Anda di halaman 1dari 47

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR KM 245 TAHUN 2021
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR
KM 186 TAHUN 2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan


Nomor 129/PMK.05/2020 tentang Pedoman Pengelolaan
Badan Layanan Umum, untuk keselarasan proses
perencanaan Satuan Kerja Badan Layanan Umum
di lingkungan Kementerian Perhubungan perlu
dilakukan penyempurnaan terhadap Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 186 Tahun 2020 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan
Menteri Perhubungan tentang Perubahan atas
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 186 Tahun
2020 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran;
- 2 -

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang


Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang
Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 105, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5178);
4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
5. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun
2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor
68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 106);
6. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 182);
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.02/2019
tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1703);
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.05/2020
tentang Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
1703);
- 3 -

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 67 Tahun


2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 873);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN
NOMOR KM 186 TAHUN 2020 TENTANG PETUNJUK
TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN.

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Lampiran Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 186 Tahun 2020 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran diubah,
sebagai berikut:
1. Ketentuan BAB II angka 2.3.c.2.a).5). diubah sehingga
berbunyi sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini;
2. Ketentuan BAB II angka 2.3.d.4. diubah sehingga
berbunyi sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini;
3. Ketentuan BAB II angka 2.3.e.2.r diubah sehingga
berbunyi sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini;
4. Menambah ketentuan dalam BAB II setelah angka 2.7
yakni angka 2.8 Tahapan Penyusunan dan
Penyampaian Rencana Bisnis Anggaran sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini;
5. Tabel dalam BAB IV angka 3.7 diubah sehingga
menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini.
- 4 -

> * «

Pasal II
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 15 Desember 2021

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

SALINAN Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:


1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
3. Menteri Sekretaris Negara;
4. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas;
5. Menteri Keuangan;
6. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan;
7. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan;
8. Para Direktur Jenderal di Lingkungan Kementerian Perhubungan;
9. Para Kepala Badan di Lingkungan Kementerian Perhubungan.
- 5 -

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KM 245 TAHUN 2021
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN
MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM
185 TAHUN 2020 TENTANG PETUNJUK
TEKNIS PENYU SUNAN RENCANA
KERJA DAN ANGGARAN

BAB II
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

2.1 Pendekatan Penyusunan Anggaran

Pendekatan yang digunakan dalam penganggaran terdiri dari pendekatan

penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja (PBK), dan kerangka

pengeluaran jangka menengah (KPJM).

a. Pendekatan Penganggaran Terpadu

Penganggaran terpadu merupakan unsur yang paling mendasar bagi

penerapan pendekatan penyusunan anggaran lainnya, dengan kata lain

bahwa pendekatan anggaran terpadu merupakan kondisi yang harus

terwujud terlebih dahulu.

Penyusunan anggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan

seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan K/L

untuk menghasilkan dokumen RKA-K/L dengan klasifikasi anggaran

menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Integrasi atau

keterpaduan proses perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar

tidak terjadi duplikasi dalam penyediaan dana untuk K/L baik yang

bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya operasional.


- 6 -

Pada sisi yang lain penerapan penganggaran terpadu juga diharapkan

dapat mewujudkan Satuan Kerja (Satker) sebagai satu-satunya entitas

akuntansi yang bertanggung jawab terhadap aset dan kewajiban yang

dimilikinya, serta adanya akun (pendapatan dan/atau belanja) untuk

satu transaksi sehingga dipastikan tidak ada duplikasi dalam

penggunaannya.

Mengacu pada pendekatan penyusunan anggaran terpadu tersebut di

atas, penyusunan RKA-K/L menggunakan hasil restrukturisasi

program/kegiatan dalam kaitannya dengan klasifikasi anggaran

menurut program dan kegiatan, serta penataan bagian anggaran dan

satker untuk pengelolaan anggaran dalam kaitannya dengan klasifikasi

anggaran menurut organisasi.

b. Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)

Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) merupakan suatu pendekatan

dalam sistem penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara

pendanaan dan kinerja yang diharapkan, serta memperhatikan

efisiensi dalam pencapaian kinerja tersebut. Yang dimaksud kinerja

adalah prestasi kerja yang berupa keluaran dari suatu Kegiatan atau

hasil dari suatu Program dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.

Landasan konseptual yang mendasari penerapan PBK meliputi:

1. pengalokasian anggaran berorientasi pada kinerja (output and

outcome oriented);

2. pengalokasian anggaran program/kegiatan didasarkan pada tugas-

fungsi Unit Kerja yang dilekatkan pada struktur organisasi (money

folloni function) ;

3. terdapatnya fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap

menjaga prinsip akuntabilitas (let thè manager manages).


- 7 -

Landasan konseptual tersebut di atas dalam rangka penerapan PBK

bertujuan untuk:

1. menunjukan keterkaitan antara pendanaan dengan kinerja yang

akan dicapai (directly linkages between performance and budget);

2. meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam penganggaran

(operational effìciency);

3. meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam

melaksanakan tugas dan pengelolaan anggaran (more flexibility

and accountability).

Agar penerapan PBK tersebut dapat dioperasionalkan maka PBK

menggunakan instrumen sebagai berikut:

1. Indikator Kinerja merupakan instrumen yang digunakan untuk

mengukur Kinerja;

2. Standar Biaya merupakan satuan biaya yang ditetapkan baik

berupa standar biaya masukan maupun standar biaya keluaran

sebagai acuan perhitungan kebutuhan anggaran;

3. Evaluasi Kinerja merupakan penilaian terhadap capaian Sasaran

Kinerja, konsistensi perencanan dan implementasi, serta realisasi

penyerapan anggaran.

Berdasarkan landasan konseptual, tujuan penerapan PBK, dan

instrumen yang digunakan PBK dapat disimpulkan bahwa secara

operasional prinsip utama penerapan PBK adalah adanya keterkaitan

yang jelas antara kebijakan yang terdapat dalam dokumen

perencanaan nasional dan alokasi anggaran yang dikelola K/L sesuai

tugas-fungsinya (yang tercermin dalam struktur organisasi K/L).

Dokumen perencanaan tersebut meliputi Rencana Kerja Pemerintah

(RKP) dan Renja K/L. Sedangkan alokasi anggaran yang dikelola K/L

tercermin dalam dokumen RKA K/L dan DIPA yang juga merupakan
- 8 -

dokumen perencanaan dan penganggaran yang bersifat tahunan serta

mempunyai keterkaitan erat.

Hubungan antara Dokumen Perencanaan dan Penganggaran

Pemerintah menentukan prioritas pembangunan beserta kegiatan-

kegiatan yang akan dilaksanakan dalam dokumen RKP. Ekspektasi

dari kebijakan tersebut adalah hasil/kinerja secara nasional (national

outcomes) sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar. Selanjutnya

berdasarkan tugas-fungsi yang diemban dan mengacu RKP dimaksud,

K/L menyusun:

a. Program, Indikator Kineija Utama (IKU) Program, dan hasil pada

Unit Eselon I sesuai dengan tugas-fungsinya;

b. Kegiatan, Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), dan keluaran pada Unit

pengeluaran (spending unit) pada tingkat Satker atau Eselon II di

lingkungan Unit Eselon I sesuai Program yang menjadi tanggung

jawabnya.

Perumusan hasil pada program dan keluaran pada kegiatan dalam

penerapan PBK merupakan hai penting disamping perumusan

indikator kineija program/kegiatan. Rumusan indikator kineija ini

menggambarkan tanda-tanda keberhasilan program/kegiatan yang

telah dilaksanakan beserta Keluaran/Hasil yang diharapkan. Indikator

kineija inilah yang akan digunakan sebagai alat ukur setelah

program/kegiatan tersebut diimplementasikan. Indikator yang


- 9 -

digunakan baik pada tingkat program atau kegiatan dalam penerapan

PBK dapat dilihat dari sisi:

1. masukan (input)

Indikator input dimaksudkan untuk melaporkan jumlah sumber

daya yang digunakan dalam menjalankan suatu kegiatan atau

program.

2. keluaran (output)

Indikator output dimaksudkan untuk melaporkan unit barang/jasa

yang dihasilkan suatu kegiatan atau program.

3. hasil (outcome)

Indikator outcome dimaksudkan untuk melaporkan hasil (termasuk

kualitas pelayanan) suatu program atau kegiatan.

c. Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)

KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan

kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan

implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun

anggaran. Secara umum penyusunan KPJM yang komprehensif

memerlukan suatu tahapan proses penyusunan perencanaan jangka

menengah meliputi:

1. Proyeksi ketersediaan sumber daya anggaran untuk mendanai

berbagai rencana belanja pemerintah. Aspek pertama ini

merupakan pendekatan top-down yang ditetapkan oleh otoritas

fiskal;

2. Indikasi rencana kebutuhan pendanaan anggaran yang dibutuhkan

untuk mencapai tingkat kinerja yang telah ditargetkan. Aspek

kedua ini adalah pendekatan bottom-up, yang disusun oleh setiap

unit pelaksana kebijakan belanja negara;


- 10 -

3. Kerangka rekonsiliasi yang memadukan antara kedua hai tersebut,

yaitu antara proyeksi ketersediaan sumber daya pendanaan

anggaran dengan proyeksi rencana kebutuhan untuk

melaksanakan kebijakan pemerintah yang tengah berjalan (on going

policies).

Dalam rangka penyusunan RKA-K/L dengan pendekatan KPJM, K/L

perlu menyelaraskan kegiatan/program dengan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional) dan Rencana Strategis

(Renstra) K/L, yang pada tahap sebelumnya juga menjadi acuan

dalam menyusun RKP dan Renja KL. Dengan demikian, dalam

konteks Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah, kebijakan belanja

anggaran akan selalu selaras dengan prioritas-prioritas

pemerintah.

Dengan demikian, implementasi dari Kerangka Pengeluaran Jangka

Menengah akan menjadikan kebijakan alokasi belanja anggaran akan

selaras dengan prioritas kebijakan yang telah ditetapkan dalam jangka

menengah, beserta dengan proyeksi dampak fiskal yang akan

ditimbulkan.

2.2 Klasifìkasi Anggaran

Klasifikasi anggaran yang digunakan dalam penganggaran meliputi

klasifikasi: organisasi, fungsi, dan jenis belanja (ekonomi). Proses

penganggaran merupakan uraian mengenai proses dan mekanisme

penganggaran sampai dengan penetapan Pagu Alokasi Anggaran K/L yang

bersifat final. Sistem penganggaran ini harus dipahami secara baik dan

benar oleh pemangku kepentingan (stakeholder) agar dapat dihasilkan

APBN yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.


- 11 -

Proses penyusunan APBN atau Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) disusun

berdasarkan postur anggaran APBN sesuai surat Bersama Menteri

Keuangan dan atau Menteri PPN/ Kepala Bappenas untuk tahun

perencanaan, dengan sumber pembiayaan APBN meliputi Rupiah Murni,

Rupiah Murni Pendamping, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP),

Badan Layanan Umum (BLU), Pinjaman Luar Negeri, Hibah Luar Negeri,

Pinjaman Dalam Negeri, Surat Berharga Syariah Negara dan Surat

Berharga Negara.

2.3 Proses Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

a. Acuan Penyusunan

Dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran mengacu pada:

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN);

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN);

3. Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian;

4. Rencana Kerja (RENJA) Kementerian;

5. Rencana Induk;

6. Sistem Transportasi Nasional yang dijabarkan dalam Tataran

Transportasi Nasional, Tataran Transportasi Wilayah dan Tataran

Transportasi Lokal;

7. Kebijakan Nasional yang ditetapkan oleh Presiden yang tertuang

dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP);

8. Proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran yang dilakukan

melalui pendekatan bottoni up planning dan top down planning;

9. Aspirasi DPR-RI yang diusulkan pada saat Rapat Kerja dan/atau

Rapat Dengar Pendapat yang telah memenuhi kriteria perencanaan;

10. Usulan program kegiatan dari Pemerintah Daerah yang telah

dibahas dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Nasional (Musrenbangnas).
- 12 -

b. Prioritas Pengalokasian Anggaran

Dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran memperhatikan

pemenuhan kebutuhan anggaran dengan prioritas sebagai berikut:

1. pemenuhan kebutuhan anggaran untuk biaya operasional yang

sifatnya mendasar, seperti gaji, honorarium dan tunjangan,

operasional dan pemeliharaan perkantoran;

2. mendukung pencapaian Sasaran Prioritas Pembangunan Nasional;

3. dukungan transportasi dalam rangka mewujudkan konektivitas

pada wilayah prioritas (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional,

Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Industri, Daerah Rawan

Bencana, serta Daerah Tertinggal, Terdalam dan Perbatasan

Negara);

4. penyelesaian proyek Kontruksi Dalam Pengerjaan (KDP) dan

pembayaran tunggakan;

5. pemenuhan kebutuhan anggaran kegiatan kontrak tahun jamak/

Multiyears Contract Project,

6. penyediaan dana pendamping;

7. pembangunan fasilitas keselamatan dan keamanan transportasi;

8. pelayanan keperintisan termasuk tol laut dan jembatan udara;

9. program kerakyatan yang dapat langsung bermanfaat bagi

masyarakat;

10. pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia, termasuk

pelaksanaan program vokasi.

c. Tahapan Penyusunan RKA

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran di Kementerian dilakukan

untuk mencapai efisiensi anggaran bagi kegiatan penyelenggaraan

pemerintahan dan prioritas pembangunan. Penyusunan anggaran

dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran merupakan bagian dari


- 13 -

penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Secara

garis besar, proses pentahapan penyusunan anggaran terbagi atas:

a. Pagu Kebutuhan;

b. Pagu Indikatif;

c. Pagu Anggaran;

d. Pagu Alokasi Anggaran;

e. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

1. Pagu Kebutuhan

a) Penyampaian Usulan

1) Penyampaian usulan kegiatan oleh pemrakarsa, dapat

dilakukan oleh:

a. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT);

b. Kepala Satuan Kerja;

c. Bupati/Walikota;

d. Gubernur;

e. Direktur Utama Badan Usaha Milik Negara;

f. Menteri dan Kepala Lembaga Non Kementerian lainnya;

g. Masyarakat.

2) Usulan kegiatan oleh Kepala UPT/Kepala Satuan Kerja

disampaikan kepada Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal,

Direktur Jenderal/Kepala Badan.

3) Usulan kegiatan oleh Bupati/Walikota dikoordinasikan oleh

Gubernur cq Kepala Dinas Perhubungan Provinsi, untuk

selanjutnya disampaikan ke Menteri dengan tembusan

Direktur Jenderal/Kepala Badan.

4) Usulan kegiatan oleh Menteri atau Kepala Lembaga Non

Kementerian lainnya/Direktur Utama Badan Usaha Milik


- 14 -

Negara disampaikan ke Menteri dengan tembusan Direktur

Jenderal/Kepala Badan terkait.

5) Usulan dari masyarakat dapat disampaikan melalui

Pemerintah Daerah setempat sesuai peraturan perundang-

undangan.

b) Koordinasi Awal

Unit Kerja Eselon I dapat melakukan koordinasi awal dengan

melibatkan unit kerja masing-masing dalam rangka penyusunan

rencana kegiatan berdasarkan kebutuhan untuk memadukan

usulan rencana kerja baik dari segi teknis operasional,

pendanaan serta sinkronisasi antar jenis kegiatan mengacu

pada pedoman penyusunan, untuk selanjutnya hasil koordinasi

awal diusulkan kepada Sekretariat Jenderal cq Biro

Perencanaan.

c) Pembahasan Terpadu

1) Usulan kegiatan selanjutnya dibahas dalam forum

pembahasan terpadu yang dikoordinasikan oleh Sekretariat

Jenderal cq. Biro Perencanaan dengan melibatkan unsur

Unit Kerja Eselon I (Setditjen/Setbadan, Direktorat

Teknis/Kepala Pusat), UPT/Satuan Kerja di Kementerian

Perhubungan, Pemerintah Daerah dan melibatkan Biro

Keuangan, Biro LPPBMN serta Pustikomhub.

2) Pelaksanaan pembahasan terpadu selambat-lambatnya

dilaksanakan pada minggu kedua bulan Februari, dengan

mengacu usulan program/kegiatan berdasarkan hasil

koordinasi awal yang dilakukan oleh masing-masing Unit

Kerja Eselon I.
- 15 -

3) Dalam pembahasan terpadu, usulan kegiatan mengacu

kepada ketentuan sebagai berikut:

(1) kesesuaian dengan rencana tata ruang nasional/wilayah;

(2) kesesuaian dengan tataran transportasi nasional, wilayah

dan lokal;

(3) usulan kegiatan masuk dalam Rencana Strategis

(RENSTRA);

(4) tertampung dalam Rencana Induk Nasional masing -

masing moda dan mempunyai rencana teknis tiap simpul

dan jaringan transportasi;

(5) ketersediaan lahan, dalam hai lahan yang diadakan oleh

pihak lain harus dibuktikan dengan dokumen

kepemilikan lahan dan usulan hibah kepada Kementerian

Perhubungan, sedangkan lahan yang sedang dalam

proses pengadaan/pembebasan atau pengadaannya

dilaksanakan secara simultan dengan pekerjaan

konstruksi dibuktikan dengan rencana pembebasan dan

dokumen pendukung pengadaannya;

(6) kepastian ketersediaan jalan akses atau yang sedang

dalam proses pengadaan/pembebasan yang dibuktikan

melalui MoU/Surat;

(7) memiliki bukti Berita Acara (BA) serah terima aset jika

pembangunan dilaksanakan dari aset pemerintah

daerah /swasta yang diserahkan kepada Pemerintah

Pusat atau bukti MoU jika pembangunan dilaksanakan di

aset TNI/ pemda/instansi lainnya;

(8) Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah ditandatangani

minimal oleh pemrakarsa atau Kepala UPT/Kepala


- 16 -

Satuan Kerja yang memuat penjelasan/keterangan logis

mengenai kegiatan yang diusulkan untuk diberi alokasi

anggaran dan mengurai variable 5W+2H (What, Why,

Where, When, Who, Hotu dan How Muchi) ;

(9) Rencana Anggaran Biaya yang telah ditandatangani

minimal oleh pemrakarsa atau Kepala UPT/Kepala

Satuan Kerja yang memuat perhitungan analisa harga

satuan masing-masing komponen dengan mengacu

Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya

Masukan, Peraturan Menteri Perhubungan tentang

Standar Biaya, atau Peraturan Bupati/Walikota/

Gubernur tentang Standar Biaya Setempat;

(10) Kelengkapan data dukung disampaikan paling lambat

pada bulan Maret.

4) Hasil pembahasan terpadu harus dituangkan dalam berita

acara pembahasan dan ditandatangani oleh Tim Pembahas,

Perwakilan Dinas Perhubungan Provinsi/Bappeda Provinsi

serta Kepala UPT/Kepala Satuan Kerja;

5) Tim Pembahas yang menandatangani berita acara

merupakan pejabat struktural atau yang ditunjuk pada Biro

Perencanaan, Setditjen/Setbadan, Direktorat Teknis/Kepala

Pusat;

6) Usulan kegiatan yang tertuang dalam berita acara

pembahasan terpadu menjadi dasar UPT/Satker untuk

dilakukan input dalam aplikasi e-planning.

d) Pieno Penetapan

1) Rekapitulasi hasil pembahasan terpadu yang memenuhi

kaidah perencanaan dan penganggaran dilaporkan kepada


- 17 -

Menteri Perhubungan oleh Sekretaris Jenderal cq Kepala

Biro Perencanaan, untuk selanjutnya dibahas dalam Rapat

Pieno Penetapan Pagu Kebutuhan;

2) Rapat Pieno dipimpin oleh Menteri Perhubungan dan/atau

Sekretaris Jenderal dengan dihadiri oleh seluruh Pejabat

Eselon I di Kementerian Perhubungan;

3) Usulan hasil pagu kebutuhan per program berdasarkan

Rapat Pieno disampaikan kepada Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/Bappenas dan Kementerian

Keuangan.

2. Pagu Indikatif

a) Penyusunan Pagu

1) Penyusunan Pagu Indikatif berpedoman surat Pagu Indikatif

yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan Menteri PPN/

Kepala Bappenas;

2) Dalam hai terdapat perbedaan antara Pagu Indikatif yang

ditetapkan melalui surat bersama antara Menteri Keuangan

dan Menteri PPN/Kepala Bappenas dengan usulan

Kementerian, maka dilakukan penyempurnaan Pagu

Indikatif Per Program yang ditetapkan Menteri cq. Sekretaris

Jenderal;

3) Berdasarkan penetapan Pagu Indikatif Per Program, maka

Sesitjen, Sesditjen, Sesbadan dan Kepala Biro Perencanaan

menyiapkan rancangan rincian kegiatan Pagu Indikatif

dengan terlebih dahulu melakukan koordinasi bersama

Eselon II terkait di lingkungan unit organisasi masing-

masing dan UPT/Satker;


- 18 -

4) Rincian kegiatan dalam Pagu Indikatif wajib diinformasikan

oleh Unit Kerja Eselon I kepada seluruh kepala UPT/Satker

di lingkungannya, untuk selanjutnya UPT/Satker menginput

dan mengunggah rincian kegiatan dalam e-planning;

5) Penyusunan rincian kegiatan dalam Pagu Indikatif disusun

berdasarkan skala prioritas dari usulan kegiatan yang

terdapat dalam Pagu Kebutuhan, khusus usulan yang

berkaitan dengan teknologi informasi sesuai dengan kriteria

yang ditentukan wajib disampaikan kepada Pustikomhub

guna mendapatkan rekomendasi (clearance) dari

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi

Birokrasi dan/ atau Kementerian Komunikasi dan

lnformatika;

6) Bila usulan kegiatan tidak terdapat dalam Pagu Kebutuhan

harus mendapatkan persetujuan Menteri;

7) Dalam rangka menjamin kebenaran, kelengkapan dan

kepatuhan dalam penerapan kaidah perencanaan

penganggaran, Rencana Kerja dan Anggaran yang telah

disusun oleh Unit Kerja Eselon I diteliti kembali oleh

Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan dan direviu

kembali oleh Inspektorat Jenderal sebagaimana ketentuan;

8) Penelitian dan reviu dilaksanakan dengan memperhatikan

ketentuan readiness criterio, terhadap kegiatan strategis yang

sudah diidentifikasi antara Unit Kerja Eselon I bersama

Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan sebagaimana

ketentuan. Reviu juga dilakukan terhadap penelaahan HPS

(Harga Perkiraan Sendiri) dari masing-masing unit kerja dan

dapat diperbaiki sampai dengan proses penyusunan Pagu


- 19 -

Alokasi Anggaran. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian

dan reviu dapat dilaksanakan secara bersamaan;

9) Pelaksanaan penelitian dapat dilaksanakan dengan metode

rapat untuk pembahasan/klarifikasi lebih mendalam dengan

menghadirkan Setijen, Sesditjen, Unit Kerja Eselon II terkait

dan UPT/Satker;

10) Hasil penelitian dan reviu terhadap Rencana Kerja dan

Anggaran harus dituangkan dalam berita acara dalam

e-planning dan ditandatangani oleh Tim Pembahas;

11)Tim Pembahas yang menandatangani berita acara

merupakan pejabat struktural atau yang ditunjuk pada Biro

Perencanaan, Setditjen/Setbadan, Direktorat Teknis/Kepala

Pusat;

12) Rincian kegiatan dalam Pagu Indikatif Unit Kerja Eselon I

yang telah disusun disampaikan ke Menteri sebagai bahan

acuan dalam pelaksanaan forum Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Nasional;

13) Menteri selanjutnya menyampaikan Renja Kementerian

berdasarkan rincian kegiatan yang disusun kepada

Kementerian PPN/Bappenas dam Kementerian Keuangan

untuk bahan penyempurnaan Rencana Kerja Pemerintah;

14) Selanjutnya dilakukan pertemuan 3 (tiga) pihak antara

Kementerian, Kementerian PPN/Bappenas, dan Kementerian

Keuangan dan hasil pertemuan dimaksud menjadi masukan

dalam penyempurnaan Renja Kementerian.


- 20 -

b) Identifikasi Kegiatan Strategis

1) Unit Kerja Eselon I bersama Sekretariat Jenderal cq. Biro

Perencanaan mengindentifikasi kegiatan strategis yang

meliputi kegiatan Proyek Strategis Nasional (PSN), Prioritas

Nasional, Arahan Presiden, Arahan Menteri, Aspirasi DPR,

dukungan Ibu Rota Negara (IKN, dan kegiatan yang harus

diselesaikan dalam jangka waktu terbatas serta kegiatan

prioritas K/L yang merupakan kegiatan lainnya dalam

mendukung pencapaian program K/L untuk selanjutnya

disepakati menjadi kegiatan yang akan tertampung dalam

DIPA;

2) Kegiatan strategis dan prioritas K/L yang tidak teralokasikan

dalam Rencana Kerja dan Anggaran atau terdapat

penyesuaian dikarenakan Kebijakan Nasional, akan menjadi

stock program sesuai pentahapan dalam Renstra

Kementerian Perhubungan melalui mekanisme rolling pian.

3. Pagu Anggaran

a) Penyusunan Pagu

1) Penyusunan Pagu Anggaran berpedoman surat Pagu

Anggaran yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan

Menteri PPN/Kepala Bappenas;

2) Dalam hai terdapat perbedaan antara Pagu Anggaran yang

ditetapkan melalui surat bersama antara Menteri Keuangan

dan Menteri PPN/Kepala Bappenas dengan usulan

Kementerian, maka dilakukan penyempurnaan Pagu

Anggaran Per Program yang ditetapkan Menteri cq.

Sekretaris Jenderal;
- 21 -

3) Berdasarkan penetapan Pagu Anggaran Per Program, maka

Sesitjen, Sesditjen, Sesbadan dan Kepala Biro Perencanaan

menyiapkan rancangan rincian kegiatan Pagu Anggaran

dengan terlebih dahulu melakukan koordinasi bersama

Eselon II terkait di lingkungan unit organisasi masing-

masing dan UPT/Satker;

4) Rincian kegiatan dalam Pagu Anggaran wajib diinformasikan

oleh Unit Kerja Eselon I kepada seluruh kepala UPT/ Satker

di lingkungannya, untuk selanjutnya UPT/Satker menginput

dan mengunggah rincian kegiatan dalam e-planning\

5) UPT/Satker tersebut dapat memberikan tanggapan atas

penetapan usulan rincian kegiatan Pagu Anggaran kepada

Pejabat Eselon I masing-masing, dengan tembusan

Sekretaris Jenderal cq. Biro Perencanaan dan Inspektorat

Jenderal;

6) Unit Kerja Eselon I dalam penyusunan RKA, agar melakukan

proses penandaan (tagging) pada aplikasi perencanaan

anggaran;

7) Bila usulan kegiatan tidak terdapat dalam Pagu Kebutuhan

harus mendapatkan persetujuan Menteri;

8) Dalam rangka menjamin kebenaran, kelengkapan dan

kepatuhan dalam penerapan kaidah perencanaan

penganggaran, Rencana Kerja dan Anggaran yang telah

disusun oleh Unit Kerja Eselon I diteliti kembali oleh

Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan dan direviu

kembali oleh Inspektorat Jenderal sebagaimana ketentuan;

9) Penelitian dan reviu dilaksanakan dengan memperhatikan

ketentuan readiness criterio, terhadap seluruh usulan


- 22 -

kegiatan yang disampaikan sebagaimana ketentuan. Adapun

jadwal pelaksanaan penelitian dan reviu dapat dilaksanakan

secara bersamaan;

10) Pelaksanaan penelitian dapat dilaksanakan dengan metode

rapat untuk pembahasan/klarifikasi lebih mendalam dengan

menghadirkan Setijen, Sesditjen, Unit Kerja Eselon II terkait

dan UPT/Satker;

11) Hasil penelitian dan reviu terhadap Rencana Kerja dan

Anggaran harus dituangkan dalam berita acara dalam

e-planning dan ditandatangani oleh Tim Pembahas;

12) Tim Pembahas yang menandatangani berita acara

merupakan pejabat struktural atau yang ditunjuk pada Biro

Perencanaan, Setditjen/Setbadan, Direktorat Teknis/Kepala

Pusat;

13) Rencana Kerja dan Anggaran yang telah disusun dan

ditandatangani oleh Pejabat Eselon I sebagai penanggung

jawab program dan disampaikan kepada Menteri untuk

selanjutnya disampaikan kepada Menteri Keuangan dan

Menteri PPN/Kepala Bappenas sebagai bahan penelaahan

antara Kementerian, Kementerian Keuangan dan

Kementerian PPN/Bappenas, bahan penyusunan Nota

Keuangan dan Rancangan Undang-Undang tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, serta bahan

pembahasan dengan DPR RI dalam Rapat Kerja dengan

Menteri dan Rapat Dengar Pendapat dengan masing-masing

Pejabat Eselon I.
- 23 -

c) Penetapan Kegiatan Strategis

1) Unit Kerja Eselon I bersama Sekretariat Jenderal cq. Biro

Perencanaan menyepakati kegiatan strategis dan kegiatan

prioritas K/L dalam RKA Kementerian dituangkan dalam

berita acara kesepakatan/surat, untuk selanjutnya dialokasi

dalam DIPA Kementerian dengan mengacu prioritas

pengalokasian anggaran;

2) Kegiatan strategis dan prioritas K/L yang tidak teralokasikan

dalam Rencana Kerja dan Anggaran atau terdapat

penyesuaian dikarenakan Kebijakan Nasional, akan menjadi

stock program sesuai pentahapan dalam Renstra

Kementerian;

3) Stock program disusun pada saat penyusunan Pagu

Anggaran dengan melihat kapasitas ruang fiskal di masing-

masing Unit Kerja Eselon 1;

4) Rincian kegiatan dalam stock program tahun berikutnya,

disepakati oleh Unit Kerja Eselon I bersama Sekretariat

Jenderal cq. Biro Perencanaan, dengan memperhatikan

ketentuan readiness criteria.

4. Pagu Alokasi Anggaran

a) Penyusunan Pagu

1) Pejabat Eselon I menyusun rincian kegiatan berdasarkan

Pagu Alokasi Anggaran yang ditetapkan melalui surat

bersama oleh Menteri Keuangan dan Menteri PPN/Kepala

Bappenas, dengan mengacu kepada rincian kegiatan dalam

Pagu Anggaran;
- 24 -

2) Rincian kegiatan dalam Pagu Alokasi Anggaran disampaikan

kepada Menteri sebagai bahan pembahasan dengan DPR RI,

untuk selanjutnya hasil kesepakatan pembahasan yang

merupakan masukan DPR RI dalam Rapat Kerja dan Rapat

Dengar Pendapat dipergunakan dalam penyesuaian Rencana

Kerja dan Anggaran, sesuai dengan skala prioritas dan

kaidah perencanaan penganggaran;

3) Unit Kerja Eselon I wajib menginformasikan rincian kegiatan

kepada seluruh kepala UPT/Satker di lingkungannya, untuk

selanjutnya UPT/ Satker menginput dan mengunggah rincian

kegiatan dalam e-planning;

4) Unit Kerja Eselon I dalam penyusunan RKA, agar melakukan

proses penandaan (tagging) pada aplikasi perencanaan

anggaran;

5) Bila usulan kegiatan tidak terdapat dalam Pagu Kebutuhan

harus mendapatkan persetujuan Menteri;

6) Dalam rangka menjamin kebenaran, kelengkapan dan

kepatuhan dalam penerapan kaidah perencanaan

penganggaran, Rencana Kerja dan Anggaran yang telah

disusun oleh Unit Kerja Eselon I diteliti kembali oleh

Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan dan direviu

kembali oleh Inspektorat Jenderal sebagaimana ketentuan;

7) Penelitian dan reviu dilaksanakan dengan memperhatikan

ketentuan readiness criterio, sebagaimana ketentuan, dengan

penelitian dilaksanakan secara menyeluruh terhadap usulan

yang disampaikan sedangkan reviu dilaksanakan terhadap

kegiatan barn yang tidak diusulkan dalam pagu anggaran.


- 25 -

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dan reviu dapat

dilaksanakan secara secara bersamaan;

8) Pelaksanaan penelitian dapat dilaksanakan dengan metode

rapat untuk pembahasan/klarifikasi lebih mendalam dengan

menghadirkan Setijen, Sesditjen, Unit Kerja Eselon II terkait

dan UPT/Satker;

9) Hasil penelitian dan reviu terhadap Rencana Kerja dan

Anggaran harus dituangkan dalam berita acara dalam

e-planning dan ditandatangani oleh Tim Pembahas;

10) Tim Pembahas yang menandatangani berita acara

merupakan pejabat struktural atau yang ditunjuk pada Biro

Perencanaan, Setditjen/Setbadan, Direktorat Teknis/Kepala

Pusat;

11) Rencana Kerja dan Anggaran yang telah disusun dan

ditandatangani oleh Pejabat Eselon I sebagai penanggung

jawab program dan disampaikan kepada Menteri untuk

selanjutnya disampaikan kepada Menteri Keuangan dan

Menteri PPN/Kepala Bappenas sebagai bahan penelaahan

antara Kementerian, Kementerian Keuangan dan

Kementerian PPN/Bappenas, dilengkapi dengan lembar

persetujuan Komisi V DPR RI dan dokumen pendukung

lainnya.

b) Penetapan Blokir

1) Dalam rangka mensinkronisasikan catatan penelitian dan

reviu, maka dilakukan rapat bersama antara Sekretariat

Jenderal cq Biro Perencanaan dan Inspektorat Jenderal

untuk menyepakati kegiatan-kegiatan yang berpotensi

menjadi catatan atau blokir, untuk selanjutnya rincian


- 26 -

kegiatan tersebut disampaikan kepada Unit Kerja Eselon I

yang memiliki alokasi anggaran (portofolio) dan sebagai

penanggung jawab program untuk dilakukan perbaikan atau

penyesuaian bila diperlukan;

2) Sebagai tidak lanjut penelitian dan reviu, Sekretariat

Jenderal cq. Biro Perencanaan dapat memberikan tanda

atau catatan pada Rencana Kerja dan Anggaran yang

selanjutnya akan menjadi catatan di Halaman IV DIPA atau

catatan blokir dari internai kementerian;

3) Kegiatan yang diberikan catatan atau blokir dapat diusulkan

untuk diproses lanjut penghapusan catatan atau dapat

direalokasi/direvisi untuk kegiatan lain pada tahun berjalan,

dengan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

4) Berdasarkan hasil penelaahan oleh Kementerian Keuangan

dan Kementerian PPN/Bappenas dapat dilakukan perbaikan

dan atau penambahan catatan blokir sehingga akan menjadi

rekapitulasi catatan blokir final dan bersifat mengikat

sebagai dasar pengesahan DIPA.

5. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

a) Mekanisme

1) Mekanisme penyusunan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

mengacu kepada ketentuan yang diatur oleh Menteri

Keuangan;

2) Dalam rangka penyusunan DIPA Induk, Menteri selaku

Pengguna Anggaran menunjuk pejabat Eselon I terkait

sebagai pejabat penandatangan DIPA Induk.


- 27 -

d. Evaluasi Kemanfaatan

1. Evaluasi kemanfaatan merupakan reviu terhadap rencana

pemanfaatan yang sudah tertuang dalam dokumen perencanaan

Kajian Pra Feasibliblity Study (Pra FS), Feasiblility Study (FS),

Masterplan, Detail Enginering Design (DED) termasuk kajian awal

proyek yang akan dikerjakan dengan skema KPBU, untuk menilai

outcome yang dihasilkan dari suatu proyek. Evaluasi manfaat

diharapkan dapat memberikan rekomendasi terhadap prioritas

proyek berdasarkan tingkat pemanfaatannya, staging pelaksanaan

proyek, serta potensi dampak outcome dalam proses pembangunan;

2. Rincian program/kegiatan hasil pagu indikatif disampaikan

Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan kepada Badan Litbang

untuk dilakukan evaluasi kemanfaatan terhadap kriteria kegiatan

pada masing-masing Unit Kerja Eselon I sebagai berikut:

a) Ditjen Perhubungan Laut, Ditjen Perhubungan Udara dan Ditjen

Perkeretaapian untuk kegiatan belanja modal maupun belanja

barang yang bernilai > Rp. 20 miliar;

b) Ditjen Perhubungan Darat, BPSDMP, Badan Litbang, BPTJ,

Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal untuk kegiatan

belanja modal maupun belanja barang yang bernilai > Rp. 10

miliar;

3. Badan Litbang juga melakukan evaluasi usulan kajian atau studi di

Kementerian Perhubungan untuk menghindari duplikasi kegiatan

dengan mempertimbangkan Rencana Prioritas Riset Nasional;

4. Usulan hasil pagu indikatif yang berkaitan dengan teknologi

informasisesuai dengan kriteria yang ditentukan wajib disampaikan

kepada Pustikomhub guna mendapatkan rekomendasi (clearancé)


- 28 -

dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi

Birokrasi dan/ atau Kementerian Komunikasi dan lnformatika;

5. Hasil evaluasi kemanfaatan, hasil evaluasi usulan kajian atau studi,

serta evaluasi teknologi informasi disampaikan kepada Sekretaris

Jenderal cq. Biro Perencanaan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan

setelah Pagu Anggaran diterbitkan.

e. Penelitian dan Reviu

Dalam rangka meningkatkan kualitas perencanaan penganggaran,

Rencana Kerja dan Anggaran serta dokumen pendukungnya yang telah

disusun menggunakan format dan sistem aplikasi yang dibangun oleh

Kementerian Keuangan dan telah ditandatangani oleh pejabat terkait,

disampaikan oleh Pejabat Eselon I sebagai penanggung jawab program

kepada:

1. Sekretaris Jenderal c.q Biro Perencanaan untuk diteliti; dan

2. Inspektorat Jenderal untuk direviu.

1. Fokus Penelitian dan Reviu

Penelitian Rencana Kerja dan Anggaran dilakukan melalui verifikasi

dalam aplikasi e-planning atas kelengkapan dan kebenaran

dokumen yang dipersyaratkan serta kepatuhan terhadap penerapan

kaidah-kaidah perencanaan, yang difokuskan untuk meneliti :

a) konsistensi pencantuman sasaran kinerja meliputi volume

keluaran dan indikator kinerja kegiatan dalam Rencana Kerja dan

Anggaran sesuai dengan sasaran kinerja dalam Renja dan

Rencana Kerja Pemerintah;


- 29 -

b) kesesuaian total pagu dalam Rencana Kerja dan Anggaran dengan

dan/atau Alokasi Anggaran yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan;

c) kesesuaian rincian sumber dana dalam Rencana Kerja dan

Anggaran dengan sumber dana yang ditetapkan;

d) kepatuhan dan ketepatan dalam penandaan anggaran sesuai

dengan kategori pada semua keluaran (output) yang dihasilkan;

e) kelengkapan dokumen pendukung Rencana Kerja dan Anggaran

antara lain rencana kerja dan anggaran Satker, kerangka acuan

kerja/ rincian anggaran biaya, dan dokumen pendukung lainnya.

Reviu Rencana Kerja dan Anggaran dilakukan untuk memberikan

keyakinan terbatas (limited assurancé) dan memastikan kepatuhan

penerapan kaidah-kaidah perencanaan, yang difokuskan pada:

a) kelayakan anggaran untuk menghasilkan sebuah keluaran

(output);

b) kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah penganggaran antara

lain penerapan standar biaya akutansi pemerintah, standar biaya

masukan, standar biaya keluaran, dan standar struktur biaya,

penggunaan akun serta hal-hal yang dibatasi atau dilarang,

pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang didanai dari

penerimaan negara bukan pajak, pinjaman/hibah luar negeri,

pinjaman/hibah dalam negara, Surat Berharga Syariah Negara

(SBSN), Badan Layanan Umum (BLU), kontrak tahun jamak

(Multiyears Contract/MYC), dan pengalokasian anggaran yang

akan diserahkan menjadi penyertaan modal negara pada Badan

Usaha Milik Negara;


- 30 -

c) kepatuhan mencantumkan penandaan anggaran sesuai dengan

kategori pada semua keluaran (output) yang dihasilkan;

d) kelengkapan dokumen pendukung Rencana Kerja dan Anggaran

antara lain rencana kerja dan anggaran Satker, kerangka acuan

kerja/ rincian anggaran biaya, dan dokumen pendukung lainnya;

e) kelayakan dan kesesuaian rincian anggaran yang digunakan

untuk mendanai Inisiatif Barn dan/atau rincian anggaran Angka

Dasar yang mengalami perubahan pada level komponen.

2. Kelengkapan Data Dukung

Penelitian dan reviu dilaksanakan dengan memperhatikan

ketentuan readiness criterio, sebagai berikut:

a) kesesuaian dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional;

b) kesesuaian dengan Rencana Strategis Kementerian;

c) kesesuaian dengan Renja Kementerian;

d) kesesuaian dengan Rencana Kerja Pemerintah;

e) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang telah

ditandatangani oleh Kepala UPT/ Kepala Satker;

f) ketersediaan lahan, dalam hai lahan yang diadakan oleh pihak

lain harus dibuktikan dengan dokumen kepemilikan lahan dan

usulan hibah kepada Kementerian Perhubungan, sedangkan

lahan yang sedang dalam proses pengadaan/pembebasan atau

pengadaannya dilaksanakan secara simultan dengan pekerjaan

konstruksi dibuktikan dengan rencana pembebasan dan

dokumen pendukung pengadaannya;


- 31 -

g) kepastian ketersediaan jalan akses atau yang sedang dalam

proses pengadaan/pembebasan yang dibuktikan melalui

MoU/Surat;

h) memiliki bukti Berita Acara (BA) serah terima aset jika

pembangunan dilaksanakan dari aset pemerintah daerah/swasta

yang diserahkan kepada Pemerintah Pusat atau bukti MoU jika

pembangunan dilaksanakan di aset TNI/pemda/instansi lainnya;

i) bukti telah dilengkapi dengan Rencana Induk (Masterplan) Simpul

dan atau Jaringan;

j) Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah ditandatangani oleh

Kuasa Pengguna Anggaran dan disetujui oleh Eselon II terkait,

yang memuat penjelasan/keterangan logis mengenai kegiatan

yang diusulkan untuk diberi alokasi anggaran dan mengurai

variable 5W+2H (What, Why, Where, When, Who, How dan Hotu

Muchi). Ketentuan lebih lanjut data dukung yang harus disetujui

oleh Eselon II Terkait, diatur sesuai ketentuan yang berlaku.

k) Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang telah ditandatangani oleh

Kuasa Pengguna Anggaran dan disetujui oleh Eselon II terkait,

yang memuat perhitungan analisa harga satuan masing-masing

komponen dengan mengacu Peraturan Menteri Keuangan tentang

Standar Biaya Masukan, Peraturan Menteri Perhubungan tentang

Standar Biaya, atau Peraturan Bupati/Walikota/Gubernur

tentang Standar Biaya Setempat;

l) terkait kelengkapan usulan pembebasan lahan/ganti rugi tanah,

Kerangka Acuan Kerja/KAK ditandatangani oleh Pejabat Eselon II

terkait dan Rencana Anggaran Biaya ditandatangani oleh Pejabat

Eselon III yang membidangi Pengelolaan Barang Milik Negara

pada Unit Kerja Eselon I yang bersangkutan;


- 32 -

m) hasil studi kelayakan, desain terinci/DED, gambar-gambar dan

layout yang telah disetujui dan ditandatangani oleh Pejabat

Eselon II Direktorat Teknis/Kepala Pusat;

n) spesifikasi teknis atau e-katalog dan atau surat penawaran dari 2

(dua) vendor berbeda untuk pengadaan barang atau peralatan

penunjang;

o) terkait kebutuhan belanja pegawai masing-masing unit kerja,

dilengkapi dengan daftar normatif pegawai;

p) untuk pembangunan gedung umum milik negara (gedung kantor,

gedung administrasi, gedung operasional, rumah dinas)

dilengkapi dengan perhitungan kebutuhan biaya pembangunan

gedung umum dari Dinas PU setempat. Sedangkan untuk

rehabilitasi harus dilengkapi rekomendasi dari Dinas PU

setempat, foto kerusakan dan data pendukung lainnya seperti

rencana biaya pemeliharaan dan operasi, data analisis kerusakan

bangunan, daftar inventaris kantor serta jumlah pegawai;

q) rencana kebutuhan barang milik negara (RK-BMN) yang telah

diusulkan untuk pembangunan dan pengadaan barang serta

rincian barang milik negara (BMN) untuk pemeliharaan aset;

r) rencana strategis bisnis (RSB) yang telah disusun berdasarkan

Renstra dan rencana bisnis anggaran (RBA) yang disampaikan

paling lambat pada akhir Desember 2 (dua) tahun sebelum tahun

pelaksanaan RBA terhadap Satker Badan Layanan Umum (BLU)

yang telah ditandatangani pejabat terkait dan sesuai ketentuan

yang berlaku untuk memastikan kesesuaian pengalokasian

anggaran.

Selain itu, terkait dengan kriteria anggaran yang bersumber dari

PNBP/BLU, SBSN dan PHLN yang harus berpedoman pada:


- 33 -

a) pengalokasian anggaran bersumber dari PNBP dan BLU pada unit

kerja harus sesuai dengan Berita Acara Kesepakatan dengan

Kementerian Keuangan;

b) pengalokasian anggaran bersumber dari Surat Berharga Negara

dan Surat Berharga Syariah Negara maka usulan kegiatan dan

besaran alokasi pada tahun perencanaan harus sesuai dengan

Daftar Proyek Prioritas (DPP);

c) pengalokasian anggaran bersumber dari Pinjaman Luar Negeri

dan atau Hibah Luar Negeri maka usulan kegiatan harus sesuai

dengan blue hook dan green hook serta besaran pagu harus

sesuai dengan rencana penarikan dana pada Berita Acara

pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) antara Kementerian,

Kementerian Keuangan dan Kementerian PPN/Bappenas;

f. Penandaan Anggaran ( T a g g i n g )

Unit Kerja Eselon I melakukan proses penandaan (tagging) pada aplikasi

perencanaan pada tahap penyusunan pagu anggaran dan pagu alokasi

anggaran untuk kegiatan antara lain:

1. Proyek Prioritas Nasional (PN);

2. Proyek Strategis Nasional (PSN);

3. Dukungan terhadap Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan

Industri (KI), dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN);

4. Dukungan terhadap daerah tertinggal, terpencil, terluar dan

perbatasan;

5. Responsif Gender;

6. Mitigasi Iklim dan Adaptasi Iklim;

7. Teknologi Informasi dan Komunikasi;


- 34 -

8. Padat Karya;

9. Daerah rawan bencana;

10. Papua dan Papua Barat;

11. Dukungan terhadap Ibu Kota Negara (IKN).

2.4 Penyusunan Rencana Inisiatif Baru

a. Inisiatif Baru merupakan sarana untuk mengakomodasi adanya

kebijakan baru atau perubahan kebijakan dari yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam RPJM Nasional maupun Renstra Kementerian;

b. Inisiatif Baru dapat berupa penambahan program/kegiatan baru

dan/atau penambahan keluaran baik outcome maupun output,

penambahan volume, target atau percepatan pencapaian target yang

menyebabkan adanya konsekuensi anggaran, baik anggaran baseline

maupun anggaran ke depan;

c. Proses penyusunan inisiatif baru berpedoman pada peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai tata cara penyusunan

inisiatif baru.

2.5 Penyusunan APBN-P

a. Penambahan Pagu

1. APBN-P Kementerian disusun setelah terbit Peraturan Presiden/

Surat Menteri Keuangan tentang APBN-P;

2. Program/kegiatan yang dapat diusulkan dalam APBN-P adalah

program/kegiatan yang ada dalam di Pagu Kebutuhan dan sudah

masuk pada catatan dalam forum antara Kementerian, Kementerian

Keuangan dan Kementerian PPN/Bappenas serta memenuhi kriteria

perencanaan penganggaran;
- 35 -

3. Usulan program/kegiatan di luar ketentuan dapat diusulkan setelah

mendapatkan persetujuan Menteri;

4. Usulan program/kegiatan dalam APBN-P yang diusulkan masing-

masing Unit Kerja Eselon I, dikoordinasikan oleh Sekretariat

Jenderal cq. Biro Perencanaan dan Biro Keuangan untuk

selanjutnya diusulkan oleh Menteri kepada Menteri Keuangan dan

Menteri PPN/Kepala Bappenas.

b. Pengurangan Pagu

1. APBN-P Kementerian disusun setelah terbit Peraturan Presiden/

Surat Menteri Keuangan tentang APBN-P;

2. Penyusunan APBN-P diproses oleh Biro Perencanaan bersama

dengan Biro Keuangan apabila terjadi perubahan anggaran keluaran

(output) terhadap Kegiatan Strategis;

3. Rincian Kegiatan Strategis yang mengalami pengurangan pagu atau

penghapusan kegiatan harus mendapat persetujuan dari Biro

Perencanaan;

4. Usulan program/kegiatan dalam APBN-P yang diusulkan masing-

masing Unit Kerja Eselon I, dikoordinasikan oleh Sekretariat

Jenderal cq. Biro Keuangan dan Biro Perencanaan untuk

selanjutnya diusulkan oleh Menteri kepada Menteri Keuangan dan

Menteri PPN/Kepala Bappenas.

2.6 Pembiayaan Investasi Non-APBN

a. Pembiayaan Investasi Non-Anggaran Pemerintah (PINA) merupakan

investasi diluar kerangka proses penyusunan Rencana Kerja dan

Anggaran (RKA) dengan mengoptimalkan peran BUMN/BUMD dan


- 36 -

swasta dalam pembangunan, dengan memanfaatkan berbagai

instrumen keuangan seperti penanaman modal, asuransi, kekayaan

negara hingga investasi strategis untuk mencapai fìnancial dose.

b. Kegiatan atau proyek yang diusulkan melalui skema PINA yaitu

memenuhi kelayakan secara ekonomi dan finansial serta readiness

criterio., baik kriteria proyek brownfield melalui divestasi proyek yang

sudah beroperasi, proyek greenfield melalui pembentukan joint venture

BUMN/BUMD dengan swasta, maupun penugasan kepada

BUMN/BUMD.

c. Sedangkan alternatif pembiayaan dengan skema Kerjasama Pemerintah

dan Badan Usaha (KPBU) untuk kegiatan atau proyek yang memenuhi

kelayakan secara ekonomi namun secara finansial marginai atau tidak

layak sehingga membutuhkan dukungan pemerintah.

d. Pemerintah dapat berperan memberikan dukungan berupa pengadaan

lahan, pembiayaan sebagian kontruksi untuk meningkatkan kelayakan

finansial proyek, Avability Payment (AP) atau pembayaran secara

berkala atas tersedianya layanan infrastruktur yang sesuai dengan

kriteria kualitas, serta Viability Gap Fund (VGF) yang merupakan

penjaminan kewajiban finansial akibat resiko yang ditimbulkan.

e. Selain itu, kegiatan atau proyek KPBU dengan pemrakarsa pemerintah

(solicated) dapat diusulkan dalam proses penyusunan Rencana Kerja

dan Anggaran (RKA) untuk penyiapan kajian akhir studi kelayakan dan

pendampingan transaksi sebagai bagian dari dukungan pemerintah.

Sementara itu, dalam hai proyek KPBU Unsolicated, pemerintah dapat

mengalokasikan anggaran dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)

untuk membeli hasil kajian yang dilaksanakan oleh pemrakarsa pada

tahap perencanaan.
- 37 -

f. Skema KPBU dapat dikombinasikan dengan skema lainnya (blended

fìnancing) yang bertujuan untuk menurunkan financing cost secara

keseluruhan.

g. Skema Hak Pengelolaan Terbatas Atas Aset Infrastruktur adalah

optimalisasi Barang Milik Negara untuk meningkatkan fungsi

operasional Barang Milik Negara guna mendapatkan pendanaan untuk

pembiayaan penyediaan infrastruktur.

h. Optimalisasi kelembagaan pengguna BLU, pendapatan PNBP dari

pengelolaan layanan infrastruktur yang feasible digunakan untuk

membiayai pengelolaan layanan infrastruktur yang tidak

feasible/ marginai, atau untuk membiayai penyediaan infrastruktur.

i. Proses pembiayaan investasi Non-APBN berpedoman pada peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan

KPBU dan PINA.


38

2.7 Proses Tahapan Penyusunan RKA

Flowchart Proses Tahapan Penyusunan RKA Di Lingkungan Kementerian Perhubungan

p i ELAKSANA Mu tu B aku

P e m n k a iM oleh T im V e riflk a to r (Biro


Pem rakaraa a p ip
NO U R A IA N K E G IA T A N Gubernur/ Dtrektur Badan L itb an g Peren ca n aan dan B agiaa Biro S etd itjen / B iro P eja ba t Doknm en K et
(U P T 41 (In apektorat P n a tik o m M en to ri Laln W aktn
U tam a BUM M, M en teri Perhubungan LPPBM R S et badan P eren can aan E aeion I K elengkapan
K em enhub) Jender&l)
d ari K L L ain n ya S etditjen /S etb ad an )

A PENYU SU NAN P AO U KEBU TU H AN

P e n y u s u n a n d a n p e m u t a k h ir a n r e v iu a n g k a d a s a r d a n
p e r k i r a a n m a ju □ - - o

P e n y a m p a ia n u s u l a n k e g i a t a n d a l a m P a g u K e b u t u h a n
d a r i U P T K e m e n t e r ia n P e r h u b u n g a n / K e p a l a S a t k e r /
K e p a l a P u s a t / K e p a l a B ir o k e p a d a P e j a b a t U n i t K e i j a
E s e lo n I
r o
r j — |

P e n y a m p a ia n u s u la n k e g ia t a n d a la m P a g u K e b u tu h a n
d a r i G u b e m u r / D ir e k tu r U t a m a B U M N , M e n te r i d a r i K / L E 4 _ 1
L a in n y a d a n M a s y a ra k a t

K o o r d in a s i a w a l te r h a d a p u s u la n k e g ia t a n y a n g
P e n y a m p a ia n p a lin g
d i s a m p a i k a n o l e h K e p a l a U P T / K e p a l a S a t k e r / K e p a la 1-------- L__ B e r it a A c a r a
la m b a t p a d a M in g g u
1____ r
P u s a t / K e p a l a B ir o d e n g a n b e r k o o r d i n a s i d e n g a n
P e m e r in ta h D a e r a h ? 9 P em bah asan
k e-2 F eb ru a ri

H a s i l k o o r d i n a s i a w a l b e r u p a d a f t a r u s u l a n k e g ia t a n
,r
d is E im p a ik a n o l e h U n i t K e r j a E s e l o n I k e p a d a M e n t e r i c . q 'L z > - o
S e s je n
1

D a ft a r u s u l a n k e g i a t a n d i i n p u t d a n d i u n g g a h o le h
U P T / S a t k e r k e d a la m A p l i k a s i E - P l a n n i n g
b
P e m e r in t a h D a e r a h
P e la k s a n a a n p a lin g
V e r if ik a s i d a ft a r u s u la n k e g i a t a n s e b a g a i d a s a r B e r ita A c a ra (B a p p e d a P r o v in s i
p e n y u s u n a n P a g u K eb u tu h a n
...........
- □
9 P em bah asan
la m b a t p a d a A w a l
M aret
d a n K e p a la D in a s
P erh u b u n g a n )

P e n y a m p a ia n p a lin g
K e l e n g k a p a n d a t a d u k u n g t e r h a d a p u s u l a n k e g ia t a n la m b a t p a d a A k h ir
B u la n A p r ii

P e n y a m p a i a n r e k a p i t u l a s i d a f t a r u s u l a n k e g ia t a n k e p a d a J
M e n te ri P e rh u b u n g a n _J

P e la k s a n a a n R a p a t P ie n o y a n g d ip im p in o le h M e n te r i
B e r it a A c a r a
P e r h u b u n g a n , d a n d i h a d i r i o l e h s e l u r u h P e j a b a t E s e lo n I
R a p a t P ie n o
d a n P e j a b a t E s e lo n I I u n t u k m e n e t a p k a n P a g u
K eb u tu h a n
f K em enhu b

1 !
P e n e ta p a n P a g u K eb u tu h a n i _ _ J
P e n y a m p a ia n P a g u K e b u tu h a n p e r p ro g r a m k e p a d a
R e k a p it u la s i
K e m e n t e r i a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n N a s io n a l/
«C □ U s u la n P a g u
B a p p e n a s d a n K e m e n t e r ia n K e u a n g a n s e b a g a i d a s a r
K e b u tu h a n
p e n y u s u n a n r e s o u r c e e n v e lo p e

P e n y a m p a ia n r in c ia n k e g ia t a n P a g u K e b u tu h a n k e p a d a
B a d a n L itb a n g u n tu k d ila k u k a n e v a lu a s i k e m a n fa a ta n
d a n e v a lu a s i te r h a d a p p e n y u s u n a n s tu d i d b
h _ i
39

-----,-----
B PEH TOSUHA H PA G O IN D IK A T IF i
'
"T T
P e n e rim a a n S u r a t B e r s a m a M e n te ri P P N / B a p p e n a s d a n
- O ' B u la n A prii
M e n te ri K e u a n g a n te n t a n g P a g u I n d ik a tif

P e n y e m p u m a a n P a g u I n d ik a tif P e r P ro g ra m y a n g
d i te ta p k a n o le h M e n teri c .q S e k r e t a r i s J e n d e r a l. - C □
1-----
P e n y a m p a ia n p e n y e m p u m a a n P a g u I n d ik a tif P e r P ro g ram
k e p a d a P a r a P e ja b a t E s e lo n 1 d i lin g k u n g a n K e m e n te ria n
r [
P e rh u b u n g an
P e n y a m p a ia n p e n y e m p u m a a n P a g u I n d ik a tif p e r p ro g ra m
k e p a d a K e m e n te ria n K e u a n g a n d a n K e m e n te ria n c b
P P N /B a p p e n a s
S e s it je n / S e s d it je n / S e s b a d a n / K e p a la B ir o / K a p u s
m e l a k u k a n p e n y e m p u m a a n r in c i a n k e g ia ta n d a la m P a g u
I n d ik a tif y a n g s u d a h d i te t a p k a n o le h M e n te ri c .q b
S e k r e ta ris J e n d e r a l ______

R in c ia n k e g ia ta n d a la m P a g u I n d ik a t if d iin fo rm a s ik a n
o le h U n it O rg a n is a s i E s e lo n I k e p a d a s e lu r u h U P T /S a tk e r h

U P T /S a tk e r m e n g in p u t d a n m e n g u n g g a h r in c i a n k e g ia ta n
_ i
d a la m P a g u In d ik a tif k e d a la m a p lik a s i E -P lim m im g

V erifik asi P a g u I n d ik a tif o le h B a g ia n P e r e n c a n a a n d a n


B iro P e r e n c a n a a n □ - ~ L _
I

P e n y u s u n a n R in c ia n K e g ia ta n P a g u I n d ik a tif b e r d a s a r k a n 1
P e m e n n ta h D a e ra h ,
h a s il v e rifik a s i s e b a g a i b a h a n p e la k s a n a a n M ultila te ra l
M eeting (K e m e n te ria n P e r h u b u n g a n , B a p p e n a s ,
K e m e n k e u d a n K /L te rk a it) d a n T rila te ra l M eeting
------- --
o K /L te r k a it,
B appenas,
K em enkeu
(K e m e n te ria n P e r h u b u n g a n , B a p p e n a s d a n K e m e n k e u |

P e n y a m p a ia n r in c i a n k e g ia ta n d a la m P a g u I n d ik a tif R e k a p itu la s i
k e p a d a M e n te ri P e r h u b u n g a n s e b a g a in b a h a n a c u a n U s u la n P a g u
Q - - c
d a la m fo ru m M u s r e n b a n z n a s _____________________________ p In d ik a tif

P e n y u s u n a n r in c i a n k e g ia ta n d a la m P a g u In d ik a tif d a la m
b e n t u k R e n c a n a K e ija (R enja)
:
P e n y a m p a ia n R e n c a n a K e ija (R enja) k e p a d a M enteri J — 1
P P N /K e p a la B a p p e n a s n _____!
1
40

c PEHYUSUHAH PA GO ANGGARAN

P e n y a m p a ia n S u r a t B e r e a m a M e n te ri K e u a n g a n d a n
M e n te ri P P N / B a p p e n a s te n t a n g P a g u A n g g a ia n k e p a d a
] B u la n J u n i - J u l i
M e n te ri P e rh u b u n g a n ______________________________________
P e n y e m p u m a a n P a g u A n g g a ra n P e r P ro g ra m y a n g
d i te t a p k a n o le h M e n teri c .q S e k r e ta ris J e n d e r a l
b e r d a s a tk a n S u r a t B e r s a m a M e n te ri K u a n g a n d a n
M e n te ri P P N /K e p a la B a p p e n a s
? - i □
P e n y a m p a ia n P a g u A n g g a ra n P e r P ro g ra m k e p a d a P a r a
P e ja b a t E s e lo n 1 d i lin g k u n g a n K e m e n te ria n
P erhubungan - c
p

£
P e n y a m p a ia n p e n y e m p u m a a n P a g u A n g g a ra n p e r
p ro g ra m k e p a d a K e m e n te ria n K e u a n g a n d a n K e m e n te ria n
P P N /B a p p e n a s
S e s it je n / S e s d it je n / S e s b a d a n / K e p a la B ir o / K a p u s
m e l a k u k a n p e n y e m p u m a a n r in c i a n k e g ia ta n d a la m P agu
A n g g a ia n y a n g s u d a h d i te t a p k a n o le h M e n te ri c .q
S e k r e ta ris J e n d e r a l
i p >
€:
R in c ia n k e g ia ta n d a la m P a g u A n g g a ra n d iin fo rm a s ik a n
o le h U n it O rg a n is a s i E s e lo n I k e p a d a s e lu r u h U P T /S a tk e r

U P T /S a tk e r m e n g in p u t d a n m e n g u n g g a h r in c i a n k e g ia ta n
d a la m P a g u A n g g a ra n k e d a la m a p lik a s i E - fta n n in g j_ j

— J— L_ B e rita A c a ra
P e n e litia n P a g u A n g g aran — 1_____r ~ B u la n J u n i - J u l i
P e n e litia n

R e v iu P a g u A n g g a ra n r p
B e rita A c a ra
R eviu

P e n y a m p a ia n H asil P e n e b tia n d a n R e v iu P a g u A n g g a ra n ,r
_ j— i
EJ n
k e p a d a m a s in g -m a s in g P e ja b a t E s e lo n I u n t u k
d i s e m p u m a k a n d e n g a n te m b u s a n M e n teri P e r h u b u n g a n
_____1 L

?
CE
RKA P a g u A n g g a ra n y a n g te la h d i s e m p u m a k a n , k e m b a li
d is a m p a ik a n k e p a d a M e n te ri P e r h u b u n g a n d e n g a n
d ik o o rd in a s ik a n o le h S e k r e ta ris J e n d e r a l u n t u k
s e la n j u tn y a a k a n d i g u n a k a n s e b a g a i b a h a n u n t u k
k o n s u lt a s i d e n g a n D PR -R I

P e n y a m p a ia n RKA P a g u A n g g a ra n k e p a d a M e n te ri
K e u a n g a n d a n M en teri P P N / B a p p e n a s s e b a g a i b a h a n
p e n e la a h a n d a la m fo ru m T rila te ra l M e etin g a n t a r a K /L ,
LH _____ h

K em enkeu d a n B a p p en as
41

D PBNYU SU NAN PA G U A L O K A S I A N G G A R A N

P e n c rim a a n S u r a t B e r s a m a M c n tc ri K e u a n g a n d a n

1 1_□
M e n te ri P P N / B a p p c n a s tc n t a n g P ag u A lo k a si A n g g a ra n B u la n O k to b e r
k e p a d a M e n teri P e rh u b u n g a n ______________________________

P e n y e m p u m a a n P a g u A lo k asi A n g g a ra n P e r P ro g ra m y a n g
d i te t a p k a n o le h M e n te ri c .q S e k r e ta ris J e n d e r a l.
, y -
P e n y a m p a ia n P a g u A lokasi A n g g a ra n P er P ro g ra m k e p a d a
P a r a P e ja b a t E s e lo n 1 d i lin g k u n g a n K e m e n te ria n
P e rh u b u n ea n
P e n y a m p a ia n RKA P a g u A lo k asi A n g g a ra n k e p a d a DPR RI
6 T
s e b a g a i b a h a n p e m b a h a s a n d a l a m R a p a t K e ija d e n g a n
M e n te ri P e r h u b u n g a n d a n R a p a t D e n g a r P e n d a p a t (RDP)
]
d e n g a n P e ja b a t E se lo n I

P e n y e s u a ia n RKA P a g u A lo k asi A n g g a ra n b e r d a s a r k a n
h a s il r a p a t k e ij a d a n R D P d e n g a n DPR RI
1
—L *1_!♦*
j — u
-1
1
--L
_ r

R in c ia n k e g ia ta n d a l a m P a g u A lo k a si A n g g a ra n
d i in f o rm a s ik a n o le h U n it O rg a n is a s i E s e lo n I k e p a d a
s e lu r u h U P T /S a tk e r
A
U P T /S a tk e r m e n g in p u t d a n m e n g u n g g a h r in c i a n k e g ia ta n
d a l a m P a g u A lo k asi A n g g a ra n k e d a la m a p lik a s i e-
p la n n in n g
£
P e n e litia n P a g u A lo k asi A n g g a ra n ”1__r~ J
___1------- L B e r ita A cara
P e n e litia n
B u la n O k to b e r

B e r ita A cara
t
R e v iu P a g u A lo k asi A n g g aran
? .ii
R eviu
P e n y a m p a ia n H asil P e n e h tia n d a n R e v iu P a g u A lo k asi
A n g g a ra n k e p a d a m a s in g -m a s in g P e ja b a t E s e lo n I u n t u k
1__| __
J --------1
1 1-
d i s e m p u m a k a n d e n g a n te m b u s a n M e n te ri P e r h u b u n g a n V
P e n y a m p a ia n RKA P a g u A lo k asi A n g g a ra n k e p a d a M en teri
K e u a n g a n d a n M e n te ri P P N / B a p p c n a s s e b a g a i b a h a n
9 = -r □
p e n e la a h a n d a l a m fo ru m T ril a le r a i M e e tin g a n t a r a K /L ,
K em enkeu d a n B a o n en as
R e v iu te r h a d a p H a rg a P e r k ir a a n S a t u a n (HPS) y a n g
d ila k u k a n I n s p e k to ra t J e n d e r a l t e r h a d a p p ro y e k -p ro y e k
s tr a te g is
li
P e n a n d a ta n g a n a n L e m b ar P e r s e tu ju a n P a g u A lo k asi
A n g g a ra n o le h K o m isi V DPR RI. H p-

P E N Y A M P A IA N D A P T A R IS IA N P E L A K S A N A A N
E
A N G G A R A N (D IP A )

P e n a n d a ta n g a n a n DIPA In d u k o le h M en teri —
9 -

L
P e n e ta p a n DIPA I n d u k
?
P e n y a m p a ia n s u r a t d a ri D iije n A n g g a ra n K e m e n te ria n
K e u a n g a n te r k a it p e n e rb ita n DIPA K /L L_rL
1

P e n y a m p a ia n DIPA i n d u k k e p a d a m a s in g -m a s in g U n it
DIPA In d u k B u la n N ovem ber
K e ija E s e lo n I
- 42 -

2.8 Tahapan Penyusunan dan Penyampaian RBA


- 43 -

TEMPLATE DALAM PENYUSUNAN RKA

3.7 Berìta Acara dan Catatan Hasil Penelitian

CATATAN HASIL PENELITIAN RKA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 20XX (PAGU.................)


UM UM REHAB L A N JU T A N BARU BLU

K O N S IS T E N S I T A H A P A N
1

D A T A K IN E R JA
S E S U A I R E N JA

SE S U A I R K P
£ KETERA N G A N

LA H A N
ft
2

S P T JM
s?

FO TO
KODE P R O G R A M / K E G IA T A N / O U T P U T V O I. SA T. H A RG A SA TU A N JU M L A H O Q ?
oc
e I si
£
a 12 35 OC

1
LEN G KA P T ID A K

XXX Program (berisikan nama program ) xxxxxx


XXX Kegiatan 1 (berisikan nama kegiatan) xxxxxx

XXX O u tpu t 1 (berisikan uraian o u tp u t ) XX XX 0 xxxxxx

XXX S u b ou tp ut 1 (berisikan uraian suboutput) xxxxxx

XXX K om ponen (berisikan uraian kom ponen) xxxxxx


XXX M A K (berikan uraian M a ta Anggaran Kegiatan) xxxxxx

• D etail belanja 1 (berisikan de ta il belanja) XX PKT XXXXX xxxxxx V V V V V V V V V V V V V xxxxxx


- D etail belanja 2 (berisikan d e ta il belanja] XX PKT XXXXX xxxxxx V V V V yj V V V V V V xxxxxx

XXX Kegiatan 2 (berisikan nama kegiatan) xxxxxx


XXX O u tp u t 2 (berisikan uraian o u tp u t ) XX XX 0 xxxxxx
XXX S u b ou tp ut 2 (berisikan uraian suboutput) xxxxxx
XXX K om ponen (berisikan uraian kom ponen) xxxxxx
XXX M A K (berikan uraian M a ta Anggaran Kegiatan) xxxxxx
XXX

XXX - D etail belanja 1 (berisikan de ta il belanja) XX PKT XXXXX xxxxxx V V V xxxxxx


XXX - D etail belanja 2 (berisikan d etail belanja) XX PKT XXXXX xxxxxx

JU M L A H K E LE N G K A P A N D A T A D U K U N G 0 0
C atatan : u ntuk kegiatan multiyears agar dib e rik an catatan d alam uraian kegiatan.

JAKARTA........20XX
BAGIAN PEREN CANAAN UNITES. I
PEN ELITI BIRO PEREN CANAAN

(•

Keterangan : V = Lengkap/Ada/Sesuai
x = Tidak Lengkap/Tidak Ada/Tidak Sesuai
1) TOR ditandatangani o le h D irek tu r Teknis/Kepala Pusat/Pejabat Eselon II
2) RAB ditandatangani o le h Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Pejabat Eselon III
- 44 -

BERITA ACARA
KOORDINASI AWAL PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN UNIT KERJA ESELON I ............................. TAHUN 20XX
PROGRAM ....................................................

Pada hari i n i ...... tanggal......... B u la n ......... Tahun Dua R ib u ............bertempat d i ..................................... Tahun 20XX untuk U P T /S a tk e r................................................... dengan hasìl kesepakatan per
kegiatan sebagai berikut :

I. KEGIATAN................................. Rp.
II. KEGIATAN................................. Rp.
III. KEGIATAN................................. Rp.

TOTAL RP-

Bagian Perencanaan Wakil Direktorat/ Pusat Kepala UPT/Satuan Kerja Dishub P ro v in s i..... Bappeda P ro v in si....
Setitjen/ Setditjen/ Setbadan

Peiabat Struktural Peiabat Struktural Peiabat Struktural Peiabat Struktural Peiabat Struktural
N I P ........................................................... N I P ....................................... N I P ........................................................... N I P ........................................................... N I P ......................................................

Catatan Pembahas ;

Keteranoan :
1) Anggaran tersebut diatas bersifat sem entara yang selanjutnya akan disusun prioritas sesuai dengan Pagu Sub Sektor/Badan
2) Kelengkapan usulan harus sudah disampaikan kepada Kepala Bagian Perencanaan (sub sektor terkait) dan Kepala Biro Perencanaan Kementerian Perhubungan paling lambat bulan Aprii 20XX.
3) Apabila segala kelengkapan/data dukung yang dibutuhkan tid ak terpenuhi maka usulan tersebut akan ditinjau kembali (ditangguhkan).
4) Alokasi dana dalam ribuan Rupiah.
*) Coret yang tidak periu.
- 45 -

DAFTAR USULAN KEGIATAN PADA KOORDINASIAWAL (PAGU KEBUTUHAN)


RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DITJEN..........................
TAHUN 20XX

PROPINSI

UPT/SATKER

KELENGKAPAN DATA DUKUNG

KEG. LANJUTANf KEG. KEG.

RENSTRA KEMENHUB

SPESIFIKASITEKNIS
KEG.BARU

RENCANA INOUK
KOMERSIU BUMN
TIDAK DIKELOLA
OLEHLEMBAGA

STATUS LAHAN
PENGEMBANGAN REHAB REPLACEMENT

MASTER PLAN

JALAN AKSES
TORI KINERJA

|
NASIONAL
LAMPIRAN
HARGA BIAYA f i SKALA
KET

PENGHAPUSA
NO. PROGRAM /URAIAN KEGIATAN VOLUME

FOTO-FOTO
| UINPENLOK
SATUAN (Rp. 000) PRIORITAS

DOKUMEN
CO

NASET
< < LL. £
CO <

DED
u. zQ §
lS
1 1 < or

1. PROGRAM ..................................

A K E G I A T A N ..........................

1 O u tp u t 1

dst

2 O u tp u t 2

d s t .. ..

B K E G I A T A N ..........................

1 O u tp u t 1

dst

2 O u tp u t 2

d s t .. ..

C K E G I A T A N ..........................

1 O u tp u t 1

d st

2 O u tp u t 2

d s t ....

DIPARAF KEPALA UPT/ SATKER/ KPA,SETITJEN/ SETDrTJEN/


SETBADAN, WAKIL DARISEMUA DIREKTORAT/ PUSBANG, WAKIL
DISHUB DAN BAPPEDA PROVINSI
- 46 -

B ER ITA A C A R A
PAGU KE B U T U H A N R E N C A N A K E R JA DAN A N G G A R A N UNIT K E R JA ESELON I ................. T AH U N 2 0 X X
PRO G RAM ..............................................................

P ada hari i n i ........t a n g g a l............ Bulan ..........T a h u n Dua Ribu .............. b e rte m p a t di ........................................... T a h u n 20X X u n tu k U P T / S a t k e r ............................................................ d e n g a n hasil
k e s e p a k a ta n p e r keg ia ta n s e b a g a i berikut :

I. K E G I A T A N .............................................. R p.
II. K E G I A T A N .............................................. R p.
III. K E G I A T A N .............................................. Rp-

TOTAL RP-

Biro P e re n ca n a a n Bagian P e re n ca n a a n W akil D irektorat/ P u sat


S e tltje n / S e td itje n / S e tb a d a n

__________P e ia b a t S tr u ttu r a i_________ ________ P e ia b a t S tru ttu ra i _______ P e ia b a t S tru ttu ra i


N I P ...................................... N I P .......................................................... NIP............................................

C atatan P em bah as :

K eteranoan :
1) A n g g a ra n te r s e b u t d ia ta s bersi fa t sementara y a n g s e la n ju tn y a akan disu su n prioritas s e s u a i d en g a n Pagu S u b S e k to r/ B a d a n
2) K e len g ka p a n usulan haru s su d a h disam paikan kep ad a Kepala Bagian P e re n c a n a a n (su b s e k to r te rk a it) dan Kepala Biro P e re n c a n a a n K em en terian P erh u b u n g a n paling lam bat
bulan Aprii 2 0 X X .
3) A pabila se g a la k e len g ka p a n / d a ta du ku ng y a n g dib u tu h ka n tid a k te rp e n u h i m aka usulan te r s e b u t akan ditinjau kem bali (d ita n g g u h k a n ).
4) A lok a si d a n a d a la m ribuan Rupiah.
*) C o re t y a n g tid a k perlu.
- 47 -

D A F T A R U S U L A N K E G IA T A N (PAG U K E B U T U H A N )
R E N C A N A K E R J A DAN A N G G A R A N DITJEN .......................
T A H U N 20XX

PROPINSI
UPT/SATKER
K ELE N G K A P A N D ATA DUKUNG
K EG .LAN JUTAN / KEG. KEG.
K EG .B AR U
PENGEMBANGAN REHAB REPLACEMENT
HARGA B IA Y A SKALA
NO. P R O G R A M /U RA IA N K E G I A T A N VOLUME KET
SATUAN (Rp. 000) P RI ORI TAS
a
| 1 1 | \ l f j ! £
i 8 §
!
| f I
ì i 1 | ! [ i

1. P R O G R A M ...........................................

A K E G IA T A N ...........................

dst
2 O u tp u t 2

dst...
B K E G IA T A N ...........................
1 O u tp u t 1
d st
2 O u tp u t 2

dst. . . .
C K E G IA TA N ...........................
1 O u tp u t 1

d st
2 O u tp u t 2

d st...

B IR O P E R EN C AN AA N BAGIAN PER EN C AN AA N

___________ PEJABAT S T R U K T U R A L P EJA B AT S T R U K T U R A L


N IP ................................................................... N IP ....................................................

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
sesuai dengan aslinya
BIRO HUKUM,
ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Anda mungkin juga menyukai