Anda di halaman 1dari 35

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK DAN BAHAN ORGANIK TANAH

ULTISOL PADA PERTANAMAN NILAM (Pogostemon Cablin L.) DI DESA


TAOSU KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA TIMUR

Oleh:

DWI ALAM
NIM. D1C117021

JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

1
KARAKTERISTIK SIFAT FISIK DAN BAHAN ORGANIK TANAH
ULTISOL PADA PERTANAMAN NILAM (pogostemon cablin L.) DI
KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA TIMUR

Proposal Penelitian

diajukan kepada Fakultas Pertanian


untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi
pada Jurusan/Program Studi Ilmu Tanah

Oleh:

DWI ALAM
NIM. D1C117021

JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Karakteristik Sifat Fisik dan Bahan Organik Tanah Ultisol pada
Pertanaman Nilam (Pogostemon Cablin L.) diDesa Taosu
Kecamatana Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur
Nama : Dwi Alam Menyetujui;
NIM : D1C117021

2
Program Studi : Ilmu Tanah

Pembimbing II
Pembimbing I

Dr. Zulfikar, S.P .,M.P Dr. Resman, S.P .,M.P


NIP. 19800405 201404 1001 NIP. 19750715 200812 1003

Mengetahui;
Ketua Jurusan/Program Studi Ilmu Tanah

Ir. Namriah, M.Sc


NIP. 19640309198903 2001

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

3
Puji syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karunia serta hidayah-Nya dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang
berjudul karakteristik sifat fisik dan C-organik tanah Ultisol pada pertanaman
nilam(pogostemon cablin L.) Di Desa Taosu Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka
Timur. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Penelitian ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan kemampuan dan
kedangkalan ilmu yang saya miliki.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
teman-teman dan kepada semua pihak yang sudah turut membantu sehingga
terselesainya Proposal ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing proposal penelitian yang telah membimbing saya hingga pada tahap
penyelesaian.Akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa saya berharap dan berdoa agar
proposal ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri selaku sebagai penyusun
dan umumnya kepada semua para pembaca proposal ini.

Kendari, Desember 2021

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL1
HALAMAN JUDUL

2
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................4

4
DAFTAR ISI.............................................................................................................5
DAFTAR GAMBAR................................................................................................6
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................7
I. PENDAHULUAN.........................................................................................8
1.1. Latar Belakang.......................................................................................8
1.2. Rumusan Masalah................................................................................10
1.3. Tujuan Dan Kegunaan.........................................................................10
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................10
2.1 Karakteristik Sifat Fisik Tanah Ultisol..............................................11
1. Warna Tanah...................................................................................12
2. Bobot Isi............................................................................................13
3. Kadar Air.........................................................................................14
4. Tekstur Tanah..................................................................................16
5. Permeabilitas Tanah........................................................................17
2.2. Pengaruh Tanaman Nilam Pada Sifat Fisik Tanah Ultisol.............18
2.4. Kerangka Pikir....................................................................................22
III. METODE PENELITIAN..........................................................................24
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................24
3.2. Bahan dan Alat....................................................................................24
3.3. Prosedur Penelitian.............................................................................25
3.3.1. Tahap Persiapan............................................................................25
3.3.2.Tahap Survei di Lapangan............................................................26
3.3.3.Tahap Analisis Tanah Di Laboratorium......................................26
3.4. Rancangan Penelitian........................................................................27
3.5. Variabel Penelitian............................................................................28
3.6. Analisis Data......................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29

5
DAFTAR GAMBAR
NO GAMBAR HALAMAN

1 22

Pengembanagan Tanaman
Nilam

Tanah Ultisol (Sifat Fisik dan BO


Tanah renda
h)

Sifat Fisik Tanah: (1) Bobot Isi, Bahan Organik


Kadar Air, (3) Tekstur Tanah,
(2) Rendah
(4) Permeabilitas
Tanah

Upayperbaikan sifat fisik dan


Tanah
a BO Ultisol Pada Pertanaman
Nilam
Pertumbuhan dan Produksi Nilam di
Desa Kecamatan-Poli
Desa
Taosu Poli a

6
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1 31

2 32

3 33

4 34

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

7
Di Indonesia tanah Ultisol tersebar luas meliputi hampir 25% dari total

daratan Indonesia, mulai dari Kalimantan, Sumatera, Maluku dan Papua, Sulawesi,

Jawa, dan Nusa Tenggara (Adimiharja et. al., 2004). Pada tanah Ultisol memiliki

karakteristik memiliki tekstur tanah liat hingga liat berpasir, dengan bulk densty yang

tinggi antara 1,3-1,5 g/cm3 (Prassetyo dan Suriadikarta, 2016), sehingga

mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman yang akan dibudidayakan di tanah

Ultisol.

Permasalahan utama pada Ultisol disamping sifat kimianya terutama

ketersediaan unsur-unsur hara yang tergolong miskin juga sifat fisiknya yang kurang

mendukung pertumbuhan tanaman. Salah satu sifat fisiknya yang menonjol yaitu

tekstur tanah yang dicirikan oleh kandungan liat yang tinggi dan debu rendah.

Kondisi tekstur ini mendasari banyaknya masalah lain pada tanah Ultisol, diantaranya

masalah retensi dan trans misi air, pemadatan tanah, dan penetrasi akar. Distribusi

pori yang kurang seimbang, karena didominasi oleh pori mikro, menyebabkan aerasi

kurang baik, laju infiltrasi rendah, dan peka terhadap erosi. Selanjutnya, kemantapan

aggregat dan permeabilitas tanah juga rendah karena kandungan bahan organik yang

rendah (Sarief, 1989).

Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah dan berperan

sangat penting bagi kesuburan fisika, kimia, dan biologi tanah. Secara kimia dan

biologi, bahan organik bermanfaat dalam membantu meningkatkan kesuburan tanah

dan menjadi sumber unsur hara yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman,

dan menjadi sumber makanan bagi organisme di dalam tanah. Yulnafatmawita (2011)

8
juga menerangkan bahwa bahan organik dapat membantu dalam membentuk dan

memantapkan agregat tanah, menurunkan berat volume (BV) tanah,

menyeimbangkan pori makro dan mikro, memperlancar aerase dan drainase, serta

meningkatkan retensi dan trans misi air.

Tanah sebagai tempat tersimpannya cadangan bahan organik terbesar di darat

memiliki pengaruh sangat penting dalam siklus bahan organik global. Lepasnya

bahan organik dalam bentuk CO2 ke atmosfer mempunyai efek ganda pada

lingkungan.Pertama, penurunan kualitas atau produktifitas tanah; berkurangnya hasil

pertanian; dan memperburuk kerawanan pangan. Kedua, peningkatan konsentrasi Gas

Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akan mempercepat pemanasan global (Dahal &

Bajracharya, 2010; Lal, 2019).

Tanah Ultisol tersebar luas di Sulawesi Tenggara, salah satu daerah dengan

tanah Ultisol yang dimanfaatkan untuk budidaya tanaman nilam adalah Desa Taosu

Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur. Budidaya tanaman nilam di desa ini

cukup luas mencapai 20 Hektar. Berdasarkan wawancara dengan petani nilam

setempat, produksi tanaman nilam dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.

Hal ini diduga karena sifat fisik dan bahan organik tanah pada pertanaman nilam di

desa tersebut kurang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman nilam. Oleh

karena itu untuk membantu permasalahan petani nilam di desa tersebut perlu

dilakukan penelitian tentang “Karakteristik Sifat Fisik dan Bahan Organik Tanah

Ultisol pada Pertanaman Nilam (Pogostemon Cablin L.)di Desa Taosu Kecamatan

Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur”.

9
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah karakteristik sifat fisik dan

bahan organik tanah Ultisol pada pertanaman nilam(pogostemon cablin L.) di Desa

Taosu Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur?

1.3. Tujuan Dan Kegunaan

Tujuan dalam penelitian ini adalah;


1. Mengetahui sifat fisik tanah Ultisol pada pertanaman nilam (pogostemon cablin

L.) di Desa Taosu Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur.

2. Mengetahui kandungan bahan organik tanah pada pertanaman nilam


(pogostemon cablin L.) di Desa Taosu Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Timur

Kegunaan penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi mengenai


karakteristik sifat fisik dan kandungan bahan organik tanah Ultisol kepada petani

nilam, khususnya di wilayah Kabupaten Kolaka Timur, sehingga dapat melakukan

pengelolaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman nilam.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Sifat Fisik Tanah Ultisol

Di Indonesia ada bermacam-macam jenis tanah dimana tanah tersebut

memiliki sifat dan cirinya masing-masing yang merupakan pembeda dari antarasatu

10
tanah dengan yang lainnya. Secara vertikal Tanah berdifferensiasi membentuk

horizon-horizon (lapisan-lapisan) yang berbeda-beda baik dalam morfologis seperti

ketebalan dan warnanya, maupun karakteristik fisik, kimiawi,dan biologis

masingmasingnya. Pembentukan tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

bekerja sama dalam berbagai proses, baik secara fisik maupun kimia (Handayani,

2018).

Menurut Hakim et. al.,(2010) tanah didefinisikan sebagai tubuh alam yang

memiliki tiga fase, tersusun dari air, udara dan bagian padat yang terdiri atas

bahanbahan mineral, dan organik serta jasad hidup, yang karena berbagai faktor

lingkungan terhadap permukaan bumi dan kurun waktu menyebabkan berbagai hasil

perubahan yang memiliki ciri-ciri khas, yang berperan dalam pertumbuhan tanaman.

Tanah memiliki karakteristik atau sifat tanah yang terdiri atas sifat fisika, kimia dan

biologi tanah. Karakteristik tanah ini dapat dijadikan sebagai parameter kesuburan

tanah dan pertumbuhan vegetasi. Semakin besar kesuburan tanah maka semakin besar

karbon yang akan tersimpan pada tegakan maupun tumbuhan bawah atau seresah

(Rusdiana, 2012). Tanah Ultisol umumnya peka terhadap erosi serta mempunyai pori

aerasi dan indeks stabilitas rendah sehingga tanah mudah menjadi padat.

1. Warna Tanah

Warna tanah merupakan petunjuk sifat fisik tanah yang paling mudah

dideterminasi. Warna tanah dapat dijadikan sebagai indikator kualitatif dalam

menentukan tingkat kesuburan tanah, kandungan bahan organik, aerase dandrainase

11
(Utomo, 2016). Penyebab perbedaan tanah pada permukaan tanah umumnya oleh

perbedaan kandungan bahan organik, makin tinggi kandungan bahan organik warna

tanah semakin gelap (Hardjowigeno, 2015). Warna tanahdapat meliputi putih, merah,

coklat, kelabu, kuning, hitam, kebiruan dan kehijauan. Warna pada tanah tua

merupakan indikator iklim makro ataupun mikro tempat berkembangnya tanah,

sedangkan pada tanah muda mencerminkan bahan induk dari tanah tersebut pada

kondisi tertentu warna tanah juga dijadikan indikator kesuburan atau produktivitas

lahan.

Hanafiah (2015) mengungkapkan bahwa warna tanah merupakan sebagai

indikator dari bahan induk untuk tanah yang baru berkembang, indikator kondisi

iklim untuk tanah yang sudah berkembang lanjut, dan indikator kesuburan tanah atau

kapasitas produktivitas lahan. Akumulasi dari bahan organik akan menciptakan warna

kehitaman pada suatu tanah. Penetapan warna tanah dilapangan dilakukan dengan

menggunakan pedoman buku Munsel Soil Color Chart yang nilainya dinyatakan

dalam tiga satuan yaitu hue, value dan chroma.

2. Bobot Isi

Bobot isi (bulk density) atau sering disebut juga dengan istilah berat volume

merupakan penunjuk kepadatan tanah, makin padat suatu tanah maka makin tinggi

nilai bobot isinya, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar

tanaman (Mardiana, 2016). Peningkatan bobot isi tanah sebesar 0,25% pada areal

hutan bekas tebangan 1 bulan disebabkan adanya aktivitas alat berat (Traktor) dalam

12
penyaradan kayu yang menyebabkan hilangnya top soil dan bahan organik tanah

sehingga terjadi pemadatan tanah (Hayuningtyas, 2016).

Robet (2010) menyatakan bahwa berat isi berkaitan dengan jumlah pori,

ukuran pori, dan permeabilitas yang kesemuanya ditentukan oleh tingkat dekomposisi

bahan organik. tanah yang mempunyai bobot isi besar akan sulit meneruskan air atau

ditembus akar tanaman, sebaliknya pada bobot isi rendah tanaman lebih mudah

berkembang, pada umumnya tanah mineral mempunyai berat volume antara 0,8-1,4

cm³ sedangkan pada tanah gambut yang telah matang (dengan tingkat pelapukan

sapris) mempunyai berat volume yang rendah antara 0,4-0,6 cm³ (Utomo, 2016).

Perdana (2015) mengungkapkan bahwa pemadatan dapat disebabkan oleh

berbagai hal diantaranya adalah penggunaan alat-alat berat, pembukaan lahan

perkebunan dalam jangka waktu lama, pemukiman, hingga tempat yang terbuka dan

terjadi berbagai aktivitas manusia yang bersifat fisik di atasnya. Menurut Handayani

(2013), pembukaan lahan dan aktivitas alat berat berpengaruh terhadap Bulk density

dan penurunan pori total tanah.

Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel partikel padatan di dalam tanah

karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi

sempit (Pamungkas, 2014). Damanik (2017) mengungkapkan bahwa pemadatan tanah

adalah penyusutan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena gaya tekan pada

permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit. Pemadatan tanah

merupakan hal yang tidak diinginkan dalam pertanian karena dapat mengurangi aerasi

tanah, mengurangi ketersediaan air bagi tanaman dan menghambat pertumbuhan akar

13
dan perkecambahan tanaman. Tanah yang padat akan mengurangi kapasitas

memegang air, mengurangi kandungan udara, memberikan hambatan fisik yang besar

pada penerobosan akar sehingga mengendalikan kapasitas kemampuannya memanen

air, udara, dan hara (Wilson, 2016)

3. Kadar Air
Kadar air tanah adalah jumlah air yang ditahan didalam tanah setelah

kelebihan air dialirkan, apabila tanah memiliki kadar air yang tinggi maka kelebihan

air tanah dikurangi melalui evaporasi, transpirasi dan transpor air bawah tanah

(Dharma, 2015). Kadar air juga merupakan jumlah air dalam tanah yang dapat

ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik grvitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah

tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah

semakin lama akan semakin kering.

Jumlah air tersedia bagi tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

tekstur tanah, bahan organik tanah, kekuatan tanah, kedalaman tanah, lapisan tanah

dan tanaman.Air tanah merupakan salah satu sifat fisik yang berpengaruh langsung

terhadap pertumbuhan tanaman. Penetapan kadar air tanah dapat dilakukan secara

langsung melalui pengukuran perbedaan berat tanah disebut (metode geovimetri) dan

secara tidak langsung melalui pengukuran sifat-sifat lain yang berhubungan erat

dengan air tanah (Abdurachman et al., 2016).

Menurut Pratiwi (2014), kadar air kapasitas lapang (KAKL) dan air tersedia

pada kedalaman 0-20 cm lebih tinggi dibandingkan KAKL dan air tersedia kedalaman

20-40 cm baik ditanah lotosol maupun podsolik. Hal ini dikarenakan lapisan atas

14
tanah yang mempunyai kadar bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan lapisan

bawah. Pada tanah-tanah yang berkembang seperti latosol dan podsolik maka kadar

bahan organik menurun menurut kedalaman. Bahan organik didalam tanah bersifat

meretensi air.Semakin tinggi kandungan bahan organik didalam tanah maka

kemampuan tanah dalam meretensi air juga semakin tinggi.

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang

dinyatakan dalam satuan persen. diperlukan untuk metabolisme dan pembentukan

cairan tubuh. Kadar air dalam suatu bahan pakan sangat mempengaruhi kualitas dan

daya simpan dari bahan pakan tersebut. Kandungan air dalam pakan ikan berkisar

antara 70 –90% berat basah (Fauzana, 2017).

Kadar air ialah jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan yang

dinyatakan dalam satuan persen atau perbedaan antara berat bahan sebelum dan

sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka

kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya.

Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang. Kadar air juga merupakan

karakteristik yang sangat penting dalam bahan pakan karena air dapat mempengaruhi

penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pakan

tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk

berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pakan (Marela, 2016).

4. Tekstur Tanah
Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk,

diperlukan istilah-istilah khusus yang akan memberikan ide tentang sifat teksturnya

15
dan akan memberikan petunjuk tentang fisiknya. Menurut Hardjowigeno (2010) tanah

yang bertekstur pasir, karena butir-butirannya berukuran lebih besar, maka setiap

satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap air

dan unsur hara. Tanah yang didominasipasir akan banyak mempunyai pori-pori

makro (besar) disebut lebih poreus, tanah yang didominasi debu akan banyak

mempunyai pori-pori meso (sedang) agak poreus, sedangkan yang didominasi liat

akan mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus.

Damanik, (2017) mengatakan tekstur tanah menunjukan kasar halusnya tanah

dari fraksi tanah halus (lebih kecil dari 2 mm). Tanah yang bertekstur kasar dengan

20% bahan organik atau lebih dan tanah bertekstur halus dengan 30% bahan organik

atau lebih berdasarkan bobot mempunyai sifat yang didominasi oleh fraksi organik

dan bukanya oleh fraksi mineral.

Menurut Hardjowigeno, (2015) warna tanah merupakan sifat morfologi yang

paling mudah dibedakan. Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah,

misalnya: warna hitam menunjukkan kandungan bahan organik tinggi. Warna merah

menunjukkan adanya oksidasi bebas (tanah-tanah yang teroksidasi). Warna abu-abu

atau kebiruan menunjukkan adanya reduksi‖.

Tanah bertekstur pasir yaitu tanah dengan kandungan pasir >70 %, prositasnya

rendah (<40%), sebagian ruang pori berukuran besar sehingga aerasi nya baik, daya

hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan zat hara rendah. Tanah pasir juga

disebut tanah ringan. Tanah disebut bertekstur berliat jika liatnya > 35 % kemampuan

menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan energi yang

16
tinggi, sehingga liat sulit dilepaskan terutama bila kering sehingga kurang tersedia

untuk tanaman. Tanah liat juga disebut tanah berat. Tanah berlempung, merupakan

tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berada

diantara tanah berpasir dan berliat. Jadi tata udara serta udara cukup baik,

kemampuan menyimpan dan menyediakan air untuk tanaman

tinggi (Arifin, 2010).


Tekstur tanah memiliki peran dalam penentuan tata air dalam tanah, yaitu

berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah.

Terjadi tidaknya aliran permukaan, tergantung pada dua sifat yang dipunyai oleh

tanah tersebut, yaitu kapasitas infiltrasi yaitu kemampuan tanah untuk meresapkan air

dan permeabilitas dari lapisan tanah yang berlainan, yaitu kemampuan tanah untuk

meluluskan air atau udara ke lapisan bawah profil tanah (Hanafiah, 2019).

5. Permeabilitas Tanah

Kemampuan tanah untuk dapat dirembesi air disebut daya rembesan


permeability). Rembesan air dalam tanah hampir selalu berjalan secara linear yaitu

jalan atau garis yang ditempuh air merupakan garis dengan bentuk terarur (smooth

curve). Dalam hal ini ini kecepatan merembes adalah menurut suatu hukum yang

disebut hukum Darcy (Darcy`s Law). Sebab utama rembesan terjadi adalah karena

kecenderungan air mengalir akibat gravitasi atau terdorong oleh suatu kondisi.

(Darcy, 2012) Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berongga yang

memungkinkan air atau cairan lainnya untuk menembus atau merembes melalui

hubungan antara pori. (Soedarmo et. al., 2011 ) Permeabilitas tanah merupakan salah

satu karakteristik yang penting untuk memperkirakan volume air rembesan pada

17
pekerjaan galian sedalam muka air tanah atau lebih dalam. Air yang merembes

didalam tanah, bisa mengalir mengikuti keadaan aliran laminar (Taula. et. al., 2010)

Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk meneruskan air atau udara.

Permeabilitas tanah biasanya diukur dengan istilah kecepatan air yang mengalir

dalam waktu tertentu yang ditetapkan dalam satuan cm/detik (Hakim et. al.,2016).

2.2. Pengaruh Tanaman Nilam Pada Sifat Fisik Tanah Ultisol

Tanaman nilam termasuk tanaman yang memiliki perakaran yang dangkal

sehingga kurang tahan kekeringan dan peka terhadap defisit kelembaban tanah

dengan sifat dari tanaman nilam yang peka terhadap kurangnya kelembaban tanah

mengakibatkan warna tanah menjadi cerah setelah ditanami tanaman nilam. Pada

kadar air tanah dengan sifat dari tanaman nilam yang tidak tahan terhadap kekeringan

menyebabkan kadar air tanah menjadi berkurang dan mempengaruhi kandungan

tekstur tanah yang menjadi dominan debu akibat berkurangnya kadar air di dalam

tanah yang serap oleh tanaman nilam. Untuk permeabilitas tanah menjadi sangat

cepat akibat penyerapan air dari tanaman nilam dan berkurangnya bahan organik di

dalam tanah (Nuryani et. al.,2012)

2.3. Bahan organik tanah dan perananya pada tanaman

Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur

ulang, dirombak oleh bakter-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh

tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan

penimbunan dari sisasisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami

pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam

18
pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan

tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui

sisa-sisa tanaman atau binatang (Nugroho, 2012).

Sumber asli bahan organik tanah ialah jaringan tumbuhan. dalam keadaan

alami bagian diatas tanah, akan pohon, semak-semak, rumput dan tanaman tingkat

rendah lainnya tiap tahun menyediakan sejumlah besar sisa-sisa organik. Sebagian

besar dari tumbuhan bisa diangkut sebagai hasil panen, akan tetapi beberapa bagian

diatas tanah dan semua akar ditinggalkan. Karena bahan ini didekomposisikan dan

dihancurkan oleh banyak macam organisme tanah, hasilnya akan menjadi bagian dari

horizon dibawahnya, karena di adsorpsi atau pencampuran fisik secara aktif

(Buckman et. al.,2012).

Sumber bahan organik tanah ialah hewan. Hewan memberikan hasil samping

dan meninggalkan bagian tubuh mereka sebagai peredaran hidupnya. Bentuk

kehidupan hewan tertentu, terutama cacing tanah, sentipoda dan semut memegang

peranan penting dalam perubahan sisa-sisa tumbuhan (Buckman et. al., 2012). Humus

merupakan salah satu bentuk bahan organik. Humus berasal dari residu-residu

tanaman, binatang dan mikroba, komposisinya tergantung atas sifat/ keadaan kimiawi

dari residu-residu tersebut. Humus terbentuk sebagai suatu hasil dari proses-proses

dekomposisi, makan komposisinya juga akan tergantung atas berbagai jasad renik

yang terlibat dalam pembusukan atau pelapukan residu-residu tersebut (Sutedjo

et.al.,2011).

19
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah

untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun,

kemampuan tanah mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya

kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum

terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena

intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah yang rusak

yang jumlah maupun intensitasnya meningkat.

Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok

utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah

dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam-garam (salinisasi),

teremar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik dan xenobiotik seperti

pestisida atau tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2011). Terjadinya pemasaman

tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen buatan secara terus menerus

dalam jumlah besar (Brady, 1990).Kerusakan tanah secara fisik dapat diakibatkan

karena kerusakan struktur tanah yang dapat menimbulkan pemadatan tanah.

Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan tanah yang salah

atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Kerusakan biologi tanah ditandai

oleh penyusutan populasi maupun berkurang nya biodervisitas organisme tanah, dan

terjadi biasanya bukan kerusakan sendiri, melainkan akibat dari kerusakan lain (fisik

dan kimia). Sebagai contoh penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk ammonium

sulfat dan sulfur coatedurea) yang terus menerus selama 20 tahun dapat menyebabkan

pemasaman tanah sehingga populasi cacing tanah menurun drastic (Ma et. al., 2013).

20
Kehilangan unsure hara dari daerah perakaran juga merupakan fenomena

umum pada sistem pertanian dengan masukan rendah. Pemiskinan hara terjadi

utamanya pada praktek pertanian di lahan yang miskin atau agak kurang subur tanpa

dibarengi dengan pemberian masukan pupuk buatan maupun organik yang memadai.

Termasuk dalam kelompok ini adalah kehilangan bahan organik yang lebih cepat dari

penambahannya pada lapisan atas.

Dengan demikian terjadi ketidak seimbangan masukan bahan organik dengan

kehilangan yang terjadi melalui dekomposisi yang berdampak pada penurunan kadar

bahan organik dalam tanah. Tanah-tanah yang sudah mengalami kerusakan akan sulit

mendukung pertumbuhan tanaman. Sifat-sifat tanah yang sudah rusak memerlukan

perbaikan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi kembali secara optimal.

Penyediaan hara bagi tanaman dapat dilakukan dengan penambahan pupuk

baik organik maupun anorganik.Pupuk organik dapat menyediakan hara dengan

cepat. Namun apabila hal ini dilakukan terus menerus akan menimbulkan kerusakan

tanah. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi pertanian yang berkelanjutan.

Meningkatnya kemasaman tanah akan mengakibatkan ketersediaan hara dalam tanah

yang semakin berkurang dan dapat mengurangi umur produktif tanaman.

Menurut Lal (2015), pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu upaya

pemanfaatan tanah melalui pengendalian masukan dalam proses untuk memperoleh

produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan kualitas tanah, serta

memperbaiki karakteristik lingkungan. Dengan demikian diharapkan kerusakan tanah

dapat ditekan seminimal mungkin sampai batas yang dapat ditoleransi, sehingga

21
sumber daya tersebut dapat dipergunakan secara lestari dan dapat diwariskan kepada

generasi yang akan datang.

2.4. Kerangka Pikir


Tanah Ultisol merupakan tanah yang mempunyai kandungan bahan organik

yang rendah, tanahnya berwarna merah kekuningan, tekstur tanah liat hingga liat

berpasir, dengan bulk densty sehingga mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman

yang akan dibudidayakan di tanah Ultisol.

Upaya perbaikan sifat fisik dan meningkatkan ketersediaan bahan organik

diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman nilam. Nilam

adalah penyumbang devisa terbesar di antara tanaman atsiri lainnya. Indonesia adalah

sebagai pemasok 90% kebutuhan minyak nilam dunia. Salah satu wilayah yang

mengembagkan komoditas tanaman perkebunan jenis nilam ini adalah Desa Taosu

Kecamatan Poli-Polia.Kendala yang dihadapi petani nilam adalah masih rendahnya

tingkat pertumbuhan dan produksi tanman nilam di wilayah mereka, yang dapat

diakibatkan karena ketersedian bahan organik tanah yang rendah dan sifat fisik tanah

seperti bulk densty yang tinggi yang tidak mendukung pertumbuhan dan produksi

pada pertanaman nilam petani di Desa Taosu Kecamatan Poli-Polia Kabupaten

Kolaka Timur. Oleh karena itu, untuk mendukung usaha peningkatan produksi

tanaman nilam ini maka sangat perlu dilakukan penelitiaan karakteristik sifat fisik dan

bahan organik tanah pada lahan-lahan perkebunan nilam petani, dengan demikian

akan membantu petani dalam memperbaiki sifat fisik dan BO pada pertanaman nilam,

22
sehingga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman nilam

diwilayah tersebut. Adapun bagan alir kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada

Gambar 2.1

Pengembanagan Tanaman Nilam

Tanah Ultisol (Sifat Fisik dan BO Tanah


rendah)

Sifat Fisik Tanah: (1) Bobot Isi, (2) Bahan Organik Rendah
Kadar Air, (3) Tekstur Tanah, (4)
Permeabilitas Tanah

Upaya perbaikan sifat fisik dan BO


Tanah Ultisol Pada Pertanaman Nilam

Pertumbuhan dan Produksi Nilam di Desa


Desa TaosuKecamatan Poli-Polia
Gambar 2.1.Kerangka pikir penelitian

23
III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada lahan petani tanaman nilam di Desa

Taosu Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur dan analisis tanah akan

dilakukan di Laboratorium pengujian Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas HaluOleo. Penelitian ini akan berlangsung selama 3 (tiga) bulan mulai

bulan Desember 2021 sampai Maret 2022.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu sampel tanah kering

angin, air aquades, bahan kimia untuk analisis di laboratorium meliputi KCl1M, HCl,

NH4OAc 1 M, pH 7 dan larutan H2O2. Bahan pembuatan peta unit lahan meliputi

Peta jenis tanah skala 1:250.000, Peta geologi skala 1:250.000, Peta topografi skala

1:250.000, dan Peta penggunaan lahan skala 1:250.000. Alat yang digunakan

dilapangan yaitu GPS (Global Positioning System), klinometer, bor tanah, ring

sampel, kamera, kantong kresek, karung, pisau/parang, kertas label, lakban bening,

meteran kain, kartu deskripsi serta alat tulis menulis.

3.3. Prosedur Penelitian

24
3.3.1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan adalah kegiatan persiapan sebelum melakukan pengambilan

sampel di lapangan. Adapun yang dilakukan pada tahap ini yaitu :

1. Studi dari berbagai pustaka dengan mempelajari buku-buku referensi dan data

hasil-hasil penelitian terdahulu, yang ada hubungannya dengan masalah penelitian.

2. Mengumpulkan data dan informasi mengenai kondisi lokasi penelitian, untuk

mempelajari secara umum tentang lokasi penelitian.

3. Membuat peta unit lahan pada wilayah Desa Taosu Kecamatan Poli-Polia dan

penentuan titik-titik lokasi pengambilan sampel. Peta unit lahan dibuat

berdasarkan hasil overlay dari peta jenis tanah, peta geologi, peta topografi dan

peta penggunaan lahan.

4. Menyiapkan kartu deskripsi pengamatan di lapangan sebagai pedoman dalam

pengamatan survey lapangan dan penyiapan alat serta bahan yang dibutuhkan di

lapangan.

5. Mengurus dokumen yang digunakan untuk pengamatan dilapangan yaitu surat izin

penelitian.

3.3.2. Tahap Survei di Lapangan

Tahap survei adalah tahap pengambilan sampel tanah dilapangan, dengan

tahap-tahap sebagai berikut :

1. Melakukan penyesuaian terhadap peta unit lahan dengan kondisi yang ada di

lapangan.

2. Menentukan titik pemboran yang sesuai dengan peta unit lahan.

25
3. Melakukan pengamatan kondisi pertanaman nilam di lokasi penelitian.

4. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada setiap unit lahan dan dikhususkan pada

pada pertanaman nilam melalui pemboran tanah dengan kedalaman 0-40 cm untuk

parameter tekstur tanah dan C-organik, sedangkan untuk parameter bobot isi,

kadar air tanah, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan ring sampel

5. Contoh tanah dari hasil pemboran untuk parameter tekstur tanah dan C-organik

akan dikomposit untuk setiap lapisannya, kemudian akan diambil sekitar 1 kg.

Contoh tanah kemudian dimasukan kedalam karung/kantong plastik/kantong

sampel dan diberi label untuk kebutuhan analisis di Laboratorium.

3.3.3. Tahap Analisis Tanah Di Laboratorium


Analisis tanah diLaboratorium dilakukan untuk memperoleh data tentang sifat

fisik dan bahan organik tanah Ultisol yang tidak dapat diukur di lapangan. Jenis

analisis dan metode yang dilakukan disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Jenis dan Metode Analisis Tanah


No Parameter Yang Dianalisis Metode/ekstraktan
1. Bobot Isi Ring
2. Kadar Air Gravimetri
3. Tekstur Tanah Pipet
4. Permeabilitas Constant Head
5. C-Organik Walkley dan black
Sumber :Balai Penilitian Tanah, 2009
Sebelum melakukan analisis tanah di Laboratorium hal yang perlu dilakukan

yaitu menyiapkan sampel tanah. Sampel tanah dari lapangan yang disertai dengan

surat permintaan alisisyang berisi daftar contoh dan jenis analisis yang diperlukan,

diterima oleh administrasi laboratorium, dalam buku administrasi dicatat nomor

26
permintaan analisis, jumlah dan nomor contoh, untuk setiap contoh dibuat nomor

laboratorium yang ditulis pula pada label karton.

3.4. Rancangan Penelitian


Survey tanah dilakukan dengan metode grid bebas yang merupakan gabungan

dari metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik) dan metode fisiografi

dengan bantuan interpretasi foto udara (prinsip analitik). Metode grid bebas

memungkinkan pemeta bebas memilih lokasi titik pengamatan, dimana titik

pengamatan telah dikonfirmasi secara sistematis dalam bentuk satuan peta tanah atau

unit lahan. Dalam penelitian ini ciri-ciri khusus tersebut telah dioverlay dan dibuat

dalam bentuk peta unit lahan. Unit lahan pada lokasi penelitian terdiri atas 4 unit

lahan sebagaimana disajikan pada Lampiran 1.

Pengambilan sampel tanah menggunakan metode purposive sampling.Metode

purposive sampling digunakan untuk menentukan pengambilan sampel dengan cara

menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai sehingga dianggap cukup representatif.

Sampel tanah diambil masing-masing 1 sampel pada tiap-tiap unit lahan pada lokasi

dimana terdapat budidaya tanaman nilam. Pengambilan sampel tanah untuk

parameter sifat fisik tanah (bobot isi, kadar air tanah dan permeabilitas) menggunakan

ring sampel pada masing-masing unit lahan dan sampel tanah untuk parameter tekstur

tanah dan C-organik diambil 1 sampel komposit, dengan cara tanah diambil dengan

jarak masing-masing ± 25 meter searah mata angin, kemudian dicampur serta diaduk

secara merata (dikompositkan), kemudian diambilsebanyak kurang lebih 1 kg untuk

dianalisis di laboratorium.

27
3.5. Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sifat fisik tanah meliputi

(1) Bobot Isi, (2) Kadar Air, (3) Tekstur Tanah, (4) Permeabilitas Tanah dan (5)

kandungan bahan organik tanah pada masing-masing unit lahan

3.6. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis dan

tabulasi data hasil pengamatan di lapangan dan data hasil analisis contoh tanah di

laboratorium, kemudian masing-masing variabel dideskripsi dan dibuatkan peta pada

setiap unit lahan.

Hasil pengamatan variabel pada masing-masing unit lahan menjadi rujukan

untuk pembuatan rekomendasi upaya pengelolaan danperbaikan sifat fisik dan bahan

organik tanah Ultisol di Desa Toasu Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur.

28
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., Haryati, U. dan I, Juarsah.2016.Sifat Fisik Tanah dan
MetodeAnalisisnya.Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
DepartemenPertanian: 131 hal.
Arifin.Moch. 2010. Kajian Sifatfisiktanahdan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam
Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah.
Dharma, P, A, F, S dan M, Abdurohman. 2015. Prototip Pemantauan Kadar Air atau
Kelembaban pada Tanah Menggunakan Arduino dan Protokol Zigbee/IEEE
802.15.4. Jurnal e – Proceeding of Engeneering.2 (2).
Djatmiko Soedarmo, et. al, 2011, Drainase Perkotaan , PT. Mediatama Saptakarya,
Jakarta.
Damanik, P. 2017. Perubahan Kepadatan Tanah dan produksi Tanaman
KacangtanahAkibatIntensitas Lintasan Traktor Dosis Bokasi. Skripsi.Fakultas
teknologiFakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Darcy. 2012. Hydraulic Researches, Experimental research on flow of water inopen
channel. Academic des Sciences. Paris.
Fauzana, NA.2017. Bahan Ajar :Bahan Tambahan Pakan Ikan. Fakultas Perikanan
Dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Hanafiah, K, A. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal
360
Hanafiah dan Kemas ali. 2019. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Hakim, N, Nyakpa, M, Y, Lubis, A, M, Nugroho, S,G, Dika, M, A, Ban Hong, G,dan
H, H, Bailley, 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Penerbit
UniversitasLampung.488 hal.
Handayani, S dan Karnilawati. 2018. Karakterisasi dan Klasifikasi Tanah Ultisoldi
Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah Pertanian. 14 (2) :17 hal.
Hakim,N., Nyakpa Y.M., Lubis M.A., Nogroho G.S., Saul R.M., Diha A.M., Hong
B.G., dan Bailey H.H., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung.
Lampung

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Akademikan Pressindo. Jakarta. 268 hal


Hardjowigeno S. 1985. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Jakarta (ID): Akademi
Prasindo.
Hayunigtyas, A, D, H. 2016.Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Tanah
dalamPelaksanaan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) di HPHTI PT.
SariBumi Kusuma Unit S. Seruyan, Kalimantan
Tengah.Skripsi.FakultasKehutanan Institut Pertanian Bogor.
Lutfi, M.A. 2017. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Dan Terhadap Kadar N
dan K Total Daun Serta Produksi Tanaman Cabai Besar (Capsicum Ammum L.)
pada Inceptisol Karang Ploso, Malang.Skripsi, Fakultas Pertanian Jurusan
Tanah Program Studi Ilmu Tanah. Universitas Brawijaya. Malang.

29
Mardiana, S. 2016. Perubahan Sifat Sifat Fisik Tanah Pada Kegiatan Konservasi
Hutan Alam Rawa Gambut Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit. Skripsi.Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
Marela, HA. 2016. Laporan Praktikum Nutrisi Ikan. Fakultas Perikanan Dan
Kelautan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Nuryani, Y., Emmyzar dan Wiratno. 2012. Budidaya Tanaman Nilam. Balai
Penelitian Tanaman obat dan Aromatika. Bogor.
Pamungkas, M.Y. 2014. Pengaruh tingkat kepadatan tanah terhadap pertubuhan
tanaman dan karakteristik umbi lobak.Skripsi. Departemen Teknik Pertanian.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Perdana, S dan Wawan.2015.Pengaruh Pemadatan Tanah Gambut terhadap Sifat
Fisik Pada Dua Lokasi yang Berbeda.Jurnal Faperta.2(2): 1-15
Prasetyo, B. H., dan D. A. Suriadikarta. (2016). Klasifikasi, Potensi danTeknologi
Pengelolaan Tanah Ultisol –Pengembangan Lahan
diIndonesia.Diaksesdarihttp://litbang.deptan.go.id.
Pratiwi, 2014.Karakteristik Fisik pada Beberapa Penggunaan Lahan di TanahLotosol
Darmaga dan Podsolik Jasinga.Skripsi.Institut Pertanian Bogor
Rusdiana, O., dan R. S. Lubis.2012. Pendugaan Kolerasi antara KarakteristikTanah
terhadap Cadangan Karbon pada Hutan Sekunder.Jurnal SilvikulturTropika, 4
(1):14-21

Robet, P. 2010. Hubungan Kedalaman Muka Air Tanah dengan Beberapa Sifat Fisik
Gambut pada Perkebunan Kelapa Sawit.Rencana Penelitian. Fakultas Pertanian
Universitas Tanjung Pura. Pontianak.
Sulaeman, Suparto dan Eviati. 2015. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk.
Bogor: Balai Penilitian Tanah dan Pengembangan Penelitian, Departemen
Pertanian. 82-103 hal.
Tambunan, W.A. 2018.Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Hubungannya dengan
Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) di Kebun Kwala Sawit PTPN
II.Tesis. Medan. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Taula.et. al. 2010.Sistem Drainase Resapan Untuk Meningkatkan Pengisian
(Recharge) Air Tanah. Jurnal Natur Indonesia 3 (2) : 129-137.
Utomo, M. 2016. Ilmu Tanah Dasar-Dasar dan Pengolahan. Prenada MediaGroup,
Jakarta. 110 hal.
Wilson, E. 2016.Kepadatan tanah akibat penyaradan oleh forwarder dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan semai.Skripsi. Departemen Hasil Hutan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor

30
31
Lampiran 1.Peta Topografi Lahan di Desa Toasu Kecamnatan Poli-Polia Kab. Kolaka Timur
Lampiran 2.Peta Jenis Tanah di Desa Toasu Kecamnatan Poli-Polia Kab. Kolaka Timur
Lampiran 3. Peta Penggunaan Lahan di Desa Toasu Kecamnatan Poli-Polia Kab. Kolaka Timur

Lampiran 4. Peta Geologi di Desa Toasu Kecamnatan Poli-Polia Kab. Kolaka Timur

Anda mungkin juga menyukai