KASUS LANJUT - Putu Eka Rina Savitri - P07131220118
KASUS LANJUT - Putu Eka Rina Savitri - P07131220118
DI RSUD MANGUSADA
Oleh :
PUTU EKA RINA SAVITRI
NIM. P07131220 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jurusan Gizi merupakan institusi yang mendidik tenaga profesional dalam
bidang gizi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi dan Kurikulum Inti Pendidikan
Diploma IV Gizi tahun 2016 (SK Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kemenenkes RI
nomor HK.01.07/III/001169/2016, mencantumkan 4 (empat) peran lulusan Pendidikan
Program D IV Gizi, yaitu: 1) Pengelola Gizi Masyarakat, 2) Pengelola Gizi
KlinikDietetik, 3) Pengelola Gizi Institusi, 4)Edukator dan Konselor Gizi.
Kompetensi lulusan Diploma IV Gizi (Ahli Gizi) didasarkan pada Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.374/Menkes/SK/III/2007, tentang Standar Profesi, terdapat
10 kompetensi yang harus dikuasai oleh lulusan Diploma IV Gizi. Kompetensi tersebut
terbagi dalam 3 (bidang) kompetensi yaitu Gizi Klinik, Gizi Masyarakat, dan
Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi.
Kurikulum Inti Pendidikan Program D IV Gizi tahun 2020, mengamanatkan
bahwa mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Program Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM), Asuhan Gizi Klinik (AGK), Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi/Masal (SPMI/M) di semester VII. Praktik Kerja
Lapangan ini merupakan bentuk pembelajaran untuk mempraktikkan teori dalam
rangka mencapai jenjang Sarjana Terapan Gizi (SST) dan juga merupakan bentuk
internship untuk mencapai sebutan profesi Dietisen (RD).
Praktik kerja lapangan AGK memberikan pengalaman kerja di Rumah Sakit
tipe A/B dalam melaksanakan kegiatan manajemen asuhan gizi klinik (Nutritional care
Process / NCP) pada pasien rawat inap dan rawat jalan dengan bimbingan instruktur
menuju kemandirian.PKL AGK dilakukan untuk menguasai Kompetensi Utama dan 1
Kompetensi Pendukung.Setelah melaksanakan kegiatan praktik ini, mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan gizi di Rumah Sakit kelas A/B.
Praktik kerja lapangan ini sekaligus sebagai persiapan uji kompetensi
mahasiswa. Hasil PKL ini juga sebagai bentuk manifestasi dari Penilaian Pencapaian
Kompetensi (PPK) di semester VII, oleh karena itu pada kegiatan PKL ini, mahasiswa
juga diwajibkan menyampaikan laporan kegiatannya sesuai dengan kompetensi yang
tercantum pada Logbook PKL.
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
PKL ini merupakan penjabaran dari kelompok mata kuliah yang bertujuan
untuk memberikan pengalaman belajar dan keterampilan kepada mahasiswa agar
memperoleh hasil yang efisien, efektif dan optimal untuk dapat mencapai kompetensi
sebagai Sarjana Terapan Gizi, sekaligus sebagai profesi Dietesien pada bidang materi
Asuhan Gizi Klinik
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan penapisan gizi (nutrition screening) pada klien
atau pasien secara individu.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian gizi (nutrition assesment) dalam
keadaan umum tanpa komplikasi dan dengan komplikasi.
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa gizi (nutrition diagnosa) pasien
dengan komplikasi.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan gizi terstandar untuk klien di ruang
rawat inap.
e. Mahasiswa mampu melakukan monev intervensi gizi pasien dan tindak lanjut.
f. Mendidik pasien dalam rangka promosi kesehatan,pencegahan penyakit, dan
terapi gizi untuk kondisi dengan komplikasi.
g. Menggunakan teknologi terbaru dalam kegiatan informasi dan komunikasi.
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan kegiatan pelayanan gizi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PREEKLAMPSIA
1. Pengertian
Preeklampsia adalah gangguan multistem yang bersifat spesifik terhadap
kehamilan dan masa nifas. Lebih tepatnya, penyakit ini merupakan penyakit
plasenta karena juga terjadi pada kehamilan dimana terdapat trofoblas tetapi tidak
ada jaringan janin (kehamilan mola komplet). Sedangkan menurut Buku Ilmu
Kebidanan karangan Sarwono Prawirohardjo4 , pada preeklampsia terjadi
peningkatan reaktivitas vaskular dimulai umur kehamilan 20 minggu, tetapi
hipertensi dideteksi umumnya trimester II. Tekanan darah yang tinggi pada
preeklampsia bersifat labil dan mengikuti irama sirkardian normal.
2. Gejala Preeklamsia
Preeklamsia umumnya berkembang secara bertahap. Tanda dan gejala yang akan
muncul seiring dengan perkembangan preeklamsia adalah:
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
2. Proteinuria (ditemukannya protein di dalam urin)
3. Sakit kepala berat atau terus-menerus
4. Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau sensitif terhadap
cahaya
5. Nyeri di perut kanan atas
6. Sesak napas
7. Pusing, lemas, dan tidak enak badan
8. Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun
9. Mual dan muntah
10. Bengkak pada tungkai, tangan, wajah, dan beberapa bagian tubuh lain
11. Berat badan naik secara tiba-tiba
Jika didiagnosis mengalami preeklamsia, ibu hamil akan diminta untuk lebih
sering melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter, agar kondisinya dan kondisi
janinnya dapat terus terpantau.Jika ibu hamil memiliki kondisi yang dapat
4
meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, seperti hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit autoimun, diabetes, gangguan darah, atau pernah mengalami preeklamsia
pada kehamilan sebelumnya, pemeriksaan kehamilan ke dokter juga perlu lebih
sering dilakukan untuk memantau kondisi ibu hamil.
3.Penyebab Preeklamsia
7. Mengalami obesitas saat hamil, yang ditandai dengan indeks massa tubuh
(IMT) ≥30 kg/m2
4. Diagnosis Preeklamsia
Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami ibu hamil, serta
riwayat kesehatan ibu hamil dan keluarganya.Selanjutnya, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk tekanan darah, denyut nadi, frekuensi
pernapasan, suhu tubuh, pembengkakan pada tungkai, kaki, dan tangan, serta
kondisi kandungan.
5
Jika tekanan darah ibu hamil lebih dari 140/90 mmHg pada 2 kali
pemeriksaan dengan jeda waktu 4 jam, dokter akan melakukan pemeriksaan
penunjang berikut untuk memastikan diagnosis preeklamsia:
2. Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, ginjal, dan jumlah trombosit darah
5. Pembagian Preeklampsia
- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
- Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur.
- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson).
6
- Edema paru-paru dan sianosis. - Hemolisis mikroangiopatik.
- Trombositopenia berat: < 100.000 sel/ mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat.
- Sindrom HELLP.
6. Pengobatan Preeklamsia
Preeklamsia akan teratasi jika janin dilahirkan. Namun ibu hamil yang
mengalami preeklamsia akan diberikan beberapa penanganan berikut untuk
mengatasi keluhan dan mencegah komplikasi:
7. Obat-obatan
Sambil tetap menerapkan pola hidup sehat, dokter mungkin akan memberikan
obat-obatan berikut pada ibu hamil yang mengalami preeklamsia:
1. Obat antihipertensi
2. Obat kortikosteroid
Obat ini digunakan pada preeklamsia berat atau saat terjadi sindrom
HELLP.Selain itu, obat ini dapat mempercepat pematangan paru-paru janin.
3. Obat MgSO4
Bila preeklamsia cukup berat atau semakin parah, ibu hamil akan dirawat
agar kondisinya terpantau. Selama perawatan, dokter akan melakukan pemeriksaan
darah, NST, dan USG secara rutin guna memantau kesehatan ibu hamil dan janin.
7
mengonsumsi obat antihipertensi yang diresepkan oleh dokter dan melakukan
kontrol rutin sampai sekitar 6 minggu setelah melahirkan.
2. Kerusakan organ, seperti edema paru, gagal ginjal, dan gagal hati
3. Penyakit jantung
5. Solusio plasenta
6. Stroke hemoragik
7. Sindrom HELLP
2. Lahir prematur
Tidak ada cara khusus untuk mencegah preeklampsia. Namun, ada beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk menurukan risiko terjadinya preeklamsia, yaitu:
2. Mengontrol tekanan darah dan gula darah jika memiliki kondisi hipertensi
dan diabetes sebelum kehamilan
3. Menerapkan pola hidup sehat, antara lain dengan menjaga berat badan ideal,
mencukupi kebutuhan nutrisi, tidak mengonsumsi makanan yang tinggi
garam, rajin berolahraga, dan tidak merokok
B. OBESITAS
8
1. Pengertian Obesitas
2. Penyebab Obesitas
Hal ini dikarenakan terdapat beberapa faktor tertentu, yang bisa meningkatkan
kecenderungan terjadinya obesitas. Faktor- faktor tersebut adalah:
1. Faktor metabolik
2. Faktor genetik
4. Faktor hormonal
9
6. Pola makan
7. Merokok
3. Gejala Obesitas
Obesitas dapat cukup jelas terlihat dari segi fisik.Sebagian besar pasien datang
dengan masalah terkait peningkatan berat badan yang berlebihan dan bentuk tubuh
yang tidak proporsional.Ada juga sebagian pasien obesitas yang memiliki gangguan
asupan makanan, seperti makan berlebihan, tidak merasa kenyang, kebiasaan makan
sebelum tidur, dan sebagainya.Namun, terkadang gejala yang timbul dapat
diakibatkan oleh komplikasi dari obesitas itu sendiri, seperti:
1. Pada komplikasi serangan jantung: nyeri dada, dada terasa berat, dan
sebagainya.
2. Pada komplikasi diabetes: rasa sering lapar, rasa sering haus, sering buang air
kecil, dan peningkatan atau penurunan berat badan berlebihan yang tidak dapat
dijelaskan.
4. Diagnosis Obesitas
5. Pengobatan Obesitas
Pilihan pengobatan terbaik untuk obesitas adalah dengan melakukan perubahan gaya
hidup, seperti:
10
penderita penyakit tertentu (diabetes atau penyakit jantung). Umumnya,
penentuan diet yang sesuai dapat dilakukan setelah pasien berkonsultasi
dengan dokter spesialis gizi klinik.
2. Aktivitas fisik
3. Perubahan perilaku
Bila berat badan masih tidak berkurang dengan perubahan gaya hidup dan
konsumsi obat, operasi bariatrik dapat menjadi pilihan. Namun, pasien harus
memiliki IMT di atas 40 kg/ m2 dan setidaknya salah satu komplikasi untuk dapat
dilakukan operasi bariatrik.
C. PENATALAKSANAAN DIET
1. Tujuan Diet
Tujuan Diet Garam Rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air
dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dan
preeklampsi.
11
2. Syarat Diet
Cukup energy, protein, mineral, dan vitamin
Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air
dan/ atau hipertensi
12
BAB III
GAMBARAN UMUM KASUS LANJUT
B. SKRINING
Skrining gizi adalah kegiatan penialaian terhadap aspek yang berpengaruh
terhadap permasalahan gizi seseorang.Tujuan dilakukannya skrining gizi adalah untuk
mengetahui ada tidaknya masalah gizi yang dialami seseorang sehingga dapat dilakukan
upaya pencegahan.Metode yang digunakan berupa pengamatan langsung, wawancara
dengan pasien, dan catatan rekam medik pasien. Instrumen yang digunakan untuk
skrining yaitu formulir Subjective Global Assesmen ( SGA ).Hasil dari skrining yang
telah dilakukan pada pasien bisa dilihat tabel berikut.
13
Tabel 1.
Form Subjective Global Assessment (SGA) Modifikasi
Riwayat Medis
Skor SGA
Deskripsi Jawaban A B C
1. Berat Badan/Perubahan BB
BB biasanya (kg) ………………..kg
BB awal masuk RS (kg) ………………..kg
Kehilangan BB biasanya (usual 1. ( v ) tidak ada, BB normal A
weight) 2. ( ) tidak ada, tapi BB di bawah normal B
3. ( ) ada perubahan, tapi BB belum
normal B
4. ( ) turun
C
Persentase kehilangan 1. ( ) < 5% A
BB biasanya–BB awal masuk x 2. ( ) 5-10% B
100% 3. ( ) > 10% C
BB biasanya
2. Asupan Makanan
Ada perubahan? 1. ( v ) ya A
2. ( ) tidak
14
4. Kapasitas Fungsional
Ada perubahan 1. ( v ) ya A
kekuatan/stamina tubuh? 2. ( ) tidak ada perubahan (tetap) A
Bila ada perubahan: B
1. ( ) meningkat
2. ( v ) menurun A
Deskripsi keadaan fungsi
tubuh: 1. ( v ) aktivitas normal, tidak ada B
kelainan, kekuatan/stamina
tetap
C
2. ( ) aktivitas ringan, mengalami
hanya sedikit penurunan
(tahap ringan).
3. ( ) tanpa aktivitas/di tempat tidur,
penurunan kekuatan/stamina
tahap buruk.
Pemeriksaan Fisik
5. Penyakit dan Hubungannya
dengan Kebutuhan Gizi
Diagnosis Utama: Post sc +Preeklamsi +obesitas
Diagnosis Lainnya: ………………
Secara umum, ada 1. ( ) ya A
gangguan stres metabolik? 2. (v ) tidak
Bila ada, kategorinya: 1. ( ) Rendah/ Sedang (mis: infeksi,
B
(stres metabolik akut) peny. Jantung kongestif)
2. ( ) Tinggi (mis: ulcerative
C
colitis+diare, kanker)
Dari hasil screening gizi diatas dapat disimpulkan bahwa pasien tidak mengalami
kehilangan BB , asupan pasien menurun tapi tahap ringan dari pada sebelum sakit , tidak
ada gejala gastrointestinal, kekuatan stamina tubuh menurun (tanpa aktifitas/di tempat
15
tidur), Jadi keseluruhan skor SGA yaitu A = gizi baik/ normal (skor “A” pada > 50%
katagori atau ada peningkatan segnifikan)
1. PENGKAJIAN GIZI
16
hamil 1x sehari rumah du bois. makanan di
Pengolahan makanan sering
o Energi =2521,16 goreng)
digoreng untuk lauk hewani
dan nabati, sayuran ditumis kkal(CS 1.1.1)
Tingkat asupan di rumah :
o Protein= 114,54 gr Sebelum masuk
Energi = 3813 kkal
(CS2.2.1) rumah sakit
( 126,25% dari kebutuhan)
o lemak= 80,03 gr (CS Tingkat Konsumsi
Protein = 149 gram
2.1.1) Energi, Protein
( 130,7% dari kebutuhan)
o KH = 418,16gr (CS dan Lemak
Lemak = 156 gram ( 194 %
2.3.1) melebihi
dari kebutuhan)
- Hasil Perhitungan kebutuhan ,
KH = 412gram ( 98,5%
kebutuhan saatdi sedangkan tingkat
dari kebutuhan)
Rumah Sakit (Harris konsumsi
17
- Kondisi mobilisasi di
tempat tidur
- Riwayat HT saat usia
kehamilan memasuki
trimester tiga(CH-2.1.14)
Nama Obat Dosis Fungsi
Nifedipin 3 x 10 mg Untuk mengobati
hipertensi dan
angina
Paracetamol 4 x 500 mg Untuk penurun
demam dan pereda
nyeri
SF 2 x 60 mg Untuk
mencegah
/mengobati kadar
zat besi rendah
dalam darah
Metildopa 3 x 250 mg Untuk menurunkan
takanan darah pada
penderita
hipertensi
Kalitake 3 x 1 sct Untuk mengobati
hiperkalemi
2. DIAGNOSA GIZI
N
Problem Etiologi Tanda Gejala
o
1 Domain Asupan (NI) Berkaitan dikarenakan Ditandai dengan Asupan energy
18
(NI-1.2) pasien hanya makan yangkatagori difisit ( 33,59% dari
Asupan Energi malam saja kebutuhan)
Inadekuat
2 Domain Asupan (NI) Berkaitan dengan Ditandai dengan Tekanan Darah
(NI-5.4.) : kondisi pasien yang 169/107 mmHg
Penurunan mengalami hipertensi
Kebutuhan Zat Gizi
Natrium
3 Domain Prilaku (NB) berkaitan dengan ditandai pengolahan makanan yang
(NB 2.1) kemungkinan kurangnya lebih banyak di goreng, tingkat
Pemilihan makanan pengetahuan tentang gizi konsumsi lemak saat sebelum MRS
yang salah 194% dari kebutuhan.
3. INTERVENSI GIZI
19
(NB 2.1) Meningkatkan pengetahuan pasien
Pemilihan makanan yang salah dan keluarga mengenai makanan
yang baik untuk dikonsumsi
E (Etiologi) berkaitan dengan kemungkinan Cara :
kurangnya pengetahuan tentang Memberikan edukasi mengenai diet
gizi RG II
S (Sign/Simp- ditandai pengolahan makanan Target :
tom) yang lebih banyak di goreng, Pasien mengetahui makanan yang
tingkat konsumsi lemak saat dianjurkan dan tidak dianjurkan beserta
sebelum MRS 194% dari cara pengolahannya
kebutuhan.
A. Terapi Diet
1. Diet : Diet RG II bentuk makanan Biasa ekstra putih telur
2. Tujuan Diet :
Memenuhi kebutuhan zat gizi pasien.
Membantu mencapai dan mempertahankan tekanan darah optimal
Membantu mencegah atau mengurangi retensi caiarn.
Membantu meningkatkan albumin dan HB
Menjaga agar kenaikan berat badan tidak melebihi normal.
Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit
baru pada saat kehamilan atau setelah kehamilan.
3. Prinsip Diet :
Energi cukup sesuai dengan kebutuhan
Rendah Garam II
Mudah Cerna
Tidak merangsang saluran cerna.
4. Syarat Diet
Perhitungan Energy meggunakan rumus Harris Benedict dengan
penambahan sebanyak 330 kkal untuk ibu menyusui (AKG 2013)
Protein sebesar 15% dari kebutuhan energi.
Lemak 20 – 30 % dari total energy.
Karbohidrat 50 – 60 % dari energy total.
5. Kebutuhan Zat Gizi :
Umur = 21 th
TB = 171 cm
20
BBI = (TB-100) – 10%(TB-100)
= 63,9 Kg
Keterangan :
Penambahan zat gizi ibu hamil (AKG 2013)
Energi : + 300 kkal
Protein : + 20 gram
Lemak : + 10 gram
KH : + 40 gram
21
Keterangan :
Penambahan zat gizi ibu hamil (AKG 2013)
Energi : + 330 kkal
Protein : + 20 gram
Lemak : + 11 gram
KH : + 45 gram
B. Konseling Gizi
Judul
Konseling Gizi pada penyakit Preeklamsi
Tujuan
- Merubah perilaku makan pasien.
- Pola makan baik dan benar.
- Meningkatkan asupan zat gizi pasien.
Sasaran
- Pasien dan penunggu pasien rawat inap di RSUD MANGUSADA BADUNG
Materi
- Tujuan Diet
- Prinsip Diet
- Syarat Diet
- Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
Metode
- Metode yang digunakan dalam konseling yaitu diskusi dengan pasien dan
penunggu pasien.
Media
- Media atau alat konseling yang digunakan dalam konseling ini adalah leaflet
mengenai diet PREEKLAMSIA dan RENDAH GARAM.
Memilih komitmen
22
- Sebagai konselor membuat komitmen dengan klien agar klien dapat
melaksanakan diet preeklamsi dan rendah garam.
- Konselor membuat komitmen dengan ke pasien agar pasien mampu
menurunkan berat badan secara bertahap.
C. Implementasi
Adapun beberapa implementasi yang dilakukan, yaitu :
1. Melalukan screening gizi menggunakan SGA (Subjective Global Assesmen)
2. Melakukan pengkajian gizi dan mengukur lila
3. Menghitung kebutuhan zat gizi pasien
4. Merencanakan intervensi gizi
5. Memonitoring antropometri, fisik dan klinis pasien
6. Memberikan motifasi dan evaluasi berupa pelaksanaan diet sesuai dengan kondisi
dan penyakit pasien
Pasien DR merupakan pasien rawat inap di RSUD MANGUSADA Badung,
berdasarkan kondisi umum pasien, implementasi yang diberikan yaitu berupa
pemberian makanan diet yang sesuai dengan keadaan pasien. Bentuk makanan yang
diberikan adalah makanan biasa karena tidak ada gangguan gastrointestinal, Dilihat dari
tingkat konsumsi pasien berdasarkan kebutuhan zat gizi, hanya bisa memenuhi
asupanya:
Energi = 812 kkal ( 33,5 %)
Protein = 31gr (39,67 %)
Lemak = 33 gr ( 42,23 %)
Karbohidrat = 93 gr ( 22,85 %)
Dilihat dari rata rata tingkat konsumsi dapat dilihat tingkat konsumsi makanan
selama di rawat di rumah sakit masih kurang, Makanan diberikan 5 kali dalam sehari
yang terdiri dari makanan utama yang terdiri dari makan pagi, snack pagi, makan
siang, snack sore, makan sore. Adapun jadwal yang diterapkan untuk pendistribusian
makan di RSUD MANGUSADA Badung adalah :
23
Berdasarkan kondisi umum pasien, implementasi yang diberikan yaitu berupa
pemberian makanan diet yang sesuai dengan keadaan pasien. Makanan diberikan 5 kali
dalam sehari yang terdiri dari makanan utama yang terdiri dari makan pagi, snack pagi,
makan siang, snack sore dan makan malam. Bentuk makanan yang diberikan yaitu
bentuk makanan biasa karena pasien tidak ada gangguan gastrointestinal.
24
yaitu 3,7 – 5,2 g/L modifikasi
penambahan bahan
dalam 1 minggu
makanan tinggi
albumin untuk
meningkatkan
kadar albumin
3. membantu Makanan Bila target
disesuaikan terpenuhi maka
Menurunkan kadar
dengan terapi diet akan
Kalium mendekati rekomendas dilanjutkan,
i tim medis apabila tidak
Normal yaitu 3,5 –
tercapai diberikan
5 mmol/L dalam 1 modifikasi
penambahan bahan
minggu
makanan rendah
kalium agar
menurunkan kadar
kalium
Fisi/Klinis Menurunkan kadar Makanan Bila target
terpenuhi maka
tekanan darah disesuaikan
terapi diet akan
dengan dilanjutkan,
apabila tidak
rekomendas
tercapai diberikan
i tim medis modifikasi
penambahan bahan
untuk menurunkan
tekanan darah
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Langkah awal dari proses asuhan gizi terstandar adalah melakukan skrining
pada pasien guna untuk mengetahui pasien berisiko mengalami malnutrisi.
Asuhan gizi pada kasus kali ini menggunakan skrining Subyektive Global
Asessement (SGA).Dan Dari hasil screening gizi dapat disimpulkan bahwa pasien
tidak mengalami kehilangan BB , asupan pasien menurun tapi tahap ringan dari
pada sebelum sakit , tidak ada gejala gastrointestinal, kekuatan stamina tubuh
menurun (tanpa aktifitas/di tempat tidur), Jadi keseluruhan skor SGA yaitu A =
gizi baik/ normal (skor “A” pada > 50% katagori atau ada peningkatan segnifikan)
1. Tingkat Konsumsi
Dilihat dari tingkat konsumsi pasien selama di rumah atau sebelum
intervensi didapatkan bahwa tingkat konsumsi Energi sebesar 126,25 %, protein
sebesar 130,7 % dan tingkat konsumsi lemak 194 %, dan 98,5 % tingkat konsumsi
karbohidrat sebesar 114 %, dan berdasarkan depkes tahun 1996 tingkat konsumsi
energy, Protein dan lemak sebelum masuk rumah sakit berada di kategori diatas
kebutuhan, dan hanya tingkat konsumsi Karbohidrat yang berada di kategori
normal, hal ini berbanding terbalik dengan dilihat dari tingkat konsumsi pasien
selama dirumah sakit termasuk dalam persentase kategori deficit berat dengan
persentase <70%, untuk tingkat konsumsi energy, protein, lemak dan karbohidrat,
untuk mengetahui asupan zat gizi pasien dirumah menggunan perhitungan
secara DU Bois, sedangkan untuk perhitungan yang digunakan untuk mengetahui
asupan di rumah sakit adalah perhitunganHarris Benedict
26
2. Antropometri.
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai
status gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan
demikian, antropometri merupakan salah satu indicator untuk menetukan status
gizi Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.
Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor lingkungan
yang mempengaruhi antropometri, Pada pengukuran antropometri dengan
menggunakan persentil LILA pasien berada dalam kategori status obesitas
( 154,7 %) hal ini dapat disebabkan karena kebiasaan makan pasien selama
dirumah mempunyai kebiasaan makan 3 x makanan utama namun makanan
selingan bisa sampai 4 – 5 kali dalam sehari. Selain itu pengolahan makanan
selama dirumah lebih sering digoreng dan ditumis, dan dengan diberikan makanan
selama menjalani perawatan di rumah sakit disesuaikan dengan tingkat
kebutuhannya diharapkan berubah nya pola dan asupan makan yang nantinya
akan berpengaruh terhadap persentil LILA dan diharapkan persentil LILA dalam
ambang batas yang normal.
3. Biokimia.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh adanya kenaikan kadar
kalium, kadar HB dan Albumin rendah, dan diharapkan juga dari pemberian
makanan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya selama dirawat di rumah sakit
dan diberikan ektra tambahan putih telur, diharapkan hasil pemeriksaan nya
mendekati batas ambang normal pemeriksaan.
4. Fisik / klinis.
Keadaan fisik pasien dilihat selama intervensi keadaan umum masih tetap
sama yaitu pasien masih merasakan nyeri luka post SC serta mobilisasi masih
kebanyakan di tempat tidur, Selama intervensi dilakukan pengamatan secara
klinis. Keadaan klinis pasien mengalami tekanan darah tidak stabil yaitu
mengalami kenaikan, Faktor yang mempengaruhi tekanan darah tidak stabil, bisa
disebabkan karena pasien masih merasakan luka nyeri post operasi SC.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Antropometri
Dalam pengamatan terhadap pasien DR didapatkan dari hasil pengukuran
antropometri dari persentil LILA diperoleh status gizi pasien berada di
kategori OBESITAS.
2. Biokomia
Tidak ada perubahan nilai lab yang terjadi secara total selama intervensi.
3. Fisik/Klinis
Dilihat dari pengamatan klinis pasien masih merasakan nyeri pasca
operasi SC dan tekanan darah tinggi, dan kurang nya mobilisasi pasien
selama menjalani perawatn.
4. Asupan Makan
Pasien diberikan diet preeclampsia rendah garam ektra putih telur,dimana
selama pengamatan asupan pasien selama dirumah sakit masih berada
diambang kurang dari kebutuhan,.
B. Saran
Diharapkan pengamatan terhadap pasien selama menjalani intervensi
dilanjutkan pengamatan setelah pulang dari rumah sakit, dikarenakan asupan
selama menjadi intervensi dirumah sakit masih dibawah kebutuhan
diharapkan selama dirumah pasien menerapkan pola makan yang bagus,
asupan yang cukup sehingga terjadi perubahan antropmetri, biokimia, fisik
maupun klinis kearah yang lebih baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
30