Anda di halaman 1dari 16

BAB I

DASAR TEORI
1.1. Pengertian Mineral Alam

Mineral ialah zat gizi yang dibutuhkan manusia guna mendukung proses tumbuh serta
berkembang oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit atau kecil. Mineral mempunyai komposisi
unsur murni dan juga garam sederhana yang sangat kompleks dengan beberapa jenis bentuk
hingga ribuan bentuk. Dalam mendefinisikan arti mineral, ada banyak sekali tergantung dari mana
memandang pengertian dari mineral itu sendiri, dapat dari ilmu farmasi atau ilmu geologi.

Pengertian mineral dari sudut pandang ilmu geologi merupakan suatu benda yang dibentuk dengan
melalui proses dari alam dan pada umumnya bentuknya padat serta tersusun dari beberapa
kandungan kimia. Ilmu yang mempelajari hal-hal tentang mineral adalah miteralogi

Mineral merupakan sebuah substansi anorganik yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang kecil
guna berbagai fungsi tubuh. Vitamin berbeda dengan mineral, hal ini karena vitamin merupakan
senyawa yang terdiri dari berbagai unsur seperti : karbon, hidrogen, oksigen.

Mineral merupakan unsur kimia individu. Mineral tidak dapat rusak. Kandungan mineral dari
berbagai jenis makanan biasanya disebut “abu”, hal ini karena mineral ialah produk yang tersisa
dari makanan setelah seluruh makanan tersebut dihancurkan pada suhu yang tinggi atau
didegradasi oleh bahan kimia. Pada tubuh manusia, mineral membentuk sekitar 4 persen dari berat
badan orang dewasa.

Mineral Alam adalah suatu benda berbentuk padat,cair, atau gas yang homogen dan terdapat di
alam, terbentuk secara alamiah dari bahan-bahan an-organis, mempunyai komposisi kimia tertentu
dengan struktur atom dan sifat fisik yang sama.

1.2. Sumber Mineral Alam


Sumber daya mineral yang tergolong tidak dapat diperbarui di antaranya logam mulia (emas,
perak, platina), bukan logam mulia (tembaga, timbal, seng, timah, besi, mangaan, nikel), dan
bahan galian industri (fosfat, asbes, belerang, gamping, pasir kuarsa, oker, lempung, mangaan,
diatomae, gips, dan anhidrid).
Mineral logam meliputi berbagai bahan galian biji yang biasanya diperoleh melalui usaha
penggalian. Sebagai contoh adalah :
 Biji timah, didapat dari batuan granit
 Biji besi, didapat dari tanah yang mengandung besi
 Biji tembaga, didapat dari penambangan yang dilakukan di lereng gunung
 Biji bauksit, berasal dari dalam tanah berlumpur
 Emas dan perak, didapat dari penambangan yang dilakukan di sungai atau di dalam tanah
Mineral bukan logam meliputi berbagai bahan galian industry, yaitu bahan dasar untuk
kepentingan industry tertentu. Sebagai contoh adalah:

 Pasir kuarsa (hasil pelapukan batu kuarsa), ditemukan sebagai endapan di muara sungai,
pantai,atau danau
 Kaolin (tanah liat putih), merupakan pelapukan batuan granit
 Belerang, terbentuk di daerah gunung api dan sumber air panas, berupa solfatar (gas
mengandung belerang)
 Batu gamping/kapur, berasal dari sisa-sisa rumah binatang karang yang hidup di laut (daerah
penghasil kapur merupakan bekas laut yang telah terangkat)
 Bahan-bahan mineral non logam banyak digunakan sebagai bahan baku industri (industri
pertanian, obat-obatan), bahan bangunan, perhiasan. Hasilnya antara lain batu-batu, semen,
pupuk, batu permata.

Contoh Sumber Mineral :

a. Mineral Silikat
Hampir 90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan
persenyawaan antara silicon dan oksigen dengan beberapa unsure metal. Karena jumlahnya
yang besar maka hampir 90% dari berat kerak bumi adalah silikat dan hamper 100% dari
mantel Bumi (sampai kedalaman 2.900km dari kerak bumi.
Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuanbeku
maupun batuan malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu ferromagnesium dannon ferromagnesium.
Berikut contoh Mineral Silikat :
 Kuarsa : (SiO2)
 Felspar Alkali : (KAlSi3O8)
 Felspar Plagiklas : (Ca,Na)AlSi3O8)
 Mika Muskovit : (K2Al4(Si6Al2O20) (OH,F)2
 Mika Biotit : K2(Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,al)Si2O6
 Amfibol : (Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH)
 Pyroksen : (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6
 Olivin : (Mg,Fe)2SiO4

b. Mineral Ferromagnesium
Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar.
 Olivine dikenal karena warnanya yang “olive”. Berat jenis berkisar antara 3.27- 3.37,
tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang sempurna.
 Augitit warnanya sangat gelap hijau hingga hitam.BD berkisar antara 3.2-3.4 dengan
bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus.Bidang belah ini sangat penting
untuk membedakannya dengan mineral hornblende.
 Hornblende warnanya hijau hingga hitam; BD. 3.2 dan mempunyai bidang belah yang
berpotongan dengan sudut kira-kira 56° dan 124° yang sangat membantu dalam cara
mengenalnya.
 Biotite adalah mineral “mika” bentuknya pipih yang dengan mudah dapat
dikelupas.Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam; BD 2.8-3.2.

c. Mineral Non-Ferromagnesium
 Muskovit disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning muda, coklat, hijau
atau merah.BD. Berkisar antara 2.8-3.1.
 Felspar merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak.Namanya juga
mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap lapangan. “Feld” dalam
bahasa jerman adalah lapangan. Jumlahnya didalam kerak Bumi hampir 54%. Nama-
nama yang diberikan kepada feldspar adalah plagioklas dan orthoklas.Plagioklas
kemudian juga dapat dibagi dua, “albit” dan “anorthit”.Orthoklas adalah yang
mengandung kalium, albit mengandung Natrium dan Anorthit mengandung Kalium,
albit mengandung Natrium dan Anorthit mengandung Kalsium.
 Orthoklas mempunyai warna yang khas yakni putih abu-abu atau merah jambu.Kuarsa
Kadang disebut “silika” adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan yang terdiri dari
persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan warna seperti asap atau
smoky, disebut juga smoky quartz. Kadang-kadang juga dengan warna ungu atau
merah-lembayung (violet).Nama kuarsa yang demikian disebut amethyst, merrah
massip atau merah muda, kuning hingga coklat.Warna yang bermacam-macam ini
disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih.
d. Mineral Oksida
Terbentuk akibat persenyawaan langsung antara ksigen dan unsur tertentu.Susunannya lebih
sederhana disbanding silikat.Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral
lainnya kecuali silikat.Mereka juga lebih berat kecuali sulfida.Unsur yang paling utama
dalam oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida
yang paling umum adalah es (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit
(SnO2).
e. Mineral Sulfida
Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan sulfur
(belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri. Beberapa dari mineral
sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis, atau bijih, seperti “pirit”
(FeS3), “chalcocite” (Cu2S), “galena” (PbS), dan “sphalerit” (ZnS).
f. Mineral-Mineral Karbonat dan Sulfat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut karbonat umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan “Kalsium Karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai mineral
“kalsit”.Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.
Mineral-mineral yang umum dijumpai pada batuan beku, yaitu Plagioclase feldspar, K-
feldspar, quartz, muscovite mica, biotite mica, amphibole, olivine, dan calcite.Mineral-
mineral tersebut mudah dikenali, baik secara megaskopis maupun mikroskopis bersdasarkan
dari sifat-sifat fisik mineral masing-masing.
Adapun ciri dari mineral tersebut antara lain :
- Olivine :olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan
magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk pada
temperature yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt dan
ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine dikenal
dengan batuan Dunite.
- Amphibole/Hornblende adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatic atau
Kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe),
Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Aluminium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O).
Hornblende berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai
jenis batuan beku dan batuan metamorf.
- Biotite : semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk Kristal berlembar menyerupai
buku dan merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotite. Mineral biotite
umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite berwarna terang,
abu-abu terang, mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak dan bisa digores
dengan kuku.
- Plagioclase feldspar :Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral
feldspar. Mineral ini mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar
berbentuk prismatic, umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas
yang mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang
mengandung Ca disebut An-orthite.
- Potassium feldspar (Orthoclase) :Potassium feldspar adalah anggota dari mineral
feldspar. Seperti halnya plagioclase feldspar, potassium feldspar adalah mineral silicate
yang mengandung unsur kalium dan bentuk kristalnya prismatik. Umumnya berwarna
merah daging hingga putih.
- Mica : Micas adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang
bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), Aluminium (Al), Silicon (Si)
dan air (H2O)
- Quartz :Quartz adalah satu dari mineral yang umum yang banyak di jumpai pada kerak
bumi. Mineral ini tersusun dari silica dioksida (SiO2), berwarna putih, kilap kaca dan
belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.
- Calcite :Mineral calcite tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya berwarna
putih transparan dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari binatang laut
terbuat dari calcite atau mineral yang berhubungan dengan lime dari batu gampung.

1.3. Macam-Macam Mineral Alam

No. Mineral Sumber Kegunaan

Kalsium Susu, keju, brokoli, kacang Untuk membangun dan menjaga


1.
polong, sayuran berdaun hijau kesehatan tulang dan gigi

Selenium Biji-bijian dan ikan Membantu melindungi sel melawan


kerusakan oksidatif karenanya membantu
2. mencegah penuaan. Mineral ini
dibutuhkan untuk kesehatan kulit dan
rambut

Kromium Merica hitam, roti gandum, Dibutuhkan untuk mengontrol gula darah.

3. hati sapi, keju Mineral ini juga membantu melawan


aterosklerosis atau degenerasi pembuluh
arteri.

Magnesium Bacang-kacangan, udang, Diperlukan untuk banyak proses


kacang kedelai, gandum, metabolisme, khususnya penyerapan zat
4. sayuran berdaun hijau gizi. Suplemen magnesium bersama
vitamin B6 dapat membantu mengatasi
sindrom pra menstruasi.

Besi Hati, ginjal, kuning telur, Diperlukan utnuk membawa oksigen


5.
cokelat, kerang, peterseli dalam darah. Zat besi adalah komponen
vital bagi banyak sistem enzim tubuh.

Seng Jahe, daging merah, hati sapi, Dibutuhkan untuk pertumbuhan,

6. kuning telur, kacang, susu kesuburan dan sistem kekebalan tubuh.


rendah lemak Mineral ini amat dibutuhkan selama
kehamilan.

Sodium Garam meja, kecap, makanan Dibutuhkan untuk keseimbangan cairan,


7.
olahan, susu, roti, sayuran, dan sambungan atau sambungan atau
daging yang belum diolah. transmisi saraf, dan kontraksi otot.

Klorida Garam meja, kecap, makanan Dibutuhkan untuk keseimbangan cairan,


8.
olahan, susu, daging, roti, dan dan asam lambung yang tepa
sayuran.

Kalium Daging, susu, buah-buahan untuk menjaga keseimbangan cairan,


9.
segar, sayuran, biji-bijian, dan sambungan transmisi saraf, dan kontraksi
kacang-kacangan. otot.

Fosfor Daging, ikan, unggas, telur, Mineral ini penting untuk kesehatan
susu, makanan olahan. tulang dan gigi, juga banyak ditemukan
10. di setiap sel, dan bagian-bagian dari
sistem tubuh yang mempertahankan
keseimbangan asam basa.

Florida Air (baik fluoride atau Berperan dalam pembentukan tulang dan
mengandung yang gigi, danmembantu mencegah kerusakan
11. mengandung fluoride alami), gigi.
ikan, dan sebagian besar jenis
teh.

1.4. Teknik Sampling Mineral

Hal-hal berikut ini patut diperhatikan dalam pengambilan contoh (sample) :

 Lokasi pengambilan contoh harus dicatat ataupun dimasukkan ke dalam peta secara tepat.
 Kalau memakai metode paritan (channel sampling), maka lebar dan kedalaman parit tersebut
diusahakan uniform.
 Lebar dari setiap contoh (sample width) harus selalu dicatat.
 Permukaan batuan yang akan diambil contohnya harus bersih dan segar.

Ada beberapa metode pengambilan contoh yang saat ini dikenal, teknik mana yang akan dipakai
itu tergantung dari beberapa faktor seperti kondisi geologi yang membentuk tubuh deposit,
kedalaman, ketebalan lapisan penutup, dan keadaan alami dari deposit itu sendiri seperti berlapis
“banded”, dan sebagainya. Metode pengambilan contoh tersebut di atas adalah :
1. Metode Paritan (Channel Sampling)

Metode ini adalah metode yang paling banyak dipakai, terutama sangat cocok untuk deposit
mineral yang berlapis, “banded”, dan deposit jenis urat (vein), dimana terdapat variasi yang
jelas dalam ukuran butir dan warna, yang kemungkinan juga berbeda dalam komposisi dan
kadar dari bahan-bahan berharga yang dikandungnya. Metode ini dapat dilakukan pada
deposit mineral baik yang tersingkap di permukaan maupun yang berada di bawah permukaan
tanah pada dinding cross-cut, raise, shaft, sisi-sisi stope, ataupun dinding samurai uji (testpit).
Sebaiknya untuk tidak melakukan metode channel ini pada lantai terowongan, karena bagian
tersebut biasanya kotor oleh bahan jatuhan yang sering dapat mengisi rekahan-rekahan yang
ada. Kalau terpaksa membuat channel pada lantai, maka lantai harus dibersihkan dulu dari
kotoran pada rekahan yang ada, kemudian permukaannya dibuat benar-benar bersih, setelah
itu metode ini dapat dilakukan.

Gambar 1. Metode Paritan (Channel Sampling)

Contoh paritan diambil dengan lebar sekitar 4 sampai 6 cm dan dalamnya sekitar 3 sampai 4
cm, dengan arah biasanya tegak lurus jurus lapisan. Jarak antara satu parit dengan parit lainnya
tergantung dari keseragaman dari bahan galiannya. Untuk kebanyakan deposit, jarak antar parit
kira-kira satu setengah meter, akan tetapi untuk deposit bijih yang kaya dan tersebar setempat-
setempat jarak tersebut hanya dapat sekitar sepertiga meter saja. Umumnya satu contoh sudah
cukup untuk mewakili sepanjang 2 meter dari parit yang dibuat.

2. Metode Selokan Uji (Trenching)

Metode ini berguna untuk menemukan bahan galian dan untuk memperoleh data-data mengenai
keadaan tubuh batuan (orebody) yang bersangkutan, seperti ketebalan, sifat-sifat fisik, keadaan
batuan di sekitarnya, dan kedudukannya.

Cara pengambilan contoh dengan metode ini paling cocok dilakukan pada tubuh bahan galian
yang terletak dangkal di bawah permukaan tanah, yaitu dimana lapisan penutup (over burden)
kurang dari setengah meter. Trench yang dibuat sebaiknya diusahakan dengan cara-cara
berikut :

1) Dasar selokan dibuat miring, sehingga jika ada air dapat mengalir dan mengeringkan
sendiri (shelf drained) dengan demikian tidak diperlukan adanya pompa.
2) Kedalaman selokan (trench) diusahakan sedemikian rupa sehingga para pekerja masih
sanggup mengeluarkan bahan galian cukup dengan lemparan.
3) Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup sebaiknya digali
dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar kemungkinan untuk
menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan
singkapan urat bijihnya, maka jurusnya (strike) dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk
menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling
sejajar dan tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya.

Gambar 2. Bentuk Penampang Trenching

Gambar 3. Arah Penggalian Trenching (Selokan Uji)

3. Metode Chipping

Metode ini digunakan untuk pengambilan contoh pada endapan bijih yang keras dan seragam,
dimana pembuatan paritan sangat sukar karena kerasnya batuan. Contoh diambil dengan cara
dipecah dengan plu geologi dalam ukuran-ukuran yang seragam dan tempat pengambilan
tersebut dibuat secara teratur di permukaan batuan. Jarak dari setiap titik pengambilan baik
secara horisontal dan vertikal dibuat sama (seragam) dan besarnya tergantung dari endapannya
sendiri.

4. Metode Sumur Uji (Test Pitting)

Metode ini digunakan jika lapisan penutup (over burden) agak tebal (lebih dari setengah meter),
sehingga metode trenching menjadi tidak praktis karena pembuatan selokannya harus agak
dalam sehingga menimbulkan masalah pada pembuangan tanah hasil galian dan masalah
pembuangan air yang mungkin menggenang pada selokan, disamping akan memakan waktu
yang lebih lama. Dalam keadaan tersebut maka dipakai metode dengan pembuatan sumur uji
(test pitting) untuk mengambil contoh bahan galian. Pada umumnya ukuran lubang test pit ini
adalah dan kedalamannya dapat mencapai 35 meter, akan tetapi untuk jenis over burden yang
lepas-lepas seperti pasir, ukuran lubang pit harus dibuat lebih besar untuk menghindari
longsornya dinding, misalnya . Demikian pula ketika kedalaman test pit besar, maka ukuran
lubang juga harus dibuat lebih besar, kemudian setelah kedalaman sampai setengahnya, ukuran
lubang diperkecil. Jika lapisan penutup sangat lepas-lepas, maka dinding test pit-nya dibuat
miring, sedangkan untuk material yang kompak dinding dibuat tegak dengan ukuran .

Untuk penghematan biaya dan keberhasilan pembuatan test pit, maka hal-hal yang harus
diperhatikan, yaitu :

 Test pit harus bebas dari bongkah karena jika terhalang oleh bongkah maka pembuatan test
pit tersebut akan memakan waktu yang lama sehingga memakan biaya yang mahal.
 Penggunaan penyangga yang seadanya, untuk batuan yang kompak penyanggaan tidak
perlu dilakukan.
 Penyanggaan dapat dihindari dengan cara dinding lubang dibuat miring dan kemiringan
tergantung material dari over bunden.

Gambar 4. Macam Bentuk Penampang Test Pit

5. Metode Pemboran (Borehole Sampling)

Perkerjaan pengambilan contoh batuan dengan pemboran ini dapat dibagi menjadi dua
berdasarkan tenaga penggerak dari bornya, yaitu metode pemboran tangan (hand auger) dan
metode pemboran mesin (core drilling). Cara pemboran tangan sangat cocok untuk endapan
bahan galian yang tidak terlalu kompak dan terletak dangkal, misalnya endapan alluvial pasir di
Cilacap. Jarak antara satu pemboran dengan pemboran lainnya tergantung keadaan, sedangkan
harga rata-ratanya makin baik jika pemboran makin rapat. Kadar dihitung dengan rumus :

K= (Berat Mineral)/(Berat Contoh) x 100%

Sebaliknya, dalam pengambilan contoh batuan dengan bor mesin supaya diperhatikan faktor-
faktor di bawah ini :

 Keadaan medan,dimana untuk keadaan medan yang berbukit-bukit, sebaiknya digunakan


mesin bor yang ringan atau yang dapat dilepas-lepas untuk memudahkan pembawaan.
 Kedalaman endapan, dimana untuk endapan yang cukup dangkal cukup dipakai bor tangan,
sedangkan yang dalam digunakan bor mesin.
 Sifat-sifat fisik batuan.
 Sumber air.
 Keadaan peralatan seperi keadaan pahat, stang bor, pipa casing, dan sebagainya.

Pada pemboran inti, contoh batuan yang terambil dapat berupa inti dan sludge yang masing-
masing diletakkan dalam core box untuk inti dan sludge box untuk sludge. Sludge adalah hasil
gesekan pahat dengan batuan yang kemudian diangkat oleh air pembilas, karena itu sludge akan
berupa lumpur.

6. Metode Sampling di Laboratorium

Sampel batuan untuk diuji berupa inti bore (core) dari hasil pemboran inti di lapangan atau
dapat dibuat di laboratorium. Pembuatan sampel di lapangan yaitu dengan melakukan
pemboran inti (core drillling) langsung ke dalam batuan yang akan diselidiki di lapangan,
sehingga diperoleh inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut langsung dapat digunakan untuk
pengujian di laboratorium dengan syarat tinggi sampel dua kali diameternya.
Pembuatan sampel di laboratorium dapat dibuat dari blok batuan yang diambil di lapangan
kemudian di bor dengan pengintian di laboratorium. Hasil sampel yang diperoleh umumnya
berbentuk silinder dengan diameter 50 – 70 mm, kemudian dipotong dengan mesin potong
batu untuk mendapatkan ukuran tinggi sampel dua kali diameternya. Ukuran sampel dapat
lebih kecil maupun lebih besar dari ukuran tersebut di atas tergantung dari maksud dan tujuan
pengujian.
Pembuatan sampel di laboratorium dapat juga dilakukan dengan membuat model fisik sampel
dengan tujuan untuk memenuhi kompetensi praktikum. Perbandingan campuran ini disesuaikan
dengan kebutuhan. Semakin besar campuran semennya maka sampel akan semakin kuat.

1.5. Preparasi Sampel Sebelum Di Analisa

Pengambilan sampel di lapangan biasanya juga masih menghasilkan kuantitas yang masih terlalu
banyak untuk dianalisis. Sampel lapangan perlu dikurangi untuk mencapai jumlah tertentu yang
efektif untuk dianalisis di laboratorium. Pengurangan jumlah sampel lapangan menjadi sampel
tereduksi harus melalui cara khusus yang disebut teknik sampling. Teknik sampling harus
dikenakan pada sampel lapangan yang benar-benar homogen dalam ukuran partikelnya. Terutama
untuk sampel lapangan berbentuk padatan, sebelum perlakuan teknik sampling diperlukan
perlakuan fisik awal misalnya pemecahan, penumbukan, pengadukan, pengayakan, yang
memungkinkan keseluruhan sampel lapangan homogen dalam ukuran. Pembuatan contoh di
laboratorium dilakukan dari blog batu yang diambil di lapangan yang dibor dengan inti
laboratorium. Contoh yang didapat berbentuk silinder dengan diameter pada pada umumnya
antara 50 sampai 70 mm dan tingginya dua kali diameter tersebut ukuran contoh dapat lebih kecil
maupun lebih besar dari ukuran yang disebut diatas tergantung dari maksud uji sampel
laboratorium selama proses penyimpanan. Kadangkala ada yang mengalami perubahan komposisi
kimiawi karena teroksidasi oleh udara atau terkomposisi karena penambahan suhu terhadap
sampel yang tidak stabil ini harus diberi perlakuan awal untuk mencegah dekomposisi kimiawinya.
Penyimpanan sampel ini harus dengan cara-cara tertentu sesuai dengan sifat sampel beberapa
proses yang dapat dicegah melalui cara penyimpanan yang baik adalah :
 Penyerapan uap air oleh komponen-komponen sampel yang hidroskopis
 Penyerapan CO2
 Serta oksidasi komponen-komponen sampel oleh oksigen dari udara
 Wadah yang biasa dipakai untuk penyimpanan sampel adalah botol polietilena bermulut lebar

Selanjutnya bila sampel akan dianalisa dilakukan preparasi yaitu dengan melarutkannya dengan
pelarut yang sesuai urutan pemakaian pelarut tergantung kelarutan masing-masing dimulai dengan
urutan :

1) Air dingin
2) Air panas
3) HCL encer
4) HCl pekat
5) HNO3 encer
6) HNO3 pekat
7) Aqua Regia
Bila menggunakan HCl pekat larutan yang diperoleh diuapkan sampai sebagian besar HCL habis
sedangkan bila menggunakan HNO3 dan Aqua Regia bisa dihilangkan dengan cara diluapkan
sampai hampir kering. Kemudian ditambahkan sedikit HCL diuapkan sampai volumenya tinggal
sedikit kemudian diencerkan dengan air suling.
BAB II
RANCANGAN SAMPLING
A. Mineral Ca (Kalsium)

1. a. Bentuk Sampel : Batuan Gamping


b. Sifat Sampel : Reaktif, keras, poros atau sarang
2. Lokasi : Desa Sendang, Kedungumpul, Kandangan
3. Metode Sampling : Metode Paritan (Channel Sampling)
4. Prosedur Sampling
 Di Lapangan

Contoh paritan
diambil dengan lebar Jarak antara satu
sekitar 4 sampai 6 parit dengan parit Satu contoh sudah
cm dan dalamnya lainnya kira-kira satu cukup untuk
sekitar 3 sampai 4 setengah meter atau mewakili sepanjang
cm, dengan arah bila banyak hasilnya 2 meter dari parit
biasanya tegak lurus dapat sekitar yang dibuat.
jurus lapisan sepertiga meter saja

 Di Laboratorium

Sampel diambil dari masing- Jumlahnya disesuaikan dengan


masing contoh yang diambil di kebutuhan analisa.
lapangan yang disatuan dalam
wadah yang sama

5. Prosedur preparasi

Larutan
Haluskan
Sampel batuan dituangkan
Sampel dituang
(CaCO3) dan HCl 1:1 15 mL
dan dilarutkan
ditimbang , kemudian
dengan ± 10
sebanyak ± 0,5 dipanaskan
mL air suling
gram hingga larut
sempurna

B. Mineral Fe (Besi)
1. a. Bentuk Sampel : Tanah
b. Sifat Sampel : Korosif
2. Lokasi : Hutan SMKN 1 Temanggung
3. Metode Sampling : Metode Pemboran (Borehole Sampling)
4. Prosedur Sampling

Mengambil contoh dari Menentukan metode


lapisan 0 – 20 cm dan 20 – sistematik atau metode
acak mana yang akan
40 cm
digunakan

Menggambar blok-blok Tiap contoh komposit


sesuai dengan luas terdiri dari 10 – 30 cores
areal,kemudian contoh (anak contoh) dan
komposit diambil memasukkan ke dalam
ember plastik

Mengaduk merata lalu


dengan system kuartering
diambil + 1 kg untuk
dianalisis di Laboratorium

5. Prosedur Preparasi

Menimbang Memasukkan
dengan telti 1 gram dalam labu ukur
contoh 250 ml

Menambahkan 150 Mengojok selama 1


ml larutan asam sitrat jam pada 30-40 rpm
2% pada suhu 30°C dan suhu dijaga 30°C

Mengencerkan
Mendinginkan
dengan aquadest
pada suhu ruang
hingga tanda batas

Menyaring dengan
kertas saring kering
C. Mineral S (Belerang)
1. a. Bentuk Sampel : Batuan Belerang
b. Sifat Sampel : Ketika dibakar akan menimbulkan api biru
2. Lokasi : Gunung Dieng, Jawa Tengah
3. Metode Sampling : Metode Selokan Uji (Trenching)
4. Prosedur Sampling

Membuat paritan
dengan lebar sekitar Mengambil sampel
4 sampai 6 cm dan Membuat jarak batuan secara
dalamnya sekitar 3 antara satu parit sejajar atau tegak Mencampur
sampai dengan parit lurus di bagian atas, sampel yang
4 cm, dengan arah lainnya satu tengah dan bawah telah terambil
biasanya tegak lurus setengah meter secara merata
jurus lapisan

5. Prosedur Preparasi

Bagian berat
magnesium
oksida Menambahkan
ditambah 1 larutan barium
Mencampurka n 1 Memanaskannya klorida dan
bagian berat
gr sampel pada suhu 800°C endapan
natrium
batubara halus selama 1 jam barium sulfat
karbonat
dengan 3 gr lalu hasil reaksi
anhidrous) di
reagens Eschka mendinginkan ditentukan
dalam cawan
lalu menutup secara
dengan 1 g gravimetri
reagens Eschka

D. Mineral P (Fosfor)
1. a. Bentuk Sampel : Pupuk Urea
b. Sifat Sampel : Reaktif dan Beracun
2. Lokasi : Pasar Temanggung
3. Metode Sampling :
4. Prosedur Sampling

Meratakan Meratakan
timbunan dan timbunan lagi Mencantumka
membagi 4 Memasukkan ke
dan membagi 4 n tanggal
dengan kayu wadah yang
bagian seperti pengambilan
pembagi, bersih dan
pertama kali,
kering, lalu contoh dan
mencampur mengambil
menutup dengan
dan mengaduk lagi dari dua keterangan
rapi dan disegel lain
hingga rata sudut yang
berlawanan
5. Preparasi

Menimbang dengan telti 1 gram


contoh

Memasukkan dalam labu ukur 250 ml

menambahkan 150 ml larutan asam sitrat 2% pada


suhu 30°C

Mengojok selama 1 jam pada 30-40 rpm dan menjaga suhu


30°C, mendinginkan pada suhu ruang

Mengencerkan dengan aquadest hingga tanda


batas, segera saring menggunakan kertas saring
kering
DAFTAR PUSTAKA

Geost, Flysh. 2016. Apa Itu Mineral? Pengertian, Contoh, Beserta Sifat Fisik dan Kimianya.
https://www.geologinesia.com/2016/02/pengertian-sifat-dan-jenis-jenis-mineral.html?m=1.
Diakses pada tanggal 5 Oktober 2019

Mogu. 2015. Pengertian Mineral, Fungsi Mineral, dan Jenis Mineral. http://woocara.blogspot.
com/2015/10/pengertian-mineral-fungsi-mineral.html?m=1. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2019

Kristo Salu, Evans. 2013. Metode Pengambilan Sample Bahan Galian. http://evanskristosalu.
blogspot.com/2013/07/metode-pengambilan-sample-bahan-galian.html?m=1. Diakses pada
tanggal 8 Oktober 2019

Triarsari, Diyah. 2010. 6 Mineral Penting Untuk Tubuh Kita. https://www.google.com/amp/s/


amp.kompas.com/lifestyle/read/2010/01/07/14120658/6.mineral.penting.untuk.tubuh.kita. Diakses
pada tanggal 21 Oktober 2019

Anonim. 2018. Mineral Dalam Bahan Pangan. http://www.saka.co.id/news-detail/mineral-dalam-


bahan-pangan. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2019

Suharmin. 2015. Laporan Penentuan Kalsium Dari Batu Kapur. http://minnewlogddress.


blogspot.co.id/2015/02/laporan-penentuan-kalsium-dari-batu.html. Diakses pada tanggal 30
Oktober 2019

Krisnadwi. 2013. Metode Analisis Kualitatif untuk Beberapa Kation dan Anion. https://bisakimia.com/
2013/06/07/metode-analisis-kualitatif-untuk-beberapa-kation-dan-anion/. Diakses pada tanggal 30
Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai