongan orlistat, yang menghambat absorpsi lemak dari usus.

Bila berat badan masih tidak berkurang dengan perubahan gaya hidup dan
konsumsi obat, operasi bariatrik dapat menjadi pilihan. Namun, pasien harus
memiliki IMT di atas 40 kg/ m2 dan setidaknya salah satu komplikasi untuk dapat
dilakukan operasi bariatrik.

C. PENATALAKSANAAN DIET

1. Tujuan Diet
Tujuan Diet Garam Rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air
dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dan
preeklampsi.

11
2. Syarat Diet
 Cukup energy, protein, mineral, dan vitamin
 Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
 Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air
dan/ atau hipertensi

3. Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan


a Bahan makanan yang dianjurkan
Bahan makanan sumber karbohidrat tanpa tambahan garam dapur dan soda.
Daging dan ikan maksimal 100 gr sehari, telur maksimal 1 butir sehari. Semua
kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan dimasak tanpa garam.
Semuasayuran dan buah-buahan segar. Minyak goring, margarine dan mentega
tanpa garam

b Bahan makanan yang tidak dianjurkan


Bahan makanan yang tidak dianjurkan sumber karbohidrat yaitu roti, biskuit,
dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur dan/ atau baking powder dan
soda. Sumber protein yang dimasak dengan tambahan garam. Sayuran dan
buah-buahan yang diawetkan dengan menggunakan garam. Garam dan mentega
biasa. Minuman bersoda.

12
BAB III
GAMBARAN UMUM KASUS LANJUT

A. IDENTIFIKASI KASUS LANJUT


1. Identitas Kasus
 Nama :DR
 Umur : 21 tahun
 Tinggi badan : 171 cm
 LILA : 41 cm
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Swasta
 Tempat di rawat : Margapati
 Diagnose : Post SC + Preeklampsia + Obesitas
 Diet Yang diberikan : Rendah Garam II
 Bentuk Makanan : Biasa

B. SKRINING
Skrining gizi adalah kegiatan penialaian terhadap aspek yang berpengaruh
terhadap permasalahan gizi seseorang.Tujuan dilakukannya skrining gizi adalah untuk
mengetahui ada tidaknya masalah gizi yang dialami seseorang sehingga dapat dilakukan
upaya pencegahan.Metode yang digunakan berupa pengamatan langsung, wawancara
dengan pasien, dan catatan rekam medik pasien. Instrumen yang digunakan untuk
skrining yaitu formulir Subjective Global Assesmen ( SGA ).Hasil dari skrining yang
telah dilakukan pada pasien bisa dilihat tabel berikut.

13
Tabel 1.
Form Subjective Global Assessment (SGA) Modifikasi

Riwayat Medis
Skor SGA
Deskripsi Jawaban A B C

1. Berat Badan/Perubahan BB
 BB biasanya (kg) ………………..kg
 BB awal masuk RS (kg) ………………..kg
Kehilangan BB biasanya (usual 1. ( v ) tidak ada, BB normal A
weight) 2. ( ) tidak ada, tapi BB di bawah normal B
3. ( ) ada perubahan, tapi BB belum
normal B
4. ( ) turun
C
Persentase kehilangan 1. ( ) < 5% A
BB biasanya–BB awal masuk x 2. ( ) 5-10% B
100% 3. ( ) > 10% C
BB biasanya
2. Asupan Makanan
 Ada perubahan? 1. ( v ) ya A
 2. ( ) tidak

 Perubahan dan jumlah 1. ( v ) asupan cukup dan tidak ada A


asupan: perubahan; kalaupun ada, hanya
sedikit dan atau dalam waktu singkat.
2. ( ) asupan menurun tapi tahap ringan
B
daripada sebelum sakit
3. ( ) asupan tidak cukup dan menurun
tahap berat daripada sebelumnya C

1. (v )< 2 minggu, sedikit/tanpa perubahan


 Lamanya dan derajat 2. ( ) > 2 minggu, perubahan ringan A
perubahan asupan sampai sedang B
makanan 3. ( ) tak bisa makan, perubahan drastis
C
3. Gejala Gastrointestinal: Frekuensi Lamanya
1. anoreksia 1.( ) ya 1.( ) tidak 1.( ) >2
2.(v) tidak pernah mgg
2.( ) tiap hari 2.( ) < 2
3.( ) 2-3x/mgg mgg
4.( ) 1-2x/mgg
2. mual 1.( ) ya 1.( ) tidak 1.( ) >2
2.(v ) tidak pernah mgg
2.( ) tiap hari 2.( ) < 2
3.( ) 2-3x/mgg mgg
4.( ) 1-2x/mgg
3. muntah 1.( ) ya 1.( ) tidak 1.( ) >2
2.( v) tidak pernah mgg
2.( ) tiap hari 2.( ) < 2
3.( ) 2-3x/mgg mgg
4.( ) 1-2x/mgg
Keterangan:  jika beberapa gejala atau tidak ada gejala, sebentar-sebentar: A
 jika ada beberapa gejala > 2 minggu : B C
 jika lebih dari satu/semua gejala setiap hari/teratur>2 minggu:

14
4. Kapasitas Fungsional
 Ada perubahan 1. ( v ) ya A
kekuatan/stamina tubuh? 2. ( ) tidak ada perubahan (tetap) A
 Bila ada perubahan: B
1. ( ) meningkat
2. ( v ) menurun A
 Deskripsi keadaan fungsi
tubuh: 1. ( v ) aktivitas normal, tidak ada B
kelainan, kekuatan/stamina
tetap
C
2. ( ) aktivitas ringan, mengalami
hanya sedikit penurunan
(tahap ringan).
3. ( ) tanpa aktivitas/di tempat tidur,
penurunan kekuatan/stamina
tahap buruk.
Pemeriksaan Fisik
5. Penyakit dan Hubungannya
dengan Kebutuhan Gizi
 Diagnosis Utama: Post sc +Preeklamsi +obesitas
 Diagnosis Lainnya: ………………
 Secara umum, ada 1. ( ) ya A
gangguan stres metabolik? 2. (v ) tidak
 Bila ada, kategorinya: 1. ( ) Rendah/ Sedang (mis: infeksi,
B
(stres metabolik akut) peny. Jantung kongestif)
2. ( ) Tinggi (mis: ulcerative
C
colitis+diare, kanker)

1. Kehilangan lemak subkutan 1. ( v) tidak ada A


(trisep, bisep): 2. ( ) beberapa tempat B
3. ( ) semua tempat C
2. Kehilangan massa otot (pelipis, 1. (v ) tidak ada A
tulang selangka, scapula/tulang 2. ( ) beberapa tempat B
belikat, tulang rusuk, betis, lutut) 3. ( ) semua tempat
C
3. Edema 1.(v ) tak ada/sedikit
A
2. ( ) sedang
B
3. ( ) berat
C
4. Ascites 1. (v ) tak ada/sedikit
A
2. ( ) sedang
3. ( ) berat B
C
Keseluruhan Skor SGA
A = gizi baik/normal (Skor “A” pada >50% kategori atau ada peningkatan
signifikan)
B = gizi ringan-sedang (Tidak terindikasi jelas pada “A” atau “C”) A
C = gizi buruk (Skor “C” pada >50% kategori, tanda-tanda fisik signifikan)

Dari hasil screening gizi diatas dapat disimpulkan bahwa pasien tidak mengalami
kehilangan BB , asupan pasien menurun tapi tahap ringan dari pada sebelum sakit , tidak
ada gejala gastrointestinal, kekuatan stamina tubuh menurun (tanpa aktifitas/di tempat

15
tidur), Jadi keseluruhan skor SGA yaitu A = gizi baik/ normal (skor “A” pada > 50%
katagori atau ada peningkatan segnifikan)

C.PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

1. PENGKAJIAN GIZI

Terminologi Data Terkait Gizi Standar Pembanding Masalah


Antropometri Komposisi Tubuh (AD- 1.1) Ambang Batas persentil - Persentil LILA
Lila berdasarkan umur 19
(AD) - TB = 171 cm (AD-1.1.1) 154,7 % =
th - 24,9 thn perempuan :
- BBI = (171-100)X 0,9 (CS-5.1.2) Obesitas
- <58,5 %
= 63,9 KG (AD-1.1.7)
- 59 % - 84,9 % Gizi
- LILA = 41 CM (AD-1.1.3) kurang
- 85% - 109,5 % Gizi
- % LILA= lila aktual x 100%
baik
Lila standar - 110 % -119 % Gizi
lebih
= 41/ 26,5 x 100 %
- > 120 % obesitas
= 154,7 %
Biokimia Hasil Pemeriksaan DL Pemeriksaan DL
(BD) - HB = 10,5 g/dl (BD.1.10.1) - HgB: 13,0 – 16,0 gr/dl - Hb Rendah
- Kalium = 5,2 mmol/L - Kalium:3,5–5 mmol/L - Kalium Tinggi
- Albumin = 2,9 g/dl (BD-1.11.1) - Alb : 3,7 – 5,2 g/L - Albumin
Rendah/
Hipoalbumin
Fisik/Klinis - Fisik klinis (PD 1.1) Fisik klinis : Fisik klinis :
(PD) - Tensi : 169/107 mmHg - Tensi : 90/60mmHg - - Tensi : tinggi /
(PD.1.1.9.) 120/80 mmHg Hipertensi
- RR : 20x/mnt (PD-1.1.3) - RR : 30-50x/menit
- Suhu : 36, oC (PD.1.1.9) - Suhu : 36-370c
- Nadi 89x/menit (PD-1.1.9) - Nadi : 60 – 100x/mnt
- keluhan pasien :
o Nyeri pada Bekas Jaritan sc
o Kesadaran CM
o Tidak mengalami gangguan
gastrointestinal
Riwayat Gizi (FH 1.2.2) Asupan makanan Standar Pembanding Pola makan yang
(FH)  Kebiasaan makan pasien (CS): kurang baik (lebih
mempunyai 3x makan utama
- Hasil Perhitungan banyak
4-5 kali makan selingan
 Kebiasaan rutin minum susu kebutuhan saatdi mengkonsumsi

16
hamil 1x sehari rumah du bois. makanan di
 Pengolahan makanan sering
o Energi =2521,16 goreng)
digoreng untuk lauk hewani
dan nabati, sayuran ditumis kkal(CS 1.1.1)
 Tingkat asupan di rumah :
o Protein= 114,54 gr Sebelum masuk
 Energi = 3813 kkal
(CS2.2.1) rumah sakit
( 126,25% dari kebutuhan)
o lemak= 80,03 gr (CS Tingkat Konsumsi
 Protein = 149 gram
2.1.1) Energi, Protein
( 130,7% dari kebutuhan)
o KH = 418,16gr (CS dan Lemak
 Lemak = 156 gram ( 194 %
2.3.1) melebihi
dari kebutuhan)
- Hasil Perhitungan kebutuhan ,
 KH = 412gram ( 98,5%
kebutuhan saatdi sedangkan tingkat
dari kebutuhan)
Rumah Sakit (Harris konsumsi

Benedict). karbihidrat dalam

o Energi =2417,04 katagori normal


 Tingkat konsumsi di RS :
Pasien hanya makan malam saja kkal(CS 1.1.1)
 Energi = 812 kkal ( 33,59% o Protein=110,63gr
dari kebutuhan) (CS2.2.1)
 Protein = 31 gr ( 39,67 % dari o lemak= 78,14gr (CS
kebutuhan) 2.1.1)
 Lemak = 33 gr ( 42,23% dari o KH = 407 gr (CS Pada saat di
kebutuhan) 2.3.1) Rumah Sakit
 KH = 93 gr (22,85% dari Tingkat Konsumsi
kebutuhan) Persentase asupan Energi, Protein,
Depkes RI (1996): Lemak, dan KH
- Diatas kebutuhan > dengan katagori
120 % defisit berat
- Normal 90 % - 119 %
- Defisit Ringan 80 % -
89 %
- Defisit sedang 70 % -
79 %
- Defisit Berat < 70 %
Riwayat Data Personal (CH 1.1)
individu(CH) - Umur: 21 thn (CH 1.1.1)
- J Kelamin : P(CH 1.1.2)
- Pekerjaan : Swasta (CH-1.1.10)
Riwayat personal (CH 2.1)

17
- Kondisi mobilisasi di
tempat tidur
- Riwayat HT saat usia
kehamilan memasuki
trimester tiga(CH-2.1.14)
Nama Obat Dosis Fungsi
Nifedipin 3 x 10 mg Untuk mengobati
hipertensi dan
angina
Paracetamol 4 x 500 mg Untuk penurun
demam dan pereda
nyeri
SF 2 x 60 mg Untuk
mencegah
/mengobati kadar
zat besi rendah
dalam darah
Metildopa 3 x 250 mg Untuk menurunkan
takanan darah pada
penderita
hipertensi
Kalitake 3 x 1 sct Untuk mengobati
hiperkalemi

2. DIAGNOSA GIZI

N
Problem Etiologi Tanda Gejala
o
1 Domain Asupan (NI)  Berkaitan dikarenakan  Ditandai dengan Asupan energy

18
(NI-1.2) pasien hanya makan yangkatagori difisit ( 33,59% dari
Asupan Energi malam saja kebutuhan)
Inadekuat
2 Domain Asupan (NI)  Berkaitan dengan  Ditandai dengan Tekanan Darah
(NI-5.4.) : kondisi pasien yang 169/107 mmHg
Penurunan mengalami hipertensi
Kebutuhan Zat Gizi
Natrium
3 Domain Prilaku (NB) berkaitan dengan ditandai pengolahan makanan yang
(NB 2.1) kemungkinan kurangnya lebih banyak di goreng, tingkat
Pemilihan makanan pengetahuan tentang gizi konsumsi lemak saat sebelum MRS
yang salah 194% dari kebutuhan.

3. INTERVENSI GIZI

No DIAGNOSIS GIZI INTERVENSI


1 P (Problem ) Domain Asupan (NI) Tujuan :untuk memenuhi kebutuhan zat
(NI-1.2) gizi sesuai dengan kebutuhan.
 Asupan Energi Inadekuat
E (Etiologi)  Berkaitan dikarenakan pasien Cara :
hanya makan malam saja  Memberi informasi pasien harus
mengkonsumsi makanan utama 3x
sehari dan selingan minimal 2 kali
S (Sign/Simp-  Ditandai dengan Asupan Target :
tom) energy yangkatagori difisit Tingkat Konsumsi Energi katagori normal
( 33,59% dari kebutuhan)
2 P (Problem ) Domain Asupan (NI) Tujuan : untuk membantu menurunkan
(NI-5.4.) : tekanan darah
Penurunan Kebutuhan Zat Gizi
Natrium
E (Etiologi)  Berkaitan dengan kondisi Cara :
pasien yang mengalami Memberikan diet RG II.
hipertensi
S (Sign/Simp- Ditandai dengan Tekanan Target :
tom) Darah 169/107 mmHg(156 Tekanan darah <140/90 mmHg
gram)
3 P (Problem ) Domain Prilaku (NB) Tujuan :

19
(NB 2.1)  Meningkatkan pengetahuan pasien
Pemilihan makanan yang salah dan keluarga mengenai makanan
yang baik untuk dikonsumsi
E (Etiologi) berkaitan dengan kemungkinan Cara :
kurangnya pengetahuan tentang  Memberikan edukasi mengenai diet
gizi RG II
S (Sign/Simp- ditandai pengolahan makanan Target :
tom) yang lebih banyak di goreng, Pasien mengetahui makanan yang
tingkat konsumsi lemak saat dianjurkan dan tidak dianjurkan beserta
sebelum MRS 194% dari cara pengolahannya
kebutuhan.

A. Terapi Diet
1. Diet : Diet RG II bentuk makanan Biasa ekstra putih telur
2. Tujuan Diet :
 Memenuhi kebutuhan zat gizi pasien.
 Membantu mencapai dan mempertahankan tekanan darah optimal
 Membantu mencegah atau mengurangi retensi caiarn.
 Membantu meningkatkan albumin dan HB
 Menjaga agar kenaikan berat badan tidak melebihi normal.
 Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit
baru pada saat kehamilan atau setelah kehamilan.
3. Prinsip Diet :
 Energi cukup sesuai dengan kebutuhan
 Rendah Garam II
 Mudah Cerna
 Tidak merangsang saluran cerna.
4. Syarat Diet
 Perhitungan Energy meggunakan rumus Harris Benedict dengan
penambahan sebanyak 330 kkal untuk ibu menyusui (AKG 2013)
 Protein sebesar 15% dari kebutuhan energi.
 Lemak 20 – 30 % dari total energy.
 Karbohidrat 50 – 60 % dari energy total.
5. Kebutuhan Zat Gizi :
Umur = 21 th
TB = 171 cm

20
BBI = (TB-100) – 10%(TB-100)
= 63,9 Kg

Kebutuhan Zat Gizi Selama di Rumah( du bois )


BMR = 0.9 kal x 63.9 kg x 24 jam = 1380.24 kkal
Koreksi tidur = 0.1 x 8 jam x 63.9 kg = 51.12 kkal
= 1329.12 Kkal

Aktifitas = 50 % x 1380.24 kkal = 690.12 kkal


= 2019.24 kkal
SDA = 10 % x 2019.24 kkal = 201.92 kkal
= 2221.16 kkal
Energi = 2221,16 kkal + 300 kkal = 2521,16 kkal
Protein = ( 15 % x 2521,16) / 4 kcal = 94,54 Gram + 20 gram = 114,54 gr
Lemak = ( 25 % x 2521,16) / 9 kcal = 70,03 Gram + 10 gram = 80,03 gr
KH = ( 60 % x 2521,16) / 4 kcal = 378,17 Gram + 40 gram = 418,17 gr

Keterangan :
Penambahan zat gizi ibu hamil (AKG 2013)
Energi : + 300 kkal
Protein : + 20 gram
Lemak : + 10 gram
KH : + 40 gram

Kebutuhan Zat Gizi Selama di Rumah Sakit (Harris Benedict)


BMR = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U) x FA x FS
= 655 + (9,6 x 63.9) + (1,8 x 171) – (4,7 x 21) x 1,2 x 1,2
= 655 + 613.44 + 307.8 – 98.7 x 1,2 x 1,2
= 2.087,0496 kkal + 330 kkal (penambahan kalori ibu menyusui)
= 2.417,0496 kkal

Protein = ( 15 % x 2.417,0496 kkal ) / 4 kkal = 90,63 Gram + 20 gram


= 110,63 gram
Lemak = ( 25 % x 2.417,0496 kkal ) / 9 kkal = 67,14 Gram + 11 gram
= 78,14 gram
KH = ( 60 % x 2.417,0496 kkal ) / 4 kkal = 362 Gram + 45 gram
= 407 Gram

21
Keterangan :
Penambahan zat gizi ibu hamil (AKG 2013)
Energi : + 330 kkal
Protein : + 20 gram
Lemak : + 11 gram
KH : + 45 gram

B. Konseling Gizi
Judul
Konseling Gizi pada penyakit Preeklamsi
Tujuan
- Merubah perilaku makan pasien.
- Pola makan baik dan benar.
- Meningkatkan asupan zat gizi pasien.

Sasaran
- Pasien dan penunggu pasien rawat inap di RSUD MANGUSADA BADUNG
Materi
- Tujuan Diet
- Prinsip Diet
- Syarat Diet
- Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.

Metode
- Metode yang digunakan dalam konseling yaitu diskusi dengan pasien dan
penunggu pasien.
Media
- Media atau alat konseling yang digunakan dalam konseling ini adalah leaflet
mengenai diet PREEKLAMSIA dan RENDAH GARAM.

Memilih komitmen

22
- Sebagai konselor membuat komitmen dengan klien agar klien dapat
melaksanakan diet preeklamsi dan rendah garam.
- Konselor membuat komitmen dengan ke pasien agar pasien mampu
menurunkan berat badan secara bertahap.
C. Implementasi
Adapun beberapa implementasi yang dilakukan, yaitu :
1. Melalukan screening gizi menggunakan SGA (Subjective Global Assesmen)
2. Melakukan pengkajian gizi dan mengukur lila
3. Menghitung kebutuhan zat gizi pasien
4. Merencanakan intervensi gizi
5. Memonitoring antropometri, fisik dan klinis pasien
6. Memberikan motifasi dan evaluasi berupa pelaksanaan diet sesuai dengan kondisi
dan penyakit pasien
Pasien DR merupakan pasien rawat inap di RSUD MANGUSADA Badung,
berdasarkan kondisi umum pasien, implementasi yang diberikan yaitu berupa
pemberian makanan diet yang sesuai dengan keadaan pasien. Bentuk makanan yang
diberikan adalah makanan biasa karena tidak ada gangguan gastrointestinal, Dilihat dari
tingkat konsumsi pasien berdasarkan kebutuhan zat gizi, hanya bisa memenuhi
asupanya:
Energi = 812 kkal ( 33,5 %)
Protein = 31gr (39,67 %)
Lemak = 33 gr ( 42,23 %)
Karbohidrat = 93 gr ( 22,85 %)

Dilihat dari rata rata tingkat konsumsi dapat dilihat tingkat konsumsi makanan
selama di rawat di rumah sakit masih kurang, Makanan diberikan 5 kali dalam sehari
yang terdiri dari makanan utama yang terdiri dari makan pagi, snack pagi, makan
siang, snack sore, makan sore. Adapun jadwal yang diterapkan untuk pendistribusian
makan di RSUD MANGUSADA Badung adalah :

Jadwal pemberian makanan untuk pasien yaitu:

 Makan pagi : 07.00 – 08.00


 Snack Pagi : 09.00 – 10.00
 Makan siang : 11.30 – 13.00
 Snack Sore : 15.00 – 16.00
 Makan sore : 17.00 – 18.00

23
Berdasarkan kondisi umum pasien, implementasi yang diberikan yaitu berupa
pemberian makanan diet yang sesuai dengan keadaan pasien. Makanan diberikan 5 kali
dalam sehari yang terdiri dari makanan utama yang terdiri dari makan pagi, snack pagi,
makan siang, snack sore dan makan malam. Bentuk makanan yang diberikan yaitu
bentuk makanan biasa karena pasien tidak ada gangguan gastrointestinal.

D. Monitoring dan evaluasi


Parameter Target/Tujuan Capaian/Hasil Monitor Evaluasi Tindak lanjut
Tgl : Tgl : Tgl :
Asupan untuk memenuhi Energi = Meningka Melanjutkan
zat gizi kebutuhan Energi dan 29 % kan asupan pemberiaan
Zat Gizi sesuai dengan Protein = zat gizi makanan menu diet
kebutuhan 100% 27.76 % makro dan yang sudah
dalam satu minggu Lemak = mikro diberikan, apabila
49.8% hingga 80% keadaan tersebut
KH = setiap hari terus terjadi, maka
19,25% akan dimodifikasi
pemberian
makanan dengan
harapan dapat
meningkatkan
asupan zat gizi.
Status gizi Membantu pasien agar Berat badan Memberikan
status gizi mencapai pasien makanan sesuai
normal ditimbang kebutuhan dan
setiap 3 hari kondisi pasien
sekali
Hasil Lab 1. Meningkatkan Makanan Bila target
disesuaikan terpenuhi maka
kadar Hb menjadi
dengan terapi diet akan
normal yaitu 13-16 rekomendas dilanjutkan,
i tim medis apabila tidak
g/dL dalam 1
tercapai diberikan
minggu modifikasi Fe
untuk meningkat-
kan kadar Hb
2. membantu Makanan Bila target
disesuaikan terpenuhi maka
Meningkatkan
dengan terapi diet akan
kadar Albumin rekomendas dilanjutkan,
i tim medis apabila tidak
mendekati Normal
tercapai diberikan

24
yaitu 3,7 – 5,2 g/L modifikasi
penambahan bahan
dalam 1 minggu
makanan tinggi
albumin untuk
meningkatkan
kadar albumin
3. membantu Makanan Bila target
disesuaikan terpenuhi maka
Menurunkan kadar
dengan terapi diet akan
Kalium mendekati rekomendas dilanjutkan,
i tim medis apabila tidak
Normal yaitu 3,5 –
tercapai diberikan
5 mmol/L dalam 1 modifikasi
penambahan bahan
minggu
makanan rendah
kalium agar
menurunkan kadar
kalium
Fisi/Klinis Menurunkan kadar Makanan Bila target
terpenuhi maka
tekanan darah disesuaikan
terapi diet akan
dengan dilanjutkan,
apabila tidak
rekomendas
tercapai diberikan
i tim medis modifikasi
penambahan bahan
untuk menurunkan
tekanan darah

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) merupakan suatu metode


pemecahan masalah yang sistematis, dimana dietisien profesioanal menggunakan
cara berfikir kritis dalam membuat keputusan untuk mengangani berbagai masalah
yang berkaitan dengan gizi., sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman,
efektif dan berkualits tinggi.

Langkah awal dari proses asuhan gizi terstandar adalah melakukan skrining
pada pasien guna untuk mengetahui pasien berisiko mengalami malnutrisi.
Asuhan gizi pada kasus kali ini menggunakan skrining Subyektive Global
Asessement (SGA).Dan Dari hasil screening gizi dapat disimpulkan bahwa pasien
tidak mengalami kehilangan BB , asupan pasien menurun tapi tahap ringan dari
pada sebelum sakit , tidak ada gejala gastrointestinal, kekuatan stamina tubuh
menurun (tanpa aktifitas/di tempat tidur), Jadi keseluruhan skor SGA yaitu A =
gizi baik/ normal (skor “A” pada > 50% katagori atau ada peningkatan segnifikan)

1. Tingkat Konsumsi
Dilihat dari tingkat konsumsi pasien selama di rumah atau sebelum
intervensi didapatkan bahwa tingkat konsumsi Energi sebesar 126,25 %, protein
sebesar 130,7 % dan tingkat konsumsi lemak 194 %, dan 98,5 % tingkat konsumsi
karbohidrat sebesar 114 %, dan berdasarkan depkes tahun 1996 tingkat konsumsi
energy, Protein dan lemak sebelum masuk rumah sakit berada di kategori diatas
kebutuhan, dan hanya tingkat konsumsi Karbohidrat yang berada di kategori
normal, hal ini berbanding terbalik dengan dilihat dari tingkat konsumsi pasien
selama dirumah sakit termasuk dalam persentase kategori deficit berat dengan
persentase <70%, untuk tingkat konsumsi energy, protein, lemak dan karbohidrat,
untuk mengetahui asupan zat gizi pasien dirumah menggunan perhitungan
secara DU Bois, sedangkan untuk perhitungan yang digunakan untuk mengetahui
asupan di rumah sakit adalah perhitunganHarris Benedict

26
2. Antropometri.
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai
status gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan
demikian, antropometri merupakan salah satu indicator untuk menetukan status
gizi Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.
Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor lingkungan
yang mempengaruhi antropometri, Pada pengukuran antropometri dengan
menggunakan persentil LILA pasien berada dalam kategori status obesitas
( 154,7 %) hal ini dapat disebabkan karena kebiasaan makan pasien selama
dirumah mempunyai kebiasaan makan 3 x makanan utama namun makanan
selingan bisa sampai 4 – 5 kali dalam sehari. Selain itu pengolahan makanan
selama dirumah lebih sering digoreng dan ditumis, dan dengan diberikan makanan
selama menjalani perawatan di rumah sakit disesuaikan dengan tingkat
kebutuhannya diharapkan berubah nya pola dan asupan makan yang nantinya
akan berpengaruh terhadap persentil LILA dan diharapkan persentil LILA dalam
ambang batas yang normal.

3. Biokimia.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh adanya kenaikan kadar
kalium, kadar HB dan Albumin rendah, dan diharapkan juga dari pemberian
makanan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya selama dirawat di rumah sakit
dan diberikan ektra tambahan putih telur, diharapkan hasil pemeriksaan nya
mendekati batas ambang normal pemeriksaan.

4. Fisik / klinis.
Keadaan fisik pasien dilihat selama intervensi keadaan umum masih tetap
sama yaitu pasien masih merasakan nyeri luka post SC serta mobilisasi masih
kebanyakan di tempat tidur, Selama intervensi dilakukan pengamatan secara
klinis. Keadaan klinis pasien mengalami tekanan darah tidak stabil yaitu
mengalami kenaikan, Faktor yang mempengaruhi tekanan darah tidak stabil, bisa
disebabkan karena pasien masih merasakan luka nyeri post operasi SC.

27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Antropometri
Dalam pengamatan terhadap pasien DR didapatkan dari hasil pengukuran
antropometri dari persentil LILA diperoleh status gizi pasien berada di
kategori OBESITAS.
2. Biokomia
Tidak ada perubahan nilai lab yang terjadi secara total selama intervensi.
3. Fisik/Klinis
Dilihat dari pengamatan klinis pasien masih merasakan nyeri pasca
operasi SC dan tekanan darah tinggi, dan kurang nya mobilisasi pasien
selama menjalani perawatn.
4. Asupan Makan
Pasien diberikan diet preeclampsia rendah garam ektra putih telur,dimana
selama pengamatan asupan pasien selama dirumah sakit masih berada
diambang kurang dari kebutuhan,.

B. Saran
Diharapkan pengamatan terhadap pasien selama menjalani intervensi
dilanjutkan pengamatan setelah pulang dari rumah sakit, dikarenakan asupan
selama menjadi intervensi dirumah sakit masih dibawah kebutuhan
diharapkan selama dirumah pasien menerapkan pola makan yang bagus,
asupan yang cukup sehingga terjadi perubahan antropmetri, biokimia, fisik
maupun klinis kearah yang lebih baik.

28
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, D. dkk. 2014. Nutrition Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu


Wahyuningsih, R. 2013. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Sunita, A. 2006. Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sufiati, B. dkk. 2016. Perhitugan Kebutuhan Gizi Individu. Semarang: Next Book.
Sri Amelia (2014-09-12), "Permenkes Tentang Angka Kecukupan Gizi", Gizinet,
diakses tanggal 2017-09-04
Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Asosiasi Dietisien Indonesia, 2020, Penuntun
Diet dan terapi Gizi, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

29
30

Anda mungkin juga menyukai