Anda di halaman 1dari 65

FILM TELEVISI

“ KIDUNG CINTA KAMPUNG SERIBU TOPENG “

Cerita /Scenario : Suhardi

PREFACE SCENE OF CREDIT TITTLE :

OPENING

Ext. Jalan Raya di Kota Malang – pagi

PU CAMERA DIAWALI DENGAN KEMEGAHAN TUGU KOTA MALANG YANG


BERTULISKAN MALANG KUCECWARA… KEMUDIAN PADA GEDUNG-GEDUNG
PEMERINTAHAN .. INSTANSI … TAMAN KOTA .. HOTEL DAN KAWASAN CAGAR
BUDAYA YANG ADA DI KOTA MALANG …..

CUT TO :

Ext. Kawasan Wisata Kampung Seribu Topeng – pagi

YANG MULA-MULA TAMPAK DALAM GAMBAR ADALAH SUASANA TEDUH DAN


ASRI DI KAMPUNG WISATA SERIBU TOPENG. SEPASANG MUDA-MUDI
( ANANTA DAN UTARI ), PEMERAN UTAMA PRIA DAN WANITA DALAM CERITA
INI SEDANG BERJALAN BERGANDENGAN TANGAN SANGAT ROMANTIS.

KEMUDIAN TIBA-TIBA … UTARI MELEPASKAN TANGANNYA… IA BERLARI


MENINGGALKAN ANANTA YANG TERTEGUN TANPA BISA BERBUAT APA-APA..
ANANTA CUMA BISA MENATAP UTARI YANG MENINGGALKANNYA ……
EKSPRESI KEKECEWAAN TAMPAK SANGAT JELAS PADA WAJAH ANANTA.

UTARI TERUS BERLARI KE ARAH CAMERA… HAMPARAN JALAN SETAPAK ..


KERINDANGAN PEPOHONAN DI KANAN-KIRI JALAN.. MELATARBELAKANGI
LANGKAH-LANGKAH UTARI KE ARAH CAMERA SECARA SLOW MOTION.

KETIKA TELAH SAMPAI DI DEPAN CAMERA.. UTARI JATUH TERKULAI .. CU


CAMERA PADA WAJAHNYA YANG BERKERINGAT … TATAPAN MATANYA YANG
KOSONG .. BIBIRNYA YANG TIDAK MAMPU MENGUCAPKAN SEPATAH
KATAPUN.
DISINI SEBAGIAN CREDIT TITTLE MULAI DIMUNCULKAN
SEMENTARA DI BELAKANG UTARI YANG SUDAH TERKULAI LEMAH ITU..
TAMPAK ANANTA BERLARI MENYUSUL.. SESAMPAINYA DI TEMPAT UTARI
YANG JATUH DAN TERKULAI LEMAH ITU .. ANANTA BERUSAHA MERENGKUH
UTARI UNTUK DIAJAKNYA BERDIRI. NAMUN ANANTA TIDAK MAMPU
MENGANGKAT TUBUH UTARI YANG SESUNGGUHNYA SUDAH TIDAK MEMILIKI
DAYA APA-APA. BEBERAPA KALI ANANTA MENCOBA MENGANGKAT TUBUH
UTARI .. NAMUN ANANTA TIDAK PERNAH BERHASIL.

AKHIRNYA ANANTA DUDUK BERSIMPUH DISAMPING UTARI DALAM KEADAAN


PUTUS ASA. PELAHAN-LAHAN IA MEMBISIKKAN KATA-KATA KE TELINGA UTARI.

Ananta :

Tari … kenapa kamu mau meninggalkan aku …? Kenapa kamu ingin lari
sendirian tanpa mengajak aku …? Jujur Tari … aku tidak akan pernah
meninggalkan kamu sendirian … Aku selalu ingin mendampingi kamu,
kemanapun kamu melangkah .. Aku akan selalu mendampingi kamu dalam
keadaan suka dan duka …. Kamu dengar Tari ….?

UTARI, SEPERTINYA MENDENGAR JUGA KATA-KATA LEMBUT ANANTA YANG


BERSIMPUH DISAMPINGNYA ITU. BERKALI-KALI IA MENCOBA MEMBUKA
MATANYA.. NAMUN SELALU GAGAL. TETAPI KEMUDIAN BIBIR UTARI TERLIHAT
BERGERAK-GERAK … DENGAN TERPATAH-PATAH .. IA MENGUCAPKAN KATA-
KATA …

Utari :

Aku .. aku … aku tidak bisa Ananta ….

KETIKA UTARI SUDAH BERHASIL MEMBUKA KELOPAK MATANYA.. IA


TERBELALAK MELIHAT ANANTA BERSIMPUH DI SAMPINGNYA SAMBIL
MENITIKKAN AIR MATA. MELIHAT BAHWA UTARI SUDAH MAMPU MEMBUKA
MATANYA…. ANANTA MENCOBA HENDAK MERENGKUHNYA KEMBALI ..
NAMUN … TIBA-TIBA UTARI MAMPU BERDIRI DAN BERLARI … ANANTA SEGERA
SEGERA BANGKIT DAN MENYUSUL UTARI . SEPASANG SEJOLI ITUPUN BERLARI
BERKEJARAN MENJAUHI CAMERA. MEREKA BERLARI TERUS SEMAKIN JAUH
DARI CAMERA .. SAMPAI NAMPAK JAUH DAN KECIL … ANGIN GUNUNG YANG
MENGGOYANG-GOYANG PUCUK-PUCUK DEDAUNAN .. BAYANGAN DUA SEJOLI
ITU SEMAKIN MENGHILANG … UNTUK SESAAT.. CAMERA MASIH BERMAIN-
MAIN DENGAN KEINDAHAN PANORAMA DI AREA KAMPUNG WISATA SERIBU
TOPENG .. KEMUDIAN BAYANGAN DUA SEJOLI ITU MUNCUL KEMBALI .. DARI
KECIL..REMANG-REMANG … DAN SEMAKIN LAMA SEMAKIN JELAS …. UTARI
DAN ANANTA BERJALAN BERIRINGAN ….

FADE UP :

“ KIDUNG CINTA KAMPUNG SERIBU TOPENG “


CUT TO :

Scene – 001

Ext. Jalan Setapak di Area Wisata Kampung Seribu Topeng - pagi

KAMERA LS PADA SEORANG WANITA YANG BERJALAN HENDAK MELEWATI


JALAN SETAPAK ITU….. SEMAKIN DEKAT DENGAN CAMERA, TAMPAKLAH
BAHWA WANITA ITU BERWAJAH CANTIK, BERPOSTUR SEMAMPAI.. BERKULIT
KUNING LANGSAT DENGAN USIA KIRA-KIRA 22 TAHUN YANG BERNAMA UTARI
MUSTIKAWATI ( PEMERAN UTAMA WANITA DALAM CERITA INI ).

SEMENTARA DARI ARAH BERLAWANAN .. CAMERA LS PADA SESOSOK LAKI-LAKI


BERNAMA NARYOSO, YANG RUPANYA MEMANG SENGAJA MENGHADANG
UTARI.

TATAPAN MATA NARYOSO SEPERTI TERPAKU PADA SOSOK WANITA YANG


AKHIR-AKHIR INI SANGAT DIGANDRUNGINYA … KEMUDIAN BIBIRNYA MULAI
TERSENYUM … DARI MULUTNYA TERDENGAR SUARA NYANYIAN , AWAL BAIT
LAGU LUNGITING ASMORO.

Naryoso :

Seprene nggonku ngenteni janji …

Janji prasetyaning ati …

Aku tresno mring sliramu … duh wong ayu …

Ra iling dino lan wektu ….


UTARI TETAP MEALANJUTKAN PERJALANANNYA, SEOLAH TIDAK PEDULI
DENGAN KEISENGAN NARYOSO DAN TEMAN-TEMANNYA ….. KETIKA UTARI
SUDAH BERJARAK AGAK DEKAT , NARYOSO MULAI MENGGODANYA….

Naryoso :

Kenapa jalan kaki cantik …? Nggak naik gojek ..? Nggak punya uang …..?

UTARI TETAP TIDAK MEMPEDULIKAN TEGURAN NARYOSO. DAN NARYOSO


MELANJUTKAN KEISENGANNYA..

Naryoso :

Coba tadi cantikku WA mas machomu ini … dijamin akan aku jemput gak pakai
telat… aman sampai rumah …. Pakai ditraktir bakso lagi ….

UTARI TETAP TIDAK BEREAKSI … KEMUDIAN TANGAN NARYOSO MERAIH


TANGAN UTARI ….

Naryoso :

Kok lebay gitu …? Apa aku kurang baik dengan tawaranku tadi …?

UTARI MENATAP NARYOSO DENGAN PANDANGAN PENUH KEBENCIAN …

Utari :

Lepaskan tanganku …! Jangan kurang ajar …!

Naryoso :

Kok kurang ajar …? Mas Yos mu ini tergila-gila sama kamu … makanya nggak
tega melihat kamu jalan kaki sampai keringetan gitu ….

Utari :

Sekali lagi …lepaskan tanganku sebelum aku berteriak …!

Naryoso :

Kenapa harus berteriak …? Sebentar lagi aku akan melamar kamu … Siang dan
malam aku selalu melamunkan kamu … wajahmu yang cantik .. sikapmu yang
lembut dan postur tubuhmu yang semampai … membuat aku ….
Utari :

Membuat aku semakin muak mendengar rayuan gombalmu … Lepaskan


tanganku …!

SEBENARNYA NARYOSO MASIH INGIN MENGOBRAL RAYUAN PADA GADIS


PUJAANNYA ITU …. NAMUN DARI JAUH CAMERA MENYOROT SEORANG LAKI-
LAKI YANG MENGENDARAI SEPEDAMOTOR TENGAH MENUJU KE ARAH
MEREKA. SESAMPAINYA DI DEPAN NARYOSO DAN UTARI, LAKI-LAKI ITU
SEGERA MENSTANDART MOTORNYA. KEMUDIAN DENGAN TENANG LAKI-LAKI
YANG BERNAMA ANANTA ITU BERBICARA PADA UTARI … BERSAMAAN
DENGAN TANGAN NARYOSO YANG MELEPASKAN CENGKERAMANNYA PADA
PERGELANGAN TANGAN UTARI.

Ananta :

Ada apa Tari … ? Apakah laki-laki ini bersikap kurang sopan sama kamu ?

Utari :

Tidak … tidak apa-apa … ayo antar aku pulang Nanta ..

SEOLAH-OLAH TIDAK TERJADI APA-APA … ANANTA SEGERA MENGHAMPIRI


MOTORNYA … MENSTATERNYA .. SEMENTARA UTARI SUDAH BERADA DI
BELAKANG MOTOR ANANTA DAN SUDAH SIAP-SIAP HENDAK NAIK KE
BONCENGAN MOTOR ANANTA, SAAT ITULAH NARYOSO BERTERIAK …

Naryoso :

Hai Mahluk Planet … enak saja kamu mengganggu keasyikanku … !

MASIH DUDUK DIAATAS JOK MOTORNYA, ANANTA MENYAHUT

Ananta :

Ada apa Mas ….? Masih mau mengganggu perempuan yang jelas-jelas tidak
suka sama sampeyan …?

Naryoso :

Kurang ajar ….! Turun kamu dari motormu …!

DENGAN TENANG .. ANANTA SEGERA TURUN DARI MOTORNYA …


Ananta :

Ada apa Mas… aku sudah turun sekarang ….

Naryoso :

Jangan sok jagoan kamu ya … aku tahu .. kamu anak seorang yang cukup
punya pengaruh di Malang ini … tapi kali ini kamu berurusan dengan Naryoso,
jagoan desa yang tidak pernah takut dengan siapapun …

Ananta :

Termasuk tidak takut pada dosa , ketika mengganggu orang lain dan membuat
orang lain ketakutan ..?

Naryoso :

Tutup mulutmu … tinggalkan tempat ini dan biarkan Utari bersamaku .. atau
kepalan tanganku ini yang akan membuat benjol kepalamu …

Ananta :

Aku memang bukan jagoan mas … tapi aku memilih yang kedua … seperti apa
sih kerasnya kepalan tangan Mas Jagoan …?

DENGAN EMOSI YANG SUDAH MEMUNCAK … NARYOSO SEGERA MENYERANG


ANANTA DENGAN MEMBABI BUTA . NAMUN ANANTA ADALAH PEMEGANG
DAN III SABUK HITAM PADA PERGURUAN KARATE DI KOTA MALANG ..
SEHINGGA TANPA KESULITAN SEDIKITPUN, ANANTA MAMPU MELUMPUHKAN
NARYOSO, NAMUN SANGAT TERUKUR DAN TIDAK MEMBAHAYAKAN JIWA
NARYOSO. MELIHAT NARYOSO SUDAH MERINGIS KESAKITAN DAN SUDAH
TIDAK BERNIAT MELANJUTKAN SERANGANNYA, ANANTA SEGERA
MENGHAMPIRI MOTORNYA DAN MEMBERI ISYARAT PADA UTARI UNTUK
SEGERA MENINGGALKAN TEMPAT ITU.

NARYOSO MEMANDANGI KEPERGIAN DUA SEJOLI ITU SAMBIL MENGUMPAT ..

Naryoso :

Kurang ajar … ! Belum pernah ada yang mempermalukan aku seperti ini …
untung saja nggak ada yang melihat …. Awas kamu sompret …! Aku akan
membuat perhitungan dengan kamu….!
DISSOLVE TO :

Scene – 002

Ext. Sebuah tempat teduh di area Wisata – siang

Pemain : Utari – Riska

TAMPAKKAN DALAM GAMBAR , UTARI DAN RISKA YANG SEDANG MENIKMATI


SUASANA SANTAI DI SEBUAH TEMPAT WISATA KAMPUNG SERIBU TOPENG.
BCU CAMERA PADA MEREKA YANG TAMPAK SEDANG BERBINCANG SERIUS.

Riska :

Aku tuh heran dengan jalan pemikiran kamu Tari … hari gini malah bercita-cita
jadi guru … Gak salah …? Kalau Cuma butuh kerja .. kan bisa di Café-café .. Mall
– mall – Sales … yang penting kan bisa dapat duit .. Wajah kamu itu cantik lho
Tari … ya meski tidak secantik aku sih …

Utari :

Tapi aku memang sangat ingin menjadi guru .. ya .. meskipun saat ini masih
honorer… Mau kerja apa lagi … Ijasahku Cuma SMA … mau melanjutkan kuliah
nggak punya beaya … lumayanlah bisa jadi guru honorer…

Riska :

Apalagi Cuma guru honorer…. Berapa honornya …? Paling-paling Cuma


Llimaratus ribu sebulan …. Bisa dipakai beli apa Tari …? Buat transport kamu
aja masih nombok …

Utari :

Gapapa Ris … itung-itung cari pengalaman .. kebetulan Ibumu adalah Kepala


Sekolah… beliau yang menawari aku menjadi guru di sekolah itu..Tentu saja
aku sangat senang menerima tawaran beliau…

Riska :

Dulu aku juga disuruh ibu Kuliah di Keguruan .. tapi aku nggak mau .. Aku
punya cita-cita sendiri …Biar ibuku saja yang jadi guru… Pekerjaan apa tuh
guru …. ?
Utari :

Ya jangan meremehkan Profesi guru gitu … bagaimanapun juga .. pinternya


bangsa ini kan sebagian karena jasa guru juga …

Riska :

Suka-suka kamu ajalah .. yang penting jangan macam-macam .. karena bos


kamu sekarang adalah ibuku ….

Utari :

Macam-macam gimana …?

Riska :

Pakai nanya lagi ….! Itu masalah si Ananta … kamu jangan coba-coba deketin
dia .. aku naksir banget sama dia …

Utari :

Ngancem nih …?

Riska :

Ya tergantung kamu …..

Utari :

Tergantung bagaimana , sahabatku yang cantik ….?

Riska :

Aku kuliah di Surabaya … sementara kamu di desa ini …. Itu artinya .. kamu
banyak kesempatan untuk ketemu sama Ananta … Sementara aku … mungkin
sebulan sekali baru bisa pulang .. nah banyak kemungkinan yang bisa terjadi..

Utari :

Ris … aku ini bisa ngaca … Bapakku itu Cuma kuli tebang tebu di kebun milik
ayahmu.. meskipun bapakku adalah orang kepercayaan ayah kamu …
sementara aku bekerja karena jaminan ibu kamu …. Ananta itu anak orang
penting di kota ini … Dia itu lebih pantas sama kamu …
Riska :

Makanya jangan coba-coba akrab sama Ananta .. Kalau suatu saat aku sampai
tahu bahwa antara kamu dan Ananta ada apa-apa … aku akan membuatmu
menderita ….

Utari :

Kok serem banget ancamannya ….?

DISSOLVE TO :

Scene – 003

Ext/Int. Rumah/ Warung P. RAHMAN ( Ayah Utari ) – sore

TAMPAKKAN DALAM GAMBAR.. UTARI BERLARI MENUJU RUMAHNYA SAMBIL


MENAHAN RASA SAKIT DI KEPALANYA. BU RAHMAN, ( IBUNYA UTARI )
MERASA HERAN MELIHATNYA. SETELAH SAMPAI DI DALAM RUANG TAMU
YANG TAMPAK SANGAT SEDERHANA, UTARI DUDUK TERKULAI LEMAS SAMBIL
MEMEJAMKAN MATANYA. KEMUDIAN ANDRI DAN ANITA ( ADIK-ADIKNYA
UTARI ) DATANG MENGHAMPIRI.

Anita :

Mbak Tari kenapa ….?

Utari :

Mbak Tari nggak kenapa-napa kok … tolong ambilkan air putih ya sayang …

Anita :

Iya Mbak … sebentar … tunggu ya … Nita akan segera ambil air putih untuk
Mbak Tari …

ANDRI .. ADIK LAKI-LAKINYA DUDUK DISAMPING UTARI SAMBIL MENATAP


KAKAKNYA PENUH KEKHAWATIRAN. TAK LAMA KEMUDIAN BU RAHMAN
MUNCUL DARI ARAH WARUNG.

Bu Rahman :

Kamu kenapa Tari …. ? Mukamu kelihatan pucat … Sakit ….?


Utari : ( BERUSAHA MENUTUPI SAKITNYA )

Nggak apa-apa Buk… Tari cuma kecapaian saja.. habis jalan-jalan sama Riska.

Bu Rahman :

Apa tadi pulang nggak bareng sama Riska …

Utari :

Tidak Buk … tadi Riska langsung pergi bersama teman-teman yang lain ..

Bu Rahman :

Ya sudah … istirahat saj dulu ya … ibu ambil air hangat untuk kamu …

Utari :

Tidak usah Buk … tadi Nita sudah saya suruh ngambilkan … Ibuk di warung
saja.. kasihan kalau ada orang yang mau beli rujak ..

BU RAHMAN SEGERA KEMBALI KE WARUNG … KEMUDIAN ANITA DATANG


DENGAN MEMBAWA SEGELAS AIR. UTARI SEGERA MEMINUMNYA PELAHAN-
LAHAN … TAMPAK SEKALI BAHWA UTARI MEMANG SEDANG SAKIT ..

CUT TO :

Scene - 004

Int. Rumah Pak Sakur – pagi

Pemain : Pak Sakur – Bu Sakur – Paramita ( Anak tunggal P. Sakur ).

PAK SAKUR ADALAH SEORANG JURAGAN PEMULUNG YANG CUKUP DISEGANI


DI KAMPUNG WISATA SERIBU TOPENG, DISAMPING ITU PAK SAKUR DISEGANI
OLEH MASYARAKAT KARENA DIANGGAP TOKOH ( SESEPUH ) YANG CUKUP
BIJAKSANA DAN SANGAT SANTUN TERHADAP SIAPAPUN.

FS CAMERA PADA SUASANA SARAPAN PAGI YANG PENUH KEAKRABAN.

SETELAH SELESAI SARAPAN PAGI BERSAMA, .. BU SAKUR SEGERA MERAPIKAN


MEJA MAKAN, SEMENTARA PAK SAKUR DAN PARAMITA TAMPAK SEDANG
NGOBROL – NGOBROL RINGAN.
Paramita :

Pak … apakah keadaan kita ini bisa berubah ya … maksud Mita ..apakah kita
nanti bisa jadi kaya …?

Pak Sakur :

Mensyukuri nikmat Alloh itu adalah perbuatan yang sangat terpuji .. sebab
dengan selalu bersyukur … nikmat itu akan ditambah terus … sebaliknya…
kalau kita mengkufuri nikmat .. maka ada siksa Alloh yang sangat pedih …

Paramita :

Apa sih maksud kata-kata bapak ..? Kita harus syukur yang seperti apa lagi..?

PAK SAKUR KAGET MENDENGAR UCAPAN ANAK GADISNYA ITU.

Pak Sakur :

Astaghfirrulloh hal adziim …! Apa kamu lupa pada nasehat P. Ustadz kalau
sedang mengikuti pengajian …? Setiap saat kita selalu dinasehati untuk selalu
bersyukur atas segala nikmat yang telah Tuhan berikan pada kita ..

Paramita :

Tapi kalau nasehatnya itu-itu terus … Mita jadi capek mendengarnya … Di


Majelis Taklim .. di sekolah waktu pelajaran agama .. nasehatnya juga begitu..

Pak Sakur

Itu memang nasehat yang harus disampaikan .. semua agama pasti


menganjurkan agar manusia selalu pandai bersyukur…….

Baik… sekarang kamu harus jujur .. apa kamu merasa malu punya bapak
seorang pemulung.. ?

PARAMITA TAMPAK BINGUNG MENDENGAR PERTANYAAN BAPAKNYA

Paramita :

Kok bapak nanya gitu …?

PAK SAKUR MENATAP TAJAM PADA ANAK GADISNYA ITU


Pak Sakur :

Terus .. bapak harus nanya apa ke kamu …? Kamu tadi nanya…. apa kita bisa
jadi orang kaya ..? Tidak ada yang mustahil di hadapan Tuhan … Orang kaya
bisa mendadak jadi miskin .. orang miskin bisa juga berubah menjadi kaya …
kalau Tuhan yang menginginkan …

Paramita :

Sebenarnya aku kepingin seperti Mbak Riska …

Pak Sakur :

Jangan berharap yang melampaui kekuatan … Antara keluarga kita dan


keluarga Mbak Riska itu sangat berbeda … dan perbedaan itu sangat jauh…

Paramita :

Wajar sajalah , kalau Mita kepingin seperti dia ….

MENDENGAR KATA-KATA ANAK SEMATA WAYANGNYA, BU SAKUR SEGERA


KELUAR DARI DAPUR DAN MENGHAMPIRI PARAMITA …

Bu Sakur :

Astaghfirloh… Mita …. Rejeki setiap orang itu berbeda nak .. kalau setiap hari
kita masih bisa makan, kamu bisa jajan … kamu bisa beli handphone dan bisa
naik motor ke sekolah … itu sudah suatu nikmat yang luar biasa … ketahuilah
nak .. dulu bapak dan ibumu ini hanya pemulung jalanan yang tidak
mempunyai tempat tinggal tetap .. kemudian ayahnya Mbak Riska menolong
membawa bapak dan ibumu ke tempat ini.. Kamu masih ingat kan ..? Sewaktu
umurmu masih 7 tahun … kamu ikut bapak dan ibuk mencari barang-barang
rongsokan di jalan dengan membawa becak …?

Pak Sakur :

Tujuan Ayahnya Mbak Riska membawa kita ke tempat ini, agar nasib kita bisa
berubah .. dulu bapak seorang pemulung … sekarang bapak kan sudah menjadi
juragan pemulung … Kenapa mendadak kamu kepingin seperti Mbak Riska ..

PAK SAKUR MENGGELANG-GELENGKAN KEPALANYA SAMBIL BIBIRNYA


BERDECAK-DECAK
Paramita :

Karena Mbak Riska kaya dan cantik .. cowok-cowok banyak yang naksir …
sedangkan aku yang Cuma anak pemulung …

Bu Sakur :

Stop…stop…. Stop Mita …! Itu namanya kamu sirik… Rejeki jodoh dan mati itu
sudah diatur Alloh Swt … Kita tidak boleh iri dengan keberuntungan orang lain..

CUT TO :

Scene – 005

Ext. Sebuah Jalan di luar Desa – siang

Pemain : Naryoso – Fakri – Ananta

TAMPAKKAN DALAM GAMBAR , ANANTA YANG SEDANG BERHADAPAN


DENGAN NARYOSO DAN FAKRI. SUASANA TAMPAK SANGAT TIDAK
BERSAHABAT. NARYOSO BERTOLAK PINGGANG DENGAN MATA MELOTOT
PADA ANANTA… SEMENTARA FAKRI TERSENYUM-SENYUM MENUNGGU APA
YANG AKAN TERJADI. DENGAN SIKAP YANG TENANG ANANTA MENGHADAPI
NARYOSO YANG SUDAH TAMPAK SANGAT EMOSI.

Naryoso :

Sengaja aku menunggumu di tempat ini … aku ingin membalas kekalahanku


tempo hari .. agar kamu berpikir untuk tidak mendekati Utari …

Ananta :

Sebenarnya diantara kita tidak ada permusuhan .. kenapa mas-mas ini


sepertinya menyimpan dendam terhadap saya …?

Fakri :

Memang bagi kamu tidak ada persoalan .. tapi bagi kami ada .. ! Sejak kamu
sering ke Kampung Seribu Topeng.. Utari jadi acuh tak acuh pada Naryoso…

Ananta :

Tapi antara Utari dengan saya tidak ada hubungan yang istimewa …
Naryoso :

Kemarin kamu boleh membuat aku terjatuh .. karena kakiku memang


terpeleset … tapi kali ini ganti aku yang akan membuat kakimu lumpuh dan
tidak bisa datang ke Kampung ini lagi..

Ananta :

Sebenarnya kedatanganku ke Kampung Seribu Topeng ini untuk mengunjungi


teman-teman kuliahku yang sedang melaksanakan KKN di sini .. karena kami
akan selalu diskusikan bagaimana caranya mengembangkan Wisata secara
professional ..

NARYOSO TERSENYUM SINIS

Naryoso :

Sudahlah … ayo kita lanjutkan permainan yang kemarin …

Ananta :

Aku tidak ingin berantem .. tapi aku boleh dan wajib membela diri …

Naryoso :

Bagus …! Itu jawaban seorang laki-laki … Di Desa ini tidak ada yang berani
melawan aku … dan aku belum pernah kalah dalam berkelahi …

Ananta :

Aku justru tidak pernah berkelahi ..tapi tidak pernah takut ketika digertak
orang… Sampeyan mau berkelahi satu lawan satu dengan saya atau mau main
keroyok…?

Fakri :

Kamu pikir aku mau main keroyok …? Aku cuma jadi saksi.. sekaligus akan
menggotongmu ke Rumah Sakit, kalau kamu benar-benar sudah terkapar ….

Ananta :

Baik … dengan terpaksa aku melayani tantangan kalian …tapi bukan karena
rebutan seorang perempuan yang bernama Utari ….
Naryoso :

Kita berkelahi secara jantan … siapa yang kalah harus segera menyerah ..
sebab aku tidak ingin ada yang mati diantara kita….

ANANTA SEGERA BERSIKAP WASPADA MENJAGA SEGALA KEMUNGKINAN.


SEMENTARA NARYOSO SUDAH BERAKSI LAYAKNYA SEORANG PETINJU YANG
SIAP MENERKAM LAWANNYA …

PERKELAHIAN TIDAK BERLANGSUNG LAMA .. KARENA ANANTA YANG


SEBENARNYA MEMANG CUKUP TERAMPIL DALAM HAL BELA DIRI SUDAH
MAMPU MENGUNCI NARYOSO DAN MEMATIKAN SEMUA GERAKANNYA …

CUT TO :

Scene – 006

Ext. Sudut lain dari Jalan di luar Desa – siang

Pemain : Penduduk I – Penduduk II

DI SUDUT LAIN JALAN DI LUAR DESA ITU … DARI TEMPAT YANG AGAK JAUH
DAN TERHALANG OLEH PEPOHONAN, BEBERAPA PASANG MATA TERNYATA
IKUT MENYAKSIKAN ADEGAN DUEL ANTARA ANANTA MELAWAN NARYOSO
YANG DITEMANI OLEH FAKRI. SALAH SATU DIANTARA MEREKA ADA YANG
MENTERTAWAKAN NARYOSO…

Penduduk I :

Nah … sekarang si Koboy Kampung itu kena batunya … ternyata belum sampai
beberapa menit … dia sudah nggak berdaya oleh anak mahasiswa itu …

Penduduk II :

Ya …. Sekali-sekali biar tahu rasanya dipecundangi … biar nggak sesumbar


terus dan sok jagoan …..

Penduduk I :

Ya … mudah-mudahan kejadian ini bisa membuat dia kapok..

CUT TO :
Scene – 007

Ext. Sebuah Jalan di Luar Desa – siang

Pemain : Ananta – Naryoso - Fakri

SETELAH NARYOSO SUDAH TIDAK DAPAT BERGERAK LAGI.. ANANTA SEGERA


MENANYAI NARYOSO..

Ananta :

Bagaimana Mas … kita sudahi ya permainan ini …? Aku sangat tidak ingin
melanjutkannya … sebab menang atau kalah .. kita sama-sama rugi … Dan
lagi.. kita initidak sepantasnya sok-sokan … berkelahi itu sudah bukan
jamannya lagi … ayo… kita saling bersatu sebagai sesama Arema….

Naryoso : ( DENGAN MERINGIS KESAKITAN )

Ya..ya… aku menyerah … kamu yang menang … Dan kamu benar … aku mau
pulang … silahkan lanjutkan perjalananmu …

ANANTA MELEPASKAN KUNCIANNYA PADA NARYOSO… KEMUDIAN


MENYALAMI NARYOSO … FAKRI TAMPAK BINGUNG DAN MALU … TAPI SEGERA
MENYAMBUT ULURAN TANGAN ANANTA YANG MENYALAMINYA….

SETELAH ITU ANANTA SEGERA MENINGGALKAN TEMPAT ITU.. NARYOSO DAN


FAKRI MEMANDANGI KEPERGIAN DUA ANANTA ….

Fakri :

Kamu sudah menyerah pada pemuda itu Yos …?

Naryoso :

Siapa bilang aku menyerah …? Tadi itu aku cuma pura-pura menyerah … dan
pembalasan Naryoso akan jauh lebih menyakitkan … Lihat saja nanti …

FAKRI MENEPUK-NEPUK PUNDAK SAHABATNYA ITU

Fakri :

Bagus … bagus … ! Itu baru namanya Naryoso … Sang Jagoan legendaris dari
Kampung Seribu Topeng ….
CAMERA ZOOM OUT PADA NARYOSO DAN FAKRI.

CUT TO :

Scene – 008

Ext. Jalan Beraspal menuju Desa – siang

Pemain : Ananta – Utari - Riska

DARI ARAH KOTA MALANG .. JALAN MENUJU DESA WISATA SERIBU TOPENG
CUKUP HALUS KARENA SUDAH DIASPAL. SEBENARNYA HARI MASIH SIANG,
TETAPI KARENA DI LANGIT ADA MENDUNG YANG BERARAK TERBAWA ANGIN..
SUASANA SEPERTI SORE HARI. SEBUAH SEPEDAMOTOR YANG DIKENDARAI
OLEH ANANTA DENGAN MEMBONCENG UTARI MELUNCUR DI JALAN MENUJU
DESA ITU.. SUASANA YANG AKRAB DAN PENUH CANDA TAMPAK DARI DUA
SEJOLI YANG SEDANG BERBONCENGAN ITU.

DARI ARAH BERLAWANAN … MELUNCUR PULA SEBUAH MINI BUS … KEDUA


KENDARAAN LAIN JENIS ITUPUN BERPAPASAN … SEPEDA MOTOR ANANTA
DAN UTARI TERUS BERJALAN … SEMENTARA MOBIL MINI BUS MENEPI DAN
BERHENTI …. KACA MOBIL TERBUKA .. TAMPAKLAH SERAUT WAJAH
PEREMPUAN CANTIK YANG MELIHAT KE ARAH SEPEDA MOTOR YANG BARU
SAJA BERPAPASAN DENGANNYA… PEREMPUAN ITU BERNAMA RISKA…
SAHABAT UTARI .. ANAK PAK BURHAN … ORANG YANG PALING DISEGANI DI
DESA ITU.

Riska :

Utari …. Berani-beraninya dia berboncengan dengan Ananta …. Awas kamu ..!

KACA MOBIL MINI BUS ITU MENUTUP KEMBALI … DAN MELANJUTKAN


PERJALANAN.

SISSOLVE TO :

Scene – 009

Int. Sebuah Café di luar Kampung Seribu Topeng – siang

Pemain : Riska - Paramita


FULL SHOOT CAMERA PADA SUASANA DALAM CAFÉ…. DAN DIANTARA
BEBERAPA PENGUNJUNG .. CAMERA BCU PADA RISKA DAN PARAMITA YANG
TAMPAK SEDANG BERBINCANG SERIUS.

Riska :

Mit .. kamu itu sudah aku anggap sebagai adikku sendiri … kebetulan aku
memang tidak punya adik … Nah .., karena kamu sudah aku anggap sebagai
adik .. pasti kamu akan selalu membela aku, kalau aku diganggu orang..

PARAMITA TAMPAK BINGUNG MENDENGAR KATA-KATA RISKA

Paramita :

Maksud Mbak Riska apa …?

Riska :

Maksudku … kamu pasti bersedia kalau kuminta untuk membantu aku …

Paramita :

Membantu apa Mbak …?

Riska :

Gini … kamu kan tetanggan sama si Utari anak Bakul Rujak Cingur itu …

Paramita :

Iya … benar … memangnya kenapa Mbak ….?

Riska :

Dan kamu juga pasti tahu atau kenal dengan seorang pemuda ganteng yang
bernama Ananta…? Dia kan sering ke Kampung Seribu Topeng ….?

Paramita :

Betul …! Aku kenal dengan Mas Ananta … Dia sering kumpul-kumpul dengan
anak-anak Mahasiswa yang sedang KKN di kampung Seribu Topeng .. Memang
kenapa dengan Mbak Utari dan Mas Ananta …?

RISKA BERBICARA PADA MITA AGAK SEDIKIT KERAS


Riska :

Makanya dengarkan dulu aku bicara ….

PARAMITA MENGANGGUK MANTAP

Riska :

Ananta itu pacar aku …. Dan Utari ingin merebut Ananta dari aku …

Paramita :

Kok bisa ….? Kan Mbak Riska lebih segala-galanya dari Mbak Utari … ? Mana
mungkin Mas Ananta lebih memilih Mbak Utari …?

Riska :

Tapi itu yang terjadi Mita …! Ananta lebih perhatian pada Utari ..

Paramita :

Terus…. Mita disuruh membantu apa Mbak ….?

Riska :

Gini … mulai hari ini .. kamu harus jadi mata-mataku … kamu awasi terus
mereka berdua … misalkan saat Utari berangkat mengajar .. atau pulang
mengajar .. kalau kamu tahu Utari diantar atau dijemput Ananta .. segera
hubungi aku … ngerti …?

PARAMITA TIDAK SEGERA MENJAWAB KATA-KATA RISKA. OTAKNYA SEDANG


BERPUTAR UNTUK MEMANFAATKAN SITUASI ….

Paramita : ( NARATIVE )

Ini kesempatan … aku akan memanfaatkan tugas dari Mbak Riska … kebetulan
aku lagi butuh handphone ….

Riska :

Mita ….. ! Kok malah diam …? Kamu sanggup kan membantu aku …?

RISKA MENDESAK PARAMITA …


Paramita :

Iya ..iya … pasti sanggup Mbak …. Tapi bagaimana caranya menghubungi


Mbak Riska …? Kan Mbak Riska Kuliah di Surabaya ….?

Riska :

Kamu kan bisa WA …

Paramita :

Mau WA pakai apa Mbak ….? Aku kan nggak punya handphone …

Riska :

Ya Alloh …. Hari gini kamu nggak punya handphone ….? Tukang nyari
rongsokan aja punya … Apalagi bapak kamu kan juragan pemulung …. Masak
sih nggak bisa belikan Handphone buat kamu ….?

PARAMITA MENGGELENG

Riska :

Ya sudah … Nanti aku akan belikan handphone untuk kamu … tapi jangan
minta yang mahal ….

WAJAH PARAMITA BERSERI-SERI

Paramita :

Betul Mbak ….? Aduh….terimakasih banget ya Mbak ….

Riska :

Tapi ingat … handphone itu tidak gratis … harus kamu bayar dengan
melaksanakan tugas yang aku berikan kepada kamu ….

Paramita :

Beres Mbak ….

KEDUA ORANG GADIS BEDA USIA ITUPUN TOAST…..

CUT TO :
Scene – 0010

Int. Rumah P. Rahman – malam

Pemain : P. Hasan – Bu Hasan – Utari – Andri - Anita

YANG TAMPAK DALAM GAMBAR ADALAH SEBUAH RUMAH YANG SANGAT


SEDERHANA. KELUARGA YANG TERDIRI DARI EMPAT ORANG ITU TAMPAK
SEDANG BERCENGKERAMA DENGAN PENUH KEAKRABAN DAN KECERIAAN..

P. Rahman :

Bagaimana Tari … ? Apakah ada kesulitan yang kamu rasakan dalam


melaksanakan tugasmu mengajar anak-anak di desa kita sendiri …?

Utari :

Enggak Pak … Alhamdulillah … murid-muridku nurut-nurut semua … Ya…


meskipun aku guru baru dan masih belum pengalaman .. tapi rasa-rasanya aku
juga senang mengajar anak-anak desa kita ini ..

Bu Rahman :

Syukurlah Ndhuk … ya .. anggap sajalah mengisi waktu luang sambil


menunggu, siapa tahu nanti kamu bisa diangkat jadi Pegawai Negeri….

ANDRI… ADIK KANDUNG UTARI YANG MASIH DUDUK DI KELAS III SEKOLAH
DASAR TEMPAT UTARI MENGAJAR .. YANG SEJAK TADI ASYIK MENGERJAKAN
TUGAS SEKOLAH .. TIBA-TIBA BERDIRI DAN SETENGAH BERTERIAK ….

Andri :

Oh, ya aku lupa …. !!

KONTAN SAJA SEISI RUMAH KAGET OLEH TERIAKAN ANDRI… SEISI RUMAH
MENOLEH PADA ANDRI…

Anita :

Ada apa sih Andri …. Aku sampai kaget … gak ada hujan ..gak ada angin ..
teriak kayak gitu … Kamu nggak tahu kalau aku lagi menghafal nih …?

ANITA MERENGUT PADA ANDRI


Bu Rahman :

Iya … kenapa harus berteriak …? Ibu sampai kaget, tahu …?

Andri :

Ini buk… tadi aku lupa … aku dapat titipan dari seseorang ….

Bu Rahman :

Titiipan apa …? Mana .. kasihkan ibuk …

Andri :

Uts …. Nggak boleh …! Titipan ini harus sampai ke alamatnya dengan aman
dan selamat … begitu tadi pesan seseorang itu …. Apalagi tadi aku sudah
dikasih upah …

Anita :

Kok Andri nggak bilang ke Mbak .. kalau dapat titipan… sudah dikasih uang
lagi … ! Mana … ? bagi-bagilah … Terus ..harus dikirim kemana titipan itu …?

P. Rahman :

Lha alamatnya dimana …? Memang kamu tahu …?

Andri :

Ya jelas tahulah …

P. Rahman :

Kalau begitu cepat antarkan .. mumpung ini belum terlalu malam ..

Andri :

Ya nggak perlulah ….

Bu Rahman :

Kok nggak perlu … ? Ayo cepat antarkan sekarang .. biar ditemani bapakmu..
Kamu harus bertanggungjawab kalau dititipi oleh orang..

ANDRI TERSENYUM-SENYUM
Andri :

Titipan itu untuk orang yang ada disini … alamatnya juga di rumah ini …

Utari :

Kamu ini apa-apaan sih Ndri …? Titipan apa …? Untuk siapa ….?

JARI TELUNJUK ANDRI MENUNJUK UTARI

Andri :

Tuh orangnya … dan harus diterima langsung nggak boleh pakai perantara …

ANDRI SEGERA MENYODORKAN SECARIK KERTAS YANG BARU SAJA DIAMBIL


DARI LIPATAN BUKU PELAJARANNYA PADA UTARI….

Andri :

Nah … titipan sudah sampai dengan aman … tugasku selesai …

UTARI SEGERA MEMBACA SECARIK KERTAS ITU … ISI TULISAN :

Tari … aku ingin ketemu kamu … Ada sesuatu yang harus aku bicarakan ..
Penting …. Ananta

SELESAI MEMBACA .. TARI MELIPAT KEMBALI KERTAS ITU.. KEMUDIAN


BERTANYA PADA ADIKNYA

Utari :

Kapan Mas Ananta menitip kertas itu ke kamu Ndri …?

Andri :

Tadi … waktu istirahat … Waktu itu aku keluar halaman mengambil bola yang
kutendang sampai keluar pagar sekolah .. Eh, tahu-tahu ada Mas Ananta …
Kemudian aku dipanggil.. dititipi kertas itu dan dikasih uang…

Anita :

Enak ya kamu … dikasih uang sama Mas Ananta …..! Pokoknya besok aku juga
mau minta uang ke Mas Ananta …
P. Rahman :

Ini … kecil-kecil sudah pinter menerima suap …

Andri :

Suap ….? Apa itu suap …? Aku tuh dikasih uang … bukan dikasih suap ….!

SEISI RUMAH ITUPUN TERTAWA TERBAHAK-BAHAK MENDENGAR JAWABAN


ANDRI YANG MERASA TIDAK BERSALAH …..

DISSOLVE TO :

Scene - 011

Ext. Warung Rujak Bu Rahman – pagi

Pemain : P. Rahman – Bu Rahman – Kang Rokim – beberapa pemain Figurant

HARI ITU MEMANG MASIH BELUM SEBERAPA SIANG .. KIRA-KIRA MASIH JAM
SETENGAH SEPULUH .. TAPI DI WARUNG BU RAHMAN SUDAH TERLIHAT
ANTREAN PELANGGAN . PAN UP CAMERA PADA SEISI WARUNG DENGAN
PENGUNJUNG YANG VARIATIP ( ADA YANG MAKAN, MINUM, NGOBROL DSB ).
DIANTARA PENGUNJUNG WARUNG ITU, ADA SEORANG YANG BERNAMA CAK
ROKIM YANG SEDANG NGOBROL DENGAN PAK RAHMAN.

Cak Rokim :

Tumben … Pak Rahman mggak ke kebun tebu milik Juragan Burhan…? ( BICARA
PADA BU RAHMAN ) … Aku pesen rujak yo Bu … Lombok limo ae …. Memang
libur … atau meliburkan diri …?

P. Rahman :

Kebetulan hari ini nggak ada truck yang mau ngambil tebu … jadi aku disuruh
libur nggak usah nebang dulu …

Cak Rokim :

Pak Rahman itu bejo kemayangan banget lho … lha wong nduwe anak telu, kok
yo podho nurut-nurut…. Apalagi si Utari … wis rupane ayu … sopan … pinter..
Anak saya kan diajar oleh Utari di Sekolahnya Pak … wah,wah, wah … sueneng
lho … mulang karo nyambi kuliah ….
Bu Rahman :

Iyo Cak Kim … oleh pendonga sampeyan … anakku saiki mulang karo nyambi
kuliah … kan nggak bisa diangkat dadi guru negri , kalau nggak kuliah dulu ….

Cak Rokim :

Waduh, waduh ….. hebat rek …. Pak Rahman berarti nduwe dhuwik akeh ….
Atase mek tukang nebang tebu, iso nguliahno anak …

Bu Rahman :

Alhamdulillah …. Utari onok sing mbandhani kuliahe Cak … Yo Bu Wulandari


garwane Pak Burhan iku .. Kepala Sekolahe Utari ….

Cak Rokim :

Subhanalloh ….! Bu Wulandari kok yo apik temen atine … Pak Burhan yo


ngono… wong iku sosial banget lho … Lha wong nek posoan … kabeh wong
kampung sing gak mampu mesthi dibantu beras, gulo… lengo .. sak dhuwike
pisan …

CUT TO :

Scene – 012

Ext/Int. Pak Burhan / Bu Wulandari – malam

Pemain : P. Burham – Bu Wulandari - Riska

BU WULANDARI , ISTERI PAK BURHAN ADALAH SEORANG KEPALA SEKOLAH


DASAR NEGERI TEMPAT UTARI MENGAJAR SEBAGAI GURU HONORER. TAMPAK
MEREKA TENGAH DUDUK SANTAI DI RUANG KELUARGA.

Bu Wulandari :

Ibu terkadang tidak habis pikir sama Utari itu … Anak secerdas dan serajin
dia .. malah nggak bisa melanjutkan kuliah …

Pak Burhan :

Iya … aku juga kagum sama anak Pak Rahman itu … nggak kayak si Riska …
sudah mahasiswa masih juga aleman … Belum bisa mendiri ..
Bu Wulandari :

Ya jangan gitu lah … bagaimanapun Riska itu anak kita satu-satunya lho …

Pak Burhan :

Ya mungkin itu penyebab Riska jadi muuuanjaaa banget … nggak punya adik …
Coba kalau dia punya adik … mungkin nggak semanja seperti sekarang ini …

TIBA-TIBA WAJAH BU WULANDARI BERUBAH JADI CEMBERUT …

Bu Wulandari :

Dulu yang nyuruh ibu ikut KB siapa …? Akhirnya kebablasan kan …?

Pak Burhan :

Nggak usah cemberut .. nanti pipi ibu malah jadi semakin nyempluk…

Bu Wulandari :

Siapa yang cemberut ….? Maksud ibu itu gini lho Pak … Utari itu harus kuliah ..
kalau enggak .. ya tidak mungkin di bisa diangkat jadi Guru Negri … Ibu sudah
beberapa kali menawarkan diri untuk membantu agar dia bisa kuliah dan kita
yang akan membeayai .. .. eh , dia selalu menolak …

Pak Burhan :

Menolak …? Apa dasarnya dia nggak mau menerima tawaran ibu …?

Bu Wulandari :

Katanya sih … dia nggak ingin membebani siapapun … kalau selama ini dia
sudah bisa mengajar di Sekolah yang ibu pimpin .. itu saja sudah merupakan
anugerah yang sangat luar biasa …

Pak Burhan :

Anak itu memang sangat tahu diri. Tapi ibu jangan putus asa .. terus saja beri
motivasi pada Utari untuk mau melanjutkan kuliah … Niatan kita baik kok …
Utari tidak akan bisa diangkat jadi Pegawai Negeri kalau tidak punya
kelayakan…. Minimal Sarjana Strata satu …
Bu Wulandari :

Sebaiknya bapak saja bicara sama Pak Rahman … biar nanti Pak Rahman yang
bicara sama Utari ….

Pak Burhan :

Aku setuju dengan pendapat ibu … Baiklah .. besok pagi bapak akan coba
bicara sama Pak Rahman … kebetulan besok sisa tebu kita harus ditebang
semua …..

INSERT :

DARI SALAH SATU SUDUT RUMAH ITU … RISKA TAMPAK SEDANG MENGUPING
PEMBICARAAN KEDUA ORANG TUANYA.

Riska :

Kenapa bapak dan ibu begitu perhatian terhadap Utari …? Aku tidak akan
membiarkan semua itu terjadi … Utari tidak boleh kuliah .. tidak boleh menjadi
sainganku di mata Ananta …..

CUT TO :

Scene – 013

Ext. Jalanan di depan Sekolah tempat Utari mengajar – siang

Pemain : Ananta – Utari – Bu Wulandari

DI JALAN UMUM DEPAN SEKOLAH TEMPAT UTARI MENGAJAR … DI SALAH


SATU SUDUT JALAN YANG TAK TERLIHAT DARI SEKOLAH ITU… ANANTA
TAMPAK SEDANG DUDUK DIATAS JOK SEPEDA MOTORNYA MENUNGGU UTARI
YANG SUDAH HAMPIR PULANG.

SESAAT KEMUDIAN … LS CAMERA PADA SEBUAH MOBIL MINI BUS YANG


SEDANG MELUNCUR KE ARAH ANANTA MENUNGGU UTARI.

ANANATA MASIH ACUH TAK ACUH .. TIDAK BEREAKSI SAMASEKALI…

SETELAH MOBIL BERHENTI TEPAT DI SAMPING ANANTA .. PINTU MOBIL


TERBUKA … RISKA TURUN DARI MOBIL MENGHAMPIRI ANANTA ..
Riska :

Kok kamu ada disini Ananta … sedang apa …? Menunggu siapa ….?

Ananta :

Aku sedang menunggu Utari …

Riska :

Kamu kok seperti nggak ada kerjaan … mending jalan sama aku yuk …

Ananta :

Maaf Ris … aku sudah terlanjur janji sama Utari untuk menjemput dia …

Riska :

Oh, ya ….? Begitu istimewakah Utari bagi kamu …? Padahal kamu tahu kan,
kalau aku sangat sayang sama kamu …

ANANTA HANYA MENATAP RISKA .. TIDAK MENJAWAB PERTANYAAN RISKA.

Riska :

Apa sih kelebihan Utari dibanding aku ….? Soal cantik … aku rasa, aku lebih
cantik dari Utari … apalagi soal status sosial … kurasa kita sederajat … Ayah
kamu seorang anggota legislative … ibu kamu adalah wanita karir… Ayahku
seorang pengusaha .. dan ibuku Kepala Sekolah … Kita selevel ..beda dengan
Utari….

Ananta :

Memang kenapa dengan Utari …?

Riska :

Bapaknya Utari itu Cuma kuli tebang di kebun tebu milik ayahku .. ibunya
Cuma penjual rujak … dan Utari sendiri bisa mengajar di sekolah ini karena
bantuan ibuku … Gak level kan kalau sama kamu …?

Ananta :

Jadi kamu menilai orang itu Cuma dari keberadaannya …?


Riska :

Ya pastilah ….! Status sosial orang itu akan menentukan harga dirinya ..

Ananta :

Maksud kamu ….?

Riska :

Hari gini … Siapapun pasti akan dihormati karena punya kedudukan dan punya
uang … Makanya kamu itu cocoknya sama aku … bukan sama Utari …!

Ananta :

Bagiku … kehormatan itu tidak terletak pada pangkat, kedudukan dan materi ..
tapi dari diri kita sendiri yang bisa bersikap baik dan menghargai orang lain..

Riska :

Sudahlah Ta … aku itu pingin banget jalan sama kamu …

Ananta :

Tapi aku sudah janji untuk menjemput Utari …

Riska :

Okey …. ! Jemputlah Utari dan antar dia pulang ….! Nanti malam aku
menunggumu di Café yang akan aku tentukan nanti … Kalau kamu tidak
datang .. aku akan bikin hidup Utari jadi sengsara …

Ananta :

Kok pakai ngancam-ngancam gitu …?

Riska :

Terserah kamu …! ingatlah Nanta … nasib Utari dan keluarganya tujuhpuluh


prosen ada di tangan keluargaku …

SELESAI MENGUCAPKAN KATA-KATA ANCAMANNYA … RISKA SEGERA KEMBALI


KE MOBILNYA… DAN MENJALANKAN MOBILNYA MENINGGALKAN ANANTA
YANG SANGAT HERAN TERHADAP SIKAP RISKA.
INSERT :

TANPA DISADARI OLEH MEREKA.. BU WULANDARI IKUT MENYAKSIKAN DAN


MENDENGARKAN APA YANG TERJADI ANTARA RISKA DAN ANANTA.. BU
WULANDARI HANYA BISA MENARIK NAFAS PANJANG DAN MENGGELENG-
GELENGKAN KEPALA MENYAKSIKAN SIKAP ANAK GADISNYA.

DISSOLVE TO :

Scene - 014

Ext. Halaman Rumah Keluarga P. Rahman – siang

Pemain : Ananta - Utari

FS CAMERA PADA HALAMAN RUMAH PAK RAHMAN. KEMUDIAN LS CAMERA


PADA DUA SEJOLI YANG SEDANG BERBONCENGAN SEPEDAMOTOR DAN
MEMASUKI HALAMAN RUMAH PAK RAHMAN. MEREKA ADALAH ANANTA DAN
UTARI . SETELAH SEPEDA MOTOR BERHENTI DAN UTARI TURUN … ANANTA
BERMAKSUD HENDAK MENGANTARKAN UTARI MASUK RUMAH … TAPI UTARI
MENCEGAHNYA.. KARENA DI HALAMAN RUMAH ITU JUGA ADA MOBIL RISKA.

Utari :

Kamu jangan masuk Ananta … kamu langsung pulang saja … lihat … ada mobil
si Riska … pasti dia sedang berbicara dengan ortuku …

Ananta :

Tapi aku harus mengantarmu sampai rumah …

Utari :

Ini juga sudah sampai rumah … ! Sekali lagi aku minta… kamu jangan ikut
masuk… Aku nggak enak sama Riska ….

Ananta :

Ya sudahlah … aku pulang dulu ya ….

UTARI MENGANGGUK … SAMBIL MELAMBAIKAN TANGAN KETIKA ANANTA


MENINGGALKAN HALAMAN RUMAHNYA.
CUT TO :

Scene – 015

Int. Ruang Tamu Keluarga P. Rahman – siang

Pemain : Riska – Utari – Bu Rahman

KETIKA UTARI MEMASUKI RUANG TAMU DI RUMAHNYA SENDIRI … RISKA


SUDAH MENUNGGUNYA DENGAN RAUT MUKA YANG SANGAT TIDAK
BERSAHABAT. UTARI MENCOBA UNTUK BERSIKAP MANIS … TETAPI RISKA
SUDAH MENCECARNYA DENGAN PERTANYAAN-PERTANYAAN ….

Riska :

Dengan siapa kamu pulang Ut ….? Dijemput Ananta ya ….? Enak ya kamu ….?
Sudah tahu kalau Ananta itu milikku … eh, main gebet aaja …! Kamu lupa ya ..
kalau kamu sudah berjanji untuk tidak dekat-dekat dengan Ananta …?

Utari :

Sabar dulu Ris … ini ada apa …? Kita bisa bicara baik-baik ….

Riska :

Ooooo…. Dengan kamu .. aku harus bicara baik-baik …? Dari dulu sebenarnya
aku sudah nggak suka sama kamu …! Kamu itu bisa ngaca nggak sih …? Lihat
doooong … kamu itu siapa … ? Apa pantas bersaing dengan aku ….?

Utari :

Sabar Ris …. Aku bisa menjelaskannya …

Riska :

Aku nggak memerlukan penjelasan dari kamu …! Asal kamu tahu … Aku adalah
orang yang selalu membuktikan kata-kataku …! Siapapun yang akan merebut
Ananta dari tanganku .. maka aku akan membuatnya menderita ….. Camkan
itu…..!

DENGAN TANPA PAMIT… RISKA MENINGGALKAN RUMAH ITU, SAMBIL


TERLEBIH DAHULU MEMBANTING VAS BUNGA YANG ADA DI MEJA TAMU.
BU RAHMAN YANG SEJAK TADI MENDENGARKAN OMELAN-OMELAN RISKA
PADA ANAK GADISNYA, KELUAR DARI KAMAR DAN MENGHAMPIRI UTARI
YANG MASIH DUDUK DI KURSI RUANG TAMU DENGAN TUBUH YANG LEMAS.

Bu Rahman :

Sabar ya sayang … dari tadi Mbak Riska marah-marah terus .. bahkan ibumu
ini juga ikut jadi sasaran kemarahannya …

UTARI TIDAK BEREAKSI APA-APA … IA CUMA MEMEGANGI KEPALANYA..


KEMUDIAN SEPERTI ORANG YANG SEDANG KESAKITAN LUAR BIASA … UTARI
MERINTIH-RINTIH SAMBIL TERUS MEMEGANGI KEPALANYA.

Bu Rahman : ( EKSPRESI SEDIH )

Ibu tahu perasaanmu nak … Tapi ibu menginginkan kamu jangan terlalu larut
dalam kesedihan ini.

Utari :

Tapi Bu …. Kejadian hari ini sangat menyakitkan …

Bu Rahman :

Kamu harus kuat … dan terus dekatkan dirimu pada Tuhan … mintalah selalu
kepadaNya … Alloh tidak akan membebani umatNya diluar batas
kemampuannya….

UTARI MENUMPAHKAN TANGISNYA DI PELUKAN BU RAHMAN. BU RAHMAN


MENGHIBUR UTARI DENGAN PENUH KASIH SAYANG.

Utari :

Maafkan Utari ya Bu ….

Bu Rahman :

Bersabar dan bertawwakallah …. Hanya Alloh sebaik-baik pelindung …

UTARI KEMBALI MEMEGANGI KEPALANYA … SAMBIL MERINTIH-RINTIH … KALI


INI BU RAHMAN NAMPAK GUGUP …. DIELUS-ELUSNYA KEPALA UTARI…
DITIDURKAN DI PANGKUANNYA …
Bu Rahman :

Ndhuk … nanti sore kamu harus ibu antar ke dokter … Ibu jadi merasa
khawatir … sakit apa sebenarnya kamu ….?

UTARI MENGANGGUK LEMAH …. KEMUDIAN TAK SADARKAN DIRI….

DISSOLVE TO :

Scene – 016

Int. Klinik Pengobatan dr. Irawan – sore

Pemain : Dokter Irawan – Utari – Bu Rahman – beberapa orang pasien

SORE HARI ITU KEBETULAN KLINIK TEMPAT PRAKTEK DOKTER IRAWAN YANG
BIASANYA SELALU RAMAI AGAK SEPI PASIEN. HANYA ADA BEBERAPA ORANG
YANG ANTRI …. DAN TAMPAK UTARI BERSAMA BU RAHMAN DI RUANG
TUNGGU, KEBETULAN NAMA UTARI ADA DALAM DAFTAR TERAKHIR PASIEN.
TIDAK SEBERAPA LAMA, SELURUH PASIEN SUDAH SELESAI BEROBAT, NAMA
UTARI DIPANGGIL … UTARI MASUK KE RUANG PRAKTER DOKTER IRAWAN
DIANTAR OLEH BU RAHMAN.

Bu Rahman :

Selamat sore dokter…

Dokter Irawan :

Selamat sore … silahkan duduk dulu …

DOKTER IRAWAN MENJAWAB ACUH TAK ACUH TANPA MENENGOK PADA BU


RAHMAN DAN UTARI YANG SUDAH DUDUK DI BANGKU KAMAR PRAKTEK …

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN .. DOKTER MUDA ITU MULAI MENOLEH PADA


UTARI DAN IBUNYA … SEPERTI TERKENA SIHIR … DOKTER MUDA DAN TAMPAN
ITU MEMANDANG PADA UTARI TANPA BERKEDIP …BAHKAN BIBIRNYA
TERKATUB RAPAT …. UTARI JUGA MENATAP PADA DOKTER IRAWAN …. UNTUK
SEJENAK KEDUA INSAN BERLAINAN JENIS ITU SALING PANDANG TANPA ADA
KATA-KATA YANG TERUCAP.

SUASANA BARU MENCAIR .. KETIKA BU RAHMAN MULAI MEMECAH SUASANA


Bu Rahman :

Dokter … saya mengantarkan anak saya untuk memeriksakan sakitnya …

KEGUGUPAN TAMPAK SEKALI PADA DOKTER MUDA ITU …

Dokter Irawan :

Oh ya.. iya … silahkan duduk dulu …. E maaf..maaf … saya sampai bingung


dengan pandangan mata saya sendiri … ( BERTANYA PADA UTARI ) … apakah
kamu Shyntia… ? Ya … aku yakin … kamu adalah Shyntia ….

KINI UTARI YANG TAMPAK SANGAT BINGUNG DENGAN PERTANYAAN DOKTER


IRAWAN YANG MASIH MUDA DAN TAMPAN ITU …

Utari :

Em … bukan..bukan …! Nama saya Utari … dan itu ibu saya …

DOKTER MUDA ITUPUN MENGUSAP-USAP MATANYA BEBERAPA KALI …

Dokter Irawan :

Astaghfirulloh hal adziim … saya minta maaf … tapi Demi Alloh… wajah Mbak
sangat mirip dengan Shyntia … Ya … mirip sekali ….! Ya cantiknya … ya postur
tubuhnya …. Sekali lagi saya minta maaf, kalau saya salah …

UTARI TERSIPU MALU …. DAN MENUNDUKKAN WAJAHNYA …

Utari :

Tidak apa-apa dokter … namanya juga kebetulan …

Dokter Irawan :

Baiklah … apa yang menjadi keluhan … eh, maaf … yang sakit siapa … ibu ini
atau Mbak ini ….?

BU RAHMAN TERSENYUM MELIHAT DOKTER MUDA YANG TAMPAK SALAH


TINGKAH ITU …

Bu Rahman :

Yang sakit anak saya dok … namanya Utari … saya hanya mengantarkan ….
Dokter Irawan :

Baik … sekarang coba ceritakan sakit apa yang diderita oleh Mbak Utari …..

SECARA VISUALISASI…… BU HASAN MENCERITAKAN PENDERITAAN UTARI


SELAMA INI. DOKTER IRAWAN TAMPAK MANGGUT-MANGGUT …. KEMUDIAN
DENGAN PERALATAN KEDOKTERANNYA IA SEGERA MEMERIKSA UTARI….

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN .. DOKTER IRAWAN MENYUDAHI


PEMERIKSAANNYA PADA UTARI .. DAN MULAI MENERANGKAN HASIL
TERAPHYNYA …

Dokter Irawan :

Begini … menurut analisa saya … Mbak Utari ini memang memiliki kelainan
pada syaraf di belakang kepala … makanya sering pusing dan muntah-
muntah.. Dan ini tidak boleh diremehkan .. sebab bisa berakibat fatal kalau
salah dalam penanganannya …

Utari :

Maksud dokter … apa saya memiliki gejala kanker otak ….?

Dokter Irawan :

Jangan menyimpulkan sendiri …

Bu Rahman :

Begini dok … dulu waktu anak saya ini masih berumur duabelas tahun … ia
pernah diramal oleh orang pintar … katanya anak saya sedang mengidap
penyakit kanker otak .. dan paling lama akan bertahan selama sepuluh tahun ..
padahal anak saya sekarang sudah berumur duapuluh dua tahun … itu
berarti…

MENDADAK DOKTER IRAWAN TERTAWA …

Dokter Irawan :

Kok berdasarkan ramalan Bu ….? Yang meramalkan itu dokter atau bukan …?
Kalau dokter pasti ada dasar yang kuat berdasarkan analisa laboratorium….
Kalau soal umur.. itu hanya Tuhan yang punya kewenangan ….
Bu Rahman :

Itulah kebiasaan yang masih ada di kampung-kampung dok … biasanya orang


langsung percaya dengan ramalam orang yang dianggap punya kelebihan …
Terus.. apa yang harus dilakukan anak saya untuk mengurangi rasa sakitnya …

Dokter Irawan :

Untuk sementara akan saya beri obat .. dengan aturan minum sesuai yang
tertulis dalam bungkusnya … tetapi untuk selanjutnya … saya akan
konsultasikan dengan teman seprofesi saya yang memang memiliki spesialisasi
tentang syaraf.. Bagaimana Shyntia … eh, maaf .. maksud saya Mbak Utari..?

DOKTER IRAWAN DAN UTARI SAMA-SAMA TERSENYUM ….

Utari :

Baiklah dok … saya akan menurut apa yang akan dokter lakukan … Cuma
jangan sampai beayanya mahal … sebab keadaan kami hanya pas- pasan
untuk makan sehari-hari …

Dokter Irawan :

Jangan khawatir … untuk kembaran Shyntia … akan saya lakukan yang


terbaik..

Utari :

Begitu istimewa kah yang bernama Shyntia itu bagi dokter …? Eh, maaf dok ..
saya sudah lancing berani bertanya begitu …

Dokter Irawan :

Tidak perlu minta maaf … karena apa yang Mbak Utari katakan adalah benar ..
Shyntia sangat memiliki arti khusus dalam kehidupan saya …

Utari :

Kalau begitu saya permisi dulu …

Bu Rahman :

Ya … kami permisi dulu … berapa yang harus saya bayar Pak Dokter …?
Dokter Irawan :

Untuk persoalan ini .. saya tidak ingin menerima bayaran dari ibu … hanya ..
kalau boleh … saya ingin minta nomor telephone Mbak Utari …

BU RAHMAN MEMANDANG PADA UTARI SEOLAH BERTANYA TENTANG BOLEH


TIDAKNYA DOKTER IRAWAN MEMINTA NOMOR PONSELNYA.

Utari :

Boleh dok … ( UTARI MENYODORKAN PONSELNYA PADA DOKTER IRAWAN )


Silahkan masukkan nomor saya ….

DOKTER IRAWAN MENERIMA PONSEL YANG DISODORKAN UTARI KEPADANYA..


KEMUDIAN JARI-JARI TANGANNYA SEGERA MENGETIK NOMOR PONSEL
UTARI..

Dokter Irawan :

Kalau sewaktu-waktu aku nelpon Mbak Utari boleh kan ….?

UTARI MENGANGGUK ….

CUT TO :

Scene – 017

Int. Ruang Keluarga Rumah P. Burhan – malam

PERDEBATAN ANTARA BU WULANDARI DENGAN RISKA SUDAH SAMPAI PADA


SUASANA YANG MEMANAS … BAHKAN RISKA SUDAH MENANGIS SEJADI-
JADINYA. BU WULANDARI CUMA BISA MENGURUT DADANYA , MELIHAT
TINGKAH LAKU ANAK SEMATA WAYANGNYA ITU.

Bu Wulandari :

Riska … kenapa sih sikapmu masih seperti anak TK gitu ….? Sangat tidak pantas
kalau kamu melabrak Utari hanya gara-gara Utari kamu tuduh merebut
pacarmu yang bernama Ananta itu …

Riska :

Sampai kapan Ibuk akan terus membela Utari …? Sampai kapan Buk ….?
Bu Wulandari :

Utari itu anak baik … tidak mungkin dia melakukan hal seperti itu …!

Riska ;

Utari itu sudah jelas-jelas merebut Ananta dari Riska … apakah perempuan
seperti itu baik …? Bahkan .. Ibu sampai membeayai kuliah dia … ! Aku ini anak
ibuk yang seharusnya mendapatkan perhatian cukup …. Bukan Utari …!

Bu Wulandari :

Sebagai seorang Ibu yang telah melahirkan kamu … Ibu sudah menunaikan
kewajiban dengan sebenar-benarnya … Ibu Beri kamu kasih sayang ..
pendidikan yang baik … ibu ajari budi pekerti yang baik … Ibu juga belum
pernah membuat kamu menderita … segala kebutuhan kamu sudah ibu
penuhi.. Coba lihat di sekitarmu … Betapa banyak anak-anak seusia kamu yang
mengalami nasib kurang beruntung ….

Riska :

Itu urusan mereka Buk … ! Mereka mau sengsara atau tidak .. itu bukan urusan
Riska .. Juga bukan urusan Ibuk …. Termasuk si Utari itu …! Kenapa Ibuk begitu
peduli sama dia …? Bapaknya sudah jadi kuli kita … Utari sudah kerja atas
rekomendasi Ibuk …. Ibuk juga sudah membeayai kuliahnya … Kurang apa
lagi..?

Bu Wulandari :

Astaghfirulloh hal adziim …. Ibuk sungguh tidak menyangka , bahwa kata-kata


seperti itu akan keluar dari mulut anak Ibuk …

Riska :

Pokoknya Riska tidak mau tahu … Mulai besok Utari harus Ibuk pecat dari
Sekolah … Dan Bapaknya Utari harus dipecat juga jadi kulinya Bapak … Biar
Utari ngerti .. bahwa berurusan dengan Riska akan membawa resiko besar ….

KEMUDIAN RISKA LARI MASUK KE KAMARNYA… TERDENGAR SUARA DAUN


PINTU YANG DIBANTING DENGAN KERAS. BU WULANDARI CUMA BISA
MENGURUT DADA DAN MENGUCAP ISTIGHFAR …..
CUT TO :

Scene – 018

Ext. Salah satu jalan di Kampung Wisata Seribu Topeng – siang

YANG MULA-MULA TAMPAK DALAM GAMBAR ADALAH PARAMITHA ( MITHA )


YANG SEDANG BERJALAN KE ARAH CAMERA SAMBIL MEMAINKAN
PONSELNYA. KEMUDIAN CAMERA LS PADA DUA ORANG GADIS ABG ( YENNY
DAN SUSI ) YANG SEDANG BERJALANAN DARI ARAH BERLAWANAN.

YENNY DAN SUSI BERHENTI SEJENAK .. SAAT MELIHAT MITHA DARI KEJAUHAN..
YENNY MENAHAN LANGKAH SUSI ….

Yenny :

Sus … ! Lihat tuh …! Si Provokator kampung kita sedang berjalan sendirian …


Yuk , kita cari gara-gara sama dia …

Susi :

Setuju Yen …. Aku tuh jengkel banget sama dia … kenapa dia menyuruh anak-
anak kampung kia yang jadi muridnya Mbak Utari disuruh nggak patuh dan
disuruh melawan kalau diajar Mbak Utari …

Yenny :

Ya sudah … kita tunggu disini saja …..

MITHA SAMASEKALI TIDAK SADAR BAHWA ADA DUA GADIS SEBAYANYA YANG
SEDANG MENCEGATNYA. DAN KETIKA JARAK DIANTARA MEREKA SUDAH AGAK
DEKAT … MITHA BARU TERSENTAK KAGET … KARENA YENNY DAN SUSI
SEDANG MENGHALANGI JALANNYA …

Mitha :

Yen …. Sus …. Ada apa kalian menghalangi jalanku …? Minggir …! Aku mau
lewat ….

Yenny :

Memang kamu siapa berani nyuruh-nyuruh aku …?


Mitha :

Memang ini jalanan milik kamu …? Ini jalan umum … aku mau lewat .. jangan
menghalangi jalan …!

Susi :

Kalau merasa terhalang oleh aku dan Yenny … berputar sajalah … jangan lewat
sini …cari jalan lain …!

Mitha :

Kalian ini sebenarnya mau apa sih …? Aku merasa tidak ada persoalan dengan
kalian … Jangan cari gara-gara ….

Yenny :

Hai Mit …. Sebenarnya kamu yang selalu cari gara-gara … ! Kenapa kamu
mempengaruhi anak-anak yang sekolah di tempat Mbak Utari mengajar untuk
tidak patuh dan melawan Mbak Utari ….?

Mitha :

Itu urusanku …. Tidak ada hubungannya dengan kalian ….

Susi :

Kamu lupa … kalau adikku adalah muridnya Mbak Utari …? Adikku bilang kamu
selalu menyuruhnya untuk melawan Mbak Utari kalau sedang diajar … Apa
maksudmu melakukan itu …?

Mitha :

Dengar ya … aku tidak suka dengan orang yang sok cantik dan sok merasa
pintar seperti Mbak Utari itu … kalau perlu biar dia dikeluarkan dari sekolah
itu.. Di Kampung ini … Banyak orang yang tidak suka dengan dia … sok alim ..
tapi sebenarnya hatinya jahat …

Yenny :

Kenapa kamu sampai berpikiran seperti itu …? Dan kenapa sampai segitunya
kamu membenci Mbak Utari …? Aku ini Pengurus Karang Taruna di Kampung
ini … dan Mbak Utari adalah ketuanya … Jelas aku membela dia ….
CUT TO :

Scene - 019

Int. Rumah P. Dharsono – siang

Pemain : P. Dharsono – Bu Sunarsih - Naryoso

RUMAH PAK DHARSONO YANG CUKUP MEWAH ITU TERLIHAT SEPI. PAK
DHARSONO ( AYAHNYA NARYOSO ) … SAAT ITU SEDANG ASYIK BICARA DI
TELPON DENGAN SESEORANG …

P. Dharsono :

Ooooo… boleh.., boleh … Jeng Sri boleh nelpon saya setiap saat … kebetulan di
rumah saya nggak ada siapa-siapa ….

Suara dari Ponsel :

Begitu Mas … aduuuh … terus … isteri Mas kemana …?

P. Dharsono :

Istri ….? Aku sudah lama hidup sendirian … Jomblo gitu lhooooh ….

Suara dari ponsel :

Macak ciiiih ….? Kok gak cari pendamping ….? Gak kesepian ya ….?

P. Dharsono :

Soal kesepian … ya pastilah … masak pasti dong …? Tapi .. belum ada yang
cocok … belum ada yang sesuai selera ….

Suara dari ponsel :

Itulah kalau terlalu banyak memilih …. Seleranya yang kayak apa sih …?

P. Dharsono :

Serius nanya nih …?

Suara dari ponsel :

Ya iyalaaaaah …. Masak iya doooong ….? Aku jadi penasaran nih mas ….
P. Dharsono :

Kalau penasaran … itu berarti ada perhatian ya … ? Orang yang sudah keriput
kayak saya …, masak sih masih ada yang mau …?

Suara dari ponsel :

Kalau ada yang bener-bener mau gimana ….?

P. Dharsono :

Ya tergantunglah …. Siapa dulu orangnya ….?

Suara dari ponsel :

Kalau aku gimana ….? Gak sesuai selera …?

P. Dharsono :

Kalau Jeng Sri sih …. Ya …. Sepertinya enggak lah …

Suara dari ponsel :

Enggak gimana Mas …. Enggak mau kalau sama aku ….

P. Dharsono :

Maksudnya enggak nolak …. Alias jangan sampai enggak … gimana ….?

TIBA-TIBA BU SUNARSIH ( ISTERI P. DHARSONO ) MASUK … LANGSUNG DUDUK


TANPA DIKETAHUI OLEH SUAMINYA … DAN IKUT MENGUPING PEMBICARAAN
SUAMINYA DENGAN SESEORANG DARI PONSEL…

Suara dari ponsel :

Gitu ya mas …. ? Terus kapan kita bisa ketemuan lagi ….?

P. Dharsono :

Udah dulu ya Jeng Sri … ada rekanan bisnisku yang datang … Nanti kita
ketemu di tempat biasa jam delapanan … oke….? Jangan nggak datang lho …
Aku benar-benar kecewa kalau Jeng Sri nggak datang… Bye ….!.

PAK DHARSONO MEMATIKAN PONSELNYA ….


Bu Sunarsih :

Kok sudah ditutup Hp nya ….? Terus ….! Terus rayu aja itu Jeng Sri….

BUKAN MAIN KAGETNYA PAK DHARSONO, KETIKA TANPA


SEPENGETAHUANNYA, TERNYATA ISTERINYA SUDAH ADA DISITU…

P. Dharsono : ( NARATIVE )

Waduh …. Ciloko …. ! Si Bethet Sewu dadak wis njegegrek ono kene ….! Tapi
aku gak kurang akal … Dharsono … si raja gombal … mosok kalah karo bojo …

Bu Sunarsih :

Kenapa kok ndlilek aja kayak gitu ….? Koyok manuk engkuk sing kenek tulup …
Kenapa ….? Jeng Sri sopo maneh iku …? Penyakit nggombal kok gak mari-mari
se sampeyan iku ….? Aku iki wis sampeyan anggep matek ta …?

P. Dharsono :

Gak usah muring-muring …. Engkuk mundhak ilang ayumu ….

Bu Sunarsih :

Gombaaaaal….! Aku iki sadar nek wis tuwek … wis elek … wis perot .. mulane
sampeyan bingung ae golek daun muda ….

P. Dharsono :

Oalah Sih …. Sih …! Molai manten anyar sampek saiki … bojoku itu lho Cuma
kamu …. Nek perkoro nggombal .. iku wis penggaweyanku … sebab Jeng Sri
ngono wong sing tajir … Aku arep disilihi modal kanggo kulakan sapi nang
Lumajang ….

Bu Sunarsih :

Kok janjian ketemuannya di Café …? Mosok urusan bisnis ketemunya di Café…?

P. Dharsono :

Iki ngono jaman modern … ketemu soal opo ae .. opo maneh sol bisnis… pasti
ndhik Café… Kalau ketemuannya di rumah kita ini .. sido mbok kruwes tah …
lha wong aku maeng ngomong nek gak duwe bojo …
Bu Sunarsih :

Aku itu sudah terlalu sering sampeyan buat sakit hati … untung-untungan aku
nggak kurus kering karena ngenes …

P. Dharsono :

Yang namanya isteri itu tahunya Cuma nyadhong …. Minta duit belanja….
Untung aku ini bukan ASN yang punya jabatan …

Bu Sunarsih :

Memang kenapa kalau jadi ASN yang punya jabatan …?

P. Dharsono :

Ya jelas korupsi …! Lha wong kamu kalau minta apa-apa pasti njiat … ! Coba
sekarang kamu lihat sendiri penampilan kamu … perhiasan sak pasar mbok
gawe kabeh …? Kamu itu mau kemana…?

Bu Sunarsih :

Mau arisan … sama ibu-ibu sosialita …

P. Dharsono :

Harus pakai perhiasan koyok toko emas mlaku ngono tah …?

Bu Sunarsih :

Ya semua orang biar tahu … kalau aku itu isterinya Mas Dharsono … orang
paling kaya di kampung kita ini …. Gengsi Mas …. Gengsi ….!

P. Dharsono :

Ngono tah ….? Yo wis nek ngono … memang orang harus tahu .. kalau aku itu
bukan orang sembarangan … meskipun hanya blantik sapi … tapi blantik yang
sukses…

CAMERA LS PADA NARYOSO YANG NYELONONG MASUK DAN LANGSUNG


DUDUK DI KURSI TAMU …. PAK DHARSONO DAN ISTERINYA TAMPAK KAGET..
SEMENTARA NARYOSO SEPERTI TIDAK MEMPEDULIKAN BAPAK DAN IBUNYA…
P. Dharsono :

Hei ….! Mlebu omah padhane mlebu kandhange wedhus ae … gak salam ….
seperti nggak pernah diajari sopan-santun… Mosok bapak embokmu sak mene
gedhene gak ketok le ….?

Naryoso :

Makanya Pak …. Buk …. Jangan Cuma memikirkan kepentingan masing-masing


saja ! Aku ini kan juga harus dipikirkan ….!

Bu Sunarsih :

Kamu itu yo aneh … Sandang cukup … pangan cukup … dhuwik gak tau gak
nyekel … kurang apa lagi …? Sepeda montormu yo keluaran terbaru …. apa
masih kurang ….?

Naryoso :

Aku nggak mau debat …. Aku itu belum punya isteri sampai sekarang … Kok
bapak sama ibuk nggak pernah peduli ….?

P. Dharsono :

Kamu itu kan laki-laki yang sudah dewasa … Nggak bisa nyari sendiri… ? Apa
kamu itu belum punya pilihan …?

Naryoso :

Pilihan sih sudah ada … Cuma dia yang nggak mau sama aku … padahal aku
nggak akan pernah mau sama wanita lain selain dia ….

P. Dharsono :

Yos …. Paribasane wajik klethik legi rasane … awakmu ditampik kurang


apane..? Opo gak ngerti kalau kamu itu anakku …? Anak orang paling kaya di
kampung ini …?

Naryoso :

Ya dia tahu kalau aku anaknya bapak … lha wong rumahnya juga dekat
dengan kita … bahkan masih satu RW …
Bu Sunarsih :

Yang kamu maksud itu siapa namanya …? Siapa nama orang tuanya ….?

Naryoso :

Namanya Utari … anaknya Pak Rahman …..

P. Dharsono :

Oalaaaah … lha wong atase anake P. Rahman ae kok sampek nggak mau sama
kamu ….? P. Rahman itu Cuma kulinya Pak Burhan … Isterinya Cuma bakul
rujak …. Memang kamu sudah menyatakan cinta sama si Utari itu …

Naryoso :

Sudah …

P. Dharsono :

Jawabnya apa ….?

Naryoso :

Ya dia bilang nggak mau … katanya aku itu kurang ajar dan Cuma suka iseng
sama perempuan ….

Bu Sunarsih :

Memang kamu suka nggoda dia …?

NARYOSO MENGANGGUK

Naryoso :

Iya…. Aku memang suka menggoda dia …

Bu Sunarsih :

Itu masalahnya ….! Perempuan itu nggak suka kalau cuma digoda-goda …
apalagi Utari itu kan guru ….

Naryoso :

Terus bagaimana Buk …? Aku itu cinta berat sama dia ….


P. Dharsono :

Kalau kamu memang benar-benar menginginkan Utari untuk jadi pasangan


hidupmu … ngomong baik-baik sama dia….

Naryoso :

Aku sudah berusaha ngomong baik-baik .. tapi dia nggak mau nanggapi …
Sekarang yang kubutuhkan … aku bisa segera memiliki Utari …. Utari …. Ya …
hanya Utari yang kuinginkan …

P. Dharsono :

Terus … karepmu yok opo …?

Naryoso :

Aku kepingin bapak segera melamar Utari …. ! Siapa tahu kalau bapak
ngelamar Utari …. Dia terus percaya bahwa aku benar-benar serius … Selama
ini Utari menganggap aku Cuma nggodain dia aja …

P. Dharsono :

Oalaaaaah … lha wong Cuma gitu aja kok repot …. Kan ada paribasan … anak
polah .. bopo kepradah …

Naryoso :

Artinya apa itu pak …

P. Dharsono :

Artinya … kalau anaknya berbuat sesuatu … bapaknya pasti ikut menanggung


resiko … seperti kamu saat ini …

Naryoso :

Paribasan itu dibalik saja … Kalau bapaknya banyak tingkah …

MEMOTONG KALIMAT NARYOSO SAMBIL MENGACUNGKAN TINJUNYA ….

P. Dharsono :

Ojo kok terusno … gak sido tak lamarno … nyonyor koen ….


Naryoso :

Gak usah muring-muringlah pak … Kapan bapak mau ke rumah Utari …?

P. Dharsono :

Nanti malam ….! Nanti malam Bapak mau ke rumah Utari untuk melamar …
Sebentar lagi bapak mau belanja untuk peningset …. Nek Ibukmu ngeboti
arisan, yo tak budhal dhewe…

Naryoso :

Itu baru seorang bapak yang baik hati dan bijaksana … Ngerti banget dengan
keinginan anak laki-laki yang Cuma satu-satunya ….

P. Dharsono :

Gak usah ngrayu … Aku yo selak kepingin nduwe putu kok ….

DISSOLVE TO :

Scene – 020

Int. Rumah Pak Rahman – malam

Pemain : P. Rahman – Bu Rahman – P. Dharsono – Bu Sunarsih - Utari – Andri -


Anita

FS CAMERA PADA KESIBUKAN PAK RAHMAN DAN BU RAHMAN YANG SEDANG


MELAYANI TAMUNYA, YAITU PAK DHARSONO DAN ISTERINYA YANG DATANG
BERTAMU DENGAN MEMBAWA BANYAK SEKALI OLEH- OLEH… MAKLUMLAH ..
DI KAMPUNG ITU PAK DHARSONO TERMASUK SALAH SATU TOKOH
MASYARAKAT YANG SANGAT DISEGANI LANTARAN KEKAYAANNYA.

P. Rahman :

Maaf Pak Dhar … seperti mimpi saja … malam ini panjenengan kerso bertamu
ke rumah saya … mimpi apa saya semalam ya ….?

Bu Rahman :

Kata orang tua …. Begjo kemayangan ..kadyo kajugrugan Wukir Sari ..


P. Dharsono :

Asal jangan njanur gunung … artinya kadingaren kadingaren itu tumben …


Kalau selama ini saya nggak pernah silahturrahmi itu karena kesibukan ..
maklumlah .. ternak sapi dan kambing-kambing saya semakin bertambah
banyak …

Bu Sunarsih :

Dan anehnya …. Sapi-sapi dan kambing-kambing itu nggak mau makan kalau
bukan Mas Dhar yang ngasih makan …

P. Rahman :

Alhamdulillah Pak Dhar … saya ikut senang mendengarnya … tapi kenapa Pak
Dhar membawa oleh-oleh segitu banyaknya ….? Saya dan isteri jadi bingung…

P. Dharsono :

Itu belum seberapa … nanti kalau urusan kita beres dan berakhir dengan
menyenangkan … apapun keinginan P. Rahman dan Bu Rahman akan saya
penuhi … ya … asal jangan minta Sapi berkepala monyet saja ..ha,ha,hahaha…

Bu Sunarsih :

Betul …. Asal untuk kebahagiaan anak … apapun akan kami lakukan … minta
apa saja pasti akan saya beri …

MENDENGAR KATA-KATA PAK DHARSONO DAN ISTERINYA … PAK RAHMAN


DAN BU RAHMAN MENJADI BINGUNG DAN SALING BERPANDANG-
PANDANGAN….

P. Rahman :

Maaf, Pak Dharsono … saya jadi semakin bingung … sebenarnya ada apa ini …?

PAK DHARSONO SEPERTI TIDAK MENGHIRAUKAN PERTANYAAN PAK RAHMAN..


BAHKAN IA BERTANYA SESUATU KEPADA PAK RAHMAN …

P. Dharsono :

Oh, ya ..Pak Rahman … anak sampeyan itu kan tiga … yang satu Ning Utari ..
kemudian ada yang masih kecil-kecil dua orang .. kemana mereka …?
P. Rahman :

Ada … ada Pak …. ( PAK RAHMAN SEGERA MEMANGGIL ANDRI DAN ANITA )..
Andri … ! Anita …. ! Sini … keluarlah …..!

ANDRI DAN ANITA SEGERA KELUAR DAN MENYALAMI PAK DHARSONO…

PAK DHARSONO MANGGUT-MANGGUT … KEMUDIAN MEROGOH DOMPET


YANG ADA DI SAKU CELANANYA … MENGELUARKAN DUA LEMBAR UANG
RATUSAN RIBU … DAN DIBERIKANNYA PADA ANDRI DAN ANITA ….

P. Dharsono :

Ini untuk jajan besok pagi di sekolah ….

Andri dan Anita :

Terimakasih Pakdhe Dar ….

ANDRI DAN ANITA SEGERA MASUK KEMBALI KE KAMARNYA…..

Bu Sunarsih :

Lha terus …. Ning Utari mana …? Saya kok belum melihat dia dari tadi …

P. Rahman :

Utari masih ada pertemuan dengan anak-anak mahasiswa yang sedang KKN di
Kampung Wisata kita ini … tapi sebentar lagi pasti pulang … tadi dia bilang
sebelum jam delapan malam sudah pulang ….

PAK DHARSONO MENGANGGUK ….

CUT TO :

Scene - 021

Int. Sebuah Pondok untuk acara pertemuan – malam

Pemain : Utari – Ananta – Mahasiswa KKN – P. Sakur dkk

TAMPAKKAN DALAM GAMBAR ADANYA PERTEMUAN ANAK-ANAK


MAHASISWA DENGAN PERWAKILAN PEMUDA PEDULI WISATA DAERAH.
Utari :

Benar …. Acara kita ini harus sudah selesai sebelum jam delapan malam ..
sebab aku hanya diberi ijin oleh ortu Cuma sampai jam delapan malam. Nah…
sekarang yang perlu kita bahas adalah soal konsep. Sudah hampir satu tahun
tempat ini sepi dari pengunjung .. hal inilah yang harus kita carikan solusinya..

Ananta :

Yang harus menjadi pokok bahasan malam ini adalah Faktor Pendukung dan
Faktor Penghambatnya …. Karena untuk menciptakan sebuah Destinasi Wisata
yang bagus sangat dibutuhkan kesadaran masyarakat sekitarnya juga…

Mahasiswa I :

Saya setuju … ! Sebab selain untuk menambah kekayaan Destinasi Wisata


Daerah .. adalah juga untuk peningkatan ekonomi masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian perlu pemikiran secara konprehensif… terpadu dan
melibatkan berbagai kalangan … mulai pelaku ekonomi .. pelaku seni …
utamanya Dinas dan Instansi terkait dan juga akademisi …

Mahasiswa II :

Yang tidak kalah pentingnya itu ya kesadaran masyarakatnya , dimana tempat


wisata itu berada . Kalau di Kampung Seribu Topeng ini … yang sangat
berperan penting adalah penduduk yang ada di sekitar tempat Wisata ini …
tentang bagaimana cara menghadapi siapapun yang akan berkunjung.
Misalnya sikapnya yang ramah saat ditanya …. Murah senyum … membuat
indah dan bersih di sepanjang jalan menuju lokasi Wisata dan sebagainya …

CUT TO :

Scene – 022

Int. Rumah P. Rahman – malam

P. Dharsono :

Sebenarnya kedatangan saya ke rumah Pak Rahman ini mau melamar anak
sampeyan yang bernama Utari itu ….
Bu Rahman :

Melamar anak saya ….? Untuk siapa pak ….?

P. Dharsono :

Ya untuk anak saya …. Si Naryoso ….! Masak untuk saya …..? Utari itu belum
punya calon kan ….?

P. Rahman :

Menurut anggapan saya sih … Utari itu belum pernah cerita soal pacar…
apalagi calon … maklumlah anak sekarang… penuh rahasia …

P. Dharsono :

Ya kalau belum … saya mau melamar Utari… mudah-mudahan sampeyan


berdua mengijinkan Si Utari itu untuk saya jadikan menantu …

P. Rahman :

Kalau saya dan ibunya Utari tentu saja seneng andaikata jadi besan Pak Dhar ..
tapi dalam hali ini yang akan menjalani kan Utari … jadi sebaiknya kita tunggu
saja Utari pulang … nanti dia sendiri yang akan menjawab…

TERDENGAR SUARA DARI LUAR YANG MENGUCAPKAN SALAM …. DAN


TERNYATA ITU ADALAH SUARA UTARI YANG BARU PULANG …

Utari :

Assalamu’alaikum …. Maaf …. Saya nggak tahu kalau ada tamu…

Bu Rahman :

Tari … duduk saja dulu … ini kebetulan ada tamu … dan ibuk yakin kamu
kenal..Tamu kita ini perlu sama bapak dan ibu .. tapi kamulah yang ditunggu
dan menjadi penentu ….

P. Dharsono :

Waduh…waduh … lha wong si Utari sudah dewasa dan cantiknya kayak gini ..
pantes saja anakku kediiaaanan ora karuan …
UTARI TAMPAK SEDIKIT BINGUNG … NAMUN IA MEMBERANIKAN DIRI UNTUK
BERTANYA….

Utari :

Maaf … saya belum mengerti maksudnya …

P. Rahman :

Utari … P. Dhar ini datang ke rumah kita untuk melamar kamu … dan akan
dijodohkan dengan anak tunggalnya … pasti kamu juga sudah kenal …

TAMPAK SEKALI UTARI SANGAT TERKEJUT .. NAMUN DIA BISA MENGUASAI


KEADAAN …

Utari :

Maksudnya melamar saya untuk dijodohkan dengan Naryoso ….

P. DHARSONO - BU SUNARSIH – P. RAHMAN – BU RAHMAN MENJAWAB


BERBARENGAN …….

Betul …….

Utari : ( NARATIVE )

Ternyata si thengil itu benar-benar membuktikan ucapannya mau melamar


aku.. Dasar preman kampung … mau melamar orang seperti mau beli sayur
aja.. nggak pakai ba, bi, bu lebih dulu … langsung nyelonong saja….

MELIHAT ANAKNYA CUMA BENGONG .. PAK RAHMAN SEGERA MENEGURNYA..

P. Rahman :

Utari …. Bapak minta kamu bisa memberikan jawaban pada Pak Dharsono …
sebab semua keputusan ada di tanganmu … kan kamu yang mau menjalani …

P. Dharsono :

Iya Ndhuk …. Malam ini saya harus dapat jawaban … sebab anak saya si
Naryoso sudah menunggu di rumah dengan penuh pengharapan … Diterima
kan …. Lamaran saya ini ….?
DENGAN TERLEBIH DAHULU MENATA PERASAANNYA.. UTARI MEMBERI
JAWABAN PADA PAK DHARSONO

Utari :

Begini Pak … saya ini kan harus berpikir dulu .. ini soal perjodohan .. soal rumah
tangga … jadi nggak mungkin saya langsung bisa menjawab …

P. Dharsono :

Kenapa nggak bisa menjawab sekarang …? Naryoso ingin memperisteri kamu ..


karena Naryoso sangat mencintai kamu … Anakku itu , meskipun sangat
ndableg… tapi dia sangat bertanggungjawab. Apalagi dia Cuma anakku satu-
satunya … sudah pasti semua hartaku akan jatuh ke tangan dia …

Utari :

Tapi maaf pak … saya belum bisa … Permisi .. saya masuk dulu …

UTARI SEGERA MENINGGALKAN RUANG TAMU ITU DAN SEGERA MASUK


KAMARNYA. PAK DHARSONO KELIHATAN SANGAT KECEWA ….

P. Dharsono :

Ini terus bagaimana urusannya …? Saya sudah bawakan peningset maem-


macem lho …

P. Rahman :

Ya … mau bagaimana lagi Pak … anak saya belum siap untuk berumahtangga…

P. Dharsono :

Yo wis … rupa-rupane antara saya sama sampeyan nggak jadi besanan … cekak
cukupe lamaranku iki ditolak yo …. ? Yo …ora opo-opo …. Nek ngono gawan-
gawanku maeng tak gowo mulih maneh … termasuk dhuwik sing tak kekno
anak-anak sampeyan maeng ….

P. Rahman :

Iya Pak Dhar … nggak apa-apa … barang-barang bawaan sampeyang dipun


asto kundur malih mawon …. ( BICARA PADA ISTERINYA ) Bu … uang yang di
Andri dan Anita tadi tolong diminta kembali ….
BU RAHMAN SEGERA MASUK KE KAMAR ANAKNYA … SESAAT KEMUDIAN
KELUAR LAGI DENGAN MEMBAWA DUA LEMBAR UANG RATUSAN RIBU….

PAK DHARSONO MENERIMA KEMBALI UANG YANG DISODORKAN OLEH BU


RAHMAN… KEMUDIAN SETELAH MENGAMBIL KEMBALI SELURUH BARANG-
BARANG YANG TADI DIBAWANYA, SEGERA PAMITAN …

P. Dharsono :

Kalau begitu saya pamit … Dan maaf … barang-barang ini terpaksa saya minta
kembali … lha wong lamaranku ditolak kok …..

SEPENINGGAL PAK DHARSONO … SELURUH KELUARGA PAK RAHMAN KUMPUL


DI RUANG TAMU …. SETELAH SALING PANDANG DAN SALING TERSENYUM …
ORANG TUA DAN ANAK-ANAKNYA ITU SAMA-SAMA MEMEGANG JIDATNYA
SERAYA BERKATA BARENG…..

P. Rahman dan Keluarga :

Ajuuuur….. ajuuuur …..!

DISSOLVE TO :

Scene – 023

Int. Rumah P. Dharsono - malam

Pemain : P. Dharsono - Naryoso

YANG MULA-MULA TAMPAK DALAM GAMBAR ADALAH PAK DHARSONO


MEMBANTING ASBAK ROKOK DENGAN MENIMBULKAN SUARA YANG
BERGELONTANG… SEMENTARA NARYOSO CUMA DUDUK BENGONG…

P. Dharsono :

Sak umur-umur baru pisan iki aku digawe wirang uwong… Lha wong atase
nglamar wong gak gableg ae sampek ditolak …. Iki ngono sing sebel yo
awakmu Yos ….. Yos …! Dadi wong lanang gak enthos …! Aku kuwirangan ..!
Ngerti ….?

Naryoso :

Kok aku yang dimarahi …. ?


P. Dharsono :

Lha terus …. Mau siapa yang saya marahi ….? Anakku itu kan kamu ….?

Naryoso :

Anak Cuma satu … nggak bisa nuruti kemauannya … Katanya bapak itu hebat
selalu bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah …

P. Dharsono :

Kamu anggap bapakmu ini pegadaian …? Iya ….? Sebenarnya kurang apa sih
bapakmu ini …? Siapa sih yang nggak kenal bapakmu ini …? Mulai dari blantik
sapi… juragan besi tua … juragan tayub … juragan ludruk … juragan
campursari.. tandhak … sindhen …

Naryoso :

Kenapa ngelamar Utari saja ditolak ….?

P. Dharsono :

Lha kenapa Utari nggak mau ketika kulamar …. ? Itu berarti Utari nggak
seneng sama kamu ….! Coba kalau bapak masih muda … Cinta ditolak … dukun
bertindak ….

NARYOSO BERDIRI DAN MENENGADAHKAN TANGANNYA

Naryoso :

Kalau begitu … aku minta uang …

P. Dharsono :

Untuk apa uang …?

Naryoso :

Mau ke dukun … ! Harus bawa uang kan ….?

PAK DHARSONO SEGERA MENGAMBIL DOMPET DARI SAKU CELANANYA ..


DIAMBILNYA BEBERAPA LEMBAR RATUSAN RIBU …. DIBERIKANNYA PADA
NARYOSO ….
CUT TO :

Scene - 024

Int. Sebuah Café yang cukup ternama di Malang – malam

Pemain : Riska – Ananta – Pelayan Café – beberapa orang pengunjung Café.

DI SALAH SATU CAFÉ YANG CUKUP DIKENAL DI KOTA MALANG…. DENGAN


SUASANA YANG ENAK DAN NYAMAN .. CAMERA LS KE ARAH RISKA DAN
ANANTA YANG BERADA DIANTARA PARA PENGUNJUNG.

RISKA DAN ANANTA TAMPAK MEMBOLAK-BALIK DAFTAR MENU …


MENGAMBIL NOTA PESANAN DAN MENULIS DAFTAR PESANAN … KEMUDIAN
MEMANGGIL PELAYAN DAN MENYERAHKAN DAFTAR PESANANNYA…

SIKAP RISKA YANG AGRESIF DAN SIKAP ANANTA YANG AGAK CANGGUNG
DITAMPAKKAN SECARA VISUALISASI …

Riska :

Nanta … tahu nggak kamu … aku tuh ya … pingiiiin banget ngobrol-ngobrol


yang banyak sama kamu …. Banyak yang ingin kuceritakan sama kamu seperti
dulu …. Dulu … kamu masih suka nelpon … WA sama aku …. Sekarang sama
sekali nggak pernah … kenapa …? Keasyikan sama Utari ya ….?

PELAYAN CAFÉ DATANG MENGANTARKAN PESANAN MEREKA. SAMBIL


MENIKMATI MENU YANG DIPESANNYA… RISKA TERUS MENDESAK ANANTA
DENGAN SEGALA KEINGIN TAHUANNYA….

Riska :

Nanta ….. kamu ngomong dong … jangan diem aja kayak gitu ….! Aku tuh
ngajak kamu ke tempat ini untuk seneng-seneng … bukan untuk perlombaan
diem ….

KECANGGUNGAN ANANTA MASIH SANGAT NAMPAK….

Ananta :

Aku harus ngomong apa sama kamu ….?


Riska :

Ya ngomong apa ajalah … aku sebenarnya kan ingin tahu .. bagaimana sih
sebenarnya perasaan kamu ke aku ….?

Ananta :

Perasaan aku dari dulu ke kamu tetap sama …. Sejak kita masih sama-sama di
SMA … aku menganggap kamu sebagai sahabat … tidak lebih …

Riska :

Ya jangan gitu lah … aku tuh sudah terlanjur menjatuhkan pilihan ke kamu …
Bahkan orangtuaku juga sudah tahu …

Ananta :

Tapi aku sudah punya pilihan Ris … Aku sudah punya cinta … Cinta itu akan
terus aku pertahankan ..

Riska :

Kalau pilihan kamu itu Utari … kurasa kamu salah pilih …. Aku dan kamu itu
selevel … sedangkan Utari samasekali nggak sederajad dengan kita … Apa sih
yang kamu harapkan dari dia …?

Ananta :

Kenapa kata-kata itu selalu kamu ulangi ….? Aku mencintai Utari karena dia
memang pilihanku … aku tidak pernah memandang harta dan kedudukan
status sosialnya …. Bagiku Utari adalah perempuan yang sempurna …

Riska :

Apakah aku kamu anggap bukan perempuan yang baik ….?

Ananta :

Aku nggak bicara seperti itu …

Riska :

Terus … kenapa kamu lebih memilih Utari daripada aku …?


Ananta :

Itu sudah keputusanku … Bagi aku.. Keputusan dalam hidup itu hanya sekali
dalam menjatuhkan pilihan ..

RISKA MENATAP ANANTA DENGAN PERASAAN TERAMAT DONGKOL…

Riska :

Jadi aku samasekali nggak punya arti bagi kamu Nanta ….?

Ananta :

Siapa yang mengatakan kamu nggak punya arti bagiku …? Dari kecil kita sudah
sahabatan … otang tua kita juga sahabatan.. bahkan sedah seperti sudara… Itu
artinya kamu sangat berarti bagi aku …

Riska :

Tapi tidak untuk orang yang special dalam hati kamu kan …?

Ananta :

Di hati aku sudah ada Utari …tidak bisa terisi oleh orang lain …

Riska :

Oke … silahkan cintai Utari … tapi asal kamu tahu … bagi aku .. Utari adalah
merupakan duri dalam dagingku yang harus disingkirkan … Sekarang antarkan
aku pulang …. Atau aku pulang sendiri ….

RISKA MENGAMBIL DUA LEMBAR UANG RATUSAN RIBU DAN DILETAKKAN


DIBAWAH GELAS, KEMUDIAN BERGEGAS MENINGGALKAN ANANTA DENGAN
WAJAH YANG CEMBERUT DAN LANGKAH YANG TERGESA-GESA…

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN .. ANANTA JUGA BANGKIT DARI DUDUKNYA..


SEGERA MENYUSUL RISKA.

CUT TO :

Scene – 025

Ext / Int Museum Mpu Purwa – siang


Pemain : Utari – Murid-murid SD

FS CAMERA PADA UTARI YANG SEDANG MEMBAWA MURID-MURIDNYA KE


MUSEUM MPU PURWA. SELURUH TEMPAT-TEMPAT YANG MENYIMPAN
EDUKASI SEJARAH BERUPA PATUNG-PATUNG DAN PRASASTI SUDAH DILIHAT
SEMUANYA …. KEMUDIAN ROMBONGAN MURID-MURID YANG DIPIMPIN
UTARI BERHENTI DI LOBBY MUSEUM … SAAT ITULAH UTARI MENERANGKAN
SIAPA SEBENARNYA SOSOK MPU PURWA.

Utari :

Anak-anak … Museum ini dinamakan Museum Mpu Purwa … untuk


mengingatkan pada kita .. bahwa pada masa lalu .. di Desa Panawijen, yang
sekarang bernama Polowijen … ada seorang Pertapa bernama Mpu Purwa…
Beliau memiliki seorang Putri bernama Putri Ken Dedes … yang mendapat
sebutan Putri Nareswari….

SALAH SATU MURID ADA YANG BERTANYA …

Murid :

Putri Nareswari itu artinya apa Bu ….?

Utari :

Putri Nareswari memiliki arti bahwa dari beliaulah .. kelak akan lahir Penguasa
– Penguasa di Tanah Jawa ….. Nah … setelah ini , perjalanan akan kita
lanjutkan ke Pasar Seni Bareng … disana kalian akan bisa melihat pembuatan
topeng….

DISSOLVE TO :

Scene – 026

Ext/Int. Pasar Seni Bareng – siang

Pemain : Utari – Murid-murid SD – Pembuat Topeng .

PADA SCENE INI ADALAH VISUALISASI DARI KEGIATAN PEMBELAJARAN


PEMBUATAN TOPENG YANG DIBERIKAN OLEH SEORANG AHLI.
TAMPAKKAN DALAM GAMBAR KEAKTIFAN MURID-MURID DALAM MERESPON
PEMBELAJARAN SENI PEMBUATAN TERSEBUT.

MONTAGE :

INSTRUKTUR YANG SEDANG MENGAJARKAN CARA PEMBUATAN TOPENG…


UTARI YANG JUGA IKUT BELAJAR MEMBUAT TOPENG BERBAUR DENGAN
MURID-MURIDNYA…..

DISSOLVE TO :

Scene - 027

Int. Ruang Guru SDN Tempat Utari mengajar – siang

Pemain : Utari – Murid- murid SD

TAMPAKKAN DALAM GAMBAR UTARI YANG BARU SAJA KEMBALI KE SEKOLAH


SETELAH MENGANTARKAN MURID-MURIDNYA. SETELAH MEMBERIKAN
PENGARAHAN PADA MURID-MURIDNYA.. UTARI MENYURUH MEREKA
PULANG… TIBA-TIBA PANDANGAN MATA UTARI TERTUJU PADA AMPLOP
PUTIH YANG TERLETAK DI MEJANYA … DIAMBILNYA AMPLOP PUTIH ITU..
TERNYATA DI DALAMNYA ADA SECARIK KERTAS … SETELAH DIBUKA … ADA
KALIMAT YANG TERTULIS DI SECARIK KERTAS ITU …

“ Kamu sudah janji untuk tidak dekat-dekat dengan Ananta … Ingat .. kamu
ingkari janjimu … aku akan membuat kamu dan keluargamu menderita “

SETELAH DIBACA … SECARIK KERTAS ITU DIMASUKKAN KE DALAM TASNYA…


KEMUDIAN UTARI BERGEGAS MENINGGALKAN SEKOLAH ITU …

INSERT :

TIDAK JAUH DARI RUANG GURU YANG ADA DI SEKOLAH ITU … RISKA DAN
PARAMITA TERSENYUM MELIHAT KE ARAH UTARI …

DISSOLVE TO :

Scene - 028

Ext. Jalan Desa menuju Kampung Seribu Topeng – siang

Peemain : Utari – Ananta


UTARI SUDAH DALAM PERJALANAN PULANG KE RUMAHNYA ….

LANGKAH- LANGKAHNYA SENGAJA DIPERCEPAT .. KARENA INGIN SEGERA


SAMPAI RUMAH DAN BERISTIRAHAT…

DARI ARAH BELAKANG UTARI … LS CAMERA PADA ANANTA YANG SEDANG


MENGEJAR UTARI … SETELAH DEKAT … ANANTA SEGERA MEMANGGIL UTARI..

Ananta :

Utari tunggu …. Biar kamu kuantar pulang …

Utari :

Tidak usah Nanta …. Aku sudah terbiasa jalan kaki …

Ananta :

Tari… kenapa akhir-akhir ini kamu menghindar terus dari aku …?

Utari :

Sudahlah Nanta … aku sudah tidak ingin lagi bicara apa-apa dengan kamu ..
Lebih baik kamu pulang … jangan mengikuti aku terus … dan jangan punya
keinginan untuk mengantar atau menjemputku lagi …

Ananta :

Apa-apaan ini Tari .. Kalau ada persoalan.. kenapa tidak kita bicarakan dengan
cara dewasa …? Kenapa harus dengan cara anak-anak seperti ini …?

Utari :

Ananta … aku memang ingin berbicara banyak padamu … tapi tidak sekarang
dan bukan di jalanan … Cepatlah tinggalkan aku … biarkan aku pulang sendiri ..
kecuali kamu memang menginginkan aku dan keluargaku menderita….

Ananta :

Utari … katakanlah … apa yang sebenarnya terjadi … Aku ingin tahu … kenapa
sikapmu mendadak berubah… Apakah kamu diancam Riska …?

ANANTA MENCOBA MENDESAK UTARI …..


UTARI SAMASEKALI TIDAK MENGGUBRIS ANANTA … IA TERUS BERJALAN
MENINGGALKAN ANANTA…

ANANTA MENGHENTIKAN MOTORNYA DAN TIDAK MENGIKUTI UTARI YANG


TERUS MELANGKAH MENJAUHINYA …. MAKIN LAMA MAKIN JAUH … DAN
SEMAKIN JAUH DARI PANDANGAN MATA …. NAMUN TIBA-TIBA MATA
ANANTA TERBELALAK …. ANANTA MELIHAT DARI KEJAUHAN … LANGKAH
UTARI TIBA-TIBA GONTAI … DAN JATUH TERJEREMBAB DI JALAN DESA
MENUJU KE ARAH KAMPUNG WISATA SERIBU TOPENG …

ANANTA MENINGGALKAN MOTORNYA DI JALAN … IA BERLARI KE ARAH UTARI


SAMBIL BERTERIAK MEMANGGIL NAMA UTARI ….

Ananta :

Utari ……………!!!

------ STOP MOTION ----


Bersambung …

Pasar Seni Bareng, Akhir Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai