Anda di halaman 1dari 3

Nama : Riannaldi Eriza Permana

Kelas : 3 B

NIM : P05160021066

Tugas : Pengolahan limbah dengan metode elektrokoagulasi

Dosen : Arie Ikhwan Saputra, S.S.T., M.T.

A. Pembuatan Alat Pengolah Limbah Cair dengan Metode Elektrokoagulasi untuk Industri
Tahu Kota Samarinda
Terdapat kurang lebih 80 industri rumahan yang memproduksi tahu dan tersebar di
beberapa kecamatan yang ada di Kota Samarinda. Satu industri tahu rumahan dapat
menghasilkan 20 m3/hari limbah cair. Limbah cair tersebut tidak dimanfaatkan secara
optimal dan langsung di buang ke lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan dari proses
pembuatan tahu, dapat merusak lingkungan karena kandungan organiknya yang lebih
tinggi dari baku mutu lingkungan seperti COD dan TSS. Pengolahan terhadap limbah cair
tahu tersebut perlu dilakukan agar tidak merusak lingkungan. Proses pengolahan
dibutuhkan untuk mengurangi beban pencemaran pada lingkungan.Salah satu metode
untuk mengurangi kandungan limbah cair tersebut menggunakan metode elektroko
agulasi. Alat proses ini bertujuan untuk menurunkan konsentrasi COD limbah cair. Alat
juga dirancang untuk dapat bergerak secara dinamis dari satu tempat ketempat lainnya.
Sehinggadapat efektif digunakan dibanyak tempat, tidak hanya dapat mengolah limbah
dari satu tempat. Hasil optimal yang diperoleh dari proses pengolahan pada alat proses
ini yaitu pada waktu 10 jam menghasilkan penurunan kadar COD sebesar 97.25% dan
konsentrasi akhir limbah sebesar 122.88 ppm. Alat proses ini dapat diaplikasikan secara
langsung dan aman dibuang ke lingkungan.
B. Pengolahan limbah cair tahu menjadi air bersih dengan metode elektrokoagulasi
secara kontinyu
Cairan limbah tahu mengandung pengotor organik yang cukup tinggi, seperti protein
dan asama amino. Senyawa-senyawa organik ini menyebabkan limbah cair industri tahu
mengandung BOD, COD dan TSS tinggi yang dapat mencemari lingkungan. Metode
elektrokooagulasi berpotensi untuk memurnikan limbah cair tahu dan mengurangkan
kandungan BOD, COD, TSS dan menetralkan pH tanpa penambahan kooagulan kimia
tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh voltase listrik,
kecepatan alir limbah cair tahu untuk menetralkan pH dan menurunkan tingkat COD,
BOD dan TSS. Proses elektrokoogulasi menggunakan voltase listrik dan mengalirkan
secara langsung ke elektroda. Reaktor elektrokoagulasi dipasangkan kabel yang
terhubung ke power supply, kemudian dihubungkan dengan sumber arus dengan
variable voltase (8;10;12 V) dan variable kecepatan alir limbah cair tahu (0.439; 0.243;
0.087 L/min). Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa kondisi optimum yang diperoleh
pada voltase 12 volt dan kecepatan alir 0,087 L/men, dengan peningkatan pH dari 3,6 ke
6,7, penurunan COD sebesar 72,17% dari 1017mg/L ke 283 mg/L, penurunan BOD
sebesar 71,53% dari 513 mg/L ke 146 mg/L, serta penurunan TSS sebesar 90,90% dari
1100 mg/L ke 100 mg/L. Hasil-hasil yang diperoleh menunjukkan sesuai dengan standar
PermenLH No.5 tahun 2014 tentang kualitas pengolahan air limbah kacang kedele yang
digunakan untuk menghasilkan tahu.
C. APLIKASI ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA
SAWIT
Produksi minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO) di Indonesia terus meningkat
sehingga akan menambah jumlah limbah cair yang dihasilkan. Teknologi reaktor
anaerobik unggun tetap (RANUT) telah banyak dikembangkan, namun karakteristik
limbah cair effluent RANUT belumlah memenuhi baku mutu limbah cair yang
dipersyaratkan oleh pemerintah terutama untuk COD. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian lanjutan tentang pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dari unit reaktor
anaerobik unggun tetap dengan teknik elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi merupakan
suatu proses koagulasi dengan menggunakan arus listrik searah melalui peristiwa
elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh parameter tegangan pada adaptor terhadap kinerja sistem
elektrokoagulasi serta menentukan waktu terbaik untuk pengolahan limbah cair pabrik
kelapa sawit tersebut. Jenis material elektroda yang digunakan adalah aluminium, waktu
retensi limbah 1 jam, jarak antar elektroda 5 cm, kuat arus 5 ampere, variasi tegangan
adaptor 3, 4, dan 5 volt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil terbaik diperoleh
pada tegangan 5 volt untuk penyisihan COD sebesar 81,32 % dengan nilai COD 233,5
mg/l pada waktu pengolahan 180 menit, hal ini menunjukkan bahwa limbah olahan
telah memenuhi baku mutu limbah cair PKS untuk COD yaitu 350 mg/l. Adapun
persentase penyisihan turbiditas yang tertinggi diperoleh pada tegangan 5 volt dan pada
waktu 180 menit dengan perolehan 95,08 %.
D. PENGARUH TEGANGAN DAN WAKTU PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF
URANIUM DAN TORIUM DENGAN PROSES ELEKTROKOAGULASI
PENGARUH TEGANGAN DAN WAKTU PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF
URANIUM DAN TORIUM DENGAN PROSES ELEKTROKOAGULASI. Metode pengolahan
limbah radioaktif dengan metode fisika dan kimia yang telah dilakukan dinilai kurang
efektif, memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Untuk itu perlu dilakukan
pengolahan limbah uranium dan torium dengan proses elektokoagulasi untuk
memisahkan uranium dan torium dalam limbah cair. Limbah yang digunakan memiliki
kadar kontaminan uranium dan torium 500 mg/liter. Pengolahan dilakukan dengan
tegangan 10V, 12,5V, dan 15 volt dengan waktu 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 menit dengan
elektroda alumunium. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi penurunan kontaminan
terbaik pada pengolahan ini diperoleh pada kondisi 12,5 V, waktu 60 menit, dengan
efisiensi sebesar 97,2% untuk uranium, sedangkan untuk torium pada 12,5 V, waktu 30
menit, dengan efisiensi sebesar 99,6% .
E. Efektivitas Elektroda pada Proses Elektrokoagulasi untuk Pengolahan Air Asam
Tambang
Air limpasan dari aktivitas pertambangan batubara sangat berpotensi pada
pembentukan air asam tambang. Air asam tambang yang berasal dari mine sump area
tambang Air Laya PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. mempunyai nilai pH rendah yaitu
berkisar dari 3 sampai 5, kondisi ini akan melarutkan unsur-unsur logam seperti Fe dan
Mn pada batuan yang dilalui oleh air asam tambang tersebut. Elektrokoagulasi
merupakan metode untuk melakukan proses koagulasi dengan menggunakan tegangan
listrik searah yang didasarkan pada peristiwa elektrokimia. Penelitian dilakukan dengan
sistem batch skala laboratorium yaitu menggunakan volume air asam tambang 1,8 L,
elektroda besi (Fe) 8 cm x 11 cm x 0,8 mm sebanyak 3 lempeng sebagai katoda dan
elektroda aluminium (Al) 8 cm x 11 cm x 0,8 mm sebanyak 3 lempeng sebagai anoda.
Percobaan dilakukan dengan interval waktu 15 menit, 30 menit, 45 menit dan 60 menit,
lalu menggunakan tegangan 6 V, 12 V, dan 24 V untuk jarak elektroda yaitu 1,5 cm dan 2
cm. Dengan tetap mempertimbangkan faktor ekonomi maka diketahui waktu, jarak dan
tegangan DC yang paling efektif digunakan untuk proses elektrokoagulasi adalah 12 Volt
dan 45 menit yang akan menghasilkan persen peningkatan nilai pH = 32,96 ; persen
penurunan logam Fe = 94,0111 ; dan persen penurunan logam Mn = 88,2878, akan
tetapi faktor jarak antara elektroda tidak berpengaruh pada proses ini.

Anda mungkin juga menyukai