Anda di halaman 1dari 3

BIOGRAFI DR.

KHOIRUL ANWAR

Dr. Khoirul Anwar adalah seorang penemu jaringan 4G LTE. Khoirul Anwar dikenal


sebagai penemu dari teknologi jaringan 4G yang berbasis OFDM (Orthogonal
Frequency Division Multiplexing). Khoirul Anwar dilahirkan pada tanggal 22 Agustus
1978 di Kediri, Jawa Timur. Orang tua dari Khoirul Anwar yaitu Sudjianto (ayah) dan
Siti Patmi (ibu). Ayahnya meninggal dunia karena sakit, saat ia baru lulus SD pada
tahun 1990. Hanya ibunyalah yang berusaha keras menyekolahkannya.
Sejak kecil, Khoirul hidup dalam ekonomi yang rendah. Sewaktu kecil ia sangat suka
dengan sains. Saat pulang sekolah ia selalu melakukan kegiatan sehari – harinya
yaitu mencari rumput untuk ternak. Di waktu kesibukannya ketika mencari rumput, ia
juga selalu menyempatkan waktu untuk membaca buku tentang teori Albert
Einstein dan Michael Faraday. Mimpinya pun melambung tinggi. Yaitu dia ingin kelak
dapat menciptakan teori baru seperti yang dilakukan Einstein dan Faraday.
Meskipun begitu, Tuhan tetap memberikan jalan untuk mencapai kesuksesan,
hingga sekarang Khoirul Anwar menjadi ilmuwan. Pada saat ia ingin melanjutkan
sekolah SMA di Kediri, betapa beruntungnya dia karena ada orang yang
menawarkan kos gratis untuknya. Kemudian ia melanjutkan sekolah di ITB Bandung
dengan Jurusan Teknik Elektro lulus dengan predikat cum laude di tahun 2000.
Selama 4 tahun belajar di ITB ia selalu mendapatkan beasiswa. “Orang tua saya
tidak perlu mengirimkan uang lagi” kata Khoirul mengenang masa lalunya. Cerdas
dan rajinlah yang membuat Khoirul pergi ke pendidikan yang tinggi. Setelah itu
Khoirul mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 dari Panasonic di Nara
Institute of Science and Technology (NAIST) di luar negeri yaitu Jepang dan lulus
pada tahun 2005, dan kemudian ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah
S3 dari perusahaan Jepang di kampus yang sama Nara Institute of Science and
Technology (NAIST) Jepang.
Setelah bertahun – tahun sekolah, Khoirul pun menemukan pujaan hatinya dan
kemudian menikah dengan Sri Yayu Indriyani lalu dikaruniai tiga orang putra. Kini
Khoirul tinggal di Nomi, Ishikawa, tak jauh dari tempat kerjanya. Meski berprestasi
cemerlang di Jepang, namun Khoirul menyimpan keinginan untuk kembali
ke Indonesia suatu hari nanti.
Dalam penemuannya, Khoirul Anwar terinspirasi dari film animasi
untuk anak – anak yaitu Dragon Ball Z. Tak terduga, ternyata sebuah film
anime Jepang bisa mengilhami penemuan penting yang merevolusi anggapan tak
terpatahkan di jagat transmisi telekomunikasi nirkabel.
Tapi cerita itulah yang terjadi pada diri Khoirul Anwar, dosen
sekaligus peneliti asal Indonesia yang bekerja di laboratoriom Information Theory
and Signal Processing, Japan Advanced Institute of Science and Technology,
di Jepang. Saat terdesak karena harus mengajukan tema penelitian untuk
mendapatkan dana riset, Khoirul memeras otaknya. Akhirnya ide itu muncul juga
dari Dragon Ball Z, film animasi Jepang yang ia tonton. Ketika tokoh utama Dragon
Ball Z (Goku), hendak melayangkan jurus terdahsyatnya, ‘Genki Dama’ alias Spirit
Ball, Goku akan menyerap semua energi makhluk hidup di alam, sehingga
menghasilkan tenaga yang luar biasa. “Konsep itu saya turunkan formula
matematikanya untuk diterapkan pada penelitian saya,” kata Dr. Khoirul, kepada
VIVAnews melalui surat elektroniknya, Jumat 13 Agustus 2010.
Sekarang sebuah sinyal yang dikirimkan secara nirkabel, tidak perlu diperisai oleh guard
interval atau (GI) yang tujuannya untuk menjaganya kebal terhadap delay, pantulan, dan
interferensi. Turbo equalizer-lah yang akan bekerja membatalkan interferensi sehingga
receiver bisa menerima sinyal tanpa distorsi. Dengan mengenyahkan GI, dan
memanfaatkan dekoder turbo, secara teoritis malah bisa menghilangkan rugi daya transmisi
karena tak perlu mengirimkan daya untuk GI. Hilangnya GI juga bisa diisi oleh parity bits
yang bisa digunakan untuk memperbaiki kesalahan akibat distorsi (error correction coding).
Setelah direlasikan dengan formula matematikanya dengan benar, tidak tinggal diam
Khoirul pun langsung meminta Hui Zhou, untuk membuat programnya. Ini
merupakan kerjasama yang bagus.
Metode ini bisa dibilang mampu memecahkan problem transmisi nirkabel. Apalagi ia
bisa diterapkan pada hampir semua sistem telekomunikasi, termasuk GSM (2G),
CDMA (3G), dan cocok untuk diterapkan pada sistem 4G yang membutuhkan kinerja
tinggi dengan tingkat kompleksitas rendah

Anda mungkin juga menyukai