Anda di halaman 1dari 88

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam

mengembangkan potensi manusia yang dibawa sejak lahir. Kemampuan atau

potensi dalam Islam dikenal dengan istilah fitrah. Hal ini sesuai dengan pendapat

Hasan Langgulung yang dilansir oleh Ramayulis dalam bukunya ilmu pendidikan

agama Islam bahwa fitrah adalah “segala kemampuan dasar yang dimiliki oleh

manusia”.1

Agar fitrah yang dimiliki itu dapat berkembang dengan baik, diperlukan

suatu proses pendidikan, sehingga fitrah yang dimiliki manusia dapat

berkembang, baik aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang sesuai

dengan pendidikan Islam. Hal tersebut sesuai dengan hadis Nabi SAW

menyebutkan:

‫ ُك ُّل َم ْولُ ْو ٍد يُ ْولَ ُد‬: ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬


َ ْ ‫ال النَّيِب‬ َ َ‫َع ْن َأيِب ْ ُهَر ْي َر َة َر ِض َي اهللُ َعْن هُ ق‬
َ َ‫ ق‬: ‫ال‬
.)‫صَرانِِه َْأو مُيَ ِّج َسانِِه (رواه البخاري‬ ِّ َ‫َعلَى الْ ِفطَْر ِة فَ ََأب َواهُ يُ َه ِّو َدانِِه َْأو َين‬
Artinya
“(Hadis) Dari Abi Hurairah r.a, berkata: bahwa Nabi SAW bersabda: Setiap
anak manusia dilahirkan berada dalam keadaan fitrah (potensi). Maka orang
tuanya lah yang menjadikan mereka menjadi yahudi, nashrani atau majusi”.2

Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 280
1

Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim al-Ja’fiy al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut : Dar al-
2

Fikr, 1981), Juz V, hlm. 321.


2

Pada tataran aplikatif, guru adalah orang yang terdepan dalam dunia

pendidikan. Karena proses pembelajaran diasuh, dikelola, dibimbing oleh seorang

guru. Proses pembelajaran yang bermutu, mampu membangkitkan dan

mengembangkan potensi anak didik adalah sesuatu yang dicita-citakan oleh

seorang guru. Oleh karena itu guru dituntut memiliki strategi pembelajaran yang

bagus dan tepat sebagai gambaran dari seorang guru yang profesional,

sebagaimana yang tergambar dalam firman Allah berikut ini:

... ‫ْم ِة َو لْ َم ْو ِعظَ ِة احْلَ َس نَ ِة َو َج ِادهْلُ ْم ب اِلَّيِت ْ ِه َي اَ ْح َس ُن‬ ِ ِ ِ ِ ِ‫اُْدعُ ا‬


َ ‫ىل َس بْي ِل َرب ك ب ا حلك‬
َ
)125 : ‫) َالنحل‬

Artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik ...... (QS. 16: 125)”.3

Mustafa al-Maraghi dalam tafsirnya, menjelaskan ayat diatas bahwa

“Rasulullah SAW ditugaskan untuk mampu menyeru umat kepada Syari'at Allah

dan memberi penjelasan serta peringatan”.4

Dalam ayat tersebut terdapat tiga metode dakwah yaitu, dengan cara

hikmah, pelajaran yang baik (keteladanan) dan diskusi. Ini berarti juga bahwa

dalam proses pembelajaran, guru pun dituntut untuk mampu menggunakan

metode pembelajaran yang baik agar proses pembelajaran menjadi

menyenangkan, seperti penggunaan metode diskusi. Metode diskusi tidak akan

3
Al-Qur’an dan Terjemahnya (Revisi Terbaru) Departemen Agama RI (Semarang: CV Al-
Syifa’, 1999) hlm. 421.
4
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir al- Maraghi (Semarang: CV Toha Putra, 1988), hlm.
291-293.
3

memiliki arti apa-apa, apabila guru tidak memiliki kemampuan dalam

merencanakan pelaksanaan metode diskusi yang baik, yang dapat membangun

gairah belajar. Kenyamanan suasana belajar sangat tergantung pada kemampuan

seorang guru.

Peran yang harus dipikul oleh guru dalam kegiatan pembelajaran,

sangatlah beragam seperti sebagai “fasilitator, motivator, pemacu, pemberi

inspirasi, administrator, evaluator, konselor”.5

Menurut penulis masih banyak lagi peranan yang diemban oleh seorang

guru dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik.

Untuk menciptakan proses pembelajaran yang bermutu, guru dituntut

untuk dapat memanfaatkan semua sumber yang tersedia semaksimal mungkin

agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Menurut Syaiful Sagala, bahwa “mengajar sebagai profesi menjadikan

tugas guru secara langsung menyentuh manusia menyangkut kepentingan dan

kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan dan

kemandirian melalui proses pembelajaran”.6

Guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan

belajar bagi seluruh peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara

optimal. Dalam hal ini guru harus kreatif, profesional dan menyenangkan, dengan

memposisikan diri sebagai berikut:

5
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakata: PT. Rineka Cipta, 2002), cet.
ke-1, hlm. 3
6
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2000), hlm. 201
4

1. “Orang tua yang penuh kasih sayang kepada peserta didiknya


2. Teman, tempat mngadu dan mengutarakan perasaan bagi peserta didik.
3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan dan melayani peserta
didik sesuai minat kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi peserta didik.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik saling berhubungan dengan orang lain secara
wajar.
7. Mengembangkan potensi sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain
dan lingkungannya.
8. Mengembangkan kreatifitas-kreatifitas.
9. Menjadi pembantu ketika diperlukan”.7

Berdasarkan beberapa bentuk tuntutan di atas yang di tujukan kepada

guru, penulis berkesimpulan bahwa seorang guru merupakan deskripsi tentang

pentingnya beragam potensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, disebabkan

pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

dimiliki dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10

menyebutkan bahwa guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi

profesisonal. Ke empat kompetensi tersebut mesti harus dimiliki oleh seorang

guru, dalam rangka mendongkrak mutu pendidikan di Indonesia ke arah yang

lebih baik.

7
E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Mencipitakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008), cet ke-7. hlm. 36
5

Mengingat pentingnya kompetensi guru dalam meningkatkan mutu

pendidikan, pemerintah telah berusaha melakukan berbagai upaya dengan

melakukan penyempurnaan kurikukum, melakukan perbaikan fasilitas belajar,

melakukan peningkatan kemampuan guru melalui penataran atau pelatihan, dan

mempermudah guru untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional”.8 “Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen”.9

“Dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik

professional”.10

Seorang sarjana (SI) atau Diploma empat (D4), menguasai kompetensi,

memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan pendidikan nasional.

Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya untuk peningkatan mutu dan

kesejahteraan guru,berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru

sebagai agen pembelajaran. Dengan terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan

akan berdampak pada meningkatnya mutu pembelajaran dan mutu pendidikan

secara berkelanjutan. Pelaksanaan sertifikasi guru telah ditunggu-tunggu oleh para

guru, dan menjadi topik pembicaraan utama setelah rencana pelaksanaan tahun
8
Undang-Undang SISDIKNAS 2003, UU RI. No.20 Tahun 2003, (Jakarta: Grafika, 2005),
cet ke-2, hlm. 20
9
Undang-undang Guru dan Dosen, UU RI. No. 14 Tahun 2005, (Jakarta: Sinar Grafika,
2005), cet. ke-1. hlm. 11
10
Departemen Pendidikan Nasional RI, UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan
Nasional, (Jakarta: Depdiknas, 2003 ), hlm. 6
6

2006 tidak jadi dilaksanakan karena peraturan pemerintah sebagai landasan

hukum belum ditetapkan.

Dengan diterbitkannya “Peraturan Mendiknas Nomor 18 tahun 2007

tentang sertifikasi bagi guru dalam Jabatan, maka sertifikasi guru sudah

mempunyai landasan hukum untuk segera dilaksanakan secara bertahap dimulai

pada tahun 2007”.11

Engkoswara, dalam “Menuju Indonesia Modern”, mengemukakan, guru

adalah “seorang tenaga pendidik yang bekerja menyampaikan ilmu pengetahuan

(kognitif), mengembangkan sikap kepribadian (afektif), serta memberikan bekal

keterampilan (psikomotor) kepada peserta didik, dalam ruang lingkup organisasi

pendidikan di tingkat sekolah”.12

Berdasarkan beberapa kutipan diatas penulis berkesimpulan bahwa guru

merupakan “ujung tombak” kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas atau

sebagai orang yang mengemban dan mengembangkan berbagai bentuk

pemikiran, yang terkandung didalam kurikulum pendidikan serta berbagai aturan

atau pedoman yang berkaitan dengan KBM di sekolah. Dengan demikian

diperlukan komprehensivitas diri pada para guru antara lain: pemikiran,

kemampuan, disiplin kerja yang diperlukan agar mencapai hasil yang maksimal

menuju tercapainya tujuan pendidikan.


11
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional, Pedoman Penetapan Peserta dan Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan,
Cetakan Kedua, 2007, hlm. 1.
12
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta,
Jakarta, 2000, hlm. 23.
7

Penulis menambahkan dengan adanya sertifikasi guru diharapkan mampu

menciptakan guru yang profesional, berkompeten, berkualitas dalam mengajar.

Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik.

Ketentuan ini dimaksudkan sebagai mekanisme dan upaya untuk

meningkatkan martabat profesi guru di masyarakat, sekaligus meningkatkan

mutu pendidikan melalui peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya

manusianya.

Sesuai dengan perkembangan teknologi pendidikan dan berdasarkan

tuntutan zaman, dalam melaksanakan proses pembelajaran guru juga harus

mempunyai kemampuan praktis dalam menerapkan kompetensinya, misalnya

dalam menggunakan media atau sumber belajar guru harus bisa memakai

teknologi modern seperti kaset audio, video, film, komputer, internet, OHP dan

lain-lain dalam menyampaikan materi atau mencari sumber belajar.

Dengan demikian guru yang kompeten mempunyai kemampuan dalam

melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga siswa dapat mengkonstruksi

pengetahuan baru dan menguasai dengan baik materi pelajaran.

Pelaksanaan proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik apabila

seorang guru memulai dari tahap perencanaan pembelajaran, dalam kegiatan

perencanaan ini seorang guru harus mampu mempersiapkan hal-hal yang perlu

untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pembelajaran, termasuk

mempersiapkan bahan ajar dengan baik, mempersiapkan metode yang akan di

gunakan saat proses belajar mengajar berlangsung, mempersiapkan media


8

pembelajaran, serta mempersiapkan evaluasi yang akan di gunakan, sehingga

seorang guru itu mampu membimbing peserta didik untuk dapat memenuhi

standar kompetensi yang sudah di tetapkan oleh Standar Nasional Pendidikan.13

Begitu juga dengan SMPN 6 Koto Baru sebagai suatu lembaga pendidikan.

SMPN 6 Koto Baru merupakan Sekolah Menengah Pertama yang ada di

kecamatan Koto Baru yang telah berdiri selama ± 8 tahun , tentunya ada sebuah

gambaran bahwa di SMPN 6 Koto Baru telah terdapat beberapa guru yang sudah

bersertifikasi. Namun dari observasi yang penulis lakukan di lembaga pendidikan

tersebut, tampaknya ada beberapa indikasi yang muncul dari berbagai fakta yang

terlihat di lapangan yang mengarah pada pengaruh guru sertifikasi terhadap

kompetensi mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 6 Koto

Baru sebagai lembaga pendidikan negeri yang ke enam yang ada di Koto Baru.

Adapun fakta terlihat di lapangan selama penulis melakukan observasi

sebagai berikut:

1. Guru sertifikasi dan non sertifikasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

masih menggunakan metode ceramah saja sehingga membuat peserta didik

merasa bosan mengikuti pelajaran di dalam kelas.

2. Dalam proses belajar mengajar terlihat siswa sesuka hati untuk keluar masuk

ruangan kelas, dan hal ini mengganggu proses belajar mengajar.

13
Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang RI no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional,(Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 5-6
9

Terjadinya fenomena di atas disebabkan oleh banyak kemungkinan. Maka

untuk menelusuri lebih jauh tentang fenomena di atas penulis bermaksud untuk

melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Sertifikasi terhadap

Kompetensi Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 6 Koto Baru”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan sebelumnya

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana Pengaruh Sertifikasi terhadap Kompetensi Mengajar Guru

Pendidikan Agama Islam di SMPN 6 Koto Baru?

2. Batasan Masalah.

Selanjutnya berdasarkan rumusan di atas, penulis menawarkan

batasan masalah agar kajian dalam penelitian terhadap judul yang penulis

angkat tidak melebar tanpa batasan, yaitu:

a. Pengaruh sertifikasi terhadap kompetensi mengajar guru PAI dalam

membuat rencana pembelajaran.

b. Pengaruh sertifikasi terhadap kompetensi mengajar guru PAI dalam

menggunakan metode pembelajaran.

c. Pengaruh sertifikasi terhadap kompetensi mengajar guru PAI dalam

menggunakan media pembelajaran.


10

d. Pengaruh sertifikasi terhadap kompetensi mengajar guru PAI dalam

mengevaluasi pembelajaran.

C. Penjelasan Judul

Untuk memudahkan dan menghindari kesalahan dalam memahami judul

skripsi ini, maka penulis memberikan penjelasan terhadap istilah yang terdapat

dalam judul skripsi ini, yaitu:

1. Pengaruh : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,

benda) yang ikut membentuk watak,

kepercayaan atau perbuatan seseorang.14

Menurut penulis pengaruh adalah sesuatu yang

memberikan dampak terhadap perbuatan yang

dilakukan oleh seseorang.

2. Setifikasi :Proses pemberian sertifikat pendidik untuk

Tenaga pengajar. Sertifikat pendidik adalah

bukti formal sebagai pengakuan kepada dosen

dan guru sebagai tenaga profesional.15 Menurut

penulis sertifikasi adalah proses pemberian

sertifikat pendidik kepada guru.

3. Kompetensi mengajar : Dapat dikatakan merupakan kemampuan dasar


14
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,
2007),hlm. 849
15
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rasdakarya,
2008), hlm.53
11

yang mengimplikasikan apa yang seharusnya

dilaksanakan guru dalam melaksanakan

tugasnya.16 Menurut penulis kompetensi

mengajar adalah penguasaan seorang guru atau

keahlian yang merupakan syarat pertama

dalam melaksanakan tugasnya demi

tercapainya tujuan yang diinginkan dalam

melaksanakan pembelajaran.

4. Guru : Pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 17

Menurut penulis guru adalah orang tua kedua

bagi anak didik yang mempunyai belaian kasih

saying dan naluri jiwa orang tua yang sangat

diharapkan anak didik.

5. Pendidikan Agama Islam : Upaya sadar terencana dalam menyiapkan

16
Oemar hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002),
hlm. 47.
Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang
17

Guru dan Dosen, (Jakarta, 2006), hlm. 2


12

peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati dan mengimani Allah SWT dan

merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia

dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan al-

Qur'an dan hadis melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, latihan serta penggunaan

pengalaman dibarengi tuntutan untuk

menghormati penganut agama lain dan

hubungannya dengan kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat hingga terwujud

kesatuan dan persatuan bangsa.18 Menurut

penulis pendidikan agama Islam adalah usaha

mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran

agama Islam agar terwujud kehidupan manusia

yang makmur dan bahagia yang berguna bagi

bangsa dan Negara.

6. SMPN 6 Koto Baru : Lembaga pendidikan Sekolah Menengah

Pertama Negeri yang terletak di Jalan Poros

Sitiung V, Kenagarian Koto Padang,

18
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : al-Ma’arif,
1989), hlm. 23
13

Kecamatan Koto Baru, Kabupaten

Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat.

Adapun maksud secara keseluruhan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui

Pengaruh Sertifikasi terhadap Kompetensi Mengajar Guru Pendidikan Agama

Islam yang berada di SMPN 6 Koto Baru.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sertifikasi terhadap kompetensi

mengajar guru PAI dalam merencanakan pembelajaran.

b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sertifikasi terhadap kompetensi

mengajar guru PAI dalam menggunakan metode pembelajaran.

c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sertifikasi terhadap kompetensi

mengajar guru PAI dalam menggunakan media pembelajaran.

d. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sertifikasi terhadap kompetensi

mengajar guru PAI dalam mengevaluasi pembelajaran.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Sebagai bahan informasi bagi guru dan calon guru, bahwa sertifikasi

sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas guru.


14

b. Untuk menambah ilmu pengetahuan dengan mengadakan penelitian

ilmiah, disamping ilmu pengetahuan yang didapat di bangku sekolah

atau perkuliahan.

c. Untuk dapat dijadikan bahan bacaan pada perpustakaan, atau sumber-

sumber data atau sebagai pemasukan.

d. Sebagai syarat bagi penulis untuk menyelesaikan studi dalam program

Srata Satu (S.1) Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah Tinggi

Ilmu Tarbiyah(STIT Al-Yaqin Muaro Sijunjung, untuk mencapai gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.I).

E. Metodologi Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis memakai metodologi Field Research

(penelitian lapangan). Dimana untuk mendapatkan data, penulis mencari

kelapangan.

1. Populasi

Populasi adalah sebahagian objek yang diselidiki dari keseluruhan

yang akan diteliti.19

19
Amirul Hadi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung. Pustaka Setia, 1998), hlm. 25
15

Tabel 1
Populasi

No Populasi Jumlah Ket

1 Kelas VII SMPN 47

2 Kelas VIII SMPN 55

3 Kelas IX SMPN 52

4 Guru PAI 2

5 Kepala Sekolah SMPN 1

6 Tata Usaha 3

Jumlah 162.20

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan contoh yang

akan diteliti.21 Sesuai dengan petunjuk penelitian jika subjek kurang dari 100,

lebih baik diambil sampel semua, sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Selanjutnya jika besar dapat diambil 10-30% atau lebih. 22

Maka penulis menjadikan subjek dari 162 dari jumlah keseluruhan adalah

majelis guru.

Lihat tabel berikut ini:

20
Drs. Roswendi, Wakil Kurikulum SMPN 6 Koto Baru, 08 agustus 2011
21
Suharsimi Ariunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta, Aneka Cipta, 1989), hlm. 107
22
Syayid, Op. Cit, hlm. 103
16

Tabel 2
Sampel yang akan diteliti

No Populasi Sampel Ket

1 Murid Kelas VII SMPN 47 orang

2 Guru Agama 2 orang

3 Kepala Sekolah SMPN 1 orang

Jumlah 50 orang

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menggunakan metode

penelitian lapangan (Field Recearch), dan teknik dalam pengumpulan data

penulis memakai metode angket (Enguette) yaitu daftar pertanyaan berupa

formulir-formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah responden.

Untuk memperoleh jawaban secara tertulis, yang mana jawabannya berupa

penjelasan-penjelasan yang sesuai dengan pertanyaan yang ditulis.

4. Teknik Pengolahan Data.

Untuk melakukan pengolahan data, penulis menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut:


17

a. Editing

Yang dimaksud dengan editing adalah penelitian kembali catatan-

catatan dari lapangan.23

Dalam penelitian ini penulis berusaha meneliti sedetil mungkin

terhadap angket yang akan disebarkan kepada populasi yang ada. Hal

tersebut dilakukan agar angket terhindar dari kesalahan dan diharapkan

hasilnya yang diperoleh benar-benar obyektif.

b. Coding

Koding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para

responden menurut macamnya. Klasifikasi itu dilakukan dengan jalan

menandai masing-masing jawaban dengan tanda kode tertentu, lazimnya

dalam bentuk angka.24

c. Tabulasi

Tabulasi yaitu memindahkan data dari daftar pertanyaan kedalam

tabel-tabel yang telah dipersiapkan untuk maksud tersebut. Bentuk

pengaturan data dalam bentuk tabel-tabel. Pengaturan data dimana masing-

masing data saling pengaruh mempengaruhi (tabulasi korelasi).

d. Menganalisa data, yaitu data-data yang terkumpul kemudian dianalisa

dengan uraian kata-kata.

23
Ibid., hlm. 142
24
Ibid., hlm. 144
18

F. Sistematika Penulisan.

Untuk lebih terarahnya penulisan ini nantinya, maka penulis akan

mengemukakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I berisikan: pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

rumusan dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan kegunaan penelitian,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan bab landasan teoritis yang berisi tentang pengertian

guru, pengertian sertifikasi guru, pengertian kompetensi mengajar, pengertian

mata pelajaran pendidikan agama islam, ruang lingkup mata pelajaran pendidikan

agama islam.

Bab III hasil penelitian yang meliputi, Gambaran Umum Sekolah

Menengah Pertama Negeri 06 Koto Baru, Pengaruh Sertifikasi Terhadap

Kompetensi Mengajar Guru PAI dalam Membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru, Pengaruh Sertifikasi Terhadap Kompetensi

Mengajar Guru PAI dalam Menggunakan Metode Pembelajaran di SMPN 6 Koto

Baru, Pengaruh Sertifikasi Terhadap Kompetensi Mengajar Guru PAI dalam

Menggunakan Media Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru, Pengaruh Sertifikasi

Terhadap Kompetensi Mengajar Guru PAI dalam Mengevaluasi Pembelajaran di

SMPN 6 Koto Baru

Bab IV merupakan bab terakhir yang meliputi kesimpulan dan saran serta

lampiran.
19

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Guru

1. Pengertian Guru

Seorang guru terletak beban yang berat untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa secara luas, dan melaksanakan proses belajar mengajar secara khusus

di lembaga pendidikan tempatnya mengajar. Dalam Kamus Bahasa Indonesia,

guru adalah “orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)

mengajar”.25

Menurut Syafruddin Nurdin yang dikutip dari Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, “Guru adalah seorang yang mempunyai gagasan yang harus

diwujudkan untuk kepentingan anak didik, sehingga menunjang hubungan

sebaik-baiknya dengan anak didik, sehingga menjunjung tinggi,

mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama,

kebudayaan dan keilmuan”.26

Kalau kita simak pada Pasal 1 ayat (1) UUDG disebutkan bahwa guru

adalah “pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

25
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1996), hlm. 330
26
Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Impelementasi
Kurikulum, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm. 8
20

pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar dan pendidikan

menengah”.27

Sedangkan menurut departemen pendidikan dan kebudayaan yang di

lansir oleh Syafruddin Nurdin menyatakan bahwa guru adalah ”seorang yang

memiliki gagasan yang harus di wujudkan untuk kepentingan anak didik,

sehingga menunjang hubungan sebaik-baiknya dengan anak didik, sehingga

menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang

menyangkut agama, kebudayaan, dan keilmuan”.28

Sementara itu, menurut Zakiah seorang guru adalah “pendidik

profesional yang merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian

tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua murid”.29

Menurut penulis untuk menggantikan posisi orang tua sebagai

pembimbing dan pembina, tidak dapat diserahkan seadanya kepada benda

ataupun alat-alat tekhnologi, karena hal itu tidak akan pernah dapat

menanggung jawab pemindahan beban tanggung jawab yang dipikul oleh

orang tua untuk membina dan mendidik anaknya. Untuk itu, gurulah yang

paling tepat mengemban tanggung jawab tersebut.

Dengan melihat defenisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa guru

adalah orang yang kerjanya memberikan pengetahuan, keterampilan atau

pengalaman kepada orang lain yang dilakukan dalam lingkungan sekolah.


27
Muchlas Samani, Mengenal Sertifikasi Guru di Indonesia, (Surabaya: SIC, 2008), hlm. 7
28
Syafruddin nurdin, guru profesional dan implementasi kurikulum (jakarta: quantum
teaching,2005), hlm. 7
29
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. ke-4, hlm. 39
21

Guru pendidikan agama Islam harus mampu mendidik, memberi contoh,

tuntunan, petunjuk dan keteladanan yang dapat diterapkan atau ditiru siswa

dalam saikap dan prilaku yang baik (akhlakul karimah) dalam kehidupan

sehari-hari.

Oleh karena guru pendidikan agama Islam dituntut untuk dapat

melakukan transfer ilmu pengetahuan dengan optimal, maka seorang guru

harus mampu merumuskan tujuan pembelajaran, menguasai prinsip belajar

mengajar, menguasai sumber belajar, menguasai dan mampu

mengintegrasikan antara pendekatan, metode dan teknik belajar mengajar,

mampu menggunakan sarana belajar mengajar dan mendorong siswa untuk

aktif.

Penulis menambahkan bahwa seorang guru hendaklah menjadi wakil

dan pengganti Rasulullah, mewarisi ajaran-ajarannya dan memperjuangkan

dalam kehidupan masyarakat di seluruh penjuru dunia. Demikian pula

perilaku, perbuatan dan kepribadian seorang pendidik harus mencerminkan

ajaran-ajarannya sesuai akhlak Rasulullah, karena Rasulullah dilahirkan di

dunia ini sebagai uswatun hasanah bagi umat manusia.

2. Tanggung Jawab Guru

Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang

bertanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru sebagai pendidik


22

bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada

generasi berikutnya sehingga terjadi proses konservasi nilai, karena melalui

proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru.

Menurut E. Mulyasa, tanggung jawab guru dapat dijabarkan kedalam

sejumlah kompetensi yang lebih khusus, berikut ini:

a. Tanggung jawab moral

Bahwa setiap guru harus mampu menghayati perilaku dan etika yang

sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam pergaulan

hidup sehari-hari.

b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan disekolah

Bahwa setiap guru harus menguasai cara belajar-mengajar yang efektif,

mampu mengembangkan kurikulum (KTSP), silabus, dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), melaksanakan pembelajaran yang

efektif, menjadi model bagi peserta didik, memberikan nasehat,

melaksanakan evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik.

c. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan

Bahwa setiap guru harus turut serta mensukseskan pembangunan, yang

harus kompeten dalam membimbing, mengabdi, dan melayani

masyarakat.

d. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan.30

30
E. Mulayasa, Ibid. hlm. 106
23

Bahwa setiap guru harus turut serta memajukan ilmu, terutama yang

menjadi spesifikasinya, dengan melaksanakan penelitian dan pembangunan.

Sebagai seorang pengajar, guru pendidikan agama Islam bertanggung

jawab menyelenggarakan proses belajar mengajar. Adapun aspek-aspek yang

terkait dengan penyelenggaraan proses belajar mengajar ini meliputi:

1. menguasai bahan pengajaran

2. merencanakan program belajar mengajar

3. melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar mengajar, serta

4. menilai kegiatan belajar mengajar.

Sementara itu, Oemar Hamalik menyebutkan ada 11 hal yang

menjadi tugas dan tanggung jawab seorang guru yaitu:

1. “Menuntut murid-murid belajar


2. Membina kurikulum sekolah
3. Melakukan pembinaan terhadap siswa (kepribadian, watak dan
jasmani)
4. Memberikan bimbingan kepada siswa
5. Melakukan diagnosa atas kesulitan-kesulitan belajar dan
mengadakan penilaian atas kemajuan siswa
6. Menyelenggarakan penelitian
7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif
8. Menghayati dan mengmalkan pancasila
9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa
serta perdamaian dunia
10. Turut mensukseskan pembangunan
11. Meningkatkan peranan kopetensi guru”.31

31
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) cet. Ke 2.
hlm.127
24

Berdasarkan kepada kategori-kategori di atas, penulis berkesimpulan

bahwa tugas pokok seorang guru pendidikan agama Islam adalah mengajar,

mendidik, melatih, dan menilai (mengevaluasi).

3. Peran dan Fungsi Guru

Menurut E. Mulyasa, peran dan fungsi guru adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pendidik dan pengajar

Setiap guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta

didik, bersikap realitas, jujur, dan terbuka, serta peka terhadap

perkembangan, terutama inovasi pendidikan. Untuk mencapai semua itu,

guru harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai berbagai jenis

bahan pelajaran, menguasai teori, dan praktek pendidikan, serta menguasai

kurikulum dan metodologi pembelajaran.

b. Sebagai anggota masyarakat

Setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu, harus

menguasai psikologi social, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar

manusia, memiliki ketrampilan membina kelompok, ketrampilan

bekerjasama dalam kelompok, dan menyelesaikan tugas bersama dalam

kelompok.

c. Sebagai pemimpin

Setiap guru adalah pemimpin, yang harus memiliki kepribadian,

menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan antar manusia, teknik


25

berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi

sekolah.

d. Sebagai administrator

Setiap guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi yang harus

dikerjakan di sekolah, sehingga harus memiliki pribadi yang jujur, teliti,

rajin, serta memahami strategi dan manajemen pendidikan.

e. Sebagai pengelola pembelajaran

Setiap guru harus mampu dan menguasai berbagai metode pembelajaran

dan memahami situasi belajar mengajar di dalam maupun di luar kelas.32

Tugas dan fungsi guru menurut P2TK Direktoral Jenderal Pendidikan

Tinggi Departemen Pendidikan Nasional adalah:

1) Tugas guru

a) Mendidik, mengajar, membimbing dan melatih

b) Membantu pengelolaan dan pengambangan program sekolah

c) Mengembangkan keprofesionalan

2) Fungsi guru

a) Sebagai pendidik

b) Sebagai pengajar

c) Sebagai pembimbing

d) Sebagai pelatih

32
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional ; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, hlm. 61.
26

e) Sebagai pengembang program

f) Sebagai pengelola program

g) Sebagai tenaga professional

B. Sertifikasi Guru

1. Pengertian Sertifikasi Guru

Menurut Departemen Agama, sertifikasi guru adalah ”proses

pemerolehan sertifikat pendidik oleh seseorang yang telah bertugas sebagai

guru pada satuan pendidikan yang ada dalam binaan Departemen Agama”.33

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah “proses

pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen”.34

Sedangkan menurut Prof. Anwar Arifin, pengertian sertifikasi guru

adalah “sebuah upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan

kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu

pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan”.35

Menurut Muchlas Samani mengemukakan sertifikasi guru adalah

“proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi

untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu,

33
Direktorat Pendidikan Madrasah, Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan, Departemen
Agama, 2007, hlm. 1
34
Dr. E.Mulyasa, M.Pd, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung:Remaja
Rosdakarya,2009), hlm. 33
35
Prof. Anwar Arifin, UUGD, (Jakarta:UMN, 2006), hlm. 30
27

setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga

sertifikasi”.36

Nataamijaya berpendapat bahwa sertifikasi guru adalah “prosedur

yang digunakan oleh pihak yang berwenang untuk memberikan jaminan

tertulis bahwa seseorang telah memenuhi persyaratan kompetensi sebagai

guru”.37

Berdasarkan pengertian diatas penulis memberi kesimpulan bahwa

sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk

mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan

pemberian sertifikat pendidik.

2. Tujuan Sertifikasi Guru

Dengan adanya sertifikasi maka secara tidak langsung dapat

mempengaruhi kinerja guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Sebagaimana tujuan dari sertifikasi guru untuk menentukan kelayakan guru

dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan

tujuan pendidikan nasional, meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan,

meningkatkan martabat guru, dan meningkatkan profesionalisme guru.

Menurut Wibowo, mengungkapkan bahwa sertifikasi guru bertujuan

untuk hal-hal sebagai berikut:

Muchlas Samani, Mengenal Sertifikasi Guru di Indonesia, (Surabaya:SIC,2010), hlm. 15


36

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung:Remaja


37

Rosdakarya.2009), hlm. 34
28

1) “Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.


2) Melindungi masyarakat dari praktek-praktek yang tidak kompeten,
sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.
3) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara dan instrument untuk
melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.
4) Membangun citra masyarakat terhadap propesi pendidik dan tenaga
kependidikan.
5) Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan”.38

Selain itu tujuan sertifikasi guru secara umum adalah:

a) menentukan kelayakan guru sebagai agen pembelajaran. Agen

pembelajaran berarti guru menjadi pelaku dalam proses pembelajaran.

Guru yang sudah menerima sertifikat pendidik dapat diartikan sudah

layak menjadi agen pembelajaran.

b) Meningkatkan proses dan mutu pendidikan. Mutu pendidikan dapat

dilihat dari mutu siswa sebagai hasil pembelajaran. Mutu siswa ini

diantaranya ditentukan dari kecerdasan, minat dan usaha siswa yang

bersangkutan. Guru yang bermutu dalam arti berkualitas dan profesional

menentukan mutu siswa.

c) Meningkatkan martabat guru. Dari bekal pendidikan formal dan juga

berbagai kegiatan guru yang antara lain ditunjukkan dari dokumentasi

data yang dikumpulkan dalam proses sertifikasi maka guru akan

mentransfer lebih banyak ilmu yang dimiliki kepada siswanya. Secara

38
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung:Remaja
Rosdakarya.2009), hlm. 37
29

psikologis, kondisi tersebut akan meningkatkan martabat guru yang

bersangkutan.

d) Meningkatkan profesionalisme. Guru yang profesional antara lain dapat

ditentukan dari pendidika, pelatihan, pengembangan diri dan berbagai

aktifitas lainya yang terkait dengan profesinya. Langkah awal untuk

menjadi profesional dapat ditempuh dengan mengikuti sertifikasi guru.39

Dari uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa sertifikasi guru

bertujuan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas

sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional,

meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, meningkatkan martabat

guru, dan meningkatkan profesionalisme guru.

3. Manfaat Sertifikasi

Menurut E. Mulyasa, manfaat sertifikasi yaitu:

a. Pengawasan mutu

1) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan

seperangkat kompetensi yang bersifat unik.

2) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk

mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan.

39
Muclas Samani, dkk, Mengenai Sertifikasi Guru di Indonesia, (Surabaya: SIC, 2006), hlm.
21
30

3) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada

waktu awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier

selanjutnya.

4) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih

bermmutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai

peningkatan profesionalisme.

b. Penjaminan mutu

1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap

kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan

pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta

anggotanya.

2) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para

pelanggan atau pengguna yang ingin mempekerjakna orang

dalambidang keahlian dan ketrampilan tertentu.40

Adapun manfaat sertifikasi guru diatas dapat penulis simpulkan sebagai

berikut.

a) Melindungi profesi guru dari praktek-praktek yang tidak kompeten,

yang dapat merusak citra profesi guru.

b) Melindungi masyarakat dari praktek-praktek pendidikan yang tidak

berkualitas dan tidak profesional.

40
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung:Remaja
Rosdakarya.2009), hlm. 55
31

c) Meningkatkan kesejahteraan guru

C. Kompetensi Mengajar

Sebelum penulis menguraikan lebih lanjut pengertian kompetensi

mengajar, terlebih dahulu penulis akan menguraikan pengertian kata demi kata.

Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris dari "competence" yang berarti

kemampuan, kecakapan dan ketangkasan.41

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kompetensi berarti kewenangan,

kekuasaan untuk menentukan atau merumuskan sesuatu.42

Definisi lain dari kompetensi juga diungkapkan oleh Broke dan Stone,

yaitu ”gambaran hakikat kualitatif dari pihak guru yang tampak sangat berarti”.43

Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi secara etimologi

adalah kemampuan atau kecakapan yang dimiliki seseorang sehingga ia

mempunyai kewenangan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan

yang dimilikinya.

Sedangkan secara terminologi, kompetensi dirumuskan dengan beragam

oleh para pakar pendidikan, diantaranya :

1. Menurut Robert Houston seperti yang dikutip oleh Roestiyah N.K

mengartikan ”kompetensi dengan kemampuan yang memadai untuk


41
John. M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003), hlm. 132.
42
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1989), hlm. 126
43
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung :Rosdakarya, 2008), cet.
XXII, hlm. 14.
32

melaksanakan tugas yang disertai dengan kemampuan, keterampilan dan

kecakapan yang dituntut itu”.44

2. Zakiah Darajat mengartikan ”kompetensi sebagai kewenangan dan

kecakapan untuk menentukan dan memutuskan sesuatu”.45

3. Oemar Hamalik mendefinisikan kompetensi dengan kualifikasi yang

harus dimiliki oleh seorang guru yang meliputi kepribadian, pengetahuan,

keterampilan yang bermanfaat untuk pendidikan dan pengajaran”.46

Berdasarkan beberapa definisi yang disebutkan di atas, penulis

berkesimpulan bahwa kompetensi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki

oleh seseorang, baik berupa kepribadian, pengetahuan, keterampilan maupun

kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang guru yang bertugas mendidik siswa

agar mempunyai kepribadian yang dicita-citakan dan berakhlak mulia

sebagaimana untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.

Selanjutnya penulis beralih kepada mengajar yang mengikuti kata

kompetensi. Mengajar adalah usaha guru membimbing, mengarahkan atau

mengorganisir belajar. Sebelum mengajar guru juga memperoleh pengajaran atau

menerima amanat sebagai pemegang amanat guru bertanggung jawab atas

amanat yang diserahkan kepadanya.

Allah SWT menjelaskan dalam Q.S An-Nisa ayat 58:


44
Roestiyah NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta : Bina Aksara, 1986), hlm. 13
45
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, (Jakarta : Ruhama, 1994), hlm. 95
46
Oemar hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002),
hml. 47
33

          
       
         
Artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha melihat.” ( Q.S An-Nisa: 58 )47

Menurut H. M. Arifin sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis bahwa

mengajar adalah:“Suatu kegiatan menyampaikan bahan pelajaran kepada pelajar

agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan

pelajaran itu. Mengajar mengandung tujuan agar pelajar dapat memperoleh

pengetahuan yang kemudian dapat mengembangkan dengan pengembangan

pengetahuan itu pelajar mengalami perubahan tingkah laku bahkan pelajaran

yang disampaikan berproses melalui metode tertentu sehingga dengan metode

yang digunakan tujuan pengajaran dapat tercapai.”48

Mengajar juga merupakan usaha guru untuk menciptakan kondisi atau

mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga terjadi interaksi antara murid dan

lingkungannya, termasuk guru, alat pelajaran dan sebagainya yang disebut proses

belajar sehingga tercapai tujuan pelajaran yang ditentukan.

Rumusan lain menyatakan bahwa mengajar adalah “menanamkan

pengetahuan pada anak. Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak.

Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan


47
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:Diponegoro,2005), hlm. 69
48
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006 ), hlm. 238
34

sebaik baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses

belajar”.49

Dengan demikian mengajar merupakan suatu usaha guru membimbing,

menanamkan, menciptakan dan mengarahkan untuk belajar sehingga dapat

membentuk kondisi bagi anak untuk belajar dan mengajar juga memberikan

bantuan pada anak didik untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

Dalam bidang keguruan, “kompetensi mengajar dapat dikatakan

merupakan kemampuan dasar yang mengimplikasikan apa yang seharusnya

dilaksanakan guru dalam melaksanakan tugasnya” (E. Mulyasa)50. Kompetensi

yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya.

1. Kompetensi Guru dalam Merencanakan Pembelajaran

Perencanaan adalah ”pemetaan langkah-langkah ke arah tujuan dan

sangat diperlukan guru karena alokasi, sumber terutama jatah waktu yang

terbatas”.51

Reigeluths menyatakan sebagaimana yang dikutip oleh Hidayati,

bahwa ”perencanaan pengajaran merupakan suatu disiplin yang berkaitan

dengan upaya pengembangan pengetahuan tentang bermacam metode

49
Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media Karya Anak Bangsa,
1996), hlm. 55
50
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro teaching, (Jakarta : Ciputat Press,
2005), hlm. 92
51
Syafrudin Nurdin, op.cit, hlm. 48.
35

pengajaran dan mengkombinasikan metode-metode tersebut secara optimal

pada situasi yang tepat kapan seharusnya metode-metode itu digunakan”.52

Pengalaman yang harus dilalui guru pendidikan agama Islam dalam

menyusun program pengajaran adalah :

a. ”Menetapkan tujuan pengajaran


b. Memilih dan mengembangkan bahan pelajaran
c. Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar
d. Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
e. Memilih dan memanfaatkan sumber belajar”.53
Kemampuan merencanakan pembelajaran bagi profesi guru sama

dengan mendesain bangunan bagi seorang arsitektur. Ia tidak hanya bisa

membuat gambar yang baik dan memiliki nilai astetik, akan tetapi juga harus

mengetahui makna dan tujuan serta desain bangunan yang dibuatnya.

Demikian halnya guru dalam membuat rencana dan program belajar

mengajar.

Perencanaan dan program belajar mengajar bertujuan sebagai

pedoman bagi guru dalam melaksanakan praktek dan tindakan mengajar dan

sebagai administrasi kelas, artinya guru diwajibkan membuat perencanaan

dan program belajar mengajar sebagai tuntutan tugas guru, kenaikan pangkat

dan golongan serta sebagainya. Dengan demikian apa yang harus dilakukan

guru pada waktu proses pembelajaran harus bersumber kepada program yang

telah dibuat sebelumnya.


52
Hidayati, Unjuk Kerja Guru, (Padang : Baitul Hikmah, 2002), hlm. 37
53
Moh Uzer Usman, op.cit, hlm. 18.
36

Menurut Sardiman AM, ada beberapa langkah yang harus ditempuh

oleh guru dalam merencanakan program pembelajaran adalah :

1. ”Merumuskan tujuan pembelajaran / instruksional yang dilakukan guru


sebelum mengajar. Hal ini penting sebagai pedoman sejauh mana
penyampaian materi dapat diselesaikan dalam proses pembelajaran
2. Mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional yang tepat.
Maksudnya guru yang akan mengajar bisa menyiapkan segala sesuatu
secara tertulis yang akan dikenal dengan RPP dan nilai-nilai. RPP ini
mengandung prosedur atau langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
proses pembelajaran
3. Melaksanakan program pembelajaran, berarti guru melakukan kegiatan
pretest, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan post-test dan
perbaikan
4. Mengenal kemampuan anak didik dalam mengenal kemampuan peserta
didik yang jelas tidak sama, agar program pembelajaran dapat dikelola
dengan tepat.
5. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial dengan maksud
agar seluruh / sebagian besar peserta didik berhasil, kenyataannya tidak
demikian, masih ada peserta didik yang kurang berhasil. Untuk itu guru
harus mengadakan perbaikan setelah diadakan evaluasi. Inilah yang
dimaksud pengajaran remedial”.54
2. Kompetensi Guru Dalam Menggunakan Metode Pembelajaran

Pengertian metode ada beberapa pakar yang mendefenisikan :

Menurut Ramayulis metode adalah: “Seperangkat cara, jalan yang digunakan

oleh pendidik dalam proses pembelajaran”.55 Asal usul kata metode

Sardiman AM, op.cit, hlm. 165-167


54
55
Ramayulis, Metodologi Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.
Ke-4, hlm. 4
37

mengandung pengertian “suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu

tujuan”.

Metode berasal dari dua kata yaitu “meta” dan “hodos”. Meta

berarti melalui, dan hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti “jalan

atau cara yang harus dilalui”. Sementara Harnby mengartikan metode

adalah: “sebagai sistem atau jalan untuk mengajarkan sesuatu”.

Kuncaraningrat juga mendefenisikan metode adalah: “cara kerja untuk dapat

memakai objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan”.56

Dalam hal ini Zakiah Daradjat juga memberikan defenisi, metode

adalah : “suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu

pengetahuan”.57

Sedangkan pengertian pembelajaran menurut Undang-Undang

Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Pembelajaran

adalah : “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar”.58

Dari beberapa defenisi tersebut, Basyiruddin Usman metode

pembelajaran adalah : “suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode pembelajaran tidak

dapat diabaikan karena metode pembelajaran tersebut turut menentukan


56
Ramayulis, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Padang: The Minangkabau Foundation Press,
2004), hlm. 101
57
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
Cet. Ke-3, hlm.1
58
Citra Umbara, UURI NO 20 th 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Citra Umbara, 2006),
hlm. 74
38

berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang

integral dalam suatu sistem pengajaran”.59

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa metode

pembelajaran adalah suatu cara yang dipergunakan oleh guru dalam

menyajikan bahan pelajaran kepada para siswa untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Yang mana dengan adanya metode pembelajaran yang telah

ditetapkan memungkinkan individu untuk dapat berinteraksi dengan

lingkungan secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

2. Kompetensi Guru dalam Mengevaluasi Pembelajaran

Mengingat kompleksnya proses penilaian, guru perlu memiliki

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memadai. Dalam tahap persiapan,

terdapat beberapa kegiatan antara lain menyusun tabel spesifikasi yang di

dalamnya terdapat sasaran penilaian, teknik penilaian serta jumlah instrumen

yang diperlukan. Pada tahap pelaksanaan, dilakukan instrumen untuk

menemukan respon peserta didik terhadap instrumen tersebut sebagai bentuk

hasil belajar, selanjutnya dilakukan penelitian terhadap data yang telah

dikumpulkan dan dianalisis untuk membuat tafsiran tentang kualitas prestasi

belajar peserta didik.

Kemampuan lain yang harus dikuasai guru adalah memahami teknik

evaluasi, baik tes maupun non-tes yang meliputi jenis masing-masing teknik,

59
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
Cet. Ke-1, hlm. 31
39

karakteristik, prosedur pengembangan serta cara menentukan baik atau

tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda dan

tingkat kesukaran soal.

Selain menilai hasil belajar peserta didik, seorang guru harus pula

menilai dirinya sendiri, baik sebagai perencana, pelaksana maupun penilai

program pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memiliki pengetahuan

yang memadai tentang penilaian program sebagaimana memahami penilaian

hasil belajar. Sebagai perancang dan pelaksana program, dia memerlukan

balikan tentang efektifitas programnya agar bisa menentukan apakah program

yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Perlu diingat,

bahwa penilaian bukan tujuan akan tetapi alat untuk mencapai tujuan.

Pada dasarnya, evaluasi atau penilaian dalam pembelajaran tidak

semata-mata dilakukan terhadap hasil belajar siswa atau peserta didik, tetapi

juga dilakukan terhadap proses pembelajaran itu sendiri yang melibatkan guru

dan siswa. Dengan penilaian, ia dapat berfungsi sebagai umpan balik dan

remedial pembelajaran.

D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan bukanlah masalah yang baru dalam kehidupan manusia

karena pendidikan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemajuan


40

kehidupan manusia untuk masa yang akan datang baik di dunia maupun di

akhirat. Pendidikan merupakan mata rantai yang menghubungkan satu

generasi dengan generasi berikutnya.

Secara etimologi pendidikan berarti “paedagogie” yang berasal dari

bahasa Yunani, terdiri dari kata “pais” artinya anak dan “again” diartikan

membimbing. Jadi paedagogie yaitu “bimbingan yang diberikan kepada

anak”.60

Para ahli merumuskan pengertian pendidikan, yaitu sebagai berikut:

a. Menurut Chaplin (1992), Tardif (1987), dan Reber (1988) pendidikan

adalah ”pengembangan profesi atau kemampuan manusia secara

menyeluruh yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengajarkan

berbagai pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan oleh mereka

sendiri”.61

b. Menurut Sidi Gazalba bahwa “pendidikan adalah menanamkan tingkah

laku, perbuatan terus-menerus berulang kali sehingga menjadi

kebiasaan”.62

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat diketahui bahwa tidak ada

perbedaan yang prinsip mengenai maksud dari pendidikan tersebut. Jadi

dapat dipahami bahwa pendidikan adalah memberikan bimbingan kepada

60
Ibid., hlm. 36
61
Muhibin Syah, op.cit, hlm.35
62
Sidi Gazalba, Pendidikan Umat Islam, (Jakarta : Barata, (1970), hlm.18
41

peserta didik demi mengembangkan sikap dan tingkah laku yang positif di

lingkungan untuk mencapai kebahagiaan.

Kemudian beberapa ahli juga merumuskan pengertian Pendidikan

Agama Islam sebagai berikut:

1) Syahminan Zaini mengatakan bahwa “Pendidikan Agama Islam adalah

usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran agama Islam agar

terwujud kehidupan manusia yang makmur dan bahagia”.63

2) Menurut Dzakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah ”dengan

melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan

terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia

dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama

Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan ajaran

Agama Islam itu sebagai ajaran hidupnya demi keselamatan dan

kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat”.64

3) Amirsyah, mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah

”segala daya upaya yang dilakukan oleh pendidik muslim terhadap

perkembangan jasmani dan rohani peserta didik pada situasi tertentu

untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan yang mulia, berilmu

63
Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam
Mulia,1986), Cet ke-1, hlm.4
64
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Akasara, 1992), cet ke-2, hlm. 86
42

amalia dan beramal islamiah bagi kebahagiaan hidup di dunia dan di

akhirat”.65

4) Ahmadi mengemukakan bahwa ”Pendidikan Agama Islam adalah segala

usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta

sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuk manusia

seutuhnya, sesuai norma Islam”.66

5) Muhaimin, dkk berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam adalah

”usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini,

memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk

menghormati agama orang lain dalam hubungan kerukunan antara umat

beragama dalam masyarakat, bangsa dan negara”.67

Dari pendapat tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

Pendidikan Agama Islam yaitu pendidikan melalui ajaran Islam yaitu berupa

arahan dan bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah

pendidikan mereka dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran

Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran

Islam itu sebagai pedoman hidupnya demi keselamatan hidup di dunia

maupun di akhirat kelak.

65
Amirsyah, Tebaran Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Padang : Syanza Offcet, 1996),
cet. ke-1, hlm. 65
66
Ahmadi, Islam sebagai Paradigma Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media, 1992), hlm.
61-62
67
Muhaimin ,dkk., Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya:Citra Media,1996), cet. Ke-1, hlm. 1
43

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar Pendidikan Agama Islam merupakan landasan bagi setiap

kegiatan untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam, tanpa adanya

dasar tersebut, maka tujuan tidak akan dapat tercapai. Dasar Pendidikan

Agama Islam berfungsi untuk menjamin kemurnian Pendidikan Islam itu

sendiri, sehingga tidak mudah dimasuki pengaruh negatif yang akan merusak

dan menghancurkan kemurnian ajaran Islam.

Dasar Pendidikan Agama Islam secara garis besar ada tiga macam,

yaitu:

1)Al-Qur’an

Islam sebagai agama rahmtlil ‘lamin bagi seluruh umat manusia di

permukaan bumi mempunyai kitab suci, yaitu al-Qur’an. Al-Qur’an adalah

wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui

perantara Malaikat Jibril. Al-Qur’an sebagai kitb suci yang diyakini

kebenarannya sebagai pedoman hidup bagi umat khusus umat Islam.

Al-Qur’an merupakn tulisan yang berbentuk Bahasa Arab,

dikemukakan pengertian al-Qur’an oleh para ahli sebagai berikut:

a) Muhammad Fadli al-Jamali mengatakan al-Qur’an adalah

perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang


44

kerohanian. Pada umumnya merupakan kitab pendidikan,

kemasyarakatan, moril (akhlak) dan spiritual (kerohanian).

b) Al-Nadwi mengatakan al-Qur’an berupa pendidikan dan pengajaran

umat Islam haruslah bersumber dari Aqidah Islamiyah.68

Sebagai umat Islam, pendidikan dan pengajaran perlu

diselenggarakan atau diadakan. Hal ini sesuai dengan Ayat al-Qur’an yang

pertama kali turun mengenai pendidikan, yaitu QS. Al-Alaq ayat 1-5 :

          
         
   

Artinya:
1. ”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.69

Quraish menyatakan dalam Tafsir al-Mishbah bahwa :

a. ”Ayat pertama, menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami,

meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan sebagainya, yang

kesemuanya bermuara padadari menghimpun.

b. Ayat kedua, memperkenalkan Tuhan yang disembah oleh Nabi

Muhammad SAW dan yang diperintahkan oleh ayat yang lalu untuk

68
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1998), hlm. 1
69
Departemen Agama RI, op. cit., h. 479
45

membaca dengan nama-Nya serta demi untuk-Nya. Dia adalah Tuhan

yang telah menciptakan manusia.

c. Ayat ketiga, mengulangi perintah membaca. Ada yang menyatakan

bahwa perintah pertama ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad

SAW, sedang kedua kepada umatnya, atau yang pertama untuk

membaca dalam shalat, sedang yang kedua di luar shalat. Pendapat yang

ketiga menyatakan yang pertama perintah belajar, sedang yang kedua

adalah perintah kedua berfungsi mengukuhkan guna menanamkan rasa

percaya diri kepada Nabi Muhammad SAW tentang kemampuan

membaca.

d. Ayat keempat, Dia yang permurah yang mengajar manusia dengan pena

yakni dengan sarana dan usaha mereka.

e. Ayat kelima, Dia mengajarkan manusia tanpa alat dan usaha mereka apa

yang belum diketahuinya”.70

Berdasarkan keterangan dan penjelasan ayat di atas, dapat dipahami

bahwa manusia yang hadir di permukaan bumi disuruh untuk membaca.

Membaca bukan hanya materi pelajaran yang sedang dilaksanakan atau

dilakukan pada suatu lembaga pendidikan tertentu saja, tetapi juga

pengetahuan lain yang menambah wawasan manusia.

70
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), hlm. 5392
46

Selanjutnya manusia juga membaca gejala-gejala peristiwa yang

sedang terjadi. Hal ini supaya manusia tidak ketinggalan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

2) Sunnah

Menurut para ahli terdapat perbedaan pengertian berdasarkan

termonologi antara lain:

a) Sunnah menurut Ahli Hadits, yaitu “seluruh yang disandarkan kepada

Nabi Muhammad SAW baik perkataan, perbuatan maupun ketetapan

atau sifatnya sebagai manusia biasa akhlaknya, apakah itu sebelum

maupun setelah di angkat menjadi Rasul”.71

b) Sunnah menurut ahli Ushul Fiqh adalah “segala sesuatu yang

diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW berupa perbuatan, perkataan

dan ketetapan yang berkaitan dengan hokum”.72

c) Sunnah menurut ahli Pendidikan menjelaskan “sistem pendidikan

Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang

tidak terdapat dalam dirinya serta menyimpulkan metode pendidikan

dari kehidupan Rasulullah bersama sahabat, perlakuannya terhadap

anak-anak dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya”.73

Sunnah merupakan dasar Pendidikan Agama Islam yang kedua.

Sunnah merupakan cerminan segala perbuatan Nabi yang patut dicontoh

71
Nasrul Harun, Ushul Fiqh I, Jakarta : Logos, 1997), hlm. 38
72
Ibid., hlm. 86
73
Ibid, hlm. 40
47

dan ditiru oleh manusia sekaligus sebagai modal bagi diri sendiri karena

aktivitas Nabi Muhammad SAW adalah uswatun hasanah. Sunnah

memiliki pengaruh yang besar dalam bentuk sifat manusia.

Kehujjahan Sunnah sebagai sumber pendidikan ditegaskan Allah

SWT dalam al-Qur’an surat al-Ahzab 21 yang berbunyi :

           
     
Artinya:
”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”74.

3) Ijtihad (sikap dan perbuatan sahabat)

Sahabat menurut pengertian ahli Jumhur Muhaddisin adalah orang-

orang yang bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, para masa beliau

masih hidup dalam keadaan Islam dan beriman. Sikap dan perbuatan

dapat dijadikan contoh dalam Pendidikan Agama Islam selama sesuai

dengan al-Qur’n dan Sunnah, kemudian dijelaskan dalam firman Allah

SWT dalam al-Qur’an surat at-Taubah 100 yang berbunyi :

     


        
        
  

:Artinya
”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)
dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha
kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
74
Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 501
48

mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di


dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”75.

Ijtihad digunakan sebagai dasar yang ketiga dalam pendidikan

agama Islam, jika tidak terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah. ”Ijtihad

memiliki beberapa defenisi sebagai berikut :

a) Imam al-Syalwukani mengemukakan ijtihad adalah mengarahkan

kemampuan dalam memperoleh hukum syar’i yang bersifat amali

melalui istinbath.

b) Ibnu Subli mengatakan mengarahkan kemampuan seseorang faqih

untuk menghasilkan dugaan kuat tentang hukum syar’i.

c) Syaifuddin al-Amidi mengatakan pengarahan kemampuan dan

memperoleh dugaan kuat tentang sesuatu dari hukum syara’ dalam

bentuk yang dirinya merasa tidak mampu berbuat dari itu”.76

Ijtihad di bidang pendidikan tidak hanya sebatas materi atau isi,

kurikulum, metode, evaluasi atau bahkan sarana dan prasarana, akan

tetapi mencakup sistem pendidikan dalam arti yang luar. Perlunya ijtihad

pada pendidikan karena merupakan salah satu media pendidikan yang

merupakan sarana utama untuk membangun pranata kehidupan dan

kebudayaan manusia.77

75
Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 523
76
mir Syarifuddin, Uhsul Fiqh II, (Jakarta : Logos, 1999), hlm. 224
77
Samsul Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam,(Padang:IAIN Press,2000), hlm.87
49

Ijtihad merupakan penggunaan akal pikiran oleh fuqaha-fuqaha Islam

untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya di dalam

al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad digunakan dalam peristiwa-peristiwa yang

belum adanya nashnya sama sekali dan digunakan selama tidak

bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah. Kebolehan berijtihad

terdapat dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ 59 yang berbunyi :

       


          
         
 
Artinya:
”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”.78
Quraish menyatakan dalam Tafsir al-Mishbah bahwa Allah

menyuruh kita untuk beribadah, tidak mempersekutukan-Nya, berbakti

kepada kedua orang tua, menganjurkan berinfaq, dan sebagainya. Perintah

itu mendorong manusia untuk menciptakan masyarakat yang adil dan

makmur, tolong menolong dan bantu membantu.79

Dari penjelasan ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa apabila

suatu persoalan terutama masalah pendidikan tidak terdapat pada al-Qur’an

dan Sunnah maka boleh diambil melalui pendapat ulil amri yang terbaik dari

78
Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 512
79
Quraish Shihab, op. cit, hlm. 456
50

pada yang ada, akan tetapi ada perselisihan maka kembalilah pada ketentuan

Allah dan Rasul-Nya.

Para ahli mengemukakan bahwa dasar pendidikan Islam adalah

sebagai berikut:

a. Menurut Dzakiah Daradjat bahwa dasar pendidikan Islam adalah “al-

Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Yang dikembangkan dalam

ijtihad, al-maslahah al-mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya”.80

Selanjutnya akan dipaparkan tentang al-Qur’an dan Sunnah.

Menurut Hasbi ash-Shiddieqy, secara etimologi al-Qur’an adalah

“bacaan, atau yang dibaca. al-Qur’an adalah mashdar yang diartikan

dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’, yang dibaca”.81

Sedangkan menurut istilah, para ahli memberikan definisi sebagai

berikut:

1) Menurut Manna al-Qaththan, dalam buku karangan Rosniati Hakim,

bahwa al-Qur’an adalah “kalamullah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah”.82

2) Abdul Wahhab Khallaf memberikan defenisi: Al-Qur’an adalah

Firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad Bin

Abdullah melalui al-Ruhul Amin (Jibril AS) dengan lafal-lafalnya

yang berbahsa Arab dan makna yang benar, agar menjadi hujjah bagi
80
Dzakiah Daradjat, op.cit., hlm.25
81
Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Quran/ Tafsir, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1972), hlm. 15
82
Ibid.,68
51

Rasul bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi Undang-Undang

bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana

pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Al-

Qur’an itu terhimpun dalam satu Mushaf, mulai dengan Surat al-

Fatihah dan diakhiri dengan Surat an-Naas, disampaikan kepada kita

secara mutawatir dari generasi ke generasi secara tulisan, maupun

lisan. Ia terpelihara dari perubahan atau pergantian.83

3) Menurut Endang Saifuddin Anshary al-Qur’an adalah Kitab Allah

yang terakhir, sumber asasi Islam yang pertama, kitab Kodifikasi

Firman Allah SWT kepada manusia di atas bumi, diwahyukan

kepada Nabi Muhammad SAW, berisi petunjuk Illahi yang abdi

untuk Manusia, untuk kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat84.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an adalah

ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada Rasul melalui Malaikat Jibril

dengan lafal bahasa Arab, dan menjadi hujjah bagi rasul, menjadi

petunjuk bagi manusia yang terhimpun dalam satu mushaf, di mulai

dengan Surat al-Fatihah dan diakhiri dengan Surat an-Naas.

Kemudian Sunnah, “Sunnah secara etimologi (bahasa) berarti tradisi

dan perjalanan, sumber asasi Islam yang kedua, ialah segala perkataan,

83
Abdul Wahab Al Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: al-Majlis al-‘Ala al Indonesia li al
Da’wah al Islamiyah, (1972), hlm. 23.
84
Endang Saifuddin Anshary, Wawasan Islam, (Jakarta:Raja Grasindo Persada, 1993), hlm.33
52

perbuatan dan sikap Rassullah SAW yang dicatat, dan direkam di dalam

al-Hadis“.85

Sedangkan secara istilah “Sunnah adalah sejumlah perkara yang

dijelaskan melalui sanad yang sahih, baik itu berupa perkataan,

perbuatan, peninggalan, sifat pengakuan, larangan, hal yang disukai dan

dibenci, peperangan, tindak-tanduk dan seluruh kehidupan nabi SAW”86.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Sunnah adalah segala perkataan,

perbuatan dan ketetapan Nabi Saw, yang dijadikan petunjuk dan

pedoman bagi umat Islam, setelah al-Qur’an.

b. Abdurrahman an Nahlawi juga berpendapat dasar pendidikan Islam itu

adalah “al-Qur’an dan As- Sunnah”87.

Pendapat tersebut sesuai dengan firman Allah dalam an-Nisa’ 59 :

      


          
         
  

Artinya:
”Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah
Rasul(Nya), dan ulil amri di natara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya”.88

85
Ibid.
86
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Dirumah, Sekolah dan Masyarakat.,
(Jakarta : Bina Insani Press, 1995), cet. Ke-1, hlm. 31
87
Ibid
88
Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 546
53

Jadi dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an Sunnah, dan Ijtihad merupakan

dasar agama Islam, sekaligus dasar Pendidikan Agama Islam. Jika manusia sudah

berpedoman kepada al-Qur’an, Sunnah, ijtihad dan sebagainya, maka akan

terbentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta

didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Secara garis besar, tujuan pendidikan agama Islam menurut ahli

Pendidikan Asy-Syaibani, mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan

agama Islam adalah ”mempersiapkan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta

didik, baik ruh fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan

terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai

khalifah di muka bumi ini”.89

89
Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta : Sinar
Grafika, 1991), hlm. 4
54

Sedangkan menurut Hafni Ladjid, “tujuan Pendidikan Agama Islam

ditekankan pada terbentuknya manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa”.90

Menurut Abdurrahman An-Nahlawi tujuan pendidikan Islam adalah

“merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik

secara individual maupun sosial”.91

Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Daradjat,

adalah “sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau

usaha. Suatu kegiatan akan berakhir bila tujuannya sudah tercapai”.92

Dari tujuan di atas dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak

ditingkatkan, dan dituju oleh kegiatan Pendidikan Agama Islam , yaitu:

(1) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran Islam.

(2) Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik

terhadap ajaran agama Islam.

(3) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik

dalam menjalankan ajaran Islam.

(4) Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah

diimani, dipahami, dan dihayati oleh peserta didik itu mampu diamalkan

dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa

90
Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
Quantum Teaching, 2005, hlm.26
91
Adburrahman A,-nahlawi, op.cit., hlm.117
92
Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakkir, op.cit., hlm. 132
55

kepada Allah SWT, dan akhlak mulia, serta diaktualisasikan dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.93

Jadi penulis berkesimpulan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam

akan tercapai apabila ajaran agama itu hidup dan tercermin dalam pribadi guru

agama. Oleh sebab itu, dalam mendidik seseorang tidak hanya dituntut

menyampaikan teori dan mengajarkannya, akan tetapi dituntut menanamkan

nilai-nilai keagamaan baik dilakukan dengan keteladanan sifat maupun sikap.

93
Muhamin, dkk,. op.cit, hlm. 2
56

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama Negeri 06 Koto Baru

SMPN 6 Koto Baru merupakan Sekolah Menengah Pertama yang terletak

di jalan poros Sitiung V, Kenegarian Koto Padang, Kecamatan Koto

Baru,kabupaten Dharmasraya yang telah berdiri selama ± 8 tahun. SMPN 06

Koto Baru ini terletak jauh dari keramaian, namun transportasinya sudah lancar

dan gampang dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Dulunya tanah tersebut milik masyarakat koto padang, oleh masyarakat

setempat dijadikan perkebunan kelapa sawit. Pada tahun 2003 tanah tersebut

diperjuangkan oleh pemerintah untuk didirikan sekolah, akhirnya masyarakat

koto padang setuju untuk diganti rugi oleh pemerintah Dharmasraya.94

SMPN 06 Koto Baru ini dulu merupakan SMPN 03 Koto Baru yang

didirikan pada tahun 2004, namun pada tahun 2009 sesuai keputusan Dinas

Pendidikan Dharmasraya berganti nama menjadi SMPN 06 Koto Baru yang di

pimpin oleh seorang kepala sekolah bernama Drs. Suriadi.95

SMPN Koto Baru ini didirikan diatas tanah seluas ± 5 Ha yang terdiri dari

9 lokal, bangunan kantor, mushola, pustaka, labor, tata usaha, toilet dan kantin.

94
Dt. H. Masrul,Kepala Jorong Koto Padang, 04 Agustus 2011
95
Drs. Suriadi, Kepala Sekolah SMPN 6 Koto Baru, 08 Agustus 2011
57

Sehingga dengan berdirinya SMPN Koto Baru tersebut telah banyak melahirkan

kaum intelek yang berguna bagi Nusa dan Bangsa.

Adapun kualitas guru yang mengajar mempunyai jenjang pendidikan

yang sesuai dengan profesinya. Jumlah guru SMPN 06 Koto Baru sebanyak 20

orang dengan rincian 15 orang S1, 3 orang D3, dan 2 orang D2. Sedangkan yang

sertifikasi maupun yang sedang sertifikasi keseluruhannya berjumlah 5 orang,

dan tenaga tata usaha berjumlah 3 orang.96

Untuk tercapainya suatu tujuan yang baik oleh sekolah, tentu adanya kerja

sama antara siswa, guru, kepala sekolah, dan masyarakat. Begitu juga agar

terlaksananya sekolah yang bermutu perlu didukung guru yang professional yang

berstatus sertifikasi.

B. Pengaruh Sertifikasi Terhadap Kompetensi Mengajar Guru PAI Dalam

Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru

Kuestioner ini merupakan instrument penelitian yang bertujuan untuk

melihat tingkat pengaruh kompetensi guru sertifikasi terhadap perkembangan

pembelajaran siswa di SMPN 6 koto Baru Kabupaten Dharmasraya, maka

penulis memperoleh data tersebut melalui:

1. Angket yang disebarkan pada guru sertifikasi

2. Tes wawancara kepala sekolah SMPN 6 Koto Baru

3. Angket yang disebarkan pada siswa

96
Drs. Roeswendi, Kepala Kurikulum SMPN 6 Koto Baru, 08 Agustus 2011
58

Setelah pengolahan data tersebut penulis memasukkan ke dalam tabel,

dalam pengolahan tersebut penulis menempuh proses sebagai berikut:

1. Memiliki setiap item dari alternatif jawaban guru

2. Menghitung jumlah frekuensi dari angket guru

3. Menghitung persentase angket

4. Mengadakan interprestasi dan kesimpulan dari hasil perhitngan yang didapat,

dengan kriteria sebagai berikut:

0% = Tidak ada sama sekali

10% - 30% = Sebagian kecil

40% - 60% =Sebagian besar

70% - 100% = Keseluruhan

Untuk mengetahui hasil dari penelitian tersebut penulis menggunakan

angket dalam mengumpulkan data yang disebarkan kepada guru. Hasil penelitian

tersebut penulis kelompokkan sesuai dengan aspek masalahnya berdasarkan tabel

dibawah ini dengan item yang digunakan berjumlah enam (6) butir item yang

diolah dari angket, item dari satu (1) sampai dengan enam (6) yaitu sebagai

berikut:
59

Tabel 3
Tingkat Pengaruh Tentang Guru PAI Sebelum Sertifikasi Dalam Membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru

No Aspek Masalah Alternatif F %

1 Apakah anda hadir pada jam a. Selalu 40 80


pelajaran pendidikan agama islam? 10 20
b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah 0 0

Jumlah 50 100
2 Sebelum memulai belajar, apakah a. Selalu 50 100

guru anda menyuruh untuk berdoa b. Kadang-kadang 0 0

terlebih dahulu? c. Tidak pernah 0 0

Jumlah 50 100

3 Setelah itu, apakah guru menyuruh a. Selalu 30 60


anda sebelum memulai pelajaran 10 20
b. Kadang-kadang
menghafal ayat-ayat pendek Al-quran
c. Tidak pernah 10 20
selama 10 menit?
Jumlah 50 100

4 Selanjutnya apakah guru anda a. Selalu 40 80

memberikan motivasi atau dorongan b. Kadang-kadang 5 10

untuk kosentrasi dalam belajar? c. Tidak pernah 5 10

Jumlah 50 100

5 Apakah guru anda melakukan a. Selalu 30 60


appersepsi (mengulangi pelajaran 20 40
b. Kadang-kadang
60

yang telah lampau sebelum materi


c. Tidak pernah 0 0
pelajaran yang baru diberikan?
Jumlah 50 100
6 Setelah itu apakah guru mengabsen a. Selalu 50 100

kehadiran siswa? b. Kadang-kadang 0 0

c. Tidak pernah 0 0
Jumlah 50 100

Interprestasi dan Analisis Data dari Tabel 3

Berdasarkan tabel 3 diatas dari jumlah responden yang berjumlah 50

orang tingkat pengaruh kompetensi guru sebelum sertifikasi dalam membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru bahwa:

Pada item satu dari tabel diatas tentang: Apakah anda hadir pada jam

pelajaran pendidikan agama islam, dari 50 orang responden, maka 40 orang atau

(80%) menyatakan selalu hadir pada jam pelajaran pendidikan agama islam, 10

orang atau (20%) menyatakan kadang-kadang hadir pada jam pelajaran

pendidikan agama islam, dan (0%) menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sebelum

mengikuti sertifikasi sebagian besar siswa hadir pada jam pelajaran pendidikan

agama islam.

Pada item dua dari tabel diatas tentang: Sebelum memulai belajar, apakah

guru anda menyuruh untuk berdoa terlebih dahulu, dari 50 orang responden,
61

maka 50 orang atau (100%) selalu berdoa sebelum belajar, (0%) menjawab

kadang-kadang berdoa sebelum belajar, dan (0%) menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa ternyata guru

sebelum mengikuti sertifikasi juga menyuruh siswa untuk selalu berdoa sebelum

pelajaran dimulai.

Pada item tiga dari tabel diatas tentang: Setelah itu, apakah guru

menyuruh anda sebelum memulai pelajaran menghafal ayat-ayat pendek Al-

quran selama 10 menit, dari 50 responden maka 30 orang atau (60%) menjawab

selalu membaca ayat-ayat pendek Al-Quran, 10 orang atau (20%) menjawab

kadang-kadang membaca ayat-ayat pendek Al-Quran, dan 10 orang atau (20%)

menjawab tidak pernah membaca ayat-ayat pendek Al-Quran.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi hanya sebagian kecil guru sebelum menyampaikan materi membaca

ayat-ayat pendek Al-Quran selama 10 menit bersama siswa.

Pada item empat dari tabel diatas tentang: Selanjutnya apakah guru anda

memberikan motivasi atau dorongan untuk kosentrasi dalam belajar, dari 50

responden maka 40 orang atau (80%) menyatakan selalu memberikan motivasi

atau dorongan untuk kosentrasi dalam belajar, 5 orang atau (10%) menyatakan

kadang-kadang memberikan motivasi, dan 5 orang atau (10%) menjawab tidak

pernah memberikan motivasi.


62

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi sebagian kecil guru yang mau memberikan motivasi atau dorongan

untuk kosentrasi dalam belajar.

Pada item lima dari tabel diatas tentang: Apakah guru anda melakukan

appersepsi (mengulangi pelajaran yang telah lampau sebelum materi pelajaran

yang baru diberikan), dari 50 responden maka 30 orang atau (60%) menjawab

selalu melakukan appersepsi, 20 orang atau (40%) menjawab kadang-kadang

melakukan appersepsi, dan (0%) menjawab tidak.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi sebagian kecil guru yang mau melakukan appersepsi (mengulangi

pelajaran yang telah lampau sebelum materi pelajaran yang baru diberikan).

Pada item enam dari tabel diatas tentang: Setelah itu apakah guru

mengabsen kehadiran siswa, dari 50 responden maka 50 orang atau (100%)

menjawab selalu guru mengabsen kehadiran siswa, (0%) menjawab kadang-

kadang, dan (0%) menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi ternyata sebagian besar guru selalu mengabsen kehadiran siswa.


63

Tabel 4
Tingkat Pengaruh Tentang Guru PAI Sesudah Sertifikasi Dalam Membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru

No Aspek Masalah Alternatif F %

1 Apakah anda hadir pada jam a. Selalu 45 90


pelajaran pendidikan agama islam? 5 10
b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah 0 0
Jumlah 50 100

2 Sebelum memulai belajar, apakah a. Selalu 50 100

guru anda menyuruh untuk berdoa b. Kadang-kadang 0 0

terlebih dahulu? c. Tidak pernah 0 0

Jumlah 50 100
3 Setelah itu, apakah guru menyuruh a. Selalu 40 80
anda sebelum memulai pelajaran 5 10
b. Kadang-kadang
menghafal ayat-ayat pendek Al-
c. Tidak pernah 5 10
quran selama 10 menit?
Jumlah 50 100

4 Selanjutnya apakah guru anda a. Selalu 40 80

memberikan motivasi atau dorongan b. Kadang-kadang 10 20

untuk kosentrasi dalam belajar? c. Tidak pernah 0 0

Jumlah 50 100

5 Apakah guru anda melakukan a. Selalu 45 90


appersepsi (mengulangi pelajaran 5 10
b. Kadang-kadang
64

yang telah lampau sebelum materi 0 0


c. Tidak pernah
pelajaran yang baru diberikan?
Jumlah 50 100
6 Setelah itu apakah guru mengabsen a. Selalu 50 100

kehadiran siswa? b. Kadang-kadang 0 0

c. Tidak pernah 0 0
Jumlah 50 100

Interprestasi dan Analisis Data Dari Tabel 4

Berdasarkan tabel 4 diatas dari jumlah responden yang berjumlah 50

orang tingkat pengaruh kompetensi guru PAI sesudah sertifikasi dalam membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru bahwa:

Pada item satu dari tabel diatas tentang: Apakah anda hadir pada jam

pelajaran pendidikan agama islam, dari 50 orang responden, 45 orang atau (90%)

menyatakan siswa selalu hadir pada jam pelajaran pendidikan agama islam, 5

orang atau (10%) menyatakan kadang-kadang hadir pada jam pelajaran

pendidikan agama islam, dan (0%) menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa

selalu hadir pada jam pelajaran pendidikan agama islam.

Pada item dua dari tabel diatas tentang: Sebelum memulai belajar, apakah

guru anda menyuruh untuk berdoa terlebih dahulu, dari 50 orang responden,

maka 50 orang atau (100%) menjawab selalu sebelum belajar menyuruh untuk
65

berdoa terlebih dahulu, (0%) menjawab kadang-kadang, dan (0%) menjawab

tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar menyuruh siswanya untuk berdoa terlebih dahulu.

Pada item tiga dari tabel diatas tentang: Setelah itu, apakah guru

menyuruh anda sebelum memulai pelajaran menghafal ayat-ayat pendek Al-

quran selama 10 menit, dari 59 orang responden, maka 40 orang atau (80%)

menjawab selalu membaca ayat-ayat pendek Al-Quran, 5 orang atau (10%)

menjawab kadang-kadang membaca ayat-ayat pendek Al-Quran, dan 5 orang

atau (10%) menjawab tidak pernah membaca ayat-ayat pendek Al-Quran.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar sebelum menyampaikan materi pelajaran menyuruh siswanya

untuk membaca ayat-ayat pendek Al-Quran selama 10 menit bersama siswa.

Pada item empat dari tabel diatas tentang: Selanjutnya apakah guru anda

memberikan motivasi atau dorongan untuk kosentrasi dalam belajar, dari 50

responden maka 40 orang atau (80%) menjawab selalu dorongan untuk

kosentrasi dalam belajar, 10 orang atau (20%) menjawab kadang-kadang

memberikan motivasi, (0%) menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar selalu memberikan motivasi atau dorongan untuk kosentrasi

dalam belajar kepada siswanya.


66

Pada item lima dari tabel diatas tentangApakah guru anda melakukan

appersepsi (mengulangi pelajaran yang telah lampau sebelum materi pelajaran

yang baru diberikan), dari 50 responden, maka 45 orang atau (90%) menjawab

selalu melakukan appersepsi, 5 orang atau (10%) menjawab kadang-kadang

melakukan appersepsi, dan (0%) menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar melakukan appersepsi (mengulangi pelajaran yang telah lampau

sebelum materi pelajaran yang baru diberikan) kepada siswa.

Pada item enam dari tabel diatas tentang: Setelah itu apakah guru

mengabsen kehadiran siswa, dari 50 responden maka 50 orang atau (100%)

menjawab selalu mengabsen kehadiran siswa, (0%) menjawab kadang-kadang,

dan (0%) menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebelum memulai pelajaran sebagian besar guru selalu mengabsen kehadiran

siswa.

C. Pengaruh Sertifikasi Terhadap Kompetensi Mengajar Guru PAI Dalam

Menggunakan Metode Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru

Untuk mengetahui hasil dari penelitian tersebut penulis menggunakan

angket dalam mengumpulkan data yang disebarkan kepada guru. Hasil penelitian

tersebut penulis kelompokkan sesuai dengan aspek masalahnya berdasarkan tabel

dibawah ini dengan item yang digunakan berjumlah empat (4) butir item yang
67

diolah dari angket, item dari satu (1) sampai dengan empat (4) yaitu sebagai

berikut:

Tabel 5
Tingkat Pengaruh Tentang Guru PAI Sebelum Sertifikasi Dalam
Menggunakan Metode Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru
No Aspek Masalah Alternatif F %

1 Dalam menyampaikan materi a. Selalu 30 60


pelajaran apakah guru menggunakan 10 20
b. Kadang-kadang
metode yang bervariasi?
c. Tidak pernah 10 20
Jumlah 50 100

2 Apakah guru dalam menyampaikan a. Selalu 40 80


materi Al-Quran menggunakan 5 10
b. Kadang-kadang
metode hafalan ayat Al-Quran?
c. Tidak pernah 5 10
Jumlah 50 100

3 Dalam menyampaikan materi a. Tanya jawab 0 0


pelajaran, apakah metode ceramah, 0 0
b. Ceramah
Tanya jawab dan diskusi saja yang
c. Diskusi 0 0
guru berikan kepada anda?
d. Semuanya 50 100
Jumlah 50 100

4 Apakah guru dalam menyampaikan a. Pernah 35 70


materi shalat pernah menggunakan 10 20
b. Kadang-kadang
metode demontrasi gerakan shalat?
c. Tidak pernah 5 10
Jumlah 50 100
68

Interprestasi dan Analisis Data Dari Tabel 5

Berdasarkan tabel 5 diatas dari jumlah responden yang berjumlah 50

orang tingkat pengaruh kompetensi guru PAI sebelum sertifikasi dalam

menggunakan metode pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru bahwa:

Pada item satu dari tabel diatas tentang: Dalam menyampaikan materi

pelajaran apakah guru menggunakan metode yang bervariasi, dari 50 responden

maka 30 orang atau (60%) menjawab selalu menggunakan metode yang

bervariasi, 10 orang atau (20%) menjawab kadang-kadang menggunakan metode

yang bervariasi, dan 10 orang atau (20%) menjawab tdak pernah menggunakan

metode yang bervariasi.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi sebagian besar guru jarang menggunakan metode yang bervariasi

dalam menyampaikan materi pelajaran.

Pada item dua dari tabel diatas tentang: Apakah guru dalam

menyampaikan materi Al-Quran menggunakan metode hafalan ayat Al-Quran,

dari 50 responden maka 40 orang atau (80%) menjawab selalu menggunakan

metode hafalan ayat Al-Quran agar dapat menguasai materi pelajaran agama, 5

orang atau (10%) menjawab kadang-kadang menggunakan metode hafalan ayat

Al-Quran, dan 5 orang atau (10%) menjawab tdak pernah menggunakan metode

hafalan ayat Al-Quran.


69

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi hanya sebagian kecil guru agama menggunakan metode hafalan ayat

Al-Quran dalam menguasai materi pelajaran agama.

Pada item tiga dari tabel diatas tentang: Dalam menyampaikan materi

pelajaran, apakah metode ceramah, Tanya jawab dan diskusi saja yang guru

berikan kepada anda, dari 50 responden maka (0%) menjawab selalu

menggunakan metode Tanya jawab saja, (0%) menjawab selalu menggunakan

metode ceramah, (0%) menjawab selalu menggunakan metode diskusi, dan 50

orang lagi atau (100%) menjawab dalam menyampaikan materi menggunakan

metode semuanya.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi ternyata guru agama juga menggunakan semua metode dalam

menyampaikan materi pelajaran.

Pada item empat dari tabel diatas tentang: Apakah guru dalam

menyampaikan materi pelajaran pernah menggunakan metode demontrasi

gerakan shalat, dari 50 responden maka 35 orang atau (70%) menjawab pernah

menggunakan metode demontrasi gerakan shalat, 10 orang atau (20%) menjawab

kadang-kadang menggunakan metode demontrasi gerakan shalat, dan 5 orang

atau (10%) menjawab tidak pernah menggunakan metode demontrasi gerakan

shalat.
70

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi hanya sebagian kecil guru agama yang menggunakan metode

demontrasi gerakan shalat dalam menyampaikan materi shalat.

Tabel 6
Tingkat Pengaruh Tentang Guru PAI Sesudah Sertifikasi Dalam
Menggunakan Metode Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru

No Aspek Masalah Alternatif F %

1 Dalam menyampaikan materi a. Selalu 30 60


pelajaran apakah guru menggunakan 10 20
b. Kadang-kadang
metode yang bervariasi?
c. Tidak pernah 10 20

Jumlah 50 100

2 Apakah guru dalam menyampaikan a. Selalu 40 80


materi Al-Quran menggunakan b. Kadang-kadang 5 10
metode hafalan ayat Al-Quran?
c. Tidak pernah 5 10

Jumlah 50 100

3 Dalam menyampaikan materi a. Tanya jawab 0 0


pelajaran, apakah metode ceramah, 0 0
b. Ceramah
Tanya jawab dan diskusi saja yang
c. Diskusi 0 0
guru berikan kepada anda?
d. Semuanya 50 100
Jumlah 50 100

4 Apakah guru dalam menyampaikan a. Pernah 45 90


71

materi shalat pernah menggunakan


b. Kadang-kadang 5 10
metode demontrasi berupa gerakan
shalat? c. Tidak pernah 0 0

Jumlah 50 100

Interprestasi dan Analisis Data Tabel 6

Berdasarkan tabel 6 diatas dari jumlah responden yang berjumlah 50

orang tingkat pengaruh kompetensi guru PAI sesudah sertifikasi dalam

menggunakan metode pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru bahwa:

Pada item satu dari tabel diatas tentang: Dalam menyampaikan materi

pelajaran apakah guru menggunakan metode yang bervariasi, dari 50 responden

maka 30 orang atau (60%) menjawab selalu menggunakan metode yang

bervariasi, 10 orang atau (20%) menjawab kadang-kadang menggunakan metode

metode yang bervariasi, dan 10 orang atau (20%) menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian kecil selalu menggunakan metode yang bervariasi dalam

menyampaikan materi pelajaran.

Pada item dua dari tabel diatas tentang: Apakah guru dalam

menyampaikan materi Al-Quran menggunakan metode hafalan ayat Al-Quran,

dari 50 responden maka 40 orang atau (80%) menjawab metode hafalan ayat Al-

Quran sangat membantu menguasai materi pelajaran agama, 5 orang atau (10%)
72

menjawab kadang-kadang membantu, dan 5 orang atau (10%) menjawab tidak

pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar menggunakan metode hafalan ayat Al-Quran sangat membantu

dalam menyampaikan materi pelajaran agama.

Pada item tiga dari tabel diatas tentang: Dalam menyampaikan materi

pelajaran, apakah metode ceramah, Tanya jawab dan diskusi saja yang guru

berikan kepada anda, dari 50 responden maka (0%) menjawab Tanya jawab,

(0%) menjawab ceramah, (0%) menjawab diskusi, dan 50 orang atau (100%)

menjawab semuanya.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar atau keseluruhannya menggunakan metode yang bervariasi seperti

Tanya jawab, ceramah dan diskusi dalam menyampaikan materi pelajaran.

Pada item empat dari tabel diatas tentang: Apakah guru dalam

menyampaikan materi pelajaran pernah menggunakan metode demontrasi berupa

gerakan shalat, dari 50 responden maka 45 orang atau (90%) menjawab pernah

menggunakan metode demontrasi gerakan shalat, 5 orang atau (10%) menjawab

kadang-kadang, dan (0%) menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar atau keseluruhannya menggunakan metode demontrasi gerakan

shalat dalam menyampaikan materi shalat.


73

D. Pengaruh Sertifikasi Terhadap Kompetensi Mengajar Guru PAI Dalam

Menggunakan Media Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru

Untuk mengetahui hasil dari penelitian tersebut penulis menggunakan

angket dalam mengumpulkan data yang disebarkan kepada guru. Hasil penelitian

tersebut penulis kelompokkan sesuai dengan aspek masalahnya berdasarkan tabel

dibawah ini dengan item yang digunakan berjumlah empat (4) butir item yang

diolah dari angket, item dari satu (1) sampai dengan empat (4) yaitu sebagai

berikut:

Tabel 7
Tingkat Pengaruh Tentang Guru PAI Sebelum Sertifikasi Dalam
Menggunakan Media Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru
No Aspek Masalah Alternatif F %

1 Apakah guru dalam menyampaikan a. Selalu 30 60


materi pelajaran juga menggunakan 10 20
b. Kadang-kadang
media pembelajaran berupa Al-
c. Tidak pernah 10 20
Quran?
Jumlah 50 100

2 Apakah setiap hari dalam proses a. Selalu 20 40


belajar mengajar guru mengganti 10 20
b. Kadang-kadang
media pembelajaran?
c. Tidak pernah 20 40
Jumlah 50 100

3 Apakah media pengajaran yang a. Selalu 20 40


guru gunakan dalam menyampaikan 30 60
b. Kadang-kadang
74

materi pelajaran bisa anda


c. Tidak pernah 0 0
dipahami?
Jumlah 50 100
4 Media gambar dikarton, alat-alat a. Gambar 0 0
peraga, dan buku mana yang paling 0 0
b. Alat-alat peraga
sering guru gunakan dalam
c. Buku 0 0
menyampaikan materi pelajaran?
d. Semuanya 50 100
Jumlah 50 100

Interprestasi dan Analisis Data Tabel 7

Berdasarkan tabel 7 diatas dari jumlah responden yang berjumlah 50

orang tingkat pengaruh kompetensi guru PAI sebelum sertifikasi dalam

menggunakan media pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru bahwa:

Pada item satu dari tabel diatas tentang: Apakah guru dalam

menyampaikan materi pelajaran juga menggunakan media pembelajaran berupa

Al-Quran, dari 50 responden maka 30 orang atau (60%) menjawab selalu, 10

orang atau (20%) menjawab kadang-kadang menggunakan media pembelajaran

Al-Quran, dan 10 orang atau (20%) menjawab tidak pernah menggunakan media

pembelajaran Al-Quran.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi hanya sebagian kecil guru yang menggunakan media pembelajaran

Al-Quran.
75

Pada item dua dari tabel diatas tentang: Apakah setiap hari dalam proses

belajar mengajar guru mengganti media pembelajaran, dari 50 responden maka

20 orang atau (40%) menjawab selalu, 10 orang atau (20%) menjawab kadang-

kadang mengganti media pembelajaran, dan 20 orang atau (40%) menjawab tidak

pernah mengganti media pembelajaran dalam menyampaikan materi.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi hanya sebagian kecil atau hampir tidak pernah guru mengganti media

pembelajaran dalam menyampaikan materi.

Pada item tiga dari tabel diatas tentang: Apakah media pengajaran yang

guru gunakan dalam menyampaikan materi pelajaran bisa anda pahami, dari 50

responden maka 20 orang atau (40%) menjawab selalu bisa dipahami, 30 orang

atau (60%) menjawab kadang-kadang, dan (0%) menjawab tidak pernah bisa

dipahami oleh siswa media yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan

materi.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi hanya sebagian kecil media yang dipakai oleh guru bisa dimengerti

siswa.

Pada item empat dari tabel diatas tentang: Media gambar dikarton, alat-

alat peraga, dan buku mana yang paling sering guru gunakan dalam

menyampaikan materi pelajaran, dari 50 responden maka (0%) menjawab selalu

menggunakan media gambar dikarton, (0%) menjawab menggunakan media alat


76

peraga, (0%) menjawab menggunakan media buku, dan 50 orang atau (100%)

menjawab semuanya.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi ternyata guru juga mengganti-ganti media pembelajaran dalam

menyampaikan materi pelajaran.

Tabel 8
Tingkat Pengaruh Tentang Guru PAI Sesudah Sertifikasi Dalam
Menggunakan Media Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru

No Aspek Masalah Alternatif F %

1 Apakah guru anda dalam a. Selalu 45 90


menyampaikan materi pelajaran 5 10
b. Kadang-kadang
juga menggunakan media
c. Tidak pernah 0 0
pembelajaran berupa Al-Quran?
Jumlah 50 100

2 Apakah setiap hari dalam proses a. Selalu 30 60


belajar mengajar guru anda 10 20
b. Kadang-kadang
mengganti media pembelajaran?
c. Tidak pernah 10 20
Jumlah 50 100

3 Apakah media pembelajaran yang a. Selalu 35 70


guru gunakan dalam menyampaikan 10 20
b. Kadang-kadang
materi pelajaran bisa anda
c. Tidak pernah 5 10
dipahami?
Jumlah 50 100
4 Media gambar dikarton, alat-alat a. Gambar 0 0
77

peraga, dan buku, menurut anda b. Alat-alat peraga 0 0


mana yang paling sering guru c. Buku 0 0
gunakan dalam menyampaikan
d. Semuanya 50 100
materi pelajaran?
Jumlah 50 100

Interprestasi dan Analisis Data Tabel 8

Berdasarkan tabel 8 diatas dari jumlah responden yang berjumlah 50

orang tentang pengaruh kompetensi guru PAI sesudah sertifikasi dalam

menggunakan media pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru bahwa:

Pada item satu dari tabel diatas tentang: Apakah guru anda dalam

menyampaikan materi pelajaran juga menggunakan media pembelajaran berupa

Al-Quran, dari 50 responden maka 45 orang atau (90%) menjawab selalu

menggunakan media pembelajaran Al-Quran, 5 orang atau (10%) menjawab

kadang-kadang, dan (0%) menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar menggunakan media pembelajaran Al-Quran dalam

menyampaikan materi pelajaran.

Pada item dua dari tabel diatas tentang: Apakah setiap hari dalam proses

belajar mengajar guru anda mengganti media pembelajaran, dari 50 responden

maka 30 orang atau (60%) menjawab selalu mengganti media pembelajaran, 10


78

orang atau (20%) menjawab kadang-kadang mengganti media pembelajaran, dan

10 orang atau (20%) menjawab tidak pernah mengganti media pembelajaran.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar selalu menggati media pembelajaran dalam menyampaikan

materi pelajaran.

Pada item tiga dari tabel diatas tentang: Apakah media pembelajaran

yang guru gunakan dalam menyampaikan materi pelajaran bisa anda pahami, dari

50 responden maka 35 orang atau (70%) menjawab selalu bisa dipahami

siswa,10 orang atau (20%) menjawab kadang-kadang bisa dipahami siswa, dan 5

orang atau (10%) menjawab tidak pernah bisa dipahami siswa.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam

menyampaikan materi pelajaran bisa dipahami siswa.

Pada item empat dari tabel diatas tentang: Media gambar dikarton, alat-

alat peraga, dan buku, menurut anda mana yang paling sering guru gunakan

dalam menyampaikan materi pelajaran, dari 50 responden maka (0%) menjawab

menggunakan media gambar dikarton, (0%) menjawab menggunakan media alat

peraga, (0%) menjawab menggunakan media buku, dan 50 orang atau (100%)

menjawab semua media pembelajaran selalu dipakai sesuai jadwal mata

pelajaran.
79

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar atau keseluruhannya semua media pembelajaran selalu dipakai

dalam menyampaikan materi pelajaran sesuai jadwal mata pelajaran.

E. Pengaruh Sertifikasi Terhadap Kompetensi Mengajar Guru PAI Dalam

Mengevaluasi Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru

Untuk mengetahui hasil dari penelitian tersebut penulis menggunakan

angket dalam mengumpulkan data yang disebarkan kepada guru. Hasil penelitian

tersebut penulis kelompokkan sesuai dengan aspek masalahnya berdasarkan tabel

dibawah ini dengan item yang digunakan berjumlah lima (5) butir item yang

diolah dari angket, item dari satu (1) sampai dengan lima (5) yaitu sebagai

berikut:
80

Tabel 9
Tingkat Pengaruh Tentang Guru PAI Sebelum Sertifikasi Dalam
Mengevaluasi Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru
No Aspek Masalah Alternatif F %

1 Di akhir kegiatan belajar mengajar a. Selalu 40 80


apakah guru memberikan latihan 10 20
b. Kadang-kadang
kepada anda untuk melakukan
c. Tidak pernah 0 0
evaluasi?
Jumlah 50 100

2 Apakah guru mengevaluasi tentang a. Selalu 50 100


materi pelajaran yang baru anda 0 0
b. Kadang-kadang
dipelajari?
c. Tidak pernah 0 0
Jumlah 50 100

3 Menurut anda apakah guru a. Selalu 10 20


melakukan evaluasi pada saat proses 20 40
b. Kadang-kadang
pembelajaran berlangsung?
c. Tidak pernah 20 40
Jumlah 50 100
4 Apakah guru melakukan remedy a. Selalu 45 90
dalam memperbaiki nilai setelah 5 10
b. Kadang-kadang
hasil ujian semester anda selesai?
c. Tidak pernah 0 0
Jumlah 50 100
5 Didamping latihan di kelas, apakah a. Selalu 30 60
guru memberikan tugas rumah (PR) 15 30
b. Kadang-kadang
untuk memperkaya ilmu
c. Tidak pernah 5 10
pengetahuan materi yang sudah
dibahas?
Jumlah 50 100
81

Interprestasi dan Analisis Data Tabel 9

Berdasarkan tabel 9 diatas dari jumlah responden yang berjumlah 50

orang tingkat pengaruh kompetensi guru sebelum sertifikasi dalam mengevaluasi

pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru bahwa:

Pada item satu dari tabel diatas tentang: Di akhir kegiatan belajar

mengajar apakah guru memberikan latihan kepada anda untuk melakukan

evaluasi, dari 50 responden maka 40 orang atau (80%) menjawab selalu

memberikan latihan kepada siswa, 10 orang atau (20%) menjawab kadang-

kadang memberikan latihan kepada siswa, dan (0%) menjawab tidak pernah

memberikan latihan kepada siswa.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi hanya sebagian kecil guru yang mau memberikan latihan setelah

menyampaikan materi.

Pada item dua dari tabel diatas tentang: Apakah guru mengevaluasi

tentang materi pelajaran yang baru anda pelajari, dari 50 responden maka 50

orang atau (100%) menjawab selalu mengevaluasi materi pelajaran yang baru

dipelajari siswa, (0%) menjawab kadang-kadang, dan (0%) menjawab tidak

pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi hanya sebagian kecil guru yang mau mengevaluasi tentang materi

pelajaran yang baru dipelajari siswa.


82

Pada item tiga dari tabel diatas tentang: Menurut anda apakah guru

melakukan evaluasi pada saat proses pembelajaran berlangsung, dari 50

responden maka 10 orang atau (20%) menjawab selalu, 20 orang atau (40%)

menjawab kadang-kadang, dan 20 orang lagi atau (40%) menjawab tidak pernah

evaluasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi hanya sebagian kecil guru yang mau melakukan evaluasi pada saat

proses pembelajaran berlangsung.

Pada item empat dari tabel diatas tentang: Apakah guru melakukan

remedy dalam memperbaiki nilai setelah hasil ujian semester anda ditentukan,

dari 50 responden maka 45 orang atau (90%) menjawab selalu melakukan

remedy, 5 orang atau (10%) menjawab kadang-kadang melakukan remedy, dan

(0%) menjawab tidak pernah melakukan remedy.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi hanya sebagian kecil guru yang mau melakukan remedy setelah ujian

semester selesai.

Pada item lima dari tabel diatas tentang: Didamping latihan di kelas,

apakah guru memberikan tugas rumah (PR) untuk memperkaya ilmu

pengetahuan materi yang sudah dibahas, dari 50 responden maka 30 orang atau

(60%) menjawab selalu memberikan PR, 15 orang atau (30%) menjawab kadang-

kadang memberikan PR, dan 5 orang atau (10%) menjawab tidak pernah

memberikan PR.
83

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa sebelum mengikuti

sertifikasi hanya sebagian kecil guru yang mau memberikan PR setelah

menyampaikan materi pelajaran selesai.

Tabel 10
Tingkat Pengaruh Tentang Guru Sesudah Sertifikasi Dalam Mengevaluasi
Pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru
No Aspek Masalah Alternatif F %

1 Di akhir kegiatan belajar mengajar a. Selalu 50 100


apakah guru memberikan latihan 0 0
b. Kadang-kadang
kepada anda untuk melakukan
c. Tidak pernah 0 0
evaluasi?
Jumlah 50 100

2 Apakah guru mengevaluasi tentang a. Selalu 35 70


materi pelajaran yang baru anda 15 30
b. Kadang-kadang
pelajari?
c. Tidak pernah 0 0
Jumlah 50 100

3 Menurut anda apakah guru perlu a. Perlu sekali 45 90


melakukan evaluasi pada saat proses 5 10
b. Perlu
pembelajaran berlangsung?
c. Tidak perlu 0 0
Jumlah 50 100
4 Apakah guru melakukan remedy a. Selalu 50 100
dalam memperbaiki nilai setelah 0 0
b. Kadang-kadang
hasil ujian semester anda selesai?
c. Tidak pernah 0 0
Jumlah 50 100
5 Didamping latihan di kelas, apakah a. Selalu 45 90
84

guru memberikan tugas rumah (PR) b. Kadang-kadang 5 10


untuk memperkaya ilmu c. Tidak pernah 0 0
pengetahuan materi yang sudah
dibahas?
Jumlah 50 100

Interprestasi dan Analisis Data Tabel 10

Berdasarkan tabel 10 diatas dari jumlah responden yang berjumlah 50

orang tingkat pengaruh kompetensi guru PAI sesudah sertifikasi dalam

mengevaluasi pembelajaran di SMPN 6 Koto Baru bahwa:

Pada item satu dari tabel diatas tentang: Di akhir kegiatan belajar

mengajar apakah guru memberikan latihan kepada anda untuk melakukan

evaluasi, dari 50 responden maka 50 orang atau (100%) menjawab selalu

memberikan latihan, (0%) menjawab kadang-kadang, (0%) menjawab tidak

pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar atau hampir seluruh guru selalu memberikan latihan kepada siswa

untuk melakukan evaluasi.

Pada item dua dari tabel diatas tentang: Apakah guru mengevaluasi

tentang materi pelajaran yang baru anda pelajari, dari 50 responden maka 35

orang atau (70%) menjawab selalu mengevaluasi materi pelajaran yang baru, 15
85

orang atau (30%) menjawab kadang-kadang saja mengevaluasi tentang materi

pelajaran yang baru, (0%) menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar selalu mengevaluasi tentang materi pelajaran yang baru dipelajari

siswa agar siswa paham dengan materi tersebut.

Pada item tiga dari tabel diatas tentang: Menurut anda apakah guru perlu

melakukan evaluasi pada saat proses pembelajaran berlangsung, dari 50

responden maka 45 orang atau (90%) menjawab perlu sekali evaluasi dilakukan

pada saat proses pembelajaran berlangsung, 5 orang atau (10%) menjawab perlu,

(0%) menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar mngatakan perlu sekali evaluasi dilakukan pada saat proses

pembelajaran berlangsung.

Pada item empat dari tabel diatas tentang: Apakah guru melakukan

remedy dalam memperbaiki nilai setelah hasil ujian semester anda ditentukan,

dari 50 responden maka 50 orang atau (100%) menjawab selalu melakukan

remedy dalam memperbaiki nilai siswa, (0%) menjawab kadang-kadang, (0%)

menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar mngatakan selalu melakukan remedy dalam memperbaiki nilai

siswa setelah hasil ujian semester selesai.


86

Pada item lima dari tabel diatas tentang: Didamping latihan di kelas,

apakah guru memberikan tugas rumah (PR) untuk memperkaya ilmu

pengetahuan materi yang sudah dibahas, dari 50 responden maka 45 orang atau

(90%) menjawab selalu memberikan PR, 5 orang atau (10%) menjawab kadang-

kadang saja memberikan PR, (0%) menjawab tidak pernah.

Jadi dari jawaban responden dapat dijelaskan bahwa guru sertifikasi

sebagian besar atau hampir seluruh guru selalu memberikan PR kepada siswa

untuk melakukan evaluasi dan untuk memperkaya pengatahuan mengenai materi

yang sudah dibahas.


87

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Sertifikasi Terhadap

Kompetensi Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 6 Koto Baru”,

untuk itu dari pembahasan yang diuraikan diatas penulis dapat mengambil

kesimpulan diantaranya:

1. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sertifikasi merupakan

sarana atau instrument untuk mencapai suatu tujuan, bahwa sertifikasi adalah

sarana untuk menuju kualitas yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang tinggi yang akan digunakan dalam proses belajar

mengajar.

2. Dengan adanya sertifikasi maka secara tidak langsung dapat mempengaruhi

kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran, merancang metode

pembelajaran, menyediakan media pembelajaran, dan mengevaluasi

pembelajaran agar terciptanya kualitas pendidikan yang bermutu.

3. Sebagaimana tujuan dari sertifikasi guru untuk menentukan kelayakan guru

dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan

tujuan pendidikan nasional, meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan,

meningkatkan martabat guru, dan meningkatkan profesionalisme guru.

4. SMPN 6 Koto Baru adalah salah satu sekolah yang ingin meningkatkan

mutu pendidikan kearah yang berkualitas dan berkopetisi dengan sekolah


88

lain yang telah maju agar siswa-siswi SMPN 6 Koto Baru menjadi generasi

yang berguna bagi orang tua, nusa dan bangsa Indonesia.

B. Saran-saran

Sebelum mengakhiri tulisan ini, maka ada beberapa saran yang penulis

sampaikan , diantaranya adalah:

1. Diharapkan kepada guru yang telah mengikuti sertifikasi agar selalu

menerapkan ilmu pengetahuan yang baik kepada siswa-siswi agar bisa

menjadi manusia yang baik berguna bagi nusa dan bangsa.

2. Kepada guru non sertifikasi diharapkan teruslah menimba ilmu sebanyak-

banyaknya agar tunas bangsa kita tidak rapuh terhadap ilmu pengetahuan

yang terus berkembang.

3. Antara orang tua, kepala sekolah, guru sertifikasi, guru non sertifikasi,

pelaksana administrasi dan masyarakat agar selalu berkerjasama agar

pelaksanaan PBM berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan.

4. Hendaknya seorang guru harus betul-betul komitmen dalam menjalankan

tugasnya, karena berhasil tidaknya pendidikan tergantung pada potensi

seorang guru.

Anda mungkin juga menyukai