OPENING
CUT TO :
Ananta :
Tari … kenapa kamu mau meninggalkan aku …? Kenapa kamu ingin lari
sendirian tanpa mengajak aku …? Jujur Tari … aku tidak akan pernah
meninggalkan kamu sendirian … Aku selalu ingin mendampingi kamu,
kemanapun kamu melangkah .. Aku akan selalu mendampingi kamu dalam
keadaan suka dan duka …. Kamu dengar Tari ….?
Utari :
FADE UP :
Scene – 001
Naryoso :
Naryoso :
Kenapa jalan kaki cantik …? Nggak naik gojek ..? Nggak punya uang …..?
Naryoso :
Coba tadi cantikku WA mas machomu ini … dijamin akan aku jemput gak pakai
telat… aman sampai rumah …. Pakai ditraktir bakso lagi ….
Naryoso :
Kok lebay gitu …? Apa aku kurang baik dengan tawaranku tadi …?
Utari :
Naryoso :
Kok kurang ajar …? Mas Yos mu ini tergila-gila sama kamu … makanya nggak
tega melihat kamu jalan kaki sampai keringetan gitu ….
Utari :
Naryoso :
Kenapa harus berteriak …? Sebentar lagi aku akan melamar kamu … Siang dan
malam aku selalu melamunkan kamu … wajahmu yang cantik .. sikapmu yang
lembut dan postur tubuhmu yang semampai … membuat aku ….
Utari :
Ananta :
Ada apa Tari … ? Apakah laki-laki ini bersikap kurang sopan sama kamu ?
Utari :
Naryoso :
Ananta :
Ada apa Mas ….? Masih mau mengganggu perempuan yang jelas-jelas tidak
suka sama sampeyan …?
Naryoso :
Naryoso :
Jangan sok jagoan kamu ya … aku tahu .. kamu anak seorang yang cukup
punya pengaruh di Malang ini … tapi kali ini kamu berurusan dengan Naryoso,
jagoan desa yang tidak pernah takut dengan siapapun …
Ananta :
Termasuk tidak takut pada dosa , ketika mengganggu orang lain dan membuat
orang lain ketakutan ..?
Naryoso :
Tutup mulutmu … tinggalkan tempat ini dan biarkan Utari bersamaku .. atau
kepalan tanganku ini yang akan membuat benjol kepalamu …
Ananta :
Aku memang bukan jagoan mas … tapi aku memilih yang kedua … seperti apa
sih kerasnya kepalan tangan Mas Jagoan …?
Naryoso :
Kurang ajar … ! Belum pernah ada yang mempermalukan aku seperti ini …
untung saja nggak ada yang melihat …. Awas kamu sompret …! Aku akan
membuat perhitungan dengan kamu….!
DISSOLVE TO :
Scene – 002
Riska :
Aku tuh heran dengan jalan pemikiran kamu Tari … hari gini malah bercita-cita
jadi guru … Gak salah …? Kalau Cuma butuh kerja .. kan bisa di Café-café .. Mall
– mall – Sales … yang penting kan bisa dapat duit .. Wajah kamu itu cantik lho
Tari … ya meski tidak secantik aku sih …
Utari :
Tapi aku memang sangat ingin menjadi guru .. ya .. meskipun saat ini masih
honorer… Mau kerja apa lagi … Ijasahku Cuma SMA … mau melanjutkan kuliah
nggak punya beaya … lumayanlah bisa jadi guru honorer…
Riska :
Utari :
Riska :
Dulu aku juga disuruh ibu Kuliah di Keguruan .. tapi aku nggak mau .. Aku
punya cita-cita sendiri …Biar ibuku saja yang jadi guru… Pekerjaan apa tuh
guru …. ?
Utari :
Riska :
Utari :
Macam-macam gimana …?
Riska :
Pakai nanya lagi ….! Itu masalah si Ananta … kamu jangan coba-coba deketin
dia .. aku naksir banget sama dia …
Utari :
Ngancem nih …?
Riska :
Utari :
Riska :
Aku kuliah di Surabaya … sementara kamu di desa ini …. Itu artinya .. kamu
banyak kesempatan untuk ketemu sama Ananta … Sementara aku … mungkin
sebulan sekali baru bisa pulang .. nah banyak kemungkinan yang bisa terjadi..
Utari :
Ris … aku ini bisa ngaca … Bapakku itu Cuma kuli tebang tebu di kebun milik
ayahmu.. meskipun bapakku adalah orang kepercayaan ayah kamu …
sementara aku bekerja karena jaminan ibu kamu …. Ananta itu anak orang
penting di kota ini … Dia itu lebih pantas sama kamu …
Riska :
Makanya jangan coba-coba akrab sama Ananta .. Kalau suatu saat aku sampai
tahu bahwa antara kamu dan Ananta ada apa-apa … aku akan membuatmu
menderita ….
Utari :
DISSOLVE TO :
Scene – 003
Anita :
Utari :
Mbak Tari nggak kenapa-napa kok … tolong ambilkan air putih ya sayang …
Anita :
Iya Mbak … sebentar … tunggu ya … Nita akan segera ambil air putih untuk
Mbak Tari …
Bu Rahman :
Nggak apa-apa Buk… Tari cuma kecapaian saja.. habis jalan-jalan sama Riska.
Bu Rahman :
Utari :
Tidak Buk … tadi Riska langsung pergi bersama teman-teman yang lain ..
Bu Rahman :
Ya sudah … istirahat saj dulu ya … ibu ambil air hangat untuk kamu …
Utari :
Tidak usah Buk … tadi Nita sudah saya suruh ngambilkan … Ibuk di warung
saja.. kasihan kalau ada orang yang mau beli rujak ..
CUT TO :
Scene - 004
Pak … apakah keadaan kita ini bisa berubah ya … maksud Mita ..apakah kita
nanti bisa jadi kaya …?
Pak Sakur :
Mensyukuri nikmat Alloh itu adalah perbuatan yang sangat terpuji .. sebab
dengan selalu bersyukur … nikmat itu akan ditambah terus … sebaliknya…
kalau kita mengkufuri nikmat .. maka ada siksa Alloh yang sangat pedih …
Paramita :
Apa sih maksud kata-kata bapak ..? Kita harus syukur yang seperti apa lagi..?
Pak Sakur :
Astaghfirrulloh hal adziim …! Apa kamu lupa pada nasehat P. Ustadz kalau
sedang mengikuti pengajian …? Setiap saat kita selalu dinasehati untuk selalu
bersyukur atas segala nikmat yang telah Tuhan berikan pada kita ..
Paramita :
Pak Sakur
Baik… sekarang kamu harus jujur .. apa kamu merasa malu punya bapak
seorang pemulung.. ?
Paramita :
Terus .. bapak harus nanya apa ke kamu …? Kamu tadi nanya…. apa kita bisa
jadi orang kaya ..? Tidak ada yang mustahil di hadapan Tuhan … Orang kaya
bisa mendadak jadi miskin .. orang miskin bisa juga berubah menjadi kaya …
kalau Tuhan yang menginginkan …
Paramita :
Pak Sakur :
Paramita :
Bu Sakur :
Astaghfirloh… Mita …. Rejeki setiap orang itu berbeda nak .. kalau setiap hari
kita masih bisa makan, kamu bisa jajan … kamu bisa beli handphone dan bisa
naik motor ke sekolah … itu sudah suatu nikmat yang luar biasa … ketahuilah
nak .. dulu bapak dan ibumu ini hanya pemulung jalanan yang tidak
mempunyai tempat tinggal tetap .. kemudian ayahnya Mbak Riska menolong
membawa bapak dan ibumu ke tempat ini.. Kamu masih ingat kan ..? Sewaktu
umurmu masih 7 tahun … kamu ikut bapak dan ibuk mencari barang-barang
rongsokan di jalan dengan membawa becak …?
Pak Sakur :
Tujuan Ayahnya Mbak Riska membawa kita ke tempat ini, agar nasib kita bisa
berubah .. dulu bapak seorang pemulung … sekarang bapak kan sudah menjadi
juragan pemulung … Kenapa mendadak kamu kepingin seperti Mbak Riska ..
Karena Mbak Riska kaya dan cantik .. cowok-cowok banyak yang naksir …
sedangkan aku yang Cuma anak pemulung …
Bu Sakur :
Stop…stop…. Stop Mita …! Itu namanya kamu sirik… Rejeki jodoh dan mati itu
sudah diatur Alloh Swt … Kita tidak boleh iri dengan keberuntungan orang lain..
CUT TO :
Scene – 005
Naryoso :
Ananta :
Fakri :
Memang bagi kamu tidak ada persoalan .. tapi bagi kami ada .. ! Sejak kamu
sering ke Kampung Seribu Topeng.. Utari jadi acuh tak acuh pada Naryoso…
Ananta :
Tapi antara Utari dengan saya tidak ada hubungan yang istimewa …
Naryoso :
Ananta :
Naryoso :
Ananta :
Aku tidak ingin berantem .. tapi aku boleh dan wajib membela diri …
Naryoso :
Bagus …! Itu jawaban seorang laki-laki … Di Desa ini tidak ada yang berani
melawan aku … dan aku belum pernah kalah dalam berkelahi …
Ananta :
Aku justru tidak pernah berkelahi ..tapi tidak pernah takut ketika digertak
orang… Sampeyan mau berkelahi satu lawan satu dengan saya atau mau main
keroyok…?
Fakri :
Kamu pikir aku mau main keroyok …? Aku cuma jadi saksi.. sekaligus akan
menggotongmu ke Rumah Sakit, kalau kamu benar-benar sudah terkapar ….
Ananta :
Baik … dengan terpaksa aku melayani tantangan kalian …tapi bukan karena
rebutan seorang perempuan yang bernama Utari ….
Naryoso :
Kita berkelahi secara jantan … siapa yang kalah harus segera menyerah ..
sebab aku tidak ingin ada yang mati diantara kita….
CUT TO :
Scene – 006
DI SUDUT LAIN JALAN DI LUAR DESA ITU … DARI TEMPAT YANG AGAK JAUH
DAN TERHALANG OLEH PEPOHONAN, BEBERAPA PASANG MATA TERNYATA
IKUT MENYAKSIKAN ADEGAN DUEL ANTARA ANANTA MELAWAN NARYOSO
YANG DITEMANI OLEH FAKRI. SALAH SATU DIANTARA MEREKA ADA YANG
MENTERTAWAKAN NARYOSO…
Penduduk I :
Nah … sekarang si Koboy Kampung itu kena batunya … ternyata belum sampai
beberapa menit … dia sudah nggak berdaya oleh anak mahasiswa itu …
Penduduk II :
Penduduk I :
CUT TO :
Scene – 007
Ananta :
Bagaimana Mas … kita sudahi ya permainan ini …? Aku sangat tidak ingin
melanjutkannya … sebab menang atau kalah .. kita sama-sama rugi … Dan
lagi.. kita initidak sepantasnya sok-sokan … berkelahi itu sudah bukan
jamannya lagi … ayo… kita saling bersatu sebagai sesama Arema….
Ya..ya… aku menyerah … kamu yang menang … Dan kamu benar … aku mau
pulang … silahkan lanjutkan perjalananmu …
Fakri :
Naryoso :
Siapa bilang aku menyerah …? Tadi itu aku cuma pura-pura menyerah … dan
pembalasan Naryoso akan jauh lebih menyakitkan … Lihat saja nanti …
Fakri :
Bagus … bagus … ! Itu baru namanya Naryoso … Sang Jagoan legendaris dari
Kampung Seribu Topeng ….
CAMERA ZOOM OUT PADA NARYOSO DAN FAKRI.
CUT TO :
Scene – 008
DARI ARAH KOTA MALANG .. JALAN MENUJU DESA WISATA SERIBU TOPENG
CUKUP HALUS KARENA SUDAH DIASPAL. SEBENARNYA HARI MASIH SIANG,
TETAPI KARENA DI LANGIT ADA MENDUNG YANG BERARAK TERBAWA ANGIN..
SUASANA SEPERTI SORE HARI. SEBUAH SEPEDAMOTOR YANG DIKENDARAI
OLEH ANANTA DENGAN MEMBONCENG UTARI MELUNCUR DI JALAN MENUJU
DESA ITU.. SUASANA YANG AKRAB DAN PENUH CANDA TAMPAK DARI DUA
SEJOLI YANG SEDANG BERBONCENGAN ITU.
Riska :
SISSOLVE TO :
Scene – 009
Riska :
Mit .. kamu itu sudah aku anggap sebagai adikku sendiri … kebetulan aku
memang tidak punya adik … Nah .., karena kamu sudah aku anggap sebagai
adik .. pasti kamu akan selalu membela aku, kalau aku diganggu orang..
Paramita :
Riska :
Paramita :
Riska :
Gini … kamu kan tetanggan sama si Utari anak Bakul Rujak Cingur itu …
Paramita :
Riska :
Dan kamu juga pasti tahu atau kenal dengan seorang pemuda ganteng yang
bernama Ananta…? Dia kan sering ke Kampung Seribu Topeng ….?
Paramita :
Betul …! Aku kenal dengan Mas Ananta … Dia sering kumpul-kumpul dengan
anak-anak Mahasiswa yang sedang KKN di kampung Seribu Topeng .. Memang
kenapa dengan Mbak Utari dan Mas Ananta …?
Riska :
Ananta itu pacar aku …. Dan Utari ingin merebut Ananta dari aku …
Paramita :
Kok bisa ….? Kan Mbak Riska lebih segala-galanya dari Mbak Utari … ? Mana
mungkin Mas Ananta lebih memilih Mbak Utari …?
Riska :
Tapi itu yang terjadi Mita …! Ananta lebih perhatian pada Utari ..
Paramita :
Riska :
Gini … mulai hari ini .. kamu harus jadi mata-mataku … kamu awasi terus
mereka berdua … misalkan saat Utari berangkat mengajar .. atau pulang
mengajar .. kalau kamu tahu Utari diantar atau dijemput Ananta .. segera
hubungi aku … ngerti …?
Paramita : ( NARATIVE )
Ini kesempatan … aku akan memanfaatkan tugas dari Mbak Riska … kebetulan
aku lagi butuh handphone ….
Riska :
Mita ….. ! Kok malah diam …? Kamu sanggup kan membantu aku …?
Riska :
Paramita :
Mau WA pakai apa Mbak ….? Aku kan nggak punya handphone …
Riska :
Ya Alloh …. Hari gini kamu nggak punya handphone ….? Tukang nyari
rongsokan aja punya … Apalagi bapak kamu kan juragan pemulung …. Masak
sih nggak bisa belikan Handphone buat kamu ….?
PARAMITA MENGGELENG
Riska :
Ya sudah … Nanti aku akan belikan handphone untuk kamu … tapi jangan
minta yang mahal ….
Paramita :
Riska :
Tapi ingat … handphone itu tidak gratis … harus kamu bayar dengan
melaksanakan tugas yang aku berikan kepada kamu ….
Paramita :
Beres Mbak ….
CUT TO :
Scene – 0010
P. Rahman :
Utari :
Bu Rahman :
ANDRI… ADIK KANDUNG UTARI YANG MASIH DUDUK DI KELAS III SEKOLAH
DASAR TEMPAT UTARI MENGAJAR .. YANG SEJAK TADI ASYIK MENGERJAKAN
TUGAS SEKOLAH .. TIBA-TIBA BERDIRI DAN SETENGAH BERTERIAK ….
Andri :
KONTAN SAJA SEISI RUMAH KAGET OLEH TERIAKAN ANDRI… SEISI RUMAH
MENOLEH PADA ANDRI…
Anita :
Ada apa sih Andri …. Aku sampai kaget … gak ada hujan ..gak ada angin ..
teriak kayak gitu … Kamu nggak tahu kalau aku lagi menghafal nih …?
Andri :
Ini buk… tadi aku lupa … aku dapat titipan dari seseorang ….
Bu Rahman :
Andri :
Uts …. Nggak boleh …! Titipan ini harus sampai ke alamatnya dengan aman
dan selamat … begitu tadi pesan seseorang itu …. Apalagi tadi aku sudah
dikasih upah …
Anita :
Kok Andri nggak bilang ke Mbak .. kalau dapat titipan… sudah dikasih uang
lagi … ! Mana … ? bagi-bagilah … Terus ..harus dikirim kemana titipan itu …?
P. Rahman :
Andri :
Ya jelas tahulah …
P. Rahman :
Andri :
Ya nggak perlulah ….
Bu Rahman :
Kok nggak perlu … ? Ayo cepat antarkan sekarang .. biar ditemani bapakmu..
Kamu harus bertanggungjawab kalau dititipi oleh orang..
ANDRI TERSENYUM-SENYUM
Andri :
Titipan itu untuk orang yang ada disini … alamatnya juga di rumah ini …
Utari :
Kamu ini apa-apaan sih Ndri …? Titipan apa …? Untuk siapa ….?
Andri :
Tuh orangnya … dan harus diterima langsung nggak boleh pakai perantara …
Andri :
Tari … aku ingin ketemu kamu … Ada sesuatu yang harus aku bicarakan ..
Penting …. Ananta
Utari :
Andri :
Tadi … waktu istirahat … Waktu itu aku keluar halaman mengambil bola yang
kutendang sampai keluar pagar sekolah .. Eh, tahu-tahu ada Mas Ananta …
Kemudian aku dipanggil.. dititipi kertas itu dan dikasih uang…
Anita :
Enak ya kamu … dikasih uang sama Mas Ananta …..! Pokoknya besok aku juga
mau minta uang ke Mas Ananta …
P. Rahman :
Andri :
Suap ….? Apa itu suap …? Aku tuh dikasih uang … bukan dikasih suap ….!
DISSOLVE TO :
Scene - 011
HARI ITU MEMANG MASIH BELUM SEBERAPA SIANG .. KIRA-KIRA MASIH JAM
SETENGAH SEPULUH .. TAPI DI WARUNG BU RAHMAN SUDAH TERLIHAT
ANTREAN PELANGGAN . PAN UP CAMERA PADA SEISI WARUNG DENGAN
PENGUNJUNG YANG VARIATIP ( ADA YANG MAKAN, MINUM, NGOBROL DSB ).
DIANTARA PENGUNJUNG WARUNG ITU, ADA SEORANG YANG BERNAMA CAK
ROKIM YANG SEDANG NGOBROL DENGAN PAK RAHMAN.
Cak Rokim :
Tumben … Pak Rahman mggak ke kebun tebu milik Juragan Burhan…? ( BICARA
PADA BU RAHMAN ) … Aku pesen rujak yo Bu … Lombok limo ae …. Memang
libur … atau meliburkan diri …?
P. Rahman :
Kebetulan hari ini nggak ada truck yang mau ngambil tebu … jadi aku disuruh
libur nggak usah nebang dulu …
Cak Rokim :
Pak Rahman itu bejo kemayangan banget lho … lha wong nduwe anak telu, kok
yo podho nurut-nurut…. Apalagi si Utari … wis rupane ayu … sopan … pinter..
Anak saya kan diajar oleh Utari di Sekolahnya Pak … wah,wah, wah … sueneng
lho … mulang karo nyambi kuliah ….
Bu Rahman :
Iyo Cak Kim … oleh pendonga sampeyan … anakku saiki mulang karo nyambi
kuliah … kan nggak bisa diangkat dadi guru negri , kalau nggak kuliah dulu ….
Cak Rokim :
Waduh, waduh ….. hebat rek …. Pak Rahman berarti nduwe dhuwik akeh ….
Atase mek tukang nebang tebu, iso nguliahno anak …
Bu Rahman :
Cak Rokim :
CUT TO :
Scene – 012
Bu Wulandari :
Ibu terkadang tidak habis pikir sama Utari itu … Anak secerdas dan serajin
dia .. malah nggak bisa melanjutkan kuliah …
Pak Burhan :
Iya … aku juga kagum sama anak Pak Rahman itu … nggak kayak si Riska …
sudah mahasiswa masih juga aleman … Belum bisa mendiri ..
Bu Wulandari :
Ya jangan gitu lah … bagaimanapun Riska itu anak kita satu-satunya lho …
Pak Burhan :
Ya mungkin itu penyebab Riska jadi muuuanjaaa banget … nggak punya adik …
Coba kalau dia punya adik … mungkin nggak semanja seperti sekarang ini …
Bu Wulandari :
Pak Burhan :
Nggak usah cemberut .. nanti pipi ibu malah jadi semakin nyempluk…
Bu Wulandari :
Siapa yang cemberut ….? Maksud ibu itu gini lho Pak … Utari itu harus kuliah ..
kalau enggak .. ya tidak mungkin di bisa diangkat jadi Guru Negri … Ibu sudah
beberapa kali menawarkan diri untuk membantu agar dia bisa kuliah dan kita
yang akan membeayai .. .. eh , dia selalu menolak …
Pak Burhan :
Bu Wulandari :
Katanya sih … dia nggak ingin membebani siapapun … kalau selama ini dia
sudah bisa mengajar di Sekolah yang ibu pimpin .. itu saja sudah merupakan
anugerah yang sangat luar biasa …
Pak Burhan :
Anak itu memang sangat tahu diri. Tapi ibu jangan putus asa .. terus saja beri
motivasi pada Utari untuk mau melanjutkan kuliah … Niatan kita baik kok …
Utari tidak akan bisa diangkat jadi Pegawai Negeri kalau tidak punya
kelayakan…. Minimal Sarjana Strata satu …
Bu Wulandari :
Sebaiknya bapak saja bicara sama Pak Rahman … biar nanti Pak Rahman yang
bicara sama Utari ….
Pak Burhan :
Aku setuju dengan pendapat ibu … Baiklah .. besok pagi bapak akan coba
bicara sama Pak Rahman … kebetulan besok sisa tebu kita harus ditebang
semua …..
INSERT :
DARI SALAH SATU SUDUT RUMAH ITU … RISKA TAMPAK SEDANG MENGUPING
PEMBICARAAN KEDUA ORANG TUANYA.
Riska :
Kenapa bapak dan ibu begitu perhatian terhadap Utari …? Aku tidak akan
membiarkan semua itu terjadi … Utari tidak boleh kuliah .. tidak boleh menjadi
sainganku di mata Ananta …..
CUT TO :
Scene – 013
Kok kamu ada disini Ananta … sedang apa …? Menunggu siapa ….?
Ananta :
Riska :
Kamu kok seperti nggak ada kerjaan … mending jalan sama aku yuk …
Ananta :
Maaf Ris … aku sudah terlanjur janji sama Utari untuk menjemput dia …
Riska :
Oh, ya ….? Begitu istimewakah Utari bagi kamu …? Padahal kamu tahu kan,
kalau aku sangat sayang sama kamu …
Riska :
Apa sih kelebihan Utari dibanding aku ….? Soal cantik … aku rasa, aku lebih
cantik dari Utari … apalagi soal status sosial … kurasa kita sederajat … Ayah
kamu seorang anggota legislative … ibu kamu adalah wanita karir… Ayahku
seorang pengusaha .. dan ibuku Kepala Sekolah … Kita selevel ..beda dengan
Utari….
Ananta :
Riska :
Bapaknya Utari itu Cuma kuli tebang di kebun tebu milik ayahku .. ibunya
Cuma penjual rujak … dan Utari sendiri bisa mengajar di sekolah ini karena
bantuan ibuku … Gak level kan kalau sama kamu …?
Ananta :
Ya pastilah ….! Status sosial orang itu akan menentukan harga dirinya ..
Ananta :
Riska :
Hari gini … Siapapun pasti akan dihormati karena punya kedudukan dan punya
uang … Makanya kamu itu cocoknya sama aku … bukan sama Utari …!
Ananta :
Bagiku … kehormatan itu tidak terletak pada pangkat, kedudukan dan materi ..
tapi dari diri kita sendiri yang bisa bersikap baik dan menghargai orang lain..
Riska :
Ananta :
Riska :
Okey …. ! Jemputlah Utari dan antar dia pulang ….! Nanti malam aku
menunggumu di Café yang akan aku tentukan nanti … Kalau kamu tidak
datang .. aku akan bikin hidup Utari jadi sengsara …
Ananta :
Riska :
DISSOLVE TO :
Scene - 014
Utari :
Kamu jangan masuk Ananta … kamu langsung pulang saja … lihat … ada mobil
si Riska … pasti dia sedang berbicara dengan ortuku …
Ananta :
Utari :
Ini juga sudah sampai rumah … ! Sekali lagi aku minta… kamu jangan ikut
masuk… Aku nggak enak sama Riska ….
Ananta :
Scene – 015
Riska :
Dengan siapa kamu pulang Ut ….? Dijemput Ananta ya ….? Enak ya kamu ….?
Sudah tahu kalau Ananta itu milikku … eh, main gebet aaja …! Kamu lupa ya ..
kalau kamu sudah berjanji untuk tidak dekat-dekat dengan Ananta …?
Utari :
Sabar dulu Ris … ini ada apa …? Kita bisa bicara baik-baik ….
Riska :
Ooooo…. Dengan kamu .. aku harus bicara baik-baik …? Dari dulu sebenarnya
aku sudah nggak suka sama kamu …! Kamu itu bisa ngaca nggak sih …? Lihat
doooong … kamu itu siapa … ? Apa pantas bersaing dengan aku ….?
Utari :
Riska :
Aku nggak memerlukan penjelasan dari kamu …! Asal kamu tahu … Aku adalah
orang yang selalu membuktikan kata-kataku …! Siapapun yang akan merebut
Ananta dari tanganku .. maka aku akan membuatnya menderita ….. Camkan
itu…..!
Bu Rahman :
Sabar ya sayang … dari tadi Mbak Riska marah-marah terus .. bahkan ibumu
ini juga ikut jadi sasaran kemarahannya …
Ibu tahu perasaanmu nak … Tapi ibu menginginkan kamu jangan terlalu larut
dalam kesedihan ini.
Utari :
Bu Rahman :
Kamu harus kuat … dan terus dekatkan dirimu pada Tuhan … mintalah selalu
kepadaNya … Alloh tidak akan membebani umatNya diluar batas
kemampuannya….
Utari :
Maafkan Utari ya Bu ….
Bu Rahman :
Ndhuk … nanti sore kamu harus ibu antar ke dokter … Ibu jadi merasa
khawatir … sakit apa sebenarnya kamu ….?
DISSOLVE TO :
Scene – 016
SORE HARI ITU KEBETULAN KLINIK TEMPAT PRAKTEK DOKTER IRAWAN YANG
BIASANYA SELALU RAMAI AGAK SEPI PASIEN. HANYA ADA BEBERAPA ORANG
YANG ANTRI …. DAN TAMPAK UTARI BERSAMA BU RAHMAN DI RUANG
TUNGGU, KEBETULAN NAMA UTARI ADA DALAM DAFTAR TERAKHIR PASIEN.
TIDAK SEBERAPA LAMA, SELURUH PASIEN SUDAH SELESAI BEROBAT, NAMA
UTARI DIPANGGIL … UTARI MASUK KE RUANG PRAKTER DOKTER IRAWAN
DIANTAR OLEH BU RAHMAN.
Bu Rahman :
Dokter Irawan :
Dokter Irawan :
Utari :
Dokter Irawan :
Astaghfirulloh hal adziim … saya minta maaf … tapi Demi Alloh… wajah Mbak
sangat mirip dengan Shyntia … Ya … mirip sekali ….! Ya cantiknya … ya postur
tubuhnya …. Sekali lagi saya minta maaf, kalau saya salah …
Utari :
Dokter Irawan :
Baiklah … apa yang menjadi keluhan … eh, maaf … yang sakit siapa … ibu ini
atau Mbak ini ….?
Bu Rahman :
Yang sakit anak saya dok … namanya Utari … saya hanya mengantarkan ….
Dokter Irawan :
Baik … sekarang coba ceritakan sakit apa yang diderita oleh Mbak Utari …..
Dokter Irawan :
Begini … menurut analisa saya … Mbak Utari ini memang memiliki kelainan
pada syaraf di belakang kepala … makanya sering pusing dan muntah-
muntah.. Dan ini tidak boleh diremehkan .. sebab bisa berakibat fatal kalau
salah dalam penanganannya …
Utari :
Dokter Irawan :
Bu Rahman :
Begini dok … dulu waktu anak saya ini masih berumur duabelas tahun … ia
pernah diramal oleh orang pintar … katanya anak saya sedang mengidap
penyakit kanker otak .. dan paling lama akan bertahan selama sepuluh tahun ..
padahal anak saya sekarang sudah berumur duapuluh dua tahun … itu
berarti…
Dokter Irawan :
Kok berdasarkan ramalan Bu ….? Yang meramalkan itu dokter atau bukan …?
Kalau dokter pasti ada dasar yang kuat berdasarkan analisa laboratorium….
Kalau soal umur.. itu hanya Tuhan yang punya kewenangan ….
Bu Rahman :
Dokter Irawan :
Untuk sementara akan saya beri obat .. dengan aturan minum sesuai yang
tertulis dalam bungkusnya … tetapi untuk selanjutnya … saya akan
konsultasikan dengan teman seprofesi saya yang memang memiliki spesialisasi
tentang syaraf.. Bagaimana Shyntia … eh, maaf .. maksud saya Mbak Utari..?
Utari :
Baiklah dok … saya akan menurut apa yang akan dokter lakukan … Cuma
jangan sampai beayanya mahal … sebab keadaan kami hanya pas- pasan
untuk makan sehari-hari …
Dokter Irawan :
Utari :
Begitu istimewa kah yang bernama Shyntia itu bagi dokter …? Eh, maaf dok ..
saya sudah lancing berani bertanya begitu …
Dokter Irawan :
Tidak perlu minta maaf … karena apa yang Mbak Utari katakan adalah benar ..
Shyntia sangat memiliki arti khusus dalam kehidupan saya …
Utari :
Bu Rahman :
Ya … kami permisi dulu … berapa yang harus saya bayar Pak Dokter …?
Dokter Irawan :
Untuk persoalan ini .. saya tidak ingin menerima bayaran dari ibu … hanya ..
kalau boleh … saya ingin minta nomor telephone Mbak Utari …
Utari :
Dokter Irawan :
UTARI MENGANGGUK ….
CUT TO :
Scene – 017
Bu Wulandari :
Riska … kenapa sih sikapmu masih seperti anak TK gitu ….? Sangat tidak pantas
kalau kamu melabrak Utari hanya gara-gara Utari kamu tuduh merebut
pacarmu yang bernama Ananta itu …
Riska :
Sampai kapan Ibuk akan terus membela Utari …? Sampai kapan Buk ….?
Bu Wulandari :
Utari itu anak baik … tidak mungkin dia melakukan hal seperti itu …!
Riska ;
Utari itu sudah jelas-jelas merebut Ananta dari Riska … apakah perempuan
seperti itu baik …? Bahkan .. Ibu sampai membeayai kuliah dia … ! Aku ini anak
ibuk yang seharusnya mendapatkan perhatian cukup …. Bukan Utari …!
Bu Wulandari :
Sebagai seorang Ibu yang telah melahirkan kamu … Ibu sudah menunaikan
kewajiban dengan sebenar-benarnya … Ibu Beri kamu kasih sayang ..
pendidikan yang baik … ibu ajari budi pekerti yang baik … Ibu juga belum
pernah membuat kamu menderita … segala kebutuhan kamu sudah ibu
penuhi.. Coba lihat di sekitarmu … Betapa banyak anak-anak seusia kamu yang
mengalami nasib kurang beruntung ….
Riska :
Itu urusan mereka Buk … ! Mereka mau sengsara atau tidak .. itu bukan urusan
Riska .. Juga bukan urusan Ibuk …. Termasuk si Utari itu …! Kenapa Ibuk begitu
peduli sama dia …? Bapaknya sudah jadi kuli kita … Utari sudah kerja atas
rekomendasi Ibuk …. Ibuk juga sudah membeayai kuliahnya … Kurang apa
lagi..?
Bu Wulandari :
Riska :
Pokoknya Riska tidak mau tahu … Mulai besok Utari harus Ibuk pecat dari
Sekolah … Dan Bapaknya Utari harus dipecat juga jadi kulinya Bapak … Biar
Utari ngerti .. bahwa berurusan dengan Riska akan membawa resiko besar ….
Scene – 018
YENNY DAN SUSI BERHENTI SEJENAK .. SAAT MELIHAT MITHA DARI KEJAUHAN..
YENNY MENAHAN LANGKAH SUSI ….
Yenny :
Susi :
Setuju Yen …. Aku tuh jengkel banget sama dia … kenapa dia menyuruh anak-
anak kampung kia yang jadi muridnya Mbak Utari disuruh nggak patuh dan
disuruh melawan kalau diajar Mbak Utari …
Yenny :
MITHA SAMASEKALI TIDAK SADAR BAHWA ADA DUA GADIS SEBAYANYA YANG
SEDANG MENCEGATNYA. DAN KETIKA JARAK DIANTARA MEREKA SUDAH AGAK
DEKAT … MITHA BARU TERSENTAK KAGET … KARENA YENNY DAN SUSI
SEDANG MENGHALANGI JALANNYA …
Mitha :
Yen …. Sus …. Ada apa kalian menghalangi jalanku …? Minggir …! Aku mau
lewat ….
Yenny :
Memang ini jalanan milik kamu …? Ini jalan umum … aku mau lewat .. jangan
menghalangi jalan …!
Susi :
Kalau merasa terhalang oleh aku dan Yenny … berputar sajalah … jangan lewat
sini …cari jalan lain …!
Mitha :
Kalian ini sebenarnya mau apa sih …? Aku merasa tidak ada persoalan dengan
kalian … Jangan cari gara-gara ….
Yenny :
Hai Mit …. Sebenarnya kamu yang selalu cari gara-gara … ! Kenapa kamu
mempengaruhi anak-anak yang sekolah di tempat Mbak Utari mengajar untuk
tidak patuh dan melawan Mbak Utari ….?
Mitha :
Susi :
Kamu lupa … kalau adikku adalah muridnya Mbak Utari …? Adikku bilang kamu
selalu menyuruhnya untuk melawan Mbak Utari kalau sedang diajar … Apa
maksudmu melakukan itu …?
Mitha :
Dengar ya … aku tidak suka dengan orang yang sok cantik dan sok merasa
pintar seperti Mbak Utari itu … kalau perlu biar dia dikeluarkan dari sekolah
itu.. Di Kampung ini … Banyak orang yang tidak suka dengan dia … sok alim ..
tapi sebenarnya hatinya jahat …
Yenny :
Kenapa kamu sampai berpikiran seperti itu …? Dan kenapa sampai segitunya
kamu membenci Mbak Utari …? Aku ini Pengurus Karang Taruna di Kampung
ini … dan Mbak Utari adalah ketuanya … Jelas aku membela dia ….
CUT TO :
Scene - 019
RUMAH PAK DHARSONO YANG CUKUP MEWAH ITU TERLIHAT SEPI. PAK
DHARSONO ( AYAHNYA NARYOSO ) … SAAT ITU SEDANG ASYIK BICARA DI
TELPON DENGAN SESEORANG …
P. Dharsono :
Ooooo… boleh.., boleh … Jeng Sri boleh nelpon saya setiap saat … kebetulan di
rumah saya nggak ada siapa-siapa ….
P. Dharsono :
Istri ….? Aku sudah lama hidup sendirian … Jomblo gitu lhooooh ….
Macak ciiiih ….? Kok gak cari pendamping ….? Gak kesepian ya ….?
P. Dharsono :
Soal kesepian … ya pastilah … masak pasti dong …? Tapi .. belum ada yang
cocok … belum ada yang sesuai selera ….
Itulah kalau terlalu banyak memilih …. Seleranya yang kayak apa sih …?
P. Dharsono :
Ya iyalaaaaah …. Masak iya doooong ….? Aku jadi penasaran nih mas ….
P. Dharsono :
Kalau penasaran … itu berarti ada perhatian ya … ? Orang yang sudah keriput
kayak saya …, masak sih masih ada yang mau …?
P. Dharsono :
P. Dharsono :
P. Dharsono :
P. Dharsono :
Udah dulu ya Jeng Sri … ada rekanan bisnisku yang datang … Nanti kita
ketemu di tempat biasa jam delapanan … oke….? Jangan nggak datang lho …
Aku benar-benar kecewa kalau Jeng Sri nggak datang… Bye ….!.
Kok sudah ditutup Hp nya ….? Terus ….! Terus rayu aja itu Jeng Sri….
P. Dharsono : ( NARATIVE )
Waduh …. Ciloko …. ! Si Bethet Sewu dadak wis njegegrek ono kene ….! Tapi
aku gak kurang akal … Dharsono … si raja gombal … mosok kalah karo bojo …
Bu Sunarsih :
Kenapa kok ndlilek aja kayak gitu ….? Koyok manuk engkuk sing kenek tulup …
Kenapa ….? Jeng Sri sopo maneh iku …? Penyakit nggombal kok gak mari-mari
se sampeyan iku ….? Aku iki wis sampeyan anggep matek ta …?
P. Dharsono :
Bu Sunarsih :
Gombaaaaal….! Aku iki sadar nek wis tuwek … wis elek … wis perot .. mulane
sampeyan bingung ae golek daun muda ….
P. Dharsono :
Oalah Sih …. Sih …! Molai manten anyar sampek saiki … bojoku itu lho Cuma
kamu …. Nek perkoro nggombal .. iku wis penggaweyanku … sebab Jeng Sri
ngono wong sing tajir … Aku arep disilihi modal kanggo kulakan sapi nang
Lumajang ….
Bu Sunarsih :
P. Dharsono :
Iki ngono jaman modern … ketemu soal opo ae .. opo maneh sol bisnis… pasti
ndhik Café… Kalau ketemuannya di rumah kita ini .. sido mbok kruwes tah …
lha wong aku maeng ngomong nek gak duwe bojo …
Bu Sunarsih :
Aku itu sudah terlalu sering sampeyan buat sakit hati … untung-untungan aku
nggak kurus kering karena ngenes …
P. Dharsono :
Yang namanya isteri itu tahunya Cuma nyadhong …. Minta duit belanja….
Untung aku ini bukan ASN yang punya jabatan …
Bu Sunarsih :
P. Dharsono :
Ya jelas korupsi …! Lha wong kamu kalau minta apa-apa pasti njiat … ! Coba
sekarang kamu lihat sendiri penampilan kamu … perhiasan sak pasar mbok
gawe kabeh …? Kamu itu mau kemana…?
Bu Sunarsih :
P. Dharsono :
Bu Sunarsih :
Ya semua orang biar tahu … kalau aku itu isterinya Mas Dharsono … orang
paling kaya di kampung kita ini …. Gengsi Mas …. Gengsi ….!
P. Dharsono :
Ngono tah ….? Yo wis nek ngono … memang orang harus tahu .. kalau aku itu
bukan orang sembarangan … meskipun hanya blantik sapi … tapi blantik yang
sukses…
Hei ….! Mlebu omah padhane mlebu kandhange wedhus ae … gak salam ….
seperti nggak pernah diajari sopan-santun… Mosok bapak embokmu sak mene
gedhene gak ketok le ….?
Naryoso :
Bu Sunarsih :
Kamu itu yo aneh … Sandang cukup … pangan cukup … dhuwik gak tau gak
nyekel … kurang apa lagi …? Sepeda montormu yo keluaran terbaru …. apa
masih kurang ….?
Naryoso :
Aku nggak mau debat …. Aku itu belum punya isteri sampai sekarang … Kok
bapak sama ibuk nggak pernah peduli ….?
P. Dharsono :
Kamu itu kan laki-laki yang sudah dewasa … Nggak bisa nyari sendiri… ? Apa
kamu itu belum punya pilihan …?
Naryoso :
Pilihan sih sudah ada … Cuma dia yang nggak mau sama aku … padahal aku
nggak akan pernah mau sama wanita lain selain dia ….
P. Dharsono :
Naryoso :
Ya dia tahu kalau aku anaknya bapak … lha wong rumahnya juga dekat
dengan kita … bahkan masih satu RW …
Bu Sunarsih :
Yang kamu maksud itu siapa namanya …? Siapa nama orang tuanya ….?
Naryoso :
P. Dharsono :
Oalaaaah … lha wong atase anake P. Rahman ae kok sampek nggak mau sama
kamu ….? P. Rahman itu Cuma kulinya Pak Burhan … Isterinya Cuma bakul
rujak …. Memang kamu sudah menyatakan cinta sama si Utari itu …
Naryoso :
Sudah …
P. Dharsono :
Naryoso :
Ya dia bilang nggak mau … katanya aku itu kurang ajar dan Cuma suka iseng
sama perempuan ….
Bu Sunarsih :
NARYOSO MENGANGGUK
Naryoso :
Bu Sunarsih :
Itu masalahnya ….! Perempuan itu nggak suka kalau cuma digoda-goda …
apalagi Utari itu kan guru ….
Naryoso :
Naryoso :
Aku sudah berusaha ngomong baik-baik .. tapi dia nggak mau nanggapi …
Sekarang yang kubutuhkan … aku bisa segera memiliki Utari …. Utari …. Ya …
hanya Utari yang kuinginkan …
P. Dharsono :
Naryoso :
Aku kepingin bapak segera melamar Utari …. ! Siapa tahu kalau bapak
ngelamar Utari …. Dia terus percaya bahwa aku benar-benar serius … Selama
ini Utari menganggap aku Cuma nggodain dia aja …
P. Dharsono :
Oalaaaaah … lha wong Cuma gitu aja kok repot …. Kan ada paribasan … anak
polah .. bopo kepradah …
Naryoso :
P. Dharsono :
Naryoso :
P. Dharsono :
P. Dharsono :
Nanti malam ….! Nanti malam Bapak mau ke rumah Utari untuk melamar …
Sebentar lagi bapak mau belanja untuk peningset …. Nek Ibukmu ngeboti
arisan, yo tak budhal dhewe…
Naryoso :
Itu baru seorang bapak yang baik hati dan bijaksana … Ngerti banget dengan
keinginan anak laki-laki yang Cuma satu-satunya ….
P. Dharsono :
DISSOLVE TO :
Scene – 020
P. Rahman :
Maaf Pak Dhar … seperti mimpi saja … malam ini panjenengan kerso bertamu
ke rumah saya … mimpi apa saya semalam ya ….?
Bu Rahman :
Bu Sunarsih :
Dan anehnya …. Sapi-sapi dan kambing-kambing itu nggak mau makan kalau
bukan Mas Dhar yang ngasih makan …
P. Rahman :
Alhamdulillah Pak Dhar … saya ikut senang mendengarnya … tapi kenapa Pak
Dhar membawa oleh-oleh segitu banyaknya ….? Saya dan isteri jadi bingung…
P. Dharsono :
Itu belum seberapa … nanti kalau urusan kita beres dan berakhir dengan
menyenangkan … apapun keinginan P. Rahman dan Bu Rahman akan saya
penuhi … ya … asal jangan minta Sapi berkepala monyet saja ..ha,ha,hahaha…
Bu Sunarsih :
Betul …. Asal untuk kebahagiaan anak … apapun akan kami lakukan … minta
apa saja pasti akan saya beri …
P. Rahman :
Maaf, Pak Dharsono … saya jadi semakin bingung … sebenarnya ada apa ini …?
P. Dharsono :
Oh, ya ..Pak Rahman … anak sampeyan itu kan tiga … yang satu Ning Utari ..
kemudian ada yang masih kecil-kecil dua orang .. kemana mereka …?
P. Rahman :
Ada … ada Pak …. ( PAK RAHMAN SEGERA MEMANGGIL ANDRI DAN ANITA )..
Andri … ! Anita …. ! Sini … keluarlah …..!
P. Dharsono :
Bu Sunarsih :
Lha terus …. Ning Utari mana …? Saya kok belum melihat dia dari tadi …
P. Rahman :
Utari masih ada pertemuan dengan anak-anak mahasiswa yang sedang KKN di
Kampung Wisata kita ini … tapi sebentar lagi pasti pulang … tadi dia bilang
sebelum jam delapan malam sudah pulang ….
CUT TO :
Scene - 021
Benar …. Acara kita ini harus sudah selesai sebelum jam delapan malam ..
sebab aku hanya diberi ijin oleh ortu Cuma sampai jam delapan malam. Nah…
sekarang yang perlu kita bahas adalah soal konsep. Sudah hampir satu tahun
tempat ini sepi dari pengunjung .. hal inilah yang harus kita carikan solusinya..
Ananta :
Yang harus menjadi pokok bahasan malam ini adalah Faktor Pendukung dan
Faktor Penghambatnya …. Karena untuk menciptakan sebuah Destinasi Wisata
yang bagus sangat dibutuhkan kesadaran masyarakat sekitarnya juga…
Mahasiswa I :
Mahasiswa II :
CUT TO :
Scene – 022
P. Dharsono :
Sebenarnya kedatangan saya ke rumah Pak Rahman ini mau melamar anak
sampeyan yang bernama Utari itu ….
Bu Rahman :
P. Dharsono :
Ya untuk anak saya …. Si Naryoso ….! Masak untuk saya …..? Utari itu belum
punya calon kan ….?
P. Rahman :
Menurut anggapan saya sih … Utari itu belum pernah cerita soal pacar…
apalagi calon … maklumlah anak sekarang… penuh rahasia …
P. Dharsono :
P. Rahman :
Kalau saya dan ibunya Utari tentu saja seneng andaikata jadi besan Pak Dhar ..
tapi dalam hali ini yang akan menjalani kan Utari … jadi sebaiknya kita tunggu
saja Utari pulang … nanti dia sendiri yang akan menjawab…
Utari :
Bu Rahman :
Tari … duduk saja dulu … ini kebetulan ada tamu … dan ibuk yakin kamu
kenal..Tamu kita ini perlu sama bapak dan ibu .. tapi kamulah yang ditunggu
dan menjadi penentu ….
P. Dharsono :
Waduh…waduh … lha wong si Utari sudah dewasa dan cantiknya kayak gini ..
pantes saja anakku kediiaaanan ora karuan …
UTARI TAMPAK SEDIKIT BINGUNG … NAMUN IA MEMBERANIKAN DIRI UNTUK
BERTANYA….
Utari :
P. Rahman :
Utari … P. Dhar ini datang ke rumah kita untuk melamar kamu … dan akan
dijodohkan dengan anak tunggalnya … pasti kamu juga sudah kenal …
Utari :
Betul …….
Utari : ( NARATIVE )
P. Rahman :
Utari …. Bapak minta kamu bisa memberikan jawaban pada Pak Dharsono …
sebab semua keputusan ada di tanganmu … kan kamu yang mau menjalani …
P. Dharsono :
Iya Ndhuk …. Malam ini saya harus dapat jawaban … sebab anak saya si
Naryoso sudah menunggu di rumah dengan penuh pengharapan … Diterima
kan …. Lamaran saya ini ….?
DENGAN TERLEBIH DAHULU MENATA PERASAANNYA.. UTARI MEMBERI
JAWABAN PADA PAK DHARSONO
Utari :
Begini Pak … saya ini kan harus berpikir dulu .. ini soal perjodohan .. soal rumah
tangga … jadi nggak mungkin saya langsung bisa menjawab …
P. Dharsono :
Utari :
Tapi maaf pak … saya belum bisa … Permisi .. saya masuk dulu …
P. Dharsono :
P. Rahman :
Ya … mau bagaimana lagi Pak … anak saya belum siap untuk berumahtangga…
P. Dharsono :
Yo wis … rupa-rupane antara saya sama sampeyan nggak jadi besanan … cekak
cukupe lamaranku iki ditolak yo …. ? Yo …ora opo-opo …. Nek ngono gawan-
gawanku maeng tak gowo mulih maneh … termasuk dhuwik sing tak kekno
anak-anak sampeyan maeng ….
P. Rahman :
P. Dharsono :
Kalau begitu saya pamit … Dan maaf … barang-barang ini terpaksa saya minta
kembali … lha wong lamaranku ditolak kok …..
DISSOLVE TO :
Scene – 023
P. Dharsono :
Sak umur-umur baru pisan iki aku digawe wirang uwong… Lha wong atase
nglamar wong gak gableg ae sampek ditolak …. Iki ngono sing sebel yo
awakmu Yos ….. Yos …! Dadi wong lanang gak enthos …! Aku kuwirangan ..!
Ngerti ….?
Naryoso :
Lha terus …. Mau siapa yang saya marahi ….? Anakku itu kan kamu ….?
Naryoso :
Anak Cuma satu … nggak bisa nuruti kemauannya … Katanya bapak itu hebat
selalu bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah …
P. Dharsono :
Kamu anggap bapakmu ini pegadaian …? Iya ….? Sebenarnya kurang apa sih
bapakmu ini …? Siapa sih yang nggak kenal bapakmu ini …? Mulai dari blantik
sapi… juragan besi tua … juragan tayub … juragan ludruk … juragan
campursari.. tandhak … sindhen …
Naryoso :
P. Dharsono :
Lha kenapa Utari nggak mau ketika kulamar …. ? Itu berarti Utari nggak
seneng sama kamu ….! Coba kalau bapak masih muda … Cinta ditolak … dukun
bertindak ….
Naryoso :
P. Dharsono :
Naryoso :
Scene - 024
SIKAP RISKA YANG AGRESIF DAN SIKAP ANANTA YANG AGAK CANGGUNG
DITAMPAKKAN SECARA VISUALISASI …
Riska :
Riska :
Nanta ….. kamu ngomong dong … jangan diem aja kayak gitu ….! Aku tuh
ngajak kamu ke tempat ini untuk seneng-seneng … bukan untuk perlombaan
diem ….
Ananta :
Ya ngomong apa ajalah … aku sebenarnya kan ingin tahu .. bagaimana sih
sebenarnya perasaan kamu ke aku ….?
Ananta :
Perasaan aku dari dulu ke kamu tetap sama …. Sejak kita masih sama-sama di
SMA … aku menganggap kamu sebagai sahabat … tidak lebih …
Riska :
Ya jangan gitu lah … aku tuh sudah terlanjur menjatuhkan pilihan ke kamu …
Bahkan orangtuaku juga sudah tahu …
Ananta :
Tapi aku sudah punya pilihan Ris … Aku sudah punya cinta … Cinta itu akan
terus aku pertahankan ..
Riska :
Kalau pilihan kamu itu Utari … kurasa kamu salah pilih …. Aku dan kamu itu
selevel … sedangkan Utari samasekali nggak sederajad dengan kita … Apa sih
yang kamu harapkan dari dia …?
Ananta :
Kenapa kata-kata itu selalu kamu ulangi ….? Aku mencintai Utari karena dia
memang pilihanku … aku tidak pernah memandang harta dan kedudukan
status sosialnya …. Bagiku Utari adalah perempuan yang sempurna …
Riska :
Ananta :
Riska :
Itu sudah keputusanku … Bagi aku.. Keputusan dalam hidup itu hanya sekali
dalam menjatuhkan pilihan ..
Riska :
Jadi aku samasekali nggak punya arti bagi kamu Nanta ….?
Ananta :
Siapa yang mengatakan kamu nggak punya arti bagiku …? Dari kecil kita sudah
sahabatan … otang tua kita juga sahabatan.. bahkan sedah seperti sudara… Itu
artinya kamu sangat berarti bagi aku …
Riska :
Tapi tidak untuk orang yang special dalam hati kamu kan …?
Ananta :
Di hati aku sudah ada Utari …tidak bisa terisi oleh orang lain …
Riska :
Oke … silahkan cintai Utari … tapi asal kamu tahu … bagi aku .. Utari adalah
merupakan duri dalam dagingku yang harus disingkirkan … Sekarang antarkan
aku pulang …. Atau aku pulang sendiri ….
CUT TO :
Scene – 025
Utari :
Murid :
Utari :
Putri Nareswari memiliki arti bahwa dari beliaulah .. kelak akan lahir Penguasa
– Penguasa di Tanah Jawa ….. Nah … setelah ini , perjalanan akan kita
lanjutkan ke Pasar Seni Bareng … disana kalian akan bisa melihat pembuatan
topeng….
DISSOLVE TO :
Scene – 026
MONTAGE :
DISSOLVE TO :
Scene - 027
“ Kamu sudah janji untuk tidak dekat-dekat dengan Ananta … Ingat .. kamu
ingkari janjimu … aku akan membuat kamu dan keluargamu menderita “
INSERT :
TIDAK JAUH DARI RUANG GURU YANG ADA DI SEKOLAH ITU … RISKA DAN
PARAMITA TERSENYUM MELIHAT KE ARAH UTARI …
DISSOLVE TO :
Scene - 028
Ananta :
Utari :
Ananta :
Utari :
Sudahlah Nanta … aku sudah tidak ingin lagi bicara apa-apa dengan kamu ..
Lebih baik kamu pulang … jangan mengikuti aku terus … dan jangan punya
keinginan untuk mengantar atau menjemputku lagi …
Ananta :
Apa-apaan ini Tari .. Kalau ada persoalan.. kenapa tidak kita bicarakan dengan
cara dewasa …? Kenapa harus dengan cara anak-anak seperti ini …?
Utari :
Ananta … aku memang ingin berbicara banyak padamu … tapi tidak sekarang
dan bukan di jalanan … Cepatlah tinggalkan aku … biarkan aku pulang sendiri ..
kecuali kamu memang menginginkan aku dan keluargaku menderita….
Ananta :
Utari … katakanlah … apa yang sebenarnya terjadi … Aku ingin tahu … kenapa
sikapmu mendadak berubah… Apakah kamu diancam Riska …?
Ananta :
Utari ……………!!!