HACCPDINA
HACCPDINA
Disusun oleh :
DINA MAYLANTI
13211180017
BREBES
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Telah melaksanakan praktik kerja lapangan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
“Tumis Sayur Putren” di RSU Islam Mutiara Bunda pada tanggal 13 Desember 2021 sampai 3
Januari 2022 dan telah meyelesaikan laporan praktek kerja lapangan.
Disahkan :
Brebes, 3 Januari 2022
Menyetujui,
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
tugas penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Sistem Penyelenggaraan Makanan
Institusi (SPMI) “Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)” di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Umum Islam Mutiara Bunda Tanjung Brebes dapat selesai dengan tepat waktu.
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi (SPMI) “Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP)”. Laporan ini dapat terselesaikan karena bantuan
dari berbagai pihak oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
F. Identifikasi Bahaya .....................................................................................................13
G. Penentuan Titik Kendali Kritis ...................................................................................18
H. Penerapan HACCP......................................................................................................20
I. Penentuan Prosedur Verifikasi ....................................................................................22
J. Penentuan Prosedur Pemeliharaan Catatan .................................................................22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................23
A. Kesimpulan .................................................................................................................23
B. Saran ...........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................24
LAMPIRAN ............................................................................................................................25
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan
kedokteran, berdampak pula pada bidang gizi dan dietettik. Pelayanan gizi yang
dilaksanakan di rumah sakit tentu senantiasa disesuaikan dengan perkembangan
tersebut (Depkes, 2006) [1].
Pelayanan gizi merupakan pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan
keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuh.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh terhadap penyembuhan penyakit, sebaliknya
proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Hal
tersebut diakibatkan karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh. Di samping
itu masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya dengan penyakit degeratif,
seperti diabetes miletus, penyakit jantung koroner, dan darah tinggi. (Kemenkes RI,
2013). [2]
Kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit meliputi : penyelenggaraan
makanan, pelayanan gizi rawat inap, konsultasi dan penyuluhan gizi serta penelitian
dan pengembangan gizi terapan. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah suatu
rangkaian kegiatan yang diambil dari perencanaan menu, pengadaan bahan makanan,
penerimaan, penyimpanan, persiapan, pengolahan, penyajian, hingga pendistribusian
makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal
melalui pemberian diet yang tepat. (Depkes, 2007). [3]
Oleh karena itu perlu suatu pendekatan sistematis melalui upaya
pengidentifikasian bahaya (hazard) baik fisik, kimiawi, dan mikrobiologis pada proses
pengolahan makanan dan melakukan pengendalian bahaya pada titik kritis, yang
dikenal dengan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Dalam
penyelenggaraan makanan di rumah sakit, HACCP adalah teknik yang dianjurkan
untuk penyehatan makanan karena HACCP merupakan pendekatan paling efektif dari
segi biaya untuk menjamin keamanan makanan disetiap tahap penyediaan
dibandingkan pengawasan tradional atau dengan pengujian hasil akhir pada produk,
HACCP juga merupakan jaminan mutu terhadap produk makanan yang diakui secara
internasional.[4]
Tumis Sayur Putren memerlukan HACCP karena bahan baku Tumis Sayur
6
Putren rentan terhadap bahaya dan terjadi kontaminasi silang baik dari manusia ke
bahan makanan, dari peralatan masak ke bahan makanan dan dari satu bahan makanan
ke bahan makanan lainya. Bahan baku Sayur Putren, Wortel, Minyak, kontaminasi
dapat terjadi dari proses persiapan, pengolahan pemorsian, distribusi maupun
penyajian.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan pengamatan mengenai
mutu keamanan pangan pada Tumis Sayur Putren dengan menggunakan penerapan
HACCP di Instalasi Gizi RSU Islami Mutiara Bunda.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan HACCP pada pegolahan
makanan Tumis Sayur Putren di Instalasi Gizi RSU Islami Mutiara Bunda?”
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui penerapan HACCP pada pengolahan Tumis Sayur Putren di
instalasi gizi RSU Islami Mutiara Bunda.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan masakan jenis makanan biasa yakni sayuran untuk menu
semua kelas berupa tumis sayur putren.
b. Mendata potensi bahaya, menetapkan signifikasi bahaya, dan menetapkan
tindakan pengendalian pada masakan jenis makanan biasa yakni sayuran
untuk menu semua kelas berupa tumis sayur putren.
c. Mendeskripsikan CCP yang terdapat dalam bahan baku dan proses
pengolahan makanan biasa yakni sayuran untuk menu semua kelas berupa
tumis sayur putren.
d. Menetapkan batas kritis pada makanan biasa yakni sayuran untuk semua
kelas berupa tumis sayur putren.
e. Monitoring, tindakan koreksi, verifikasi, dan membuat formulir rekaman
pemantauan.
7
C. Manfaat
1. Bagi Instalasi Gizi
Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam perbaikan
mutu makanan, sehingga diharapakan bagi pihak instalasi gizi dapat lebih
meningkankan pentingnya penerapan HACCP dalam pengolahan makanan.
2. Bagi Peneliti
a. Menambah pengalaman dalam penerapan HACCP pada pembuatan Tumis
Sayur Putren.
b. Memahami penerapan HACCP pada pembuatan Tumis Sayur Putren.
c. Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah
khususnya tentang HACCP di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Islami
Mutiara Bunda.
3. Bagi Pasien
Menghindari kemungkinana bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan
oleh produk makanan Tumis Sayur Putren dihasilkan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman
bagi konsumen.
3. Manfaat HACCP
Terdapat beberapa keuntungan pokok yang diperoleh pemerintah dan instansi
serta konsumen dari penerapan HACCP sebagai alat pengatur keamanan
makanan:
a. HACCP adalah suatu pendekatan yang sistematis yang dapat diterapkan
pada semua aspek dari pengamanan makanan, termasuk bahaya secara
biologi, kimia, fisik pada setiap tahapan dari rantai makanan mulai dari
bahan baku sampai penggunaaan produk akhir.
b. HACCP dapat memberikan dasar nuansa statistik untuk
mendemonstrasikan kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya bahaya sebelum mencapai konsumen.
c. Sistem HACCP memfokuskan kepada upaya timbulnya bahaya dalam
proses pengolahan makanan.
d. Penerapan HACCP melengkapi sistem pemeriksaan oleh pemerintah
sehingga pengawasan menjadi optimal.
e. Pendekatan HACCP memfokuskan pemeriksaan kepada tahap kegiatan
yang kritis dari proses produksi yang yang langsung berkaitan dengan
konsumsi makanan.
f. Sistem HACCP meminimalkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan
konsumsi makanan.
11
5. Penentuan Tindakan Koreksi
Melakukan tindakan korektif apabila pemantauan mengidentifikasi adanya
CCP yang tidak berada di bawah kontrol.tindakan korektif yang diberikan pada
setiap CCP dalam sistem HACCP untuk menangani penyimpangan yang terjadi.
tindakan korektif tersebut harus mampu mengendalikan dan membawa CCP
kembali dibawah kendali dan hal ini termasuk prmbuangan produk yang
mengalami penyimpangan secara cepat.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahaui
gambaran penerapan HACCP pada Tumis Sayur Putren.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada hari Senin 20 Desember 2021 dari pukul 07.00 –
15.00 WIB.
2. Tempat
Penelitian dilakukan di Instalasi Gizi RSU Islami Mutiara Bunda.
C. Teknik Pengambilan Data
1. Data primer
Data primer diperoleh dengan cara wawancara dan pengamatan langsung
proses pembuatan Tumis Sayur Putren.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari standar yang telah ada/ data dapat diambil
tanpa harus dilakukan pengamatan. Data tersebut yaitu standar resep Tumis Sayur
Putren, standar bumbu, data konsumen.
D. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, untuk mengetahui
penerapan HACCP pada pembuatan Tumis Sayur Putren di Instalasi Gizi RSU Islami
Mutiara Bunda.
13
14
BAB IV
A. Tim HACCP
Keahlian/ Posisi dalam HACCP Tugas
Jabatan
Kepala Ketua Tim HACCP Menjamin Mutu Tumis Sayur Putren.
Instalasi Gizi
Keuangan Pengelola pemasukan Pengelola keuangan didalam institusi,
dan pengelola menyusun besarnya anggaran yang akan
keuangan dipakai dalam berbagai kegiatan serta mencatat
besarnya jumlah pemasukan dan pengeluaran.
B. Deskripsi Produk
1. Nama produk Tumis Sayur Putren
Bumbu :
Bawang putih
Bawang merah
Garam
Gula
Lada dan pala
15
Cuci putren dan wortel hingga bersih.
Setelah itu potong putren dan wortel
(pisahka daun dan batang).
Setelah itu, bawang merah dan bawang putih
dikupas terlebih dahulu lalu dicuci. Setelah
dicuci, bawang putih dan bawang merah
dicincang.
Setelah semuanya siap, tumis bumbu yang
sudah dicincang hingga harum. Lalu masukan
air secukupnya. Masukan putren dan wortel.
Masukan garam, gula, secukupnya. Lalu aduk
rata dan tunggu sampai matang.
Setelah matang, Tumis Sayur Putren
diangkat dan dibawa ketempat pemorsian.
Lalu dihidangkan.
C. Identifikasi Penggunaan
Rencana penggunaan harus didasarkan pada kegunaan-kegunaan yang
diharapkan dari produk oleh pengguna produk atau konsumen. Dalam hal-hal tertentu,
kelompok-kelompok populasi yang rentan, seperti yang menerima pangan dari
institusi, mungkin perlu dipertimbangkan. Pada menu Tumis Sayur Putren yang
disajikan menggunakan mangkuk dan tempat makan melamin yang tertutup. Menu ini
ditujukan untuk pasien dewasa dengan diet biasa.
16
D. Penyusunan Diagram Alir Pengolahan Tumis Sayur Putren
penerimaan penerimaan
Penerimaan
Pengupasan Bumbu Pengupasan Bumbu
Pencucian Bahan
Gula, garam,
lada, dan Tumis Minyak
pala.
Pemorsian
Distribusi
17
E. Verifikasi Diagram Alir
1. Penerimaan
Pada saat penerimaan bahan makanan melalui proses sortasi sehingga
bahan makanan memenuhi spesifikasi.
2. Pemotongan dan Pengupasan
Pada saat pemotongan dan pengupasan, alat yang digunakan sudah dicuci
terlebih dahulu sebelum dipakai.
3. Pencucian
Pencucian bahan makanan dilakukan dengan air mengalir. Kemudian di
angin- anginkan sebelum diolah dan ditempatkan pada wadah.
4. Pengolahan
Metode pengolahan Tumis Sayur Putren dengan cara ditumis. Penumisan
Tumis Sayur Putren dilakukan didalam wajan yang berisi minyak, apabila minyak
sudah cukup panas, kemudian masukan bumbu yang sudah dipotong hingga
harum. Setelah itu masukan air secukupnya. Lalu masukan putren dan wortel.
Masak sampai matang.
5. Pemorsian
Pemorsian dilakukan di ruang pemorsian yang ada Instalasi Gizi. Saat
pengemasan petugas memakai celemek, sarung tangan, dan mengenakan masker.
Terkadang petugas lupa menggunakan penutup kepala.
6. Distribusi
Pendistribusian makanan menggunakan sistem sentralisasi. Petugas
pendistribusian pada saat mengantar makanan mengggunakan masker.
Bagan alir yang ada sudah sesuai dengan pengamatan yang dilakukan pada
saat di lapangan. Bagan alir diterapkan pada saat proses pengolahan menu Tumis
Sayur Putren.
18
F. Identifikasi Bahaya
Tahapan Identifikasi Bahaya Sumber Analisis Bahaya Tindakan Pencegahan
Proses Resiko Severity Signifikan
Penerimaan Bahan dan Bumbu
F : Warna putih Penanganan BM yang R R TS Penetapan spesifikasi bahan
kecoklatan, tidak kurang tepat makanan yang baik
segar, busuk, Menghilangkan bagian yang
berlubang, dan rusak
layu. Jaminan dari supplier bahwa
Putren K : Pestisida Penggunaan bahan T T S bahan makanan bebas
Kimia pestisida
B : Ulat Tempat asal putren S S S Pencucian
(sawah atau kebun) Penyimpanan pada suhu
serta proses distribusi refrigator 4ᴼC
dan penyimpanan yang
tidak sesuai
F : Warna oren Penanganan BM yang R R TS Penetapan spesifikasi bahan
kecoklatan, tidak kurang tepat makanan yang baik
Wortel segar, busuk, Menghilangkan bagian yang
berlubang. rusak
K : Pestisida Penggunaan bahan T T S Jaminan dari supplier bahwa
Kimia bahan makanan bebas
19
pestisida
Pencucian
Penyimpanan pada suhu
refrigator 4ᴼC
20
F : Semut, debu, dan Proses penyimpanan R R TS Menyimpan pada tempat yang
kerikil yang kurang tepat tertutup dan di tempat yang
Gula K : Zat Pemutih Penggunaan bahan S S S kering
kimia
22
B:- - - - - Pencucian tangan sebelum
produksi makanan
SOP pengolahan makanan
yang
sesuai
Distribusi
Tumis Sayur F : Rambut, debu, dan Udara dalam R R TS Menjaga kebersihan ruang
Putren
kotoran ruang distribusi distribusi dan penutupan
Penggunaan makanan matang
APD yang Penggunaan APD secara
tidak lengkap lengkap, contoh: apron,
oleh petugas penutup kepala, dan sarung
pada saat tangan
pemorsian dan Penerapan Higine sanitasi
penyajian lingkungan rumah sakit
K: - - - -
B : Lalat Lingkungan yang tidak R R TS
bersih
23
G. Penentuan Titik Kendali Kritis (CCP)
Tahap Proses Bahaya Potensial Q1 Q2 Q3 Q4 CCP/ Bukan CCP
Penerimaan BM F : tanah dan daun Ya Tidak Tidak - Bukan CCP
(putren dan K : pestisida, pupuk, dan formalin Ya Tidak Tidak - Bukan CCP
wortel) B : ulat dan E.Collli Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pencucian F : rambut, perhiasan, asesoris, Ya Ya - - CCP
serangga, dan tanah
K : kaporit Ya Ya - - CCP
B : ulat dan E.colli Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pemotongan F : rambut dan keringat Ya Tidak Tidak - Bukan CCP
K : kontaminasi logam berat Ya Ya - - CCP
B : ulat dan E.Colli Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP
Pemasakan F : terlalu lembek Ya Ya - - CCP
K:- - - - - -
B:- - - - - -
Pemorsian F : rambut, debu, dan kotoran Ya Ya - - CCP
K:- - - - - -
B:- - - - - -
Distribusi F : debu, kotoran, dan lalat Ya Ya - - CCP
K:- - - - - -
B:- - - - - -
24
Keterangan : CCP DESSISSION TREE
Setiap Tahap Proses
TIDAK Y CC
A P
Y TIDAK
A
Bersadarkan pohon CCP diatas didapatkan bahwa proses pencucian, pemotongan, pemasakan, pemorsian, dan distribusi
termasuk dalam kategori CCP.
25
H. Penerapan HACCP
26
suplier
bahan
makanan
B : ulat Tidak ada Ada ulat Sesaat setelah Ruang Pengawas Melihat Pemasakan
ulat pemasakan pengolahan pengolahan kenampakan ulang
fisik
Pemorsian F : rambut, Tidak ada Ada benda Setiap Ruang Tim quality Mengontrol Proses
debu, dan benda asing asing berupa pemorsian pemorsian control proses pemorsian
kotoran pada rambut, debu, pemorsian
makanan dan kotoran makanan dan
memeriksa
kebersihan
petugas
Distribusi F : rambut, Tidak ada Ada benda Setiap Ruang Tim quality Mengontrol Makanan
debu, dan rambut, debu, asing berupa pendistribusia distribusi control pendistribusia dikemas
kotoran dan kotoran rambut, n n dan dengan
kebersihan kebersihan plastik wrap
petugas, petugas
debu, dan
kotoran
27
I. Penentuan Prosedur Verifikasi
Proses verifikasi yang diterapkan pada menu tumis sayur putren adalah
memastikan bahwa setiap tahapnya menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan. Proses
yang dapat dilakukan untuk menjamin kualitas mutu makanan aman meliputi :
1. Pengecekan penerimaan sesuai dengan spesifikasi bahan makanan.
2. Melakukan uji laboratorium satu bulan sekali atau tiga bulan sekali
3. Mencuci alat sebelum dan sesudah pemakaian
4. Memastikan makanan dimasak dengan prosedur yang tepat
5. Pemantauan penggunaan APD yang lengkap dan benar pada petugas yang
terlibat dalam setiap tahap proses penyelenggaraan makanan.
6. Wrapping pada makanan yang telah matang dan mengontrol waktu tunggu
7. Menutup/wrapping makanan yang siap diporsi.
J. Penentuan Prosedur Pemeliharaan Catatan
22
BAB V
A. Kesimpulan
Tumis sayur putren merupakan salah satu menu di Instalasi Gizi RSU Islam
Mutiara Bunda. Bahan – bahan yang digunakan berupa putren dan wortel. Bumbu
yang digunakan seperti bawang putih, bawang merah, garam, gula, lada, dan pala.
Pengelolaan masakan dengan teknik menumis.
Beberapa bahan dan proses dari pembuatan tumis sayur putren bisa
mengandung bahaya fisik, kimia, maupun biologi. Bersadarkan pohon CCP diatas
didapatkan bahwa proses pencucian, pemotongan, pemasakan, pemorsian, dan
distribusi termasuk dalam kategori CCP.
B. Saran
Meningkatkan pengawasan hygiene sanitasi terhadap tenaga pengolah dan
peralatan yang digunakan serta menggunakan APD yang lengkap untuk mengolah
makanan agar mendapat kualitas makanan yang baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
[2] Bartono dan Ruffino, 2010. Tata Boga Industri. Yogyakarta: Andi.
[3] Mulyatiningsih E, 2007. Teknik-Teknik Dasar Memasak. Univesitas Negeri
Yogyakarta Fakultas Teknik. Jogjakarta.
[4] Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit.
Jakarta: Depkes RI.
[5] Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos
Kesehatan Pesantren. Jakarta: Depkes RI.
[6] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Permenkes No. 78 Tahun
2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI.
[7] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Permenkes No. 41 Tahun
2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kemenkes RI.
[8] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Permenkes No. 24 Tahun
2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit.
Jakarta: Kemenkes RI.
[9] Widiartika, Intiyati A, Bakri B, 2018. Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi.
Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kemenkes RI.
24
DOKUMENTASI
PENGUPASAN
PEMOTONGAN
PENCUCIAN
25
PEMASAKAN
PEMATANGAN
PEMORSIAN
26
PEMORSIAN
27