Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ANTIBAKTERI

FARMAKOLOGI BAHAN ALAM PAPUA

Disusun oleh :

KELOMPOK 1

Herlinda Adonelia Ansanai ( 20180511064037 )

Makdalena Irpa Dimara ( 20180511064012 )

Magdalena Weny Laiyan ( 20180511064067 )

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2021
DAFTAR ISI

BAB. 1 PENDAHULUAN……………………………………….....................3

1.1. Latar Belakang……………………………………………………...3

BAB 2. PEMBAHASAN……………………………………………………... 4
2.1. Aktivitas Anti Bakteri dan Mekanisme………………………………………….4

2.2. Faktor-faktor berpengaruh dalam aktivitas senyawa anti bakteri…………....….6

2.3. Antibiotik………………………………………………………………………..6

2.4. Jenis-jenis Antibiotik…………………………………………………………....6

2.5. Pengobatan Antibakteri dengan Pengobatan Bahan Alam…………………..…6

BAB.3. PENUTUP……………………………………………………….....…8
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………8

Daftar Pustaka………………………………………………………………………......... 9
BAB. 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan bahkan mematikan
bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan manusia. Obat
yang digunakan untuk membasmi bakteri penyebab infeksi pada manusia harus memiliki
sifat toksisitas yang selektif. Berdasarkan sifat toksisitas yang selektif, zat- zat antibakteri
dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu bakterisid dan bakteriostatik. Bakterisid
bersifat membunuh bakteri, sedangkan bakteriostatik memiliki kemampuan menghambatt
perkembangbiakan bakteri tetapi tidak dapat membunuh bakteri (Ganiswarna, 1995).

Antibakteri hanya mampu dipergunakan bila mempunyai sifat tosik selektif, berfaedah
mampu membunuh bakteri yang mengakibatkan penyakit tetapi tidak beracun untuk
penderitanya.

Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak terganggunya sel mikroba oleh
antimikroba (Setiabudy dan Gan, 1995). Resistensi mikroba terhadap obat terjadi akibat
perubahan genetik dan dilanjutkan serangkaian proses seleksi oleh obat antimikroba.
Faktor yang mempengaruhi sifat resistensi mikroba terhadap antimikroba terdapat pada
unsur yang bersifat genetik seperti DNA, plasmid dan kromosom (Jawetz, 2001).

Adanya fenomena ketahanan tumbuhan sacara alami terhadap mikroba


menyebabkan pengembangan sejumlah senyawa yang berasal dari tanaman yang
mempunyai kandungan antibakteri dan antifungi (Griffin, 1981).
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1. Aktivitas Anti Bakteri dan Mekanisme

Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan


bakteri yang bersifat merugikan. Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme bertujuan
untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang
yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan serta perusakan bahan oleh mikroorganisme
(Sulistyo, 1971). Antimikrobia meliputi golongan antibakteri, antimikotik, dan antiviral
(Ganiswara, 1995).

Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri


dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat pembentukannya atau
mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan permeabilitas membran sitoplasma
sehingga menyebabkan keluarnya bahan makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein
dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan
protein. Di bidang farmasi, bahan antibakteri dikenal dengan nama antibiotik, yaitu suatu
substansi kimia yang dihasilkan oleh mikroba dan dapat menghambat pertumbuhan mikroba
lain. Senyawa antibakteri dapat bekerja secara bakteriostatik, bakteriosidal, dan bakteriolitik
(Pelczar dan Chan, 1988). Menurut Madigan dkk. (2000), berdasarkan sifat toksisitas
selektifnya, senyawa antimikrobia mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan
mikrobia yaitu:

1. Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan tetapi tidak


membunuh. Senyawa bakterostatik seringkali menghambat sintesis protein 8 atau
mengikat ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antimikrobia pada kultur
mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antimikrobia pada
fase logaritmik didapatkan jumlah sel total maupun jumlah sel hidup adalah tetap.

2. Bakteriosidal : Memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak terjadi lisis
sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antimikrobia pada kultur
mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antimikrobia pada
fase logaritmik didapatkan jumlah sel total tetap sedangkan jumlah sel hidup menurun.

3. Bakteriolitik : Menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga jumlah sel
berkurang atau terjadi kekeruhan setelah penambahan antimikrobia. Hal ini ditunjukkan
dengan penambahan antimikrobia pada kultur mikrobia yang berada pada fase
logaritmik. Setelah penambahan zat antimikrobia pada fase logaritmik, jumlah sel total
maupun jumlah sel hidup menurun.

Mekanisme penghambatan antibakteri dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu


menghambat sintesis dinding sel mikrobia, merusak keutuhan dinding sel mikrobia,
menghambat sintesis protein sel mikrobia, menghambat sintesis asam nukleat, dan
merusak asam nukleat sel mikrobia (Sulistyo, 1971).

 Penghambatan sintesis dinding sel bakteri


Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel
(beberapa diantaranya adalah enzim transpeptida. Akhir dilanjutkan dengan reaksi
transpeptidase dan sintesis peptidoglikan terhambat. Mekanisme diakhiri dengan
pembuangan atau penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding
sel. Pada lingkungan yang isotonis lisis terjadi pada lingkungan yang jelas
hipertonik, mikrob berubah menjadi protoplas atau sferoflas yang hanya tertutup
oleh selaput sel yang rapuh.
Sebagai contoh antibakteri dengan mekanisme kerja di atas adalah
penicilin, sefalosporin, vankomisin, basitrasin, sikloserin, dan ampisilin.

 Penghambatan Keutuhan Permeabilitas Dinding Sel Bakteri

Sitoplasma seluruh sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja
sebagai penghalang dengan permeabilitas selektif, memainkan fungsi
pengangkutan sehingga dapat mengendalikan susunan sel. Bila integritas fungsi
selaput sitoplasma terganggu misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga
permeabilitas dinding sel berubah atau bahkan menjadi rusak, maka komponen
penting, seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain keluar dari sel
dan sel berangsur-angsur mati.

Amfoterisin B, kolistin, poimiksin, imidazol, dan polien menunjukkan


mekanisme kerja tersebut.

 Penghambatan sintesis Protein Sel Bakteri

Umumnya senyawa penghambat ini akan mengakibatkan Staphylococcus


aureus salah membaca kode pada mRNA oleh tRNA
(hambatan translasi dan transkripsi bahan genetik). Contoh
Kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin, dan aminoglikosida juga
bersifat menghambat sintesis protein sel bakteri.

 Penghambatan Sintesis Protein Sel Bakteri

Senyawa antibakteri yang bekerja dengan senyawa ini, diharapkan hadir


selektifitas yang tinggi, sehingga hanya sintesis asam nukleat bakteri saja yang
dihambat. Umumya senyawa penghambat akan berikatan dengan enzim atau salah
satu komponen yang berperan dalam tahapan sintesis, sehingga kesudahannya
reaksi akan terhenti karena absen substrat yang direaksikan dan asam nukleat
tidak dapat terbentuk.

2.2. Faktor-faktor berpengaruh dalam aktivitas senyawa anti bakteri

- Aktivitas senyawa antibakteri dipengaruhi oleh pH,

- Suhu stabilitas senyawa tersebut,

- Banyak bakteri yang hadir,

- Lamanya inkubasi, dan

- Aktivitas metabolisme bakteri.

2.3. Antibiotik

Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah
infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri
berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi
infeksi akibat virus, seperti flu.

Antibiotik juga dapat diberikan sebagai langkah pencegahan infeksi bakteri atau
dalam dunia medis dikenal sebagai profilaksis. Orang-orang yang diberikan antibiotik
untuk profilaksis adalah orang yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi bakteri,
seperti ketika orang tersebut menjalani operasi glaukoma atau operasi penggantian
sendi.

2.4. Jenis-jenis Antibiotik

Antibiotik terbagi menjadi beberapa jenis, dan masing-masing digunakan untuk


mengatasi kondisi yang berbeda. Jenis-jenis antibiotik meliputi:

Penisilin, Sefalosporin, Aminoglikosida, Tetrasiklin, Makrolid, Quinolone,


Sulfa atau Sulfonamida.

2.5. Pengobatan Antibakteri dengan Pengobatan Bahan Alam

1. Kayu manis (cinnamomum zeylanicum ).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ekstrak kulit kayu manis


memiliki kemampuan sebagai antibakteri terhadap S. pyogenes dan E. coli. Hal ini
disebabkan adanya kandungan zat aktif dalam kulit kayu manis yang diduga
memiliki efek antibakteri yaitu eugenol. Eugenol juga terdapat dalam minyak
cengkeh, dan minyak pala. Pada temperatur normal, eugenol kental dan berwarna
kuning pucat, berminyak dengan rasa cengkeh yang kuat dan memiliki aroma
panas yang khas. Eugenol sedikit larut dalam air dan mudah larut dalam pelarut
Organik. Eugenol juga mempunyai efek antioksidan, anti kanker dan efek
anestesi.(Nisa,L.C., Rahayu, T., 2014.)

2. Bawang putih

Bawang putih dikenal sebagai antibakteri alami. Zat bioaktif yang berperan
sebagai antibakteri dalam bawang putih adalah allicin yang mudah menguap
(volatil) dengan kandungan sulfur. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa
bawang putih mampu menghambat bakteri, baik bakteri Gram positif maupun
Bawang putih dikenal sebagai antibakteri alami. Zat bioaktif yang berperan sebagai
antibakteri dalam bawang putih adalah allicin yang mudah menguap (volatil) dengan
kandungan sulfur. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa bawang putih
mampu menghambat bakteri, baik bakteri Gram positif maupun
Gram negatif. Penelitian Prihandani et al. (2015) menunjukkan bahwa bawang putih
efektif menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, E.coli, S. typhimuriumdan P.
aeruginosa pada konsentrasi 50%, 25% dan 12,5%. Semakin tinggi konsentrasi bawang
putih, semakin besar diameter daya hambat (DDH) yang dihasilkan, artinya aktivitas
antibakteri semakin tinggi. Bawang putih yang memiliki antibakteri alami Gram negatif.
Penelitian Prihandani et al. (2015)

3. Jahe

Jahe yang lebi banyak digunakan sebagai obat anti bakteri karena mengandung
minyak asiri oleorennya paling tinggi dibandingkan jenis jahe yang lain. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bahan aktif jahe (glugera) mampu menghambat pertumbuhan
bakteri (lantera2002)
BAB.3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari kelompok kami bahwa dengan materi ini kami bisa mengetahui tahanan apa saja
yang bisa menjadi obat antibakteri dan setiap tanaman obat ini mengandung zat aktif di
dalamnya dan sangat bermanfaat bagi manusia tanaman ada beberapa tanaman juga yang
biasa digunakan sebagai bahan tambahan untuk makanan
DAFTAR PUSTAKA

Gritter, R. J., Bobbit, J. M., Schwarting, A. E., 1998, Introduction to

hromatography, dalam Practical Thin-Layer Chromatography : A

Multidisciplinary Approach, 97-104, Reinhold Book Co., New York.

Gunawan, D., Mulyani, Sri., 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi), Jilid 1, 90-93,

Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A., 2001, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi

XXII, diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga, 205-209, Penerbit Salemba Medika, Jakarta

Nisa, L.C., Rahayu, T., 2014. Aktivitas Antibakteri Kulit Kayu Manis
(cinnamomum burmanni) penerbit, jakarta 2014.

Pelczar, M. J., Chan, E. C. S., 1988. Dasar-Dasar Mikrobiol Jakarta:


Universitas Indonesia Press. Priyatno, Duwi. 2008.

Setiabudy, R., Gan, V. H. S., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi keempat, 571-

574, 577-578, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Sulistyo, 1971. Sebelum uji aktivitas antibakteri terlebih dahulu

dilakukanmetode maserasi yang merupakan proses pengekstrakan.

Anda mungkin juga menyukai