L.P Fisika Tanah 4
L.P Fisika Tanah 4
FISIKA TANAH
“Laju Infiltrasi dan Perkolasi”
Oleh :
1. Mampu menjelaskan proses laju infiltrasi dan perkolasi tanah dan factor-
faktor yang mempengaruhi baik secara kuantitatif mauoun kualitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan laju infiltrasi dan perkolasi tanah antar lapisan
pada suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan laju infiltrasi dan perkolasi tanah pada
berbagai penggunaan lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh laju infiltrasi dan perkolasi
tanah terhadap sifat tanah lainnya.
Manfaat dari praktikum yaitu agar praktikan mengetahui kecepatan dan cepat
lambatnya air meresap ke dalam pori-pori tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Infiltrasi adalah proses aliran air masuk kedalam tanah yang umunya berasal
dari curah hujan, sedangkan laju infiltrasi merupakan jumlah air yanf masuk kedalam
tanah persatuan waktu (Tomy irawan, 2016).
Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah. Proses ini sangat
berperan dalam siklus geohidrologi, karena merupakan proses awal keberadaan
airtanah dalam akuifer. Air yang terinfiltrasi dan lolos dari zona aerasi, akan
menambah airtanah dalam akuifer dan disebut sebagai komponen imbuhan airtanah.
Selain berasal dari imbuhan airtanah lokal yang bersumber dari perkolasi air hujan,
airtanah juga terimbuh oleh imbuhan airtanah regional yang bersumber dari aliran
airtanah dalam akuifer (Ningsih, et al., 2012)
Laju infiltrasi (infiltration rate) adalah banyaknya air per satuan waktu yang
masuk melalui permukaan tanah, dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam. Pada saat
tanah masih kering, laju infiltrasi cenderung tinggi. Setelah tanah menjadi jenuh air,
laju infiltrasi akan menurun menjadi konstan. Kemampuan tanah untuk menyerap air
infiltrasi pada suatu saat dinamai kapasitas infiltrasi (infiltration capacity) tanah
(Arsyad, 2012).
Infiltrasi adalah gerakan air kebawah melalui permukaan tanah ke dalam
profil tanah. Infiltrasi dari segi hidrologi sangat penting karena hal tersebut menandai
peralihan dari air permukaan yang bergerak cepat ke dalam tanah (Asdak, 2012).
Proses infiltrasi merupakan proses yang paling penting dalam siklus
hidrologi. Dengan adanya infiltrasi, maka akan tersedia air untuk evaporasi dan
transpirasi, serta tersediahnya peluang dalam peningkatan cadangan air tanah, yang
berpengaruh juga pada kontinyuitas aliran permukaan baik dari Subsurface flow dan
base flow (Aidatul, 2013).
Kedalaman infiltrasi selama hujan menyebabkan tanah menjadi jenuh dan
memicu terjadinya gerakan tanah karena erosi dan peningkatan tekanan air pori
(Rehni Setiati, 2015).
Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah pemukaan tanah dan
berada di dalam ruang antar butir atau rekahan-rekahan serta celah-celah batuan pada
zona jenuh air.Terdapat air tanah dibawah permukaan tanah dapat dibagi dalam
daerah jenuh dan daerah tidak jenuh. Dalam daerah jenuh semua rongga terisi oleh air
di bawah tekanan hidrostatik.Sedangkan daerah tidak jenuh terdiri atas rongga-rongga
yang berisi sebagian oleh air, sebagian oelh udara.Daerah tidak jenuh terletak diatas
daerah jenuh hingga ke permukaan tanah dan bagian bawah daerah jenuh dapat
dibatasi oleh batas lapisan jenuh atau lapisan kedap air bisa berupa tanah liat atau
batuan dasar (bedrock).Air yang berada di dalam daerah tidak jenuh dinamakan air
mengambang atau air dangkal.Daerah tidak jenuh dibagi menjadi daerah dangkal
daerah antara dan daerah kapiler (Fuandi Terunajaya, 2012).
Pengukuran infiltrasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang
besaran dan laju infiltrasi serta variasi sebagai fungsi waktu. Cara pengukuran yang
dapat dilakukan adalah dengan pengukuran lapangan menggunakan alat infiltromete
(Manyuk, 2016).
Penggunaan lahan yang berbeda memiliki laju infiltrasi yang berbeda pula.
Laju infiltrasi pada tanah di bawah tegakan pohon lebih cepat dari laju infiltrasi tanah
berumput. Hal ini terjadi karena tanah berumput mengalami pemadatan tanah akibat
aktivitas manusia dan alat berat sehingga bobot isi tanah berumput lebih tinggi
daripada bobot isi tanah di bawah tegakkan pohon (Mawar, 2016).
Vegetasi mempengaruhi besar kecilnya infiltrasi. Infltrasi akan semakin
kecil pada penggunaan lahan yang memiliki vegetasi dengan perakaran pendek
(tanaman padi) dibandingkan dengan lahan yang memiliki banyak vegetasi kebun
campuran. Tidak adanya tegakan atau tanaman penutup lahan secara otomatis
berpengaruh langsung terhadap kandungan bahan organik tanah, dimana sumber
bahan organik tanah yang utama adalah hasil fotosintesis yaitu bagian atas tanaman
seperti daun, duri serta sisa tanaman lainnya. Bahan organik ini berperan dalam
pembentukan agregat tanah sehingga dapat meningkatkan jumlah pori tanah serta
aktivitas mikroorganisme yang pada akhirnya meningkatkan porositas tanah dan
kestabilan struktur tanah. Porositas tanah dan stabilitas agregat tanah yang semakin
baik dapat meningkatkan laju air masuk ke dalam tanah. Oleh karena itu, secara tidak
langsung bahan organik berpengaruh laju infiltrasi tanah (Agustina, 2012).
III. METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah dua buah ring infiltrometer,
ember, penggaris, parang, cangkul, pencatat waktu (stopwatch).
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air.
4.1. HASIL
Tabel 4.1.1. Hasil dari menghitung laju infiltrasi adalah sebagai berikut
No Vegetasi Fo (mm) e Fo – Fc F (mm/jam)
4.2. Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil dari menghitung laju infiltrasi vegetasi semak belukar
yaitu pada saat dimasukkan air kedalam ring titik awal (FO) yaitu 17,7 mm. Titik
jenuh /konstan (Fc) yaitu didapatkan 1,9 mm, diketahui E 2.7182 dan K-0,03,
sehingga didapatkan laju infiltrasi (F) yaitu 1,937 mm/jam yang berarti jenis tanah ini
memiliki laju infiltrasi kelas lambat.
Berdasarkan tabel hasil dari menghitung laju perkolasi vegetasi semak belukar
yaitu pada saat dimasukkan air ke dalam ring titik awal (FO) yaitu 20 mm. Titik
jenuh/konstan (Fc) yaitu didapatkan 1 mm, E-2,7182 dan K-0,01 sehingga didapatkan
laju perkolasi (F) yaitu 1,0904 mm/jam yang berarti jenis tanah ini memiliki laju
infiltrasi kelas lambat.
Dari tabel 4.1.1. pada vegetasi alang-alang diketahui FO yaitu jumlah dari
selisih antara f0-fc (infiltrasi awal kurang infiltrasi konstan) adalah 0,8 dan hasil dari
FO-Fc (selisih antara jumlah dari selisih f0-fe di kurangi dengan infiltrasi konstan)
yaitu 0.8 dan dengan E-2,7182 dan K-0,125 didapatkan laju infiltrasi (F) pada
vegetasi alang-alang adalah 0,0286 sehingga laju infiltrasinya termasuk kelas sangat
lambat.
Dari tabel 4.1.2. pada vegetasi alang-alang diketahui FO yaitu jumlah dari
selisih antara f0-fe (infiltrasi awal kurang infiltrasi konstan) adalah 7,6 dan hasil dari
FO-Fe (selisih antara jumlah dari selisih 10-fe di kurangi dengan infiltrasi konstan)
yaitu 0,2 dan dengan E 2.7182 dan K-0,125 didapatkan laju perkolasi (F) pada
vegetasi alang-alang adalah 0,851 sehingga laju perkolasinya termasuk kelas sangat
lambat.
Dari tabel 4.1.1. pada vegetasi kebun di dapatkan FO-1.4, nilai E-2,7182 dan
f0-fe yaitu 0,1 sehingga menghasilkan milai laju infiltrasi (F) pada vegetasi kebun
yaitu 0.1717 termasuk dalam kelas sagat lambat.
Dari tabel 4.1.2. pada vegetasi kebun di dapatkan 10-0.2 nilai E-2,7182 dan
10-fe yaitu 0.1 sehingga menghasilkan nilia laju perkotasi (F) pada vegetasi kebun
yaitu 0,286 termasuk dalam kelas sangat lambat.
V. PENUTUP
5.1. kesimpulan
5.2. Saran