PROPOSAL - Dina Maylanti
PROPOSAL - Dina Maylanti
PENDAHULUAN
DIABETES
MELITUS
Obesitas
Penyakit Infeksi
pada Pankreas
Faktor Genetik
4. Langkah Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus
Diabetes Melitus sebenarnya dapat dicegah sejak dini dengan membiasakan
perilaku hidup sehat yaitu mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang
memenuhi kebutuhan nutrisi. Menurut Kushartini (2005) yang dikutip oleh Nia
Daniati (2008:5) kegiatan mencapai program pencegahan penyakit pada
penderita diabetes mellitus yaitu:
a. Diet yaitu mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi, rendah
gula, dan banyak air putih.
b. Olahraga yang teratur
- Olahraga intermiten (1-3-1) untuk mengelola kadar glukosa
darah dan memperbaiki propel lipid. Perbandingan irama
gerak 1 (anerob), 3 (anerob), dan 1 (anerob).
- Streching dan loosening untuk kelenturan sendi dan
lancarnya aliran darah tepi.
- Meditasi dan Senam Pernafasan
Olahraga yang dianjurkan untuk penderita diabetes
adalah olahrag aerobic low impac dan rithmist seperti
senam, jogging, berenang, dan naik sepeda. Porsi latihan
juga harus diperhatikan, latihan yang berlebihan akan
merugikan kesehatan, sedangkan latihan yang terlalu sedikit
tidak begitu bermanfaat. Penentuan porsi latihan tersebut
harus memperhatikan intensitas latihan, lama latihan dan
frekuensi latihan.
Tepung beras merupakan salah satu alternatif bahan dasar dari tepung
komposit dan terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin.
Tepung beras adalah produk setengah jadi untuk bahan baku industri lebih
lanjut. Untuk membuat tepung beras membutuhkan waktu selama 12 jam
dengan cara beras direndam dalam air bersih, ditiriskan, dijemur, dihaluskan
dan diayak menggunakan ayakan 80 mesh (Hasnelly dan Sumartini, 2011).
Beras kaya akan vitamin B, juga mengandung sedikit lemak dan
mineral. Protein yang terdapat di dalam tepung beras lebih tinggi dari pada
pati beras yaitu tepung beras sebesar 5,2-6,8% dan pati beras 0,2-0,9%
(Inglett dan Munk, 1980; Singh, et al., 2000). Komposisi zat gizi tepung
beras per 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi zat gizi tepung beras per 100 g bahan
Komponen Komposisi
Kalori (kal) 364,00
Protein (g) 7,00
Lemak (g) 0,50
Karbohidrat (g) 80,00
Kalsium (mg) 5,00
Fosfor (mg) 140,00
Besi (mg) 0,80
Vitamin B1 (mg) 0,12
Air (g) 12,00
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, (2004)
Pati dalam beras terdiri dari dua polimer karbohidrat yaitu, amilosa
dan amilopektin. Perbandingan kedua golongan pati ini dapat menentukan
warna dan teksur nasi. Beras yang mengandung amilosa tinggi setelah
dimasak menghasilkan nasi yang tidak lengket , dapat mengembang, dan
akan mengeras setelah dingin. Beras yang mengandung amilosa rendah
setelah dimasak menghasilkan nasi yang lengket, mengkilap, tidak
mengembang dan menggumpal pada saat dingin (Damardjati, 1995).
Komponen utama yang ada dalam beras adalah karbohidrat.
Karbohidrat tersebut terdiri dari pati merupakan bagian besar dan bagian
kecil beras adalah gula, selulosa, hemiselulosa dan pentosa.
2.5 Sohun
1. Definisi Sohun
Sohun merupakan suatu produk bahan makanan kering yang dibuat
dari pati dengan bentuk khas. Berbagai macam pati sebagai bahan baku
sohun dapat berasal dari umbi-umbian, kacang hijau, jagung, ubi jalar, (sweet
potato), sagu, aren, midro/ganyong (canna eduliker) dan tapioka. Di
Indonesia umumnya sohun dibuat dari bahan dasar pati sagu atau aren dan
midro sebagai campuran.
Sohun juga merupakan salah satu makanan rakyat yang bisa didapat
dengan mudah di Pasar, ada berbagai macam sohun yang diperjual belikan
dan setiap sohun juga memiliki karakteristik dan mutu yang berbeda-beda.
Adapun cara memilih kualitas sohun yang baik (Anonim,2016) yaitu cara
yang paling mudah untuk menilai mutu sensoris atau mutu organoleptiknya.
Paling tidak, ada 5 parameter sensoris utama yang perlu dinilai, yaitu
penampakan atau karakteristik sohun yang cenderung transparan, sohun yang
didiamkan beberapa saat setelah matang akan menjadi lengket dan akan
menempel satu sama lain, warna sohun putih kusam transparan, bau khas pati
tanpa bau zat kimia yang menyengat, rasanya yang cenderung tawar dan
tekstur kuat & liat saat masih kering serta licin dan mudah terputus saat
matang.
2. Sohun dari Tepung Pati Garut
Pengembangan produk tepung pati garut yang potensial salah satunya
adalah dengan dibuat menjadi produk sohun, karena dalam pembuatan sohun
kebutuhan bahan dasar pati adalah dominan. Sohun merupakan produk
berbentuk benang atau pita pipih seperti mi terigu, tetapi dibuat dari pati
(Haryadi,2014). Cara-cara pembuatan sohun dari berbagai pati sangat beragam
dibeberapa wilayah dengan tingkat penerapan teknologi yang beragam, untuk
menghasilkan bentuk-bentuk dan ukuran yang beragam, yaitu meliputi bentuk-
bentuk benang lembut benang besar, pita atau lembaran.
Proses pembuatan sohun tepung pati garut yang dilakukan dalam
penelitian ini mengacu pada proses pembuatan sohun dari tepung pati ganyong
seperti yang dilakukan oleh Roisah (2009). Untuk mengetahui apakah proses
pembuatan sohun dari tepung pati ganyong sesuai untuk tepung pati garut,
diperlukan beberapa orientasi dengan tujuan :
1. Mendapatkan rasio tepung pati garut dan air untuk proses gelatinisasi;
2. Mendapatkan rasio tepung untuk gelatinisasi dan tepung kering serta;
3. Mendapatkan proses pemasakan yang tepat.
a. Penentuan rasio tepung pati garut dan air untuk proses gelatinisasi
Penentuan rasio tepung pati garut dan air untuk proses gelatinisasi
ditujukan untuk menentukan rasio tepung pati garut dan air yang tepat
sehingga proses gelatinisasi dalam awal pembuatan sohun telah terbentuk.
Rasio air dan pati garut untuk mendapatkan pati tergelatinisasi yang tepat
diilakukan dengan beberapa variasi. Variasi tersebut meliputi Gel- 1 (Rasio
pati garut : air = 1:7), Gel-2 ((Rasio pati garut : air = 1:8) dan Gel-3 (Rasio
pati garut : air = 1:9). Parameter yang digunakan untuk menentukan rasio
adalah kepekatan/keenceran adonan dan waktu menjendal (terjadi
gelatinisasi) saat dipanaskan. Penjendalan ditentukan secara visual dengan
terjadinya perubahan warna dan kepekatan adonan. Setelah diperoleh rasio
yang tepat, dilanjutkan tahap selanjutnya untuk memperoleh proporsi yang
tepat antara tepung pati untuk gelatinasi awal dengan tepung pati garut
kering yang ditambahkan untuk membentuk adonan.
Penentuan rasio tepung pati untuk gelatinasi awal dengan tepung pati
kering ditujukan untuk memperoleh sifat adonan pati yang sesuai sehingga
pencetakan dan pemasakan sohun tidak mengalami hambatan dengan
demikian mutu akhir sohun menjadi seperti yang diharapkan. Setelah rasio
tepung pati garut dan air untuk proses gelatinisasidiperoleh rasio yang tepat,
dilanjutkan orientasi untuk memperoleh proporsi yang tepat antara pati
tergelatinasi dengan penambahan tepung pati garut kering meliputi
beberapa variasi yaitu GP.1 = (1:9), GP.2 = (1:10), GP.3= (1:11) dan GP.4
= (1:12).
Parameter yang digunakan untuk menentukan rasio yangtepatadalah
sifat adonan (lengket, kalis, dan sangat kalis) dan kemudahan adonan untuk
dicetak. Pengamatan dilakukan secara visual dan subyektif.Setelah
diperoleh adonan yang berbentuk bola, yang lunak dan tidak lengketadonan
(kalis) dilanjutkan dengan orientasi proses pemasakan meliputi perebusan
atau pengukusan.
Sohun pati garut dibuat dari campuran umbi garut yang di gelatinisasi
dengan campuran tepung beras, dan air, yang kemudian diolah menjadi adonan
hingga adonan menjadi kalis.
Tabel. 1 Resep Dasar Sohun
Bahan Takaran
Tepung pati garut 100 gram
Tepung beras 50 gram
Air 50 ml
Skema pembuatan sohun pada penelitian yang akan dibuat, sebagai berikut:
Pencucian
Proses Gelatinisasi
Umbi Garut
Penimbangan
Penggilingan
Pencampuran bahan
Gambar 2. Skema Pembuatan sohun
Pencampuran (±5
Gelatinisasi (suhu 61-75̊ C) menit)
Rasio terpilih
Pencetakan
(ekstrusi) (kadar
air±55%)
Perebusan Pengukusan
Pengeringan (50-60̊C)
2.8 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, maka dianjurkan hipotesis sebagai
berikut:
Ho1 = Tidak terdapat perbedaan sohun pati garut ditinjau dari aspek warna,
rasa, aroma, dan tekstur.
Ha1 = Terdapat pengaruh perbedaan sohun pati garut ditinjau dari aspek warna,
rasa, aroma, dan tekstur
Ho2 = Tidak terdapat pengaruh kandungan serat tinggi pada sohun tepung pati
garut.
Ha2 = Terdapat pengaruh kandungan serat tinggi pada sohun pati garut.
Ho3 = Tingkat kesukaan masyarakat rendah terhadap sohun pati garut yang
dihasilkan.
Ha3 = Tingkat kesukaan masyarakat tinggi terhadap sohun pati garut yang
dihasilkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan dilakukan menggunakan
pengumpulan data pada uji organoleptik.
Idris, A.M., Jafar, N., Indiasari, R. (2014). Pola Makan dengan Kadar Gula Darah
Pasien DM Tipe 2. Jurnal MKMI. 10(4): 211-218
Anggswisastra, K. 1992. Strategi Pengembangan Industri Pangan dan Gizi pada Pelita
VI. Informasi Pangan dan Gizi. Direktorat Gizi Masyarakat. Depkes RI III (3). 23h.
Anwar, E., Yusmarlina, D., Rahmat, H., dan Kosasih, 2006. Fosforilasi pregelatinasi
pati garut (Marantaarundinacea L.) sebagai matriks tablet lepas terkendali teofilin.
Majalah Farmasi Indonesia, 17(1), 37-44.
Djaafar, T.F. dan S. Rahayu. 2006. Tenknologi Pemanfaatan Umbi Garu, Pangan
Sumber Karbohidrat. Badan Ketahanan Pangan bekerjasama dengan Pusat Kajian
Makanan Tradisional Universita Gadjah Mada, Yogyakarta.
Haryadi, 2014. Teknologi Mi, Bihun, Sohun, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Roisah, 2009. Produksi Dan Karakterisasi Sohun Dari Pati Ganyong (Canna edulis
Ker). Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Suryani Lilis, C., 2001. Karakterisasi Amilografi Pati Ganyong Putih, Ubi Jalar dan
Garut serta Sifat-sifat Fisik Sohun yang Dihasilkan. Himpunan Makalah Seminar
Nasional Teknologi Pangan. PATPI Semarang.
POK LIMBI. Emping garut makanan sehat masa depan. Div. Of traditional food
studies, center for food & nutrition studies, Gadjah Mada University. 2008;1-2.
Anik Herminingsih, 2010. Manfaat Serat dalam Menu Makanan. Universitas Mercu
Buana, Jakarta.
Badan Ketahanan dan Keamanan Pangan (BKKP) Yogyakarta. (2012). Data kandungan
Gizi Bahan Pangan dan Olahannya. Yogyakarta (BKKP) Badan Ketahanan dan
Keamanan Pangan Yogyakarta. 2012. Data Kandungan Gizi Bahan Pangan dan
Olahannya. Yogyakarta.