Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

KIMIA TANAH

Disusun Oleh :
MUHAMMAD DHAFIR
D1D121043

JURUSAN/PRODI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
KIMIA TANAH

Disusun Oleh :
MUHAMMAD DHAFIR
D1D121043

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Nilai Ujian Praktikum
Mata Kuliah Kimia Tanah

JURUSAN/PRODI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Lengkap Praktikum Fisika Tanah

Nama : Muhammad Dhafir

NIM : D1D1 21 043

Kelas :B

Menyetujui,
Asisten Praktikum Mata Kuliah Fisika Tanah

Rahwan
D1D119025

Mengetahui,
Penanggung Jawab
Praktikum Mata Kuliah Fisika Tanah

La Ode Rustam, S.P., M.Sc.


NIP. 198608132020121009

Tanggal Pengesahan, 22 Desember 2022

iii
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Muhammad Dhafir, sering dipanggil Dhafir.


Dilahirkan di Desa Belalo pada hari Sabtu, tanggal 18 Mei
2002. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak
Iskandar dan Ibu Eminia serta memiliki 2 saudara. Penulis saat
ini beralamat di Btn Andunohu Regency Kota Kendari,
Sulawesi Tenggara.
Penulis mulai masuk di sekolah dasar tahun 2008 dan tamat pada tahun 2014
di SDN 1 Lasolo. Pada tahun 2014 melanjutkan pendidikannya di SMPN 1 Lasolo
dan lulus pada tahun 2017. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikannya di SMAN
1 Lasolo pada tahun 2017 dan lulus dari sekolah tersebut pada tahun 2020. Selama
berada di bangku SMA, penulis aktif di organisasi Pramuka.
Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas, penulis melanjutkan
pendidikannya ke jenjang perkuliahan melalui jalur SMMPTN (Seleksi Mandiri
Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan lulus di Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Halu Oleo.

Kendari, 22 Desember 2022

Penyusun

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian
kegiatan praktikum dan penyusunan laporan lengkap praktikum Fisika Tanah.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada semua yang telah berpatisipasi
dan membantu kami dalam pembuatan laporan ini. Khususnya kepada dosen
pembimbing dan para asisten dalam praktikum yang telah mengarahkan dan
membimbing kami dalam melaksanakan praktikum.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan, masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan untuk kesempurnaan penyusunan laporan selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat tersusun dengan baik
sehingga pembaca maupun pendengar dapat memahami dengan baik isi dari laporan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca pada saat ini dan di
masa yang akan datang

Kendari, 22 Desember 2022

Penyusun

v
PESAN DAN KESAN

Kesan saya selama pembuatan laporan ini, saya mendapat pelajaran tentang
bagaimana seseorang harus rela mengorbankan waktu tidur sehari semalam, telat
makam, tidak ada waktu istrahat, perjuangan untuk dapat menghasilkan yang terbaik
dan melatih kesabaran diri dalam menghadapi tantangan ataupun rintangan saat
meyusun laporan sedang berlangsung.
Dengan selesainya penyusunan laporan ini saya mengucapkan terimah kasih
banyak kepada pihak yang turut terlibat dalam penyusunan laporan ini. Terkhusus
teman-teman saya yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini.
Ucapan terimah kasih juga saya kepada koordinator praktikum kakak-kakak
Asisten Dosen yang mau membimbing dan memberikan banyak pengetahuan dan
pengalaman yang banyak bagaimana cara menyusun sistematika isi di laporan ini
dengan baik sesuai dengan saran serta kritik sebagaimana di anjurkan.
Pesan saya dalam praktikum ini agar bagaimana pada saat praktikum
lapanagan, para asisten dosen bisa langsung memantau proses berjalannya praktikum
dari awal sampai selesai,

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
....................................................................................................................................
HALAMAM JUDUL
....................................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN
....................................................................................................................................
RIWAYAT HIDUP
....................................................................................................................................
KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
KESAN DAN PESAN
....................................................................................................................................
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
....................................................................................................................................
PRAKTIKUM I. PENENTUAN KADAR BAHAN ORGANIK TANAH
....................................................................................................................................
PRAKTIKUM II. PENENTUAN KADAR KAPUR TANAH
....................................................................................................................................
PRAKTIKUM III. pH TANAH
....................................................................................................................................
LAMPIRAN……………………………………………………………………….

vii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman


1. Lampiran dokumentsi
.............................................................................................................................
2. Lampiran ACC
.............................................................................................................................

viii
ix
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahan organik merupakan bahan penyusun tanah di samping bahan mineral.


Bahan organik juga dikenal sebagai bahan pembenah (ameliorant) tanah, karena
bahan organik mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Bagi sifat
fisika, bahan organik berperan sebagai agen pengikat butir dan pemantap agregat
tanah, pembentuk aggregat yang mempunyai pori yang seimbang antara pori aerasi
dan drainasi, serta mampu meningkatkan total ruang pori dan retensi air. Pada lahan
yang banyak mengandung bahan organik maka keadaan sifat fisik tanahnya akan
baik. Keberadaan bahan organik dalam tanah berbeda-beda tergantung pada tekstur
tanah serta tipe penggunaan dan manajemen lahannya. Oleh sebab itu, bahan organik
harus ada dalam tanah untuk mempertahankan kesuburannya.
Berdasarkan densitasnya, bahan organik dibedakan menjadi dua bagian yaitu
fraksi ringan dan fraksi berat. Bahan organik fraksi berat yaitu bahan organik yang
mempunyai densitas yang tinggi, karena sudah berasosiasi dengan tanah (Christensen,
1992). Bahan organik fraksi ringan yaitu bahan organik yang mempunyai densitas
rendah dengan rasio C/N tinggi dengan laju perombakan sangat cepat. Contoh bahan
organik fraksi ringan yaitu bahan organik partikulat. Bahan organik partikulat
berukuran 0,053 mm sampai 2 mm, fraksinya kasar dengan berukuran pasir namun
lebih labil dibandingkan fraksi berat.
Bahan organik partikulat (BOP) merupakan bagian dari fraksi bahan organik
total (BOT) tanah, yang berukuran 0,053 mm sampai 2 mm (Cambardella and Elliot,
1992). Berdasarkan Gijsman (1996), bahan organik fraksi ringan yang merupakan
fraksi labil yang terdapat pada agregat makro yang bersifat mudah hilang akibat
pengolahan tanah. Peran dari bahan organik partikulat sebagai granulator dari butir
mineral, serta menggemburkan dan memantapkan struktur tanah. Struktur yang
mantap diharapkan infiltrasinya menjadi tinggi, sedangkan run off rendah sehingga
daya
simpan air tinggi. Perubahan penggunaan lahan dengan perbedaan pengolahan tanah
yang dilakukan akan memberikan pengaruh yang besar terhadap status bahan organik
dan kondisi struktur tanah.

1.2. Tujuan dan Manfaat

1. mampu menjelaskan proses ketersediaan bahan organic tanah dan factor-


faktor yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2. mampu menjelaskan perbedaan ketersediaan bahan organic tanah antar
lapisan pada suatu profil tanah.
3. mampu menjekaskan perbedaan ketersediaan bahan organic tanah pada
berbagai penggunaan lahan berbeda.
4. mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh ketersediaan bahan organic
tanah terhadap sifat tanah lainnya.
Adapun manfaatnya adalah mampu menjelaskan proses ketersediaan bahan
organic tanah dan factor-faktor yang mempengaruhi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. mampu menjelaskan perbedaan ketersediaan bahan organic tanah antar
lapisan pada suatu profil tanah. mampu menjekaskan perbedaan ketersediaan bahan
organic tanah pada berbagai penggunaan lahan berbeda. mampu menjelaskan
hubungan dan pengaruh ketersediaan bahan organic tanah terhadap sifat tanah
lainnya.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Sebagian besar (sekitar 70 %) lahan pertanian, baik lahan basah atau sawah
maupun lahan kering memiliki kandungan bahan organik tanah (soil organic matter /
SOM) yang rendah, pada umunya kurang dari 2%. Terabaikannya pengembalian
bahan organik ke dalam tanah dan intensifnya penggunaan pupuk kimia pada lahan
pertanian telah menyebabkan mutu fisik dan kimiawi tanah menurun. Fenomena ini
oleh sebagian ahli sering disebut sebagai gejala tanah menjadi kelelahan lahan (land
fatigue). SOM merupakan salah satu penampung karbon terbesar di permukaan bumi.
Jumlah karbon di dalam tanah diperkirakan 2500 Pg C, 1550 Pg C yang dianggap
organik. Jumlah ini diperkirakan dua kali jumlah CO2 di atmosfer dan sekitar tiga
kali jumlah biomassa di darat. Oleh Karena itu SOM merupakan konstituen penting
dari siklus karbon di bumi (Yoshida et al., 2018).
Menjelaskan bahwa SOM merupakan reservoir atau tempat penyimpanan
nutrisi tanaman di dalam tanah, dan memiliki peranan penting dalam menjaga
kekenyalan tanah, membantu penyaringan udara dan air, mempromosikan retensi air,
mengurangi erosi dan mengendalikan dampak penggunaan pestisida. Warna gelap
tanah dengan kandungan bahan organic tinggi dapat membantu penyerapan panas,
sehingga bertindak sebagai reservoir panas. Pemahaman tentang organisme dalam
tanah dan biologi tanah sangat relevan untuk mempertahankan atau meningkatkan
hasil dan mengurangi kerugian dari penyakit yang ditularkan melalui tanah dalam
msistem produksi sereal dan padang rumput di Australia. SOM adalah sumber daya
dinamis dan berubah yang memainkan peranan dalam menjaga keseimbangan antara
penambahan bahan organik baru dan hilangnya bahan organik sebagai materi sudah
ada di tanah yang sebagian dikendalikan oleh aktivitas biologis yang hidup. Efek
potensial SOM pada kapasitas produktif tanah memiliki kepentingan praktis dan
ekonomis bagi petani dan orang lain yang memiliki kepentingan dalam pengelolaan
lahan (Cotching, 2018).
Dalam kaitan dengan penambahan bahan organik tanah seperti halnya kotoran
ayam yang dapat memperbaiki bulk density (kerapatan lindak) atau dikenal secara
umum berupa kepadatan tanah, artinya tanah-tanah yang memiliki kandungan bahan
organik tinggi, maka tanah-tanah tersebut menjadi gembur atau kepadatannya rendah
(Tadini et al., 2018).
Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat pula memperbaiki
kandungan air tanah di dalam tanah. Hal ini dikarenakan bahan organik memiliki
kemampuan dalam menyimpan air empat kali lebih besar dibandingkan bobotnya.
Apabila kandungan air di dalam tanah memadai, maka kebutuhan air tanaman akan
terpenuhi. Dengan terpenuhinya kebutuhan air tanaman, maka adaptasi tanaman
terhadap kondisi lingkungan akan semakin baik (Schjonning et al., 2017).
Masukan bahan organik tanah dapat juga memperbaiki sifat kimia tanah.
Dengan adanya penambahan bahan organik kotoran ayam besar kemungkinan terjadi
peningkatan pH tanah dan sifat-sifat kimia tanah yang lainnya. Hal dikarenakan
bahan organik dapat memperbaiki kondisi kemasaman tanah (Purwaningrahayu et al.,
2015).
Konversi bahan organik dalam tanah menjadi bentuk sederhana berupa
senyawa anorganik seperti amonium dan nitrat supaya dapat diserap tanaman, terjadi
melalui proses yang dikenal dengan istilah mineralisasi. Proses mineralisasi ini
dilakukan oleh berbagai macam organisme tanah seperti jamur, bakteri, dan hewan
tanah yang secara kolektif disebut sebagai organisme pelaku dekomposisi (Moinet et
al., 2018).
Hasil studi yang dilakukan di Jerman dengan menggunakan bahan organik
sebagai bahan pembentuk agregat tanah sangat penting karena agaregat tanah
berperan dalam membentuk pori-pori tanah. Pori-pori tanah ini memainkan peranan
dalam membentuk tata air dan tata udara sehingga dapat membantu pemenuhan
kebutuhan air dan udara bagi tanaman. Diketahui secara umum bahwa air berperan
dalam proses fotosintesis, apabila air berada dalam jumlah terbatas maka hasil akhir
fotosintat berkurang dan sebaliknya bila air berada dalam jumlah yang cukup dan
pada sisi lain
semua kondisi dalam keadaan yang baik, maka pertumbuhan dan produksi tanaman
yang diharapkan dapat dicapai (Dultz et al., 2018).
Peran bahan organik dalam perbaikan sifat tanah yang menggunakan masukan
bahan organmik dalam remediasi tanah sulfat masam di Jerman. Tanah sulfat masam
yang mengalami oksidasi (mengering) dapat menyebabkan terbentuknya pirit
(oksidasi pirit) dikarenakan adanya pembentukan bahan sulfur dengan kemasaman
dapat mencapai kurang dari 4 (pH <4) (Kölbl et al.,2018).
Suatu studi yang dilakukan di Inggeris untuk menjelaskan pengaruh logam
berat dalam menghambat laju dekomposisi bahan organik dilaporkan Hasil studi yang
dilakukan menunjukkan bahwa logam berat Arsenik dan tembaga memiliki efek
pengehmabatan yang paling kuat pada tanah yang tergenang. Sementara efek
penghambatan oleh logam berat kromium relative lebih lemah, hal ini dikarenakan
oleh adanya konversi Cr (VI) yang sifatnya sangat beracun menjadi Cr (III) yang
kurang beracun dalam kondisi tereduksi (terendam). Selain itu logam berat Timbal
juga memiliki kapasitas penghambatan terhadap dekomposisi bahan organik yang
lemah karena kelarutannya yang rendah. Hal yang menarik adalah fenomena pada
kondisi lapangan, pH, Eh dan EC memainkan peran yang lebih penting, dibandingkan
dengan logam berat yang terdapat dalam tanah dataran banjir muara Mersey Inggeris
(Enya et al., 2020).

6
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dillaksanakan pada hari jumat, 9 Desember 2022 pada pukul
13:00 WITA-Selesai yang berlokasi di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo, Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu timbangan analitik, spektrofotometer, labu ukur


100 ml, dispenser 10 ml, dan pipet volume 5 ml.
Bahan yang digunakan yaitu asam sulfat pekat, kalium dikromat (K2Cr2O2)
1N, dan larutan standar 5.000 ppm C.

3.3. Prosedur Kerja

1. Timbang 0,500 g contoh tanah ukuran < 0,5 mm, dimasukkan kedalam labu
ukur 100 ml. tambahkan 5 ml K2Cr2O2 1N, lalu dikocok.
2. Tambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat, dikocok lalu didiamkan selama 30 menit.
Diencerkan dengan air bebas ion, biarkan dingin dan diimpitkan.
3. Keesokan harinya diukur absorbasi larutan jernih dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 561 nm.
4. Sebagai pembanding dibuat standar 0 dan 250 ppm, dengan memipet 0 dan 5
ml larutan standar 5,000 ppm kedalam labu ukur 100 ml dengan perlakuan
yang sama dengan pengerjaan contoh.
Catatan: bila pembacaan contoh melebihi standar tertinggi, ulangi penetapan dengan
menimbang contoh lebih sedikit. Ubah faktor dalam perhitungan sesuai berat contoh
yang ditimbang.
Perhitungan
Kadar C-organik (%) = ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg contoh -1 x fk
= ppm kurva x 100 (1.000)-1 x 100 (500)-1 x fk
= ppm kurva x 10 (500)-1 x fk
Keterangan:
Ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret
standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
100 = konversi ke %
Fk = faktor koreksi kadar air = 100 (100 - % kadar air).

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisis

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1.1. Hasil C-Organik Tanah Vegetasi Semak Belukar


No Lapisan Kelas
1. Lapisan I Sedang
2. Lapisan II Rendah
3. Lapisan III Sangat rendah

Tabel 4.1.2. Hasil C-Organik Tanah Vegetasi Alang-Alang

No Lapisan Kelas
1. Lapisan I Gelap
2. Lapisan II Agak gelap
3. Lapisan III Jernih

Tabel 4.1.3. Hasil C-Organik Tanah Vegetasi Hutan

No Lapisan Kelas
1. Lapisan I Gelap
2. Lapisan II Jernih

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil tabel diatas pada lapisan I vegetasi semak belukar memiliki
kelas c-organik sedang dengan skor 3 yang termasuk kelas kabur/agak gelap. Pada
lapisan II memiliki kelas c-organik rendah dengan skor 2 yang termasuk kelas agak
kabur/agak gelap. Sedangkan pada lapisan III memiliki kelas c-organik sangat rendah
dengan skor 1 yang termasuk kelas jernih.
Pada vegetasi alang-alang diketahui bahwa pada lapisan I memiliki
kandungan C-organik yang termasuk dalam kelas gelap, pada lapisan II memiliki
kandungan C-organik yang termasuk dalam kelas agak gelap, dan pada lapisan III
memiliki kandungan C-organik yang termasuk dalam kelas jernih.
Berdasarkan hasil tabel diatas pada vegetasi semak belukar memiliki tiga lapisan
yaitu lapisan I setelah di oven selama 3 jam dengan suhu 105 ᵒ kemudian ditimbang
didapatkan kelas c-organik sedang dengan skor 3 yang termasuk kelas kabur/agak
gelap. Pada lapisan II setelah di oven selama 3 jam dengan suhu 105 ᵒ kemudian
ditimbang didapatkan kelas c-organik rendah dengan skor 2 yang termasuk kelas agak
kabur/agak gelap. Sedangkan pada lapisan III setelah di oven selama 3 jam dengan
suhu 105ᵒ kemudian ditimbang didapatkan kelas c-organik sangat rendah dengan skor
1 yang termasuk kelas jernih.
Pada vegetasi alang-alang diketahui bahwa pada lapisan I setelah di oven
selama 3 jam dengan suhu 105ᵒ kemudian ditimbang didapatkan kandungan C-
organik yang termasuk dalam kelas gelap, pada lapisan II setelah di oven selama 3
jam dengan suhu 105ᵒ kemudian ditimbang didapatkan kandungan C-organik yang
termasuk dalam kelas agak gelap, dan pada lapisan III setelah di oven selama 3 jam
dengan suhu 105ᵒ kemudian ditimbang didapatkan kandungan C-organik yang
termasuk dalam kelas jernih.
Pada vegetasi hutan diketahui bahwa pada lapisan I setelah di oven selama 3
jam dengan suhu 105ᵒ kemudian ditimbang didapatkan kelas c-organik tinggi dengan
skor 4 yang termasuk dalam kelas gelap. Sedangka pada lapisan II setelah di oven
selama 3 jam dengan suhu 105ᵒ kemudian ditimbang didapatkan kelas c-organik
sangat rendah dengan skor 1 yang termasuk dalam kelas jernih.

9
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tabel diatas pada lapisan I vegetasi semak belukar memiliki
kelas c-organik sedang dengan skor 3 yang termasuk dalam kelas kabur/agak gelap.
Pada lapisan II memiliki kelas c-organik rendah dengan skor 2 yang termasuk dalam
kelas agak kabur/agak gelap. Sedangkan pada lapisan III memiliki kelas c-organik
sangat rendah dengan skor 1 yang termasuk dalam kelas jernih. Pada vegetasi alang-
alang pada lapisan I memiliki kandungan C-organik yang termasuk dalam kelas
gelap, pada lapisan II memiliki kandungan C-organik yang termasuk dalam kelas
agak gelap, dan pada lapisan III memiliki kandungan C-organik yang termasuk dalam
kelas jernih.

5.2. Saran

Saran saya untuk praktikum penentuan kadar bahan organik tanah yaitu
hendaknya sebelum memulai praktikum kita harus memahami prosedur kerja agar
praktikum dapat berjalan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Cotching, W.E, 2018. Bahan organik di tanah pertanian Tasmania, Australia.


Dultz, S., Steinke, H., Mikutta, R., Woche, S.K., dan Guggenberger, G., 2018.
Dampak organik jenis materi pada muatan permukaan dan agregasi goethite.
Jurnal Koloid dan Permukaan A, vol. 554 : 156-168.
Enya, O., Heaney, N., Iniama, G., Lin, C. (2020). Pengaruh logam berat pada bahan
organik dekomposisi di tanah tergenang: percobaan mikrokosmos dan
pemeriksaan lapangan. Ilmu tentang total lingkungan, 724, 138223. tinjauan.
Geoderma, 312, 170-182.
Kolb, E.W., & Turner, M.S., 2018. Alam semesta awal. Tekan CRC.
Moinet, G.Y., Hunt, J.E., Kirschbaum, M.U., Morcom, C.P., Midwood, A.J., Millard,
P., 2018. Sensitivitas suhu dekomposisi bahan organik tanah dibatasi oleh
mikroba akses ke substrat. Biologi Tanah dan Biokimia, 116, 333-339.
Purwaningrahayu, R.D., Sebayang, H.T., Syekhfani, S., & Aini, N. 2015. Tingkat
resistensi dari beberapa genotipe kedelai (Glycine max L. Merr) terhadap
cekaman salinitas. Berkala Penelitian Hayati, 20 (2), 7-14.
Schjonning, P., McBride, R.A., Keller, T., Obour, P.B., 2017. Memprediksi kerapatan
partikel tanah dari tanah liat dan kandungan bahan organik tanah. Geoderma,
286, 83-87.
Tadini, A.M., Nicolodelli, G., Senesi, G.S., Ishida, D.A., Montes, C.R., Lucas, Y.,
Mounier, S., Guimaraes, F.E.G., dan Milori, D.M.B.P., 2018. Bahan organik
tanah di horizon pozdol dari Wilayah Amazon : Humifikasi, pembangkangan,
dan kencan. Jurnal Ilmu Lingkungan Total, vol. 613-614 : 160-167.
Yoshida, H., Sazawa, K., Wada, N., Hata, N., Marumo, K., Fukushima, M., dan
Kuramitz, H., 2018. Perubahan komposisi kimia bahan organik tanah
termasuk yang larut dalam air komponen selama inkubasi: Studi kasus tanah
hutan jenis konifera dan berdaun lebar. Jurnal Katena, Vol. 171 : 22-28.
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kapur di dalam tanah sangat penting karena dapat mempengaruhi


sifat fisik, kimia, dan biologis tanah. Terhadap fisika tanah, kapur dapat merangsang
pembentukan struktur tanah yang lemah. Ini dapat terjadi karena kapur dapat
mempengaruhi dekomposisi bahan organik tanah dan pembentukan humus, yang
memberikan pengaruh baik terhadap pengaruh tanah.
Pengaruh kapur banyak terhadap kimia tanah antara lain dapal menurunkan
ion H* dan menaikkan ion OH. Hal ini dapat menyebabkan daya larut Fe, Mn dan Al
akan turun, sehingga ketersediaan fosfor dan molybdenum (Mo) akan bertambah, dan
sebaliknya jika kejenuhan basa naik ketersediaan Kalium (K) dapat turun atau naik
tergantung keadaan.
Jadi salah satu efek samping dari kapur adalah dapat mempengaruhi
ketersediaan unsur hara tanaman. Kapur dapat merangsang kegiatan mikroorganisme
tanah dengan meningkatkan arti dan makan bahan organik dan nitrogen dalam tanah.
Pengapuran menstimulir organisme tanah yang menguntungkan atau
merugikan. Seperti amonifikasi dan oksidasi, sangat nyata dipercepat dengan
peningkatan pH. Bakteri pengikat N baik simbiotik maupun non simbiotik distimulir
oleh penambahan kapur.
Pengapuran merupakan hal mutlak yang dilakukan pada tanah masam, namun
pemberiannya tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan efek samping. Dari
beberapa hasil penelitian kelebihan kapur dapat merusak keseimbangan kimia tanah,
antara lain:
a) Defisiensi unsur mikro Mn, Cu, Zn, dan Fe.
b) Bila pH tanah melebihi netral, akan mengurangi ketersediaan fosfor, karena
terbentuknya senyawa kompleks yang sukar larut CaPO4.
c) Perubahan pH yang melonjak dapat berpengaruh terhadap perkembangan akar
tanaman.
Jumlah kapur yang diperlukan untuk meningkatkan pH suatu tanah
masam ke pH yang diinginkan ditetapkan berdasarkan kurva hubungan
penambahan larutan basa dengan pH tanah yang dicapai. Jumlah basa yang
digunakan setara dengan kebutuhan kapur yang nilainya dikonversi ke dalam
satuan bobot CaCO3 ha¹¹.

1.2. Tujuan dan Manfaat

1. Mampu menjelaskan proses penentuan kadar kapur tanah dan faktor-faktor


yang mempengaruhi baik secara kualitatif dan kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan penentuan kadar kapur tanah antar lapisan
pada suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan penentuan kadar kapur tanah pada berbagai
penggunaan lahan berbeda
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh penentuan kadar kapur tanah
terhadap sifat tanah lainnya.
Adapun manfaat dari praktikum ini, yaitu dapat mengetahui proses
pembentukan penentuan kadar kapur tanah dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhinya, dapat mengetahui perbedaan penentuan kadar kapur tanah
antar lapisan pada suatu profil tanah, dapat mengetahu perbedaan penentuan
kadar kapur tanah pada penggunaan lahan berbeda, serta dapat mengetahui
hubungan dan pengaruh penentuan kadar kapur tanah terhadap sifat tanah
lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan elemen penting dari dari sebuah struktur bawah


sebuah konstruksi, sehingga tanah harus mempunyai daya dukung yang baik.
Namun pada kenyataannya di lapangan banyak ditemukan tanah yang
memiliki daya dukung yang sangat rendah, sehingga perlu untuk dilakukan
stabilisasi tanah dengan kapur tohor. Hal ini disebabkan campuran tanah
dengan kapur tersebut telah memadat, rongga antar partikel tanah juga padat,
sehingga kekuatan pun meningkat. Dari hasil CBR (California Bearing Ratio)
dapat terlihat bahwa penambahan kapur tohor pada tanah lempung ekspansif
memberikan peningkatan pada nilai CBR (Aryanto et al., 2021).
Umumnya penambahan kapur dalam tanah berbutir halus karena
adanya air akan menyebabkan reaksi-reaksi sebagai berikut: Tahap awal
ketika tanah dicampur dengan kapur dan ditambah air, dalam tanah-tanah
berbutir halus akan timbul pertukaran kation dengan cepat dan reaksi
pengumpulan serta penggumpalan. Reaksi pengumpulan dan penggumpalan
menghasilkan perubahan tekstur tanah lempung dari butir-butir tanah yang
halus menjadi partikel tanah yang berukuran lebih besar. Pertukaran kation
dan flokulasi menyebabkan perbaikan dengan cepat pada plastisitas tanah,
kemudahan, dikerjakan (workability), kekuatan dan sifat-sifat tegangan
deformasinya. Reaksi pozzolanik tanah-kapur terjadi dalam bentuk variasi
bahan sementasi. Hasil reaksinya adalah menambah kekuatan campuran yang
telah dipadatkan dan keawetannya. Reaksi pozzolanik bergantung pada waktu
dan temperatur. Temperatur yang tinggi lebih mempercepat reaksi (Darwis,
2017).
Kapur mengandung unsur Ca, pemberian kapur ke dalam tanah
bertujuan untuk meningkatkan pH tanah. Pengapuran merupakan salah satu
upaya dalam pengembangan budidaya kedelai di tanah masam. (Utami et al.
2018).
peningkatan dosis kapur hanya meningkatkan pH H2O dan pH KCl
tanah. Kebutuhan kapur tanah Ultisol lebih tepat ditentukan menggunakan
Aldd ekstrak KCl 1 N. (Sari et al. 2016).
Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah serta dapat menekan kelarutan
unsur-unsur yang meracuni tanaman. Dengan pengapuran berarti menambahkan
unsur yang mengandung Ca ke dalam tanah sehingga dapat meningkatkan
ketersediaannya. Pengapuran lahan pertanian umumnya lebih ditujukan untuk
perbaikan kondisi tanah dalam hubungannya dengan pH, netralisasi Al, serta untuk
mengatasi kekurangan kalsium dalam tanah. (Amelia et al. 2018).
Kekuatan tanah untuk memikul beban sangatlah menunjang dalam kestabilan
suatu struktur bangunan dimana tanah sebagai dasar perkuatan dari struktur bangunan
harus memiliki kapasitas dukung dan kuat geser yang tinggi. Sehingga apabila ada
kondisi tanah yang buruk maka dapat melakukan stabilisasi tanah. Stabilisasi tanah
dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah.Ada beberapa cara stabilisasi tanah yang
dapat dilakukan salah satunya menambahkan bahan kimia, diantaranya adalah dengan
menambahkan kapur. Kapur adalah suatu bahan yang dipakai untuk bahan bangunan.
Kapur mengandung zat yang mampu menetralisir sifat kembang susut serta
meningkatkan kekuatan dan daya tahan tanah terutama pada tanah lempung atau
lanau ( Haras et al., 2017).
Demakin banyak pemakaian kapur maka akan terjadi penurunan tingkat
kekerasan dari sampel tanah, akan tetapi penurunan tersebut lebih disebabkan tingkat
kepadatan yang semakin tinggi diiringi dengan semakin keringnya sampel tanah yang
menyebabkan sampel tanah tersebut menjadi lebih getas, sehingga pada saat
melakukan penetrasi CBR permukaan sampel tanah yang akan di uji mengalami
retakan –retakan yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk berupa dislokasi.
Perubahan bentuk ini mengakibatkan alat penetration dialgauge lebih cepat berputar
dan hasil pembacaan nilai proving ring menjadi menurun atau dengan kata lain
ketahanan tanah terhadap penetrasi semakin kecil, dan tanah justru berperilaku seperti
tanah lunak ( Musdar, et al., 2022).

16
Pemberian bahan amandemen berupa kapur CaCO3 lebih baik dalam hal
mengatasi kemasaman tanah Ultisol dari pada pemberian pupuk kandang ayam dan
pupuk hijau karena mampu meningkatkan pH H2O, pH KCl, dan menurunkan Al-
tanah secara nyata. (Taufik et el. 2017).
Tanah dikapur bukan semata-mata ingin menaikkan pH tetapi juga kerena
tingginya Al. Al itu yang sebenarnya yang menjadi problem pada tanah masam,
karena menghambat ketersediaan unsur hara (Kuswandi, 2015).

17
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dillaksanakan pada hari Senin, 12 Desember 2022 pada pukul
09.00 WITA-Selesai yang berlokasi di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo, Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu Erlenmeyer 500 cc, timbangan analitik, buret,
pipet, corong, kertas saring.
Bahan yang digunakan adalah bongkahan tanah, 0,1N HCl, HCl 2N, 0,1
NaOH dan Indikator phenolphthalin (pp) 1%, kalsimeter.

3.3. Prosedur Kerja

1. Timbang 5 g tanah untuk setiap tingkat penambahan basa dan masing-masing


dimasukkan ke dalam botol kocok 100 mL.
2. Tambhakan dengan pipet larutan NaOH 0,02 N masing-masing sebanyak 0; 1;
2; 4; 6; 8 dan 10 mL dan air bebas ion sehingga jumlah setiap larutan menjadi
25 mL (air ditambahkan terlebih dahulu sebelum larutan NaOH 0,02N).
3. Penambahan NaOH ini menghasilkan deret penambahan basa 0; 0,02; 0,04;
0,08; 0,12; 0,16 dan 0,20 m.e.
4. Kocok campuran selama 1 jam dan ukur pH suspensi dengan alat pH meter
yang telah dikalibrasi menggunakan larutan sangga pH 7,0 dan 4,0.
Catatan: Tambah jumlah larutan NaOH 0,02 N atau gunakan NaOH 0,05 N bila
Volume larutan melebihi 25 mL.
Perhitungan
Buat kurva hubungan m.e. NaOH yang diperlukan dengan pH tanah yang dihasilkan
atau gunakan persamaan regresi. Dapatkan m.e. NaOH yang menghasilkan pH yang
dikehendaki dan hitung kebutuhan kapurnya sebagai berikut:
Kebutuhan kapur (kw CaCO3 ha-1) = (m.e. NaOH × 50) × 10-8 × (1,5 × 108) × fk
= m.e. NaOH × 75 × fk
Keterangan:
50 = bst CaCO3
10-8 = konversi mg ke kuintal CaCO3
1,5 × 108 = konversi g contoh ke ha
Faktor koreksi kadar air (fk) = 100/(100 - % kadar air)
Catatan:
Kedalaman lapisan olah 15 cm dan BD (bulk density) tanah dianggap 1.

19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisis

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1.1. Hasil Penentuan Kadar Kapur Tanah Vegetasi Semak Belukar

No. Lapis Skor Keterangan


an
1. I 2 Rendah

2. II 2 Rendah

3. III 1 Sangat
Rendah

Tabel 4.1.2. Hasil Penentuan Kadar Kapur Tanah Vegetasi alang-alang

No. Lapisan Skor Keterangan

1. I 5 Sangat
tinggi
2. II 3 Sedang

3. III 2 rendah

Tabel 4.1.3. Hasil Penentuan Kadar Kapur Tanah Vegetasi hutan

No. Lapisan Skor Keterangan

1. I 2 Sangat
rendah
2. II 3 sedang

v
4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil dari data diatas, penentuan kadar kapur tanah vegetasi
semak belukar pada tiga lapisan yaitu pada lapisan I diperoleh skor 2 (agak berbuih)
dengan kriteria rendah, pada lapisan II diperoleh skor 2 (agak berbuih) dengan
kriteria rendah, dan pada lapisan III diperoleh skor 1 ( sedikit berbuih) dengan kriteria
sangat rendah.
Pada vegetasi alang-alang diketahui yaitu pada lapisan I diperoleh skor 5
dengan kriteria sangat tinggi, lapisan II diperoleh skor 3 dengan kriteria sedang, dan
lapisan III diperoleh skor 2 dengan kriteria rendah.
Penentuan kadar kapur tanah vegetasi hutan pada dua lapisan yaitu pada
lapisan I diperoleh skor 1 (sedikit berbuih) dengan kelas kadar kapur sangat rendah.
Dan pada lapisan II diperoleh skor 3 (lebih berbuih) dengan kelas kadar kapur
sedang.
Berdasarakan Tabel 4.1.1. Hasil penentuan kadar kapur tanah vegetasi semak
belukar diketahui yaitu pada lapisan I diperoleh kadar kapur yang rendah, pada
lapisan II memiliki kadar kapur yang rendah, dan pada lapisan III memiliki kadar
kapur sangat rendah.
Pada Tabel 4.1.2. Hasil penentuan kadar kapur tanah vegetasi alang-alang
diketahui yaitu pada lapisan I memiliki kadar kapur yang sangat tinggi, lapisan II
memiliiki kadar kapur sedang, dan lapisan III memiliki kadar kapur yang rendah.
Pada Tabel 4.1.3. Hasil penentuan kadar kapur tanah vegetasi hutan diketahui
yaitu pada lapisan I memiliki kadar kapur yang sangat rendah, dan lapisan II memiliki
kadar kapur sedang.

21
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kapur merupakan sumber bahan amelioran yang banyak digunakan untuk


memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Kapur merupakan sumber hara Ca yang
berperan penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman, meningkatkan pH tanah,
menurunkan kandungan Al dan Mn tanah.
Pengapuran menjadi langkah awal yang penting dilakukan dengan hati-hati.
Sama seperti pemupukan, pemberian kapur juga harus memperhatikan dosis, waktu,
dan cara pemberian. Jangan sampai tanaman mengalami imbas akibat kelebihan
kapur. Biasanya, tanaman kelebihan kapur tidak bisa tumbuh dengan maksimal.

5.2 Saran

Saran saya pada praktikum tekstur ini adalah agar praktikum ini dapat berjalan
lancar dan bimbingan asisten dosen saat praktikum perlu diperhatikan dengan baik
atau perlu di damping sampai akhir praktikum agar tidak terjadi kesalahan saat
pengisian data.
DAFTAR PUSTAKA

Darwis. 2017. Dasar dan Teknik Perbaikan Tanah. Pustaka AQ; Nyutran MG
II/14020. Yogyakarta
Haras M, Turangan AE, Roski RI, Legrans. 2017. Pengaruh Penambahan Kapur
Terhadap Kuat Geser Tanah Lempung. Jurnal TEKNO. Vol.15(67):77-86.
Aryanto M, Suhendra, Amalia KR. 2021. Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif
Menggunakan Kapur Tohor. Jurnal Talenta Sipil. Vol.4(1):38-43.
Musdar A, Rokhman, Rusdi A. 2022. Pengaruh Stabilisasi Tanah Lempung Dengan
Bahan Tambah Kapur Alam Terhadap Daya Dukung Tanah. Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil. Vol.1(1):29-34.
Amelia, Dini. Khalil, Munawar. Muyassir. 2018. Analisis Metode Kebutuhan Kapur
Pada Ultisol dam Hubungannya denganSifat Kimia Tanah dan
Pertumbuhan Jagung (Zea mays L.). jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian.
3(1).l
Atmaja, Taufik. Mukhlis. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam, Pupuk
Hijau, dan kapur caCO3 Pada Tanah Ultisol Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Jagung. JURNAL AGROTEKNOLOGI. 5(1).
Sari, F.P. Mukhlis. Fauzi. 2016. Uji Metode Pengukuran AI Ekstraktan KCL dan
LaCl dalam Menetapkan Kebutuhan Kapur di Tanah Ultisol. Jurnal
agroteknologi. 4(3).
Utami, P.A. Agustiyani, Dwi. Handayanto, Eko. 2018. PENGARUH PGPR (plant
Promoting Rhizobacteria). KAPUR, DAN KOMPOS PADA TANAMAN
KEDELAI DI ULTISOL CIBINONG, BOGOR. Jurnal tanah dan
sumberdaya lahan. 5(1).
Kuswandi. 2015. Pengapuran Tanah Pertanian. Yogyakarta. Edisi Revisi.: Kanisius.
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap tanaman memerlukan jumlah hara dalam komposisi yang berbeda-


beda, pengetahuan pengaruh pH Tanah terhadap pola ketersediaan hara tanah dapat di
gunakan sebagai acuan dalam pemeliharaan tanaman yang sesuai dengan suatu jenis
tanah, melalui berbagai penelitian, telah di ketahui bahwa tanaman tertentu
mempunyai kisaran pH ideal yang tertentu pula.
pH tanah sanggat penting di karenakan larutan tanah mengandung unsur
seperti nitrogen (N), kalium (K), pospor (P), dimana tanaman membutuhkan dalam
jumlah tertentu untuk tumbuhan, berkembang dan bertahan terhadap penyakit. pH
tertentu yang berukuran pada tanah di tentukan oleh seperangkat faktor kimia
tertentu, oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah sebuah lini yang paling penting
yang dapat di gunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman, biasanya
tanah pada daerah basah bersifat masam dan pada daerah kering bersifat basah.
Nilai pH berkisar antara 0 – 14, makin tinggi kepekatan/ kosentrasi (H +)
dalam tanah, makin rendah pH tanah dan sebaliknya, makin rendah konsentrasi (H+)
maka makin tinggi PH tanah, sehubungan dengan nilai pH di jumpai tiga (tiga)
kemungkinan yaitu : Masam, Netral, dan Basah. pH optimum, untuk ketersediaan
unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena pada pH ini semua unsur  makro tersedia
secara maksimum.

1.2. Tujuan dan Manfaat

1. Mampu menjelaskan proses pH tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhi


baik kualitatif maupun kuantitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan pH tanah antar lapisan pada suatu profil
tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan pH tanah pada berbagai penggunaan lahan
berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh pH tanah terhadap sifat tanah
lainnya.
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah kita mampu mengetahui
proses pH tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhi baik kualitatif maupun
kuantitatif, mengetahui perbedaan pH tanah antar lapisan pada suatu profil
tanah, mengetahui perbedaan pH tanah pada berbagai penggunaan lahan
berbeda serta mengetahui hubungan dan pengaruh pH tanah terhadap sifat
tanah lainnya.

26
II. TINJAUAN PUSTAKA

Sebaliknya, kita dapat meningkatkan nilai pH tanah melalui pemberian bahan


kapur seperti CaCO3 atau CaSO4. Tanaman atau vegetasi yang tumbuh di atas
permukaan tanah dapat mempengaruhi nilai pH tanah secara langsung maupun tidak
langsung. Akar tanaman mampu mengeluarkan eksudat akar berupa asam organik
yang dapat mempengaruhi pH di sekitar perakaran. Selain itu, dekomposisi sisa-sisa
tanaman (bahan organik) akan mengubah pH tanah. Pengangkutan kation oleh akar
ke bagian atas tanaman akan mengurangi kadar ion di dalam tanah yang berpotensi
mengasamkan tanah (menurunkan pH tanah). Tanah yang ada di Indonesia pada
umumnya bereaksi masam dengan pH berkisar antara 4,0 hingga 5,5. Dengan
demikian, tanah yang ber- pH antara 6,0 hingga 6,5 telah dikatakan sebagai cukup
netral sekalipun sebenarnya masih agak asam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan
tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sulfat masam (cat
clay) karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering (arid)
kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih tinggi dari 9,0) karena banyak mengandung
garam Na (Gusmara, 2016).
Sebagai kontrol terhadap aktivitas agen hayati maka diperlukan variabel lain
seperti informasi tingkat pH, kelembapan (M) dan temperatur (T) tanah yang juga
didapat melalui sensor pH, Senror T, sensor (M). Sensor-sensor tersebut yang
dihubungkan dengan mikrokontroler yang dapat diakses melalui pin yang
berfungsi sebagai GPIO (General Port Input Output) dalam Modul ESP8266 sehingga
memberikan kemampuan tambahan mikrokontroler terhubung ke Wifi untuk
mengirim semua respon analog menjadi digital secara real time tiap: detik, menit,
jam, hari dan bulanan. Data ini selanjutnya bisa ditampilkan dalam informasi grafis
dan tabel angka untuk disimpan dan diolah dalam WEB (Wasisto, 2018).

v
Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain Pengukuran pH Pengukuran pH berbasis
pada penggunaan dari suatu elektroda (biasanya gelas) yang sensitive terhadap pH
dan

vi
elektroda lain sebagai referensi, kadangkala disertai suatu elemen temperatur untuk
menyediakan sinyal menuju rangkaian penganalisa pH. Elektroda pH
mempergunakan suatu gelas sensitive pH yang diformulasi khusus terhubung dengan
larutan khusus, yang membangkitkan suatu tegangan potensial listrik proporsional
terhadap pH dari larutan. Elektroda referensi dirancang untuk menjaga suatu tegangan
listrik potensial konstan pada sebarang nilai temperature, dan untuk membentuk
rangkaian pengukur pH tertutup di dalam larutan. Ellektroda tersebut memberikan
referensi nilai potensial listrik yang diketahui terhadap elektroda pH (Rukmana,
2019).
Oleh karena itu sebuah pengabdian yang telah dilakukan oleh juga telah
melihat pengaruhnya terhadap pendapatan petani melalui penggunaan pupuk organic.
Namun Demikian baik penelitian maupun pengabdian yang telah dilakukan masih
sedikit yang emberikan prhatian khusus kepada variable power og Hidrogen (pH)
lahan sawah. Untuk itu pengbabdian ini akan lbih memberi perhatian kepada upaya
peningkatan pendapatan petani memlaui peningkatan power of hydrogen pH lahan
sawah khususnya di desa Reurelu Tiur (Andriyani, et al, 2020).
Pengukuran kemasaman tanah bisa menggunakan alat yang sesuai
standar laboratorium maupun dengan alat sederhanadengan teknologi tepat guna.
Efisiensi dalam suatu usaha menjadi suatu hal yang penting demi meningkatkan
produktifitas usaha. Termasuk dalam lingkup pertanian, efisiensi dalam suatu
proses produksi di lingkup pertanian menjadi salah satu indikator peningkatan
produktifitas. Paket teknologi sederhana pengukuran pH bisa digunakan oleh petani
sebagai salah satu cara agar proses dalam pertanian dapat efisien. Hal tersebut dapat
mempermudah petani dan meningkatkan kemampuan dalam mengadopsi teknologi
tepat guna. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan pengabdian masyarakat
dengan penerapan teknologi tepat guna alat pengukur kesuburan tanah (ph),
khususnya di Desa Rejoso pinggir KecamatanTembelang (Fadhli & Rohmah, 2021).

28
Nilai pH tanah sangat mempengaruhi kelarutan dan ketersediaan nutrisi
tanaman. Aktivitas dan ukuran ukuran komunitas mikrobia dalam tanah juga
dipengaruhi oleh pH. Nilai pH tanah berkaitan dengan pemecahan materialorganik

28
tanah, yang paling memastikan transformasi kimia pada tanah untuk membuat nutrisi
bisa tersedia bagi tanaman. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Atina, 2015).
Dengan mengukur tegangan dan kuat arus listrik diketahui bahwa pH
berbanding terbalik dengan kuat arus listrik. Semakin besar nilai pH maka ion
penghantar akan semakin sedikit sehingga kuat arus listrik semakin kecil. Hal
tersebut berlaku sebaliknya, apabila ion penghantar semakin besar maka (pH rendah)
maka arus listrik semakin besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
(Maghfiroh et al., 2020).
Pengangkutan kation oleh akar ke bagian atas tanaman akan mengurangi
kadar ion di dalam tanah yang berpotensi mengasamkan tanah (menurunkan pH
tanah). Tanah yang ada di Indonesia pada umumnya bereaksi masam dengan pH
berkisar antara 4,0 hingga 5,5. Dengan demikian, tanah yang ber- pH antara 6,0
hingga 6,5 telah dikatakan sebagai cukup netral sekalipun sebenarnya masih agak
asam. (Gusmara, 2016).
Dengan adanya perlakuan organic Carbon (OC) yang tinggi mampu
meningkatkan pH tanah dengan cepat mencapai pH 6,0 dalam 3 minggu setelah
penambahan OC kedua. Dengan adanya penambahan OC rendah menunjukkan
peningkatan pH lebih yang lambat, mencapai nilai antara pH 5,5 dan6.0 setelah satu
tahun. Perlakuan kontrol memiliki nilai pH <5,0 pada akhir percobaan. Hasil ini
memberikan gambaran bahwa tanah-tanah dengan kondisi pH yang rendah dapat
dipulihkan kondisi pH nya dengan menggunakan input organic. Apabila kondisi
kemasaman telah mengalami perubahan pada kisaran antara 5,5 s/d 6,5 maka
merupakan suatu kondisi kisaran pH yang sesuai bagi kebanyakan tanaman pertanian
(Kölbl et al., 2018).

29
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 12 Desember 2022 pada pukul
09.00-Selesai yang berlokasi di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo, Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah timbangan, Erlenmeyer, pH meter/pH lakmus.


Adapun bahan yang digunakan adalah sampel tanah dan aquades.

3.3. Prosedur Kerja

1. Hancurkan tanah yang telah dikering-anginkan dengan menggunakan


mortar.
2. Saring tanah dengan penyaring ukuran 0,25 mesh.
3. Timbang contoh tanah 5g masukkan ke dalam botol pengocok.
4. Tambahkan aquades 12,5 mL untuk mengukur pH actual atau 12,5 mL
K2SO4 untuk mengukur pH potensial.
5. Aduk dengan pengaduk gelas sehingga tanah betul-betul larut selama ±
30 menit, diamkan selama 10 menit.
6. Tentukan pH tanah dengan menggunkan pH meter.
7. Bandingkan nilai pH yang diperoleh dengan tabel pH kualitatif berikut:
Sangat Masam Agak Netral Agak Alkalis
Masam Masam Alkalis
pH H2O 4,5 – 5,5 5,6 – 6,5 6,6 – 7,5 7,6 – 8,5 > 8,5
< 4,5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisis

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1.1. Hasil pH Tanah Vegetasi Semak Belukar


No. Lapisan pH Keterangan

1. I 4 Sangat Masam

2. II 5 Masam

3. III 5 Masam

Tabel 4.1.2. Hasil pH Tanah Vegetasi Alang-alang

No. Lapisan pH Keterangan

1. I 4 Sangat Masam

2. II 4 Sangat Masam

3. III 4 Sangat Masam

Tabel 4.1.3. Hasil pH Tanah Vegetasi Hutan

No. Lapisan pH Keterangan

1. I 7 Netral

2. II 7 Netral
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil tabel pH tanah pada vegetasi semak belukar terdapat tiga
lapisan yaitu lapisan I pada saat tanah di labu ukur diberikan aquades kemudian
diukur pHnya menggunakan kertas lakmus hasilnya menunjukan bahwa lapisan
tersebut memiliki nilai pH yaitu 4 dengan kriteria sangat masam, pada lapisan II pada
saat tanah di labu ukur diberikan aquades kemudian diukur pHnya menggunakan
kertas lakmus hasilnya menunjukan bahwa lapisan tersebut memiliki nilai pH yaitu 5
dengan kriteria masam, dan pada lapisan III pada saat tanah di labu ukur diberikan
aquades kemudian diukur pHnya menggunakan kertas lakmus hasilnya menunjukan
bahwa lapisan tersebut memiliki nilai pH yaitu 5 dengan kriteria masam.
Pada vegetasi alang-alang terdapat tiga lapisan yaitu lapisan I pada saat tanah
di labu ukur diberikan aquades kemudian diukur pHnya menggunakan kertas lakmus
hasilnya menunjukan bahwa lapisan tersebut memiliki nilai pH 4 dengan kriteria
sangat masam, lapisan II pada saat tanah di labu ukur diberikan aquades kemudian
diukur pHnya menggunakan kertas lakmus hasilnya menunjukan bahwa lapisan
tersebut memiliki nilai pH yaitu 4 dengan kriteria sangat masam, dan lapisan III pada
saat tanah di labu ukur diberikan aquades kemudian diukur pHnya menggunakan
kertas lakmus hasilnya menunjukan bahwa lapisan tersebut memiliki nilai pH yaitu 4
dengan kriteria sangat masam.
Pada vegetasi hutan terdapat dua lapisan yaitu lapisan I pada saat tanah di labu
ukur diberikan aquades kemudian diukur pHnya menggunakan kertas lakmus
hasilnya menunjukan bahwa lapisan tersebut memiliki nilai pH 7 dengan kriteria
netral. Dan pada lapisan II sama seperti lapisan I yaitu, pada saat tanah di labu ukur
diberikan aquades kemudian diukur pHnya menggunakan kertas lakmus hasilnya
menunjukan bahwa lapisan tersebut memiliki nilai pH 7 dengan kriteria netral.

32
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

pH adalah tingkat keasaman atau kebasaan suatu benda yang diukur dengan
skala pH antara 0 hingga 14. Suatu benda dikatakan bersifat asam jika angka skala
pH kurang dari 7 dan disebut basa jika skala pH lebih dari 7. Jika skala pH adalah 7
maka benda tersebut bersifat netral.
Berdasarkan hasil tabel pH tanah pada vegetasi semak belukar terdapat tiga
lapisan yaitu lapisan I memiliki nilai pH 4 (sangat masam), pada lapisan II memiliki
nilai pH 5 (masam), dan pada lapisan III memiliki nilai pH 5 (masam).
Pada vegetasi alang-alang terdapat tiga lapisan yaitu lapisan I memiliki nilai
pH 4 dengan kriteria sangat masam, lapisan II memiliki nilai pH yaitu 4 dengan
kriteria sangat masam, dan lapisan III memiliki nilai pH yaitu 4 dengan kriteria
sangat masam.
Pada vegetasi hutan terdapat dua lapisan yaitu lapisan I memiliki nilai pH 7
dengan kriteria netral. Dan pada lapisan II sama seperti lapisan I yaitu, memiliki pH
7 dengan kriteria netral.

5.2. Saran

Saran saya pada saat melakukan praktikum pH tanah yaitu hendaknya


sebelum memulai praktikum kita harus memahami prosedur kerja agar praktikum
dapat berjalan dengan baik dan benar juga disiplin waktu dalam melaksanakan
praktikum dalam lab agar kita tidak dibiasakan terlambat dalam melaksanakan
praktikum.

33
DAFTAR PUSTAKA

Atina, 2015. Tegangan Dan Kuat Arus Listrik Dari Sifat Asam Buah. Sainmatika,
12(2), 11–11.
Devi Andriyani, H. J. (2020). peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani
Melalui penggunaan pupuk organik di Desa Blang gurah Kecamatan Makmur.
Fadhli, K., & Rohmah, Z. M. (2021). The Effect Of The National Economic
Recovery Program OnMSME. Jurnal Manajemen Dan Bisnis STIE
Indragiri, 10(1), 103–120.
Gusmara, Herry, 2016. Bahan Ajar Dasar Dasar Ilmu Tanah ITN-100.
Bengkulu:Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Gusmara H. 2016. Bahan Ajar Dasar Dasar Ilmu Tanah ITN-100. Bengkulu.
Kabupaten Aceh Utara,. Jurnal Ekonomi Pertanian Unimal.
Kolb, E.W., & Turner, M.S., 2018. Alam semesta awal. Tekan CRC.
Maghfiroh, Suharman, A., & Ramadhona, R., 2020. Developing Ethnomatematics-
Based Flipbook in Circle Material at VIII Grade of Junior High School.
Pancaran Pendidikan, 9(2), 69–78.
Rukmana, 2019. Pencatat pH tanah otomatis. Universitas Garut. 10(1). 26.
Sigit Wasisto, 2018. Aplikasi Internet of Things (IoT) dengan Arduino & Android.
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai