OLEH
Kelompok X :
........................ ........................
........................ .........................
........................ ........................
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN GIZI PRODI SARJANA GIZI DAN DIETETIKA
DENPASAR
2021
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pint bir berkekuatan normal atau lager, segelas anggur, atau segelas kecil
sherry atau port.
Alkohol juga akan meningkatkan risiko perdarahan lambung dan
kerusakan hati jika dikonsumsi bersama obat-obat penghilang rasa sakit seperti
parasetamol atau asetaminofen. Alkohol juga dilarang diminum bersama
dengan obat-obat penurun tekanan darah tinggi golongan beta-blocker seperti
misalnya propranolol. Kombinasi alkohol-propranolol dapat menurunkan
tekanan darah secara drastis dan membahayakan keselamatan jiwa pasien.
Tape, walaupun sedikit, sudah kita ketahui mengandung alkohol, terutama tape
ketan atau tape beras. Oleh sebab itu sebaiknya kurangi atau hindari makan
tape ketika Anda mengkonsumsi obat-obat yang dapat berinteraksi dengan
alkohol seperti yang diuraikan di atas.
Pengaruh makanan atau minuman terhadap obat dapat sangat signifikan
atau hampir tidak berarti, bergantung pada jenis obat dan makanan/minuman
yang kita konsumsi. Selain itu harus pula difahami bahwa sangat banyak faktor
lain yang mempengaruhi interaksi ini, antara lain dosis obat yang diberikan,
cara pemberian, umur, jenis kelamin, dan tingkat kesehatan pasien.
Selain itu, orang yang minum alkohol dalam jumlah besar seringkali
memiliki pola makan yang buruk dan ini dapat menyebabkan permasalahan
kesehatan lain. Alkohol merupakan zat depresif dan dapat menyebabkan atau
memperburuk masalah mental, psikologis atau emosional. Bila digunakan
bersamaan dengan zat lain, seperti obat penghilang rasa sakit yang biasa seperti
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Alkohol
1. Pengertian Alkohol
Alkohol
Dehidrogenase
SOEM
+
C2H5OH + NADPH + H + O2 → CH3CHO + NADP+ + 2H2O
Karena Km bervariasi dari 0,26 sampai 2 mmol/L untuk alkohol
dihidrogenase dan dari 8-10 mmol/L untuk SOEM, maka diperkirakan
untuk alkohol dengan konsentrasi di bawah 100 mg% (22 mmol/L),
alkohol dihidrogenase merupakan sistem oksidasi utama, sedangkan untuk
konsentrasi alkohol yang lebih tinggi SOEM memegang peranan yang
lebih berarti. Selama konsusmsi alkohol yang kronis maka aktivitas SOEM
meningkat dengan bermakna. Induksi oleh aktivitas ini disertai dengan
peningkatan bermakna dalam bersihan obat yang dimetabolisir oleh sistem
Pemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi aksi obat lainnya (B)
dengan satu dari dua mekanisme berikut:
a. Modifikasi efek farmakologi obat B tanpa mempengaruhi konsentrasinya di
cairan jaringan (interaksi farmakodinamik).
b. Mempengaruhi konsentrasi obat B yang mencapai situs aksinya (interaksi
farmakokinetik).
1) Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena indeks terapi obat B
a) Perubahan pH urin
Pada nilai pH tinggi (basa), obat yang bersifat asam lemah
(pKa 3-7,5) sebagian besar terdapat sebagai molekul terionisasi
larut lipid, yang tidak dapat berdifusi ke dalam sel tubulus dan
karenanya akan tetap dalam urin dan dikeluarkan dari tubuh.
Sebaliknya, basa lemah dengan nilai pKa 7,5 sampai 10.5. Dengan
demikian, perubahan pH yang meningkatkan jumlah obat dalam
bentuk terionisasi, meningkatkan hilangnya obat (Stockley, 2008).
b) Perubahan ekskresi aktif tubular renal
menekan SSP, jika diberikan dalam jumlah sedang dosis terapi normal
sejumlah besar obat (misalnya ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain), dapat
menyebabkan mengantuk berlebihan. Kadang-kadang efek aditif
menyebabkan toksik (misalnya aditif ototoksisitas, nefrotoksisitas, depresi
sumsum tulang dan perpanjangan interval QT) (Stockley, 2008).
2) Interaksi antagonis atau berlawanan
Interaksi alkohol dan obat dapat menggangu kerja obat penyakit kronik,apalagi jika
dkonsumsi pada waktu yang bersamaan. Penelitian terbaru menemukan bahwa banyak
pecandu alkohol mengobati diri mereka sendiri untuk penyakit kronik sehingga mengalami
efek samping berupa interaksi alkohol-obat.
Interaksi signifikan dapat ditemukan pada alkohol dan beberapa kelas obat
penghilang nyeri, mulai dari analgesik opioid hingga OAINS dan bahkan
paracetamol. Nyeri otot skeletal tubuh dan leher bawah merupakan penyakit dengan
prevalensi tinggi di banyak negara, dan membuat pasien melakukan pengobatan
sendiri dengan obat over-the-counter. Banyak obat penghilang nyeri, di luar opioid,
yang tersedia di klinik atau apotek sehingga memiliki kemungkinan tinggi banyak
dikonsumsi orang.
1. Paracetamol
Konsumsi alkohol jangka panjang dengan jumlah biasa hingga berlebihan bersama
paracetamol dapat meningkatkan risiko hepatotoksisitas. Namun, masih dibutuhkan
penelitian lebih lanjut untuk mendukung hasil penelitian ini. Interaksi antara
paracetamol dan alkohol dapat menyebabkan induksi enzim mikrosom hepar, yang
kemudian akan mengakselerasi metabolisme paracetamol dan memproduksi
metabolit toksik ke hepar.2 Orang yang mengonsumsi alkohol jangka panjang,
disarankan untuk menghindari paracetamol, dan disarankan untuk tidak melebihi
dosis rekomendasi 4 gram per hari, baik untuk dewasa dan anak-anak berusia di atas
12 tahun.
OAINS diketahui dapat meningkatkan risiko gangguan GI, dan konsumsi alkohol
bersamaan dengan OAINS dalam jangka panjang akan semakin meningkatkan risiko
tersebut. US FDA mengharuskan perusahaan farmasi untuk memberi label
OAINS over-the-counter untuk mengingatkan konsumen.3. Apoteker harus
mengetahui pasien mana yang sering mengonsumsi alkohol dan OAINS dalam
jangka panjang.
3. Analgesik opioid
Masalah penggunaan opioid dan alkohol secara bersamaan merupakan hal yang
sulit diselesaikan. Pasien terkadang tidak sadar mengonsumsi obat ini, terutama
ketika pasien kecanduan alkohol dan narkotika, seperti heroin. Sebagai alternatif,
pasien biasa menggantinya dengan methadone, tetapi mereka biasa tetap
mengonsumsi alkohol. Dalam kasus ini, alkohol dapat meningkatkan efek depresi
sistem saraf pusat (SSP) dari analgesik opioid, sehingga dapat mengganggu kerja
otak saat mengambil keputusan, berpikir, serta kemampuan psikomotorik. Interaksi
alkohol dan opioid ini bisa menghasilkan efek fatal, terutama jika dikonsumsi dalam
dosis tinggi.4
Metformin
Selain itu, Anda juga harus menunggu minimal satu minggu setelah dosis
terakhir paracetamol Anda sebelum mulai minum alkohol kembali. Pengguna
alkohol jangka panjang harus menghindari minum alkohol jika mereka ingin
minum paracetamol. Atau, Anda bisa mempertimbangkan untuk minum obat
lainnya. Paracetamol tidak boleh digunakan untuk mengobati sakit
kepala akibat alkohol atau hangover.
Jika Anda memiliki masalah minum alkohol atau gangguan hati, selalu
konsultasikan pada dokter terlebih dahulu sebelum meminum paracetamol
untuk menghindari komplikasi.
BAB IV PENUTUP
Mengonsumsi alkohol dengan obat anti histamin atau anti alergi (seperti obat alergi, flu, dan batuk) dapat
menambah rasa kantuk dan memperlambat performa motoric dan mental. Selain itu juga, konsumsi alkohol yang
bersamaan dengan parasetamol dapat meningkatkan kerusakan hati dan pendarahan lambung. Maka dari itu,
sebaiknya hindari konsumsi makanan yang mengandung alkohol berlebihan seperti tape ketan atau tape beras.
DAFTAR PUSTAKA