Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA TANAH
“Laju Infiltrasi dan Perkolasi”

Oleh :

Nama : Muh. Alwis Arya Perkasa


Nim : D1D1 21 005
Kelas :B
Kelompok : IV

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah


tekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur
halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih
mudah kekeringan daripada tanah bertekstur lempung atau liat.
Air dapat meresap ke dalam tanah karena adanya gaya adhesi, kohesi, dan
gravitasi. Lapisan tanah juga berpengaruh terhadap jumlah air tersedia dan
peregerakan air dalam tanah. Lapisan keras tidak tembus air akan memperlambat
pergerakan air dan mempengaruhi daya tembus dan perkembangan akar, yang secara
efektif mengurangi kedalaman tanah.
Infiltrasi merupakan proses masuknya air dari permukaan kedalam tanah.
Infiltrasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan atau run off.
Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan air permukaan
yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dari air tanah.
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi sifat-sifat fisiknya, kandungan air
dan permebilitas lapisan bawah permukaan nisbih air dan iklim mikro tanah. Air yang
berinfiltrasi pada suatu tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler
atau disebabkan pula oleh tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah.
Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan infiltrasi.
Laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi
tersuspensi dalam air juga waktu.
Maka dari itu praktikum ini dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana kecepatan infiltrasi dalam tanah yang diamati dan dapat mengetahui cepat
lambatnya air meresap (daya serap air) ke dalam pori-pori tanah.
1.2. Tujuan dan Manfaat

1. Mampu menjelaskan proses laju infiltrasi dan perkolasi tanah dan factor-
faktor yang mempengaruhi baik secara kuantitatif mauoun kualitatif.
2. Mampu menjelaskan perbedaan laju infiltrasi dan perkolasi tanah antar lapisan
pada suatu profil tanah.
3. Mampu menjelaskan perbedaan laju infiltrasi dan perkolasi tanah pada
berbagai penggunaan lahan berbeda.
4. Mampu menjelaskan hubungan dan pengaruh laju infiltrasi dan perkolasi
tanah terhadap sifat tanah lainnya.
Manfaat dari praktikum yaitu agar praktikan mengetahui kecepatan dan cepat
lambatnya air meresap ke dalam pori-pori tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Infiltrasi adalah proses aliran air masuk kedalam tanah yang umunya berasal
dari curah hujan, sedangkan laju infiltrasi merupakan jumlah air yanf masuk kedalam
tanah persatuan waktu (Tomy irawan, 2016).
Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah. Proses ini sangat
berperan dalam siklus geohidrologi, karena merupakan proses awal keberadaan
airtanah dalam akuifer. Air yang terinfiltrasi dan lolos dari zona aerasi, akan
menambah airtanah dalam akuifer dan disebut sebagai komponen imbuhan airtanah.
Selain berasal dari imbuhan airtanah lokal yang bersumber dari perkolasi air hujan,
airtanah juga terimbuh oleh imbuhan airtanah regional yang bersumber dari aliran
airtanah dalam akuifer (Ningsih, et al., 2012)
Laju infiltrasi (infiltration rate) adalah banyaknya air per satuan waktu yang
masuk melalui permukaan tanah, dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam. Pada saat
tanah masih kering, laju infiltrasi cenderung tinggi. Setelah tanah menjadi jenuh air,
laju infiltrasi akan menurun menjadi konstan. Kemampuan tanah untuk menyerap air
infiltrasi pada suatu saat dinamai kapasitas infiltrasi (infiltration capacity) tanah
(Arsyad, 2012).
Infiltrasi adalah gerakan air kebawah melalui permukaan tanah ke dalam
profil tanah. Infiltrasi dari segi hidrologi sangat penting karena hal tersebut menandai
peralihan dari air permukaan yang bergerak cepat ke dalam tanah (Asdak, 2012).
Proses infiltrasi merupakan proses yang paling penting dalam siklus
hidrologi. Dengan adanya infiltrasi, maka akan tersedia air untuk evaporasi dan
transpirasi, serta tersediahnya peluang dalam peningkatan cadangan air tanah, yang
berpengaruh juga pada kontinyuitas aliran permukaan baik dari Subsurface flow dan
base flow (Aidatul, 2013).
Kedalaman infiltrasi selama hujan menyebabkan tanah menjadi jenuh dan
memicu terjadinya gerakan tanah karena erosi dan peningkatan tekanan air pori
(Rehni Setiati, 2015).
Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah pemukaan tanah dan
berada di dalam ruang antar butir atau rekahan-rekahan serta celah-celah batuan pada
zona jenuh air.Terdapat air tanah dibawah permukaan tanah dapat dibagi dalam
daerah jenuh dan daerah tidak jenuh. Dalam daerah jenuh semua rongga terisi oleh air
di bawah tekanan hidrostatik.Sedangkan daerah tidak jenuh terdiri atas rongga-rongga
yang berisi sebagian oleh air, sebagian oelh udara.Daerah tidak jenuh terletak diatas
daerah jenuh hingga ke permukaan tanah dan bagian bawah daerah jenuh dapat
dibatasi oleh batas lapisan jenuh atau lapisan kedap air bisa berupa tanah liat atau
batuan dasar (bedrock).Air yang berada di dalam daerah tidak jenuh dinamakan air
mengambang atau air dangkal.Daerah tidak jenuh dibagi menjadi daerah dangkal
daerah antara dan daerah kapiler (Fuandi Terunajaya, 2012).
Pengukuran infiltrasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang
besaran dan laju infiltrasi serta variasi sebagai fungsi waktu. Cara pengukuran yang
dapat dilakukan adalah dengan pengukuran lapangan menggunakan alat infiltromete
(Manyuk, 2016).
Penggunaan lahan yang berbeda memiliki laju infiltrasi yang berbeda pula.
Laju infiltrasi pada tanah di bawah tegakan pohon lebih cepat dari laju infiltrasi tanah
berumput. Hal ini terjadi karena tanah berumput mengalami pemadatan tanah akibat
aktivitas manusia dan alat berat sehingga bobot isi tanah berumput lebih tinggi
daripada bobot isi tanah di bawah tegakkan pohon (Mawar, 2016).
Vegetasi mempengaruhi besar kecilnya infiltrasi. Infltrasi akan semakin
kecil pada penggunaan lahan yang memiliki vegetasi dengan perakaran pendek
(tanaman padi) dibandingkan dengan lahan yang memiliki banyak vegetasi kebun
campuran. Tidak adanya tegakan atau tanaman penutup lahan secara otomatis
berpengaruh langsung terhadap kandungan bahan organik tanah, dimana sumber
bahan organik tanah yang utama adalah hasil fotosintesis yaitu bagian atas tanaman
seperti daun, duri serta sisa tanaman lainnya. Bahan organik ini berperan dalam
pembentukan agregat tanah sehingga dapat meningkatkan jumlah pori tanah serta
aktivitas mikroorganisme yang pada akhirnya meningkatkan porositas tanah dan
kestabilan struktur tanah. Porositas tanah dan stabilitas agregat tanah yang semakin
baik dapat meningkatkan laju air masuk ke dalam tanah. Oleh karena itu, secara tidak
langsung bahan organik berpengaruh laju infiltrasi tanah (Agustina, 2012).
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum pengamatan laju infiltrasi dan perkolasi dilakukan berturut-turut


mulai hari rabu, 23 November 2022 dan kamis, 24 November 2022. Waktu
pengamatan laju infiltrasi dilakukan pukul 22.00 WITA – selesai. Waktu pengamatan
perkolasi dilakukan pukul 13.00 WITA – selesai.
Pengamatan laju infiltrasi dan perkolasi dilakukan di lahan percobaan 3
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah dua buah ring infiltrometer,
ember, penggaris, parang, cangkul, pencatat waktu (stopwatch).
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air.

3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja praktikum pengamatan laju infiltrasi dan perkolasi


adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran laju infiltrasi dan perkolasi dilakukan melalui pengukuran
permukaan muka air pada ring bagian dalam dengan interval waktu tertentu
yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Lokasi pengukuran ditentukan
secara proporsional, berdasarkan pada jenis tanah, penggunaan lahan dan
aksesibilitas.
2. Titik yang dijadikan lokasi pengukuran sebelumnya dibersihkan dari benda
dan serasah yang terdapat dipermukaan tanah yang akan mengganggu proses
pengukuran. Pembersihan dilakukan dengan hati-hati, agar tidak
menyebabkan kerusakan tanah dipermukaan.
3. Pemasukan ring dilakukan dengan memasukkan ring yang berdiameter kecil
(ring dalam) terlebih dahulu ke dalam tanah sampai kedalaman 4-5 meter.
Kemudian ring berdiameter besar (ring luar) dipasang secara konsentris
terhadap ring dalam dan dimasukkan kedalam tanah dengan kedalaman yang
sama secara hati-hati.
4. Setelah kedua irng dipasang, kemudian ke dalam kedua ring secara bersamaan
dimasukkan air dan proses pengukuran di mulai menggunakan alat pencatat
waktu. Pengukuran dilakukan melalui pengamatan penurunan muka air pada
ring bagian dalam setiap interval waktu tertentu.hingga penurunan muka air
tersebut relatif konstan.
5. Persamaan Horton merupakan fungsi logaritmik di mana laju infiltrasi akhir
penurunannya relative konstan, fungsi terebut masih ditunjukkan oleh garis
yang melengkung (tidak linear). Oleh karrena itu agar fungsi tersebut menjadi
linear maka persamaan ttersebut disederhanakan menjadi fungsi logaritma
sehingga nilai-nilai parameternya dapat ditentukan.
6. Model persamaan infiltrasi dan perkolasi yang digunakan dalam mengolah
data dari lapangan yaitu model persamaan Horton, dengan rumus tersebut :
F = fc + (f0  fc)e-kt
F = Kapasitas infiltrasi (laju infiltrasi maksimum)
fc = Infiltrasi konstan
f0 = Kapasitas infiltrasi awal
e = 2,7182
k = Konstanta (bilangan positif)
t = waktu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL

Berdasarkan hasil pengamat yang dilakuan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1.1. Hasil dari menghitung laju infiltrasi adalah sebagai berikut
No Vegetasi Fo (mm) e Fo – Fc F (mm/jam)

1 Semak belukar 17,7 2,7182 16,4 1,937

2 Alang-alang 0,8 2,7182 0,8 0.0286

3 Hutan 1,4 2,7182 0,1 0,1717

4.1.2. Hasil dari menghitung laju perkolasi adalah sebagai berikut :


No Vegetasi Fo (mm) e F0 -Fc F (mm/jam)

1 Semak belukar 20 2,7182 5,1 1,0904

2 Alang-alang 7,6 2,7182 0,2 0,851

3 Hutan 0,2 2,7182 0,1 0,286

4.2. Pembahasan

Berdasarkan tabel hasil dari menghitung laju infiltrasi vegetasi semak belukar
yaitu pada saat dimasukkan air kedalam ring titik awal (FO) yaitu 17,7 mm. Titik
jenuh /konstan (Fc) yaitu didapatkan 1,9 mm, diketahui E 2.7182 dan K-0,03,
sehingga didapatkan laju infiltrasi (F) yaitu 1,937 mm/jam yang berarti jenis tanah ini
memiliki laju infiltrasi kelas lambat.
Berdasarkan tabel hasil dari menghitung laju perkolasi vegetasi semak belukar
yaitu pada saat dimasukkan air ke dalam ring titik awal (FO) yaitu 20 mm. Titik
jenuh/konstan (Fc) yaitu didapatkan 1 mm, E-2,7182 dan K-0,01 sehingga didapatkan
laju perkolasi (F) yaitu 1,0904 mm/jam yang berarti jenis tanah ini memiliki laju
infiltrasi kelas lambat.
Dari tabel 4.1.1. pada vegetasi alang-alang diketahui FO yaitu jumlah dari
selisih antara f0-fc (infiltrasi awal kurang infiltrasi konstan) adalah 0,8 dan hasil dari
FO-Fc (selisih antara jumlah dari selisih f0-fe di kurangi dengan infiltrasi konstan)
yaitu 0.8 dan dengan E-2,7182 dan K-0,125 didapatkan laju infiltrasi (F) pada
vegetasi alang-alang adalah 0,0286 sehingga laju infiltrasinya termasuk kelas sangat
lambat.
Dari tabel 4.1.2. pada vegetasi alang-alang diketahui FO yaitu jumlah dari
selisih antara f0-fe (infiltrasi awal kurang infiltrasi konstan) adalah 7,6 dan hasil dari
FO-Fe (selisih antara jumlah dari selisih 10-fe di kurangi dengan infiltrasi konstan)
yaitu 0,2 dan dengan E 2.7182 dan K-0,125 didapatkan laju perkolasi (F) pada
vegetasi alang-alang adalah 0,851 sehingga laju perkolasinya termasuk kelas sangat
lambat.
Dari tabel 4.1.1. pada vegetasi kebun di dapatkan FO-1.4, nilai E-2,7182 dan
f0-fe yaitu 0,1 sehingga menghasilkan milai laju infiltrasi (F) pada vegetasi kebun
yaitu 0.1717 termasuk dalam kelas sagat lambat.
Dari tabel 4.1.2. pada vegetasi kebun di dapatkan 10-0.2 nilai E-2,7182 dan
10-fe yaitu 0.1 sehingga menghasilkan nilia laju perkotasi (F) pada vegetasi kebun
yaitu 0,286 termasuk dalam kelas sangat lambat.
V. PENUTUP

5.1. kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum di atas dapat di simpulkan bahwa laju infiltrasi


adalah banyaknya air persatuan waktu yang masuk melalui permukaan tanah. Laju
infiltrasi yang paling lambat adalah vegetasi alang-alang, karena vegetasi alang -alang
yang tanahnya memiliki pori yang kecil dan memiliki keadaan tanah yang
meningkatkan infiltrasi. Sedangkan untuk laju perkolasi pada vegetasi alang-alang
lebih cepat dibandingkan infiltrasi karena tempat yang berbeda.

5.2. Saran

Saran saya pada praktikum kali ini sebaiknya kedepannya dilakukan


praktikum dengan dipandu oleh asisten agar dapat mempermudah praktikan dan
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, D. 2012. Analisis kapasitas infiltrasi pada beberapa penggunaan lahan di


Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Jurnal Geo
Image. 1(1):87—93
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Jurusan Ilmu Tanah IPB Bogor.
Asdak, 2012. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Aidatul, NF. 2013. Pemetaan Laju Infiltrasi Menggunakan Metode Horton. Di Sub
DAS Tanggerang Kabupaten Bondowoso. [skripsi]. Fakultas Teknik.
Universitas Jember. Jember.
Fuandi T. 2014. Pengaruh Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah Terhadap Sumur
Resapan di Kawasan Perumahan (Studi Kasus: Taman Setia Budi Indah II,
Medan). Jurnal Teknik Sipil USU, 3(3), 1-10.
Irawa Tomy, 2016. Infiltrasi Pada Berbagai Tegakan Hutan di
Arboretum.  Agroteknologi Vol.1 No.1 Hal 88-90.
Mawar. 2016. Karaktersitik Infiltrasi Tanah pada Penggunaan Lahan Pertanian dan
Pemukiman di Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupatrn
Bogor, Agritek 16(4) 72-78.
Manyuk. 2016. Analisis Laju Infiltrasi pada Tutupan Lahan Perkebunan dan Hutan
Tanam Industri (HTI) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak. Jom FTEKNIK
3(2):1-10.
Ningsih, Sri, and Ig L. S. Purnama. "Kajian Laju Infiltrasi Tanah Dan Imbuhan
Airtanah Lokal Sub DAS Gendol Pasca Erupsi Merapi 2010." Jurnal Bumi
Indonesia, vol. 1, no. 2, 2012.
Setiati Rehni, 2015. Penentuan Kapasitas Infiltrasi Tanah Residu Di Kulon Progo.
Teknik SipilVol.1 No.1 Hal 17-25.

Anda mungkin juga menyukai